Efektivitas Sosialisasi Program gerakan Konversi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan kebijakan subsidi

menjadi polemik di masyarakat, terkait dengan bagaimana perhitungan subsidi
dilaksanakan, berapa besaran yang perlu ditetapkan, siapa yang menjadi target
subsidi tersebut, dan apakah subsidi akan benar-benar dinikmati oleh masyarakat
yang menjadi target sasaran. Hal ini akan menjadi rumit ketika subsidi diterapkan
pada komoditi yang vital bagi masyarakat seperti minyak tanah. Perbedaan harga
yang tajam antara minyak tanah yang bersubsidi dengan tidak bersubsidi dapat
menimbulkan kerawanan penyimpangan yang berupa penyelewengan distribusi,
penimbunan dan bahan penyelundupan.
Penyuluhan

atau

sosialisasi


merupakan

jenis

khusus

pendidikan

pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang
mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan
pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif
(Nasution, 1990:7).
Persoalan tersebut bertambah rumit ketika minyak mentah dunia naik
melambung tinggi dan kenaikan tersebut diperkirakan rata-rata diatas US$100 per
barel. Kondisi ini jelas berdampak besar terhadap beban subsidi yang khususnya
subsidi BBM dan listik. Dilain pihak, Pemerintah dituntut untuk melakukan
beberapa penghematan, namun harus menjaga momentum pertumbuhan agar
semua kegiatan ekonomi terselenggara dengan baik. Salah satu langkah yang


1
Universitas Sumatera Utara

dimungkinkan dapat dilaksanakan Pemerintah untuk pengamanan APBN adalah
program hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN (Anggitto & Andie, 8
November 2007).
Berawal dari kondisi di atas, Pemerintah berusaha mengurangi subsidi
yang tidak dapat sasaran misalnya program konversi minyak tanah ke LPG,
dengan membagikan paket LPG 3 kilogram beserta isi, kompor, regulator dan
selang secara gratis kepada masyarakat yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Adapun target sasaranya adalah rumah tangga dengan ketentuan yaitu
ibu rumah tangga, pengguna minyak tanah murni, pengeluaran kurang dari 1,5
juta per bulan, dan penduduk legal setempat dan usaha mikro yaitu pengguna
minyak tanah untuk bahan bakar memasak dalam usahanya.
Program tersebut pertama kali dilaksanakan pada pertengahan tahun
2007 di daerah Jakarta Timur dan dilanjutkan dengan daerah lain di Pulau Jawa,
Sumatera diperkirakan pada tahun 2008 ini baru bisa dilaksanakan. Program
tersebut mengalami beberapa tantangan dan hambatan yang akhirnya tidak sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya. Target dari enam juta tabung yang akan
didistribusikan hanya terealisasi sebesar 3 .975.789 (6 6,26%) sampai akhir tahun

2007.
Sosailaisai yang yang merupakan senjata ampuh, namun dalam
pelaksanaanya tidak efektif dan berjalan lambat. Disamping itu, resistensi
masyarakat dengan penggalihan minyak tanah ke LPG ikut menyulitkan
pelaksanaanya. Dalam beberapa kasus banyak masyarakat menerima program
tersebut ternyata bukan pengguna minyak tanah. Penentuan siapa yang berhak
mendapatkan tabung dan kompor gas tidak melalui seleksi yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

hasil penemuan sementara menunjukkan bahwa pemberian tabung LPG 3
kilogram dan kompor tesebut diserahkan sepenuhnya oleh Ketua RT. Untuk
mendistribusikan paket tersebut berdasarkan instusi dan nepotisme.
Sosialisasi dilakukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang merupakan
target program konversi minyak taban ke gas LPG. Ada pun sosialisai yang
dilakukan oleh pihak Pertamina dengan mengunjuk konsultan setiap daerahnya.
Di dalam sosialisasi ini dilakukan 3 (tiga) tahapan yaitu pertama tahap
pencacahan, dimana konsultan mesurvei masyarakat yaitu ibu-ibu rumah tangga
yang layak untuk menerima kompor gas gratis dengan memenuhi prasyarat yang
telah ditentukan oleh Pertamina. Tahapa satu ini dilakukan dengan cara door to

door. Tahap kedua yaitu pemebelajaran, yaitu ibu-ibu rumah tangga dikumpulkan
di suatu tempat misalnya kantor kelurahan untuk menerima pembelajaran
menegenai program tersebut baik itu keuntungan menggunakan kompor gas dan
cara-cara penggunaanya. Tahap pembelajaran ini dilakukan juga kepada ibu-ibu
rumah tangga secara langsung oleh konsultan yang telah di unjuk Pertamina.
Konsultan dan petugas lingkungan berfungsi memberikan sosialisasi yang
meliputi cara penggunaan kompor gas LPG, kehematan yang diperoleh dengan
mengunakan gas LPG dimana 1 liter minyak tanah sama dengan 0,57 kilogram
energi gas LPG, penggunaan gas LPG akan lebih efisien, bersih dan masakan
akan lebih cepat masak. Kemudian terakhir pada tahap ketiga yaitu pembagian
kompor gas, tabung gas dan regulator. Pada tahap ini ibu-ibu rumah tangga
mengambil seperangkat kompor gas gratis tersebut di setiap posko-posko yang
telah ditentukan oleh pihak konsultan dan petugas lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Setelah membagikan kompor gas gratis sosialisasi dilanjutkan dimana
konsultan akan berada di wilayah tersebut kurang lebih 1 (satu) minggu untuk
menerima keluhan-keluhan masyarakat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa
pemahaman akan cara-cara penggunaanya dan keluhan akan infrastruktur yang

diberikan secara gratis tersebut.
Konsultan yang di unjuk yaitu PT Surveyor Indonesia merupakan
konsultan yang menangani wilayah lokasi Kabupaten Deli Serdang dan Medan.
Daerahnya Pancur Batu, Deli Tua, Namorambe, Kutalimbaru, Patumbak,
Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir dan STM Hulu. Kemudian Medan Petisah,
Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Sunggal dan Medan Baru.
Dengan adanya konversi minyak tanah ke LPG, terjadi penghematan 1
liter minyak tanah sama dengan 0,57 kilogram setara energi. dengan demikian
besarnya rata-rata penghematan penggunaan energi Rp. 16,420 per bulan.
Besarnya penghematan yang terjadi dengan adanya program tersebut subsidi
APBN P 2007 adalah Rp. 391 milyar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
penghematan yang dilakukan oleh Pertamina sebesar Rp.277 milyar. Dengan
demikian,

pelaksanaan

program

tersebut


banyak

mengalami

hambatan,

penggunaan LPG jelas mengurangi subsidi BBM. Namun demikian, program ini
tetap layak untuk dilanjutkan dengan memperbaiki sosialisasi dan penyiapan
infrastruktur seperti peralatan tabung, kompor gas serta kemudahan untuk
membeli dan mengisi ulang gas yang telah habis terpakai.
Mengingat beban subsidi yang semakin berat sebagai akibat tingginya
harga minyak internasional yang telah melampaui US$ 80 per barel, maka sudah
sepatutnya program penghematan melalui pengalihan penggunaan minyak tanah

Universitas Sumatera Utara

ke LPG perlu dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Merubah
kebiasaan menggunakan kompor minyak tanah sejak turun temurun bukanlah
pekerjaan yang mudah, apalagi hal ini menyangkut kebutuhan pokok. Kemudian
membeli minyak tanah dengan sistem eceran 1 atau 2 liter minyak tanah juga

menjadi hambatan bagi rumah tangga untuk beralih ke LPG 3 kilogram. Namun,
dengan perbaikan sosialisasi dengan melibatkan semua unsur masyarakat seperti
Pemda, Instansi Pemerintah, Wakil Rakyat dan LSM. Sosialisasi tersebut perlu
disampaikan kepada masyarakat bahwa menggunakan gas LPG memiliki
kelebihan dibandingkan minyak tanah. Disamping itu, minyak tanah mempunyai
porsi terbesar dibandingkan premium dan solar. Hasil survei BKF, Depkeu sangat
besar dalam APBN. Oleh karena itu, subsidi yang tidak tepat sasaran dapat
dialihkan kepada subsidi yang tidak tepat sasaran dapat dialihkan kepada subsidi
yang lebih bermanfaat seperti ketahanan pangan, pendidikan dan kesehatan.
Hal yang tidak kalah penting adalah sosialisasi kepada agen dan
pangkalan minyak tanah yang selama ini mengandalkan usahanya dari penjualan
minyak tanah. Mereka perlu diberikan bimbingan bagaimana untuk beralih kepada
penjualan LPG. Mengingat usaha tersebut juga menghidupi banyak orang, maka
insentif dapat diberikan kepada distributor, agen atau pengecer gas LPG yang
telah beralih dari bisnis minyak tanah. Program konversi bukanlah milik
Pertamina, namun program bersama yang bermanfaat bagi APBN dan
pembangunan masyarakat.
Keberhasilan program pemerintah mengenai konversi minyak tanah ke
LPG dilanjutkan ke berbagai daerah di Indonesia. Walaupun ketika ada beberapa
faktor-faktor lain yang menghambat pelaksanaanya program tersebut adalah


Universitas Sumatera Utara

peraturan pelaksanaan yang terlambat, tidak tertampungnaya anggaran pengadaan
sarana seperti kompor dan tabung, serta proses lelang yang tidak dapat memenuhi
Keppes 80 tahun 2003. Selain itu faktor lain yaitu mengubah suatu kebudayaan
dalam penggunaan minyak tanah ke budaya menggunakan gas LPG. Kebudayaan
tersebut dimana ketika menggunakan minyak tanah menggunakan pentilasi udara
yang sedikit sedangkan menggunakan bahan bakar LPG harus memiliki pentilasi
udara yang banyak.
Sumatera

Utara

merupakan

tahap

berikutnya.


Menjelang

dilaksanakannya konversi minyak tanah ke LPG di wilayah Sumut tahun 2009
ini, Pertamina Pemasaran Region I menyiapkan sekitar 217.000 tabung Elpiji 3
kg, 80.000 kompor satu tungku serta 60.000 aksesoris (selang, klem, regulator)
yang disimpan di gudang Depot LPG Tandem Binjai. Saat ini sekitar 190.000
tabung Elpiji 3 kg dan 230.000 kompor dan aksesorisnya sedang dalam
pengapalan dari Tanjung Priok, dan akan tiba dalam waktu dekat. Gudang di
Depot LPG Tandem dan 4 SPPBE yang ada di Sumut dapat menampung lebih
dari 800.000 tabung Elpiji 3 kg.
Pertamina Pemasaran Region I merencanakan menjalankan program
pemerintah, dalam upaya penghematan energi melalui konversi minyak tanah ke
LPG tahun 2009. Direncanakan program ini akan dilaksanakan di 4 provinsi di
Sumatera Bagian Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, dan
Kepulauan Riau.
Untuk wilayah Sumut, direncanakan akhir April proses survei tahap I
mulai di Medan, Binjai, Langkat, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai. Program
konversi akan dilaksanakan secara bertahap dengan total target sekitar 2.035.250

Universitas Sumatera Utara


keluarga di 12 kabupaten dan kota di Sumut hingga akhir 2009. Keduabelas
kabupaten/kota terdiri dari 7 kabupaten (Asahan, Deli Serdang, Karo, Labuhan
Batu, Langkat, Serdang Bedagai, Simalungun) dan 5 kota (Binjai, Medan,
Pematang Siantar, Tanjung Balai, dan Tebing Tinggi). (Batak Pos online, Jumat
(3/4/2009). Adapun alasan penulis memilih wilayah Kecamatan Delitua
dikarenakan Kecamatan Delitua merupakan wilayah tahap satu yang sudah selesai
dilaksanakan dan penulis cukup mengenal wilayah kecamatan Delitua.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti
lebih lanjut tentang sejauhmanakah efektifitas sosialisasi konversi minyak tanah
ke LPG kepada masyarakat dalam rangka mengubah keputusan penggunaan bahan
bakar di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua
Kota).

I.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Sejauhmanakah efektivitas sosialisasi program konversi minyak tanah
ke LPG kepada ibu-ibu rumah tangga dalam rangka mengubah keputusan
penggunaan bahan bakar di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan
Kelurahan Delitua Kota)?”

Universitas Sumatera Utara

I.3

Pembatasan Masalah
Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih
jelas dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Penelitian bersifat korelasional yang menjelaskan hubungan antara
efektivitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan
keputusan penggunaan bahan bakar.

b.

Objek penelitian adalah ibu rumah tangga penerima konversi minyak tanah
ke LPG di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan
Delitua Kota).

c.

Penelitian sosialisasi dilakukan pada tahap pemebelajaran dan penerimaan
keluhan dari ibu-ibu rumah tangga.

d.

I.4

Penelitian dilakukan pada bulan November 2009.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Untuk mengetahui proses sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG yang
dilakukan oleh Pertamina.

b.

Untuk mengetahui penerimaan informasi konversi minyak tanah ke gas di
Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua
Kota).

Universitas Sumatera Utara

c.

Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG
terhadap perubahan keputusan penggunaan bahan bakar

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menguji pelbagai teori yang
digunakan untuk mengukur efektivitas sosialisasi.

b.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan di
lingkungan FISIP USU.

c.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada
Pertamina dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan
dengan penelitian ini.

I.5

Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39-40).
Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi,
dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Rakhmat, 1993:6).

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi
dan Komunikasi Efektif, Komunikasi Penyuluhan, Agen-Agen Perubahan, Teori
Adopsi Difusi Inovasi, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Antar Pribadi.

5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin
communicatio dan bersumber dari kata kommunis yang berarti “sama”, yakni
“sama makna” (lambang) (Ruslan, 2005:17).
Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesanpesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan
sebagai komunikan yang bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian
(mutual understanding) antar kedua belah pihak. Sebelum komunikator
mengirimkan pesan-pesan/informasi kepada pihak komunikan, terlebih dahulu
memberikan makna dalma pesan-pesan tersebut (decode). Pesan tersebut
ditangkap oleh komunikasi dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang
dimilikinya (encode) (Ruslan, 1999:69-70).
Menurut Gary Cronkhite dalam bukunya “Communication Awarness”,
Cuming Publishing, Co. Inc. California, 1976 (Ruslan, 1999:86-87), ada empat
pendekatan atau asumsi pokok untuk memahami tentang komunikasi, yaitu:
a.

Komunikasi merupakan suatu proses (communication is a process).

b.

Komunikasi adalah suatu pertukaran pesan (communication is message
transactive).

c.

Komunikasi

merupakan

interaksi

yang

bersifat

multi

dimensi

(communication is multi dimensional), yaitu berkaitan dengan dimensi dan

Universitas Sumatera Utara



karakter komunikator (sources), Ditinjau dari komunikator, untuk
melaksanakan komunikasi efektif. Terdapat dua factor penting dari
komunikator, yakni
 Kepercayaan pada komunikator (source credibility), hal ini
meliputi (1) sifat bisa dipercayai si pengirim sebagai
sumber informasi, (2) intensi, (3) sikap hangat dan
bersahabat, (4) predikat komunikator, (5) latar belakang
komunikator, (6) sikap dinamis yaitu proaktif, agresif dan
empatik (Supratiknya, 1995:35).
 Daya tarik komunikator (source attractiveness), hal ini
meliputi kecakapan komunikator (Effendy, 2003:45).

• pesan (message) yang akan disampaikan, yaitu ditinjau dari pesan, pesan
yang dapat disampaikan ke komunikan yaitu (Supratiknya, 1995:36),
yaitu: (1) menarik, (2) jelas dan ringkas, (3) lengkap dan mudah
dipahami, (4) redundansi, (5) arti denotatif dan konotatif.






d.

media (channels or as tools) yang dipergunakan
komunikasi (audience) yang akan menjadi sasarannya, dan
dampak (efect) yang ditimbulkan.
Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau
maksud ganda (communication is multi-purposeful).
Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan situasi,

waktu, tempat, dan pendengarnya. Untuk membantu supaya komunikasi bisa
efektif, ada beberapa ketentuan untuk memudahkannya.

Universitas Sumatera Utara

Empat hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan komunikasi (Rumanti,
2002 : 107) adalah sebagai berikut:
1.

Bahwa publik kita itu manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari
berbagai pengaruh apa saja.

2.

Manusia

itu

cenderung

suka

memperhatikan,

membaca

atau

mendengarkan pesan yang dirasakan sesuai dengan kebutuhan atau sikap
mereka.
3.

Adanya berbagai media massa yang beragam memberikan efek yang
beragam pula bagi publiknya.

4.

Media massa memberikan efek dengan variasi yang besar kepada publik
atau perseorangan maupun kelompok.

5.2 Komunikasi Penyuluhan
Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses
yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meniati, dan
kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, dalam suatu proses
komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti
mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap
untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan
bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang
hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi
penyuluhan.
Secara harafiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor
ataupun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut

Universitas Sumatera Utara

dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan
ataupun penjelasan kepada yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan
mengenai sesuatu masalah tertentu (Nasution, 1990:7).
Claar et al, (1984) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis
khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada
tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi
tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program
yang non-edukatif (Nasution, 1990:7).

5.3 Agen-Agen Perubahan
Agen perubahan (change agents) adalah sejumlah orang-orang yang
mempelopori, menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan dalam
usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat.
Rogers dan Shoemakers mengartikan agen perubahan sebagai professional
yang mempengaruhi putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh
lembaga perubahan (Nasution, 1996:114). Sedangkan Havelock berpendapat agen
perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksanya perubahan sosial atau
suatu difusi inovasi yang berencana. Dengan kata lain, agen perubahan adalah
mereka yang sehari-hari bekerja sebagai perencana pembangunan hingga para
petugas lapangan pertanian, pamong, guru, dan penyuluhan lainya.
Rogers dan Shoemaker menggariskan bahwa setidaknya ada tujuan tugas
utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yakni:
1)

Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan

2)

Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship)

Universitas Sumatera Utara

3)

Mendiagnosa permaslahan yang dihadapi oleh masyarakat

4)

Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien

5)

Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang
nyata

6)

Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out

7)

Mencapai suatu terminal hubungan.

5.4 Model Adopsi Difusi Inovasi
Adopsi adalah keputusan untuk mengunakan secara menyeluruh suatu
inovasi. Keputusan dapat berubah arah setelah proses selanjutnya seperti
discontinuance yaitu keputusan untuk menolak inovasi setelah mengadopsinya.
Penyebabnya adalah karena ketidakpuasn atas adanya ide baru tersebut. Namun
penolakan juga dapat berubah menjadi adopsi. Perubahan ini biasanya terjadi pada
tahap konfirmasi.
Rogers mendefenisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu sistem sosial (the process overtime among the vation is
communicated through certain channels overtime among the members of a social
system). Unsur-unsur difusi ide (Effendy, 2003:284) adalah:
1. Inovasi
2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
3. Dalam jangka waktu tertentu
4. Di antara anggota suatu sistem sosial

Universitas Sumatera Utara

Inovasi adalah suatu ide, karya, atau objek yang dianggap baru oleh
seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan para anggota suatu sistem sosial
menentukan tingkat adopsi: (1) relative advantage (keuntungan relatif), (2)
compatibility

(kesesuaian),

(3)

complexity

(kerumitan),

(4)

trialability

(kemungkinan dicoba), (5) observability (kemungkinan diamati) (Ardianto,
2004:63)
Dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya seseorang memalui sejumlah
tahapan yang disebut tahap putusan inovasi (Nasution, 1996:113), yaitu:
1) Tahap Pengetahuan. Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada suatu
inovasi
2) Tahap Bujukan. Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau
sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi,
apakah ia menyukainya atau tidak.
3) Tahap Putusan. Tahap dimana seseorang membuat putusan apakah
menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.
4) Tahap Implementasi. Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah
dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.
5) Tahap pemastian. Tahap seseorang memastikan atau mengkomunikasikan
putusan yang telah diambilnya tersebut.

5.5 Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan sejumlah orang yang berkelompok atau berkerumun
bersama-sama di suatu tempat, misalanya sejumlah orang di alun-alun yang secara
bersama-sama

sedang

mendengarkan

pidato

tukang

obat

yang

tengah

Universitas Sumatera Utara

mempromosikan dagangannya, atau ibu-ibu di pasar secara bersama-sama sedang
megurumuni seorang pedagang sayur. Kelompok dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis yakni kelompok kecil dan kelompok besar (Effendy, 2003:71)
Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang (Effendy, 2003:75).
Karakteristik proses komunikasi kelompok (Nasution,1989:27) yaitu:
a) Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistematik
b) Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks
c) Komunikasi kelompok adalah bersifat dinamik
Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit (komunikasi
kelompok kecil) dan bisa banyak (komunikasi kelompok besar). Jadi,
pengkategorian kelompok kecil dan besar tergantung dari jumlah kelompok
pesertanya.

5.6 Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orangorang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi dan komunikasi antar
pribadi merupakan jenis dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis dan memilki arus balik
bersifat langsung (Liliweri, 1991:12).
Pendapat lain Barnlund bahwa komunikasi antar pribadi biasanya
dihubungkan dengan pertemuan antar dua orang, atau tiga atau empat orang yang
terjadi secara sangat spontan dan tidak terstruktur (Liliweri, 1991:12).

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan tatap muka merupakan hal utama di dalam komunikasi antar
pribadi. Dalam kegiatan tatap muka yang dilakukan antar pribadi dengan
sesamanya merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang
sebagai wujud keberadaan dan hubungannya yang aktif dengan orang lain
(Liliweri, 1991:71).
Di dalam komunikasi antar pribadi terdapat tujuh sifat (Liliweri,
1991:310) yaitu:
a.

Melibatkan di dalamnya perilaku
 Verbal
 nonverbal


kinesik meliputi penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan,
ekspresi wajah, kontak mata.





b.

proksemik meliputi jarak tubuh
paralinguistic meliputi intonasi dan kecepatan berbicara.

Melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan, scripted (tertulis),
dan contrived (dipersiapkan)

c.

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dinamis

d.

Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi
(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)

e.

Dipandu dengan tata aturan yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik

f.

Menunjukkan adanya suatu tindakan

g.

Merupakan komunikasi yang persuasive
Di dalam prosees komunikasi antar pribadi hal yang penting dalam

tahapan-tahapan menyampaikan pesan yaitu (Devito, 2001:232):

Universitas Sumatera Utara

1. Opening
2. Feedforward
3. Business
4. Feedback
5. Closing

I.6

Kerangka Konsep
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti,

yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
social (Singarimbun,1995:33).
Konsep adalah generalisasi dan sekelompok fenomena yang sama. Sebagai
hal yang umum konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk
menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005:57).
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
Perumusan kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dalam
merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1991:40).
Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variable yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikit:
1.

Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang
menetukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor

Universitas Sumatera Utara

unsur lain (Nawawi, 1991: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
sosialisasi program konversi minyak tanah ke LPG.
2.

Variabel Terikat (Y)
Variable terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas
(Nawawi, 1991: 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perubahan keputusan penggunaan bahan bakar di kalangan ibu rumah
tangga Kecamatan Delitua.

3.

Variabel Antiseden (Z)
Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, atau
tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas
(Nawawi, 1991: 58). Variabel antara berada di antara variabel bebas dan
variable terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan
antara variabel bebas dengan karakteristik responden.

Universitas Sumatera Utara

I.7

Model Teoritis
Model

teoritis

merupakan

paradigma

yang

mentransformasikan

permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainya. Variabel-variabel
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model
teoritis sebagai berikut:

Variabel Bebas (X)

Variabel Terikat (Y)

Sosialisasi Konversi
Minyak Tanah ke
LPG

Perubahan Keputusan
Penggunaan Bahan Bakar

Variabel Antiseden(Z)

Karakteristik Responden

Gambar 1 Model Teoritis

I.8

Variabel Operasional
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan
kesesuain dalam penelitian. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Variabel Operasional
Variabel Teoritis
Variabel Bebas (X)
Sosialisasi Konversi Minyak Tanah
ke LPG

a.

b.

c.
d.

e.
f.

Variabel Operasional
Komunikator
 source credibility
• sifat bisa dipercayai si
pengirim
sebagai
sumber informasi
• intensi
• sikap
hangat
dan
bersahabat
• predikat komunikator
• latar belakang
• sikap dinamis
 source attractiveness
• kecakapan
Jenis pesan
2. Verbal
 Menarik
 Jelas dan ringkas
 Lengkap dan mudah
dipahami
 Redundansi
 Arti denotatif dan
konotatif
3. Nonverbal
 Kinesik
• Penampilan fisik
• Sikap tubuh dan cara
berjalan
• Ekspresi wajah
• Kontak mata
 Proksemik
• jarak
 Paralinguistik
• Intonasi dan kecepatan
berbicara
Saluran
 Alat peraga
Proses komunikasi
 Opening
 Feedforward
 Business
 Feedback
 Closing
Waktu dalam berkomunikasi
Suasana berkomunikasi

Universitas Sumatera Utara

Variabel Terikat (Y)
Perubahan Keputusan Penggunaan
Bahan Bakar

Variabel Antara (Z)
Karakteristik Responden

I.9

g. Jumlah peserta
a. Kesadaran
b. Bujukan/persuasi
 Relative
advantage
(keuntungan relatif)
 Compatibility (kesesuaian)
 Complexity (kerumitan)
 Trialability ( kemungkina
dicoba)
 Observability
(kemungkinan diamati)
c. Putusan
d. Implementasi
e. Pemastian
a. Pendapatan
b. Usia
c. Pendidikan Terakhir
d. Pekerjaan

Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang
ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46).
Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.

Variabel Bebas (Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke LPG)
a. Komunikator, yaitu seseorang yang menyampaikan pesan kepada
komunikan, dalam hal ini adalah konsultan yang diunjuk oleh
Pertamina..
 source credibility, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh komunikator
sehingga meningkatkan kepercayaan komunikan (ibu-ibu rumah tangga)
kepada komunikator (konsultan).

Universitas Sumatera Utara

• sifat bisa dipercayai si pengirim sebagai sumber informasi yaitu
tabiat yang dimiliki oleh konsultan untuk berbicara jujur kepada ibuibu rumah tangga.
• Intensi

yaitu

kehebatan

konsultan

dalam

menyampaikan

maksud/tujuan dari program konversi minyak tanah ke LPG.
• sikap hangat dan bersahabat, yaitu keadaan tidak kaku dan akrab
yang diciptakan oleh konsultan ketika menyampaikan sosialisasi
kepada ibu-ibu rumah tangga .
• predikat komunikator, yaitu gelar atau cap yang dimiliki oleh
konsultan di mata masyarakat (ibu-ibu rumah tangga)
• latar belakang, yaitu asal-usul konsultan baik itu pendidikan atau
keahlian menyangkut pesan yang akan disampaikan mengenai
konversi minyak tanah ke gas.
• sikap dinamis yaitu kemampuan komunikator dalam menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungan ketika sosialisasi.
 source attractiveness, yaitu daya tarik yang dimiliki komunikator.

• kecakapan, yaitu kepandaian komunikator dalam mensosialisasikan
konversi minyak tanah ke gas dengan baik.

b. Jenis pesan
III.฀.฀

Verbal, merupakan jenis pesan dalam bentuk tulisan dan lisan.

 Menarik, yaitu isi pesan mengenai program konversi minyak tanah
ke gas dikemas dengan baik oleh konsultan agar pesan tidak
membosankan.

Universitas Sumatera Utara

 Jelas dan ringkas, yaitu isi pesan mengenai program

konversi

minyak tanah ke gas terang dan tidak bertele-tele.
 Lengkap dan mudah dipahami, yaitu isi pesan mengenai program
konversi minyak tanah ke gas tidak kurang/tepat sehingga mudah
untuk dimengerti.
 Redundansi, yaitu pesan yang disampaikan dilakukan secara
pengulangan oleh konsultan.
 Arti denotatif dan konotatif yaitu pesan mengenai konversi minyak
tanah ke gas memiliki makan Denotasi dimana pesan tersebut yang
disampaikan memiliki makna sebenarnya, dan konotasi merupakan
pesan yang disampaikan memiliki makna ganda.
2. Nonverbal
 Kinesik

• Penampilan fisik, yaitu kemampuan konsultan dalam menampilkan
diri seperti cara berpakaian yang baik dan rapi.
• Sikap tubuh dan cara berjalan, yaitu gerak tekstur tubuh konsultan
ketika mensosialisasikan program konversi minyak tanah ke gas
sesuai dengan pesan verbal.
• Ekspresi wajah, yaitu mimik muka/pengungkapan wajah konsultan
ketika sosialisasi.
• Kontak mata, yaitu pandangan fokus konsultan kepada ibu-ibu
rumah tangga ketika sosialisasi.
 Proksemik

Universitas Sumatera Utara

• Jarak, yaitu ruang/sela antara konsultan dengan ibu-ibu rumah
tangga.
 Paralinguistik

• Intonasi dan kecepatan berbicara yaitu ketepatan tinggi rendahnya
nada dan gaya berbicara konsultan ketika sosialisasi.
c. Saluran, alat peraga yang digunakan konsultan ketika melakukan
sosialisasi.
d. Proses komunikasi, yaitu proses yang dimaksudkan merupakan
tahapan-tahapan ketika mensosialisasikan konversi minyak tanah ke
gas.
 Opening, yaitu tahap pembuka sebelum konsultan menyampaikan
isi mengenai konversi minyak tanah ke gas.
 Feedforward, tahap basa-basi sebelum konsultan menyampaikan
isi mengenai konversi minyak tanah ke gas.
 Business, tahap inti/materi pesan dimana konsultan menyampaikan
materi pesan mengenai konversi minyak tanah ke gas.
 Feedback, tahap respon/tanggapan yang diberikan oleh ibu-ibu
rumah tannga setelah menerima pesan konversi minyak tanah ke
gas kepada konsultan.
 Closing, tahap penutup setelah pesan konversi minyak tganah ke
gas selesai disampaikan oleh konsultan kepada ibu-ibu rumah
tangga.
e. Waktu dalam Berkomunikasi
Menggunakan waktu yang efektif, memanfaatkan waktu dengan tepat

Universitas Sumatera Utara

f. Suasana dalam berkomunikasi
Keadaan sekitar/lingkungan ketika sosialisasi dalam hal ini meliputi
formal atau nonformal
g. Jumlah peserta, yaitu banyak peserta ketika menerima program
konversi minyak tanan ke gas.
2.

Variabel Terikat (Perubahan Keputusan Penggunaan Bahan Bakar)
a. Kesadaran yaitu hal yang dirasakan/dialami oleh ibu-ibu rumah tangga
akan pentingnya program konversi minyak tanah ke gas LPG.
b. Tahap Bujukan/persuasi yaitu tahap dimana ibu-ibu rumah tangga
dirayu untuk mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap
terhadap program konversi minyak tanah ke LPG yang telah
diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.
 Relative advantage (keuntungan relative), yaitu manfaat yang diperoleh
ibu-ibu rumah tangga jika menerima program konversi minyak tanah ke
gas.
 Compatibility (kesesuaian), yaitu sosialisasi konversi minyak tanah ke
gas serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih
dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan selera, adat-istiadat, dan
sebagainya dari ibu-ibu rumah tangga.
 Complexity (kerumitan), yaitu sosialisasi konversi minyak tanah ke gas
dirasakan rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat
pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga
cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang baru.

Universitas Sumatera Utara

 Trialability ( kemungkina dicoba), yaitu bahwa program konversi
minyak tanah ke gas akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan
dulu dalam ukuran sebelum orang terlanjur menerimanya secara
menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin
menghindari suatu resiko yang besar dari perbuatannya sebelumnya
“nasi menjadi bubur”.
 Observability (kemungkinan diamati), yaitu jika program konversi
minyak tanah ke gas dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat
langsung

hasilnya,

maka

orang

akan

lebih

mudah

untuk

mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu
berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam
fikiran, atau hanya dapat dibayangkan
c. Tahap Putusan yaitu

tahap dimana ibu rumah tangga membuat

putusan apakah menerima atau menolak program konversi minyak
tanah ke gas yang dimaksud.
d. Tahap Implementasi yaitu tahap ibu rumah tangga melaksanakan
keputusan yang telah dibuatnya mengenai konversi minyak tanah ke
gas tersebut.
e. Tahap pemastian yaitu tahap ibu rumah tangga memastikan atau
mengkomunikasikan putusan yaitu menolak atau menerima yang telah
diambilnya tersebut.
3.

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
a. Pendapatan
Jumlah penghasilan yang diterima ibu-ibu rumah tangga perbulan.

Universitas Sumatera Utara

b. Usia
Tingkat umur ibu-ibu rumah tangga.
c. Pendidikan Terakhir
Jenjang sekolah terakhir ibu-ibu rumah tangga.
d. Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga sehari-hari.
I.10 Hipotesa
Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun,
1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dlam arti masih
harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44).
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0

: Tidak terdapat hubungan antara sosialisasi konversi minyak tanah ke
LPG terhadap perubahan keputusan mengenai bahan bakar di Kecamatan
Delitua (Kelurahan Delitua Timur dan Kelurahan Delitua Kota).

Ha

: Terdapat hubungan antara sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG
terhadap perubahan keputusan mengenai bahan bakar di Kecamatan
Delitua (Kelurahan Delitua Timur dan Kelurahan Delitua Kota).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

Gambaran Persepsi Petugas Kesehatan dan Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Pada Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Calon Pengantin Wanita di Kota Tangerang Selatan

0 24 95

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1

Uji Efektivitas Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) sebagai Larvasida terhadap Larva Aedes aegypti Instar III

17 90 58

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80