ANALISIS SISTEM PENJUALAN TUNAI PRODUK L

i

ANALISIS SISTEM PENJUALAN TUNAI PRODUK LPG PADA
PT PERTAMINA (PERSERO) PEMASARAN III JAKARTA

NILA RATNASARI

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ii

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir Analisis Sistem
Penjualan Tunai Produk LPG pada PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penuis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.

Bogor, Mei 2012

Nila Ratnasari
NIM J3N109078

i

ABSTRAK
NILA RATNASARI. Analisis Sistem Penjualan Tunai Produk LPG pada PT.
Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta. Dibimbing Oleh RUDY HARYANTO.
Accounting system for the management accounting tools to process data in
the form of financial statements. For management accounting information is used
to manage the company he leads, and for external parties can be used for
economic decision making. Therefore, the accounting system is critical in the
company. To find out the accounting system of cash sales of LPG products at PT.
Pertamina (Persero) Marketing III Jakarta is in conformity with the standards set,
so the writer conduct further research by directly observing and describing the

accounting system using flowcharts. The purpose of this study is to explain and
describe whether the PT. Pertamina (Persero) Marketing III Jakarta is in
conformity with the accounting system of cash sales in general. elements of the
cash sales of LPG products include the provision of sales, related functions,
documents and records, procedures, internal control. Implementation occurs in
the cash sales of products LPG has gone well despite Things are in it but the
company can overcome it.
Keywords: Accounting, system, cash sales

ii

RINGKASAN
NILA RATNASARI. Analisis Sistem Penjualan Tunai Produk LPG pada PT.
Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta. Dibimbing Oleh RUDY HARYANTO.
Laporan Tugas Akhir ini membahas mengenai sistem penjualan tunai
produk LPG pada PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta. LPG merupakan
salah satu produk yang dijual pada PT. Pertamina (Persero), produk ini juga
merupakan salah satu produk yang disubsidi pemerintah dimana dalam
pemakaiannya harus memiliki alokasi penjatahan untuk setiap wilayahnya maka
dibentuklah sebuah sistem yang bernama Schedulling Agreement dimana sistem

ini mengaturjumlah kuantitas produk yang akan diambil oleh agen setiap harinya.
Untuk melakukan transaksi ini pertamina memiliki ketentuan penjualan tunai
yang harus di penuhi oleh setiap calon agen yang ingin melakukan transaksi
pembelian LPG. Ketentuan tersebut terduiri dari diwajibkannya agen memiliki
badan hukum PT (Perseroan Terbatas), memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP), memiliki kantor dan gudang penyimpanan yang luasnya 300m2 untuk
agen PSO (Public Service Obligation) dan 400m2 untuk Non PSO (Public
Service Obligation), memiliki Kendaraan minimal 2 yaitu truk dan pick up,
memiliki alat timbangan untuk LPG tersebut, memiliki APAR (Alat Pemadan Api
Ringan), dan sudah memang papan nama.
Fungsi yang terkait dalam penjualan tunai LPG terdiri dari fungsi Penjualan
Regional, fungsi SPC (Shared Processing Center), fungsi SPPBE (Stasiun
Penyaluran dan Pengisian Bahan Bakar Elpiji), Fungsi Depot FP LPG, fungsi
Keuangan Depot, dan fungsi keuangan regional yang dibagi menjadi dua yaitu
fungsi kas/bank dan fungsi Hutang Piutang Niaga.
Dokumen yang digunakan adalah Schedulling Agreement, Bukti Setor
Bank, Loading Order, Surat Pengantar Pengiriman, Invoice yang didalamnya
terlampir Faktur Pajak dan dokumen pendukungnya terdiri dari Bukti Penerimaan
Barang, Berita Acara Serah Terima Barang, Nota Debet/Kredit. Catatan akuntansi
yang digunakan sudah melaui sistem dimana ketika terajadi transaksi sudah

langsung tercatat didalam sistem yang bernama MySAP.
Prosedur Penjualan Tunai produk LPG pada PT. Pertamina (Persero)
Pemasaran III Jakarta pada umumnya terdiri dari, Agen menyerahkan data alokasi
LPG kepada fungsi Penjualan Regional, yang akan diterusan ke Fungsi SPC
dimana fungsi SPC akan membuatkan alokasi dalam sistem MySAP dan membuat
nomo Schedullig Agreement yang akan diserahkan kepada Fungsi Penjualan
Regional dan Fungsi Penjualan Regional akan menyerahkan kepada Agen. Setelah
prosedur permitaan Schedulling Agreement tersebut agen sudah bias melakukan
transaksi pembelian kepada PT. Pertamina dengan cara menyetorkan sejumlah
uang yang sesuai dengan kuantitas LPG yang akan dibeli ke Bank Persepsi. Bank
Persepsi melakukan input data setoran agen kedalam rekening petamina serta
melakukan validasi bukti setor dan memberikan nomor Loading Order yang
kemudian diserahkan kepada Agen. Agen memberikan Bukti Setor Bank yang
tsudah tervalidasi dan tercetak nomor Loading Order. Fungsi SPPBE menerima
Bukti Setor Bank dan kemudian melakukan pengecekan secara sistem apakah
jumlah kuantiti dan jenis barang yang akan diserahkan kepada agen. Jika sudah
seusai maka akan di lakukan pengeluaran barang dari gudang berdasarkan
Loading Order tersebut. Kemudian fungsi SPPBE melakukan Good Issued secara

iii


sistem. Lalu membuatkan Surat Pengantar Pengiriman yang disertakan dokumen
pendukung Bukti Penerimaan Barang yang akan ditandatangani oleh Agen ketika
barang sampai kepada Agen tersebut. Sementara itu fungsi SPC menerima
informasi tentang Good Issue yang kemudian melakukan proses billing secara
sistem yang akan dilanjutkan ke fungsi keuangan depot sebagai dasar pencetakan
Invoice dan Faktur Pajak yang berjumlah dua rangkap yang satu rangkapnya akan
diserahkan ke Agen serta sisanya akan diarsipkan. Setelah itu fungsi Keuangan
regional khususnya bagian Kas/Bank menerima informasi berupa EBS (Electronic
Bank Statement) dimana didalamnya terdapat informasi tentang saldo uang yang
masuk (Bank Incoming Clearing) pada rekening PT. Pertamina (Persero) dan
terdapat juga Rekening Koran, fungsi ini melakukan pencocokan antara kedua
informasi tersebut kemudian melakukan pengiriman informasi ke fungsi SPC agar
dilakukan otomatis clearing BIC. Fungsi Keuangan Hutang Piutang Niaga juga
menerima informasi piutang yang akan di lakukan clearing Account Receivable
otomatis pada fungsi SPC agar Agen tidak tercatat memiliki piutang pada
perusahaan karena uang yang disetorkan sudah masuk ke rekening PT. Pertamina
(Persero).
Pengawasan internal dalam Penjualan Tunai Produk LPG pada PT.
Pertamina (persero) Pemasaran III Jakarta diterapkan secara baik adapun

pengawasan Internal tersebut terdiri dari pemisahan fungsi yang tegas agar terjadi
internal control yang baik, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, adanya
praktik yang sehat dan karyawan sesuai dengan tanggungjawabnya.
Permasalahan yang timbul pada penjualan tunai Produk LPG biasanya
disebabkan oleh jaringan internet dibank yang sering time out serta kegagalan
jaringan sistem yang ada di PT. Pertamina itu sendiri.
Pelaksanaan sistem penjualan tunai produk LPG yang dilaksanakan pada
PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta telah sesuai dengan teori sistem
pada umumnya. Sehingga dapat dikatakan sistem Penjualan tunai produk LPG
tersebut berjalan dengan baik.

Kata Kunci: sistem akuntansi, penjualan tunai, schedulling agreement

iv

ANALISIS SISTEM PENJUALAN TUNAI PRODUK LPG PADA
PT. PERTAMINA (PERSERO) PEMASARAN III JAKARTA

NILA RATNASARI


Laporan Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada
Program Diploma Keahlian Teknik Komputer

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

v

Judul

: Analisis Sistem Penjualan Tunai Produk LPG pada PT.
Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
Nama
: Nila Ratnasari
NIM

: J3N109078
Program Keahlian : Akuntansi

Disetujui oleh

Rudy Haryanto SE, MM, Ak.
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc
Direktur Program Diploma

Tanggal lulus:

Drs. Iman Firmansyah, M.Si
Koordinator Program Keahlian

vi


\RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 24 November 1991 di Kota Jakarta.
Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Endar Suhendar dan Ibu Ratnawati
yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan pertama dimulai dari TK Aisyah 27 pada tahun 1996. Pada
tahun 1997 penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 07 dan lulus
pada tahun 2003. Kemudian penulis bersekolah di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 7 Jakarta pada tahun 2003 sampai 2006. Selepas lulus SMP
penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 54 Jakarta
pada tahun 2006 sampai dengan 2009.
Penulis sedang menjalani studi di Program Diploma IPB (Institut
Pertanian Bogor) dengan Program Keahlian Akuntansi melalui Undangan
Saringan
Masuk
(USM) pada bulan Mei 2009. Dalam rangka menyelesaikan studi dilakukan
Praktik Kerja Lapangan di PT. Pertamina (Persero) Pemasaran Region III dari
tanggal 20 Februari 2012 sampai dengan 15 April 2012.
Pengalaman magang terakhir selama menjadi mahasiswa adalah di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bogor.


vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak bukan Februari 2012
sampai April 2012 ini ialah Audit Internal, dengan judul Analisis Sistem
Penjualan Tunai Unit Bisnis Gas Domestik pada Produk LPG di PT Pertamina
(Persero) Pemasaran Region III.
Selesainya penyusunan tugasakhir ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, nasihat serta bimbingan kepada
penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua, Bapak Endar Suhendar dan Ibu Ratnawati yang
telah memberi dukungan sehingga tugas akhir ini selesai
2. Bapak Rudy Haryanto SE, MM, Ak. selaku dosen pembimbing
3. Bapak Bambang Suprihanto selaku Manajer Finance M&T Offsite III
Jakarta, tempat penulis melakukan PKL
4. Bapak Agus Setyawan selaku Ast. Manager Finance M&T Offsite III
Jakarta
5. Ibu Rusdiawanti selaku pembimbing lapangan I

6. Bapak Amri Ammrulhayat selaku pembimbing lapangan II
7. Staf-staf PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta yang telah
membantu dalam memperoleh informasi dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini
8. Teman-teman satu bimbingan dan seluruh teman-teman Akuntansi
angkatan 46 yang selalu menemani dalam suka maupun duka dalam
menuntut ilmu di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna. Karena itulah, kritik dan saran senantiasa diterima demi perbaikan ilmu
penulis dan juga kemajuan bagi Pertamina. Semoga Laporan Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan. Terima Kasih.

Bogor, Mei 2012

Nila Ratnasari

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

X
XI
XII

1 PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Tujuan dan Manfaat
2
1.2.1 Tujuan
2
1.2.2 Manfaat
2
1.3
Lokasi dan Waktu
3
1.4
Teknik Pengumpulan Data
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1
Pengertian Sistem Akuntansi
3
2.2
Pengertian Penjualan
4
2.3
Klasifikasi Transaksi Penjualan
4
2.4
Pengertian Penjualan Tunai
5
2.5
Pengertian Prosedur
5
2.6
Prosedur Penjualan Tunai
5
2.7
Fungsi – fungsi yang Terkait Dalam Sistem Penjualan Tunai
6
2.8
Dokumen yang Digunakan Dalam Sistem Penjualan Tunai
8
2.9
Pencatatan dalam Prosedur Penjualan Tunai
9
2.10 Pengendalian Internal
9
3 KEADAAN UMUM
11
PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN III JAKARTA
11
3.1
Sejarah PT. Pertamina (Persero)
11
3.2 Makna Logo PT. Pertamina (Persero)
13
3.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina (Persero)
Pemasaran III Jakarta
14
3.3.1 Visi PT. Pertamina (Persero)
14
3.3.2 Misi PT. Pertamina (Persero)
14
3.3.3
Visi PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
14
3.3.4
Misi PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
14
3.4 Tata Nilai PT. Pertamina (Persero)
14
3.5
Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta15
3.6
Kegiatan Usaha PT. Pertamina (Persero)
17
3.7
Fungsi dan Tujuan PT. Pertamina (Persero)
18
3.7.1 Fungsi PT. Pertamina (Persero)
18
3.7.2
Tujuan PT. Pertamina (Persero)
18
4 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN TUNAI PRODUK LPG
PADA PT. PERTAMINA (PERSERO) PEMASARAN III JAKARTA
18

ix

4.1 Ketentuan Penjualan Tunai Produk LPG pada PT. Pertamina (Persero)
Pemasaran III Jakarta
19
4.2 Fungsi-fungsi yang Terkait pada Sistem Penjualan Tunai LPG pada PT.
Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
20
4.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Terkait dalam Sistem Penjualan
Tunai LPG pada PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
21
4.3.1 Dokumen yang Terkait dalam Sistem Penjualan Tunai LPG pada
21
PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
21
4.3.2 Catatan Akuntansi yang Terkait dalam Sistem Penjualan Tunai Produk
LPG
21
4.4
Prosedur Penjualan Tunai Produk LPG pada PT. Pertamina (Persero)
Pemasaran III Jakarta
22
4.4.1 Prosedur Permintaan Schedulling Agreement (SA)
22
4.4.2 Prosedur Penjualan Tunai Produk LPG dengan H2H
23
4.4.3 Prosedur Penjualan Tunai Produk LPG Non H2H
26
4.5
Pengawasan Internal Perusahaan Penjualan Tunai Produk LPG
29
4.6 Permasalahan yang Terjadi dalam Penjualan Tunai Produk LPG
30
5 KESIMPULAN DAN SARAN
31
5.1 Kesimpulan
31
5.2
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34

DAFTAR TABEL
1 Perubahan Ruang Lingkup PT. Pertamina (Persero)........................................12

x

2 Makna dari Logo PT. Pertamina (Persero).......................................................13
3 Daftar Nomor dan Nama Pelanggan (Agen) LPG...........................................20

xi

DAFTAR GAMBAR
3.1 LOGO PT. Pertamina (Persero)......................................................................13
3.2 Struktur Organisasi Finance M&T Offsite Support Region III......................15
4.1 Flowchart Prosedur Request Schedulling Agreement (SA).............................22
4.2 Flowchart Prosedur Penjualan Tunai Produk LPG H2H................................25
4.3 Flowchart Prosedur Penjualan Tunai Produk LPG Non H2H........................28

xii

DAFTAR LAMPIRAN
1 Schedulling Agreement Produk Alokasi...........................................................34
2 Bukti Setor Bank dengan Loading Order Validasi Bank Persepsi..................35
3 Loading Order.................................................................................................36
4 Dokumen Surat Jalan Agen.............................................................................37
5 Berita Acara.....................................................................................................38
6 Nota Debet.......................................................................................................39
7 Backlog Saat Jaringan Bank Time Out............................................................40

1

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan ekonomi adalah salah satu kegiatan yang berperan penting dalam
suatu negara. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi saling bersaing seiring dengan
perkembangan perekonomian global. Hal ini menuntut perusahaan untuk dapat
bertahan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Agar mencapai hal tersebut
perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja yang sangat baik. Perusahaan harus
dapat meningkatkan
Perusahaan sebagai pelaku ekonomi harus dapat berusaha untuk dapat
memaksimalkan segala potensi yang ada dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
meningkatnya tingkat penjualan yang pada akhirnya akan memperoleh laba yang
maksimal. Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan sebuah sistem akuntansi
dengan pengendalian yang baik. Sistem akuntansi dengan pengendalian yang baik
akan menghasilkan informasi yang andal dan dapat dipercaya.
Sistem akuntansi selalu terlibat dalam setiap kegiatan perusahaan, baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Kebutuhan akan sistem akuntansi
sangat dirasakan oleh perusahaan besar, hal ini dikarenakan banyaknya transaksi
yang begitu kompleks dan tidak mungkin untuk dapat mengingatnya. Dengan
begitu dibuatlah sebuah sistem untuk lebih membantu. Hal ini juga dapat
mempermudah para manajer untuk mengawasi dan mengetahui apakah prosedur
yang seharusnya terlaksana telah berjalan sesuai dengan harapan manajer tanpa
harus melakukan pengawasan secara langsung.
Sering kita jumpai ketidaksesuaian penerapan sistem akuntansi dalam
prakteknya sehingga terjadi kecurangan-kecurangan (fraud) dalam perusahaan
tersebut. Dengan adanya sistem akuntansi yang baik dalam perusahaan dapat
menghindarkan perusahaan dari keinginan pihak tertentu untuk melakukan
penyelewengan, penipuan serta pemborosan terhadap harta kekayaan perusahaan
dan meminimalkan penyalahgunaan prosedur yang telah ditentukan.
Penjualan merupakan kegiatan utama dari perusahaan baik perusahaan
industri, perusahaan dagang maupun perusahaan jasa yang bertujuan untuk
mencari keuntungan. Rentannya kecurangan dalam penjualan tunai yang
disebabkan transaksi tersebut berhubungan langsung dengan kas, kas merupakan
aset paling likuid dan sangat mudah terjadinya kecurangan. Oleh karena itu
dibutuhkan sistem akuntansi penjualan tunai yang baik agar dapat menghasilkan
informasi yang andal dan dapat dipercaya oleh pihak-pihak berkepentingan.
PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengelolaan minyak, gas dan panas bumi. Kegiatan operasional, PT Pertamina
(Persero) Pemasaran III Jakarta salah satunya melakukan kegiatan penjualan baik
itu penjualan Tunai, prepayment, atau penjualan secara kredit.
Program konversi minyak tanah ke LPG yang mulai diluncurkan pemerintah
pada tahun 2007, menjadikan Elpiji menjadi lebih dekat dan semakin dikenal
oleh masyarakat sehingga sangat berpengaruh kepada tingkat penjualan LPG di
PT. Pertamina (Persero), tetapi dalam pelaksanaannya sering ditemukan berbagai
kendala dalam penjualan tunai produk LPG tersebut khususnya LPG tiga kilo
yang merupakan produk subsidi dari pemerintah yang harus dibatasi
pemakaiannya. Oleh karena itu PT. Pertamina menggunakan sistem Schedulling

2
Agreement untuk melakukan kontrol penjatahan setiap agen LPG disetiap
wilayah.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai transaksi penjualan tunai LPG pada PT.
Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta dengan mengambil judul “Analisis
Sistem Akuntansi Penjualan Tunai Produk LPG di PT. Pertamina (Persero)
Pemasaran III Jakarta.”
1.2 Tujuan dan Manfaat
Penulis mempunyai tujuan dan berharap agar laporan ini bermanfaat untuk
penulis perusahaan dan pihak lain adapun tujuan dan manfat dalam penulisan
laporan ini.
1.2.1

Tujuan
Tujuan penulis dari penulisan Laporan Tugas Akhir pada PT. Pertamina
(Persero) Pemasaran III Jakarta yaitu:
1. Menguraikan gambaran mengenai Ketentuan Penjualan Produk LPG pada PT.
Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta.
2. Menguraikan Fungsi-fungsi yang terkait pada Sistem Penjualan Tunai Produk
LPG di PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta.
3. Menguraikan Dokumen dab catatan akuntansi yang terkait dalam Sistem
Penjualan Tunai LPG pada PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta.
4. Menerangkan Prosedur Penjualan Tunai Produk LPG Pada PT. Pertamina
(Persero).
5. Menerangkan Pengawasan Internal Penjualan Tunai Produk LPG yang
diterapkan pada PT.Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta.
6. Menguraikan permasalahan yang timbul pada penjualan tunai produk LPG
pada PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta.
1.2.2

Manfaat
Manfaat dari penulisan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Penulis
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dengan cara
memandingkan teori yang sudah diterima selama masa kuliah dengan
kenyataan yang dihadapi dalam dunia kerja. Khususnya mengenai sistem
akuntansi penjualan tunai.
2. Perusahaan
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberi informasi dan juga
masukan baik berupa saran atau koreksi guna mencapai efektifitas perusahan
untuk mengadakan peningkatan dan perbaikan disegala bidang dan juga
bermanfaat untuk kelancaran aktivitas perusahaan guna menunjang kemajuan
perusahaan khusunya dalam bidang penjualan tunai, sehingga dapat membantu
perusahaan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi
3. Pihak Lain
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
mengenai perkembangan ilmu pengentahuan dan juga dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dan tidak menutup kemungkinan untuk
mengadakan penyempurnaan terhadap hasil pengamatan ini.

3
1.3 Lokasi dan Waktu
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) Pemasaran
Region III yang berlokasi di Jalan Kramat Raya No. 59 Jakarta Pusat.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan sesuai dengan ketentuan Program
Diploma Institut Pertanian Bogor dengan waktu pelakasanaan:
1. Pada tanggal 20 Februari 2012 sampai dengan tanggal 15 April 2012 yaitu
selama delapan minggu
2. Waktu mengikuti jam kerja setiap hari senin sampai jumat dari pukul 07.0015.30
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik Pengumpulan data dalam menulis Laporan Tugas Akhir
adalah sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Penulis melakukan penelitian pada perusahaan yang bersangkutan dengan
tujuan memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi
pokok bahasan dalam Laporan Tugas Akhir. Teknik yang digunakan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
a. Observasi (Observation)
Teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada objek
perusahaan yang akan diteliti melalui pengamatan dan pencatatan yang
diperoleh kebenarannya
b. Wawancara (Interview)
Mengadakan dialog atau wawancara secara langsung dengan pimpinan dan
karyawan perusahaan yang bersangkutan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan bidang yang teliti dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Mengumpulkan data sekunder dengan jalan melakukan penelitian terhadap
literatur buku referensi dan sumber lain yang ada hubungannnya dengan
masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data
sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar dan pedoman yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Browsing
Penulis mengambil data dari media internet yang berkaitan dengan bidang
kajian yang ditulis seperti website Pertamina.
4. Lainnya
Penulis mengambil data dari media lainyang berkaitan dengan bidang kajian
yang ditulis.

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem Akuntansi
Pengertian sistem menurut Hall (2009:1) yang dikutip oleh Mardi (2011:1)
adalah Sekelompok atau lebih komponen yang saling berkaitan yang bersatu
untuk mencapai tujuan yang sama.

4
Dari uraian diatas, sistem adalah kumpulan dari berbagai unsur atau bagian
yang saling berkaitan dan berkerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pengertian Akuntansi menurut Niswonger, Fess dan Warren yang
diterjemahkan oleh Marianus Sinaga (2010:37) adalah proses mengenali,
mengukur, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh
pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang
bersangkutan.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa akuntansi merupakan proses yang
terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi. Informasi
ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam pengambilan
keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.
Menurut Mulyadi (2008:3) Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir,
catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa unuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.
Menurut Howard F. Settler Sistem akuntansi adalah formulir-formulir,
catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah
data mengenai usaha suatu kegiatan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan
umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen
untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan
seperti pemegang saham, kreditor, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk
menilai hasil operasi.
Dari definisi sistem akuntansi tersebut, unsur sistem akuntansi pokok
adalah: formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu
serta laporan-laporan
1.
Formulir
2.
Jurnal
3.
Buku Besar
4.
Buku Pembantu
5.
Laporan Keuangan
2.2 Pengertian Penjualan
Pengertian penjualan Menurut Soemarso S.R (2009:160) Penjualan adalah
jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagang yang diserahkan
merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Menurut Mulyadi (2008:160) Penjualan adalah suatu kegiatan
yang terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, secara kredit maupun tunai.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan merupakan
suatu proses dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian barang
atau jasa yang ditawarkan berdasarkan harga yang telah disepakati kedua belah
pihak. Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan
jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.
2.3
Klasifikasi Transaksi Penjualan
Menurut Mulyadi (2008: 210) kegiatan penjualan terdiri dari transaksi
penjualan barang atau jasa yang dapat diklasifikasikan menjadi penjualan kredit
dan penjualan tunai, maka penjualan dikelompokan menjadi dua, yaitu :

5
1. Penjualan Tunai
Penjualan Tunai yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan
cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga terlebih dahulu
sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli.
2. Penjualan Secara Kredit
Dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai
pemesanan yang diterima dari pembeli untuk jangka waktu tertentu dan pihak
perusahaan memiliki tagihan kepada pembeli.
2.4 Pengertian Penjualan Tunai
Penjualan tunai menurut Mulyadi (2008:455) merupakan Penjualan yang
dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan
pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum baang diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh
perusahaan.
2.5 Pengertian Prosedur
Prosedur Merupakan hal mutlak dan sangat diperlukan demi kelangsungan
perusahaan. Menurut Mulyadi (2008:5), Prosedur adalah suatu urutan klerikal,
biasanya melibatkan orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin secara seragam transaksi perusahaan secara berulang-ulang. Kegiatan
klerikal (clerical operations) terdiri dari kegiatan berikut ini yang dilakukan untuk
mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal, buku besar.
Menurut Mulyadi (2008:6) kegiatan klerikal meliputi:
1.
Menulis: misal penulisan nama dan alamat pembeli, dan lainlain data pada faktur penjualan.
2.
Pemberian kode; misal memberi kode rekening yang didebit
dan dikredit.
3.
Pembandingan; misal membandingkan faktur pembelian denga
laporan penerimaan barang.
4.
Pembukuan; misal membukukan data pada bukti transaksi ke
dalam buku jurnal.
5.
Penggandaan; misal menulis faktru penjualan rangkap empat.
6.
Pemilahan; misal memilah faktur pembelian menurut abjad
pemasok.
7.
Perhitungan; misal perkalian, pembagian, penjumlaham dan
pengurangan.
8.
Pembuatan daftar-daftar; misal daftar piutang yang menunggak
lebih dari satu bulan.
2.6 Prosedur Penjualan Tunai
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai menurut Mulyadi
(2008 : 469) yaitu :
1. Prosedur order penjualan
2. Prosedur penerimaan kas
3. Prosedur penyerahan barang
4. Prosedur pencatatan penjualan tunai
5. Prosedur penyetoran kas ke bank

6
6. Prosedur pencatatan penerimaan kas
7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Penjelasan dari prosedur penjualan diatas adalah sebagai berikut:
1. Prosedur order penjualan
Dalam proses order penjualan, bagian order penjualan berperan dalam
menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai sebanyak 3
lembar yang akan didistribusikan masing-masing satu kepada pembeli sebagai
bukti pembayaran ke bagian kassa, dikirmkan ke bagian gudang, dan untuk
bagian order penjualan sendiri sebagai arsip dokumentasi yang akan disimpan
menurut nomor urut faktur.
2. Prosedur penerimaan kas
Penerimaan kas dilakukan oleh bagian kassa bersamaan setelah menerima
faktur penjualan tunai dari bagian order penjualan tunai dari pembeli sekaligus
mengoperasikan mesin cash register sehingga menghasilkan bukti cash register
yang akan ditempelkan pada faktur yang telah dibubuhkan cap lunas dan
diserahkan kembali kepada pembeli untuk kepentingan pengambilan barang ke
bagian pengiriman barang.
3. Prosedur penyerahan barang
Proses penyiapan barang ditangani oleh bagian gudang setelah menerima
faktur penjualan tunai dari bagian order penjualan sesuai dengan kuantiítas
yang sebenarnya sekaligus pencatatannya kedalam kartu gudang yang akan
diserahkan ke bagian pengiriman.
5. Prosedur pencatatan penjualan tunai
Pencatatan penjualan tunai ditangani oleh bagian akuntansi yang melakukan
pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal
penerimaan kas. Disamping itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya
persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.
6. Prosedur Penyetoran kas ke bank
Penyetoran kas ke bank ditangani oleh fungsi kas dengan menyetorkan kas
yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.
7. Prosedur pencatatan penerimaan kas
Pencatatan kas ditangani oleh bagian akuntansi dalam jurnal penjualan dan
penerimaan kas setelah menerima faktur penjualan tunai yang dilampiri oleh
pita register kas dari bagian pengiriman barang.
8. Prosedur Pencatatan harga pokok penjualan
Pencatatan harga pokok penjualan ditangani oleh bagian akuntansi yang
membuat rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat
bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga pokok
penjualan ke dalam jurnal umum.

2.7
Fungsi – fungsi yang Terkait Dalam Sistem Penjualan Tunai
Dalam pelaksanaan jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan
tunai melibatkan beberapa unit atau bagian dalam organisasi. Urutan kegiatan
yang sekaligus merupakan fungsi dari tiap-tiap bagian yang terlibat dalam
prosedur penjualan tunai menurut Mulyadi (2008:462) adalah sebagai berikut :
1. Bagian order penjualan
Bagian ini bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas:
a. Menerima order dari pembeli

7
b. Mengisi faktur penjualan tunai rangkap 3
2. Bagian kasa (kasir)
Bagian ini bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas:
a. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke satu dan menerima uang dari
pembeli sebesar yang tercantum dalam faktur penjualan tunai tersebut
b. Mengoperasikan register kas untuk menghasilkan pita register kas
c. Membubuhkan cap lunas diatas faktur penjualan tunai dan menempelkan
pita register kas pada faktur tersebut.
d. Menyerahkan faktur penjualan tunai dan pita register kas kepada pembeli
untuk kepentingan pengambilan barang ke bagian pengiriman barang.
e. Mengisi bukti setor bank rangkap 3 dan segera menyetorkan kas yang
diterima dari hasil penjualan tunai ke bank.
f. Bukti setor bank rangkap 3 didistribusikan kepada :
1) Lembar 1: Diserahkan ke bank bersama dengan kas yang disetor
2) Lembar 2: Diserahkan ke bagian akuntansi (jurnal)
3) Lembar 3: Disimpan sebagi arsip kasir menurut nomor urut.
3. Bagian Gudang
Bagian gudang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas:
a. Menyimpan barang yang dipesan segera setelah menerima faktur
penjualan tunai lembar ke 2 dan menyiapkan barang sebanyak yang
tercantum dalam faktur penjualan tunai.
b. Mencatat kuantitas dan jenis barang yang akan diserahkan ke bagian
pengiriman barang ke dalam kartu gudang
c. Menyerahkan barang ke bagian pengiriman barang beserta faktur
penjualan tunai lembar ke 2.
4. Bagian Pengiriman
Bagian pengiriman bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas :
a. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke 2 bersama dengan barang dari
bagian gudang dan menerima faktur penjualan lembar ke 1 yang dilampiri
pita register kas dari bagian kasir melalui pembeli kemudian
membandingkan kedua faktur tersebut untuk menentukan apakah sudah
dilakukan pembayaran harga barang.
b. Faktur penjualan lembar ke 2 dimasukkan ke dalam barang yang
dibungkus sebagai slip pembungkus dan diserahkan kepada pembeli.
c. Faktur penjualan tunai lembar ke 1 yang dilampiri dengan pita register
kas diserahkan ke bagian akuntansi (jurnal)
5. Bagian Akuntansi
Bagian akuntansi bertangggung jawab untuk melaksanakan tugas :
a. Mencatat transaksi penjualan tunai ke dalam jurnal penjualan berdasarkan
faktur penjualan tunai lembar ke 1.
b. Mengirimkan faktur penjualan tunai yang dilampiri dengan pita register
kas ke bagian kartu persediaan.
c. Menerima bukti setor bank lembar ke 2 dari bagian kasir dan mencatatnya
dalam jurnal penerimaan kas.
d. Mengarsipkan bukti setor bank lembar ke 2 dalam arsip berdasarkan
urutan tanggal setor.
e. Menerima bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi harga pokok
penjualan dari bagian kartu persediaan dan mencatatnya ke dalam jurnal

8
umum. Dan mengarsipkan bukti memorial dengan dilampiri harga pokok
penjualan berdasarkan nomor bukti memorial.
6. Bagian Kartu persediaan
Bagian Kartu Persediaan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas :
a. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke 1 yang dilampiri pita register
kas dari bagian akuntansi.
b. Mencatat kuantitas dan harga pokok persediaan yang dijual ke dalam
kartu persediaan atas dasar faktur penjualan tunai lembar ke 1.
c. Faktur penjualan tunai lembar ke 1 yang dilampiri dengan pita register kas
diarsipkan menurut nomor urut faktur penjualan tunai.
d. Secara periodik membuat rekapitulasi harga pokok penjualan selama
periode tertentu berdasarkan harga pokok produk yang dijual dalam kartu
persediaan.
e. Membuat bukti memorial sebagai dasar pencatatan pokok produk yang
dijual selama periode berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan.
f. Menyerahkan bukti memorial yang dilampiri rekapitulasi harga pokok
penjualan ke bagian akuntansi.
2.8
Dokumen yang Digunakan Dalam Sistem Penjualan Tunai
Penjualan tidak pernah terlepas dari bukti-bukti yang menguatkan atas
terjadinya proses transaksi antara kedua belah pihak. Salah satu bukti bahwa
terjadinya suatu perjanjian transaksi adalah dokumen.
Adapun dokumen yang di gunakan dalam prosedur penjualan secara tunai
menurut Mulyadi (2008:463) adalah sebagai berikut:
1. Faktur Penjualan Tunai
Merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai
transaksi penjualan tunai. Faktur ini diisi oleh fungsi penjualan yang
berfungsi sebagai pengantar pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kasir
dan sebagai dokumen sumber pencatatan transaksi penjualan.
2. Pita Register Kas
Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi
kas.
3. Credit Card Sales Slip
Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu
kredit dan diserah kan kepada perusahaan yang menjadi anggota kartu kredit
bagi perusahaan yang menjuala barang atau jasa
4. Bill of Landing
Dokumen yang digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan
kepada perusahaan angkutan umum. Surat muat ini biasanya dibuat 3 lembar,
2 lembar untuk perusahaan angkutan umum. Dan 1 lembar disimpan
sementara oleh fungsi pengiriman setelah ditandatangani oleh wakil
perusahaan angkutan umum tersebut.
5. Faktur Penjualan
Dokumen ini digunakan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh
pelanggan saat penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan.
6. Bukti setor Bank
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kepada kas
bank

9
7.

Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan
Dokumen yang digunakan fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok
produk yang dijual selama satu periode.

2.9
Pencatatan dalam Prosedur Penjualan Tunai
Prosedur pencatatan dalam penjualan tunai menurut Anastasia Diana
(2010:15) adalah sebagai berikut:

Transak
si

Dokumen

Jurnal

Buku Pembantu

Buku Besar

Neraca Lajur

Laporan Keuangan
Sumber: Buku Sistem Informasi Akuntansi Anastasia Diana
Gambar 2.1 Proses Pencatatan Akuntansi
Adapun dalam pencatatan akuntansi prosedur penjualan yang dilakukan
secara tunai adalah sebagai berikut:
1. Jurnal Penjualan Tunai
Mencatat transaksi penjualan tunai yaitu:
D:
Kas
xxx
K:
Penjualan
xxx
2. Jurnal Penerimaan kas
Untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber:
D:
Kas
xxx
K:
Penjualan
xxx
3. Jurnal Umum
Untuk mencatat Harga Pokok Produk yang dijual
D:
HPP
xxx
K:
Persediaan
xxx
4. Kartu Persediaan
Kartu Persediaan ini diselenggarakan untuk mengawasi mutasi dan persediaan
barang yang disimpan di gudang
5. Kartu Gudang
Dalam transaksi ini kartu gudang digunakan untuk berkurangnya kuantitas
produk yang dijual
2.10 Pengendalian Internal

10
Pengertian pengendalian intern menurut Committee of sponsoring
organizations (COSO) dalam buku Azhar Susanto (2008:95) adalah COSO
menyatakan bahwa pengendalian intern meliputi dorongan yang diberikan kepada
seseorang atau karyawan bagian tertentu dari organisasi atau organisasi secara
keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan.
Pengendalian Internal menurut AICPA (American Institute of Carified
Public Accountant) yang dikutip oleh Mardi (2011:59) merupakan suatu sistem
yang meliputi struktur organisasi berserta semua mekanisme dan ukuran-ukuran
yang dipatuhi bersama untuk menjaga seluruh harta kekayaan organisasi dari
berbagai arah.
Pengendalian internal yang dirumuskan pada suatu perusahaan harus
mempunyai beberapa tujuan. Sesuai dengan definisi yang dikemukakan AICPA
tujuan dari pengendalian internal, yaitu:
1. Menjaga keamanan harta milik perusahaan.
2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi.
3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
4. Membantu menjaga kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Unsur-unsur yang pokok dalam pengendalian internal menurut Mardi
(2011:60) adalah sebgai berikut:
1. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka pemisah tanggung jawab secara
tegas berdasarkan fungsi dan tingkatan unit yang dibentuk. Prinsip dalam
menyusun struktur organisasi, yaitu pemisahan antara setiap fungsi yang ada
dan suatu fungsi jangandiberi tanggung jawab penuh melaksanakan semua
tahapan kegiatan, hal ini bertujuan supaya tercipta mekanisme saling
mengendalikan antarfungsi secara maksimal.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan dalam organisasi. Struktur
organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang mengatur hak dan
wewenang masing-masing tingkatan berserta seluruh jajarannya. Uraian tugas
harus didukung petunjuk prosedur berbentuk peraturan pelaksanaan tugas
disertai penjelasan mengenai pihak-pihak yang berwewenang mengesahkan
kegiatan, kemudian berhubungan dengan pencatatan harus disertai pula
prosedur yang baku. Prosedur pencatatan yang baik menjamin ketelitian dan
keandalan data dalam perusahaan. Transaksi terjadi apabila telah diotorisasi
oleh pejabat yang berwenang dan setiap dokumen memiliki bukti yang sah ,
ada paraf dan tanda tangan pejabat yang memberi otorisasi.
3. Pelaksanaan kerja secara sehat. Tata cara kerja secara sehat merupakan
pelaksanaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendukung tercapainya
tujuan pengendalian internal yang ditujukan dalam beberapa cara. Unsure
kehati-hatian (prudent) pentingdiajag agar tidak seorang pun menangani
transaksi di awal sampai akhir sendirian, harus rolling antar pegawai ,
melaksanakan berbagai tugas yang telah diberikan, memeriksa kekurangan
dalam pelaksanaan, serta menghindari kecurangan.
4. Pegawai berkualitas. Salah satu unsur pokok penggerak organisasi ialah
karyawan, karyawan harus berkualitas agar organisasi memiliki citra

11
berkualitas. Secara umum kualitas karyawan ditentukan oleh tiga aspek, yaitu
pendidikan, pengalaman, dan akhlak. Tidak hanya berkualitas, tetapi
kesesuaian tanggung jawab dan pembagian tugas perlu diperhatikan. Pegawai
yang berkualitas dapat ditentukan berdasarkan proses recruitment yang
dilakukan kepada mereka, apakah berbasis professional atau berdasarkan carity
(pendekatan teman).

3 KEADAAN UMUM PT. PERTAMINA (PERSERO)
PEMASARAN III JAKARTA
3.1
Sejarah PT. Pertamina (Persero)
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA)
adalah suatu perusahan milik negara yang bergerak dibidang pengusahaan
pertambangan minyak serta gas bumi dan berkantor pusat di Jakarta, terletak di
Jalan Medan Merdeka Timur No. 1A Jakarta Pusat. Dengan wilayah kerja
meliputi seluruh nusantara maupun perwakilan-perwakilan di luar negeri.
Tahun 1945, Jepang, dengan disaksikan pihak Sekutu, menyerahkan
Tambang Minyak Sumatera Utara kepada Indonesia. Daerah perminyakan ini
adalah bekas daerah konsesi BPM sebelum Perang Dunia Kedua. Pada masa
revolusi fisik, tambang minyak ini hancur total. Lapangan-lapangan minyak di
daerah lain di Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda dan pihak asing
berdasarkan hak konsesi, namun lapangan minyak di Sumatera Utara dan Aceh
dapat dipertahankan bangsa Indonesia.
Semenjak kedaulatan Republik Indonesia diakui pada Desember 1949,
hingga akhir 1953 Pemerintah masih ragu apakah akan mengembalikan Tambang
Minyak Sumatera Utara kepada BPM atau dikuasai sendiri. Penunjukkan
‘koordinator’ untuk pertambangan oleh Menteri Perekonomian pada tahun 1954
belum membawa perbaikan.
Pada bulan Oktober 1957, Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada waktu itu
Jenderal A.H. Nasution menunjuk Kolonel Dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk
Perusahaan Minyak yang berstatus hukum Perseroan Terbatas. Pada tanggal 10
Desember 1957 didirikan P.T. Pertambangan Minyak Nasional Indonesia (P.T.
Permina) dengan Kol.Dr. Ibnu Sutowo sebagai Presiden Direktur.
Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki
pemerintah (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember
1957 dengan nama PT Permina. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama
menjadi PN Permina dan setelah merger dengan PN Pertamin di tahun 1968
namanya berubah menjadi PN Pertamina. Dengan bergulirnya Undang Undang
No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi Pertamina Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak dididang pengusahaan pertambangan minyak dan
gas bumi yang meliputi eksplorasi, pemurnian, pengolahan, dan penjualan.
Sebutan ini tetap dipakai setelah Pertamina berubah status hukumnya
menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23
November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

12
PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis
Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum
& HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09
Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31
Tahun 2003 "Tentang pengalihan bentuk perusahaan pertambangan minyak dan
gas bumi negara (Pertamina) menjadi perusahaan Perseroan (Persero)".
Menjelang berakhirnya abad 20, berbagai perkembangan telah terjadi. Hal
ini makin memperkuat akan terjadinya perubahan-perubahan mendasar dalam
bidang perekonomian yang mengarah kepada pasar bebas ekonomi terbuka dan
persaingan usaha yang semakin tajam.
Adanya perubahan lingkungan strategis serta penugasan pemerintah kepada
Pertamina yang kurang menunjang bagi tumbuh dan berkembangnya Pertamina di
masa depan mengharuskan Pertamina untuk mengubah bisnis yang dilakukannya
sebagai bagian dari perusahaan nasional.
Tabel 1 Perubahan Ruang Lingkup PT. Pertamina (Persero)
Masa Lalu
Masa Kini
 UU No. 8 Tahun 1971
 UU No. 22 Tahun 2001
 PSO
(Public
Service
 Non PSO (Non Public Service
Obligation)
Obligation)
 Pasar Stagnan dan Tertutup
 Pasar Dinamis dan Terbuka (ada
( tidak ada kompetitor)
kompetitor)
 BBM sebagai Non Profit
 BBM sebagai profit oriented
Oriented
 Tidak ada pengembangan energi
 Ada pengembangan energi
alternatif
alternatif
 Tidak
ada
usaha
 Ada upaya mengembangkan
mengembangkan pasar
pasar
 Tidak ada otonomi daerah
 Ada otonomi daerah
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina
tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS
dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.
Dalam menjalankan kegiatan operasional, PT Pertamina (Persero)
melakukan kegiatan Penjualan usaha yang dilakukan dibagi berdasarkan unit
bisnisnya masing-masing, yaitu penjualan kepada SPBU (Fuel Retail), Industri,
TNI/POLRI, PLN, Gas Domestik, maupun Aviasi.
Pada Bulan Maret 1996, Menteri Migas menetapkan lima daerah eksploitasi
dan produksi pada PT. Pertamina (Persero) yaitu :
1. Unit Pemasaran I meliputi daerah Sumatera Utara dan Aceh dengan kantor
pusat di Medan.

13
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Unit Pemasaran II berlokasi di daerah Palembang
Unit Pemasaran III berlokasi di daerah Jakarta.
Unit Pemasaran IV III berlokasi di daerah Semarang
Unit Pemasaran V berlokasi di daerah Surabaya
Unit Pemasaran VI berlokasi di daerah Balik Papan
Unit VII Pemasaran VII berlokasi di daerah Jayapura

3.2 Makna Logo PT. Pertamina (Persero)
Seperti yang kita ketahui PT. Pertamina telah mengganti logonya dari logo
yang bersimbol dua ekor kuda laut dan sekarang beganti menjadi menjadi logo
yang lebih simple dengan warna yang berani.

Sumber: PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
Gambar 1 LOGO PT. Pertamina (Persero)
Tabel 2 Makna dari Logo PT. Pertamina (Persero)
1.

2.
3.
4.
5.
6.

Makna dari LOGO Lama
Bintang bersudut lima : Tenaga
(kekuatan)
pendorong
dalam
melaksanakan suatu tugas untuk
mencapai cita-cita Nasional;
Kuda Laut : Fosil-fosil yang
mengandung
minyak
dan
mempunyai daya hidup yang besar;
Pita (banner) : Ikatan penggalang
persatuan dan kebulatan tekad;
Warna merah : Keuletan, ketegasa
dan keberanian dalam menghadapi
pelbagai kesulitan;
Warna Kuning : Keagungan citacita yang hendak dicapai dalam
ketekunan dan penuh keyakinan;
Warna Biru : Kesetian kepada
Tanah air, dasar negara Pancasila
dan dasar (lambang) UUD 1945;

Makna dari LOGO Baru
sebagai berikut:
1. Biru mencerminkan : Andal, dapat
dipercaya dan bertanggung jawab;
2. Hijau mencerminkan : Sumber
daya energi yang berwawasan
lingkungan;
3. Merah mencerminkan : Keuletan
dan ketegasan serta keberanian
dalam
menghadapi
berbagai
macam kesulitan;
4. Bentuk keseluruhan dari logo
tersebut adalah huruf ‘P’ yang
merupakan huruf depan Pertamina
yang menuju perubahan yang lebih
baik.

Sumber: PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta

14
Pergantian logo ini sebuah keputusan yang terlahir dari direksi PT.
Pertamina dengan pemaknaan logo warna-warna yang berani menunjukkan
langkah besar yang diambil Pertamina tercermin pada tiga bidang belah ketupat,
dan
aspirasi
perusahaan
akan
masa
depan
yang
lebih
positif dan dinamis.
3.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina (Persero)
Pemasaran III Jakarta
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang selalu berakhir dengan profit
oriented. Namun dalam PT. Pertamina (Persero), keprofesionalan kerja, kejujuran,
serta komunikatif menjadi bagian lain yang mutlak dimiliki oleh setiap staff dan
karyawannya.
3.3.1 Visi PT. Pertamina (Persero)
Menjadi Perusahaan energi minyak nasional berkelas dunia (world class
company).
3.3.2 Misi PT. Pertamina (Persero)
Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
3.3.3

Visi PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
Perusahaan Energi Nasional kelas dunia dan menjadikan unit pemasaran
terkemuka dengan layanan kelas dunia.

3.3.4

Misi PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
1. Memasarkan produk minyak gas dan hasil olahannya mengunakan etika,
keramahannya, kecepatan, dan berwawasan lingkungan
2. Mengelola usaha dengan orientasi pada pencapaian kinerja terbaik
3. Menjadikan aset unggulan bagi perusahaan, pemerintah, pekerja, dan
masyarakat.
3.4 Tata Nilai PT. Pertamina (Persero)
PT. Pertamina (Persero) memiliki tata nilai sebagai acuan yang digunakan
dalam kinerja nya.Adapun tata nilai tersebut antara lain:
1. Bersih
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.Berpedoman
pada asas-asas korporasi yang baik.
2. Kompetitif
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
3. Percaya Diri

15
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Fokus Pada Pelanggan
Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Komersial
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Berkemampuan
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
3.5

Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) Pemasaran III Jakarta
Struktur Organisasi merupakan suatu bagian dan uraian tugas yang
menggambarkan hubungan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap karyawan
yang ada dalam perusahaan. Struktur organisasi yang jelas berdampak baik
kepada seluruh kegiatan yang mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Struktur organisasi PT. Pertamina (Persero) Unit