Book Report Pancasila Sebagai Ideologi

BAB I
IDENTITAS BUKU

Gambar 1.1
( Cover Buku Pancasila Sebagai Ideologi )

1 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

1.1

JUDUL BUKU

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM BERBAGAI BIDANG
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA.
1.2

PENGARANG
Oetojo Oesman dan Alfian


1.3

PENERBIT
BP-7 Pusat

1.4

KOTA/TAHUN TERBIT
Jakarta/1990

1.5

JUMLAH HALAMAN
421 Halaman

1.6

ISI BAB
1) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA
2) PAHAM INTEGRALISTIK BUKAN LIBERALISME DAN BUKAN
KOMUNISME
3) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DITINJAU DARI SEGI
PANDANGAN HIDUP BERSAMA'
4) PANCASILA CITA HUKUM DALAM KEHIDUPAN HUKUM
BANGSA INDONESIA
5) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN
KETATANEGARAAN
6) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN
BUDAYA
7) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KAITANNYA
DENGAN KEHIDUPAN BERAGAMA DAN BERKEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
8) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL
9) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN
POLITIK
10) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM PERGAULAN
INDONESIA DENGAN DUNIA INTERNASIONAL

11) IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI
12) DEMOKRASI
EKONOMI
:
KETERKAITAN
USAHA
PARTISIPATIF vs KONSENTRASI EKONOMI
13) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BIROKRASI ATAU
APARATUR PEMERINTAH
14) PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN
PERTAHANAN DAN KEAMANAN

2 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

1.7

SINOPSIS

Buku

yang

ditulis

oleh

para

ahli

ini

(Moerdiono,

Soerjanto

Poespowardojo, A. Hamid S. Attamimi, Padmo Wahjono, M. Sastrapratedja,
Abdrahman Wahid, Selo Sumardjan, Alfian, Mochtar Kusumaatmadja, Mubyarto,

Sri Edi Swasono, Bintoro Tjokroamidjojo, Saafroedin Bahar) yang disuntinmg
oleh Oetojo Oesman dan Alfian dengan judul Pancasila sebagai Ideologi dalam
bermasyaraka, berbangsa dan bernegara mempunyai 14 bab dan 2 lampiran.
Dalam buku “Pancasila sebagai Ideologi dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara” membahas tentang Pengertian Pancasila sebagai Ideologi dalam
lingkup luas, penjabaran Tiga tahapan kesadaran ideologis pancasila itu adalah
pancasila sebagai ideologi persatuan, pancasila sebagai ideologi pembangunan,
dan pancasila sebagai ideologi terbuka, dalam rangka menempatkan pancasila
sebagai cita hukum dalam kehidupan hukum bangsa indonesia, menguraikan
berturut-turut mengenai : hukum dan kedudukannya dalam negara republik
indonesia, undang-undang dasar 1945 dan pancasila, ketetapan M.P.R.S no. XX/
MPRS/1966dan pancasila, Para ahli dan pancasila, peranan cita hukum pancasila
dalam kehidupan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis dan mengoperasikan
pancasila dan norma fundamental negara pancasila dalam pembentukan
perundang-undangan. Buku ini juga membahas tentang pancasila dalam hubungan
ketatanegaraan, jabatan serta organisasi di indonesia, Relevansi pancasila sebagai
ideologi dalam kehidupan politik bangsa kita antara lain terletak pada kualitas
yang terkandung dalam dirinya. Disamping itu relevansinya juga terletak pada
posisi komparatifnya. Buku ini tidak mempersoalkan karakteristik pancasila
sebagai ideologi dan tidak mengemukakan persoalan-persoalan pokok apa yang

harus diperhatikan apabila kita mau membawa pancasila kedalam pergaulan
indonesia dengan dunia internasional. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
ideologi pancasila dalam kehidupan ekonomi, birokrasi/aparatur pemerintahan,
dan kehidupan pertahanan keamanan.
Kelebihan buku ini adalah Penjelasan yang sudah rinci, disertai dengan
contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Juga buku ini ditulis oleh para ahli dan keabsahannya bisa
3 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

dipertanggung jawabkan. Kekurangan dalam buku ini adalah bahasa yang sulit
untuk dimengerti dan terlalu bertele-tele menyebabkan pembaca sulit untuk
memahaminya. Buku ini layak dibaca untuk para mahasiswa untuk menambah
pengetahuan mengenai Pancasila sebagai Ideologi dalam Bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

4 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila

PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

BAB II
ISI BUKU

2.1

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA
Oleh : Oetojo Oesman dan Alfian

Pada tanggal 24-26 oktober 1989 BP-7 pusat penyelenggaraan “seminar
pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara”. Sebanyak 13 makalah, termasuk makalah
Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono dalam upacara pembukaan,disampaikan
dan didiskusika dalam seminar tersebut.
Seminar ini merupakan kegiatan pertama dari “ Kelompok Studi
Pengembangan Pemikiran tentang Pancasila dan UUD 1945” BP-7 Pusat. Motif
dan tujuan pembentukan kelompok dan penyelenggaraan seminar ini terkandung

dalam kerangka pemikiran di bawah ini.
Setelah dicapai consensus nasional untuk menjadikan pancasila sebagai
satu-satunya azas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sampailah saatnya bangsa kita untuk betul betul membudayakan dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi bersama kita itu. Selama
sepuluh tahun ini BP-7 mulai dari pusat sampaikedaerah daerah, telah berhasil
menggerakkan pemsyarakatan nilai-nilai Pancasila, terutama melalui penataranpenataran P-4 dengan berbagai type dan polanya. Sekarang, sesuai dengan krida
ketiga dari panca krida cabinet pembangunan V, BP-7 Pusat bermaksud berperan
aktif dalam merangsang gerakan pembudayaan ideology pancasila, demokrasi
pancasila dan P-4 (Eka Prasetya Pancakarsa) dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Salah satu dimensi gerakan pembudayaan itu, yang juga berarti
pengalamannya dalam kehidupan nyata, adalah pengembangan pemikiran tentang
nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan masyarakat dan tuntutan perubahan jaman, tetapi tetap dala
kerangka paradigmaatau kandungan hakekat yang sesungguhnya.
Bersamaan dengan itu Pancasila dan UUD 1945 menjadi hidup dan
berkembang, bukan mati dan beku, di hati dan dalam pikiran masyarakat kita yang
sekaligus memperkuat keyakina mereka tentang yang prima sebagai ideologi dan
konstitusi bersama. Demikianlah, pengembangan pemikiran berperan penting

sekali dalam pengembangan kebanggan terhadap Pancasila dan UUD 1945, dan
oleh karena itu menjadi perangsang proses pembudayaan dan pengalaman.
Melalui kelompok studi ini hasil-hasilnya BP-7 pusat berharap akan dapat
merangsang gerakana pengembangan pemikiran tentang pancasila dan UUD 1945
di perguruan-perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian, dan
dikalangan-kalangan diseluruh tanah air. Dengan begitu pengembangan pemikiran
5 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

tentang pancasila dan UUD 1945 akan berkembang menjadi suatu gerakan yang
luas yang pada gilirannya akan berperan aktif dalam merangsang proses
pembudayaan dan pengalaman Pancasila dan UUD 1945 di berbagai lapisan
masyarakat dan bangsa kita dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari.
Pancasila adalah sebagai ideoligi terbuka. Ungkapan yang sederhana tetapi
sarat makna ini sekerang berkembang membudayakan dalam masyarakat kita.
Presiden Soeharto berulang kali mengemukakan, menegaskan dan
menjelaskannya. Memng suatu konsep yang abstrak seperti “pancasila adalah
ideologi terbuka” memerlukan waktu untuk memantapkan proses pemahaman,

penghayatan, pembudayaan, dan pengalamannya dalam masyarakat. Kehadiran
prose situ menunjukan bahwa ro atau jiwa dari konsep itu hidup dan berkembang,
dalam sifat keterbukaan itu suatu ideologi yang berkualitas tinggi menemukan
kekuatannya yang menjadikannya kenyal dan tahan uji.
Demikianlah menurut pandangan kita suatu ideologi terbuka mengandung
semacam dinamika internal yang memungkinkannya untuk memperbarui diri atau
maknanya dari waktu kewaktu sehingga isinya tetap relevan dan komunikaif
sepanjang jaman, tanpa menyimpang dari apalagi relevan dan komnukatif
sepanjang jaman. Dinamika internal yang terkandung dalam suatu ideologi
terbuka biasanya mempermantap, mepermapan, dan memperkuatrelevansi
ideologi itu dalam masyarakat.
Bagi suatu bangsa dan Negara ideologi adalah wawasan. Pandangan
hidup filsafah kebangsan dan kengaraannya, sejalan dengan itu ideologi adalah
wawasan, pandangan hidup atau falsafah kebangsaan dn kenegaraannya. Oleh
karena itu ideologi mereka menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa
dan untuk apa mereka mereka menjadi satu bangsa dan mandirikan Negara. Dari
definisi yang dikemukakan dalam beberapa bab berikut kita mengetahui bahwa
ideologi itu berintikan serangkaian nili (norma) atau sistem nilai dasar yang
bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu
masyarkat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Nilai-nilai

dasar yang terangkai atau menyatu menjadi satu sistem itu, sebagaiman halnya
dengan nilai-nilai dasar pancasila, biasanya bersumber dari budaya dan
pengalaman sejarah suatu masyarakat atau bangsa yang menciptakan ideology
itu.
Menurut soerjanto poespowaedojo (bab III), ideology adalah suatu pilihan
yang jelas dan membawa komitmen untuk mewujudkannya. Sejajar dengan itu,
sastratedja mengemukakan bahwaa ideology memuat orientasi pada tindakan. Ia
merupakan pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Logikanya, suatu ideology menuntut kepada mereka yang meyakini
kebenerannya untuk memiliki presepsi , sikap dan tingkah laku yang pas, wajar
dan sehat tentang dirinya, tidak lebih dan tidak kurang. Melalui itulah dapat
diharapkan akan lahir dan berkembang sikap dan tingkah laku yang pas dan tepat
dalam proses permwujudannya dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Semacam interaksi terjadi antara ideologi dengan realita
kehidupan bermasyarakat atau bangsanya.

6 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Presepsi, sikap, dan tingkah laku yang tidak wajar, kurang sehat keliru
dapat pula terjadi dalam suasana keterbukaan atau kebebasan yang tak terbatas,
apalagi kalau dirasuki pula oleh iklim saling curiga yang tajam. Dalam suasana ini
jadi kecenderungan yang merangsang bebagai pihak untuk memonopoli
kebenaran tentang ideologi. Sebagaimana dikemukakan oleh sastrapratedja,
ideologi memiliki kecenderungan untuk doktriner, terutama ia berorientasi pada
tindakan atau perbuatan untuk merealisasikan nilai-nilainya. Meskipun
kecendeungan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemunginan ke arah
selalu terbuka. Demikianlah, presepsi, dikap, dan tingkah laku yang keliru
terhadap ideologi antara lain dapat meredusir ideologi itu menjadi alat kekuasaan
otoriter yang manakutkan, mengembankan suasana persaingan yang tajam dan
penuh kecurigaan yang anarkis, atau menjadikannya suatu dogma yang sempit,
kaku, dan baku. Pancasila sebagai ideologi terbuka yang hidup dinamis jelas tidak
menghendaki hal-hal seperti itu terjadi atas dirinya, tidak lain tidak bukan karena
hal-hal seperti itu merupakan pengingkaran terhadap hakekat atau jati dirinya.
Semacam interaksi terjadi antara ideologi dengan realita kehidupan
masyarakat atau bangsanya. Dalam proses interaksi itu ideologi berperan atau
berfungsi member arah terhadapat perkembangan atau perubahan realita itu dalam
rengka merealisasikan nilainya dalam proses pembagunan masyarakat atau
bangsanya. Interaksi semacam itu bersifat positif, baik terhadap ideologi maupun
terhadap pembangunan masyarakatnya. Suasananya akan menjadi lain sama sekali
bilamana perkembangan ideologi berjalan jauh lebih lamban dari proses
perubahan masyarakat. Atau, bilamana realita baru yang dilahiirkan oleh
perkembangan masyarakat itu bersifat sangan mendasar, baik secara cultural
maupun structural. Nilai-nilai ideologi tetap terkandung dalam dan menjiwai
proses perkembangan itu. Melalui pemikiran-pemikiran baru yang relevan itu
ideologi berhasil memelihara dan memperkuat peranan dan fungsinya sebagai
pemandu pembangunan masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Demikianlah menurut pandangan kita pancasila bukan saja tidak menolak
pengembangan pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tetapi justru
merangsangnya karena melalui itula ia akan dapat memelihara dan
mempertahankan relevansi kualitasnya sebagai ideologi yang kuat dan berkualitas
tinggi.
Sebagaimana telah dikemukakan, pancasia sebagai ideologi terbuka akan
selalu berinteraksi dengan oerkembangan realita kehidupan masyarakat, bangsa
dan Negara dari masa ke masa. Melalui jalur pertama, para ilmuwan dan
cendikiawan kita dapat mengembangkan teori dan konsepnya tentang demokrasi
ekonomi, demokrasi politik, dan demokrasi social yang bersumber dari pancasila
dan UUD 1945. Melalui jalur kedua, komsep dan teori yang lahir dan
berkembang dari hasil penelitian empiris akan membantu kita untuk mengetahui
secara kritis kondisi atau realita yang sesungguhnya yang berkembang dalam diri
masyarakat, bangsa dan Negara kita dari waktu ke waktu.
Sebaliknya, bilamana kesenjangan antara ideologi yang ideal-normatif
dengan realita yang aktual-empiris makin mengecil, maka hal itu mengandung
makna bahwa ideologi tersebut berhasil mengjiwai, melandasi dan mengarahkan
7 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

dinamika perkembangan masyarakat, bangsa dan Negara dalam berbagai bidang
lehidupannya. Relevansi dan kredibilitasnya makin kuat.
Sungguhpun begitu, perlu kiranya diketahui bahwa konsep dan teori yang
dihasilkan dan dikembangkan oleh ilmuwan dan cendikiawan sebagimana bersifat
tidak mengikat. Meskipun berbagai orang memilih konsep dan teori yang
berbeda-beda yang dianggapnya paling berbobot dan paling relevan,
pengetahuannya tentang berbagai konsep dan teori yang ada dan berbeda-beda itu
jelas akan memperkaya pengetahuannya tentang apa yang dikonsepkan dan
diteorikan itu. Pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang demokrasi
ekonomi yang diinginkan pancasila dan UUD 1945, umpamanya, akan diperkaya
oleh kehadiran berbagai konsep dan teori tentang itu yang berhasil dikemukakan
oleh berbagai ahli, meskipun referensinya jatuh kepada salah satu yang
dianggapnya paling berbobot dan relevan.
Ilmu pengetahuan dapat memainkan peranan yang amat penting dalam
mengembangkan interaksi positif antara ideologi dengan perkembangan realita,
sehingga dengan begitu kredibilitas dan relevansi ideologi akan makin mantap
dalam menjiwai dinamika perkembangan masyarakat, bangsa dan Negara dari
masa ke masa.
Dari empat faktoryang berkaitan dinamika internal yang terkandung dalam
suatu ideologi yang terbuka yang kita bahas, satu telah berhasil dipenuhi pancasila
dengan baik, yaitu kualitas nilai-nilai dasranya yang prima. Sedangkan tiga faktor
lainnya sedikit banyaknya masih merupakan masalah yang perlu kita pecahkan
bersama, terutamakarena tiga faktor itu memang langung berkaitan dengan diri
kita yang diharapkan menggerakkan dinamika internal pancasila itu. Ketiga faktor
itu ialah : (1) pengembangan presepsi, sikap dan tingkah laku yang wajar dan
sehat terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka, (2) kemampuan kita
mengembanggkan pemikiran – pemikiran baru yang relevan dengan ideoogi kita
itu, dan (3) keberhasilan kit membudayakan dan mengamalkannya, baik secara
pribadi maupun melalui penjabarannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan berbagai dimensi.
Ideologi dalam pengertian yang positif itu dapat dikatakan merupakan
cita-cita atau rangkaian nilai yang jelas dengan orientasi yang eksplisit, terarah,
dan komitmen untuk mewujudkannya dalam kehidupan yang konkrit. Berbeda
dengan itu, pandangan hidup memberikan orientasi secara global dan tidak
bersifat eksplisit.
Yang tmenarik pula pada karangan soerjanto ialah gagasannya tentang
kesadaran masyarakat terhadap ideologi yang berjenjang atau bertingkat.
Berdasarkan itu ia mengemukakan tiga jenjang atau tahapan kesadaran
masyarakatdan bangsa kita terhadap pancasila sebagai ideologi, yaitu : (1)
pancasila sebagai ideologi persatuan, (2) pancasila sebagai ideologi
pembangunan, dan (3) pancasila sebagai ideologi terbuka. Pancasila sebagai
idelogi persatuan berfungsi mempersatukan rakyat yang majemuk menjadi bangsa
yang bekepribadian dan percaya diri sendiri, sedangkan sebagai ideologi
pembangungan ia memberikan legitimasi kekuasaan untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Sebagai ideologi terbuka pancasila perlu menjabarkan
8 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

nilai-nilai dasarnya melalui interprestasi dan reinterprestasi yang kritis sehingga
menjadikannya makin operasional. Ia menjadi ideologi yang dinamis.
Menurut A. Hamid pancasla sebagai cita hukum adalah bintang pemandu
yang berfungsi menguji dan membei arah huku posistif. Dalam nilai-nilai
pancasila mempunyai konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia
merupakan tata hukum yang benar, dan disamping itu mempunyai fungsi
regulative yang menentukan apakah hukum positif yang berlaku di Indonesia
merupakan hukum yang adil atau tidak. Disamping itu, pancasila juga adalah
norma dasar atau norma fundamental Negara atau bagi para ahlu ilmu social
barang kali disebut nilai dasar yang menciptakan semua norma-norma yang lebih
rendah dalam sistim norma hukum tersebut, sera menentukan berlaku atau
tidaknya norma-norma dimaksud.
Padmo mengartikan ideologi sebagai suatu kelanjutan atau konsekwensi
logis dari pandangan hidup bangsa yang kemudian membentuk falsafah hidup
mereka yang dijelmakan dalam seperangkat tata nilai yang dicita citakan dana
diyakini kebenarannya yang selanjutnya melahirkan ideoogi dengan ide-ide dasar
yang meliputi segala segi kehidupan bersama mereka dan mereka berupaya untuk
merealisasikan sacara konkrit ide-ide dasar iu dalam berbagai segi kehidupan
bersama mereka.
Sungguhpun berbeda, antara ideologi dan ilmu pengetahuan tidak perlu
ada pertentangan. Ilmu pengetahuan dapat membantu ideologi dalam meluriskan
distorsi tentang kenyataan, sedangkan ideologi dapat merangsang ilmu
pengetahuam serta member orientasi pemanfaatannya. Dari situ tampak tersimpul
kehadiran rung gerak pancasila sebagai ideologi dengan ilmu pengetahuan.
Peran dan fungsi pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik
tergantung pada sejumlah faktor yang menentukan kadar relevansinya sebagai
ideologi terbaik untuk dipakai landasan dan sekaligus tujuan kehidupan politik itu.
Kehadiran
tiga
dimensi
penting
(realita,
idealism
dan
fleksibilitas/pengembangan) di dalam dirinya menjadikan pancasila suatu ideologi
yang berkualitas tinggi. Salah satu faktor lagi yang ikut menentukn peran dan
fungsi pancasila dalam kehidupan politik yang dibahas alfian ialah presepsi dan
sikap masyarakat terhadapnya. Presepsi dan sikap masyarakat yang fanatik sempit
atau dokmatisme dapat menjadikan pancasila sebagai ideologi tertutup, meskipun
pada hakekatnya adalah ideologi terbuka.
Dari uraian di atas antara lain tersimpul kepada kita perana dan fungsi
pancasila sebagai ideologi dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Ia berperan dan berfungsi sebagai dasar dan sekaligus tujuan dari
berbagai bidang kehidupan yang terus berkembang itu seirama dengan
perkembangan aspirasi masyarakat dan perubahan jaman dari masa ke masa.
Interaksi itu akan bersifat positif atau saling mengutungkan bilamana ia bersifat
saling merangsang.
Masyarakat, bangsa dan Negara kita hidup dan berkembang secara
dinamis seirama dengan dan sebagaimana halnya pancasila hidup dan berkembang
9 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

secara dinamis sebagai ideologi terbuka. Hal itu mempermantap relevansi dan
kredibilitas pancasila sebagai ideologi bagi masyarakat dan bangsa kita, dan oeh
karena itu menjadikannya ideologi yang a lot, kenyal dan tahan banting.

2.2

PAHAM INTEGRALISTIK BUKAN LIBERALISME DAN BUKAN
KOMUNISME
Oleh : Moerdiono
2.2.1

Pendahuluan

Saya merasa berbahagia pagi ini dapat menyampaikan sambutan
pada “seminar pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” yang diselenggarakan
BP-7. Betapa tidak, pancasila dan UUD 1945 yang menjabarkannya dalam
pasal-pasalnya dengan sengaja dirumuskan oleh para pendiri Negara
dalam kalimat-kalimat pendek, yang disebutnya sebagai “aturan-aturan
pokok”. Para pendiri Negara ini mempercayakan kepada generasi demi
generasi berikutnya untuk mengembangkannya sendiri untuk menjawab
tantangan zamannya, sesuai dengan dinamika masyarakat. Mereka
membatasi diri dalam merusumskan semangat, tujuan dan lembagalembaga Negara yang utama. Mereka menyerahkan kepada kita yang
datang belakangan untuk menjabarkannya sendiri. Pagi ini kita menjawab
tantangan itu secara bersungguh-sungguh.
2.2.2

Paham Integralistik : Bukan Liberalisme dan Bukan Komunisme

Dari segi ideologi , saya ingin mrminta perhatian kita semua akan
pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo dalam siding BPUPKI tertanggal 31 mei
1945. Soepomolah satu-satunya anggota badan tersebut secara makro
memberikan pilihan ideologi, sebelum masuk kepada subtansi ideologi,
yang sekarang kita namakan Pancasila. Soepomo menunjukan tiga pilihan
ideologi, yaitu : (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme dan (3)
paham integralistik. Beliau dengan dengan sangat meyakinkan menolak
paham individualism dan kolektivisme, dan menyarankan paham
integralistik, yang dinilai lebih sesuai dengan semangat kekeluargaan yang
berkembang didaerah pedesaan kita. Paham integralistik merupakan
kerangka konsepsional makro dari apa yang sudah menjiwai rakyat kita di
kesatuan masyarakat yang kecil-kecil itu.
Sekarang kita menyadari betapa benarnya Soepomo.
Individualisme dalam bentuknya yang kering tidak lagi dipergunakann
orang dengan berkembangnya paham tanggung jawab social dinegaranegara liberal. Paham kolektivisme, atau paham komunisme, dewasa ini
mengalami krisis hebat, yang tidak pernah mereka alami selama 70 tahun
berdirimya Negara komunis.

10 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

2.2.3

Pengalaman Pancasila Secara Kreatif dan Dinamis

GBHN 1988 sudah memberi arahan umum tentang wujud
pengalaman masing-masing sila dalam pancasila itu, yang dapat kita
jadikan acuan dalam pengembangannya dalam berbagai bidang hidup
bermasyarakat, ebrbangsa, dan berenegara secara kreatif dan dinamis.
Pengembangan pancasila secara kaku dogmatic akan mengisolasi
Pancasila dari dinamika kehidupan rakyat, dan secara bertahap akan
menjadikannya tidak relavan untuk menjawab perkembangan masalah
yang bertumbuh dengan cepat . secara pribadi saya berpendapat bahwa
nilai dasar yan diletakkan oleh para pendiri Negara ditahun 1945 itu adalah
abadi dan tidak akan kita ubah lagi, namun nilai instrumentalnya itu
dikembangkan dan kita nilai kembali setiap lima tahun. Disitulah letak
kreativitas dan dinamika kita.
Biarlah seluruhnya itu kita sajikan kepada bangsa dan Negara kita,
sebagai masukan bagi proses consensus nasional yang berlangsung terus
menerus.
2.2.4

Rangkaian Konsensus

Istilah-istilah ini berkembang dinamis sesuai dengan kemajuan
kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
pembukan, batang tubuh dan penjelasan UUD 1945 misalnya tidak kita
temukan istilah “trilogy pmbangunan” atau “delapan jalur pemerataan”
yang demikian besar peranannya dalam pembngunan nasional sebagai
pengamalan pancasila selama ini. Istilah-istilah seerti ini perlu kita angkat
dan kita rumuskan secara tepat, untuk kemudian kita masyarakatkan
kembali untuk dipergunakan sebagai acuan dalam masyarakat. Dengan
cara seperti itulah kita membngun sejens homogenitas terbatas, yang amat
diperlukan untuk memfungsionalkan kebersamaan, kesatuan dan
persatuan. Kita telah melakukan hal itu dan dampaknya sangat positif
terhadap kesatuan dan persatuan kita. Saya ingin agar hal itu kita
lanjutkan dalam bidang ideologi, dengan merangkum dan merumuskan
secara persis makna yang kita maksud dengan istilah-istilah yang kita
pergunakan.
2.2.5

Penutup

Selamat berseminar. Kita semua beharap agar seminar ini
merupakan langka awal yang mantap untuk rangkaian seminar
selanjutnya untuk mebahas dinamika masalah yang kita hadapi
dalam menjabarkan, mengamalkan dan melembagakan lebih lanjut
nilai-nilai pancasila itu dalam bermasyarkat, berbangsa, dan
bernegara.

11 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

2.3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DITINJAU DARI SEGI
PANDANGAN HIDUP BERSAMA
Oleh : Soerjanto Poespowardojo
2.3.1

Pendahuluan

Pancasila merupakan Dasar Falsafah Negara atau Ideologi Negara,
karena memuat norma-norma yang paling mendasar untuk mengukur dan
menentukan keabsahan bentuk-bentuk penyelenggaraan Negara serta
kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang diambil dalam proses
pemerintahan. Ideology ditangkap dalam artian yang negative, karena
dikonotasikan dengan sifat yang totaliter yaitu memuat pandangan dan
nilai yang menentukan seluruh segi kehidupan manusia secara total, serta
secara mutlak menuntut manusia hidup dan bertindak sesuai dengan apa
yang digariskan oleh ideology itu, sehingga akhirnya mengingkari
kebebasan pribadi manusia serta membatasi ruang geraknya. Akan tetapi,
kalau kita menengok sejarah kemerdekaan Negara-negara didunia ketiga
di Asia, Afrika, Amerika Latin yang pada umumnya telah mengalami
masa-masa penjajahan oleh bangsa lain, ideology merupakan pengertian
yang positif terutama sekitar Perang Dunia II, karena menunjuk kepada
keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin mereka
wujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit.sesuai dengan semangat
yang terbaca dalam Pembukaan UUD 1945, Ideologi pencasila yang
merupakan Dasar Negara itu berfungsi baik dalam menggambarkan tujuan
Negara RI maupun dalam proses pencapaian tujuan Negara tersebut.
Kalaupun makna ideology pancasila sudah jelas, yaitu sebagai keseluruhan
pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia secara normatif
perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara maupun kesadaran akan ideology bangsa itu bertingkat.
2.3.2

Ideologi : Hakekat dan Fungsinya

Pada hakekatnya, ideology tidak lain adalah hasil refleksi manusia
berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya.
Antara keduanya, yaitu ideology dan kenyataan hidup bermasyarakat,
terjadi hubungan dilektis sehingga berlangsung pengaruh timbale balik
yang terwujud dalam interaksi yang disatu pihak memacu ideology makin
realistis dan dilain pihak mendorong masyarakat makin mendekati bentuk
yang ideal. Fungsi ideology yaitu memberikan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Struktur Kognitif
Orientasi dasar
Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan
Bekal dan jalan bagi seseorang untuk memenukan identitasnya
Kekuatan
Pendidikan

Dengan pengertian tersebut, apa bedanya ideology dengan
pandangan hidup?
12 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Sebetulnya pandangan hidup juga memberikan orientasi dalam
kehidupan manusia. Namun dibandingkan dengan ideology, pandangan
hidup memberikan orientasi secara global dan tidak bersifat eksplisit.
Dengan demikian, ideology dibandingkan pandangan hidup memberikan
orientasi yang lebih eksplisit, lebih terarah kepada keseluruhan system
masyarakat dalam berbagai aspeknya, dan dilakukan dengan cara dan
penjelasan yang lebih logis dan sistematis.
Kalaupun ideologi
membicarakan nilai-nilai dan makna yang mendasar bagi kehidupan
manusia, bahkan memberikan pegangan hidup sekalipun, namun harus
dibedakan dari agama. Dengan demikian, wajarlah bahwa seseorang
bersikap rasional, bahkan kritis terhadap ideology yang diterimanya. Sikap
yang demikian itu adalah sehat dan membuat ideologymenjadi terbuka dan
dinamis. Selanjutnya, dapatkah ideology sekarang disamakan dengan
filsafat?
Ideology berbeda dengan filsafat, ideology memang mengandung
nilai dan pengetahuan filosofis, tetapi berlaku sebagai keyakinan yang
normative. Sebaliknya filsafat adalah rangkaian pengetahuan ilmiah yang
disusun secara sistematis tentang kenyataan-kenyataan hidup, termasuk
kenyataan hidup bermasyarakat dan bernegara.
2.3.3

Pancasila sebagai Ideologi persatuan

Salah satu peranan pancasila yang menonjol sejak permulaan
penyelenggaraan Negara Republik Indonesia adalah fungsinya dalam
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi Bangsa yang
berkepribadian dan percaya pada diri sendiri. Seperti kita ketahui, kondisi
masyarakat sejak permulaan hidup kenegaraan adalah serba majemuk.
Dengan melihat situasi bangsa sedemikian itu, maka masalah pokok yang
pertama tama harus diatasi pada masa itu adalah bagaimana menggalang
persatuan dan kekuatan bangsa yang sangat dibutuhkan untuk mengawali
penyelenggaraan Negara. Dengan perkataan lain, nation and character
building merupakan prasyarat dan tugas utama yang harus dilaksanakan.
Dalam konteks politik inilah pancasila dipersepsikan sebagai ideology
persatuan. Maka pancasila dipersepsikan sebagai sintese atau perpaduan
yang mempersatukan berbagai sikap hidup yang berada ditanah air kita.
Pancasila merupakan ideology nasional yang meliputi dan memayungi
segenap orientasi didalamnya. Artinya, adanya pandangan hiduppandangan hidup dalam masyarakat diakui dan dibenarkan untuk
berkembang, baik dalam mengeksplesitkan potensi dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya, maupun melalui akulturasi. Dengan perkataan
lain suatu pandangan hidup sebagai sub ideology ditampilkan sebagai
tandingan terhadap pancasila sebagai ideology nasional dan memaksanya
dengan kekuatan fisik. Penampilan pancasila sebagai ideology persatuan
telah menunjukkan relevansi dan kekuatannya dalam dua dasawarsa sejak
permulaan kehidupan serta penyelenggaraan Negara RI. Pancasila ia
merupakan filsafat politik.

13 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

2.3.4

Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan

Peristiwa G30S/PKI dan proses yang mengawali merupakan titik
hitam dalam lembaran sejarah Negara Republik Indonesia. Bukan saja
karena hal itu telah menuntut korban yang tidak sedikit dan menimbulkan
penderitaan dikalangan masyarakat, melainkan juga karena kejadian
tersebutmerupakan penghianatan terhadap konsensus nasional yang
tercermin dalam kesadaran pancasila sebagai ideology persatuan, sehingga
terganggulah penyelenggaraan kekuasaan yang sah. Rasa persatuan dan
kesatuan bangsa tetap merupakan modal yang harus dipupuk dan
dikembangkan dalam hati sanubari masyarakat dan diwujudkan dalam
tingkah laku social. Disamping itu timbul kesadaran baaru dalam
masyarakat bahwa hidup perekonomian perlu ditangani dengan segera.
Mengisi kemerdekaan berarti membangun bangsa dan pembangunan
bangsa berarti memerangi kemiskinan yang menjadi baban penderitaan
rakyat sejak lama. Hal itu semua jelas menuntut adanya legitimasi
kekuasaan yang memberikan kewenangan yang pasti bagi pemerintah
untuk mengambil langkah langkah serta kebijaksanaan dalam mewujudkan
cita-cita serta mencapai tujuan yang terkandung dalam proklamasi
kemerdekaan 1945. Dalam penyelenggaraan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, pancasila semakin jelas disadari sebagai etika
social yang mampu memberikan kaidah-kaidah penting bagi pembangunan
yang dilaksanakan. Pancasila bukan saja berfungsi sebagai pagar atau
wasit dalam pencaturan politik, melainkan mampu memberikan orientasi
dalam pembangunan. Dengan kesadaran baru yang menumbuhkan
berbagai refleksi akan nilai-nilai intrinsic yang selanjutnya mampu
memperkaya wawasan pancasila sebagai ideology pembangunan,
terbentuklah legitimasi politik pembangunan yang lebih kuat dengan
prioritas utama dibidang ekonomi. Namun dalam proses pembangunan
yang demikian itu, terutama dalam perencanaan pembangunan ekonomi,
terbuka kemungkinan masuknya pragmatism. Pragmatisme pada dasarnya
merupakan ideology tersendiri yang memegang pendirian bahwa
pemegang kekuasaan (perencana pembanguna) sekaligus dapat
memutuskan nasib rakyat. Untuk mencegah masuknya pragmatism baik
secara terang-terangan maupun secara terselubung, maka GBHN
khususnya GBHN 1988 menekankan bahwa pembangunan merupakan
pengamalan pancasila.
2.3.5

Pancasila sebagai Ideologi terbuka

Fungsi pancasila untuk memberikan orientasi kedepan
mengharuskan bangsa Indonesia selalu meyadari situasi kehidupan yang
sedang dihadapinya. Pembangunan nasional tidak hanya ditentukan oleh
factor-faktor dalam negeri, melainkan banyak dipengaruhi oleh factorfaktor yang terkait secara mondial. Hal itu semua menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk survival, yaitu
tantangan memiliki cara hidup dan tingkat kehidupan yang wajar secara
manusiawi dan adil. Tantangan itu hanya bisa dihadapi apabila bangsa
Indonesia disatu pihak tetap mempertahankan identitasnya dalam ikatan
14 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

persatuan nasional dan dilain pihak mampu mengembangkan
dinamikanya, agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Untuk
menjawab tantangan tersebut, jalaslah pancasila perlu tampil sebagai
ideology terbuka, karena ketutupan hanya membawa pada
menadegan.dalam ideology terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang
bersifat mendasar dan tidak langsung bersifat operasional.oleh karena itu
harus dieksplisit. Dengan demikian jelaslah bahwa penjabaran ideology
dilaksanakan melalui interpretasi dan reinterpretasi yang kritis. Disitulah
dapat ditunjukkan kekuatan ideology terbuka karena memiliki sifat yang
dinamiss dan tidak akan membeku. Ada 3 dimensi sekurang kurangnya,
yaitu:
1. Dimensi teologis, yang menunjukkan bahwa pembangunan
mempunyai tujuan yang mewujudkan cita cita proklamasi 1945.
2. Dimensi etis, ciri ini menunjukkan bahwa dalam pancasila manusia
dan martabat manusia mempunyai kedudukan yang sentral.
3. Dimensi integral-integratif, dimensi ini menetapkan manusia tidak
secara individualis, melainkan dalam konteks strukturnya.
Maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjadi arahan dalam usaha
kita menjabarkan pancasila sebagai opersional.
Pertama, perlunya dinamisasi dalam kehidupan, kedua perlunya
demokratisasi masyarakat, ketiga perlu terjadinya fungsionalisasi atau
refungsionalisasi lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
masyarakat, keempat, perlunya dilaksanakan institusionalisasi nilai-nilai
yan membuat seluruh mekanisme masyarakat berjalan dengan wajar dan
sehat.
2.3.6

Penutup

Pembangunan sebagai pengamalan pancasila harus mampu
menciptakan pertumbuhan dan kemajuan bagi seluruh bangsa secara
terpadu. Ini berarti bahwa pembangunan ekonomi merupakan bagian dari
keseluruhan perencanaan social, sedangkan perencanaan social diletakkan
dalam konteks strategi kebudayaan. Dengan demikianlah terhidar
kekhawatiran bahwa pembangunan tumbuh menjadi ideology tersendiri.

2.4

PANCASILA CITA HUKUM DALAM KEHIDUPAN HUKUM
BANGSA INDONESIA
Oleh : A. Hamid S. Attamimi

Pokok pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang
menguasai dasar hukum Negara. Baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum
yang tidak tertulis (Penjelasan Umum UUD 1945)

15 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

2.4.1

Pendahuluan

1. Judul yang diminta oleh BP-7 ialah “Pancasila sebagai Ideologi
dalam Kaitan Hukum” Namun, penulis memohon diperkenankan
untuk tidak menggunakan kata “ideology” melainkan
menggunakan kata “cita hukum”.
2. Perlu kiranya dijelaskan, apabila ada kata-kata “Kehidupan
Hukum” maka yang dimaksud ialah kehidupan hukum dalam
lingkup yang lebih terbatas, yaitukehidupan hukum tertulis,
kehidupan perundang-undangan, baik perundang-undangan dalam
arti proses pembentukannya maupun perundang-undangan dalam
arti produknya yang berupa peraturan-peraturan perundangundangan
(wetgevingsregels)
ataupun
peraturan-peraturan
kebijakan.
3. Yang akan diuraikan :
A. Hukum dan Kedudukannya Dalam Negara Republik Indonesia
Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, jelas dalam
alinea keempat tercantum anak kalimat yang khas, yang tidak
terdapat dalam mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat dan juga tidak dalam mukaddimah Undang-undang
Dasar Sementara Republik Indonesia (1950. Untuk itu kita
perlu menelurui makna alinea-alinea dalam Pembukaan UUD
1945 tersebut setahap demi setahap. Alinea-alinea dalam
Pembukaan UUD 1945 melukiskan berturut-turut,. Dengan
perkataan lain, akhir alinea itu menegaskan, bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia yang terwujud dalam
kedaulatan itu disusun kedalam hukum dasar, dituangkan
dedalam hukum dasar, kedalam hukum. Apakah yang
dimaksud dengan menyusun atau menuangkan kemerdekaan
atau kedaulatan suatu bangsa kedalam hukum?
Terhadap kedaulatan, tidak sesuatu kekuasaan dapat
membatasinya, bahkan dirinya sendiripun tidak. Oleh karena
itu, agar kekuasaan yang dimiliki oleh kedaulatan tidak
berlangsung semau-maunya, kedaulatn itu harus disusun dalam
suatu keteraturan, dalam hukum, dalam hukum dasar, dalam
undang-undang dasar. Berdasarkan alas an-alasan itu, adalah
penting bahwa suatu negaramemiliki suatu tata hukum yang
mengaturnya. Dengan demikian, maka Negara yang berdasar
atas hukum tidak berdiri diatasnya hukum.
Hukum yang merupakan wadah dan sekaligus merupakan isi
dari peristiwa penyusunan diri kemerdekaan kebangsaan
Indonesia atau kekuasaan kedaulatannya itu, menjadi dasar
bagi kehidupannya kenegaraan Bangsa dan Negara Indonesia.
Oleh karena itu, dapatlah dimengerti, apabila sejak semula
dinyatakan dalam penjelasan UUD 1945, bahwa Negara
Republik Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum,
bahwa Negara Republik Indonesia adalah eine Rechstastat, a
steate governed by law. Oleh karena itu adalah tidak tepat
16 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

apabila hukum hanyalah yang dikenal dengan bentuk Undangundangdan peraturan perundanng-undangan lainnya saja.
Singkatnya, hukum tidak hanya peraturan-peraturan yang
terletak pada suatu aspek atau faset bidang pembangunan
nasional, yang penyebutannya disatu nafaskan dengan sector
politik, aparatur pemerintah, penerangan dan media massa,
serta hubungan luar negeri.
B. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila
Dalam kaitannya dengan hukum yang berlaku bagi bangsa dan
Negara Indonesia, pancasila telah dinyatakan kedudukannya
oleh para pendiri Negara ini sebagaimana terlihat dalam UUD
1945, dalam penjelasana umum disana ditegaskan, bahwa
pancasila adalah cita hukum (Rechsidee) yang menguasai
hukum dasar Negara, baik hukum tertulis maupun hukum dasar
tidak tertulis. Untuk itu kita perlu apakah Cita Hukum itu?
Rudolf Stammler (1856-1939) seorang ahli filsafat hukum yang
realiran noe-Kantian, berpendapat bahwa cita hukum ialah
kontruksi pikir yang merupakan keharusan bagi mengarahkan
hukum kepada cita-cita yang diinginkan masyarakat. Cita
hukum berfungsi sebagai bintang pemandu (Lietstern) bagi
tercapainya cita-cita masyarakat.
Gustav radbruch (1878-1949) seorang ahli filsafat hukumyang
beraliran neo-Knatnian juga namun dari mazhab Badden atau
mazhab Jerman Barat-Daya. Menegaskan bahwa cita hukum
tidak hanya berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat
regulative, yaitu yang menguji apakah suatu hukum positif adil
atau tidak, melainkan juga sekaligus berfungsi sebagai dasar
yang bersifat konstitutif, yaitu yang menetukan bahwa tanpa
cita hukum hukum akan kehilangan maknanya sebagai hukum.
Apabila penjelasan UUD 1945 menggariskan, bahwa pokokpokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaaan
mewujudkan cita hukum (Rechsidee), maka pokok-pokok
pikiran itu tidak lain melainkan pancasila. Dengan demikian
maka pokok-pokok pikiran yang mewujudkan Cita Hukum itu
ialah Pancasila.
Apakah hubungan antara pancasila yang berwujud dalam Cita
Hukum dan Pancasila yang dalam norma hukum tertinggi?
Dengan demikian, dalam hal pancasila merupakan cita hukum,
maka nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila mempunyai
fungsi konstitutif yang menentukan apakah tata hukum
Indonesia merupakan tata hukum yang benar, dan didamping
itu mempunyai fungsi regulative yang menentukan apakah
hukum positif yang berlaku diindonesia merupakan hukum
yang adil atau tidak.
Kedudukan pancasila sebagai Norma Hukum Tertinggi, dalam
hal sebagai pokok-pokok pikiran Pembukaan Hukum Dasar
yang menciptakan pasal-pasal hukum dasar tersebut,
17 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

menetukan isi dan bentuk lapisan-lapisan hukum yang lebih
rendah.
Dengan demikian maka menurut UUD 1945, dalam tata hukum
yang berlaku bagi bangsa Indonesia, pancasila berada dalam
dua kedudukan. Sebagai cita hukum (Rechsidee), pancasila
berada dalam tata hukum Indonesia namun terletak diluat
system norma hukum.
C. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.
XX/MPRS/1966 dan Pancasila
Dalam memorandum DPR-GR yang merupakan Lampitan TAP
MRPS No. XX/MPRS/1966 tersebut dijelaskan, bahwa sumber
tertib hukum suatu Negara biasa juga disebut ‘sumber dari
segala sumber hukum’. Apabila demikian, maka apa yang
dimaksud dengan ‘sumber’ dari segala sumber hukum suatu
negara’. Dan apabila disana dinyatakan, bahwa pancasila
adalah sumber dari segala sumber hukum, maka yang
dimaksud ialah bahwa pancasila ialah sumber tertib hukum
Negara republic Indonesia.
Apabila dikatakan bahwa pancasila adalah sumber dari segala
sumber hukum ataupun sumber tertib hukum bagi kehidupan
hukum bangsa Indonesia, maka hal itu haruslah
diartikan,bahwa pancasila adalah sumber bagi hukum tertulis
dan tidak tertulis dalam kehidupan hukum bangsa Indonesia.
Berbagai ahli mengayatakn tentang sumber hukum, maka
dalam mengartikan rumusan yang menyebutkan,bahwa
pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum, kita hanya
dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud ialah sumber dari
segala sumber hukum yang terbatas dalam kehidupan rakyat
Indonesia bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita perlu
menafsirkan lebih luas daripada itu.
Selanjutnya dapat dikemukakan, ketika TAP MPR No.
XX/MPRS/1966 menyatakan dalam lampirannya, bahwa
sumber dari segala tertib hukum Indonesia adalah pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita mengenai ….
Dan seterusnya. Maka dimaksudkannya ialah sumbeer hukum
yang bersifat materiil. TAP tersebut menunjuk kepada
pancasila.
D. Para Ahli dan Pancasila
Prof. Mr. Drs. Notonagoro (alm) yan dikemukakannya dalam
pidato dies natalis universitas airlangga pada 10 november
1955, yang nampaknya dalam kalangan luas sudah diterima
sebagai suatu communis opinion doctorum. Ia mengemukakan
bahwa pancasila adalah norma fundamental Negara
(staatsfundamentalnorm).
Atau
meurut
istilah
yang
diperhunakannya Pokok Kaidah Fundamentil Negara.
Menurut Nawaisky, dalam suatu Negara yang merupakan
kesatuan tata hukum itu terdapat suatu norma yang tertinggi
(derobeste Norm) yang kedudukannya lebih tinggi dari
18 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

konstitusi atau undang-undang dasar (die verfassung). Berdasar
norma yang tertinggi inilah konstitusi atau Undang-Undang
Dasar suatu Negara dibentuk. Menurutnya, isi dari
staatfundamentalnorm ialah norma yang merupakan dasar bagi
pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar dari suatu
Negara
(staatsverfassung),
termasuk
norma
untuk
pengubahannya.
E. Peranan Cita Hukum Pancasila dala Kehidupan Hukum
Tertulis dan Tidak tertulis
Dalam pembentukannya hukum tertulis dan tidak tertulis, cita
hukum berperan dengan cara berlain-lainan. Pertama cita
hukum secara langsung mempengaruhi kesusilaan perorangan
dan pada giliran kesusilaan masyarakat dalam menghasilkan
cara dan kesulilaan umum dalam membentuk kebiasaan, tata
kelakuan, adat istiadat, dan hukum. Sedangkan kedua cita
hukum mempengaruhi perorangan dan masyarakat secara tidak
langsung.
Dalam hal pembentukan hukum tertulis, hukum dan system
norma hukum dibentuk oleh perorangan atau kelompok
perorangan, baik sebagai pejabat-pejabat, maupun sebagai
wakil wakilnya. Lain hal dengan pembentukan hukum tidak
tertulis, hubungan antara cita hukum dan system norma hukum
tidak terjadi desintegrasi karena system norma hukum
terbentuk dari endapan-endapan nilai yang telah tersaring oleh
perilaku masyarakat sendiri, melalui penerimaan individuindividu dalam keluarga, keluarga-keluarga dalam suku, dan
suku-suku dalam marga, serat marga-marga dalam Negara.
F. Mengoperasikan Cita Hukum Pancasila dan Norma
Fundamental Negara Pancasila dalam Pembentukan UndangUndang
Dalam mengutip pendapat Benjamin akzin, bahwa makin dekat
suatu pemerintah kepada system totaliter makin seditik pula
partisipasi infrastruktur dalam pembentukan hukum, kita dapat
juga menerapkan pendapat tersebut dalam pembentukan hukum
tertulis yang dibentuk oleh pejabat Negara dan pejabat
pemerintah serta wakil rakyat, meskipun system pemerintah
Negara yang bersangkutan tidak mempunyai hunbungan
liberalism atau dengan totaliterisme.
Dinegara kita Republik Indonesia ini, hukum tertulis sehari
demi sehari memang mendesak hukum tidak tertulis. Dalam
kedudukan seperti tersebut diatas, maka kesadaran dan
penghayatan para pejabat dan para wakil rakyat akan cita
hukum dalam pembentukan hukum tertulis atau peraturan
perundang-undangan menjadi sangat penting. Para pejabat dan
wakil rakyat menentukan pembentukan hukum tertulis.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia,
yang mempunyai cita hukum pancasila dengan kedua
fungsinya konstitutif dan regulative, dan yang mempunyai
19 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

norma fundamental Negara yang berupa pancasila juga,
keberhasilan apakah hukum yang hukum yang dibentuk akan
merupakan hukum dan apakah hukum yang dibentuk akan
bersifat adil atau tidak, kesemuanya itu tergantung dan
perpulang pada kesadaran dan penghayatan terhadap pancasila
yang diyakini oleh para pejabat Negara, para pejabat
pemerintahan, dan para wakil rakyat yang melakukan
pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.
2.4.2

Penutup
Beberapa kesimpulan :
A. Apabila kita masih ingin berpegang kepada apa yang telah
digariskan oleh para pendiri Negara Republik Indonesia dan
para penyusun UUD 1945, maka kita tidak dapat melepaskan
diri dari wawasan, bahwa pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar dari
pada semua kehidupan rakyat Indonesia dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
B. Dalam system hukum Indonesia terdapat cita hukum yang tidak
lain melainkan pancasila, yang berfungsi konstitutif dan
regulative terhadap system norma hukum Indonesia dengan
norma fundamental Negara yang tidak lain melainkan pancasila
juga.
C. Norma fundamental Negara atau staatsfundamentalnorm
pancasila membentuk norma-norma hukum bawahannya secara
berjenjang-jenjang. Norma hukum yang dibawah terbentuk
berdasar dan bersumber pada norma hukum yang lebih tinggi.
Karena itu tidak terdapat pertentangan antara norma hukum
yang lebih tinggi dan lebih rendah, begitu sebaliknya.
D. Kita tidak dapat menerima system norma hukum yang berdiri
sendiri tanpa disertai cita hukum, karena hal itu tida sesuai
dengan filsafat kehidupan rakyat kita dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
E. mengartikan ‘pancasila adalah sumber dari segala sumber
hukum’ sebagaimana tercantum dalam TAP MPR No.
XX/MPRS/1966 tidak boleh luas daripada sumber-sumber
huku rakyat Indonesia yang bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Menafsirkannya lebih daripada itu adalah tidak
benar.

20 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

2.5

PANCASILA SEBAGAI
KETATANEGARAAN

IDEOLOGI

DALAM

KEHIDUPAN

Oleh : Padmo Wahjono

2.5.1

Pendahuluan

Manusia adalah insan yang hidup berkelompok ( zoon politicon )
yang menampilkan insan sosial ( homo politicus ) sekaligus aspek insan
usaha ( homo economicus ), dalam arti bahwa nalar dan naluri hidup
berkelompoknya adalah untuk mencapai kesejahteraan bersamanya.
Di dalam suatu kehidupan berkelompok tersebut meningkat
menjadi bernegara, maka falsafah hidup tersebut disebut di dalam rapatrapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia disebut
sebagai filosofische grondslag dari pada negara yang didirikan.
Suatu Ideologi merupakan suatu kelanjutan atau konsekuensi logis
dari pada pandangan hidup bangsa, falsafah hidup bangsa dan akan berupa
seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan direalisir di dalam
kehidupan berkelompok.
Ideologi itu akan memberikan stabilitas arah dalam hidup
berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju yang
dicita-citakan.
Permasalahan yang kedua ialah masalah kehidupan ketatanegaraan.
Apabila kita ingin menganalisa Pancasila sebagai ideologi didalam
kehidupan ketatanegaraan, maka hal ini berarti kita berhadapan dengan
kehidupan ketatanegaraan yang kongkrit.
Dengan demikian kita pasti tidak akan berhenti pada hal-hal yang
bersifat teoritis universal belaka ( Allgemenestaatslchre ), melainkan justru
kita harus menelusuri teori yang kongkrit yang sudah diwarnai oleh
ideologi
bersangkutan,
sekalipun
baru
dicita-citakan
(
Besonderesstaatslchre )
Suatu negara dapat kita lihat sebagai suatu kesatuan yang utuh (
Ganzheit ) ataupun dapat kita lihat dalam strukturnya.
Analisa dalam struktur-struktur negara ialah unsur-unsur negara,
kekuasaan tertinggi di dalam negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan,
hubungan pemerintahan pusat, dan daerah (otonomi) atau sendi-sendi
pemerintahan, perwakilan, alat perlengkapan negara, konstitusi, fungsi
kenegaraan dan kerja sama antar negara.
Untuk ringkasnya kesepuluh bidang tersebut da[at kita ringkaskan
dalam : Tata Organisasi, Tata Jabatan, Tata Hukum, dan Tata Nilai.
Teori bernegara bangsa Indonesia, yang meliputi :
1. Arti Negara atau sifat hakekal negara menurut bangsa Indonesia;
21 |Kelompok 2 “Book Report”
Pendidikan Pancasila
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

2. Pembenaran adanya negara Republik Indonesia
3. Terjadinya Negara Republik Indonesia;
4. Tujuan Negara Republik Indonesia
Bidang ketatanegaraan yang meliputi :
1. Tata Orga

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17