Askep Pada Klien Dengan Hernia Ingunalis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Hernia atau sering kita kenal dengan istilah “turun bero”, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek aau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil
contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri
atas jaringan lunak, kantong dan isi hernia. 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di
inguinal (lipat paha), yang lainnya terjadi di umbilicus (pusar) atau daerah perut lainnya.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar),
hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia
inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali
lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan
terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot–otot perut yang
sudah mulai melemah.
Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah
satunya disebabkan karena pola hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar
yang kurang teratur, sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang
berserat, serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga
meningkatkan tekanan pada intraabdomen.
Tindakan yang dilakukan untuk mengobati hernia ini bisa dilakukan hernioraphy, hal
ini ditujukan untuk mngembalikan isi kantong hernia, selanjutnya mengikat defek atau celah
agar hernia tidak terjadi lagi.
1. 2 Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari hernia ingunalis lateralis?
2) Apakah etiologi dari hernia ingunalis lateralis?
3) Apa saja manifestasi klinis dari hernia ingunalis lateralis?
4) Bagaimana patofisiologi dari hernia ingunalis lateralis?
5) Bagaimana klasifikasi dari hernia ingunalis lateralis?
6) Bagaimana pathway dari hernia ingunalis lateralis?
1
7) Apa saja komplikasi dari hernia ingunalis lateralis?
8) Bagaimana penatalaksanaan dari hernia ingunalis lateralis?
9) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari hernia ingunalis lateralis?
1. 3 Manfaat
1) Untuk mengetahui tentang pengertian dari hernia ingunalis lateralis.
2) Untuk mengetahui tentang etiologi dari hernia ingunalis lateralis.
3) Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari hernia ingunalis lateralis.
4) Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari hernia ingunalis lateralis.
5) Untuk mengetahui tentang klasifikasi dari hernia ingunalis lateralis.
6) Untuk mengetahui tentang pathway dari hernia ingunalis lateralis.
7) Untuk mengetahui tentang komplikasi dari hernia ingunalis lateralis.
8) Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari hernia ingunalis lateralis.
9) Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan dari hernia ingunalis
lateralis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Hernia ingunalis lateralis suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding
yang dalam keadaan normal tertutup (Richad E, 1992).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Hernia ingunalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
(Cecily L. Betz, 1997).
2.2
Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
1) Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ;
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat
defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
2) Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
3) Kelemahan otot dinding perut karena usia.
4) Anulus internus yang cukup lebar.
5) Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
2.3
Manifestasi Klinis
1) Menangis terus (untuk bayi dan anak-anak)
2) Muntah
3) Distensi abdomen
4) Nyeri
5) Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin
atau mengedan dan menghilang setelah berbaring
6) Gelisah, kadang-kadang perut kembung
7) Konstipasi
8) Tidak ada flatus
3
2.4
Patofisiologi
Selama tahap-tahap akhir perkembangan prosesus vaginalis janin, suatu penonjolan
peritoneum yang berasal dari cincin interna terbentang ke arah medial serta menuruni setiap
kanalis ingunalis. Setiap meninggalkan kanalis tersebut pada cincin eksterna, maka prosesus
tersebut pada pria akan berbelok ke bawah memasuki skrotum dan akan membungkus testis
yang sedang berkembang. Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum lahir kecuali
pada bagian yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap tinggal sebagai suatu
kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus tersebut terbentang mulai dari
cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora. Bagian proksimal prosesus vaginalis dapat
mengalami kegagalan penutupan sehinggan membentuk suatu kantung hernia dimana viskus
abdomen dapat memasuki. Bagian yang teteap terbuka itu dapat membentang ke bawah
kadang-kadang hingga ke dalam kantung testis dan dapat menyatu dengan tunika vaginalis
sehingga bersama-sama membentuk suatu hernia lengkap.
Hernia ingunalis terutama sering ditemukan pada bayi prematur. Diduga karena lebih
sedikitnya waktu perkembangan di dalam kandungan serta lebih sedikitnya waktu bagi
penutupan seluruh prosesus tersebut. Jika testis gagal adalah untuk turun (kriptorkoid), maka
biasanya terdapat kantung hernia yang besar karena sesuatu telah menghentikan penurunan
testis maupun penurunan penutupan prosesus peritoneum tersebut. Anak-anak dengan
anomali kongenital terutama yang , melibatkan daerah abdomen bagian bawah, pelvis atau
perineum sering mempunyai hernia ingunalis sebagai bagian dari kompleks tersebut.
2.5
Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
1) Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2) Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3) Hernia femoralis
4
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
4) Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi
yang tidak adekuat.
5) Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya:
1) Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
3) Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak
dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini
lebih dimaksudkan hernia irreponibel
4) Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
5
2.7
Komplikasi
1) Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
6
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata pada keadaan
strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi.
Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
2.8
Penatalaksanaan
Setiap penderita hernia ingunalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah:
a) Herniotomy: membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena
dasarnya dalah kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.
b) Herniorrhaphy: membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c) Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu
dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3. 1 Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan
gejala klinis yang khas pada penderita hernia ingunalis lateralis
3) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien dengan hernia ingunalis lateralis akan mengalami penyakit kronis
sebelumnya. Misal: adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH).
Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi
meningkatnya tekanan intra abdominal.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis,
mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga
ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya
gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit hernia ingunalis lateralis atau
penyakit menular lainnya.
6) Aktifitas / istirahat
Gejala
Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda
Tanda
berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan dan
keterbatasan dalam mobilisasi.
7) Eliminasi
8
Gejala
Konstifasi,
mengalami
kesulitan
dalam
defekasi,
adanya
inkontinensia / retensi urine.
8) Integritas ego
Gejala
Tanda
9) Neurosensori
Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan
dan financial keluarga.
Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.
Gejala
Kesemutan, kelemahan dari tangan dan kaki.
Tanda
Penurunan refleks tendon dan kelemahan otot, adanya persepsi nyeri.
10) Kenyaman / nyeri
Gejala
Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya
secara intermiten, nyeri dapat menjalar, ke kaki, lengan, bokong
Tanda
dan kaku pada leher, keterbatasan mobilisasi.
dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan
cara berjalan berbeda seperti biasanya, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi.
11) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran, GCS, Vital Sign, BB dan TB
c) Pemeriksaan laboratorium
Analisa gas darah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
12) Pemeriksaan penunjang
Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia ³ 45 th.
9
3. 2 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan, adanya insisi
dari pembedahan dan trauma jaringan.
2) Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pada operasi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. 3 Intervensi
1) Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan, adanya insisi dari
pembedahan dan trauma jaringan.
Setelah
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
dilakukan
tinfakan Manajemen Nyeri:
keperawatan selama …. Pasien
a) Kaji nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi
tidak mengalami nyeri, dengan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil:
faktor presipitasi
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan
b) Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
c) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
d) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
bahwa
berkurang
nyeri
dengan
menggunakan manajemen nyeri
kebisingan
e) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Mampu mengenali nyeri (skala,
f) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
intensitas, frekuensi dan tanda
dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
nyeri)
dingin
Menyatakan
rasa
nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda
vital
dalam
h) Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup
rentang
normal
Tidak
g) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i) Berikan
informasi
tentang
nyeri
seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
mengalami
gangguan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
10
tidur
prosedur
2) Dx 2: Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pada operasi.
Tujuan (NOC)
dilakukan
tindakan
a)
Intervensi (NIC)
Pertahankan teknik aseptif
keperawatan selama…… pasien
b)
Batasi pengunjung bila perlu
tidak mengalami infeksi dengan
c)
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Setelah
kriteria hasil:
tindakan keperawatan
Klien bebas dari
d)
tanda dan gejala infeksi
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
Menunjukkan
e)
kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
f)
Tingkatkan intake nutrisi
g)
Berikan
normal
terapi
antibiotik:.................................
Menunjukkan perilaku hidup
h)
sehat
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Status imun, gastrointestinal,
i)
genitourinaria dalam batas
normal
Inspeksi
kulit
dan membran
mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
j)
Monitor adanya luka
k)
Dorong istirahat
l)
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
3) Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
Setelah
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
dilakukan
tindakan Manajemen Nutrisi dan Observasi Nutrisi:
keperawatan selama…… nutrisi
a) Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah
kurang teratasi dengan kriteria
b) Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap
hasil:
Adanya
hilangnya nafsu makan klien.
peningkatan
badan sesuai tujuan.
berat
c) Tanyakan pada klien tentang alergi makanan.
d) Tanyakan makanan kesukaan klien.
11
Tidak terjadi penurunan berat
e) Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi
badan yang berarti.
kebutuhan nutrisi.
Klien mampu mengidentifikasi
f) Anjurkan masukan kalori yang tepat yang
kebutuhan nutrisi.
sesuai dengan gaya hidup.
Asupan nutrisi dan cairan
g) Intruksikan klien agar menarik napas dalam,
adekuat.
perlahan dan menelan secara sadar untuk
Klien
melaporkan
keadekuatan tingkat energi
mengurangi mual atau muntah.
h) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
untuk makan sesuai kebutuhan.
i) Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan
mual dan muntah.
j) Tawarkan higeine mulut sebelum makan.
4) Dx 4: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
dehidrasi.
Setelah
Tujuan (NOC)
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama…..
a)
defisit
volume cairan teratasi dengan
yang akurat
b)
kriteria hasil:
Intervensi (NIC)
Pertahankan catatan intake dan output
Monitor
status
hidrasi
(kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Mempertahankan
darah), jika diperlukan
urine output sesuai dengan
c)
Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
usia dan BB, BJ urine normal,
d)
Kolaborasi pemberian cairan IV
e)
Monitor status nutrisi
f)
Berikan cairan oral
g)
Dorong keluarga untuk membantu pasien
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
Tidak
ada
dehidrasi,
tanda
tanda
Elastisitas
turgor
kulit baik, membran mukosa
makan
h)
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
Jumlah dan irama pernapasan
Kolaborasi
dokter
jika
tanda
cairan
berlebih muncul meburuk
i)
Atur kemungkinan tranfusi
j)
Persiapan untuk tranfusi
k)
Pasang kateter jika perlu
l)
Monitor intake dan urin output setiap 8
12
dalam batas normal
jam
Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
pH urin dalam batas normal
Intake
oral
dan
intravena
adekuat
5) Dx 5: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Setelah
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
dilakukan
tindakan Manajemen Energi:
keperawatan selama …. Pasien a) Observasi adanya pembatasan klien dalam
bertoleransi
terhadap
aktivitas
dengan Kriteria Hasil :
melakukan aktivitas
b) Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Berpartisipasi
kelelahan
dalam aktivitas fisik tanpa c) Monitor nutrisi
disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
adekuat
d) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
Mampu melakukan aktivitas
sehari
hari
(ADLs)
dan sumber energi yang
dan emosi secara berlebihan
secara e) Monitor respon kardivaskuler
terhadap
mandiri
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
Keseimbangan aktivitas dan
diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
istirahat
f)
Monitor
pola
tidur
dan
lamanya
tidur/istirahat pasien
g) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
h) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
i)
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
j)
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13
k) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
l)
Bantu
pasien/keluarga
mengidentifikasi
kekurangan
untuk
dalam
beraktivitas
m) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
n) Bantu
pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
14
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui
anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
Hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung
kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung
berisikan material abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang
sekali menjadi ireponibilis.
4. 2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit Hernia yang pada akhirnya
mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit
Herniar ini. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi
tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih
dalam lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kendarto. 1994. Hernia, HDW Ilmu Bedah I. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA
International. Philadelphia.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. EGG: Jakarta.
Barbara C. Lag. 1996. Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3. Yayasan TAPK Pengajaraan,
Bandung.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Medica Aesculapius FKUI,
Jakarta.
R. Syamsuhidayat & Wim de Jong. 2001. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. EGC: Jakarta.
16
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Hernia atau sering kita kenal dengan istilah “turun bero”, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek aau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil
contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri
atas jaringan lunak, kantong dan isi hernia. 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di
inguinal (lipat paha), yang lainnya terjadi di umbilicus (pusar) atau daerah perut lainnya.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar),
hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia
inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali
lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan
terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot–otot perut yang
sudah mulai melemah.
Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah
satunya disebabkan karena pola hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar
yang kurang teratur, sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang
berserat, serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga
meningkatkan tekanan pada intraabdomen.
Tindakan yang dilakukan untuk mengobati hernia ini bisa dilakukan hernioraphy, hal
ini ditujukan untuk mngembalikan isi kantong hernia, selanjutnya mengikat defek atau celah
agar hernia tidak terjadi lagi.
1. 2 Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari hernia ingunalis lateralis?
2) Apakah etiologi dari hernia ingunalis lateralis?
3) Apa saja manifestasi klinis dari hernia ingunalis lateralis?
4) Bagaimana patofisiologi dari hernia ingunalis lateralis?
5) Bagaimana klasifikasi dari hernia ingunalis lateralis?
6) Bagaimana pathway dari hernia ingunalis lateralis?
1
7) Apa saja komplikasi dari hernia ingunalis lateralis?
8) Bagaimana penatalaksanaan dari hernia ingunalis lateralis?
9) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari hernia ingunalis lateralis?
1. 3 Manfaat
1) Untuk mengetahui tentang pengertian dari hernia ingunalis lateralis.
2) Untuk mengetahui tentang etiologi dari hernia ingunalis lateralis.
3) Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari hernia ingunalis lateralis.
4) Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari hernia ingunalis lateralis.
5) Untuk mengetahui tentang klasifikasi dari hernia ingunalis lateralis.
6) Untuk mengetahui tentang pathway dari hernia ingunalis lateralis.
7) Untuk mengetahui tentang komplikasi dari hernia ingunalis lateralis.
8) Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari hernia ingunalis lateralis.
9) Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan dari hernia ingunalis
lateralis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Hernia ingunalis lateralis suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding
yang dalam keadaan normal tertutup (Richad E, 1992).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Hernia ingunalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
(Cecily L. Betz, 1997).
2.2
Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
1) Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ;
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat
defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
2) Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
3) Kelemahan otot dinding perut karena usia.
4) Anulus internus yang cukup lebar.
5) Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
2.3
Manifestasi Klinis
1) Menangis terus (untuk bayi dan anak-anak)
2) Muntah
3) Distensi abdomen
4) Nyeri
5) Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin
atau mengedan dan menghilang setelah berbaring
6) Gelisah, kadang-kadang perut kembung
7) Konstipasi
8) Tidak ada flatus
3
2.4
Patofisiologi
Selama tahap-tahap akhir perkembangan prosesus vaginalis janin, suatu penonjolan
peritoneum yang berasal dari cincin interna terbentang ke arah medial serta menuruni setiap
kanalis ingunalis. Setiap meninggalkan kanalis tersebut pada cincin eksterna, maka prosesus
tersebut pada pria akan berbelok ke bawah memasuki skrotum dan akan membungkus testis
yang sedang berkembang. Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum lahir kecuali
pada bagian yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap tinggal sebagai suatu
kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus tersebut terbentang mulai dari
cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora. Bagian proksimal prosesus vaginalis dapat
mengalami kegagalan penutupan sehinggan membentuk suatu kantung hernia dimana viskus
abdomen dapat memasuki. Bagian yang teteap terbuka itu dapat membentang ke bawah
kadang-kadang hingga ke dalam kantung testis dan dapat menyatu dengan tunika vaginalis
sehingga bersama-sama membentuk suatu hernia lengkap.
Hernia ingunalis terutama sering ditemukan pada bayi prematur. Diduga karena lebih
sedikitnya waktu perkembangan di dalam kandungan serta lebih sedikitnya waktu bagi
penutupan seluruh prosesus tersebut. Jika testis gagal adalah untuk turun (kriptorkoid), maka
biasanya terdapat kantung hernia yang besar karena sesuatu telah menghentikan penurunan
testis maupun penurunan penutupan prosesus peritoneum tersebut. Anak-anak dengan
anomali kongenital terutama yang , melibatkan daerah abdomen bagian bawah, pelvis atau
perineum sering mempunyai hernia ingunalis sebagai bagian dari kompleks tersebut.
2.5
Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
1) Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2) Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3) Hernia femoralis
4
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
4) Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi
yang tidak adekuat.
5) Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya:
1) Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
3) Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak
dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini
lebih dimaksudkan hernia irreponibel
4) Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
5
2.7
Komplikasi
1) Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
6
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata pada keadaan
strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi.
Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
2.8
Penatalaksanaan
Setiap penderita hernia ingunalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah:
a) Herniotomy: membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena
dasarnya dalah kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.
b) Herniorrhaphy: membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c) Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu
dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3. 1 Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan
gejala klinis yang khas pada penderita hernia ingunalis lateralis
3) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien dengan hernia ingunalis lateralis akan mengalami penyakit kronis
sebelumnya. Misal: adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH).
Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi
meningkatnya tekanan intra abdominal.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis,
mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga
ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya
gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit hernia ingunalis lateralis atau
penyakit menular lainnya.
6) Aktifitas / istirahat
Gejala
Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda
Tanda
berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan dan
keterbatasan dalam mobilisasi.
7) Eliminasi
8
Gejala
Konstifasi,
mengalami
kesulitan
dalam
defekasi,
adanya
inkontinensia / retensi urine.
8) Integritas ego
Gejala
Tanda
9) Neurosensori
Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan
dan financial keluarga.
Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.
Gejala
Kesemutan, kelemahan dari tangan dan kaki.
Tanda
Penurunan refleks tendon dan kelemahan otot, adanya persepsi nyeri.
10) Kenyaman / nyeri
Gejala
Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya
secara intermiten, nyeri dapat menjalar, ke kaki, lengan, bokong
Tanda
dan kaku pada leher, keterbatasan mobilisasi.
dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan
cara berjalan berbeda seperti biasanya, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi.
11) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran, GCS, Vital Sign, BB dan TB
c) Pemeriksaan laboratorium
Analisa gas darah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
12) Pemeriksaan penunjang
Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia ³ 45 th.
9
3. 2 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan, adanya insisi
dari pembedahan dan trauma jaringan.
2) Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pada operasi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. 3 Intervensi
1) Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan, adanya insisi dari
pembedahan dan trauma jaringan.
Setelah
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
dilakukan
tinfakan Manajemen Nyeri:
keperawatan selama …. Pasien
a) Kaji nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi
tidak mengalami nyeri, dengan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil:
faktor presipitasi
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan
b) Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
c) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
d) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
bahwa
berkurang
nyeri
dengan
menggunakan manajemen nyeri
kebisingan
e) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Mampu mengenali nyeri (skala,
f) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
intensitas, frekuensi dan tanda
dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
nyeri)
dingin
Menyatakan
rasa
nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda
vital
dalam
h) Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup
rentang
normal
Tidak
g) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i) Berikan
informasi
tentang
nyeri
seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
mengalami
gangguan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
10
tidur
prosedur
2) Dx 2: Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pada operasi.
Tujuan (NOC)
dilakukan
tindakan
a)
Intervensi (NIC)
Pertahankan teknik aseptif
keperawatan selama…… pasien
b)
Batasi pengunjung bila perlu
tidak mengalami infeksi dengan
c)
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Setelah
kriteria hasil:
tindakan keperawatan
Klien bebas dari
d)
tanda dan gejala infeksi
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
Menunjukkan
e)
kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
f)
Tingkatkan intake nutrisi
g)
Berikan
normal
terapi
antibiotik:.................................
Menunjukkan perilaku hidup
h)
sehat
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Status imun, gastrointestinal,
i)
genitourinaria dalam batas
normal
Inspeksi
kulit
dan membran
mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
j)
Monitor adanya luka
k)
Dorong istirahat
l)
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
3) Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
Setelah
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
dilakukan
tindakan Manajemen Nutrisi dan Observasi Nutrisi:
keperawatan selama…… nutrisi
a) Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah
kurang teratasi dengan kriteria
b) Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap
hasil:
Adanya
hilangnya nafsu makan klien.
peningkatan
badan sesuai tujuan.
berat
c) Tanyakan pada klien tentang alergi makanan.
d) Tanyakan makanan kesukaan klien.
11
Tidak terjadi penurunan berat
e) Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi
badan yang berarti.
kebutuhan nutrisi.
Klien mampu mengidentifikasi
f) Anjurkan masukan kalori yang tepat yang
kebutuhan nutrisi.
sesuai dengan gaya hidup.
Asupan nutrisi dan cairan
g) Intruksikan klien agar menarik napas dalam,
adekuat.
perlahan dan menelan secara sadar untuk
Klien
melaporkan
keadekuatan tingkat energi
mengurangi mual atau muntah.
h) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
untuk makan sesuai kebutuhan.
i) Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan
mual dan muntah.
j) Tawarkan higeine mulut sebelum makan.
4) Dx 4: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
dehidrasi.
Setelah
Tujuan (NOC)
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama…..
a)
defisit
volume cairan teratasi dengan
yang akurat
b)
kriteria hasil:
Intervensi (NIC)
Pertahankan catatan intake dan output
Monitor
status
hidrasi
(kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Mempertahankan
darah), jika diperlukan
urine output sesuai dengan
c)
Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
usia dan BB, BJ urine normal,
d)
Kolaborasi pemberian cairan IV
e)
Monitor status nutrisi
f)
Berikan cairan oral
g)
Dorong keluarga untuk membantu pasien
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
Tidak
ada
dehidrasi,
tanda
tanda
Elastisitas
turgor
kulit baik, membran mukosa
makan
h)
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
Jumlah dan irama pernapasan
Kolaborasi
dokter
jika
tanda
cairan
berlebih muncul meburuk
i)
Atur kemungkinan tranfusi
j)
Persiapan untuk tranfusi
k)
Pasang kateter jika perlu
l)
Monitor intake dan urin output setiap 8
12
dalam batas normal
jam
Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
pH urin dalam batas normal
Intake
oral
dan
intravena
adekuat
5) Dx 5: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Setelah
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
dilakukan
tindakan Manajemen Energi:
keperawatan selama …. Pasien a) Observasi adanya pembatasan klien dalam
bertoleransi
terhadap
aktivitas
dengan Kriteria Hasil :
melakukan aktivitas
b) Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Berpartisipasi
kelelahan
dalam aktivitas fisik tanpa c) Monitor nutrisi
disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
adekuat
d) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
Mampu melakukan aktivitas
sehari
hari
(ADLs)
dan sumber energi yang
dan emosi secara berlebihan
secara e) Monitor respon kardivaskuler
terhadap
mandiri
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
Keseimbangan aktivitas dan
diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
istirahat
f)
Monitor
pola
tidur
dan
lamanya
tidur/istirahat pasien
g) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
h) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
i)
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
j)
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13
k) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
l)
Bantu
pasien/keluarga
mengidentifikasi
kekurangan
untuk
dalam
beraktivitas
m) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
n) Bantu
pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
14
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui
anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
Hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung
kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung
berisikan material abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang
sekali menjadi ireponibilis.
4. 2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit Hernia yang pada akhirnya
mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit
Herniar ini. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi
tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih
dalam lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kendarto. 1994. Hernia, HDW Ilmu Bedah I. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA
International. Philadelphia.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. EGG: Jakarta.
Barbara C. Lag. 1996. Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3. Yayasan TAPK Pengajaraan,
Bandung.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Medica Aesculapius FKUI,
Jakarta.
R. Syamsuhidayat & Wim de Jong. 2001. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. EGC: Jakarta.
16