Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA YORDAN KELURAHAN

AIRMADIDI BAWAH

Skripsi Diajukan guna memenuhi persyaratan

Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Disusun oleh :

Megawati Chyntya Tebo NIM: 106011210006

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

AIRMADIDI – MANADO 2016

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

’’But thanks be to God! He give us the victory through our Lord Jesus Christ’’ 1 Corinthians 15:57 DEDICATION

Thanks to my beloved parents and family Tebo – Mamahit My father, my mother, and my brother My teacher and to all my friends

Thank you for praying, supporting and motivate me until now.

And expecially to GOD that guide me through all the day that pass away.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terima kasih peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya serta tuntunan-Nya yang selalu nyata dalam kehidupan ini sehingga penulisan skripsi dengan judul ’’Hubungan Kualitas Tidur deng an Kejadian Hipertensi di Desa Yordan Kelurahan Airmadidi Bawah’’ bisa diselesaikan dengan baik. Peneliti juga mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang turut berperan dalam pembuatan skripsi ini, yang diantaranya adalah:

1. Nova Langingi, MSN, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat, terima kasih atas semua bimbingan, saran, nasihat, serta ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama di Universitas Klabat.

2. Ivanna Manoppo S.Kp, MPH, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

3. Ailine Y. Sanger, MSN, sebagai dosen pembimbing, terima kasih untuk bimbingan, bantuan, saran, nasihat serta waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Sinjo J. Laoh, PhD, sebagai ketua penguji, terima kasih telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta masukan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

5. Priscillia M. Saluy, MSN, sebagai anggota penguji, terima kasih telah meluangkan waktu dan banyak memberikan saran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Amelia Tanasale, MSi, sebagai statistician consultant, terima kasih telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam hal penggunaan rumus dan penulisan rumus,

7. Feidy Assa, S,Kom yang telah membantu dalam pembuatan surat izin untuk melakukan penelitian ini.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

8. Dr. Elsine A. Towoliu, selaku Kepala Puskesmas Airmadidi dan seluruh pegawai Puskesmas Airmadidi yang telah membantu peneliti dalam pengumpulan data awal.

9. Maykel Parengkuan, S,STP, selaku Kepala Kelurahan Airmadidi Bawah yang telah mengijinkan peneliti untuk membuat penelitian.

10. Kepala Asrama Bougenville dan teman-teman Asrama Bougenville, terima kasih untuk dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan baik.

11. Seluruh responden yang bersedia berpartisipasi dan bekerja sama dalam penelitian ini.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan VII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

Airmadidi, Maret 2016

Penulis

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT ABSTRAK

Kualitas tidur merupakan suatu keadaan dimana saat terbangun menghasilkan kesegaran dan kebugaran. Kurangnya kualitas tidur memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan tubuh. Salah satu penyakit yang muncul akibat kualitas tidur yang buruk ialah hipertensi karena dapat meningkatkan hormon kortisol yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kejadian hipertensi di Desa Yordan Kelurahan Airmadidi Bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross-sectional yang menekankan waktu pengukuran hanya pada satu saat tertentu dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur kualitas tidur responden dengan menggunakan kuesioner PSQI yang dilakukan dengan wawancara langsung kemudian hasilnya dikategorikan menjadi kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk serta mengukur tekanan darah responden dan dikategorikan menjadi hipertensi atau prehipertensi. Rumus statistik yang digunakan dalam penelitian ini ialah Chi-Square dan Coefficient Contingency, dengan angka signifikan (α < 0.05). Hasil uji statistik dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan kejadian hipertensi p value 0.912 > 0.05, serupa bila faktor usia dan jenis kelamin diikutsertakan. Direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan hal yang sama dapat menambahkan faktor lain seperti makanan, konsumsi garam, obesitas, genetik, dan kurang olahraga serta jumlah responden ditambah.

Kata Kunci: Hipertensi., Kualitas Tidur., PSQI.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini ada berbagai macam penyakit yang muncul di dunia karena pengaturan pola hidup yang buruk, salah satunya penyakit hipertensi yang merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >120 mmHg dan tekanan darah diastolik >80 mmHg. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang menyebabkan makin tinggi tekanan darah seseorang (Muttaqin, 2009).

Ada banyak faktor penyebab terjadinya hipertensi yang terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol contohnya usia dan jenis kelamin. Seiring bertambahnya usia seseorang semakin tinggi resiko untuk hipertensi karena semakin berkurangnya elastisitas arteri sehingga menjadi lebih keras dan kaku (Kadulli, 2011). Untuk jenis kelamin, prevalensi hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita. Sebelum menopause wanita dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) untuk mencegah terjadinya proses arterosklerosis sehingga wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2009).

Penyakit hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia dan merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Joint National Committee on

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-

VII) dan WHO mengatakan secara global hampir satu milyar orang menderita hipertensi. Di Amerika Serikat pada tahun 2010 prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang menderita hipertensi yaitu 28,6 % (Asmarita, 2014 & Girsang, 2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada individu berusia 18 tahun ke atas berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan 9,5 % penderita hipertensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan 25,8 % berdasarkan pengukuran tekanan darah (Kemenkes RI, 2014). Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2013 merupakan provinsi yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi untuk usia 18 tahun ke atas yaitu 15,2 % (Kemenkes RI, 2013).

National Heart, Lung, and Blood Institute dari United State Department of Health and Human Service (2009) menginformasikan bahwa kualitas tidur yang buruk meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kondisi medis lainnya. Selain itu Javaheri, Isser, Rosen, & Redline (2008) dari Case Western Reserve School of Medicine, Cleveland , melakukan sebuah penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dan peningkatan tekanan darah pada remaja dengan kesimpulan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan kejadian prehipertensi dan hipertensi pada remaja yang sehat.

Tidur merupakan hal yang paling penting bagi manusia karena saat tidur terjadi proses pemulihan. Proses ini bermanfaat untuk mengembalikan kondisi tubuh yang mengalami kelelahan menjadi segar kembali. Ketika proses pemulihan terhambat akan menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

(Hidayat, 2012). Dengan adanya tidur, manusia dapat memelihara kesegaran, kebutuhan, dan metabolisme tubuh sepanjang masa (Mardjono, 2009).

Kualitas tidur adalah kepuasan dan kesegaran seseorang terhadap tidur ketika terbangun. Kualitas tidur berbeda dengan jumlah waktu tidur. Individu yang tidur 8-

12 jam sehari tidak selalu mendapatkan kesegaran dan kebugaran ketika bangun. Kualitas tidur di katakan buruk ketika bangun dari tidur tapi tetap saja merasa mengantuk, tidak bersemangat, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Nadzifah, 2014).

Kurangnya kualitas tidur memberikan berbagai dampak yang buruk bagi kesehatan tubuh. Ketika kualitas tidur baik, segala aktivitas tubuh dan aktivitas sehari-hari akan berjalan normal dan lancar (Fikri, 2011). Kualitas tidur yang buruk dicirikan dengan kurang tidur dan adanya gangguan tidur seperti mendengkur ataupun hal-hal yang dapat mengganggu tidur seseorang (Nadzifah, 2014). Penelitian yang di lakukan oleh Redline & Foody (2008) di Amerika mengatakan bahwa gangguan tidur dianggap sebagai salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi. Tahun 2011 peneliti yang sama melalui jurnal yang di terbitkan oleh Circulation Journal mengatakan bahwa gangguan tidur sudah saatnya untuk masuk ke dalam 10 faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk mencegah kejadian penyakit jantung.

Tidur merupakan aktivitas rutin manusia yang berguna untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Banyak manfaat yang dapat di peroleh dari tidur, salah satunya tubuh akan lebih bugar dan segar ketika bangun. Seiring bertambahnya usia, kualitas tidur seseorang akan berkurang. Penyebabnya ialah stres, kesibukan mengurus anak-anak, ada kondisi medis, cahaya, dan gangguan tidur

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

seperti insomnia. Bagi pria saat prostat membesar dapat menyebabkan keseringan untuk pergi ke kamar kecil yang tentunya hal tersebut akan mengganggu tidur dan bagi wanita, perubahan biologis yang terjadi seperti siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause dapat mempengaruhi seberapa baik tidur seseorang (JPNN, 2015).

Salah satu penyakit yang muncul akibat kualitas tidur yang buruk ialah hipertensi. Menurut Aphiin (2012) kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan hormon kortisol. Salah satu fungsi hormon kortisol ialah mempertahankan tekanan darah (Biomedika, 2012). Ketika kualitas tidur buruk, sistem tidur dan bangun akan terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan dan peningkatan hormon kortisol yang akan memicu terjadinya peningkatan tekanan darah (Fitri, 2012). Hasil penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang di lakukan oleh Fitri (2013) tentang Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Hipertensi menyimpulkan bahwa 36 responden penelitian (64,3%) yang memiliki kualitas tidur buruk menderita hipertensi.

Berdasarkan pengambilan data awal dari Puskesmas Airmadidi tentang penderita hipertensi di Kecamatan Airmadidi dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan September 2015 ada 1.203 jiwa. Desa Yordan memiliki populasi individu dengan riwayat hipertensi ada 173 individu. Peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat di Desa Yordan Kelurahan Airmadidi Bawah, hasilnya menyatakan bahwa masyarakat di desa Yordan sering mengantuk saat beraktifitas disiang hari, sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk memulai tidur kembali dan saat bangun pagi merasa tidak puas terhadap tidur. Pernyataan tersebut

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

menunjukan adanya gangguan tidur dan hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan kualitas tidur seseorang menjadi buruk.

Sehubungan dengan pernyataan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ’’Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Hipertensi di

Desa Yordan Kelurahan Airmadidi Bawah’’.

Pernyataan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kualitas tidur individu di desa Yordan Kelurahan Airmadidi bawah?

2. Bagaimanakah kejadian hipertensi pada individu di desa Yordan Kelurahan Airmadidi bawah?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kejadian hipertensi di desa Yordan Kelurahan Airmadidi bawah?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kejadian hipertensi di desa Yordan Kelurahan Airmadidi bawah bila faktor usia diikutsertakan?

5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kejadian hipertensi di desa Yordan Kelurahan Airmadidi bawah bila faktor jenis kelamin diikutsertakan?

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT6

Tujuan Penelitian

Setelah meninjau latar belakang dan pernyataan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan kejadian hipertensi di Desa Yordan Kelurahan Airmadidi Bawah.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dibagi dalam tiga bagian yaitu: bagi masyarakat, bagi institusi pendidikan dan bagi peneliti.

Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat terhadap kejadian hipertensi akibat kualitas tidur yang buruk dan dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk menjaga kualitas tidur.

Bagi Institusi Pendidikan

Dengan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat tentang hubungan kualitas tidur dengan kejadian hipertensi.

Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini kiranya dapat berguna dan menjadi pengalaman yang berharga, serta dapat menambah pengetahuan baru bagi peneliti, dapat menambah wawasan baru peneliti tentang hubungan kualitas tidur dengan kejadian hipertensi di desa Yordan dan Kanaan Kelurahan Airmadidi bawah dan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tuntutan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Cakupan dan Batasan

Cakupan pada penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki riwayat hipertensi >120/80 mmHg, yang tinggal di desa Yordan baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 18-65 tahun, memiliki riwayat hipertensi, serta bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) oleh responden yang bersedia untuk bekerja sama dengan peneliti dalam mengikuti penelitian ini.

Batasan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tidak memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah <120/80 mmHg, yang tinggal di luar desa Yordan, berusia <18 tahun dan >65 tahun, serta yang tidak bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent).

Definisi Operasional yang Digunakan Dalam Penelitian Kualitas tidur

Kualitas tidur dalam penelitian ini adalah kepuasan, kesegaran, dan kebugaran seseorang terhadap tidur ketika terbangun, dan tidak menunjukkan adanya rasa mengantuk, tidak bersemangat, sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Desa Yordan

Desa Yordan adalah salah satu desa di Kecamatan Airmadidi Kelurahan Airmadidi Bawah Kabupaten Minahasa Utara yang memiliki jumlah populasi 449 jiwa, dengan jumlah laki-laki 221 jiwa dan perempuan 228 jiwa. Desa Yordan berdampingan dengan Desa Tumaluntung.

Kelurahan Airmadidi Bawah

Kelurahan Airmadidi Bawah adalah wilayah bagian dari Kecamatan Airmadidi yang terletak di Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara, Indonesia yang terdiri dari Sembilan lingkungan dan Desa Yordan merupakan lingkungan VI.

PSQI ( Piitsburgh Sleep Quality Index)

Pittsburgh sleep quality index adalah kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur responden dalam penelitian ini.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori dan konsep dalam masalah penelitian, sintesa penelitian, kerangka konseptual dan hipotesis.

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi dalam bahasa inggrisnya adalah hypertension . Hypertension berasal dari dua kata yaitu hyper yang berarti tinggi, dan tension yang berarti tegangan. Ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah menghasilkan dua angka, yaitu angka yang lebih tinggi dan angka yang lebih rendah. Angka yang lebih tinggi didapat ketika jantung berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang lebih rendah didapatkan ketika jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg dapat diartikan normal. Ketika terjadi tekanan darah tinggi, umumnya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi umumnya terjadi ketika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih (Ridwanaz, 2012).

Hipertensi berhubungan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Tahanan vaskular perifer meningkat dalam pembuluh yang keras dan tidak elastis mengakibatkan jantung harus memompa melawan tekanan lebih besar secara kontinu (Potter & Perry, 2005). Hipertensi dikenal sebagai Sillent Killer karena sulit

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

untuk dirasakan secara langsung oleh tubuh seseorang. Penyakit ini tidak memiliki gejala awal, tetapi dapat menyebabkan rasa sakit dalam jangka panjang serta komplikasi yang berakibat fatal. Satu-satunya cara untuk mengetahui atau mendeteksi penyakit ini adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur (Yulianto, 2015).

Hipertensi adalah penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari faktor resiko yang dimiliki seseorang. Ada berbagai macam faktor pemicu hipertensi yang dibedakan menjadi faktor tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh (Anggraini dkk, 2009).

Penyebab Hipertensi

Hipertensi umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti toksin, faktor genetik, usia, jenis kelamin, etnis, stress, kegemukan, nutrisi, merokok, narkoba, alkohol, kafein, kurang berolahraga dan konsumsi lemak (Wulandari & Susilo, 2011). Tetapi Redline & Foody (2008) menyimpulkan bahwa gangguan tidur sudah saatnya masuk kedalam faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk mencegah penyakit jantung. Gangguan tidur diantaranya ialah mendengkur, mimpi buruk, ataupun hal-hal yang dapat mengganggu tidur seseorang. Ketika seseorang memiliki gangguan tidur, kualitas tidur akan menjadi buruk (Nadzifah, 2015).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Menurut Ridawanaz (2012) hipertensi esensial (hipertensi primer) merupakan jenis hipertensi terbanyak bagi orang dewasa, disebut primer atau esensial atau idiopatik karena penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi atau penyakit. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Berbagai kondsi penyakit dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder diantaranya adalah penyakit ginjal, tumor kelenjar adrenal, cacat pada pembuluh darah sejak lahir (bawaan), obat-obat tertentu seperti pil KB, obat flu, dekongestan, penghilang rasa sakit serta obat-obatan terlarang seperti kokain dan amfetamin.

The Joint National Committee (JNC VII) dalam tabel 2.1 mengklasifikasikan tekanan darah menjadi empat kategori yaitu: normal, prehipertensi, hipertensi derajat

I, dan hipertensi derajat II dalam satuan mmHg (Kuswardhani, 2006). Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan

Tekanan Darah

Tekanan Darah

Hipertensi Derajat I

140-159

90-99

Hipertensi Derajat II

Sumber: JNC VII (Kuswardhani, 2006).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol (Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan, 2008). Faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu:

1. Usia

Semakin tua usia seseorang, semakin tinggi peluang untuk hipertensi. Pertambahan usia mengakibatkan berbagai macam perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah berangsur menyempit dan menjadi kaku yang dimulai pada usia 45 tahun (Syukraini, 2009).

2. Jenis kelamin

Pria memiliki resiko lebih besar terkena hipertensi dibandingkan wanita, karena sebelum menopause wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Saat menopause, kadar hormon estrogen mulai berkurang secara alami yang pada umumnya pada wanita usia 46-55 tahun (Anggraini dkk, 2009).

3. Genetik

Tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh faktor keturunan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan meski pada usia dini. Jika dalam keluarga

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

memiliki riwayat darah tinggi, maka pemeliharaan kesehatan harus lebih diperhatikan (Husnantiya, 2013). Individu dengan orang tua yang memiliki riwayat hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga (Rohaendi, 2008).

Sedangkan faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu:

1. Obesitas

Berat badan ekstra atau obesitas adalah salah satu penyebab utama tingginya tekanan darah, tetapi risikonya bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Orang yang memiliki lemak disekitar perut, pinggul, dan paha juga beresiko memiliki tekanan darah tinggi. Kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sehingga memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat sehingga memicu kenaikan tekanan darah (Rawasiah, Wahiduddin, Rismayanti (2014). Upaya hidup sehat untuk mempertahankan berat badan yang berada dalam taraf normal agar tetap sehat dan menarik sangat diperlukan (Husnantiya, 2013).

2. Konsumsi garam

Beberapa orang memiliki darah yang sensitif terhadap asupan garam atau sodium. Mengkonsumsi garam dalam jumlah yang sedikit dapat meningkatkan tekanan darah dengan drastic pada orang-orang yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap sodium (Husnantiya, 2013). Konsumsi natrium yang berlebihan dapat menahan air dalam tubuh sehingga meningkatkan volume darah yang mengakibatkan jantung harus bekerja keras dan tekanan darah menjadi naik. Meningkatnya tekanan darah berdampak pada hipertensi (Sunanto, 2009).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

3. Konsumsi alkohol

Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh dan kesehatan. Untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal , hindarilah alkohol (Husnantiya, 2013). Konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah sistolik maupun diastolik sebanyak 5 – 10 mmHg (Joewana, 2005).

4. Kurang olahraga

Pada umumnya orang yang kurang aktif berolahraga cenderung mengalami kegemukan. Olahraga dapat mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh karena saat berolahraga garam akan keluar dari dalam tubuh bersama dengan keringat. Dengan olahraga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah (Dalimartha dkk, 2008).

5. Merokok

Dalam sebatang rokok terkandung nikotin dan karbonmonoksida. Zat tersebut alan masuk kedalam aliran darah dan mencapai otak. Otak akan memberikan sinyal ke kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin. Hormon adrenalin akan menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan akan menjadi lebih tinggi. Gas karbonmonoksida dapat menyebabkan pembuluh darah tegang dan kejang pada otot sehingga tekanan darah akan naik (Rita, 2010). Nikotin meningkatkan penggumpalan dalam pembuluh darah (Dalimartha dkk, 2008).

6. Kafein

Kafein berfungsi untuk membantu seseorang agar tetap terjaga karena hilangnya kantuk, memperbaiki mood, dan meningkatkan daya konsentrasi. Namun,

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

konsumsi kafein yang berlebihan dari batas normal yaitu 400 mg per hari dapat mempengaruhi tekanan darah (Apriyanti, 2012).

7. Kualitas tidur

Kualitas tidur dulunya belum dikenal sebagai penyebab hipertensi karena kebanyakan orang hanya menganggap enteng hal tersebut. Mekanisme biologis yang berperan ialah meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis saat tidur akibat penurunan kadar oksigen dan episode bangun singkat. Hal ini mengakibatkan rusaknya pembuluh darah serta meningkatnya tekanan pada aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi (Candra, 2012). Javaheri dkk (2008) mengatakan bahwa pencegahan hipertensi harus diberi perhatian khusus terhadap kualitas tidur yaitu dengan mengoptimalisasi waktu tidur juga sangat penting selain memodifikasi gaya hidup, berolahraga, dan pengaturan diet akan mengurangi resiko hipertensi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Tanda dan Gejala

Hipertensi tidak memberikan gejala yang khas, sebagian gejala klinis timbul setelah bertahun-tahun mengalami hipertensi. Gejala yang dapat dirasakan penderita yaitu nyeri kepala, kadang disertai mual muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial, penglihatan kabur karena kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung, dan tengkuk terasa pegal (Rohaendi, 2008).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi ialah melalui renin yang diproduksi di ginjal. Renin disekresikan ke pembuluh darah yang fungsinya untuk mengaktifkan zat yang dihasilkan oleh hati yaitu Angiotensinogen menjadi Angiotensin I. Angiotensin I akan diubah menjadi Angiotensin II oleh suatu enzim yaitu Angiotensin Converting Enzym (ACE) yang dihasilkan di paru-paru.

Angiotensin II memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi. Aksi pertama yang dapat meningkatkan tekanan darah yaitu dengan Vasokonstriksi pembuluh darah. Aksi yang kedua yaitu dengan cara meningkatkan sekresi Aldosteron oleh korteks adrenal (zona glomerulosa) yang berfungsi meningkatkan retensi (penarikan) air di ginjal, menarik natrium, mensekresi kalium sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini dkk, 2009).

Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat arterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi meliputi rusaknya organ tubuh seperti jantung, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient, ischemic attack) , penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor risiko kardiovaskular lain, maka meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskular tersebut. Menurut penelitian Framingham yang dimulai tahun 1949 ditemukan bahwa pada kelompok umur yang sama mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner dan gagal jantung (Wolf, 2006).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif seperti tidur dan istirahat (Siregar, 2011). Meski tidur merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi kebanyakan orang, ada orang yang merasa sulit tidur saat malam hari, walau berniat untuk tidur, tapi mata tidak bisa terpejam dan tidak ada rasa kantuk. Masalah tidur tidak senantiasa merujuk pada situasi seseorang itu susah untuk tidur, tetapi juga merasa mengantuk walaupun tidur selama 8 jam atau lebih, sering terjaga terlalu awal, sering terkantuk-kantuk walaupun berada dalam lingkungan ramai. Kurang tidur dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada tubuh. Kualitas tidur yang kurang baik juga bisa berpengaruh pada psikologis dan fisik atau gabungan keduanya (Bank & Dinges, 2007).

Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibedakan menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda- tanda fisik akibat kekurangan tidur antara lain ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi, terlihat tanda-tanda keletihan. Sedangkan tanda-tanda psikologis antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas, daya ingat menurun, bingung, halusinasi, ilusi penglihatan dan kemampuan mengambil keputusan menurun (Novianty, 2014). Menurut Fitri (2013)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

kualitas tidur secara keselurahan dapat dinilai melalui kuantitas dan proses selama tidur dan dapat dilihat melalui tujuh komponen yaitu:

1. Subjektif tidur yaitu penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri yang berperan terhadap penilaian kualitas tidur.

2. Latensi tidur yaitu berapa waktu yang dibutuhkan sehingga dapat tertidur.

3. Efisiensi tidur yaitu presentase kebutuhan tidur manusia, dengan menilai jam tidur dan durasi tidur.

4. Penggunaan obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan tidur yang dialaminya, karena penggunaan obat tidur diindikasikan apabila seseorang sudah sangat terganggu pola tidurnya dan penggunaan obat tidur diperlukan untuk membantu tidur.

5. Gangguan tidur seperti mengorok (mendengkur), gangguan pergerakan, sering terbangun untuk ke kamar mandi, dan mimpi buruk. Hal itu dapat mengganggu proses tidur manusia.

6. Daytime disfunction atau adanya gangguan pada kegiatan sehari-hari yang diakibatkan oleh perasaan mengantuk.

7. Durasi tidur dapat dinilai dari waktu memulai tidur sampai waktu bangun tidur. Waktu tidur yang tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur yang buruk.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Kualitas tidur yang baik dapat mencegah kejadian hipertensi. Menurut penelitian Gangwisch dkk (2006) “Short Sleep Duration as a Risk Factor for Hypertension” menyatakan bahwa apabila terjadi kekurangan waktu untuk tidur akan secara akut menaikan tekanan darah dan mengaktivasi sistem saraf simpatis yang dalam jangka waktu lama hal tersebut akan memicu terjadinya hipertensi.

Tidur

Tidur adalah hal yang penting dan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Tidur merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kesadaran, berkurangnya aktivitas pada otot rangka dan penurunan metabolisme (Harkreader, Hogan, & Thobaben, 2007).

Tidur memungkinkan tubuh manusia untuk memperbaharui diri. Produk- produk sampah dibuang, kemudian mengalami perbaikan, semua enzim dilengkapi kembali dan energy dipulihkan. Tidur juga membantu dalam penyembuhan dari luka, infeksi dan serangan lain pada tubuh, termasuk stress dan tekanan emosional serta memperkuat sistem pertahanan tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit dan istirahat yang benar dapat menambah panjangnya kehidupan (Ludington & Diehl, 2011).

Fisiologi Tidur

Tidur memiliki fisiologi tidur yang mengatur kegiatan tidur. Fisiologi tidur menghubungkan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan saraf pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem pengaktivasi retikularis mengatur

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008).

Pusat pengaturan aktivasi kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS (Reticular Activating System) akan melepas katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Bulbar Synchronizing Regional). Sedangkan pada saat bangun bergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).

Potter &Perry (2005) menjelaskan bahwa seseorang dapat tetap terjaga atau tertidur sepanjang malam tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat lebih tinggi seperti pikiran, reseptor sensori perifer seperti stimulus bunyi atau cahaya, dan sistem limbik seperti emosi. Ketika seseorang yang mencoba tertidur maka stimulus ke RAS akan menurun dan dengan suasana ruangan yang gelap dan tenang maka aktivasi RAS akan menurun, BSR mengambil alih kemudian seseorang bisa tertidur.

Irama Sirkadian dan Kelenjar Pineal

Dalam proses tidur seseorang terdapat hormon melatonin yang berfungsi menjaga irama sirkadian. Menurut Fitri (2013), kelenjar pineal berfungsi mengeluarkan hormon melatonin yang akan membantu menjaga irama sirkadian

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

sesuai siklus terang gelap. Jam biologis utama akan diatur oleh nukleus supramatikus (SCN) yang akan membentuk siklus dan menyeimbangkan antara sinyal eksternal dan internal tubuh manusia. Ketidakrelevannya jam internal dan lingkungan luar akan mengakibatkan ‘jet lag’ ketika iramanya tidak teratur.

Makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Bioritme pada manusia dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elekromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya (Fitri, 2013).

Irama sirkadian, termasuk siklus tidur-bangun harian yang dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur bangun mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun saat ritme fisiologisnya paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur saat ritme tersebut paling rendah (Annisa, 2013). Jika siklus tidur-bangun seseorang berubah secara bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005).

Irama sirkadian didahului oleh sekresi melatonin, episode ini adalah hasil kerja susunan saraf pusat yang mengatur jumlah dan banyaknya sekresi episodic dari CRF dan ACTH. Sekresi kortisol pada petang hari rendah dan terus menurun selama beberapa jam pertama waktu tidur, dimana pada waktu itu kadar kortisol plasma

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

tidak terdeteksi. Selama jam ketiga dan kelima waktu tidur, terjadi peningkatan sekresi kortisol, tetapi waktu sekresi maksimal dimulai pada masa tidur jam keenam sampai jam kedelapan dan kemudian mulai menurun setelah bangun tidur. Sekitar setengah dari keluarnya kortisol harian disekresikan pada saat ini (Fitri, 2013).

Tahapan Tidur

Menurut Patlak (2005), tidur dibagi menjadi dua fase yaitu REM (Rapid Eye Movement) atau pergerakan mata yang cepat dan NREM (Non-Rapid Eye Movement) atau pergerakan mata yang tidak cepat. Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stasium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM. Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam tergantung pada jumlah waktu yang digunakan orang tersebut untuk tertidur (Potter & Perry, 2005).

1. Tidur stadium satu

Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak perlahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).

2. Tidur stadium dua

Biasanya berlangsung selama 10 sampai 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

3. Tidur stadium tiga

Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu sulit untuk menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

4. Tidur stadium empat

Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010).

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan tahap ini adalah bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005).

Rapid Eye Movement (REM) adalah tahap tidur yang melibatkan gerakan mata yang cepat dan yang paling erat terkait dengan periode bermimpi. Karakteristik tidur REM meliputi matanya akan terbuka dan tertutup, kejang pada otot kecil dan otot besar imobilisasi, pernapasan tidak teratur dengan baik, nadinya lebih cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat, suhu tubuh meningkat dan sulit untuk dibangunkan. Hal itu berlangsung sekitar 10 menit pada tahap pertama dan tahap terakhir berlangsung sekitar 1 jam (Alimul, 2009).

Kebutuhan Tidur Manusia

Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan. Tabel berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2008).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Tabel 2.2 Kebutuhan tidur manusia

Usia

Tingkat Perkembangan

Jumlah Kebutuhan

0-1 bulan

Bayi baru lahir

14-18 jam/hari

1 bulan-18 bulan

Masa bayi

12-14 jam/hari

18 bulan-3 tahun

Masa anak

11-12 jam/hari

3 tahun-6 tahun

Masa pra-sekolah

11 jam/hari

6 tahun-12 tahun

Masa sekolah

10 jam/hari

12 tahun-18 tahun

Masa remaja

8,5 jam/hari

18 tahun-40 tahun

Masa dewasa

7-8 jam/hari

40 tahun-60 tahun

Masa muda paruh baya

7 jam/hari

60 tahun keatas

Masa dewasa tua

6 jam/hari

(Sumber: Hidayat, 2008).

Gangguan Tidur

Ada banyak hal yang dapat mengganggu tidur seseorang yang membuat kualitas tidur seseorang menjadi buruk dan hal tersebut disebut gangguan tidur. Gangguan tidur tersebut yaitu:

1. Insomnia

Gangguan tidur yang satu ini sudah sering muncul dikalangan orang banyak. Insomnia adalah gangguan tidur dimana seseorang sangat sulit untuk tidur dan ketika terbangun dimalam hari sulit untuk memulai tidur kembali sekalipun mempunyai kesempatan untuk tidur. Hal ini menyebabkan tidur tidak berkualitas (American Pillo, 2015 & Nadzifah, 2014). Penderita insomnia akan mengeluhkan rasa kantuk yang berlebihan disiang hari dan kuantitas serta kualitas tidur tidak cukup (Potter & Perry, 2005).

2. Parasomnia

Gangguan tidur yang satu ini merupakan perilaku yang muncul saat seseorang sedang tertidur lelap atau pada waktu antara bangun dan tidur. Contohnya tidur sambil berjalan, night terror, mengigau, dan mimpi buruk (Potter & Perry, 2005).

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

3. Apnea tidur Apnea tidur adalah gangguan tidur yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik. Bentuk apnea tidur yang sering terjadi ialah apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea, OSA) (Potter & Perry, 2005). Kapa, Kuniyoshi, & Somers (2008) mengatakan bahwa apnea tidur ada hubungannya dengan hipertensi.

4. Narkolepsi Narkolepsi dikenal juga sebagai serangan tidur karena bila seseorang mengalami gangguan tidur ini, mereka akan sulit untuk mempertahankan keadaan sadar. Narkolepsi merupakan dorongan tidur yang sangat besar (Ginintasasi, 2010).

Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Hipertensi

Kualitas tidur dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Akan ada berbagai penyakit yang disebabkan karena tidak memiliki tidur yang berkualitas. Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen yaitu: subyektif tidur, latensi tidur, efisiensi tidur, pengguaan obat tidur, gangguan tidur, daytime disfunction, dan durasi tidur (Fitri, 2013). Salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu kurang tidur. Menurut Apiin (2012), kurang tidur dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti hipertensi, stroke ,dan diabetes. Kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan hormon kortisol.

Kortisol adalah hormon golongan glikokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal atas pengaruh Adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini dapat

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak; sebagai anti inflamasi; mempertahankan tekanan darah; memperlambat kerja insulin dan memicu terjadinya glikogenesis di hati (Biomedika, 2012).

Ketika kualitas tidur buruk, sistem tidur dan bangun akan terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan dan peningkatan hormon kortisol sehingga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah melalui dua aksi. Redline & Foody (2008) mengatakan bahwa kualitas dan kuantitas tidur dapat mempengaruhi proses hemostasis dan bila proses ini terganggu, dapat menjadi salah satu faktor meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular. Aksi yang pertama hormon kortisol akan memicu hormon katekolamin yang terdiri dari epinefrin dan norepinefrin yang berfungsi untuk merangsang sistem saraf simpatis yang mengontrol hampir sebagian pembuluh darah dalam tubuh sehingga terjadi vasokonstriksi yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Aksi yang kedua hormon kortisol memicu hormon mineralokortikoid yaitu aldosteron yang akan mempengaruhi aktivasi renin yang akan mengaktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (SRAA) sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Fitri, 2013).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2013), didapati bahwa ada hubungan yang signifikan kualitas tidur dengan kejadian hipertensi (0.003 < 0.05). Tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Pitaloka, Utami, dan Novayelinda (2015) menyatakan bahwa kualitas tidur dengan kejadian hipertensi tidak memiliki hubungan yang signifikan yang menjelaskan bahwa penyebab tidak adanya hubungan karena ada faktor lain seperti gaya hidup, kecemasan, stres, dan kebiasaan merokok.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Usia

Seiring bertambahnya usia seseorang mengakibatkan berbagai perubahan fisiologis dalam tubuh karena semakin berkurangnya elastisitas arteri yang menjadi lebih keras dan kaku (Kadulli, 2011). Usia juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang yang disebabkan karena berbagai hal, salah satu faktor penyebabnya ialah gangguan tidur (JPNN, 2015).

Prevalensi hipertensi semakin meningkat pada usia lanjut yaitu sekitar 40 % dengan kematian 50 % diatas usia 60 tahun. Pertambahan usia mengakibatkan arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai dengan faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Izzo, Joseph, Sica, Domenic, & Black, 2008). Tabel 2.3 Kategori umur atau usia

Tingkat perkembangan

Usia

Masa balita

0 – 5 tahun

Masa kanak-kanak

5 – 11 tahun

Masa remaja awal

12 – 16 tahun

Masa remaja akhir

17 – 25 tahun

Masa dewasa awal

26 – 35 tahun

Masa dewasa akhir

36 – 45 tahun

Masa lansia awal

46 – 55 tahun

Masa lansia akhir

56 – 65 tahun

Masa manula

> 65 tahun

Sumber: Depkes RI (Hardiwinoto, 2011). Peningkatan kejadian hipertensi yang dipengaruhi oleh usia terjadi secara alami sebagai proses penuaan. Hal ini berkaitan dengan perubahan struktur dan

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

fungsi kardiovaskuler. Seiring bertambahnya usia ventrikel kiri dan katub jantung menebal serta elastisitas pembuluh darah menurun (Mauk, 2006).

Dalam penelitian Syukraini (2009) menunjukkan dalam hasil bivariat dengan Chi-Square test antara variabel usia dengan kondisi tekanan darah menunjukkan keduanya bermakna secara statistik (0.000 < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor usia berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hal ini juga berarti bahwa seiring bertambahnya usia berisiko untuk hipertensi. Tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Noegroho, Suriadi, & Nurfianti (2014) menyatakan bahwa usia dengan kejadian hipertensi tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Jenis Kelamin

Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paru baya. Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita setelah berusia 55 tahun atau yang mengalami menopause (Sutomo, 2009).

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein, kadar HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya arterosklerosis. Namun pada masa premenopause wanita mulai kehilangan hormon estrogen sehingga pada usia 45-55 tahun prevalensi hipertensi pada wanita menjadi lebih tinggi (Kumar, Abbas & Fausto, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Academy on Aging Society (2005) menjelaskan bahwa dan pria dan wanita nyaris mempunyai angka kejadian hipertensi yang sama.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Dalam penelitian dengan judul “Gender-Specific Associations of Short Sleep Duration With Prevalent and Incident Hypertension” yang dilakukan oleh

Cappucino dkk (2007) yang dipublikasikan pada AHA Journal, didapati bahwa terdapat hubungan yang spesifik kualitas tidur dengan kejadian hipertensi dilihat dari faktor jenis kelamin. Dijelaskan bahwa terjadi resiko yang lebih besar pada wanita dalam keadaan menopause. Tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Haendra, Anggara, & Prayitno (2013) menunjukan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi.

Sintesis Penelitian

Hipertensi atau yang lebih sering dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan kenaikan tekanan darah dalam diatas normal yaitu melebihi 140/90 mmHg. Faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol.

Seiring bertambahnya usia seseorang mengakibatkan berbagai perubahan fisiologis dalam tubuh karena semakin berkurangnya elastisitas arteri sehingga menjadi lebih keras dan kaku. Usia juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang yang disebabkan karena berbagai hal, salah satunya gangguan tidur.

Prevalensi hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita. Sebelum menopause wanita dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) untuk mencegah terjadinya proses arterosklerosis sehingga wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler.

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen yaitu subjektif tidur, latensi tidur, efisiensi tidur, penggunaan obat tidur, gangguan tidur, daytime disfunction, dan durasi tidur.

Ketika kualitas tidur buruk, sistem tidur dan bangun akan terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan dan peningkatan hormon kortisol sehingga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah melalui dua aksi. Aksi yang pertama hormon kortisol akan memicu hormon katekolamin yang terdiri dari epinefrin dan norepinefrin yang berfungsi untuk merangsang sistem saraf simpatis yang mengontrol hampir sebagian pembuluh darah dalam tubuh sehingga terjadi vasokonstriksi yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Aksi yang kedua hormon kortisol memicu hormon mineralokortikoid yaitu aldosteron yang akan mempengaruhi aktivasi renin yang akan mengaktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (SRAA) sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti adalah:

1. Variabel Independen Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah karakter tidur yang penting yang diperlihatkan oleh individu. Kualitas tidur merupakan penilaian individu mengenai kenyenyakan tidur dan persepsi tentang pergerakan selama tidur (Sahara, 2016).