Makalah pendidikan karakter perspektif A

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PERSPEKTIF AS-SUNNAH

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah

: Studi Hadits Integratif

Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Ya'kub, M.A.
2. Dr. Zawawi, M.A.

Oleh :
NURUL FAIZAH (2052114026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015


0

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dewasa ini, kita sering mendengar kejadian-kejadian yang terkadang sangat mengganggu
orang lain, atau bahkan mungkin sampai menyebabkan kerugian. Sebut saja begal, yang saat ini
sedang marak terjadi dimana-mana, korupsi yang sampai detik ini juga masih saja menggurita di
negara kita, sehingga dapat menimbulkan pikiran negatif di benak generasi penerusnya.
Mungkin bukan hanya negara kita yang sedang dilanda dekadensi moral, tetapi seluruh penjuru
dunia.
Kita sebagai orang muslim tentu tidak ingin generasi penerus nanti akan menjadi
generasi yang bobrok akhlaqnya, terutama di Indonesia yang penduduk Muslimnya termasuk
mayoritas. Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan perbaikan atau perubahan pada masyarakat
kita untuk menjadikan generasi penerus yang memiliki pribadi lebih baik lagi.
Rasulullah sendiri telah menyebutkan dalam Haditsnya yang berbunyi :
(‫إنمما عثت أأ ّمم مكارم األقا )رواه أحمد‬
Artinya : “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.”
Jika menilik pada sejarah terdahulu pada zaman Jahiliyah, akhlaq kaum Quraisy masih
sangat di bawah. Hingga datanglah Rasulullah yang diutus oleh Allah hanya untuk

menyempurnakan akhlaq mereka melalui ajaran Islam. Rasulullah sendiri yang mengajarkan
akhlaq kepada kaumnya dengan meneladani perangai dan sifat-sifat beliau sehari-hari. Kita patut
bersyukur karena lahir di tengah-tengah lingkungan Islam, sehingga akhlaq langsung bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sejak dini dengan mempelajari kisah-kisah beliau yang
banyak tersebar di buku-buku sejarah.
Namun terkadang saat ini tidak sedikit pula yang kembali lagi ke zaman Jahiliyah, zaman
dimana akhlaq sedang carut marutnya. Padahal manusia diciptakan begitu sempurna dengan
dikaruniai akal, sehingga dengan akal mereka dapat berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak.
Oleh sebab itu, maka nilai-nilai akhlak mulia hendaknya ditanamkan sejak dini dengan
pendidikan agama melalui pembudayaan dan pembiasaan. Kebiasaan itu kemudian
dikembangkan dan diaplikasikan dalam pergaulan hidup kemasyarakatan. Di sini diperlukan
kepeloporan para pemuka agama serta lembaga-lembaga

keagamaan

mengambil peran terdepan dalam membina akhlak mulia di kalangan umat.

1

yang


dapat

B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana pengertian pendidikan karakter?

2.

Bagaimana hakikat pendidikan karakter dalam Islam?

3.

Apa saja nilai-nilai karakter dalam Islam?

4.

Bagaimana metode pendidikan karakter dalam perspektif As-Sunnah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter Perspektif As-Sunnah
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam Bahasa Arab sendiri dikatakan ‫ الترعية‬yang berasal dari kata
‫ رعّى‬yang menunjukkan arti membenahi dan merawat sesuatu, menetapi sesuatu dan
menempatinya, serta menggabungkan sesuatu dengan seuatu yang lain. Kemudian
terdapat definisi lain menurut Ibnu Faris yang wafat pada tahun 395 H. Menurutnya,
pendidikan adalah perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap pihak yang
dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan di dalam jiwanya, sehingga
menjadi

matang

dan

mencapai

tingkat


sempurna

yang

sesuai

dengan

kemampuannya.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.2
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya
ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat
jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja,
tetapi lebih luas lagi, pendidikan merupakan sarana pembudayaan dan penyaluran
nilai (enkulturisasi dan sosialisasi).3
2. Pengertian karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter berarti tabiat; sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,

atau orang Jawa biasa menyebutnya dengan watak.4 Sedang dalam Bahasa Arab bisa
diambil dari kata “‫ ”ألقا‬jamak dari ‫ الخلللق و الخليقة‬yang berarti perangai (‫)السللجية‬,
kelakuan atau watak dasar/tabiat (‫)الطبيثة‬, kebiasaan (‫)الثللادة‬. Kata tersebut juga

1

Dr.Ali Abdul Halim Mahmud; At-Tarbiyyah Al-Khuluqiyyah, Daar at-Tawzi’ wa an-Nasyri alIslam(1995); dialihbahasakan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani ,Masturi & A.Ikhwani;
Jakarta:Gema Insani Press; 2004;hal.23.
2
http://kbbi.web.id/karakter. Sumber: Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(2008)
3
Ebook PGRI tentang Pendidikan Karakter , Hal.3.,lihat
http://www.pgri.or.id/download/category/126-buku-pendidikan-karakter.html
4
http://kbbi.web.id/karakter. Sumber: Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(2008)

2

berhubungan dengan kata ‫الخالق والمخلوا‬, yang berarti pencipta dan yang diciptakan. 5
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlaq timbul sebagai media yang

memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluq.6
Dalam kitab Tahdzibul Akhlaq oleh Ibnu Maskawaih menyebutkan definisi
akhlaq sebagai berikut:
‫الخلق حال للنفس داعية لها إنلى أفثالها من غير فكر وروية‬7
Artinya: kesadaran jiwa seseorang yang mendorongnya untukl melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).8
Imam Al-Ghazali juga mengemukakan pengertian akhlaq dalam Ihya’
‘Ulumuddinnya tidak jauh berbeda dengan pengertian Ibnu Maskawaih:
‫الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها أصدر اأفثال عسهولة ويسر من غير حاجة إنلى فكر‬
‫وروية‬9
Artinya: Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (terlebih dahulu).10
Sedangkan Prof.Dr.Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut
akhlaq adalah “Adatul Iradah, atau kehendak yang dibiasakan.” Definisi ini terdapat
dalam suatu tulisannya yang berbunyi :
‫ يثنى أ اررادة إنذا اعتادت شيئا فثادأها هي الممسمات عالخلق‬،‫عرف عثضهم الخلق عنم عادة اررادة‬
Artinya : sementara sebagian orang membuat definisi akhlaq bahwa yang
disebut akhlaq ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlaq.11

Kata akhlaq sendiri telah tercantum dalam Alqur’an surat Al-Qalam ayat 4
yang menyifati akhlaq Nabi Muhammad saw, berbunyi :
12

    

Selain itu dalam Hadits Nabi juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw
adalah penyempurna akhlaq manusia, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya
dalam pendahuluan. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah juga
menyebutkan kata ‫ للق‬ketika ditanya tentang akhlaq Rasulullah, beliau menjawab :
‫كا للق القرأ‬, yaitu akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an.
Jika dilihat dari asal katanya, menurut Drench (1994) dalam Mayer & Cobb
(2000) menyebutkan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “karaso”,
yang berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, atau ‘sidik’ seperti dalam sidik jari.
‫لخيل إظيعع أ قأ تفيعوالطفّفب إظىعع وفيعوا تنزيع وإ إ نعاقأىيلقأععقخيُيليُاع عظيمع والجمع أقأقخقْلقا‬
‫(ع والخيُيليُاعوا قأ‬Lisan elArab,Jilid 10 Hal.85 Ebook Maktabah Syamilah.
6
Drs.H.A.Mustofa; Akhlak Tasawuf;Bandung:Pustaka Setia; 1997; hal.11
7
Ibnu Maskawaih; Tahdzibul Akhlaq; Bab 10 hal.1; ebook Maktabah Syamilah

8
Op.Cit.; hal.12
9
Imam Ghozali; Ihya ‘Ulumuddin; ebook Maktabah Syamilah;jilid 2; hal.253.
10
Op.Cit.; hal.12
11
Ibid; hal.12
12
Alqur’an Surat Alqalam Ayat 4.
5

3

Sedangkan menurut Liebman (1995) menyatakan bahwa istilah karakter berasal dari
bahasa Yunani “charassein”, yang berarti ‘membuat tajam’ atau ‘membuat dalam’.
Dari kedua pendapat tersebut dapat dipahami dalam dua kubu pengertian. Pengertian
pertama bersifat deterministik, dimana karakter dapat dipahami sebagai sekumpulan
kondisi ruhaniyah pada diri kita yang sudah teranugerahi atau ada dari sononya
(given). Pengertian kedua bersifat non deterministik atau dinamis, dimana karakter

dapat dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya
mengatasi kondisi ruhaniyah yang sudah given. Ia merupakan proses yang
dikehendaki oleh seseorang (willed) untuk menyempurnakan kemanusiaannya.13
Selain itu terdapat juga pendapat lain yang mengatakan bahwa karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dengan focus
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.14
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter dapat juga
dikatakan sebagai akhlaq. Karena pengertian karakter sendiri dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti akhlaq, yaitu suatu sikap, kepribadian, watak dan perangai
yang melekat pada diri seseorang yang terbentuk sejak masa kanak-kanak dan
berkembang hingga dewasa menurut dirinya sendiri maupun lingkungan yang
mempengaruhinya.
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Adapun pengertian pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan
sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan
kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu
maupun masyarakat.15
Terdapat juga pendapat lain yang mengatakan bahwa pengertian pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,

dengan ketiga aspek tersebut,jika pendidikan karakter diterapkan secara sistematis
dan berkelanjutan akan membuat anak menjadi cerdas dalam emosinya. Kecerdasan
emosional adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depan karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan kehidupan, termasuk tantangan berhasil secara akademis.16
Sedangkan dalam bahasa Arab jika dilihat dari asal katanya pada pengertian
pendidikan dan karakter di atas adalah ‫ الترعية الخلقية‬, yang artinya pendidikan akhlaq.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah kegiatankegiatan mendidik, melatih, mengasuh, memproses, dan mengajarkan sesuatu yang
13

Saptono, M.Pd.; Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter; Jakarta: Esensi; 2011; Hal.18
Drs.Anas Salahudin, M.Pd. & Irwanto Alkrienciehie, S.Ag.; Pendidikan Karakter, Pendidikan
Berbasis Agama & Budaya Bangsa; Bandung : Pustaka Setia; 2003; hal.44.
15
Op.Cit.; hal.23.
16
Op.Cit.; hal.45.
14

4

akan menjadi sikap yang melekat pada diri seseorang, sikap itulah yang dinamakan
akhlaq atau karakter. Namun sikap yang akan diterapkan dan dikembangkan dalam
pendidikan karakter adalah sikap yang baik, seperti pada pengertian pendidikan
karakter yang pertama, untuk kemudian dikembangkan lebih luas lagi seperti
pengertian pendidikan karakter yang kedua.
4. Pendidikan Karakter dalam Perspektif As-Sunnah
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk
mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikankebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun
masyarakat.
Dari pengertian pendidikan karakter di atas dapat dibatasi bahwa upaya yang
dilakukan dengan sengaja untuk pembentukan karakter pada seseorang adalah
karakter yang baik. Hal ini sesuai dengan kata ‘perspektif As-Sunnah’, bahwa
karakter yang dikembangkan pada diri seseorang adalah karakter baik yang berkiblat
pada Rasulullah, seseorang yang mempunyai karakter sempurna. Seperti yang telah
kita ketahui bersama bahwa As-Sunnah sendiri adalah semua yang berkaitan dengan
Rasulullah baik dari ucapan, sikap, tingkah laku, perangai, ketetapan dan lain
sebagainya..
Dalam Al-Qur’an juga telah tercantum bahwa Rasulullah sebagai uswah
hasanah yang berbunyi:

            
17
    
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.”
B. Hakikat‫ع‬Pendidikan‫ع‬Karakter‫ع‬dalam‫ع‬Islam
Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul
pada akhir abad ke 18, terminologi karakter mengacu pada pendekatan (approach)
idealis spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori pendidikan
normatif, dimana yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai yang dipercaya sebagai
motivator dan dinamisator sejarah, baik bagi individu maupun bagi perubahan social.18
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakter dapat disebut juga
dengan akhlaq. Pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat
penting, karena dalam Islam antara karakter dan akhlaq adalah satu kesatuan yang kukuh.
17

Al-Qur’an surat Al-Ahzab Ayat:21.
Ni’matulloh. et. all, Pendidikan Karakter Dalam Persfektif Pendidikan Islam,
(http://nimatulloh.blogspot.com, diakses pada tanggal 5 Februari 2013)
18

5

Dan yang menjadi inspirasi keteladanan karakter atau akhlaq, sebagi motivator dan
dinamisator sejarah pembentukan karakter manusia dalam Islam adalah Rasulullah saw.
Berikut adalah sumber-sumber pembentukan karakter dalam Islam, yaitu :19
1.

Al-Qur’an
Firman Allah dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang telah disebutkan sebelumnya dapat
menjadi petunjuk bahwa kita dapat mempelajari akhlaq atau karakter yang mulia
dari Rasulullah. Semua aspek dicantumkan secara kompleks dalam Al-Qur’an dari
segi ibadah dan muamalah. Karena Allah sendiri yang berfirman bahwa kita dapat
meneladani Rasulullah dari berbagai aspek. Seperti yang tercantum dalam AlQur’an surat Al-Ahzab ayat 21 bahwa Rasulullah adalah teladan yang baik.

2.

As-Sunnah
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits Rasulullah saw. dengan sanadnya dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
‫أكمل المؤمنين إنيماما أحسنهم للقا‬.
Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaqnya.”
Dalam haditsnya yang lain Rasulullah bersabda bahwa beliau sendiri yang akan
menyempurnakan akhlaq atau karakter umatnya, yang berbunyi :
(‫إنمما عثت أأ ّمم مكارم األقا )رواه أحمد‬
Artinya : “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.”
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. mengatakan bahwa akhlaq Rasulullah
adalah Al-Qur’an:

‫ دخلت على عائشة رضي الله عنها وعن أبيها‬:‫قال سعد بن هشام‬
‫ أما تقرأ‬:‫فسألتها عن أخقا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت‬
‫ كان خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم‬:‫ قالت‬،‫ بلى‬:‫القرآن؟ قلت‬
‫القرآن‬.
Artinya : “Sa’ad bin Hisyam berkata: aku menemui Aisyah ra. dan aku bertanya
tentang akhlaq Rasulullah, maka beliau berkata: Bukankah engkau membaca AlQur’an? Aku menjawab : Tentu, Beliau berkata : Akhlaq Rasulullah adalah AlQur’an.”
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa antara Al-Qur’an dan
Rasulullah adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam pengambilan pelajaran dan keteladanan. Seperti dalam
hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang berbunyi :
‫ ربت فيبم أمرين لن ضلوا أبدا إن مسب م بهما ت ب ا ل وسنة رسوله‬: ‫قال النبي صل ل عليه وسلم‬
19

Op.Cit.; Hal.45-46.

6

Artinya : “ Nabi saw.bersabda : telah kutinggalkan atas kamu
sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada
keduanya, maka tidak akah pernah tersesat, yaitu Kitab Allah dan
sunnah Rasul-Nya.”
Karakter atau akhlaq dalam Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensional
bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realistis. Juga akhlaq banyak dibicarakan
tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada akhlaq Islam.20
Menurut kesepakatan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam
ebooknya, sifat-sifat karakter yang dapat diterapkan pada diri seseorang meliputi : (1)
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri,
(8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air,
(12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar
Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Puskur.
Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:910).21
Karena yang dibahas di sini adalah karakter persektif as-Sunnah, yaitu pedoman
kedua Umat Islam setelah Al-Qur’an, maka perlu dilihat kembali aspek sejarah
datangnya Islam.
Islam sangat berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Beliau selalu menjadi
petunjuk dan pedoman Umat Islam. Jika ditarik kembali sejarah Nabi Muhammad saw.
masa kanak-kanak, beliau adalah seorang penggembala. Setelah beranjak dewasa, beliau
mulai menjadi pedagang. Selain itu beliau juga menjadi pemimpin Umat Islam setelah
Islam turun melalui Malaikat Jibril. Nabi Muhammad saw. menerima wahyu yang
pertama kali tercantum dalam Al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat pertama yang berisi suruhan
untuk membaca. Selain itu juga ada wahyu yang turun setelahnya, berisi tentang perintah
sholat lima waktu dalam sehari semalam dengan waktu-waktu tertentu.
Hal ini berarti bahwa sejak masa kanak-kanak Nabi Muhammad saw. sudah
dilatih untuk memiliki sifat-sifat seperti yang belakangan istilahnya digunakan oleh
masyarakat dengan menyebutnya sebagai karakter, yang mencakup sifat-sifat dasar
dalam diri seseorang seperti kemandirian, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, dan lain
sebagainya. Sehingga kemuliaan akhlaq beliau sudah tertanam dan tidak dapat diragukan
kembali.
Misi Nabi Muhammad saw. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia. Maka artinya, sebagai seorang muslim dalam melakukan apa saja harus
didasari oleh akhlaq mulia tersebut.22
20
21

Drs.H.A.Mustofa; Akhlaq Tasawuf; Bandung:Pustaka Setia; 1997; Hal.151.
Ebook PGRI tentang Pendidikan Karakter, Hal.3.

7

Islam adalah agama yang sempurna. Nilai-nilai akhlaq yang diajarkan Islam telah
mencapai kesempurnaan. Dalam Islam, Nabi Muhammad saw. sendiri yang
mencontohkan dirinya sebagai uswah hasanah, teladan yang baik dalam kehidupan
berkarakter atau berakhlaq mulia. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan
karakter perspektif As-Sunnah yaitu dengan meneladani segala sifat Nabi Muhammad
saw. melalui Al-Qur’an, seperti hadits Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh
‘Aisyah ra. di atas.
Selain itu terdapat juga hadits lain yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dengan
sanadnya dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
‫ وإن ّ أحسن الخلق ليبلل درجة الصوم والصقة‬،‫إن أكمل المؤمنينل إنيماما أحسنهم للقا‬
Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang
terbaik akhlaqnya. Dan akhlaq yang baik itu mencapai derajat puasa dan sholat.”23
C. Nilai-nilai Karakter/Akhlaq Islami
Nilai-nilai karakter atau akhlaq dalam Islam semua berasal dari Allah, bukan
buatan manusia. Allah telah mewahyukan Al-Qur’an yang berisi nilai-nilai akhlaq mulia
kepada Nabi Muhammad saw., untuk kemudian membiarkan penjelasan detailnya pada
sunnah Nabi saw. Nilai-nilai dalam kedua pedoman inilah yang tidak dapat digantikan
dengan karakter atau akhlaq manapun.
Adapun yang membedakan nilai-nilai karakter dalam Islam dengan nilai-nilai
yang lain adalah :24
1. Rasa tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Seperti yang telah tercantum
dalam salah satu ayat-Nya yang berbunyi :

…       
25
 
Artinya : “…, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.”
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanadnya dari Abi
Barzah r.a. juga menjelaskan tentang tanggung jawab terhadap segala sesuatu.
Rasulullah saw. bersabda :
‫ عن عمره فيما أفناه؟ وعن عمل ما فثل في ؟ وعن مال من أين اكتسب‬:‫أزول قدما عبدحتى يسنل عن أرعع‬
‫وفيما أمفق ؟ وعن جسم فيما أعقه؟‬
Artinya : “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergerak di hari Kiamat hingga
ditanyakan tentang empat hal : usianya, ia gunakan untuk apa? Ilmunya, apa yang
22

Prof.Dr.H. Imam Suprayogo; Pengembangan Pendidikan Karakter; Malang: UIN Maliki
Press; 2013; hal.20.
23
Dr.Ali Abdul Halim Mahmud; At-Tarbiyyah Al-Khuluqiyyah, Daar at-Tawzi’ wa an-Nasyri alIslam(1995); dialihbahasakan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani ,Masturi & A.Ikhwani;
Jakarta:Gema Insani Press; 2004;hal.21.
24
Ibid.; hal.46-58.
25
Al-Qur’an Surat Al-Israa’ Ayat : 36.

8

ia perbuat dengannya? Hartanya, dari mana ia dapatkan dan ke mana ia
pergunakan? Dan tubuhnya, ia gunakan untuk apa?”
2. Mengajak kepada ilmu dan pengetahuan. Hal ini terbukti dengan adanya wahyu yang
pertama kali turun adalah perintah untuk membaca.

   

   

26
    

Artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar mannusia apa yang
tidak diketahuinya. ”

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah bersabda :
‫من سئل عن علم فكتم ألجم ل علجام من مار يوم القيام‬.
Artinya : “Siapa yang ditanya tentang suatu Ilmu kemudian ia menyembunyikannya
maka Allah akan mengekang mulutnya dengan kekangan dari api pada Hari
Kiamat.”
3. Menghormati

akal

dan

mendorong

untuk

meneliti

dan

merenung

serta

menjadikannya sebagai salah satu nikmat yang paling penting yang diberikan oleh
Allah kepada manusia.
4. Memilih kebenaran dan kebaikan sertan saling memberi nasihat, bersabar, beramal
dengan kandungannya, bersama diri sendiri, orang sekitar, dan seluruh manusia.
Aalah berfirman tentang risalah Nabi Muhammad saw., yaitu Al-Qur’an dan wahyu
yang turun kepadanya :

         
27

 

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, ...”
An-Nasa’i meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas r.a. bahwa Rasulullah
bersabda :
‫يؤمن عبد حتى يحب ألي ما يحب لنفس من الخير‬

‫والذى مفسى عيده‬.

Artinya : “Demi Allah yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak beriman
seorang hamba hingga ia mencintai kebaikan bagi saudaranya apa yang ia cintai
bagi dirinya sendiri.”
5. Ihsan, berbuat baik. Dengan kata lain, perbuatan yang harus dilakukan dengan penuh
kualitas seakan-akan engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihatmu.

26
27

Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 3-5.
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat : 119.

9

6. Meningkatkan loyalitas terhadap kepada Islam, bahwa Islam adalah agama paling
sempurna, paling lengkap, paling diridhai Allah, dan paling cocok untuk umat
manusia seluruhnya pada saat ini maupun masa datanmg.
7. Menetapkan seseorang untuk dijadikan teladan yang baik dalam hidupnya. Dalam
hal ini sudah dijeskan panjang lebar pada bagian-bagian sebelumnya bahwa
Rasulullah sendiri yang menjadi teladan dalam kehidupan umatnya, seperti yang
tercantum dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21 di atas.
Selain itu ada juga beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh orang Islam,
diantaranya adalah :28
1. Konsisten atau istiqamah dengan aturan dan manhaj Islam yang bersumber dari dua
dasar utamanya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Seperti dalam haditsnya yang
berbunyi :

َ ‫ يا َرسو‬: ‫لت‬
َ ‫ قا‬، - ‫ رضي الله عنه‬- ِ‫ن بن عبدِ الله‬
، ِ‫ل الله‬
َ ‫سفيا‬
ُ ‫َن‬
ُ ُ‫ ق‬: ‫ل‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ير‬
ْ ُ‫ )) ق‬: ‫ قال‬، ‫ك‬
ُ ‫ل لي في اإسقم قو ً أسأ‬
ْ ُ‫ق‬
‫ت‬
ُ ْ ‫من‬
َ ‫آ‬:‫ل‬
ُ ْ ‫ل عَن‬
َ َ‫ه أحدا ً غ‬
‫مسلم‬
ِ ‫م است‬
ُ ُ‫م (( رواه‬
ْ ‫ق‬
ّ ‫ ث‬، ِ‫بالله‬
Artinya : “Dari Sufyan bin Abdullah r.a., ia berkata : aku berkata: Ya Rasulullah,
katakan padaku tentang Islam yang aku tidak tanyakan pada seseorang selain
engkau, Rasulullah menjawab : Katakanlah aku beriman kepada Allah dan
beristiqamahlah.”
2. Bersungguh-sungguh dalam menumpahkan segala kemampuan untuk memperoleh
dan menggapai tujuan yang diinginkan, serta serius dan tidak memandang remeh
terhadap setiap permasalahan. Sebagaimana tercantum dalam haditsnya yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik r.a. yang berbunyi :
‫ فإ استطث أ ّ أقوم حتى يغرسها‬،‫إن قام الساعة وفى يد أحدكم فسيلة‬.
Artinya : “Jika hari Kiamat datang dan seseorang dari kalian memegang tunas dan
ia mampu maka tanamkanlah sebelum kiamat tiba.” (HR Bukhari)
3. Toleran, lentur dan memberikan kemudahan, serta bersikap moderat. Artinya berada
di posisi tengah-tengah, baik kuantitas maupun kualitas dalam menghadapi setiap
permasalahan.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanadnya dari
Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda :
‫ ولن يشاد الينَ أحد إن ّ غلب فسددوا وقارعوا وأعشروا واستثينوا عالغدوة والروحة وشيئ من‬،‫إن الدين يسر‬
‫ال ّدلجة‬.
Artinya : “Sesungguhnya agama itu mudah. Barangsiapa mempersulit dalam
agama niscaya ia akan mendapatkan kesulitan. Oleh karena itu berbuatlah yang

28

Op.Cit.; Hal.70-80.

10

benar, saling mendekatlah, berilah berita gembira, meminta tolonglah dalam
kesibukan dan kelonggaran, serta dengan sedikit hiburan.”
D. Metode Pendidikan Karakter Perspektif As-Sunnah
(‫إنمما عثت أأ ّمم مكارم األقا )رواه أحمد‬
Artinya : “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlaq.”
Nabi Muhammad saw. datang dengan ajaran Islam yang memiliki keistimewaan
tersendiri dibanding ajaran-ajaran yang lain. Ini membuktikan bahwa ajaran yang beliau
sampaikan berasal dari Allah. Ajaran tersebut benar-benar sempurna dan tidak ada
kesalahan sedikit pun di dalamnya dan setiap nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang ada di
dalamnya mengarah pada akhlaq yang mulia.
Adapun metode-metode yang digambarkan dalam hadits-hadits beliau dalam hal
pendidikan karakter atau akhlaq

masih secara global. Sedangkan rinciannya hanya

mencakup beberapa hal, yaitu antara lain :29
1. Mengajak manusia berakhlaq mulia.
Telah banyak disebutkan sebelumnya tentang hadits-hadits Nabi Muhammad yang
berkaitan dengan ajakan atau pun perintah untuk berakhlaq mulia, berbuat kebajikan,
amar makruf dan lain sebagainya yang berhubungan dengan akhlaq mulia.
Selain itu Imam Ahmad juga meriwayatkan dalam hadits Nabi Muhammad saw. yang
sanadnya dari Abu Umamah r.a., Rasulullah saw. bersabda:
‫إنذا سرّأك حسنتك وساءأك سيئتك فنم مؤمن‬.
Artinya : “Jika kebaikan membuatmu senang dan perbuatan yang buruk membuatmu
merasa bersedih maka kamu adalah seorang mukmin.”
Hadits ini mengandung arti bahwa sesungguhnya seseorang tidak bisa dikatakan
beriman sebelum ia merasa bahagia tatkala melakukan kebaikan dan merasa sedih
tatkala melakukan suatu perbuatan dosa.
2. Mengajak manusia untuk meninggalkan perilaku tercela.
Salah satu hadits yang berisi tentang larangan berperilaku tercela antara lain seperti
hadits yang diriwayatkan olehImam Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dengan
sanadnya dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
‫ وغناك‬،‫ وشباعك قبل هرمك‬،‫ وفراغك قبل شغلك‬،‫ وصحتك قبل سقمك‬،‫ حياأك قبل موأك‬،‫اغتنم لمسا قبل لمس‬
‫قبل فقرك‬.
Artinya : “Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima : hidupmu sebelum
matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, waktu
mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum datang kemiskinanmu.”

29

Ibid.; Hal.218.

11

Dalam hadits tersebut kita dianjurkan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin
untuk berbuat kebaikan sebelum waktu terlewatkan.
Selain kedua metode diatas, dapat juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari
seperti metode keteladanan, baik keteladanan yang diambil langsung dari sifat-sifat
Rasulullah maupun dari orang-orang yang berkarakter mulia disekitar kita seperti para
ulama’. Kemudian dapat juga dengan pembiasaan-pembiasaan penerapan karakter atau
akhlaq dalam kehidupan sehari-hari seperti menjalankan Rukun Islam dan Rukun Iman
dengan rutin. Karena telah dijelaskan juga sebagian dalam hadits Rasulullah saw. yang
diriwayatkan oleh al-Bazzar dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a., beliau bersabda :
‫ وإن ّ أحسن الخلق ليبلل درجة الصوم والصقة‬،‫إن أكمل المؤمنينل إنيماما أحسنهم للقا‬
Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang
terbaik akhlaqnya. Dan akhlaq yang baik itu mencapai derajat puasa dan sholat.
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa pembiasaan puasa dan sholat juga
termasuk salah satu upaya pembentukan karakter mulia. Diantaranya dapat melatih
kedisiplinan, konsisten, serta tanggung jawab terhadap waktu, dan juga sifat-sifat yang
dapat memberikan energi positif pada diri seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan karakter diatas tidak jauh berbeda dengan akhlaq. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hakikat akhlak adalah sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa, bukan sekadar asal ada,
tidak bersifat sementara dan tidak datang sewaktu-waktu atau insidentil.
2. Akhlak bukan sekadar perbuatan atau gerak-gerik lahiriyah, tetapi merupakan sifat jiwa
yang menjadi sumber timbulnya perbuatan gerak-gerik terebut. Maka perbuatan apapun
yang tidak keluar atau tidak bersumber dari jiwa/hati jelas tidak bisa dikatakan akhlak.
3. Perbuatan atau gerak-gerik yang timbul dari jiwa terebut harus lahir secara mudah dan
spontan tanpa lewat proses pertimbangan panjang. Jadi suatu perbuatanatau yang timbul
karena pertimbangan untung rugi umpamanya, tidak bisa disebutsebagai akhlak.
4. Akhlak bukan sekadar kemauan hati yang tidak aktif, bukan sekedar daya penggerakyang
macet/tidak berfungsi. Atau bukan sekedar kemauan yang tidak diikuti olehpelaksanaan.
Sebab kalau hanya sekedar kemauan atau daya penggerak saja, makapada hakikatnya
setiap makhluk memang sudah memilikinya sejak pertama kalidiciptakan, sebagai fitrah.
5. Akhlak tidak cukup sekedar dipelajari atau dihafalkan, tetapi harus dikaj idengan mata
hati, kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, melaluilatihan dan
pengamalan yang terus menerus berkesinambungan. Pendidikan karakte rmenurut alQur’an maupun as-Sunnah lebih menekankan kepada pembiasaan untuk dipraktikkan
12

dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini ingin mengajarkan dan membedakan
antarayang baik dan buruk, baik secara norma agama maupun keumumannya (universal).
6. Dengan akhlaq yang sempurna yang sudah dicontohkan Rasulullah saw. lewat Al-Qur’an
maupun Hadits nya, maka hal ini dapat membentuk karakter seseorang yang paling tidak
mendekati beliau, meskipun memang tidak sepenuhnya seperti Rasulullah saw.
‫ لبطل الوصايا والمواعيظ والتنديبات‬# ‫أقبل التغيير‬

‫لو كام األقا‬

B. Penutup
Demikian kiranya yang dapat penulis sampaikan dalam makalah kali ini. Demi
kelancaran dan terwujudnya makalah ini, penulis telah berusaha menyampaikan hal-hal
sebaik mungkin. Adapaun jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam penulisan
apapun, penulis sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Hadits
Lisan el-Arab, Ebook Maktabah Syamilah.
13

Imam Ghozali; Ihya ‘Ulumuddin; ebook Maktabah Syamilah;
Ibnu Maskawaih; Tahdzibul Akhlaq; ebook Maktabah Syamilah
Dr.Ali Abdul Halim Mahmud; At-Tarbiyyah Al-Khuluqiyyah, Daar at-Tawzi’ wa anNasyri al-Islam(1995); dialihbahasakan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani ,Masturi & A.Ikhwani;
Jakarta:Gema Insani Press; 2004
Drs.H.A.Mustofa; Akhlak Tasawuf; Bandung : Pustaka Setia; 1997
Drs.Anas Salahudin, M.Pd. & Irwanto Alkrienciehie, S.Ag.; Pendidikan Karakter,
Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa; Bandung : Pustaka Setia; 2003
http://kbbi.web.id/karakter. Sumber: Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(2008)
Saptono, M.Pd.; Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter; Jakarta: Esensi; 2011
Prof.Dr.H. Imam Suprayogo; Pengembangan Pendidikan Karakter; Malang: UIN Maliki
Press; 2013
Ebook

PGRI

tentang

Pendidikan

Karakter;

http://www.pgri.or.id/download/category/126-buku-pendidikan-karakter.html

14

lihat