Tujuan Dan Pendidikan Dan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional
Apakah tujuan pendidikan nasional sudah sinkron dengan Pancasila atau UUD 1945? Agar lebih
mendasar, apakah tujuan pendidikan di republik ini sesuai dengan sasaran hidup manusia itu sendiri?
Ada beberapa tujuan pendidikan yang pernah muncul dalam sejarah. Plato sangat menekankan
pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah
membebaskan dan memperbaharui; lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran.
Aristoteles mempunyai tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan
tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan tujuan akhir dari
pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta
harus pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia
(eudaimonia).

Tujuan universitas di Eropah adalah mencari kebenaran.
Pada era Restorasi Meiji di Jepang, tujuan pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan negara;
pendidikan dirancang untuk kepentingan negara.
Bagaimana tujuan pendidikan nasional di republik ini? UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat
3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang."
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3
menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab."
Bila dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.
2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam pengungkapan.
Pada pasal 4 ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan."
Pada Pasal 15, Undang-undang yang sama, tertulis, "Pendidikan menengah diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi."

Bila dipelajari, di atas kertas tujuan pendidikan nasional masih sesuai dengan substansi
Pancasila, yaitu menjadikan manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa. Namun,
apakah tujuan pendidikan
ini dijabarkan secara
konsisten di
dalam kurikulum pendidikan
dan juga dalam sistem pembelajaran? Jawabannya masih diragukan.

DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan
memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi
mereka sebelum kelahiran.Berkaitan dengan hal itu, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
setiap orang di belahan dunia manapun termasuk di Indonesia.
Setidaknya ada dua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pernah dimiliki Indonesia
yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang selanjutnya lebih di kenal dengan nama UUSPN. Dan yang kedua Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UU SISDIKNAS, sebelum
adanya kedua Undang-undang yang mengatur tentang system pendidikan nasional, Indonesia hanya
memiliki Undang-undang tentang pokok-pokok pengajaran dan pendidikan yaitu Undang-undang Nomor 4
tahun 1950.
Adanya perubahan UUSPN No.2 tahun 1989 menjadi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003
dimaksudkan agar system pendidikan nasional kita bisa menjadi jauh lebih baik dibanding dengan system
pendidikan sebelumnya. Hal ini seperti yang dikemukan oleh seorang pengamat hokum dan pendidikan,
Frans Hendrawinatabeliau mengatakan bahwa dengan adanya undang-undang sistem pendidikan nasional
yang baru, maka diharapkan undang-undang tersebut dapat menjadi pedoman bagi kita untuk memiliki suatu
sistem pendidikan nasional yang mantap, yang dapat menjamin terpenuhi kebutuhan masyarakat akan
sumber daya manusia yang berkualitas. Apalagi mengingat semakin dekatnya era keterbukaan pasar.Hal
tersebut sesungguhnya harus menjadi kekhawatiran bagi kita semua mengingat kualitas sumber daya
manusia di Indonesia berada di bawah negara-negara lain termasuk negara-negara tetangga di Asean.Oleh
sebab itulah diperlukan suatu platform berupa sistem pendidikan nasional yang dapat menciptakan sumber

daya manusia yang mampu bersaing dengan dunia internasional khususnya dalam era keterbukaan pasar saat
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi dasar, tujuan dan fungsi pendidikan nasional ?

2. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan ?
3. Apa saja hak dan kewajiban peserta didik dalam dunia pendidikan ?
4. Bagaimana isi dari Undang-Undang Guru sebagai penunjang dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran ?
5. Apa saja ruang lingkupPeraturanPemerintahNomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan dasar, fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional di negara Indonesia.
2. Menjelaskan prinsip dari penyelenggaraan pendidikan.
3. Menjelaskan beberapa hak dan kewajiban peserta didik dalam dunia pendidikan.
4. Menjelaskan tentang isi dari Undang-Undang Guru sebagai penunjang dari pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
5. Menyebutkan serta menjelaskan point apa saja yang menjadi ruang lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut, lahirlah pendidikan nasional di Negara

Indonesia.Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Untuk mewujudkan semua itu juga perlu yang
namanya system pendidikan yang merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional
tersebut.
B. Dasar Pendidikan
Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu
bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya.Begitu
pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai
peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di
lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain
sebagai berikut:
1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal
4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila,
Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah
negara Pancasila.
3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan
berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.

4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan
Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan
merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan.Begitu juga dengan
penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya.Hal ini
dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang
berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga
sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan
tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”
D. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional
Sesuai Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas, ada 6 (enam) prinsip. Ketentuan ini, diatur pada bab II
pasal 4yang diuraikan dalam 6 ayat.

Berikut isi undang-Undang 20/2003, pasal 4:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadiln serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak assi manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbukadan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat.
Pendidkan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komonen masyarakat melalui peran serta dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
E. Hak dan Kewajiban Peserta Didik
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 12:
1. Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak:
a.

Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama.

b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemauannya.
c.

Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
e.

Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan pendidikan lain yang setara.

f.


Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing yang tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

2. Setiap peserta didik berkewajiban:
a.

Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin kelangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari
kewajiban tersebutsesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
F. Undang-Undang Guru
BAB 1
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
Dalam UU ini yang dimaksud dengan :
1. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing ,mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian ,kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi.
3. Penyelenggaran pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur pendidikan formal.
4. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan.

5. Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama adalah perjanjian tertulis antara guru atau dosen dengan
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban
para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6. Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja adalah perakhiran perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama guru atau dosen karena sesuatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara guru dan dosen dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen
sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
8. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
kuasai oleh guru dan dosen dalam menjalankan tugas keprofesionalan.
9. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen.
10. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai

tenaga professional.
11. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru
untuk mengembangkan profesionalitas guru.
12. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan dan nonkependidikan.
13. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikanatau
satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
14. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk finansial sebagai imbalan
melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar profesi dan
mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik professional.
15. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang ; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil ; daerah perbatasan dengan Negara lain ; daerah yang mengalami bencana alam, bencana social,
atau daerah yang berbeda dalam keadaan darurat lain.
16. Masyarakat adalah kelompok warga Negara Indonesia non pemerintah yang mempunyai perhatian dan
peranan dalam bidang pendidikan.
17. Pemerintah adalah pemerintah pusat.
18. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, kabupaten atau pemerintah kota.
19. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam dunia pendidikan nasional.
BAB 2
KEDUDUKAN, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 2

1. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang sesuai dengan peraturan
perundang-perundangan.
2. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagai mana dimaksud pada ayat 1 dibuktikan
dengan sertifikat pendidik.
Pasal 4
Kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
Pasal 6
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan
nasional dan mewujudkan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis yang bertanggung jawab.
BAB 3
PRINSIP PROFESIONALITAS
Pasal 7
1. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut :
a.

Memiliki bakat ,minat, panggilan jiwa dan idealisme ;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia ;
c.

Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas ;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas ;
e.

Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan ;

f.

Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan profesi kerja ;

g.

Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat ;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan ; dan
i.

Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.

2. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri
yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.

G. Ruang Lingkup PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Menurut PP No 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 ruang lingkup standar, yakni
antara lain :
1.

Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (pasal 5 ayat 1).Standar isi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasardan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,dan kalender pendidikan/akademik (pasal 5 ayat 2).
Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum, kurikulum untuk jenis pendidikan umum,kejuruan, dan
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a.

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b.

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c.

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d.

kelompok mata pelajaran estetika;

e.

kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. (pasal 6 ayat 1)

2. Standar Proses
Standar proses ini meliputi pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
a.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Pendidik dalam proses pembelajaran harus memberikan keteladanan. (pasal 19 ayat 1)

b.

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. (pasal 19 ayat 3).

c.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar. (pasal 20)

d.

Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan
jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku
teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. (pasal 21 ayat
1)

e.

Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis. (pasal
21 ayat 2)

f.

Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
(pasal 22 ayat 1)

g.

Teknik penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek, dan
penugasan perorangan atau kelompok. (pasal 22 ayat 2)

h.

Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya
dilaksanakan satu kali dalam semester. (pasal 22 ayat 3)

i.

Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. (pasal 23)

j.

Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(pasal 24)

3.

Standar Kompetensi Lulusan
Standar ini merupakan kulifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan.

a)

Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. (pasal 25 ayat 1)

b)

Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. (pasal 25 ayat 2)

c)

Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis
sesuai dengan jenjang pendidikan. (pasal 25 ayat 3)

d)

Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. (pasal 25 ayat 4)

e)

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. (pasal 26 ayat 1)

f)

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. (pasal 26 ayat 2)

g)

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. (pasal 26 ayat 3)

h)

Standar kompetensi kelulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan
sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat
bagi kemanusiaan. (pasal 26 ayat 4)

i)

Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan non formal dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri. (pasal 27 ayat 1)

j)

Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. (pasal 27
ayat 2)

4.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar ini merupakan standar nasional tentang kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun
mental serta pendidikan dalam jabatan dari tenaga guru dan tanaga kependidikan lainnya.

a)

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (pasal 28 ayat 1)

b)

Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi: 1) Kompetensi pedagogik; 2) Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi profesional; dan 4)
Kompetensi sosial. (pasal 28 ayat 3)

c)

Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1) kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan
SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan 3) sertifikat profesi guru untuk SD/MI. (pasal 29 ayat 2)

d)

Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1) kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan 3) sertifikat profesi guru untuk
SMP/MTs. (pasal 29 ayat 3)

e)

Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1) kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan 3) sertifikat profesi guru untuk
SMA/MA. (pasal 29 ayat 4)

f)

Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang
penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (pasal 30 ayat 2)

g)

Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga,
dan kesehatan. (pasal 30 ayat 3)

h)

Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat
terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan keperluan. (pasal 30 ayat 4)

i)

Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi pendidikan minimum:

a.

Lulus diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma;

b. Lulus program magister (S2) untuk program sarjana (S1) dan;
c.

Lulus program doctor (S3) untuk program magister (S2) dan program doctor (S3). (pasal 31 ayat 1)

j)

Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
(pasal 35 ayat 1 butir b)

k)

Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang
sederajat sekurangkurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. (pasal 35 ayat 1 butir c)

l)

Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK, meliputi:
a). berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK;
b). memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai, ketentuan perundangundangan yang berlaku;
c). memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/SMK/MAK; dan
d). memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. (pasal 38 ayat 3)

5.

Standar Sarana dan Prasarana
Standar ini merupakan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah,
tempat bermain dan rekreasi, laboratorium, bengkel kerja, sumber belajar lainnya yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran. Dalam standar ini termasuk pula penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.

a)

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (pasal 42 ayat 1)

b)

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan. (pasal 42 ayat 2)

c)

Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa,
laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar
yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia. (pasal 43 ayat 1)

d)

Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks
pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.
(pasal 43 ayat 4)

e)

Lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat (2) untuk bangunan satuan pendidikan, lahan praktek,
lainnya untuk sarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu
lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat. (pasal 44 ayat 1)

6.

Standar Pengelolaan
Standar ini meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pada tingkat
nasional.tujuan dari standar ini ialah meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Ada beberapa standar pengelolaan dalam pendidikan, sebagai berikut :

a.

Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan

1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. (pasal 49 ayat 1)
2) Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan
pendidikan. (pasal 50 ayat 1)
3) Dalam melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan SMP/MTs/ SMPLB, atau bentuk lain yang
sederajat dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala satuan pendidikan. (pasal 50 ayat 2)
4) Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat kepala satuan
pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang
masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta kesiswaan. (pasal 50
ayat 3)
5) Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di bidang akademik dilakukan oleh
rapat Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala satuan pendidikan. (pasal 51 ayat 1)
6) Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di bidang non-akademik dilakukan
oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala satuan pendidikan. (pasal 51 ayat 2)
7) Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang: (a) Kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabus; (b) Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas
satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; (c) Struktur
organisasi satuan pendidikan; (d) Pembagian tugas di antara pendidik; (e) Pembagian tugas di antara tenaga
kependidikan; (f) Peraturan akademik; (g) Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib
pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
(h) Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara
warga satuan pendidikan dengan masyarakat; (i) Biaya operasional satuan pendidikan. (pasal 52 ayat 1)

8) Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. (pasal 54 ayat
1)
9) Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan
oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. (pasal 54 ayat 4)
b.

Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program:

1) wajib belajar
2) peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah
3) penuntasan pemberantasan buta aksara
4) penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun
masyarakat
5) peningkatan status guru sebagai profesi
6) akreditasi pendidikan
7) peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat
8) pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan. (pasal 59 ayat 1)
c.

Standar pengelolaan oleh Pemerintah
Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program :

1)

wajib belajar

2)

peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi

3)

penuntasan pemberantasan buta aksara

4)

penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat

5)

peningkatan status guru sebagai profesi

6)

peningkatan mutu dosen

7)

standarisasi pendidikan

8)

akreditasi pendidikan

9)

peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan global

10) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidangpendidikan; dan (k) Penjaminan mutu pendidikan
nasional. (pasal 60)
7.

Standar Pembiayaan
Standar ini merupakan standar nasional yang berkaitan dengan komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan selama satu tahun.

a)

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (pasal 62 ayat 1)

b)

Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (pasal 62 ayat 2)

c)

Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (pasal 62 ayat 3)

d)

Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (a) gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; (b) bahan atau peralatan pendidikan habis
pakai; dan (c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. (pasal 62
ayat 4)

e)

Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
(pasal 62 ayat 5)

8.

Standar Penilaian
Standar ini merupakan standar nasional penilaian pendidikan tentang mekanisme, prosedur, instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian yang dimaksud di sini adalah penilaian pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah yang meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Sedangkan bagi pendidikan tinggi,
penilaian tersebut hanya meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a)


Penilaian hasil belajar oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. (pasal 64 ayat 1)



Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk : menilai pencapaian kompetensi peserta
didik bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. (pasal 64
ayat 3)

b)

Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan
untuk semua mata pelajaran dan dilakukan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian
akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. (pasal 65 ayat 1 dan 2)

c)

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional. (pasal 66 ayat 1)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada dasarnya semua hal yang menyangkut pendidikan nasional, baik itu dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional semuanya terangkum dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 serta tak lepas dari UUD 1945 dan Pancasila. Adapun penjabaran dari tiap bidang, yaitu :


Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi :



Prinsip penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas. Ketentuan
ini, diatur pada bab II pasal 4 yang diuraikan dalam 6 ayat.



Hak dan kewajiban peserta didik diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 12.



Semua hal yang menyangkut kinerja dan identitas dari guru dan dosen diatur dalam Undang Undang Guru
dan Dosen yang disusun berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.



Menurut PP No 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 ruang lingkup standar.

Sukseskan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Siswa SD yang Aktif
Pendidikan di indonesia sejatinya bertujuan untuk mencerdaskan dan menjadikan anak bangsa
berakhlak mulia. Hal isi sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi amandemen)
pasal 31 ayat 3 dan 5. Pada pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional menyebutkan
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dalam undang-undang”. Jelas bahwa tujuan pendidikan nasional tidak lain adalah untuk mencerdaskan anak
bangsa indonesia dengan menjadikan peserta didik memiliki prilaku atau akhlak yang mulia. Kemudian,
dalam pasal 31 ayat 5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia”. Telah jelas kita ketahui dalam pasal 31 ayat 5 disebutkan bahwa pemerintah berperan aktif
dalam memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai agama untuk persatuan bangsa menuju beradaban
manusia yang beradab dan sejahtera.
Namun, pada kenyataanya dapat kita ketahui bersama di lapangan. Kasus “bullying” kekerasan
disekolah, tawuran pelajar/mahasiswa, pergaulan bebas dan peredaran Narkotika semakin hari justru
semakin bertambah. Sungguh keadaan yang ironis ditengah-tengah kemajuan IPTEK justru memberikan
dampak yang belum baik untuk pendidikan bangsa ini. Untuk menjadikan bangsa ini cerdas dan berakhlak
mulia, UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) salah satu organisasi
dunia yang ikut adil dalam menyukseskan tujuan pendidikan disetiap negara dunia mencanangkan empat (4)
pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan
tujuang IQ, EQ dan SQ. Pertanyaannya, “apakah empat pilar tersebut sudah diterapkan dalam sistem
pendidikan di Indonesia secara baik dan benar?”

Tawuran Pelajar Hal yang Tak PANTAS di TIRU
Menurut pakar Pendidikan Islam Dr. Adian Husaini dari Universitas Ibnu Kaldun Bogor, pendidikan
islam sejatinya dapat membentuk manusia yang berkarakter dan beradab. Jelas, bahwa pendidikan di
Indonesia haruslah dapat menghasilkan putra dan putri bangsa yang tidak hanya cerdas dari segi
keintelektualannya namun menjadikan insan kamil (manusia utuh) yang berkarakter dan beradab. Namun
pada kenyataan, masih dapat kita temukan sistem pendidikan baik di sekolah maupun di perguruan tinggi
yang hanya menekankan sebatas hafalan dan pemahaman saja tanpa diimbangi dengan bagaimana
menggunakan ilmu tersebut dalam meniti karir dan berkarya. Bahkan yang lebih ironis yakni ilmu musiman,
hanya ingat ketika semester itu kemudian lupa disemester berikutnya. Proses pembelajaran yang hanya
menekankan serta berfokus pada hasil akhir tanpa ada penilaian yang baku dari proses bagaimana ia
menghayati dan memahami ilmu itu sendiri menghasilkan siswa yang cerdas menghafal bukan memahami
secara utuh. Akhirnya banyak mahasiswa dipresi karena dapat “E” atau “K” padahal kuliah dan tugas
mereka kerjakan dengan baik. Ujian hanya bertujuan untuk mengukur kecerdasan peserta didik sesaat bukan
untuk masa depan. Buktinya, berbagai macam cara mereka berjuang untuk mendapatkan standar nilai yang
telah ditetapkan dengan cara yang jelas melanggar kode etik akademik dan norma agama. Ujian memang
memberikan penilaian sejauh mana para peserta didik dapat memahami ilmu yang telah disampaikan, namun
justru kita jarang mengevaluasi proses transfer ilmu dari guru/dosen ke peserta didik, padahal ini lebih
penting. Akhirnya trik “aljimatul minal sukses*” menjadi salah satu metode yang laris dikalangan pelajar
dan mahasiswa. (*dimasa SMA (jahiliyah) saya pernah melakukannya, kini alhamdulillah sadar)
Berkaca dari Finlandia, berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003
oleh Organization for Economic Coorporation and Development (OECD) negara Finlandia menduduki
peringkat No 1 terbaik mutu pendidikan di dunia. Patas saja karena di Finlandia untuk menjadi seorang guru
memang harus memiliki kualitas dan kemampuan akademik yang baik di tambah adanya pelatihan
peningkatan guru kompeten. Guru sangat disegani dan dihormat disana, “bagaimana dengan Indonesia?”.
Benar, kualitas guru sangat mempengaruhi kualitas murid dan lulusan. Di Finlandia tidak ada sistem
ujian. Justru mereka beranggapan bahwa ujian itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Murid
bebas memilih mata pelajaran yang disenangi, konon kabarnya mereka tak memiliki seragam sekolah.
Semua murid disana gembira dan asyik belajar serta mengekspresikan diri

(bebas berkreatifitas),

menyalurkan hobi serta membuat karya sendiri tanpa ada ancaman dari guru maupun sekolah. Sungguh
menyenangkan.
Untuk mencapai serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUD 1945 pasal
31 ayat 3 dan 5 tentu harus ada kerjasama yang baik dari seluruh unsur elemen masyarakat
(cendikia,ulama,orang tua) dan jajaran pemerintahan di Indonesia. Ada yang dapat kita lakukan bersama.
Pertama, sebagai seorang pelajar atau mahasiswa sudah selayaknya kita menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan kode etik akademik dalam melaksanakan proses belajar dan menuntut ilmu. Etika dan prilaku inilah
yang akan menjadikan kita berkarakter dan beradab sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yang mulia yakni mencerdaskan dan menyatukan bangsa demi mewujudkan peradaban untuk
kesejahteraan umat manusia.
Kedua, sebagai seorang guru/dosen sudah selayaknya kita senantiasa belajar dari alam (lapangan)
dimana proses dan metode belajar akan senantiasa berubah seiring perkembangan IPTEK dan globalisasi.
Menurut Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, guru merupakan tombak pendidikan. Jadi,
guru adalah investasi bangsa. Sebagai seorang pengajar sudah selayaknya kita mendukung dan memberikan
peluang emas bagi peserta didik untuk berkreatifitas, menyalurkan bakat/talenta dalam mewujudkan cita-cita
dan karya tertentu selama masih dalam jalur yang benar. Guru juga berperan mendidik, tak cukup hanya
mengajar. Sungguh mulia jasa seorang guru, pahala mengalir di dunia dan akherat selama niatnya masih
baik dan benar.
Ketiga, ikut adil dalam mencerdaskan anak bangsa melalui karya yang mulia seperti “Indonesia
mengajar” oleh Anies Baswedan, “sekolah juara” oleh Rumah Zakat Indonesia, “Dirgantara Indonesia” oleh
BJ Habibie, “Ahli kedokteran” oleh Ibn Sina, “Tafsir Al Azhar” oleh Buya Hamka dan masih banyak karya
lain yang menginspirasi kita untuk berbakti bagi negeri. Kita berharap bersama Indonesia masih bisa bangkit
dan maju. Kuncinya adalah meluruskan kembali niat untuk menuntut ilmu (bukan hanya untuk
mendapatkan harta semata), menjunjung tinggi nilai agama dan membagikan ilmu (hobi berbagi ilmu)
kepada siapapun agar lebih bermanfaat. Tapi tak cukup sampai disini, “Ayo siapa yang mau action?”.

Ayo gapai mimpi dan cita-cita kita

BAB I
PENDAHULUAN
oleh:
Ucu Susanti
Ihah Solihah
Hasanah
Rahma
A. Latar Belakang
Setiap manusia membutuhkan ilmu pengetahuan (pendidikan) dalam rangka untuk menunjang
kehidupannya menjadi lebih baik, tidak terkecuali anak bangsa Indonesia. Oleh karena itu maka negara
menjamin setiap warganya untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan Undang-undang No. 2 Tahun
1989.
Dengan diaturnya pendidikan oleh pemerintah diharapkan agar kualitas SDM bangsa Indonesia lebih
baik dan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar pendidikan ?
2. Apa tujuan pendidikan nasional ?
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan tulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang dasar pendidikan
dan tujuan pendidikan dan dapat dijadikan rujukan untuk menjadi pendidik yang lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Pendidikan
Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu
bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu
pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai
peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di
lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain
sebagai berikut:
1.

Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Jo Nomor 2 tahun 1945, Bab III
Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam
Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah
negara Pancasila.
3.

Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan
berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.

4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan
Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
5.

Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

6.

Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan
merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan. Begitu juga dengan
penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini
dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang
berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga
sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan
tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Hierarki Tujuan Pendidikan di Negara Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan ini digambarkan harapan
masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia
yang terdidik. Adapun yang dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak
dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi terbentuknya setiap warga negara
yang dicita-citakan bersama.
Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali mengalami perumusan
atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terakhir seperti disebutkan dalam UndangUndang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan
nasional ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah yang jelas bagi setiap usaha
pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya
lembaga-lembaga pendidikan yang masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan
nasio