manyaji hasil analisis kasus kasus pelng (2)

FORMAT LEMBAR KEGIATAN SISWA
(F-LKS)
Mata Pelajaran

: Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas/Semester

: XI / 2 (Dua)

Hari/Tanggal

:

Alokasi Waktu

: 2 x 45 Menit

Nama Kelompok

:


Nama Anggota Kelompok :
1. ..................................................
2. ..................................................
3. ..................................................
4. ..................................................
5. ..................................................

A. Kompetensi Inti
SIKAP
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati

dan

mengamalkan

perilaku

jujur,


disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.

PENGETAHUAN
1. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora

dengan

wawasan


kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

KETERAMPILAN
1. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah abstrak terkait
dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
4.2 Menyaji hasil analisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam
perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
4.2.1. Menganalisis kasus-kasus pelanggaran HAM dan prosedur

penyelesaiannya
4.2.2. Menguraikan upaya perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM
4.2.3. Menganalisis hambatan dan tantangan dalam upaya perlindungan,
pemajuan, dan pemenuhan HAM di Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi maka tujuan pembelajaran yang akan
kita capai adalah sebagai berikut :
1. Siswa mampu menganalisis kasus-kasus pelanggaran dan prosedur
penyelesaiannya
1. Siswa mampu menguraikan upaya perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan
HAM
2. Siswa mampu menganalisis hambatan dan tantangan dalam upaya
perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM di Indonesia
E. Materi Ajar
1. KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DAN
PROSEDUR PENYELESAIANNYA\
Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang, termasuk aparat negara, baik disengaja atau kelalaian yang


melawan hukum, mengurangi, menghalangi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaiari hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Macam-Macam Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Menurut Richard Falk, pelanggaran hak asasi manusia meliputi,
a.
b.
c.
d.
e.

Pembunuhan besar-besaran (genosida).
Rasialisme resmi.
Terorisme resmi berskala besar.
Pemerintahan totaliter.
Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan-kebutulian dasar
mariusia.
f. Perusakan kualitas lingkungan.

g. Kejahatan-kejahatan perang.
Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, pelanggaran HAM meliputi:
a. Pembunuhan massal secara terencana terhadap suatu etnis tertentu (genosida)
b. Pembunuhan sewenang-wenang atau putusan di luar pengadilan (arbytrary extra
yudicial killing).
c. Penyiksaan dan penghilangan orang secara paksa.
d. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic
discrimination).
Pelaku Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pelaku yang harus bertanggung jawab terhadap pelanggar hak asasi manusia adalah sebagai
berikut,
a. Setiap orang atau orang per orang
b. Pelaku pelanggar hak asasi manusia bisa orang perorang sehingga
penanggungjawabnya adalah orang itu sendiri. Contohnya perbuatan main hakim
sendiri.
c. Sekelompok orang
d. Pelanggaran HAM bisa dilakukan sekelompok orang, yang terdiri dari beberapa
orang, atau dilakukan oleh masyarakat. Contoh: Kasus konflik horizontal yang pernah
terjadi di beberapa daerah, seperti di Ambon, Poso, kasus Sanggauledo,
Tasikmalaya.Pengeroyokan dan pembakaran terhadap orang yang disangka pencuri

hingga tewas.
e. Pemerintah atau aparat keamanan.
f. Menurut undang-undang, tidak dikenal pelanggaran HAM yang dilakukan negara,
badan hukum publik, atau badan hukum perdata. Setiap pelanggaran yang
bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan institusinya.Hal ini berarti bahwa:

 Komandan militer dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh anak buahnya atau pasukan yang berada di bawah
komandonya.
 Seorang atasan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas pelanggaran
HAM yalig dilakukan oleh bawahannya. Hal ini bisa terjadi bilamana atasan
mengetahui atau secara sadar mengabaikan informasi yang secara jelas
menunjukkan bahwa bawahannya rnelakukan pelanggaran HAM berat, dan
tidak mengambil tindakan apa-apa.
Contoh kasus pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah atau aparat adalah sebagai
berikut,
a. Kasus Tri Sakti tanggal 12 Mei 1998 yang menewaskan 4 mahasiswa yang sedang
melakukan demo untuk menurunkan Presiden Soeharto.
b. Kasus pasca jajak pendapat di Timor Timur, seperti Kasus Bumi Hangus,
pembunuhan massal di Gereja Suai, dan lain-lain.

c. Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM Berat
Dalam rangka menegakkan HAM, telah dibentuk pengadilan khusus terhadap pelanggaran
HAM berat pelanggaran HAM berat meliputi,
a. Kejahatan Geniosida, yaitu pernbunuhan secara besar-besaran, terencana terhadap
suatu bangsa atau etnis, kelompok agama, dan ras dengan cara:
 Membunuh anggota kelompok,
 Mengakinatkam penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota
kelompok
 Menciptakaii kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan
fisik, baik sebagian atau seluruhnya. .
 Melaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok.
 Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan terhadap penduduk sipil.
Kejahatan kemanusiaan dapat herupa:
 Pembunuhan.
 Pemusnahan.
 Perbudakan

 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
 Perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar
hukum internasional.
 Penyiksaan

 Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan, sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual yang lain yang setara.
 Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan politik, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan
lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut
hukum internasional.
 Penghilangan seseorang secara paksa.
 Kejahatan apartheid.
BEBERAPA KETENTUAN TENTANG PENYELESAIAN
PELANGGARAN HAM
 Ketentuan Pidana
 Untuk pelanggaran HAM berat seperti genosida atau kejahatan kemanusiaan
diberikan ancaman hukuman mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara
paling lama dua puluh lima tahun dan paling ringan sepuluh tahun.

 Untuk kejahatan penyiksaan diancam hukuman maksimal 5 tahun penjara.
 Untuk pelanggaran HAM berupa kekerasan seksual, penganiayaan, SARA,
dan penghinaan secara paksa diancam hukuman maksimal 20 tahun penjara
dan paling ringan sepuluh tahun penjara.
 Konsekuensi dari Peradilan HAM
Konsekuensi peradilan HAM bagi masyarakat adalah sebagai berikut,
 Para hakim, jaksa, dan pengacara mau tidak mau harus memiliki pengetahuan
dalam bidang HAM.
 Para akadernisi di perguruan tinggi, LSM, atau masyarakat pada umumnya
dituntut pemahamannya tentang HAM.
 Setiap orang atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa HAM-nya
dilanggar dapat mengajukan pengaduan lisan atau tertulis kepada Komnas
HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia)
 Perlindungan Saksi
Menurut UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM, setiap korban dan saksi
dalam pelanggaran HAM berat berhak mendapatkan perlindungan fisik atau mental
dari segala macam bentuk ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan fisik dari pihak
mana pun juga. Perlindungan ini wajib diberikan oleh aparat penegak hukum.
 Penangkapan dan Penahanan
 Setelah mendapat laporan adanya pelanggaran HAM berat, maka dilaktikan

penangkapan terhadap tersangka dengan disertai: bukti permulaan cukup, surat
tugas, surat penangkapan serta uraian singkat pelanggaran HAM yang
disangkakan kepadanya.
 Tujuan Penahanan
 Agar terdakwa tidak melarikan diri.
 Terdakwa tidak merusak atau menghilangkan barang bukti.

 Agar tidak mengulangi kembali pelanggaran terhadap HAM.
 Wewenang Penyidik
 Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan.
 Menerima laporan dan pengaduan.
 Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan.
 Memianggil saksi.
 Meninjau tempat kejadian.
 Memanggil para pihak yang terkait.
 Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa perneriksaan surat,
penggeledahan, dan penyitaan serta pemeriksaan tempat.
 Peradilan
 Setelah penyidikan selesai, maka berkas dilimpahkan ke pengadilan untuk
diadakan penuntutan.
 Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum.
Pengadilan HAM di daerah kabupaten wilayah kerjanya meliputi seluruh
wilayah Pengadilan Negeri. Pengadilan yang dibentuk berdasarkan UU Nomor
26 Tahun 2000, mempunyai wewenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM berat termasuk yang dilakukan di luar teritorial negara RI.
 Dalam mengadili pelanggaran HAM berat, hakim yang memeriksa berjumlah
5 orang, yang terdiri dari 2 hakim pengadilan HAM dan 3 orang hakim Ad
hoc.
 Apabila tidak puas terhadap putusan hakim, maka jaksa atau tersangka boleh
melakukan banding, kasasi atau PK (peninjauan kernbali).
Selain peradilan nasional, ada juga peradilan internasional yang mengadili
pelanggaran HAM berat, yakni:
 Peradilan Ad hoc, yaitu peradilan yang didirikan khusus untuk mengadili
suatu kasus tertentu sehingga setelah selesai mengadili peradilan ini
dibubarkan.
 Peradilan yang bersifat tetap, yaitu peradilan yang didiri kan berdasarkan
sebuah perjanjian internasional tahun 1998 yang terkenal dengan Statuta
Roma. Peradilan tersebut adalah International Criminal Court (ICC).
Tujuan ideal pengadilan HAM adalah untuk memelihara perdamaian dunia, menjamin HAM,
serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan perorangan ataupun
masyarakat. Tujuan praktisnya adalah untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat.

2. UPAYA PERLINDUNGAN, PEMAJUAN, DAN PEMENUHAN HAM
Beberapa langkah penegakan dan perjuangan hak asasi manusia bagi masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia adalah sebagai berikut,

 Sosialisasi Hak Asasi Manusia
 Untuk menegakkan hak asasi manusia, langkah pertama adalah memasyarakatkan hak
asasi manusia di tengah-tengah masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dari usaha
ini, antara lain sebagai berikut,
 Agar manusia respek terhadap hak asasi manusia dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai inti hak asasi manusia.
 Tumbuhnya kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia.
 Mempercepat proses demokratisasi sehingga dapat dicegah munculnya kekuasaan
yang sewenang-wenang.
 Pendidikan HAM
Dalam rangka internalisasi nilai-nilai, hak asasi manusia perlu dikembangkan dalam
kehidupan manusia sejak dini, pada sekolah, kampus, dan media massa, Sebagai suatu
tata nilai, hak asasi manusia untuk bisa dipahami, dihayati, dan diamalkan melalui
proses yang panjang. Pembentukan sikap dan kebiasaan memerlukan interaksi dengan
lingkungan di bawah pimpinan, guru, atau tokoh masyarakat.
 Advokasi HAM
Advokasi adalah dukungan, pembelaan atau upaya, dan tindakan yang terorganisir
dengan menggunakan peralatan demokrasi untuk menegakkan dan melaksanakan
hukum dan kebijakan yang dapat menciptakan masyarakat yang adil da,n sederajat.
Tujuan advokasi terhadap HAM adalah untuk mengubah lembaga-lembaga masyarakat
dengan menegakkan keadilan dan kesetaraan untuk memperoleh akses dari tuntutan
pengambilan keputusan.
 Kelembagaan
 Dalam rangka menegakkan hak asasi manusia, pemerintah membentuk Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia. Komisi ini dimaksudkan untuk membantu
pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia dan
meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya
pembangunan nasional.
 Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia telah
melaksanakan kegiatan sebagai berikut,
a. Menyebarluaskan wawasan nasional dan internasional mengenai HAM, baik
kepada masyarakat Indonesia maupun kepada masyarakat internasional.
b. Mengkaji berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HAM
dengan
tujuan
memberikan
saran-saran
mengenai
kemungkinan
meratifikasinya.
c. Memantau dan menyelidiki pelaksanaan hak asasi manusia serta memberikan
pendapat, pertimbangan, dan saran kepada badan pemerintahan negara
mengenai pelaksanaan hak asasi manusia.
d. Mengadakan kerja sama regional dan internasional dalam rangka mengajukan
dan melindungi hak asasi manusia.

 Pelestarian Budaya (Tradisi Lama)
Keberhasilan penguasaan dan pemberdayaan hak asasi manusia suatu bangsa sangat
ditentukan oleh pernantapan budaya hak-hak asasi manusia dan bangsa tersebut
melalui usaha-usaha secara sadar kepada seluruh anggota masyarakat. Pelaksanaan
hak-hak asasi manusia di Indonesia perlu memperhitungkan nilai-nilai adat istiadat,
budaya, agama, dan tradisi bangsa dengan tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama,
dan golongan.
 Pemberdayaan Hukum
Untuk menegakkan hak asasi manusia, harus ada kesiapan struktural dan kultur politik
yang lebih demokratis. Hak asasi manusia tidak mungkin dapat ditegakkan oleh
pemerintahan yang represif. Eksistensi hak asasi manusia tergantung sejumlah faktor,
seperti:
 Hukum positif dan konstitusi.
 Tingkat solidaritas politik.
 Tingkat konsensus atas nilai-nilai tersebut.
 Tingkat stabilitas politik.
 Tipe sistem hukum dari pemerintah.
 Tingkat perkembangan ekonomi.
 Tingkat kepercayaan terhadap produk hukum badan-badan legislatif dan
peradilan.
 Sifat dari komunikasi internal serta faktor pendidikan dapat mendukung
pembangunan
hak-liak asasi manusia.
 Pengesahan Perangkat Nasional
Untuk menegakkan dan menjamin perlindungan hak asasi manusia, perlu pengesahan
perangkat-perangkat nasional hak asasi manusia. Pemerintah minimal mengesahkan
piagam hak asasi manusia sedunia (Universal Declaration of Human Rights) yang
disahkan oleh Majelis Umurn PBB tanggal 10 Desember 1948. Piagam ini
mempunyai fungsi, antara lain:
 Sebagai standar umum pelaksanaan hakasasi manusia untuk seluruh rakyat
dan negara.
 Sebagai kode perilaku yang dapat menjadi parameter kebijakan sebuah
pemerintahan.
 Rekonsiliasi Nasional
Cara lain yang harus ditempuh untuk menegakkan hak asasi manusia adalah dengan
membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undangundang. Kornisi ini berfungsi sebagai lembaga ekstra yuridis untuk menegakkan
kebenaran dengan rnengungkap penyalahgunaan kekerasan dan pelanggaran HAM di
masa lampau demi kepentingan bangsa dan negara. Berdasarkan pengalaman negara

lain, menurut Kardino Laksono ada tiga langkah penyelesaian pelanggaran HAM
masa lampau yaitu sebagai berikut,
 Memulihkan hak-hak korban dan keluarganya melalui proses reparasi.
 Pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang dilakukan pelaku
kemungkinan amnesti dengan tidak mengabaikan rasa keadilan.
 Perlunya referensi kebijakan dari lembaga peradilan untuk memungkinkan
terciptanya penegakan hukum.
2. HAMBATAN DAN TANTANGAN DALAM UPAYA PERLINDUNGAN,
PEMAJUAN, DAN PEMENUHAN HAM

Salah satu lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk menangani persoalan
hak asasi manusia di Indonesia adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM). Lembaga ini didirikan pada masa pemerintahan Soeharto, yaitu pada 7 Juni
1993 melalui Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993. pembentukan Komnas HAM
sendiri merupakan tindak lanjut rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia yang
diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri RI dengan dukungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).
Berdasarkan keppres tersebut, tujuan pembentukan Komnas HAM adalah
sebagai berikut:
1.
Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksana hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Piagam Perserikatan BangsaBangsa serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia;
2.
meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya
pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat pada umumnya.

I.

Hambatan Penegakan HAM
Tentang berbagai hambatan dalam pelaksanaan dan penegakan hak asasi manusia di
Indonesia, secara umum dapat kita identifikasi sebagai berikut :
 Faktor Kondisi Sosial-Budaya
o Stratifikasi dan status sosial; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan,
keturunan dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multikompleks
(heterogen).
o Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM, terutama
jika sudah bersinggung dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara
sakral, pergaulan dan sebagainya.
o Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya
disebabkan oleh hal-hal sepele.
 Faktor Komunikasi dan Informasi
o Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan, dan gunung
yang membatasi komunikasi antardaerah.
o Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun
secara baik yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

o Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas
baik sumber daya manusianya maupun perangkat (software dan hardware)
yang diperlukan.
 Faktor Kebijakan Pemerintah
o Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya
jaminan hak asasi manusia.
o Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi
manusia sering diabaikan.
o Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial oleh masyarakat terhadap
pemerintah sering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan
‘pembangkangan’.
 Faktor Perangkat Perundangan
o Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional
tentang hak asasi manusia.
o Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk
diimplementasikan.
 Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
o Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan
prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.
o Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih
belum layak sering membuka peluang ‘jalan pintas’ untuk memperkaya diri.
o Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif,
tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme)
Dari faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan hak asasi manusia tersebut
diatas, mari kita upayakan untuk sedikit demi sedikit dikurangi (eliminasi). Demi
terwujudnya perlindungan hak asasi manusia yang baik, mulailah dari diri kita sendiri untuk
belajar menghormati hak-hak orang lain. Kita harus terus berupaya untuk menyuarakan tetap
tegaknya hak asasi manusia, agar harkat dan martabat yang ada pada setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.
II.

Tantangan Penegakan HAM
Mengenai tantangan dalam penegakan hak asasi manusia di Indonesia untuk masa-masa
yang akan datang, telah digagas oleh pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat
akan menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konfrensi Dunia ke-2 (Juni 1992) dengan
judul “Deklarasi Indonesia tentang Hak Asasi Manusia” sebagai berikut.
a. Prinsip Universlitas, yaitu bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental
dan memiliki keberlakuan universal, karena jelas tercantum dalam Piagam dan Deklarasi
PBB dan oleh karenanya merupakan bagian dari keterikatan setiap anggota PBB.
b. Prinsip Pembangunan Nasional, yaitu bahwa kemajuan ekonomi dan sosial melalui
keberhasilan pembangunan nasional dapat membantu tercapainya tujuan meningkatkan
demokrasi dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

c. Prinsip Kesatuan Hak-Hak Asasi Manusia (Prinsip Indivisibility). Yaitu berbagai jenis
atau kategori hak-hak asasi manusia, yaitu meliputi hak-hak sipil dan politik di satu pihak dan
hak-hak ekonomi, sosial dan kultural di lain pihak; dan hak-hak asasi manusia perseorangan

dan hak-hak asasi manusia masyarakat atau bangsa secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan
d. Prinsip Objektifitas atau Non Selektivitas, yaitu penolakan terhadap pendekatan atau
penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu negara oleh pihak luar, yang hanya
menonjolkan salah satu jenis hak asasi manusia saja dan mengabaikan hak-hak asasi manusia
lainnya.
e. Prinsip Keseimbangan, yaitu keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perseorangan
dan hak-hak masyarakat dan bangsa, sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk
individual dab makhluk sosial sekaligus.
f. Prinsip Kompetensi Nasional, yaitu bahwa penerapan dan perlindungan hak-hak asasi
manusia merupakan kompetensi dan tanggung jawab nasional.
g. Prinsip Negara Hukum, yaitu bahwa jaminan terhadap hak asasi manusia dalam suatu
negara dituangkan dalam aturan-aturan hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak
tertulis.
Tantangan lain bagi bangsa Indonesia khususnya adalah berkaitan dengan adanya
“pelanggaran berat” terhadap hak asasi manusia. Perihal pelanggaran berat yang
dimaksudkan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia, mencakup Kejahatan Genosida dan Kejahatan Kemanusiaan.
 Kejahatan Genosida
Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnik,
kelompok agama, dengan cara :
o Membunuh anggota kelompok;
o Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
o Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagainya;
o Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok; atau
o Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain
 Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
o Pembunuhan
o Pemusnahan;
o Perbudakan;
o Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
o Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik antara lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok
hukum internasional;
o Penyiksaaan,Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa,
pemaksaan kehamilan , permandulan atau strerilisasi secara paksa atau
bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
o Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didaari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,

jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional;
o Penghilangan orang secara paksa; atau
o Kejahatan aperheid.
Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia (2004 – 2009)
Pemerintah Indonesia yang sejak proklamasi kemerdekaan 1945 sangat konsern terhadap
upaya-upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, telah
banyak langkah-langkah yang diambil. Sejak amandemen UUD 1945 di mana masalah hak
asasi manusia telah memperoleh porsi yang memadai, terus diupayakan dibuatnya berbagai
penandatanganan/rafitikasi konveni dan peraturan perundangan tentang HAM. Sejak
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, pemerintah
dengan kesungguhan hati mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang
Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia yang kemudian diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2003. Rencana aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia
Indonesia (RANHAM), merupakan upaya nyata pemerintah Indonesia untuk menjamin
peningkatan penghormatan, pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia di
Indonesi dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan budaya bangsa
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. RANHAM dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan dalam suatu
program 5 (lima) tahunan yang dipimpin langsung oleh Presiden. Dalam Rencana aksi
Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia tahun 2004 – 2009, akan mengacu pada 6 (enam)
program utama, yaitu :
o
o
o
o
o
o

Pembentukan dan penguatan institusi pelaksanaan RANHAM,
Persiapan ratifikasi instrumen Hak Asasi Manusia Internasional
Persiapan harmonisasi peraturan perundang-undangan,
Diseminasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia
Penerapan norma dan standar Hak Asasi Manusia, dan
Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Berikut ini adalah salah satu contoh program aksi “Persiapan harmonisasi peraturan
perundang-undangan” yang sedang berlansung.
F. Soal Latihan
Pilihan Ganda
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 mengatur tentang ….
a.
b.
c.
d.

Kewajiban asasi
Pengadilan HAM
Hak dan kewajiban warga negara
Hak asasi manusia

2. Pernyataan hak asasi manusia sedunia tercantum dalamdokumen …

a.
b.
c.
d.

Magna Charta
Universal Declaration of Human Rights
PBB
Convenant of Human Rights

3. Untuk melindungi kaum perempuan dari segala bentuk tindakan kekerasan , maka
dibentuklah suatu lembaga yaitu …
a.
b.
c.
d.

Lembaga Perempuan
Komnas HAM
Komnas anti kekerasan terhadap perempuan
Kontras

4. Demonstrasi yang dilakukan secara bertanggung jawab adalah …
a.
b.
c.
d.

Yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Memiliki tujuan yang jelas
Memiliki pemimpin rombongan
Yang diikuti oleh ribuan demonstran

5. Bentuk-bentuk penyampai pendapat dimuka umum adalah sebagai berikut kecuali …
a.
b.
c.
d.

Demontrasi
Pawai
Rapat umum
Orasi

6. Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia yang semakin sempurna,
penegakkan dan perlindungan HAM diatur pelaksanaannya dan dituangkan dalam
berbagai peraturan sebagai...
a. pemehaman setiap hak dan kewajiban
b. dasar pelaksanaan hak dan kewajiban di sekolah
c. dasar dan pedoman dalam rangka penegakkan HAM
d. aturan dasar yang dilandasi perundang-undangan yang berlaku
7. Seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengertian ini
tercantum pada...
a. pasal 1 UU No 26 tahun 2000
b. pasal 1 UU No 9 tahun 1998
c. pasal 1 UU No 39 tahun 1999
d. pasal 1 UU No 5 tahun 1998
8. Kesadaran akan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia harus terus kita
tingkatkan. Sebab ..

a.
b.
c.
d.

HAM merupakan hak dasar manusia
kedamaian akan terwujud jika setiap orang menghormati HAM
Jika tidak menghormati HAM, kita akan berurusan dengan Polisi
HAM di Indonesia telah dituangkan dalam Undang Undang Dasar 1945

9. Negara yang pertama memperjuangkan penegakkan HAM adalah...
a. PBB
b. Inggris
c. Amerika
d. Indonesia
10. Di bawah ini yang merupakan salah satu faktor hambatan dalam penegakan ham di
Indonesia, adalah
a. Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
b. Faktor Perangkat Perundangan
c. Faktor Kondisi Sosial-Budaya
d. Semua benar
Soal Essay
1. Uraikan upaya-upaya pemerintah dalam menegakkan HAM!
2. Sebutkan Instrumen HAM Nasional !
3. Uraikan bentuk-bentuk pelanggaran HAM menurut UUNomor 39 Tahun 1999
tentang
HAM !
4. Sebutkan 5 contoh pelanggaran HAM terkait tentang kejahatan kemanusiaan !
5. Jelaskan peran masyarakat dalam penegakkan HAM !
G. Kunci Jawaban
 Pilihan Ganda
1. D

6. C

2. B

7. C

3. C

8. B

4. A

9. B

5. C

10. D

 Essay
1.
a)
b)
c)

Upaya pemerintah dalam penegakkan HAM
Pembentukkan KOMNAS HAM
Pembentukkan produk hukum mengenai HAM
Pembentukan pengadilan HAM

2. . Instrumen HAM Nasional
a. Pembukaan UUD 1945

b. Batang tubuh UUD 1945 pasal 27,28,29,30,31,32,33,34.
c. Dalam perundang-undangan












UU No.25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
UU No.20 tahun 2002 tentang Pendidikan Nasional
UU No.39 tahun 1999 tentang HAM
UU No.9 tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di depan
umum
UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
UU No.5 tahun 1998 tentang konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman yang kejam,tidak manusiawi dan merendahkan martabat
manusia.
UU No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM
UU No. 11 tahun 2005 tentang konvenan internasional tentang hak sipil dan
politik
UU No.12 tahun 2005 tentang konvenan internasional hak-hak ekonomi dan
sosial budaya
PP No.2 tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi
dalam pelanggaran HAM yang berat.
PP nomor 3 tahun 2002 tentang kompensasi ,restitusi,rehabilitasi terhadap
korban pelanggaran HAM Berat.

3. Bentuk-bentuk pelanggaran HAM menurut UUNomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
a. Pembunuhan massal secara terencana terhadap suatu etnis tertentu (genosida)
b. Pembunuhan sewenang-wenang atau putusan di luar pengadilan (arbytrary extra
yudicial killing).
c. Penyiksaan dan penghilangan orang secara paksa.
d. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic
discrimination).
4. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan terhadap penduduk sipil. Kejahatan
kemanusiaan dapat herupa:






Pembunuhan.
Pemusnahan.
Perbudakan
Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
Perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar
hukum internasional.

5. Peran masyarakat dalam penegakkan HAM
 Melaksanakan perundang-undangan yang berlaaku
 Mematuhi tata tertib
 Menghargai manusia/masyarakat lainnya

H. Pedoman Penskoran

:

Petunjuk Penilaian Soal Pilihan Ganda
Nomor Soal

Bobot Soal

1-10

10

Jumlah skor

100

maksimal

Jika benar mendapatkan skor 100
Jika salah mendapatkan skor 0
Penentuan Nilai= Nilai = skor yang diperoleh x 100
skor maksimum
Petunjuk Penilaian soal Essay

No
.

Butir Pertanyaan

Bobot

Kriteria

soal

Pensekoran

Nilai

1

Akhir

0

0
1.

Uraikan upaya-upaya pemerintah
dalam menegakkan HAM !

15

2.

Sebutkan
Nasional !

HAM

15

3.

Uraikan
bentuk-bentuk
pelanggaran HAM menurut
UUNomor 39
Tahun 1999
tentang HAM !

25

4.

Sebutkan 5 contoh pelanggaran

25

Instrumen

HAM terkait tentang kejahatan

20 30 40

kemanusiaan !
5.

Jelaskan peran masyarakat dalam
penegakkan HAM !

20

Jumlah skor maksimal = 100

Rubrik Penilaian (Pengetahuan/Pemahaman)
Soal No.1 dan 2
Skor 15 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
pada buku pembelajaran
Skor 10 jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan kajian teori
Skor 5

Pada buku pembelajaran
jika peserta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian teori pada buku

Skor 0

pembelajaran
jika peserta tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan

Soal no. 3 dan 4
Skor 25 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/tepat sesuai dengan
kajian teori pada buku pembelajaran
Skor 20 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas /mendekati kajian teori
Pada buku pembelajaran
Skor 15 jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan kajian teori
Pada buku pembelajaran
Skor 10 jika peserta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian teori pada buku
Skor 0

pembelajaran
jika peserta tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan

Soal no. 5
Skor 20 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/tepat sesuai dengan
kajian teori pada buku pembelajaran
Skor 15 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas /mendekati kajian teori
Pada buku pembelajaran
Skor 10 jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan kajian teori
Pada buku pembelajaran

Skor 5

jika peserta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian teori pada buku

Skor 0

pembelajaran
jika peserta tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Dwi Cahyati A.W, Warsinto Adnan, 2011, Pelajaran Kewarganegaraan I Untuk Kelas
XI SMA,MA, dan SMK, Pusat Kurikulum dan Pembukuan Kementrian Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Pelajaran Kewarganegaraan I Untuk Kelas X SMA,MA, dan SMK, Pusat Kurikulum
dan Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Dokumen yang terkait

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Status sosial ekonomi orang tua dan hasil belajar matematika siswa si MI Lanatusshibyan 01 Waru Jaya Parung bogor

7 133 76

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118