LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SIST

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
PADA An.C.K DENGAN DIARE AKUT
DI RSUD SAM RATULANGI TONDANO

Di Susun Oleh :
I Putu Agus Faryastawan, S.Kep

(17062001)

Kristy Hana Palit, S.Kep

(17062002)

Tasya Maria, S.Kep

(17062003)

Sampul Natalia Christien, S.Kep

(17062004)


Rosalina MahupaleS.Kep

(17062005)

Marsella F. Tamangendar, S.Kep

(17062006)

CI :
Ns. Olha Turang, S.Kep
CT :
Dr. Indriani Yauri, MN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2017

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas tuntunan-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Kelompok dengan Asuhan Keperawatan

Sistem Reproduksi pada pasien Intranatal Care di RSUD Sam Ratulangi Tondano
dengan baik.
Laporan Kasus dengan Intranatal Care pada Ny. F.T. ini disusun untuk
menambah ilmu keperawatan kami selama proses pendidikan Profesi Ners dilaksanakan.
Selain itu, laporan kasus ini juga diajukan untuk melengkapi tugas stase Maternitas
kami.
Kami juga menyadari akan keterbatasan dalam penyusunan Laporan Kasus ini.
Namun, berkat usaha dan kerja keras, Laporan Kasus dapat terselesaikan dengan baik.
Penyelesaian Laporan Kelompok kami juga tidak lepas dari bimbingan oleh Dosen
Pembimbing Ma’am Dr.Indriani Yauri, MN, dan CI klinik Bidan ( … ) yang selalu
meluangkan waktunya untuk membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Kasus kami. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima
kasih.

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Identifikasi
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi Data
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa Keperawatan
3.5 Intervensi dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis antara Tinjauan Teori dengan Kasus Kelompok
4.2 Analisis antara Asuhan Keperawatan Teori dengan Asuhan
Keperawatan Kasus.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE AKUT PADA ANAK
A. PENGERTIAN
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir dan darah (Alimul H, 2006).
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuwensi defekasi
(lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan
perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari Depkes RI (2005).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam

(Juffrie, 2010).
Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih
dari 3 kali (Simatupang, 2004)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.

Anatomi
Menurut Syaifuddin, (2003), susunan pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir, dan pipi.
a) Bibir

Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam
tutupi


oleh

selaput

lendir

(mukosa).

Otot orbikularis

di
oris

menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli
oris menekan ujung mulut.
b) Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi


2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di
batasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah
belakang bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun
atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih
kebelakang yang terdiri dari 2 palatum. Palatum mole (palatum lunak)
terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian
yaitu: Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah
dan Apek Lingua + ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang
terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat putingputing pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan
selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengahtengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan


kelenjar

yang mempunyai ductus

bernama ductus

wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah
bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang
rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar
sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.
Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di
sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah
(saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu
kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara
prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus
stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut
melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di
bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni
bermuara di rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar
ludah didasari oleh saraf-saraf tak sadar.

d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (m mandibularis, oshitoid
dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman
bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M
genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.

b. Faring (tekak)
Merupakan

organ

yang

menghubungkan

rongga

mulut


dengan

kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
c. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung
kedepan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk
esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
d. Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus
uteri.
e. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus
halus terdiri dari :
1) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)

2) Otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu:
1) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan kimus
2) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus

ke dalam

duodenum, tetapi

juga

oleh

yang dinamakan

gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama di
hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun sepanjang

dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi
sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum.
Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus
mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan- pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi
yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi
dapat

menimbulkan

merupakan

apa

peristaltik

yang

sangat

dinamakan ”peristaltic

kuat

rusrf”

yang berjalan jauh pada usus

halus dalam beberapa menit. Intesinum minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang

+ 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada

lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membuktikan di sebut papila vateri. Pada
papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus ) dan
saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 –
5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
posterior dengan perantaraan

lipatan

peritoneum

yang

berbentuk

kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika
superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum
yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum
tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan
dengan seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama

orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat

dengan

sfingter

ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau
valvula baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas
melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan
absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di
lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam
hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam
pencernaan.
f. Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar
dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
1) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
2) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur
ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.
3) Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir
seikum.
4) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura

hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.

5) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur
dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,

bersambung dengan kolon sigmoid.
6) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung
bawahnya berhubung dengan rectum.
Fungsi kolon: Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan
menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2
macam:
1. Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot
polos dan longitudinal namun bagian luar usus

besar

yang

tidak

terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
2. Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus
besar yang mendorong feses ke arah anus.
g. Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak di antara pelvis, dindingnya di
perkuat oleh 3 sfingter:
1) Sfingter Ani Internus
2) Sfingter Levator Ani
3) Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.
Mekanisme :
1) Kontraksi kolon desenden
2) Kontraksi reflek rectum
3) Kontraksi reflek sigmoid
4) Relaksasi sfingter ani
C. ETIOLOGI

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar,
tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang
dikelompokan sebagai berikut:
1. Infeksi
 Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)
 Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
 Parasit
 Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli, Crypto
Sparidium)
 Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
2. Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3. Alergi: alergi makanan
4. Keracunan :
 Keracunan bahan-bahan kimia
 Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
a. Jazad renik, Algae
b. Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
5. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids, dll
6. Sebab-sebab lain: faktor lingkungan dan perilaku, psikologi: rasa takut dan cemas

D. KLASIFIKASI
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi
sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
F. PATOFISIOLOGI DAN PATOFLOW
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4) Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
-

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.

-

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.

-

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi klien akan meninggal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai
berikut :
a. Lekosit Feses (Stool Leukocytes)
Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses
menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan
parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak
biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien
yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
b. Volume Feses
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus
dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250
ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
c. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam

Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat
lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari
10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
d. Lemak Feses
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore,
lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½
lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat
terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses
selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari
lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau
insufisiensi pancreas.
e. Osmolalitas Feses
Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare
sekretori. Elekrolit feses Na, K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas
feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi
2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya 105

bakteri/ml

menunjukkan

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare
akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium
50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau
air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c)

Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
Memberikan asi.
1. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
2. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.

3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.
4. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dll)
 Obat anti sekresi.
 Obat anti spasmolitik.
 Obat pengeras tinja.
 Obat antibiotik.
I. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
 Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
 Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
 Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein
J. DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Ed 12. Jakarta: EGC
Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7.
Jakarta: EGC
Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam
Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan
Keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
DIARE AKUT
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur
2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena
infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari
pola makan dan perawatannya
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan
gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata
2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
 Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
 pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

 keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
 Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
 Mata : cekung, kering, sangat cekung
 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
 Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
 Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
 Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni
Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
1. Jenis cairan
a. Cara rehidrasi oral
 Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit
setiap kali diare.
 Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
 Cairan I : RL dan NS
 Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL

D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
 HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3
bulan.
2. Jalan pemberian
 Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
 Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
 Defisit ( derajat dehidrasi)
 Kehilangan sesaat (concurrent less)
 Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
a) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
- BB (kg) x 50 cc
- BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
- + 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
a) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta dietetic
a) Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau
susu
b) Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
2.
3.
4.
5.

Ketidakefektifan termoregulasi
Resiko Ketidakseimbangan Cairan
Defisit Nutrisi
Ansietas
Gangguan Pola Tidur

Dx. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kenaikan produksi panas
dalam tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan
ketidakefektifan termoregulasi teratasi.

Kriteria Hasil :
2.
3.

1.

Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak
terganggu
Berkeringat saat panas
Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan.

INTERVENSI
1. Monitor tanda-tanda vital dan
warna kulit
2. Hentikan aktivitas fisik

3. Tutup pasien dengan selimut,
atau pakaian ringan
4. Berikan kompres hangat
5. Longgarkan
pakaian

atau

lepaskan

6. Memonitor
suhu
tubuh
menggunakan alat yang sesuai
7. Instruksikan pasien mengenai
tindakan-tindakan
untuk
mencegah kondisi sakit yang
berhubungan dengan panas.
8. Monitor warna kulit dan suhu
9. Fasilitasi istirahat, terapkan
pembatasan aktivitas : jika
diperlukan.
10. Lembabkan bibir dan mukosa
hidung yang kering
11. Kolaborasi
dalam
berikan
antipiretik

RASIONAL
1. Untuk
mengetahui
status
termoregulasi
2. Aktivitas fisik yang berlebih
dapat meningkatkan keletihan
dan pengeluaran energy yang
berlebih.
3. Pakaian yang ringan dapat
menstabilkan suhu tubuh serta
menyerap keringat
4. Untuk menurunkan suhu tubuh
pasien dalam batas normal
5. Dengan melonggarkan pakaian
dapat membuat kenyamanan
dan produksi panas tidak
terakumulasi pada tubuh.
6. Pantauan suhu tubuh untuk
mengetahui kenaikan suhu
yang terjadi.
7. Tindakan yang mencegah
kondisi
panas,
seperti
kelelahan,
aktivitas
yang
berlebih,
dan
mudahnya
terpapar dengan infeksi dan
kuman yang ada dilingkungan.
8. Untuk
memantau
adanya
gejala dan tanda perubahan
pada kulit.
9. Membatasi aktivitas yang
berlebih, dan hanya aktivitas
yang mampu dilakukan.
10. Mukosa bibir dan hidung yang
kering dapat terjadi pecah-pecah
sebagai tanda awal dehidrasi
11. Antipiretik dapat menurunkan
demam

Dx. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi
BAB
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan keseimbangan
cairan dapat dipertahankan.
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.

Intake dan Output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.

INTERVENSI
1. Monitor vital sign

1.

2. Timbang berat badan setiap hari
dan monitor status pasien

2.

3. Hitung atau timbang popok
dengan baik
4. monitor intake dan output.

3.
4.

RASIONAL
Vital sign merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien
Untuk mengetahui kenaikan BB
dan keseimbangan cairan yang
masuk.
Untuk mengetahui hasil dari
pengeluaran metabolism tubuh
Pemasukan intake yang adekuat
untuk mengetahui kepatenan
masuknya cairan dalam tubuh.

5. Monitor status hidrasi
6. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan retensi cairan.
7. Monitor status hidrasi
8. Berikan cairan dengan tepat
9. Berikan diuretic yang diresepkan
10. Dukung pasien dan keluarga
untuk
membantu
dalam
pemberian makan dengan baik.
11. Tawari makanan ringan
12. Anjurkan untuk minum sedikit
namun sering
13. Berikan obat antimietik

5. Untuk mengetahui adanya tandatanda hidrasi.
6. Hasil
laboratorium
untuk
mengetahui masalah yang ada
dalam tubuh.
7. Untuk mengetahui apakah ada
tanda-tanda hidrasi
8. Cairan yang tepat untuk mengatasi
kurangnya cairan dalam tubuh.
9. Sesuai dengan instruksi dengan
dokter.
10. Dukungan dari keluarga dapat
membantu
dalam
pemberian
asupan makan.
11. Makanan ringan untuk selingan
dalam membantu kenaikan BB
12. Minum sedikit namun sering

dapat membantu dalam
pemenuhan cairan
13. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat antimietik untuk
mengurangi rasa muntah yang
dialami pasien

Dx. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan kualitas tidur
tidak terganggu
Kriteria Hasil : 1. Tempat tidur yang nyaman
2. suhu ruangan yang nyaman
3. kualitas tidur tidak terganggu
4. jam tidur tidak terganggu
INTERVENSI
1. Tentukan
pola
tidur/aktivitas
pasien

1.
2.

2. Monitor pola tidur, dan catat
kondisi fisik, keadaan yang
menggangu tidur
3. Sesuaikan
lingkungan
meningkatkan tidur

3.

untuk

4. Monitor makanan sebelum tidur
dan intake minuman yang dapat
memfasilitasi/menggangu tidur
5. Mulai terapkan langkah-langkah
kenyamanan
seperti
pijat,
pemberian posisi, dan sentuhan
afektif.
6. Anjurkan tidur siang untuk
memenuhi kebutuhan tidur.

4.
5.

RASIONAL
Memonitor pola tidur untuk
ditentukan intervensi yang tepat
Mengkaji status yang menganggu
keadaan tidur dan melakukan
intervensi untuk mengatasi pola
tidur jika ada
Lingkungan yang aman dan
tenang membuat siklus tidur
lebih efektif
Intake makanan/minuman yang
berlebihan dapat menganggu
tidur klien
Posisi nyaman, dan pijat
membuat tubuh menjadi lebih
rileks

6. Menambah kebutuhan tidur jika
pola tidur kurang dari kebutuhan
7. Membantu
menetapkan

7. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur.

intervensi
yang
menambah
kebutuhan tidur pada pasien

Dx. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan napsu makan / diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan dapat
meningkatkan kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil:
1. Intake makanan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup
adekuat
2. Intake cairan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup
adekuat

Dx.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan Orangtua tentang
Penyakit yang diderita Anaknya.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan orang tua
pasien memiliki tingkat pemahaman yang disampakaikan tentang perawatan anak.

Kriteria Hasil :
1. Orangtua pasien dapat beristirahat
2. Orangtua pasien berjalan tidak mondar-mandir.
3. Orangtua pasien tidak merasa gelisah

INTERVENSI
1. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan.
2. Jelaskan semua prosedur termasuk
sensasi yang akan dirasakan yang
mungkin akan dialami klien
selama prosedur dilakukan.
3. Berada disisi orangtua pasien
untuk meningkatkan rasa aman
dan mengurangi ketakutan.
4. Yakinkan
keselamatan
keamanan pasien.

dan

5. Berikan informasi factual terkait
diagnosis, perawatan prognosis.
6. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan cara
yang tepat.
7. Ciptakan atmosfer rasa aman
untuk meningkatkan kepercayaan.
8. Intruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi.

RASIONAL
1. Pendekatan yang baik antara klien
dapat membangun hubungan saling
percaya.
2. Meningkatkan pemahaman
dan
pemecahan
masalah
sehingga
kecemasan dapat teratasi.

3. Berada disisi orangtua agar rasa
aman dapat dirasakan orangtua
pasien dan mengurangi kecemasan
yang dirasakan.
4. Meyakinkan pasien memungkinkan
klien lebih semangat
5. Pemahaman yang baik tentang
diagnosa membuat pasien atau
keluarga lebih tenang
6. Adanya keluarga membuat pasien
lebih nyaman, dan adanya dukungan.
7. Rasa aman memberikan kepercayaan
antara keluarga dan pasien.
8. Teknik nafas dalam dapat merungi
kecemasan yang dirasakan.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I.

BIODATA
A. Identitas Klien
Nama/ nama panggilan

: An. C.K

Tempat Tanggal Lahir/usia

: Tondano, 15 Desember 2014/ 11
bulan

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan

:-

Agama

: Kristen Protestan

Tanggal Masuk

: 03 Desember 2017 Jam 04.00

WITA
Tanggal pengkajian

: 04 Desember 2017 Jam 11.00

WITA
Diagnose Medik

: Diare akut

B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
Nama

: Tn. P.K

Usia

: 31 Tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan/Sumber Penghasilan

: Securiti

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Kembuan

2. Ibu
Nama

:Ny. J.P

Usia

: 31 Tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan/sumber penghasilan

: Honorer

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Kembuan

C. Identitas Saudara Kandung
No

Nama

1
II.

Sheril

usia

Hubungan

Status

kakak

Kesehatan
sehat

6 tahun

Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari

III.

Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
B. Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus unuk anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
a.

Pemeriksaan kehamilan

: ± 5 kali

b.

Keluhan selama kehamilan

: Ngidam, muntah

c.

Kenaikan BB selama hanil

: 55 kg

d.

Imunisasi TT

: 2 kali

e.

Golongan darah ibu ; O. Golongan darah Ayah O
2.

a.
b.

Natal

Tempat melahirkan

: RS Samratulangi Tondano

Lama dan jenis persalinan
c. Penolong persalinan

: Spontan
: Bidan

d. Cara untuk memudahkan persalinan : obat perangsang
e. Komplikasi waktu lahir

: Robek perineum

3. Post Natal
a. Kondisi Bayi: BB Lahir: 2.700 Gram, PB: 48 cm
(Untuk semua usia )
1. Penyakit yang pernah dialami

: Batuk dan panas

2. Kecelakaan yang dialami

: (-)

3. Dirawat di Rumah Sakit

: Tidak Pernah

4. Alergi

: Tidak ada riwayat alergi

5. Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya: Sama
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Penyakit anggota keluarga: alergi (-), asma (-), TBC (-),
hipertens (-), penyakit Jantung (-), stroke (-), anemia (-),
hemophilia (-), arthritis (-), migraine (-), DM (-), kanker (-),
jiwa (-).
7. Genogram

p

Keterangan :
Laki-laki

p

Pasien

Perempuan

IV.

Riwayat Persalinan
N
o
1
2
3
4
5

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

BCG
DPT ( I,II,III)
Polio (I,II,III,IV)
Campak
Hepatitis

Anak baru lahir
Bulan ke-2, 4 dan 6
Bulan ke-2, 4 dan 6
Bulan ke-9
Anak baru lahir

Reaksi setelah
pemberian
Badan terasa hangat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

V.

VI.

Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan Fisik
a. BB : 7,5 Kg
b. Tinggi Badan: 55 cm
c. Waktu tumbuh gigi: 6 bulan, Tanggal gigi (-) Tahun
b. Perkembangan tiap tahap
a. Berguling
: 6 bulan
b. Duduk
: 8 bulan
c. Merangkak
: 8 bulan
d. Berdiri
:10 bulan
e. Berjalan
: 11 bulan
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 10 bulan
g. Bicara pertama kali
: 8 bulan
h. Berpakaian tanpa bantuan
: 10 bulan
Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui
: Waktu lahir
b. Cara pemberian
: Setiap kali menangis
c. Lama pemberian
: 3 bulan
b. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian
: Sebagai asupan nutrisi tambahan
b. Jumlah pemberian
: ± 250-300 ml
c. Cara memberikan
: Menggunakan dot
c. Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
b. Jenis
: bubur susu, regal
Pola pemberian nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia
0 - 4 bulan
4 - 12 bulan
Saat ini

VII.

Jenis Nutrisi
Asi, Bubur susu
Susu formula
Bubur beras, sayur, regal

Lama pemberian
0-4 bulan
4-11 bulan
4-11 bulan

Riwayat Psichososial
a. Apakah anak tinggal di
: Rumah sendiri
b. Lingkungan berada di
: Desa
c. Apakah rumah dekat
: Sekolah
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya (tidak), apakah anak punya
ruang bermain (tidak)
e. Hubungan antara anggota keluarga: Harmonis
f. Pengasuh anak : orang tua
VIII. Riwayat Spriritual

IX.

X.

a. Kegiatan keagamaan: Beribadah
Reaksi Hospitalisasi
1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawaat inap
1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS? Muntah dan BAB cair
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: ya
3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini: cemas, khawatir
4. Apakah orang tua akan selalu berkunjung: ya
5. Siapa yang tinggal dengan anak: ayah, ibu
Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kondisi
Selera makan
Menu makan
Frekuensi makan
Makanan yang disukai
Makanan pantangan
Pembatasan pola makan
Cara makan
Ritual saat makan

Sebelum sakit
Baik
Regal, bubur
3x sehari
Bubur
Tidak ada
Tidak ada
Disuapi oleh ibunya
Berdoa

Saat sakit
Baik
Regal, bubur
3x sehari
Bubur, regal
Nasi
Tidak ada
Disuapi oleh ibunya
Berdoa

B. Cairan
1.
2.
3.
4.

kondisi
Jenis minuman
Frekuensi minum
Kebutuhan cairan
Cara pemenuhan

Sebelum sakit
Susu SGM
± 6X/hari
Baik
Dengan dot/gelas

Saat sakit
Susu LLM
±6x/hari
Baik
Dengan dot/gelas

Sebelum sakit
Popok

Saat sakit
Popok

BAB (pagi dan
siang)
BAK (2x ganti
pampers(±400 ml))
BAB (lembek)
Tidak ada
Tidak ada

BAB ( ±7x/hari)
BAK (2x ganti
pampers (±400))

C. Eliminasi (BAB dan BAK)
kondisi
1. Tempat
pembuangan
2. Frekuensi (waktu)

3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
D. Istirahat Tidur

BAB (Cair)
Tidak ada
Tidak ada

kondisi
1. Jam tidur
a. Siang
b. Malam
2. Pola tidur
a. Kebiasaan
sebelum tidur
b. Kesulitan tidur

Sebelum sakit

Saat sakit

± 3 jam
20:00 - 06:00

±2 jam
19:00 - 06:00

Minum susu

Minum susu

Tidak ada

Tidak ada

Sebelum sakit
Bercanda dengan
ibunya
Bermain, saat
waktu luang

Saat sakit
Bercanda dengan
ibunya
Bermain, selalu

Senang

Senang

E. Olah Raga
kondisi
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi

3. Kondisi setelah olah
raga
F. Personal Hygiene
kondisi
1. Mandi
a. Cara
b. Frekuensi
c. Alat mandi
2. Cuci rambut
a. Frekuensi
b. Cara
3. Gunting kuku
a. frekuensi
b. cara
4. Gosok Gigi
a. Frekuensi
b. cara

Sebelum sakit
Menyirami seluruh
tubuh
1 hari 2x mandi
Sabun, air, wascom
Tiap hari
Keramas dengan
shampoo
2 minggu 1x
Dilakukan oleh
ibunya

Saat sakit
Hanya
dibersihkan
dengan
menggunakan
tissu basah

Tidak
Tidak

G. Aktivitas/ Mobilitas Fisik
Kondisi
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal
harian

Sebelum sakit
Bermain dengan
kakak
Makan, minum
susu, tidur

Saat sakit
Bermain dengan
kakak
Makan, minum
susu, tidur

3. Penggunaan alat
bantu
4. Kesulitan
pergerakan tubh

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

H. Rekreasi
Kondisi
1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang
keluarga
5. Kegiatran hari libur
XI.

Sebelum sakit
Belum sekolah

Saat sakit
Belum sekolah

Selalu
Senang

Selalu
Senang

Sore hari – malam

Setiap hari

Tamasya

Istirahat

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaaan umum klien: Lemah
B. Tanda-tanda vital
Suhu
: 39ºc
Nadi
: 90x;menit
Repirasi
:32x/menit
Tekanan darah : C. Atropometri
1. Tinggi badan
: 55 cm
2. Berat badan
: 7.500 Gram
3. Lingkar lengan atas
: 12 cm
4. Lingkar kepala
: 41 cm
5. Lingkar dada
: 43 cm
6. Lingkar perut
: 44 cm
7. Skin fold
:D. Sistem Pernapasan
1. Hidung simetris
: kanan – kiri
2. Leher
: pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-)
3. Dada
a. Bentuk dada: Normal
b. Gerakan dada : simetris kanan – kiri, terdapat retraksi (-), otot
bantu (-)

c. Suara nafas: vocal fremitus kanan-kiri, ronchi (-), wheezing (-),
stidor (-), rales(-)
E. Sistem Kardio Vaskuler
1. Congjutiva: tidak anemia, bibir pucat/cyanosis (+)
Arteri carotis: kuat, tekanan vena