HTN makalah tentang hubungan antara demo

Latar Belakang
Demokrasi telah dianggap sebagai sebuah instrumen dalam menjalankan sebuah konsepsi
negara yang ideal dalam menjawab persoalan dan penegakan kekuasaan rakyat. Negara-negara
modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam demokrasi, yaitu negara yang
pemerintahanya dijalankan oleh rakyat dan untuk rakyat, sekalipun dalam mekanisme
pemerintahanya baik yang menyangkut infrastruktur politik maupun supra struktur politik,
berbeda satu dengan yang lain. Inggris misalnya, suatu kerajaan dengan system pemerintahan
parlementer dan pengorganisasian kekuatan sosial politiknya yang sederhana tetapi mantap, yaitu
terdiri dari dua partai besar yang secara menentukan jalanya pemerintahan, adalah negara
demokrasi.
Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses pergantian kekuasaan
secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan
konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain
prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap
warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan
Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah lepas
dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah bentuk pemerintahan yang terbentuk
karena kemauan rakyat dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri.
Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di satu bentuk
pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus berubah. Ada kalanya
rakyat menginginkan pengawasan yang superketat terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya

rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang seakan-akan
tak ada batasnya. Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan
untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap
orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai
oleh sebagian besar rakyat. Pemerintah telah membuat sebuah perjanjian dengan rakyatnya yang
ia sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau
perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum,
rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang
selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu demokrasi?
Bagaimana demokrasi yang di terapkan Indonesia?
Apa itu pemilu?

Bagaimana sistem pemilu yang diselenggarakan di Indonesia?
Apakah hubungan demokrasi dan pemilu?

Demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang
berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau berkuasa. Jadi, secara
bahasa, demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Dari sudut terminologi, banyak definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli,
antara lain :
1) Menurut Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu

kekuasaan pemerintahan itu

melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang
banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan
pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
2) Menurut C.F.Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa ini masyarakat politik ikut
serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya

mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
3) Menurut Joseph A.Schmeter
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik
ketika individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi sebagai suatu
sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan Negara maupun
pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal,
yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:

1. Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah
sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandanganpandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan
rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan dan aspirasi rakyat.
3. Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan
dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara para warga Negara. Dalam
demokrasi untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,

kompromi, dan bukan dengan paksanaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang hakhak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan
berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap
individu dan memungkinkan terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembaruan kehidupan sosial. Demokrasi memungkinkan terjadinya pembawan
kehidupan social. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan
pergantian para politisi dilakukan dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi
memuluskan proses alih generasi tanpa pergolakan.
Ciri-ciri sistem demokrasi dimaksudkan untuk membedakan penyelenggaraan pemerintahan
Negara yang demokratis, yaitu:
1. Memungkinkan adanya pergantian pemerintahan secara berkala;
2. Anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama menempati kedudukan dalam
pemerintahan untuk masa jabatan tertentu, seperti; presiden, menteri, gubemur dsb;
3. Adanya pengakuan dan anggota masyarakat terhadap kehadiran tokoh-tokoh yang sah
yang berjuang mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan; sekaligus sebagai tandingan
bagi pemerintah yang sedang berkuasa;
4. Dilakukan pemilihan lain untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah tertentu yang
diharapkan dapat mewakili kepentingan rakyat tertentu;
5. Agar kehendak masing-masing golongan dapat diketahui oleh pemenntah atau anggota
masyarakat lain, maka harus diakui adanya hak menyatakan pendapat (lisan, tertulis,

pertemuan, media elektronik dan media cetak, dsb);
6. Pengakuan terhadap anggota masyarakat yang tidak ikut serta dalam pemilihan umum.

Untuk mengukur pelaksanaan pemerintahan demokrasi, perlu diperhatikan beberapa parameter
demokrasi, yaitu:
1. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu. Pembentukan pemerintahan dilakukan dalam
sebuah pemilihan umum yang dilaksanakan dengan teliti dan jujur.
2. Sistem pertanggungjawaban pemerintah. Pemerintahan yang dihasilkan dan pemilu harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan dalam periode tertentu.
3. Penganturan system dan distribusi kekuasaan Negara. Kekuasaan Negara dijalankan
secara distributive untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan
(legislative, eksekutiv, dan yudikatif).
4. Pengawasan oleh rakyat. Demokrasi membutuhkan system pengawasan oleh rakyat
terhadap jalannya pemerintahan, sehingga terjadi mekanisme yang memungkinkan chek
and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislative.

DEMOKRASI DI INDONESIA
Indonesia mengalami beberapa fase dari masa ke masa terkait dengan perkembangan ideologi
demokrasi. Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di bidang politik
yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu:

1. Demokrasi Parlementer (liberal)
Demokrasi ini dipraktikan pada masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949)
kemudian dilanjutkan pada bertakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (UUD RIS) 1949
dan UUDS 1950. Demokrasi ini secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juti 1959
bersamaan dengan pemberlakuan kembal UUD 1945.
Pada masa berlakunya demokrasi parlementer (1945-1959), kehidupan politik dan pemerintahan
tidak stabil, sehingga program dari suatu pemerintahan tidak dapat dijalankan dengan baik dan
berkesinambungan. Timbulnya perbedaan pendapat yang sangat mendasar diantara partai politik
yang ada pada saat itu.
2. Demokrasi Terpimpin
Mengapa lahir demokrasi terpimpin?, yaitu lahir dari keinsyafan, kesadaran, dan keyakinan
terhadap keburukan yang diakibatkan oleh praktik demokrasi parlementer (liberal) yang
melahirikan terpecahnya masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan
kehidupan ekonomi.
Secara konsepsional, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu dapat dilihat dan ungkapan Presiden Soekarno
ketika memberikan amanat kepada konstituante tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok
demokrasi terpimpin, antara lain;




Demokrasi terpimpin bukanlah diktator
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup



bangsa Indonesia
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal kenegaraan dan kemasyarakatan



yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan social
Inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.



Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun diharuskan
dalam demokrasi terpimpin.


Berdasarkan pokok pikiran tersebut demokrasi terpimpin tidak bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945 serta budaya bangsa Indonesia. Namun dalam praktiknya, konsep-konsep
tersebut tidak direalisasikan sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang dan nilairiilai Pancasila, UUD 1945, dan budaya bangsa. Penyebabnya adalah selain terletak pada
presiden, juga karena kelemahan legislative sebagai patner dan pengontrol eksekutiI serta situasi
sosial poltik yang tidak menentu saat itu.
3. Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Baru
Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan hak-hak demokrasi haruslah
disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan
masing-masing, menjunjung tinggi nilal-nilal kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat
manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa, mengutamakan musyawarah dalam
menyelesaian masalah bangsa, dan harus dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan social.
Demokrasi Pancasila berpangkal dari kekeluargaan dan gotong royong. Semangat kekeluargaan
itu sendiri sudah lama dianut dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, khususnya di
masyarakat pedesaan.
Mengapa lahir demokrasi Pancasila? Munculnya demokrsi Pancasila adalah adanya berbagai
penyelewengan dan permasalahan yang di alami oleh bangsa Indonesia pada berlakunya
demokrsi parlementer dan demokrasi terpimpin. Kedua jenis demokrasi tersebut tidak cocok
doterapkan diindonesia yang bernapaskan kekeluargaan dan gotong royong.
Sejak lahirnya orde baru di Indonesia diberlakukan demokrasi Pancasila sampai saat ini.
Meskipun demokrasi ini tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi konstitusional, namun

praktik demokrasi yang dijalankan pada masa orde baru masih terdapat berbagai penyimpangan
yang tidak sejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi pancasila, diantaranya:




Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan adil
Penegakkan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim adalah anggota



PNS Departemen Kehakiman
Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat




4.


System kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah
Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme
Menteri-menteri dan Gubernur di angkat menjadi anggota MPR
Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi

Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi pancasila. Namun
perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pancasila
dari masa orde baru pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini yaitu :





Pemilihan umum lebih demokratis
Partai politik lebih mandiri
Lembaga demokrasi lebih berfungsi
Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing bersifat otonom penuh.

Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat berdasarkan

kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih mudah diwujudkan. Tata cara
pelaksanaan

demokrasi Pancasila dilandaskan

atas

mekanisme konstitusional

karena

penyelenggaraan pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.
Demokrasi pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dihayati sebagai nilai-nilai budaya politik yang
mempengaruhi sikap hidup politik pendukungnya.
Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan masyarakat dalam
berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi
jalannya pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan
sempurna. Masih banyak persoalan yang muncul terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya
bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Seperti meningkatnya angka pengangguran,
bertambahnya kemacetan di jalan, semakin parahnya banjir, dan masalah korupsi.
Dalam kehidupan berpolitik di setiap negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik
namun tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena pada
hakikatnya semua sistem politik mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait

erat dengan perubahan. Jika suatu negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan
kesejahteraan dengan sempurna, maka negara tersebut adalah negara yang sukses menjalankan
sistem demokrasi. Sebaliknya, jika suatu negara itu gagal menggunakan sistem pemerintahan
demokrasi, maka negara itu tidak layak disebut sebagai negara demokrasi. Oleh karena itu, kita
sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokrasi, kita sudah
sepatutnya untuk terus menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang
sudah ada. Demi tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang
sesungguhnya akan mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.

PEMILU
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD RI
1945) menentukan : “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.” Mana kedaulatan sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu
kekuasaan yang dalam taraf terakhir dan tertinggi wewenang membuat keputusan. Tidak ada satu
pasalpun yang menentukan bahwa negara Republik Indonesia adalah suatu negara demokrasi.
Namun, karena implementasi kedaulatan rakyat itu tidak lain adalah demokrasi, maka secara
implesit dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara demokrasi.
Hal yang demikian wujudnya adalah, manakala negara atau pemerintah menghadapi masalah
besar, yang bersifat nasional, baik di bidang kenegaraan, hukum, politik, ekonomi, sosial-budaya
ekonomi, agama “ semua orang warga negara diundang untuk berkumpul disuatu tempat guna
membicarakan, merembuk, serta membuat suatu keputusan.” ini adalah prinsipnya.
Austin Ranney ada delapan kriteria pokok bagi pemilu demokratis, yaitu
a.

Hak pilih umum. Pemilu hanya disebut demokratis bila semua warga negara dewasa

menikmati hak pilih pasif maupun aktif. Kalau toh

dilakukan pembatasan, hal itu harus

ditentukan secara demokratis, yaitu melalui undang-undang. Dalam kehidupan modern,
pembatasan itu hanya bisa dipahami bila didasarkan pada “ketidakmampuan seseorang untuk
menerima tanggung jawab sosial kenegaraannya “ seperti terjadi pada orang gila atau pelaku
tindak kriminal tertentu atau anak-anak di bawah usia tertentu.
b.

Kesetaraan bobot suara.Harus ada jaminan bahwa suara tiap-tiap pemilih diberi bobot

yang sama, artinya tidak boleh ada sekelompok warga negara , apapun kedudukan, sejarah
kehidupan, dan jasa-jasanya, yang memperoleh lebih banyak wakil dari warga lainnya. Kalau
miaslnya ditentukan bahwa setiap kursi parlemen berharga 420.000 suara, maka harus ada
jaminan bahwa tak ada sekelompok warga negara pun yang jumlahnya kurang dari kuota tersebut
mendapat satu atau bahkan lebih kursi di parlemen.

c.

Tersedianya pilihan yang signifikan. Hak pilih maupun bobot suara yang setara antar

sesama pemilih itu kemudian harus dihadapkan pada pilihan-pilihan yang cukup signifikan.
Perbedaan pilihan itu bisa sangat sederhana, seperti perbedaan antara dua orang atau lebih calon,
atau perbedaan yang lebih rumit antara dua atau lebih garis politik/ program kerja yang
berlainan, sampai ke perbedaan antara dua atau lebih ideologi.
d.

Kebebasan nominasi. Melalui organisasi masing-masing keompok rakyat membina,

menyeleksi, dan menominasikan calon-calon yang mereka nilai mampu menerjemahkan
kebijakan organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Jadi, di dalam kebebasan
berorganisasi itu secara implisit terkandung pula prinsip kebebasan menominasikan calon wakil
rakyat. Sebab hanya dengan cara itulah pilihan-pilihan yang signifikan dapat dijamin dalam
proses pemilihan umum.
e.

Persamaan hak kampanye. Program kerja dan calon unggulan tidak akan bermakna apa-

apa jika tidak diketehui oleh massa pemilih. Oleh karena itu, kampanye menjadi amat penting
kedudukannya dalam proses pemilu. Melalui proses inilah massa pemilih diperkenalkan dengan
para calon dan program kerja para kontestan pemilu.
f.

Kebebasan dalam memberikan suara. Jika semua prinsip diatas dapat ditegakkan, masih

diperlukan pula jaminan bahwa para pemilih dapat menentukan pilihannya secara bebas,
mandiri, sesuai pertimbangan-pertimbangan hati nuraninya. pemberi suara harus terbebas dari
berbagai hambatan fisik maupun mental ( takut, terpaksa, dan sebagainya) dalam menentukan
pilihannya.
g.

Penyelenggaraan secara periodik. Pada akhirnya pemilu itu sendiri harus dilaksanakan

secara periodik. Pemilu tidak boleh diajukan atau diundurkan sekehendak hati penguasa. Pemilu
tidak boleh dijadikan alat penguasa untuk melanggenkan kekuasaannya. Pemilu justru
dimaksudkan sebagai sarana menyelenggarakan pergantian penguasa secara damai dan
terlembaga.

Sistem Pemilu di Indonesia
Sejak kemerdekaan hingga tahun 2014 bangsa Indonesia telah menyelenggarakan sebelas kali
pemilihan umum, yaitu 1945, 1971, 1977, 1982, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014. Akan
tetapi pemilihan pada tahun 1955 merupakan pemilihan umum yang dianggap istimewa karena
ditengah suasana kemerdekaan yang masih tidak stabil Indonesia melakukan PEMILU , bahkan
dunia internasional memuji pemilu pada tahun tersebut. Pemilihan umum berlangsung dengan
terbuka, jujur dan fair, meski belum ada sarana komunikasi secanggih pada saat ini ataupun
jaringan kerja KPU.
Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang vacuum, melainkan
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan umum itu sendiri. Dari
pemilihan umum tersebut juga dapat diketahui adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan
umum yang cocok untuk Indonesia.
1. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)
Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan Oktober 1945, tetapi baru dilaksanakan oleh
kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955. Sistem pemilu yang digunakan adalah sistem
proporsional. Pada waktu sistem itu, sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda, merupakan
satu-satunya sistem pemilu yang dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin negara.
Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena merupakan pemilihan pertama sejak
awal kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung secara demokratis, tidak ada pembatasan
partai, dan tidak ada usaha interversi dari pemerintah terhadap partai-partai sekalipun kampanye
berlangsung seru, terutama antara Masyumi dan PNI. Serta administrasi teknis berjalan lancar
dan jujur.
Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan, dengan jumlah total 257
kursi. Namun stabilitas politik yang diharapkan dari pemilihan umum tidak terwujud. Kabinet
Ali (I dan II) yang memerinth selama 2 tahun dan yang terdiri atas koalisi tga besar ,namun
ternyata tidak kompak dalam menghadapi persoalan, terutama yang terkait dengan konsepsi
presiden yang diumumkan pada tanggal 21 Februari 1957.
2. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang kebebasan mendirikan partai ,
presiden soekarno mengurangi jumlah partai menjadi 10. Kesepuluh ini antara lain : PNI,
Masyumi, NU, PKI, Partai Katolik, Partindo, Partai Murba, PSII Arudji, IPKI, dan Partai Islam,
kemudian ikut dalam pemilu 1971 di masa orde baru. Di zaman demokrasi terpimpintidak
diadakan pemilihan umum.
3. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada harapan besar dikalangan
masyarakat untuk dapat mendirikansuatu sistem politik yang demokratis dan stabil. Salah satu
caranya ialah melalui sistem pemilihan umum . pada saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem
proporsional yang sudah dikenal lama, tetapi juga sistem distrik yang di Indonesia masih sangat
baru.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik berbagai kesimpulan. Pertama,
keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional pada tahun 1967 adalah keputusan yang
tepat karena tidak ada distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan jumlah
kursi dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 1945 bahwa DPR dan presiden tidak dapat
saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi karena yang
dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk mendirikan partai baru tidak
bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan demikian sejumlah kelemahan dari sistem
proporsional telah teratasi. Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan konstituennya tetap ada.
Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga telah terjadi penyempitan dalam
kesempatan untuk memilih menurut selera dan pendapat masing-masing sehingga dapat
dipertanyakan apakah sipemilih benar-benar mencerminkan, kecenderungan, atau ada
pertimbangan lain yang menjadi pedomannya. Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun
juga gerakan golput telah menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu
patut dihargai.
4. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan fundamental. Pertama,
dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai politik secara bebas, termasuk

medirikan partai baru.

Kedua, pada pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah

indonesiadiadakan pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melalui MPR. Ketiga,
diadakannya pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang
akan mewakili kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ ,
yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal 3%
jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.
Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang vacuum, melainkan
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentuka hasil pemilhan umum yang cocok untuk
Indonesia. Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri. Komisi ini memiliki tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan
pemilu, dan dalam menjalankan tugasnya, KPU menyampaikan laporan kepada Presiden dan
DPR.
Menurut Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003, tugas dan wewenang KPU adalah:
a. merencanakan penyelenggaraan KPU.
b. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.
c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilu.
d. Menetapkan peserta pemilu.
e. Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota DPR,DPD,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
f. menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan
suara.
g. menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR,DPD,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
h. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
i. melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa kedaulatan rakyat dipegang
oleh suatu badan, bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia. Majelis ini bertugas mempersiapkan Undang-undang Dasar dan menetapkan
garis-garis besar haluan negara. MPR juga mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan wakilnya
(Wakil Presiden). MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan Presiden
bertugas menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh MPR.

Di sini, peran Presiden adalah sebagai mandataris MPR, maksudnya Presiden harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada MPR.
Menurut Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen keempat tahun 2002, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum. Hal ini juga
tercantum dalam Pasal 19 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen kedua tahun 2000 yang
berbunyi: “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.” serta Pasal
22C UUD 1945 hasil Amandemen ketiga tahun 2001 yang berbunyi: “Anggota Dewan
Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.” Dalam Pasal 6A UUD
1945 yang merupakan hasil Amandemen ketiga tahun 2001 dijelaskan mengenai pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden yang lengkapnya berbunyi:
a.
b.

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan

c.

umum.
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh
persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

UUD 1945 yang merupakan Konstitusi Negara Republik Indonesia mengatur masalah pemilihan
umum dalam Bab VIIB tentang Pemilihan Umum Pasal 22E sebagai hasil Amandemen ketiga
UUD 1945 tahun 2001. Secara lengkap, bunyi Pasal 22E tersebut adalah:
a.

Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

b.

adil setiap lima tahun sekali.
Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan

c.

Perwakilan Rakyat Daerah.
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

d.

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah perseorangan.

e.

Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat

f.

nasional, tetap, dan mandiri.
Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Hubungan antara pemilu dan demokrasi
Pemilu merupakan perwujudan nyata demokrasi dalam praktek bernegara masa kini
(modern) karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatan rakyat atas
Negara dan Pemerintah. Pernyataan kedaulatan rakyat tersebut dapat diwujudkan dalam proses
perlibatan masyarakat untuk menentukan siapa-siapa saja yang harus menjalankan dan di sisi lain
mengawasi pemerintahan Negara. Karena itu, fungsi utama bagi rakyat adalah untuk memilih
dan melakukan pengawasan terhadap wakil-wakil mereka.
Pemilu sering disebut sebagai Demokrasi yang dilakukan sebuah Negara. Melalui pemilu,
rakyat memunculkan para calon pemimpin dan menyaring calon-calon tersebut berdasarkan nilai
yang berlaku. Keikutsertaan rakyat dalam pemilu, dapat dipandang sebagai wujud partisipasi
dalam proses Pemerintahan, sebab melalui lembaga masyarakat ikut menentukan kebijaksanaan
dasar yang akan dilaksanakan pemimpin terpilih. Dalam sebuah Negara yang menganut paham
demokratis, pemilu menjadi kunci terciptanya demokrasi. Demokrasi dalam sebuah bangsa
hampir tidak terpahamkan tanpa pemilu. Sehingga setiap pemerintahan suatu Negara yang
hendak

menyelenggarakn

pemilu

selalu

menginginkan

pelaksanaannya

benar-benar

mencerminkan proses demokrasi. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat ikut serta menentukan
figure dan arah kemampuan Negara dalam periode waktu tertentu.
Dan yang paling penting adalah pemilu merupakan peristiwa perhelatan rakyat yang
paling akbar yang hanya terjadi lima tahun dan hanya pada pemilu, rakyat secara langsung tanpa
terkecuali benar-benar menunjukkan eksistensinya sebagai pemegang kedaulatan dalam Negara,
berdasarkan itulah bisa dikatakan bahwa pemilu sebagai wujud paling nyata dari demokrasi.

PENUTUP
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak ukur demokrasi.
Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat mencerminkan demokrasi
walaupun tidak beguitu akurat. Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang
untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam
sistem pemilu dengan berbagai variasi, tetapi umumnya berkisdar pada dua prinsip pokok, yaitu :
sistem distrik dan sistem proprosional.
Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem pemilu. Dari
pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya upaya untuk mencari sistem
pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia . sejak awal pemerintahan yaitu demokrasi
parlementer, terpimpin, pancasila dan reformasi, dalam kurun waktu itulah Indonesia telah
banyak mengalami transformasi politik dan sistem pemilu.
Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proprosinal tertutup memang lebih
menguntungkan , tetapi harus diikuti dengan transparansi terhadap publik kalau tidak akan
menimbulkan oligarki pemerintahan.
Pada akhirnya konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan umum sudsah berjalan denganm
baik. Akan tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar siap
untuk memasuki zaman global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari kepartaian kita
adalah

rekrutmen

politik,

kemandirian

secara

pendanaan,

kohesivitas

internal,dan

kepemimpinan.
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik Indonesia semakin
kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan perkembangan politik
Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas pembangunan kehidupan politik pada
masa yang akan datang bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua elemen pemerintahan
dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi mengembangkan perpolitikan di
Indonesia. Manejemen dan kepemimpinan juga haruis terus ditingkatkan, ongkos politik yang
tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap publik harus dekembangkan dan ditumbuhkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar stabilitas nasional dan politik kita semakin
kokoh.

Daftar Pustaka
Dasril Radjab, 1993, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Rinneka Cipta
Moh Kusnardi, 1988, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: CV Sinar bakti
Titik Triwulan Tutik, 2006, Pokok – Pokok Hukum Tata Negara, Jakarta: Prestasi Pustaka
Miriam Budiardjo, 1989, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia.
Undang-undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD.
Padmo Wahjono, 1995, Negara Republik Indonesia. Ed. 2, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.