Budaya Karawitan Disusun Oleh PROGRAM ST

Budaya Karawitan
di Desa Rajek Wetan Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Menenuhi Tugas Mata kuliah penyusunan desain Sosial

Disusun Oleh:

ADNAN ROMADHON
12720014

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik

Indonesia yang bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang garapangarapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia fungsi, pathet dan aturan
garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
mengandung nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab
gamelan jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan
sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa
sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang
dan gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini
siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang
termasuk kategori pusaka mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial,
moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan
gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur
yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun
suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.
Dahulu hingga kini Jawa merupakan kajian yang sangat menarik baik segi agama, sosial,
budaya ataupun yang lain. Salah satu komunitas Jawa yang hingga kini masih sering di jumpai
adalah kelompok karawitan atau kelompok yang memainkan alat music tradisional jawa yaitu
gamelan. Sikap pemilihan keputusan pada tradisi Jawa oleh seseorang tentunya memiliki
keberfihakan terhadap tradisi jawa secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-haridiantara
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang


lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan. Budaya disini
memiliki peranan penting dalam pembentukan budaya manusia
Karawitan bagi masyarakat Rajek Wetan gamelan mempunyai fungsi estetika yang
berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian
tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan
adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar.
Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Oleh
karena itu peneliti ingin meneliti alasan pudarnya budaya Karawitan di desa Rajek Wetan seiring
pekermbangan zaman yang maju dan modern ini. Sehingga Karawitan sebagai budaya daerah
dan warisan leluhur tidak tergerus zaman dan mampu menjadi harta karun banggsa ini1.
Desa Rajek Wetan sekitar tahun 2011 merupakan desa yang menjunjung tinggi budaya
karawitan. Istilah karawitan mencapai popularitas di masyarakat dan masyarakat pun sangat
berantusian dengan adanya karawitan di desa tersebut, di tahun 2011 di mana masih banyak
peminat

seni karawitan ini tidak mengenal usia dari anak-anak hingga orang lanjut usia.

karawitan ini bias di anggab sebagi alat untuk melakukan kontak social dari berbagai usia,
masyarakat di Desa Rajek Wetan juga sering mengadakan pelatiah yang cukup mengundang
masa untuk melihat maupun berpartisiapasi, penikmat musik karawitan terutama orang-orang

lansia pun juga ikut memeriahkan dalam pelatihan karawitan dan pelatihan ini dilakukan dalam
dua minggu sekali setiap malam jum’at. Dapat diartikan bahwa seni karawitan berhubungan
dengan sesuatu yang halus dan rumit. Kehalusan dan kerumitan dalam seni karawitan tampak
nyata dalam sajian gending maupun asesoris lainnya dan itulah yang menimbulkan ketertarikan
budaya karawitan, dan seharusnya budaya ini tetap di lestarikan karena karawitan itu sendiri
1

Djojokoesoemo “Budaya Jawa KARAWITAN”, tt.:132-133

sebagai sebagai budaya warisan leluhur dan duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat
musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar akan tetapi di
desa Rajek Wetan pada masa-mas sekarang budaya karawitan sudah mulai ditinggalkan peneliti
belum tau faktor-faktor apa yang mempengaruhi kenapa budaya karawitan di Desa Rajek Wetan
mulai ditinggalkan dan peminatnya mulai berkurang. Di desa Rajek Wetan banyak gamelangamelan yang rusak, sekarang alat musik gamelan sudah tidan terawat lagi, yang menarik disini
adalah kenapa kesenia yang menjadi salah satu cagar budaya kesenian tradisional Indonesia yang
seharusnya di lestariakn malah di tinggalkan, sekarang pun bias dikatak bahwa karawitan di desa
Rajek Weran suaranya yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah sudah jarang
terdengar lagi.

Rumusan Masalah

Budaya karwitan yang seharusnya menjadi warisan karya seni leluhur kita yang patut untuk di
lestarikan namun pada saat ini sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman oleh karena itu rumusan
masalah dari penelitian ini adalah:


Bagaimanakah Karawitan sebagai budaya Jawa dan warisan leluhur bisa tetap hidup dalam
masyarakat dan tidak tergerus perkembangan zaman yang maju dan modern?

Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk menemukan, mengkaji,dan menjelaskan sejauh mana masyarakat
desa Rajek Wetan mempertahankan budaya karawitan dan alasan mengapa budaya karawitan semakin
pudar tergerus perkembangan zaman.
Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu sebagai sumbangan pengetahuan tentang budaya
Karawitan di desa Rajek Wetan yang mulai pudar.
2. Manfaat Praktis
a.


Masyarakat

: dapat mempresentasikan dan melestarikan budaya karawitan di

kalangan masyarakat desa Rajek Wetan
b.

Peneliti

: Dapat memenuhi tugas desain penelitian

Kerangka Teori

Slidaritas sosial
solidaritas social adalah kesadaran kolektif yang di lakukan di dalam masyarakat dalam
mengintergrasikan fungsi-fungsi social agar bisa terjadi keadaan harmonis yang stabil, sehingga
pencegahan akan terjadinya tindak penyimpangan social di lingkungan masyarakat di lakukan
dengan cara menggunakan suatu yang besifat kesadaran kolektif bersama di seluruh lapisan
masyarakat yaitu dengan cara :
1. Pembentukan hukum : pembentuka tersebut merupakan cara kerja yang di gunakan

menjaga stabilnya mobilitas social di dalam masyarakt sehingga bisa kebebasan setiap
individu bisa berjalan dengan baik namun ada keadaan yang juga harus di penuhi sebagai
idetitas sosianya di dalam masyarakat.
2. Dengan adanya kesadaran kolektif yang di bentuk secara hukum ataupun ada secara
historis dari masyarakat artinya aturan moral sudah ada saat kita ada dalam eksistensi
masyarakat dan aturan tetap ada saat eksistensi kita tidak sudah ada di masyarakat, yang

jelas dalam hal kesadaran kolektif ini merupakan sebuah upaya yang di lakukan untuk
menurunkan tingkat kriminalitas di masyarakat, dengan cara masyarakat di ajak bermain
dalam kesadran kolektif (kesadaran social) secara tidak sadar

agar selurruh bagian

anggota masyarakat bisa bergerak secara spontan dan bersama-sama menuju arah yang
sama menuju kesadaran kolektif kerena satu sama lain saling membutuhkan untuk
menjaga harmonisasi social dalam seluruh eksistensi elemen di masyarakat .
Dimanapun solidaritas sosial ada, ini tidak memilki hubungan dasar personal secara
independen atau tersendiri (kualitas immaterial) bisa berjalan di masyarakat membentuk keadaan
harmonis masyarakat akan tetapi solidaritas terjadi di luar dari kesadaran individu yang
sebenarnya di bentuk oleh masyarakat baik individu secara sadar memahami hal tersebut ataupun

individu tidak menyadari akan pembentukan untuk membentuk keharmonisan social tersebut.2
Keharmonisan social dalam masyarakat merupakan pengaruh eksternal yang memilki cara yang
berbeda di dalam bentuk solidaritas social seperti:
solidaritas organik
solidaritas yang terjadi di masyarakat dengan bentuk kesadaran kolektik individu dalam
eksistensi kehidupan masyarakat, artinya solidaritas organik cangkupannya lebih kecil dari pada
solidaritas mekanik yang mampu mencakup seluruh anggota masyarakat sedangkan organic lebih
sederhana seperti solidaritas yang terjadi di lingkup agama, adat-istiadat, dan lain sebagainaya3.
Kaitanya teori ini dengan budaya karawitan yakni dimana dalam hal ini anggota karawitan tidak
mempunyai kewenagan untuk menghukum dan memberikan sangki kepada individu, melainkan
anggota karawitan hanya bisa melakukan perintah saja agar bisa mematuhi tata aturan agar bisa
2

Thomas Kenneth, reading from Emile Durkhem. USA and Canada, Routledge 2005. Hal 21-27

3

Ibid. 29-32

terjadi kesadaran kolektif bersama di dalam karawitan, sehingga kelompok karawitan adalah

sebuah totalitas lebih akan kurang terorganisir, hal tersebut di karenakan semuaaa kesadaran
kolektif ini hanya bersumber atas dasar keyakinan dan sentimen untuk anggota kelompok di satu
titik keadaan social.

Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Mayasari (2012), berjudul “Eksistensi
Kesenian Dolalak Sebagai Kebudayaan Daerah di Desa Mlaran Kecamatan Gebang
Kabupaten Purworejo”. Dalam penelitian ini diuraikan alasan kesenian Dolalak mampu
dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo, peran kesenian
Dolalak dalam kehidupan masyarakat, dan strategi yang perlu dilakukan untuk
melestarikan kesenian tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
strategi studi kasus terpancang tunggal. Beda penelitian ini dengan penelitian saya adalah
di dalam penilitian ini mengkaji tentang identitan suatu budaya sedangkan saya mengkaji
tentang eksistensi penurunan budaya karawitan.
Penelitan yang dilakukan oleh Dwi Esti Wulandari (2012), berjudul “Karawitan
Sebagai Terapi Musik Anak Autis” dalam penelitian ini diuraikan efek musik karawitan
pada anak di sekolah, khususnya Autisme Bina Anggita Yogyakarta, karena musik
mefasilitasi pengucapan, konsentrasi, suasana hati, memberikan rasa percaya diri,
memperlancar dan memperjelas bicara, penambahan Kosta kata,meningkatkan kebugaran
dan mengurangi beban psikologi serta merangsang siswa siswi supaya terpacu untuk

melakukan aktivitas yang terarah.beda penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan

adalah didalam penelitian ini membicarakan manfaat karawitan sedangkan saya lebih
focus kepada eksistensi budaya itu sendiri.
Hasil penelitian yang ditulis oleh Sugimin “Pelatihan Karawitan KarangTtaruna
Dusun Karangrejo Desa Tibayan Kecamatan Jatinom kabupaten Klaten” dalam
penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana perkembangan pelatihan karawitan di
kelompok karawitan karang taruna di desa Tibayan, yang saat ini mulai tertarik
memelajari karawitan. Metode yang di gunakan dalam pelatihan ini adalah dengan cara
trainer Participation. Metode ini mencakup cara seseorang tutor menularkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam seni karawitan, yaitu drill, demonstrasi dan dialog.
Pendekatan personal diutamakan supaya materi mudah diserap oleh peserta pelatihan dan
dapat di sajikan dengan baik oleh peserta pelatihan. Beda penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan adalah menganalisis dan mendeskripsikan metode pelatihan karawitan.
Artikel yang ditulis oleh Purnawan Basundoro (2012) berjudul “Kesenian
Tradisional di Tengah Arus Modernisasi.” Artikel ini berisi tentang bagaimana posisi
kesenian tradisional di tengah arus modernisasi sebagai salah satu bentuk globalisasi.
Dalam tulisan ini dijelaskan mengenai modernisasi sebagai pelemah sekaligus penguat
keberadaan kesenian tradisional.maka dapat di ketahui beda penelitian ini dengan
penelitian yang saya lakukan adalah metode mendeskripsikannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Kamiran dengan judul ”Pembelajaran Karawitan
di Sekolah Dalam Rangka Pendidikan Karakter Bangsa” Karawitan sebagai materi
pembelajaran di sekolah didasari berbagai pertimbangan karena memiliki karakteristik
sebagai budaya lokal, multidimensi dan multidisiplin. Karawitan sebagai budaya bangsa
memiliki ciri-ciri khusus terhadap keterikatannya dengan nilai, norma dan kaidah-kaidah
yang berlaku di daerah kehidupan dan perkembangannya yaitu Jawa. Karawitan sebagai

kesenian multidimensi karena dibangun dalam pembelajaran karawitan mencakup:
kecerdasan kinestetik, kepekaan inderawi, kemampuan berpikir, kepekaan rasa, seni dan
kreatifitas, kemampuan social dan kemampuan estetis. Terkait dengan multidisiplin
karena dalam karawitan tidak hanya terdapat medium bunyi tetapi juga terdapat medium
bahasa, gerak dan rupa. Pembelajaran karawitan dapat dilaksanakan di sekolah dengan
melalui tiga aspek materi yaitu pengetahuan, perasaan dan tindakan.beda penelitian ini
dengan penelitian saya adalah lokasi penelitian ini lebih focus di sekolahsedangkan
penelitian saya lebih focus di dalam masyarakat.
Dengan demikian telah diketahui posisi penelitian yang akan dilakukan peneliti
kali ini. Pada penelitian terdahulu telah dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan
dengan identitas kebudayaan serta upaya yang dilakukan untuk melestarikannya. Pada
penelitian yang akan dilakukan, fokus ingin diarahkan kepada eksistensi budaya
karawitan di Desa Rajek Wetan.

Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di dusun Rajek Wetan Tirtoadi Mlati Sleman YK.
Adapun yang menjadi objek penelitian yakni warga masyarakat di desa itu. Lokasi ini
dipilih atas dasar pertimbangan bahwa di desa ini budaya karawitan sudah mulai
melemah seiring berkembangnya jaman
2. Sumber Data
a. Data Primer

Yang dimaksud dari data primer adalah para subjek penelitian yakni informan
kunci. Informan kunci dalam penelitian ini adalah para tokoh-tokoh utama yang
berperan besar dalam menjaga kesenian lokal agar dapat bertahan. Tokoh utama
diharapkan mampu memberikan informasi yang berkenaan dengan sejarah kesenian,
tujuan kesenian, hingga cara regenerasi kepada generasi selanjutnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari data-data dan referensi yang berkaitan dengan tema
penelitian yakni terdiri dari buku-buku, koran, artikel, dsb.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah interksi komunikasi verbal antara dua orang atau lebih yang
bertujuan memperoleh informasi yang biasanya dilakukan dengan keadaan saling
bertatap muka.4 Metode wawancara ini digunakan guna memperoleh keterangan yang
lebih mendalam tentang suatu masalah.5 Adapun teknik wawancara yang dipilih disini
yaitu wawancara terstruktur yakni wawancara yang daftar pertanyaannya telah
ditentukan secara sistematis.Teknik ini dipilih dengan pertimbangan masalah karena
salah satu keuntungan dari teknik ini adalah tujuan wawancara lebih jelas dan terpusat
pada hal-hal yang telah ditentukan sehingga tidak menyimpang dari tujuan. Informan
dari wawancara ini adalah warga masyarakat Rajek Wetan dan anggotan karawitan.
b. Observasi

4

5

Ibid.hal 113-115
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarata, Penerbit Tiara Wacana,2006

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dengan observasi kita
dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan social secara jelas. Adapun yang
akan di observasi dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan anggota
karawitan yang terlibat dalam aktivitas kesenian lokal maupun warga yang tidak ikut
dalam kesenian itu.
c. Penelusuran Dokumen
Melalui dokumentasi dapat ditemukan data pendukung riset melalui brosur,
artikel, buku, koran, foto, dsb.
4. Teknik Analisis Data
Berbagai data-data dan temuan di lapangan dikumpulkan dan di klasifikasikan
untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang berkaitan dengan tingkat
solidaritas masyarakat desa. Adapun dalam menjelaskan data-data di lapangan
menggunakan analisis deskriptif. Kemudian mengambil kesimpulan sesuai masalah
yang diangkat sebagai topik penelitian dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
Setelah memperoleh berbagai data dalam penelitian, maka selanjutnya yang
akan dilakukan yaitu menganilis data temuan lapangan tersebut. 6 Analisis data dalam
penelitian ini mempuyai beberapa proses. Pertama, reduksi data, yaitu memilih dan
memilah data hasil temuan lapangan dan memusatkan perhatian pada penyederhanaan
atau abstraksi data. Kedua, penyajian data yaitu deskripsi tentang informasi atau data
yang terkumpul dari lapangan, penyajian data dalam penelitian kualitatif umumnya

6

Emzir,Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta.Rajawali Pers;2010) hal 28

bersifat naratif. Selanjutnya yang ketiga yaitu penarikan kesimpulan dari apa yang
didapat dilapangan serta dari analisis atau deskripsi yang dilakukan terhadap data.

Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data salah satunya yakni dengan menggunakan wawanacara.
Adapun interview guide disusun oleh peneliti sendiri. Dalam perumusan interview guide telah
menggunakan unsur 5W+1H guna mendapat data yang kaya. Pertanyaan akan diarahkan oleh
peneliti dan diarahkan sesuai dengan kemampuan menjawab informan.

DAFTAR PUSTAKA
 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarata, Penerbit Tiara




Wacana,2006
Djojokoesoemo Budaya Jawa KARAWITAN
Emzir,Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta.Rajawali Pers;2010)
Thomas Kenneth, reading from Emile Durkhem. USA and Canada, Routledge
2005