PROSES SOSIALISASI PAPER tahun anggaran
PROSES SOSIALISASI
Makalah ini Disusun Guna Melengkapi Tugas Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Fitriyah Nurul H. MP.d
Oleh:
Tira Nur Fitria
(26.09.6.2.164)
Umi Rohmahwati
(26.09.6.2.172)
Yuliana Susilowati
(26.09.6.2.187)
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
IAIN SURAKARTA
2012
0
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk social, yang
mana manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. sedangkan kalau
dilihat dari kaca mata agama manusia memiliki dua sisi hubungan yang sangat
mendasar yaitu hubungan secara vertical dan hubungan secara horisontal, hubungan
vertical yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, dan hubungan secara
horisontal yaitu hubungan manusia dengan manusia atau dengan kata lain sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
antar sesama manusia, karena dengan adanya sosialisasi akan membawa manfaat baik
bagi manusia itu sendiri, maupun bagi lingkungan tempat ia tinggal, manusia bisa
saling
mengenal,
mengerti
dan
memahami
satu
sama
lainnya,
sehingga
memungkinkan akan terjadi sikap saling toleran, saling menjaga dan melindungi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOSIALISASI
Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain yaitu:
1. Nasution (1999:126) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses
membimbing individu ke dalam dunia sosial.
2. Kimball Young (Gunawan, 2000:33), sosialisasi ialah hubungan interaktif
yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang
menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut samasama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi anggota
masyarakat.
3. Gunawan (2000:33) yang menyatakan bahwa sosialisasi dalam arti sempit
merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara atau ragam budaya
masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultural keluarga dan kelompok-kelompok
lainnya).
4. Soekanto (1985:71) menyatakan bahwa sosialisasi mencakup proses yang
berkaitan dengan kegiatan individu-individu untuk mempelajari tertib sosial
lingkungannya, dan menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas,
nonkonformitas, penghindaran diri, dan konflik. Dari pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
5. Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang membantu
individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana
cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
6. Charlotte Buhler : Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2
7. Koentjaraningrat : Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu
sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal,
dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam
masyarakat sekitarnya.
8. Irvin L. Child : Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu
mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan
telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.
9. Peter L. Berger : Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian
yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota,
sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau
perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu
dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan
masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat
menjalankan hak serta kewajibannya berdasarkan peranan yang
dimilikinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural di
sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.
B. PROSES atau TAHAP-TAHAP SOSIALISASI
Sueann Robinson Ambron (Yusuf, 2004:123) menyatakan bahwa sosialisasi itu
sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian
sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
efektif. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi proses perlakuan dan
bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat. Proses membimbing yang
dilakukan oleh orangtua tersebut disebut proses sosialisasi.
3
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage) : Masa Anak-anak.
Preparatory stage adalah masa anak meniru perbuatan orang yang ada di
lingkungan keluarga, anak belajar tentang perilaku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan.
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh
pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh
anak. Lama- kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut
dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage) : Masa Anak-anak.
Play stage adalah masa anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas,
yaitu
teman sepermainannya, anak sudah mengenal teknik bermain peran,
misalnya bermain ‘polisi-polisian’, dan sebagainya walaupun masih terbatas.
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran- peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk
kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan
sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu
dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan
untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap
ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakannorang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai.
4
Contoh: seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang di sekitarnya
dan menerima apa yang sudah dilihatnya.
Tahap siap bertindak (Game Stage): Masa Remaja.
Game stage merupakan tahap lanjutan dari teknik bermain peran pada masa
anak-anak. Seorang remaja bukan hanya meniru peran seseorang yang
diidolakannya, tapi sudah mengidentikkan dirinya, seolah-olah dia sudah
menyamakan dirinya dengan tokoh idolanya.
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran
yang
secara
langsung
dimainkan
sendiri
dengan
penuh
kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan
adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama
dengan teman-temannya.
Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya
di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara
bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. .
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) :
Masa Dewasa
Masa dewasa (Generalized Other) merupakan sosialisasi titik kulminasi
yang paling optimal bagi seorang individu. Proses belajar tidak semata-mata
melalui proses meniru, tetapi lebih kepada pola menyesuaikan diri.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia
dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari
pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang
5
tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap
ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Khairuddin (2002:65) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi,
kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah:
1. Belajar (learning)
Menurut Morgan C.T (Khairuddin, 2002:65), belajar adalah suatu perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang
lalu. Proses belajar individu berlangsung sepanjang hayat, yaitu belajar dari
individu itu lahir sampai ke liang lahat.
Ahmadi (2004:154) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi individu
mempelajari kebiasaan, sikap, idea-idea, pola-pola dan tingkah laku dalam
masyarakat di mana dia hidup. Sosialisasi adalah masalah belajar. Dalam proses
sosialisasi individu belajar tentang kebudayaan dan keterampilan sosial seperti
bahasa, cara berpakaian, cara makan, dan sebagainya. Segala sesuatu yang
dipelajari individu mula-mula dipelajari dari orang lain di sekitarnya terutama
anggota keluarga.
Individu belajar secara sadar dan tak sadar. Secara sadar individu menerima
apa yang diajarkan oleh orang di sekitarnya, misal seorang ibu mengajarkan
anaknya berbahasa dan bagaimana cara makan yang benar. Secara tidak sadar,
individu belajar dari mendapatkan informasi dalam berbagai situasi dengan
memperhatikan tingkah laku orang lain, menonton televisi, mendengar percakapan
orang lain, dan sebagainya.
2. Penyesuaian Diri dengan Lingkungan
Penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengubah diri sesuai dengan
lingkungannya, atau sebaliknya mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
dirinya.Penyesuaian diri individu terbagi dua yaitu penyesuaian diri terhadap
lingkungan fisik yang sering disebut dengan istilah adaptasi, dan penyesuaian diri
dengan lingkungan sosial yang disebut adjustment (Khairuddin, 2002:67).
6
Adaptasi merupakan usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya yang lebih bersifat fisik.Sedangkan adjusment merupakan
penyesuaian tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, di mana dalam
lingkungan tersebut terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur
tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut.
Khairuddin (2002:68) menyebutkan bahwa untuk menilai berhasil atau
tidaknya proses penyesuaian diri, ada empat kriteria yang harus digunakan yaitu:
a. Kepuasan psikis : Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan
kepuasan psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas.
b. Efisiensi kerja ; Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam
kerja/kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan nampak dalam
kerja/kegiatan yang tidak efisien. Misal, murid yang gagal dalam pelajaran di
sekolah.
c. Gejala-gejala fisik : Penyesuaian diri yang gagal akan nampak dalam gejalagejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, dan gangguan pencernaan.
d. Penerimaan sosial : Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi
setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak
setuju masyarakat.
3. Pengalaman mental
Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang dimana
didahului oleh sikap terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang
sama terhadap masalah yang sama (Khairuddin, 2002:69). Seorang anak yang sejak
kecil terbiasa dengan bantuan orang lain untuk setiap pekerjaan yang harusnya dapat
dikerjakan sendiri, setelah dewasa nanti dia akan tergantung dengan orang lain.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES SOSIALISASI
7
Individu akan berkembang menjadi makhluk sosial melalui proses sosialisasi.
Dalam proses ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut F.G. Robbins
(Ahmadi, 2004:158), ada lima faktor yaitu:
1. Sifat dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh
seseorang dari ayah dan ibunya.
2. Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode ini
individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu, misal
beberapa jenis penyakit (diabetes, kanker, siphilis) berpengaruh secara tidak
langsung terhadap pertumbuhan mental, penglihatan, pendengaran anak dalam
kandungan.
3. Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik (bentuk badan,
warna kulit, warna mata, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya sistem
endokrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri personal dan sosial.
4. Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan tanah, iklim, flora dan fauna),
kebudayaan, manusia lain dan masyarakat di sekitar individu.
5. Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan
individu untuk berbuat.
D. KENDALA DAN PENDUKUNG PROSES SOSIALISASI
Nasution (1999:127-128) menyebutkan bahwa dalam proses sosialisasi tidak
selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala, yaitu:
1. Kesulitan komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses interaksi dengan suatu stimulus
(rangsangan) yang memperoleh suatu arti tertentu dijawab oleh orang lain (respon)
secara lisan, tertulis maupun dengan aba-aba (Susanto, 1983:15). Kesulitan
komunikasi dalam proses sosialisasi yaitu terjadi bila anak tidak mengerti apa yang
diharapkan darinya atau tidak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau
tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya.
8
2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat
modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi.
Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau
hambatan, hal ini karena:
1. Terjadinya kesulitan komunikasi.
Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah manusia
dengan segala perbedaannya. Djamarah (2004:63) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan citra
orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan
perbedaan usia.
Citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis
mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seseorang dalam
keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis
lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi
dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara yang
berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis, laissez faire),
penggunaan bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi.
2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan.
Pola kelakuan berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat
mempengaruhi proses sosialisasi. Anak akan merasa bingung dengan perbedaan
tersebut.
Proses sosialisasi selain memiliki kendala juga memiliki pendukung.
Gunawan (2000:49) menyatakan bahwa sosialisasi yang sukses bila disertai
dengan toleransi yang tulus, disiplin dan patuh terhadap norma-norma
masyarakat, hormat-menghormati, dan harga-menghargai.Dengan pendukung
tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan dengan baik.
9
E. MEDIA SOSIALISASI
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak
langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti
keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa.
Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman
bermain media massa dan lingkungan kerja.
1. Keluarga . Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya
dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses
sosialisasi anak, antara lain :
a. Berusaha dekat dengan anak-anaknya
b. Mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
c. Mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
d. Memberikan keteladanan yang baik
e. Menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak
menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
f. Menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun
menerapkan ibadah dalam keluarga.
2. Sekolah. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan
merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert
Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya
membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan /
spesifitas (specifity).
3. Teman bermain (kelompok bermain) . Kelompok bermain mempunyai pengaruh
besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok
bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak
pengaruh teman bermain adalah masa remaja.Para remaja berusaha untuk
melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu
10
berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik
antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih
taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
4. Media Massa . Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid)
maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh
media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan. Contoh :
a. Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan
meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
b. Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau
sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anakanak yang menonton.
c. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan
gaya hidup masyarakat pada umumnya.
5. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir
cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
a. Lingkungan kerja dalam panti asuhan. Orang yang bekerja di lingkungan panti
asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
b. Lingkungan kerja dalam perbankan. Lingkungan ini dapat membuat seseorang
menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat
material dan uang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
Sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial
dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses sosialisasi adalah: Faktor yang berasal dari dalam diri individu
yaitu sifat dasar, perbedaan individual, dan motivasi.Sedangkan faktor yang berasal
dari luar individu yaitu lingkungan prenatal, dan lingkungan sekitar.
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut. Tahap persiapan (Preparatory
Stage), Tahap meniru (Play Stage), Tahap siap bertindak (Game Stage), Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi 1. Sifat dasar 2. Lingkungan
prenatal 3. Perbedaan individual 4. Lingkungan 5. Motivasi.
Kendala dan pendukung proses sosialisasi yaitu: 1. Kesulitan komunikasi. 2. Adanya
pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan. 3. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan
urbanisasi.
Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau
hambatan, hal ini karena: 1. Terjadinya kesulitan komunikasi. 2. Adanya pola
kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan. Adapun media yang dapat menjadi
ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan
lingkungan kerja.
B. SARAN
Perlu dan pentingnya pembinaan dan bimbingan keluarga terhadap anaknya dalam
menghadapi interaksi social dengan dunia luar. Perlunya filterisasi social dalam
hal proses sosialisasi, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan, Ary H. 2000. Sosiolosi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
12
Hariyadi, Sugeng. Dkk. 2003.Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.
http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html
http://dc159.4shared.com/img/qO7yLlC3/preview.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi#Proses_sosialisasi
http://texbuk.blogspot.com/2012/02/tahap-tahap-sosialisasi.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/proses-sosialisasi-tahap-tahap-sosialisasi/
http://www.kosmaext2010.com/makalah-sosiologi-antropologi-pendidikan-prosessosialisasi-pendidikan.php
Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.
Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Robinson, Philip. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rustiana, Eunike R. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Semarang.
Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung: Remadja
Karya.
Susanto, Phil Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
13
Makalah ini Disusun Guna Melengkapi Tugas Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Fitriyah Nurul H. MP.d
Oleh:
Tira Nur Fitria
(26.09.6.2.164)
Umi Rohmahwati
(26.09.6.2.172)
Yuliana Susilowati
(26.09.6.2.187)
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
IAIN SURAKARTA
2012
0
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk social, yang
mana manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. sedangkan kalau
dilihat dari kaca mata agama manusia memiliki dua sisi hubungan yang sangat
mendasar yaitu hubungan secara vertical dan hubungan secara horisontal, hubungan
vertical yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, dan hubungan secara
horisontal yaitu hubungan manusia dengan manusia atau dengan kata lain sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
antar sesama manusia, karena dengan adanya sosialisasi akan membawa manfaat baik
bagi manusia itu sendiri, maupun bagi lingkungan tempat ia tinggal, manusia bisa
saling
mengenal,
mengerti
dan
memahami
satu
sama
lainnya,
sehingga
memungkinkan akan terjadi sikap saling toleran, saling menjaga dan melindungi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOSIALISASI
Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain yaitu:
1. Nasution (1999:126) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses
membimbing individu ke dalam dunia sosial.
2. Kimball Young (Gunawan, 2000:33), sosialisasi ialah hubungan interaktif
yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang
menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut samasama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi anggota
masyarakat.
3. Gunawan (2000:33) yang menyatakan bahwa sosialisasi dalam arti sempit
merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara atau ragam budaya
masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultural keluarga dan kelompok-kelompok
lainnya).
4. Soekanto (1985:71) menyatakan bahwa sosialisasi mencakup proses yang
berkaitan dengan kegiatan individu-individu untuk mempelajari tertib sosial
lingkungannya, dan menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas,
nonkonformitas, penghindaran diri, dan konflik. Dari pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
5. Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang membantu
individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana
cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
6. Charlotte Buhler : Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2
7. Koentjaraningrat : Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu
sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal,
dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam
masyarakat sekitarnya.
8. Irvin L. Child : Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu
mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan
telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.
9. Peter L. Berger : Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian
yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota,
sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau
perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu
dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan
masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat
menjalankan hak serta kewajibannya berdasarkan peranan yang
dimilikinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural di
sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.
B. PROSES atau TAHAP-TAHAP SOSIALISASI
Sueann Robinson Ambron (Yusuf, 2004:123) menyatakan bahwa sosialisasi itu
sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian
sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
efektif. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi proses perlakuan dan
bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat. Proses membimbing yang
dilakukan oleh orangtua tersebut disebut proses sosialisasi.
3
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage) : Masa Anak-anak.
Preparatory stage adalah masa anak meniru perbuatan orang yang ada di
lingkungan keluarga, anak belajar tentang perilaku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan.
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh
pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh
anak. Lama- kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut
dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage) : Masa Anak-anak.
Play stage adalah masa anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas,
yaitu
teman sepermainannya, anak sudah mengenal teknik bermain peran,
misalnya bermain ‘polisi-polisian’, dan sebagainya walaupun masih terbatas.
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran- peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk
kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan
sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu
dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan
untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap
ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakannorang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai.
4
Contoh: seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang di sekitarnya
dan menerima apa yang sudah dilihatnya.
Tahap siap bertindak (Game Stage): Masa Remaja.
Game stage merupakan tahap lanjutan dari teknik bermain peran pada masa
anak-anak. Seorang remaja bukan hanya meniru peran seseorang yang
diidolakannya, tapi sudah mengidentikkan dirinya, seolah-olah dia sudah
menyamakan dirinya dengan tokoh idolanya.
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran
yang
secara
langsung
dimainkan
sendiri
dengan
penuh
kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan
adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama
dengan teman-temannya.
Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya
di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara
bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. .
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) :
Masa Dewasa
Masa dewasa (Generalized Other) merupakan sosialisasi titik kulminasi
yang paling optimal bagi seorang individu. Proses belajar tidak semata-mata
melalui proses meniru, tetapi lebih kepada pola menyesuaikan diri.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia
dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari
pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang
5
tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap
ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Khairuddin (2002:65) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi,
kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah:
1. Belajar (learning)
Menurut Morgan C.T (Khairuddin, 2002:65), belajar adalah suatu perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang
lalu. Proses belajar individu berlangsung sepanjang hayat, yaitu belajar dari
individu itu lahir sampai ke liang lahat.
Ahmadi (2004:154) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi individu
mempelajari kebiasaan, sikap, idea-idea, pola-pola dan tingkah laku dalam
masyarakat di mana dia hidup. Sosialisasi adalah masalah belajar. Dalam proses
sosialisasi individu belajar tentang kebudayaan dan keterampilan sosial seperti
bahasa, cara berpakaian, cara makan, dan sebagainya. Segala sesuatu yang
dipelajari individu mula-mula dipelajari dari orang lain di sekitarnya terutama
anggota keluarga.
Individu belajar secara sadar dan tak sadar. Secara sadar individu menerima
apa yang diajarkan oleh orang di sekitarnya, misal seorang ibu mengajarkan
anaknya berbahasa dan bagaimana cara makan yang benar. Secara tidak sadar,
individu belajar dari mendapatkan informasi dalam berbagai situasi dengan
memperhatikan tingkah laku orang lain, menonton televisi, mendengar percakapan
orang lain, dan sebagainya.
2. Penyesuaian Diri dengan Lingkungan
Penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengubah diri sesuai dengan
lingkungannya, atau sebaliknya mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
dirinya.Penyesuaian diri individu terbagi dua yaitu penyesuaian diri terhadap
lingkungan fisik yang sering disebut dengan istilah adaptasi, dan penyesuaian diri
dengan lingkungan sosial yang disebut adjustment (Khairuddin, 2002:67).
6
Adaptasi merupakan usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya yang lebih bersifat fisik.Sedangkan adjusment merupakan
penyesuaian tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, di mana dalam
lingkungan tersebut terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur
tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut.
Khairuddin (2002:68) menyebutkan bahwa untuk menilai berhasil atau
tidaknya proses penyesuaian diri, ada empat kriteria yang harus digunakan yaitu:
a. Kepuasan psikis : Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan
kepuasan psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas.
b. Efisiensi kerja ; Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam
kerja/kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan nampak dalam
kerja/kegiatan yang tidak efisien. Misal, murid yang gagal dalam pelajaran di
sekolah.
c. Gejala-gejala fisik : Penyesuaian diri yang gagal akan nampak dalam gejalagejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, dan gangguan pencernaan.
d. Penerimaan sosial : Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi
setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak
setuju masyarakat.
3. Pengalaman mental
Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang dimana
didahului oleh sikap terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang
sama terhadap masalah yang sama (Khairuddin, 2002:69). Seorang anak yang sejak
kecil terbiasa dengan bantuan orang lain untuk setiap pekerjaan yang harusnya dapat
dikerjakan sendiri, setelah dewasa nanti dia akan tergantung dengan orang lain.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES SOSIALISASI
7
Individu akan berkembang menjadi makhluk sosial melalui proses sosialisasi.
Dalam proses ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut F.G. Robbins
(Ahmadi, 2004:158), ada lima faktor yaitu:
1. Sifat dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh
seseorang dari ayah dan ibunya.
2. Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode ini
individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu, misal
beberapa jenis penyakit (diabetes, kanker, siphilis) berpengaruh secara tidak
langsung terhadap pertumbuhan mental, penglihatan, pendengaran anak dalam
kandungan.
3. Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik (bentuk badan,
warna kulit, warna mata, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya sistem
endokrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri personal dan sosial.
4. Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan tanah, iklim, flora dan fauna),
kebudayaan, manusia lain dan masyarakat di sekitar individu.
5. Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan
individu untuk berbuat.
D. KENDALA DAN PENDUKUNG PROSES SOSIALISASI
Nasution (1999:127-128) menyebutkan bahwa dalam proses sosialisasi tidak
selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala, yaitu:
1. Kesulitan komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses interaksi dengan suatu stimulus
(rangsangan) yang memperoleh suatu arti tertentu dijawab oleh orang lain (respon)
secara lisan, tertulis maupun dengan aba-aba (Susanto, 1983:15). Kesulitan
komunikasi dalam proses sosialisasi yaitu terjadi bila anak tidak mengerti apa yang
diharapkan darinya atau tidak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau
tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya.
8
2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat
modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi.
Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau
hambatan, hal ini karena:
1. Terjadinya kesulitan komunikasi.
Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah manusia
dengan segala perbedaannya. Djamarah (2004:63) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan citra
orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan
perbedaan usia.
Citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis
mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seseorang dalam
keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis
lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi
dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara yang
berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis, laissez faire),
penggunaan bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi.
2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan.
Pola kelakuan berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat
mempengaruhi proses sosialisasi. Anak akan merasa bingung dengan perbedaan
tersebut.
Proses sosialisasi selain memiliki kendala juga memiliki pendukung.
Gunawan (2000:49) menyatakan bahwa sosialisasi yang sukses bila disertai
dengan toleransi yang tulus, disiplin dan patuh terhadap norma-norma
masyarakat, hormat-menghormati, dan harga-menghargai.Dengan pendukung
tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan dengan baik.
9
E. MEDIA SOSIALISASI
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak
langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti
keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa.
Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman
bermain media massa dan lingkungan kerja.
1. Keluarga . Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya
dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses
sosialisasi anak, antara lain :
a. Berusaha dekat dengan anak-anaknya
b. Mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
c. Mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
d. Memberikan keteladanan yang baik
e. Menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak
menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
f. Menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun
menerapkan ibadah dalam keluarga.
2. Sekolah. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan
merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert
Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya
membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan /
spesifitas (specifity).
3. Teman bermain (kelompok bermain) . Kelompok bermain mempunyai pengaruh
besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok
bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak
pengaruh teman bermain adalah masa remaja.Para remaja berusaha untuk
melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu
10
berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik
antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih
taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
4. Media Massa . Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid)
maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh
media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan. Contoh :
a. Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan
meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
b. Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau
sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anakanak yang menonton.
c. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan
gaya hidup masyarakat pada umumnya.
5. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir
cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
a. Lingkungan kerja dalam panti asuhan. Orang yang bekerja di lingkungan panti
asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
b. Lingkungan kerja dalam perbankan. Lingkungan ini dapat membuat seseorang
menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat
material dan uang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
Sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial
dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses sosialisasi adalah: Faktor yang berasal dari dalam diri individu
yaitu sifat dasar, perbedaan individual, dan motivasi.Sedangkan faktor yang berasal
dari luar individu yaitu lingkungan prenatal, dan lingkungan sekitar.
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut. Tahap persiapan (Preparatory
Stage), Tahap meniru (Play Stage), Tahap siap bertindak (Game Stage), Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi 1. Sifat dasar 2. Lingkungan
prenatal 3. Perbedaan individual 4. Lingkungan 5. Motivasi.
Kendala dan pendukung proses sosialisasi yaitu: 1. Kesulitan komunikasi. 2. Adanya
pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan. 3. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan
urbanisasi.
Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau
hambatan, hal ini karena: 1. Terjadinya kesulitan komunikasi. 2. Adanya pola
kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan. Adapun media yang dapat menjadi
ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan
lingkungan kerja.
B. SARAN
Perlu dan pentingnya pembinaan dan bimbingan keluarga terhadap anaknya dalam
menghadapi interaksi social dengan dunia luar. Perlunya filterisasi social dalam
hal proses sosialisasi, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan, Ary H. 2000. Sosiolosi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
12
Hariyadi, Sugeng. Dkk. 2003.Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.
http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html
http://dc159.4shared.com/img/qO7yLlC3/preview.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi#Proses_sosialisasi
http://texbuk.blogspot.com/2012/02/tahap-tahap-sosialisasi.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/proses-sosialisasi-tahap-tahap-sosialisasi/
http://www.kosmaext2010.com/makalah-sosiologi-antropologi-pendidikan-prosessosialisasi-pendidikan.php
Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.
Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Robinson, Philip. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rustiana, Eunike R. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Semarang.
Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung: Remadja
Karya.
Susanto, Phil Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
13