SEKELUMIT FILSAFAT KETUHANAN docx 1

TUGAS AKHIR MATA KULIAH KETUHANAN
NAMA: YUSTINUS WAHYU RAHARJO

Sains sebagai Jalan Menuju Tuhan: Refleksi atas Film “The Privilaged Planet”

Ciri khas manusia adalah berpikir yang merupakan proses mendapatkan kepenuhan dirinya. Salah satu diskusi
klasik yang masih menarik sampai hari ini dan melibatkan proses berpikir adalah mengenai keberadaan Tuhan.
Banyak orang beragama menjelaskan Tuhan melalui pendekatan teologis yang didasarkan pada Kitab Suci.
Sebagian lagi secara heroik menolak keberadaan Tuhan karena dianggap tidak saintifik karena keberadaan
Tuhan tidak dapat ditangkap oleh indra. Sebagian lagi menganggap sains “tidak mampu” atau “tidak cocok”
untuk menjelaskan Tuhan karena memang bukan bidang kajiannya. Namun apa yang diperlihatkan dalam film
“The Privilaged Planet” membuat saya berpkir bahwa sainslah jalan menuju pemahaman akan Tuhan secara
lebih utuh.
Kata “menuju” digunakan karena pemahaman akan Tuhan adalah proses tiada henti. Terlebih bagi manusia
yang tidak hanya puas dengan penjelasan teologi. Kata “lebih utuh” digunakan karena melalui sainslah
keberadaan Tuhan dapat lebih diterima oleh pikiran manusia, apalagi di masa modern ini. Suka atau tidak suka
sains adalah salah satu hasil berpikir yang manusiawi karena melibatkan indra sebagai penangkap realitas dan
rasionalitas sebagai pengolahnya. Melalui sains manusia dapat melihat keteraturan alam semesta yang
membersitkan sebuah keterarahan. Ada dua hal besar yang dapat menjadi jalan pemahaman akan Tuhan.
Pertama, sains menangkap bahwa susunan planet, matahari, bulan, bintang dan benda langit lainnya adalah
sedemikian rupa sempurna. Jika susunan itu bergeser sedikit saja maka akan terjadi kehancuran. Selain itu

susunan itu sudah terjadi sejak jutaan tahun lalu dan tidak hanya terjadi di semesta dimana bumi berada
melainkan terbuka kemungkinan ada semesta lainnya. Kedua, bumi dengan segala unsur pembentuknya
memungkinkan adanya kehidupan kompleks. Apabila unsur pembentuk itu tidak dalam komposisi yang seperti
saat ini maka kehidupan di bumi tidak akan ada.
Lalu apakah semua ini bukan sebuah kebetulan? Penjelasan bahwa semua hal di atas hanyalah kebetulan tidak
dapat diterima karena probabilitasnya sangat kecil. Sedangkan argumen bahwa semua keteraturan ini mengarah
pada keterarahan pada realitas terbesar yaitu Tuhan semakin dapat diterima. Kemudian bahwa sejarah
perkembangan astronomi memperlihatkan semakin banyak kepingan puzzle yang terbuka dan tersusun
menjadi sebuah jalan menuju pemahaman akan Tuhan. Mulai dari diterimanya Heliosentris sebagai kebenaran
mengani alam semesta sampai publikasi mengenai unsur alam semesta (termasuk bumi). Perjalanan sejarah ini
adalah sebuah pembukaan mata manusia mengenai fenomena Tuhan yang dapat dipahami melalui sains.
Melalui sains manusia dapat “menebak” cara Tuhan membuat semesta yang memungkinkan adanya kehidupan
kompleks. Tebakan berdasarkan hitungan ini membuka jalan menemukan kepingan puzzle berikutnya sehingga
semakin utuh pemahaman akan Tuhan melalui “bukti” yang berupa keterarahan.
Tuhan tidak ada karena tidak dapat ditunjukkan seperti kita menunjuk gelas tidak berarti dapat diterima karena
hal ini tidak menunjukkan Tuhan tidak ada. Manusia memiliki keterbatasan sesuai dengan waktunya untuk bisa
memahami Tuhan. Tetapi sekali lagi sejarah memperlihatkan bahwa semakin hari banyak hal baru yang
terbuka dan mengarahkan manusia pada keberadaan Tuhan. Oleh karena itu sikap terbaik adalah tetap terbuka
dengan penemuan sains karena itulah jalan memahami kebesaran Tuhan selain dalam dogma agama.
1