Catatan Catatan Menjelang Jatuhnya Orde

http://www.mataduniakami.id
Para pakar dan pelaku ekonomi sebenarnya sejak awal telah menyadari bahwa krisis
yang mengharu-birukan dunia usaha indonesia adalah krisis nilai tukar rupiah atau
biasa disebut kurs. Buktinya tak susah didapatkan apalagi bila diingat puluhan tahun
ekonomi indonesia menerapkan sistem kurs mengambang terkendali. Bila sistem itu
terus dijalankan, maka kurs Rp terhadap USS akan menjadi Rp 4. 000jUS$ pada tahun
20 18- 2020 . Artinya dengan depresiasi a tau penyusutan nilai 5%jtahun, maka kurs
yang pada 1997 bertengger di angka Rp 2 . 130jUSS dalam waktu 20 tahun ke depan
baru akan menjadi Rp 4000jUS$ .

Menjelang Jatuhnya Orde Baru
http://www.mataduniakami.id
Catatan- Catatan Menjelang Jatuhnya Orde Baru

Dalam perjalanan waktu itu tidak akan terjadi gejolak dan kejutan apa- apa,
karena semuanya bias diperhi tungkan dan terkendali. Sebaliknya dengan mengambil
jalan pintas mencabut band in tervensi, demi menghemat devisa, dalam waktu se tahun

saja nilai Rp telah menyusut 500%, sehingga menjadi Rp 10. 000jUSS pada 1998 .
Penghematan macam apa yang didapat? Selama tiga dekade sebelumnya Indonesia
oke-oke saja.


Padahal utangnya besar. Pembangunan berjalan lancar. Bahkan dipuji Bank
Dunia, IMF dan para pakar. Berbagai lembaga pendanaan luar negeri, ka ta Fu'ad
Bawazier, berlomba- Iomba menawarkan dan melemparkan dananya ke Indonesia.
Mereka memuji- muji Indonesia sebagai negeri yang 'very good .' Fundamental ekonomi
Indonesia dinilai kua t. Pokoknya semua 'happy .' Seandainya tidak ada masalah kurs,
mungkin sekarang masih okeoke aja . Orang masih mampu membayar utang dalam
dan luar negeri .

Fu'ad menilai dalam urusan nilai tukar Rp, pemerintah kurang teguh pendirian
dan terlalu banyak mendengar suara-suara luar. Fu'ad mengakui masih banyak yang
tidak benar dalam ekonomi Indonesia. Ada sistem ekonomi liberal berdampingan
dengan monopoli, tata niaga, dan system perbankan dengan bank sen tralnya yang
amburadul . Perbankan sangat dimanjakan lewat program penjaminan, sehingga
pengelolaannya menjadi tidak 'pruden t: Meski demikian, dia yakin, semuanya masih
bisa dibenahi, asal tidak dalam keadaan panik.

Namun kurs sebagai sumber malapetaka mesti dikendalikan dulu . Kalau tidak,
makin sulit membenahi struktur ekonomi yang kacau, inefisien dan distortif. Untuk
mengatasi masalah kurs ini, Fu'ad menyarankan agar pemerintah menerapkan currency


bord system (CBS), satu kubu dengan Peter F . Gontha yang memboyong Steve
Hanky. Sebaliknya kubu IMF lebih senang membiarkan nilai tukar Rp mengambang
seperti itu. Mereka menganggap nanti juga beres sendiri . Fu'ad sendiri berpendapat
resep IMF mungkin akan bermanfaat, tapi bukan pada saat utang pemerintah dan
swasta sedang jatuh tempo .

Jika masalah nilai tukar tidak diselesaikan segera, kata orang Banyumas itu,
program-program jangka panjang yang dikemas IMF dalam sa tu bundel dengan
pinjaman akan sia-sia . Bahkan pak Harto sendiri, kata dia, akhirnya menyadari
bahayanya pelepasan band intervensi itu. Dari situlah muncul ide CBS . Fu'ad sendiri
mengaku tak menolak resep generik IMF yang dikenal dengan Le tter of
Intent (LoI), asal masalah kurs diselesaikan dulu . Saat masuk Kabinet Pembangunan
VII, Fu'ad memang berupaya menggiring USS ke tingkat yang wajar terhadap Rp . Dia
mematok Rp 6. 000jUSS sebagai prasyara t perundingan dengan IMF, tapi Soeharto
keburu lengser diterjang reformasi dan Fu'ad tak ikut 'berlari' pada estafet berikutnya di
bawah Habibie Masalah kurs Rp ini sebenarnya memang tak bias dianggap enteng .

Agar lebih mudah dipahami, marilah kita ambil contoh PLN . Di samping karena
berbagai salah urus, kebocoran, inefisiensi dan proyek listrik swasta yang mahal,

perusahaan listrik negara ini sangat dirugikan oleh kurs . Menurut Dirut PLN Eddie
Widiono, dalam sebuah wawancara dengan penulis untuk majalah SWA, pada tahun
1996, PLN berhasil menuai laba Rp 1,2 triliun . Kurs waktu itu cuma Rp 2.407jUS$ (kurs
ini sebenarnya ketinggian, tahun itu cuma seki tar Rp 2 . 100- 2 . 300jUSS) .

http://www.mataduniakami.id
Masih menurut Eddie pada 1997 ketika nilai rupiah meloro t menjadi rata- ra ta
Rp 4. 673jUSS, PLN membukukan rugi Rp 0,6 tiliun . Tahun 1998 kerugian PLN
meningkat menjadi Rp 9,2 triliun, kurs Rp 8 .065jUSS . Tahun 1999 kerugian
membangkak lagi menjadi Rp 1 1,4 triliun, kurs Rp 8 . 136jUS$ . Tahun 2000 kerugian
PLN meningkat drastis menjadi Rp 23,4 triliun, sehingga mengempisnya kurs menjadi
Rp 9 . 643jUSS. Melihat angka- angka kerugian di a tas, tentu masuk akal bila banyak
pakar ingin menerapkan kurs te tap lewat CBS a tau kembali ke sistem 'managed
floating

rate

:

Dengan


demikian

rakyat

tidak

perlu

ikut

menanggung

kerugian kurs tersebut dengan membayar listrik lebih mahal, sesuai saran IMF . Kwik
Kian Gie sendiri, dalam kesempatan wawancara dengan penulis majalah SWA,
menganggap kurs yang wajar adalah sekitar Rp 1 .800jUSS . Patokannya sederhana
saja: harga paket McDonald di AS dan di Indonesia disandingkan, lalu dikurs,
maka didapatlah angka itu.

Namun baik pendukung CBS maupun managed floating rate semacam Kwik, tak

didengar Soeharto . Sang penguasa orba sudah lebih dulu menadatangani kesepaka
tan dengan IMF . Tanpa disadari butir- butir kesepaka tan yang mendetil itu telah
mencabut kedaulatan Negara . Artinya pemerintah dan pemimpin negeri ini kehilangan
kemandiriannya untuk mencari solusi kreatif atas krisis yang menimpa negaranya .

Kita akan kembali lagi ke bu tir- butir kesepaka tan tersebut nanti pada sub bab
ten tang GBHN Super dari Bawah Meja IMF. Keputusan pemerintah Rl menerima solusi

buatan IMF untuk mengatasi krisis itu berbeda secara diameteral dari pemerintah
Malaysia. Perdana Menteri Malaysia waktu itu Mahathir Muhammad memilih untuk
menolak IMF . Dia menetapkan fixed rate buat RM (Ringgit Malaysia) . Pokoknya USS
1 dipa toknya sama dengan RM 3,4. Bukan cuma itu. Guna mencegah pelarian modal
dan agar RM tidak menjadi bulan-bulanan para spekulan di pasar uang di London sana,
Dr. M, begitu dia disapa, member ultimatum: ringgit yang ada di luar Malaysia, bila tak
masuk kembali dalam waktu sa tu bulan se telah dite tapkannya kurs te tap, maka
dianggap tak laku! Tanpa IMF, pada 5 Desember 1997 pemerintah diraja
Malaysia menggelindingkan paket pengencangan ikat pinggang yang mengutamakan
kemandirian.
http://www.mataduniakami.id
Paket itu meliputi instrumen yang sangat luas, makro maupun mikro. Anggaran

belanjda negara dipangkas 18% dan proyek-proyek raksasa yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan rakyat banyak ditangguhkan. Target pertumbuhan di
turunkan dari 7% menjadi 4-5% saja . Lalu defisit neraca berjalan diciu tkan menjadi 3%
dari PDB (sebelumnya 4%) dan pertumbuhan kredit diba tasi maksimal 15% per tahun
dari sebelumnya 30% . Di sisi lain pembiayaan sektor a tau kegiatan nonproduktif dan
spekula tif dihentikan sama sekali .

Pada saat sama, untuk memulihkan kepercayaan di pasar modal, Pemerintah
menutup izin pencata tan (listing) saham baru, rights issue, serta langkah- Iangkah
restrukturisasi perusahaan seperti saling bertukar saham (share swap). Ini adalah suatu
keputusan yang berani dan sangat fokus untuk mengatasi krisis yang mulai mendekat.

Menurut Sritua Arief dalam artikelnya di Kompas (8 Januari 1998) berbeda dari negara
lain yang memilih menelan pil pahit IMF, Malaysia tidak mengurangi atau
menghapuskan subsidi. Tidak pula menaikkan harga- harga barang dan jasa (public
utilities) .
http://www.mataduniakami.id
Kontraksi fiskal itu sepenuhnya ditujukan untuk mengurangi konsumsi barangbarang mewah impor. Itu bisa dicapai hanya dengan menghapus proyek- proyek
mewah . Malaysia lebih mengutamakan investasi bagi pemenuhan kebutuhan
pokok rakyat. Penurunan target pertumbuhan bukanlah akibat peng- hematan, tapi

penegasan bahwa jika stra tegi pro rakyat dijalankan dengan benar, pertumbuhan pasti
diraih. Ini sesuai dengan pemikiran kaum strukturalis bahwa redistribusi dilakukan
bersama pertumbuhan, bukan redistribusi dari pertumbuhan .

Pemerintah diraja Malaysia, kata Sritua, berkeputus-an memperbesar dukungan
bagi industri- industri kecil dan menengah, teru tama yang dimiliki orang Malaysia
(Melayu), melalui semacam panitia khusus yang memproses permohonan kredit.
Kebijakan ini didukung larangan atau pembatasan ketat kredit untuk proyek- proyek
perumahan mewah dan konsumsi mewah . Jadi pemerintah Malaysia menyadari bahwa
yang menyebabkan overheated economy bukan kredit secara keseluruhan, tetapi kredit
kepada sektor- sektor konsumsi mewah . Hasilnya? Hasil dari paket kebijakan kreatif itu
sangat

luar

biasa,

sesuatu

para pendukungnya sendiri .


yang

tak

pernah

dipikirkan

oleh

IMF

dan

Wonder boven wonder alias aneh bin ajaib : dengan menolak resep IMF, krisis
tak jadi mampir di Malaysia sampai sekarang . Bahkan negeri jiran itu mampu
berekspansi ke luar negerinya untuk berinvestasi dan membeli aset- aset Indonesia
yang dijual murah oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) . Sebaliknya di
Indonesia akibat menjadi pak turu t IMF, krisis moneter itu tanpa dapat dibendung terus

berkembang menjadi krisis ekonomi berkepanjangan . Keadaan menjadi lebih parah
lagi, teru tama se telah pemerintah menerapkan kebijakan uang ketat ( tight
money policy) dengan menaikkan suku bunga se tinggitingginya, untuk mencegah
pelarian modal .
http://www.mataduniakami.id
Memang modal tak jadi lari, tapi juga tak bisa dimanfaatkan untuk memutar roda
ekonomi. Sebagian besar mengendap di bank atau Sertifikat Bank Indonesia dan
menjadi beban baru. Akibatnya uang beredar menjadi sedikit. Bank mengalami ,nega
tive spread', tak berani menyalurkan kredit ke dunia usaha . Sektor riil mati suri .
Banyak perusahaan tak mampu lagi membiayai operasional dan terpaksa melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Keadaan ini secara simultan menciptakan
kesengsaraan di kalangan rakyat banyak, di samping frustrasi dan putus asa .

Akibatnya ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan. Sementara angkatan kerja
baru, bahkan yang baru lulus dari Perguruan Tinggi, tak bisa diserap. Indonesia tibatiba
kebanjiran sekitar 20 juta penganggur baru. BJ Habibie Toh bencana yang menimpa
Indonesi tidak berhenti sampai di situ. Puluhan ribu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
mancanegara diusir pula secara tidak hormat. Yang paling mengenaskan tentu kejadian

di negara jiran terdekat kita sesame Melayu, Malaysia. Di negerinya Dr. M itu. 7 orang

TKI tewas ditembak kaki tangan kerajaan dalam 'Operasi Nyah' pada akhir 1997. Wakil
Presiden (wapres) BJ Habibie yang sempat berkunjung ke Malaysia setelah peristiwa
tersebut, sayangnya tak sempat menanyakan kepada pemerintah Malaysia : mengapa
kaki tangan kerajaan sampai menembak warga negara Indonesia? Mereka bukan
kriminal! Mereka cuma mencari kerja agar perut tak keroncongan, sebab negeri sendiri
tak mampu memberi pekerjaan dan penghasilan yang layak.

Dalam hal membela warga negaranya, Indonesia sebenarnya bisa meniru
Filipina, yang membela Contemplasion, tenaga kerja wanita negeri itu yang
diperlakukan tidak adil di Singapura . Fidel Ramos, sang presiden waktu itu, bahkan
rela kehilangan berbagai kon trak bisnis dengan Singapura demi membela harga diri
rakya tnya . Namun Pemerintah Indonesia mungkin memang sedang banyak urusan
yang lebih besar, misalnya mencari dana pembangunan . Maklum roda ekonomi mesti
terus berputar.

Salah- salah gara- gara membela TKI, modal dari negeri jiran itu tak jadi masuk.
Apalagi di tengah paceklik dana pembangunan, harga- harga membubung tinggi pula
ikut

dolar,


teru

tama

sembilan

bahan

pokok

(sembako).

Alam

kemudian

menyempurnakan penderitaan itu dengan EI Nino, bencana kekeringan plus berbagai
hama tanaman yang menggagalkan panen produk-produk pertanian. Akibat paling
buruk dari akumulasi bencana tersebut, kata pengamat politik UI Arbi Sanit, Orde Baru
(orba) kehilangan legitimasi ekonominya . Orba yang selama 30 tahun menggemborkan

pertumbuhan rata- rata 7% sebagai prestasi, dan oleh karena itu mendapat
'kepercayaan' untuk mengurus kepentigan rakyat, limbung hanya dalam 6 bulan.
http://www.mataduniakami.id
Pendapa tan per kapita Indonesia yang telah mencapai US$ 1 . 000, akiba t
mengempisnya nilai Rp terhadap uss yang mencapai 500%, kembali ke tahuntahun
sebelum 1967 yaitu seki tar USS 214. Angka ini masih bisa menurun apabila nilai Rp
terus menyusut terhadap US$, kecuali kita mau menghitungnya berdasarkan sistem
onocoroko yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Menjelang Millenium ketiga, se telah
melewati 6kali pelita (pembangunan lima tahun), Indonesia 'urung' tinggal landas .
Sebagai gantinya, pemerintah Soeharto kembali menggiring Indonesia ke ti tik nol
dalam pelukan IMF .

Rakyat, yang selama ini diam, memang kehilangan kesabarannya . Mereka ikutikutan berunjuk rasa di seluruh tanah air. Seluruh lapisan masyarakat, teru tama kelas
menengah- bawah seperti terluka dan meradang di seantero negeri . Maklum banyak
orang tua kehilangan kemampuannya membiayai pendidikan anak- anaknya .
Kemarahan rakyat ini lantas membuat Dunia kampus menggeliat dari tidur panjangnya .
Geliat inilah yang kemudian menjadi cikal- bakal gerakan reformasi, yang menuntut
perubahan di segala bidang, termasuk pergantian pucuk pimpinan negara . Dunia
kampus kembali mendapatkan peranan sosial politiknya .

Begitulah masyarakat, mahasiswa, para alumni perguruan tinggi, organisasi
massa (ormas), dan Lembaga Swadaya Masyaraka t (LSM) tidak lagi hanya menuntut

di turunkanya harga-harga, tapi secara bersama- sama menuntut reformasi politik,
sesuatu yang selama ini paling di takuti rezim orde baru (orba) . Soeharto bersama
jajarannya dianggap biang keladi yang mengakiba tkan lemahnya fundamental ekonomi
Indonesia. Rezim ini telah membengkalaikan sektor informal, pertanian, pe ternakan,
dan perikanan rakyat yang mengakiba tkan Ibu Pertiwi tak mampu mencukupi pangan
penduduknya .

Di sisi lain orba lewat kebijakan dan keputusan politik telah member segala
peluang dan fasilitas kepada segelintir pengusaha untuk menjadi guri ta bisnis yang
memasung usaha pribumi . Kaum reformis menilai se tidaknya ada 79 Kepu tusan
Presiden (Keppres), yang sangat merugikan rakyat dan menguntungkan bisnis
kroninya, telah dikeluarkan Soeharto selama 32 tahun masa kekuasaannya . Di antara
79 keppres itu ada 2 yang khusus dihadiahkan buat kelancaran proyek properti mewah
Grup Salim di Teluk Naga . Mega Proyek tersebut rencananya dibangun di a tas
lahan 80 ha, separuhnya didapat dari reklamasi pantai. Sedang yang 40 ha merupakan
wilayah hunian penduduk yang terdiri dari 13 desa : 7 desa nelayan dan 6 desa
pertanian beririgasi teknis. Selama se tengah tahun kedua tahun 1996 penduduk Teluk
Naga menolak proyek tersebut, juga Gubernur Jabar waktu itu Nuriana .

Yang paling krusial adalah masalah ganti rugi, karena tanah mereka cuma
dipatok seharga Rp 7 ribu- 14 ribu/m2, sesuai nilai jual obyek pajak se tempat (NJOP) .
Tentu saja itu tak salah, tapi pengamat properti Panangian Simanungkalit menganggap

cara penghitungan nilai tanah seperti itu sudah kuno dan tak bisa digeneralisir.
"Mestinya yang dihitung adalah nilai masa depan tanah itu (future value) .

Artinya harus dilihat dulu lahan itu nantinya untuk apa? Bila peruntukanya untuk
perumahan mewah dan hotel bintang lima, maka nilainya tentu jauh lebih tinggi
dibanding bila dia diperuntukkan bua t membangun sekolah, perpustakaan dan rumah
sangat sederhana (RSS)," katanya ketika ditemui penulis untuk majalah SWA, ketika
protes penduduk Teluk Naga sedang marak. Menurut Panangian bila yang mau
dibangun memang service apartemen mewah dan hotel bintang lima seperti
direncanakan, maka nilai tanah itu mestinya bisa mencapai USS 1 . 500/m2 kali 30 (bila
yang dibangun 30 lantai) . Bila di situ juga akan dibangun rumah sederhana
(RS) dan RSS, sesuai formula 1 : 3 : 6 (satu rumah mewah, 3 RS dan 6 RSS), plus
sekolah, perpustakaan dan berbagai fasilitas umum, maka nilainya nanti dira taratakan.

Cara pandang pengamat property itu sangat progresif dan pemerintah
nampaknya sudah harus mulai menerapkan cara penilaian seperti itu demi melindungi
kepentingan rakya t banyak. Taruhlah se telah dikembangkan Salim tanah itu akhirnya
bernilai US$ 1 . 500/m2. Nilai itulah yang mesti dibagi tiga, yaitu si pemilik semula
mendapat sepertiga, karena telah merelakan tanahnya plus benefi t ekonomi yang bisa
diperolehnya dari tanah itu seumur hidupnya untuk dikembangkan oleh Salim a tau
siapa saja. Si pengusaha mendapa tkan sepertiga bagian, karena telah bekerja keras
mengelola dan menaikkan nilai tanah itu. Sedang sepertiga lagi menjadi hak
pemerintah,

karena

telah

menjaga

segala

sesuatunya

sehingga

bisa

dikembangkan dan aman . Artinya dengan carfa baru ini pemerintah bisa mendapa tkan
USS 500/m2 tanah di Teluk Naga itu.
http://www.mataduniakami.id
Ini jauh lebih besar dibanding 20- 30% dari NJOP yang cuma Rp 7- 14 ribu/m2
yang pembebasannya memerlukan kekerasan dan menimbulkan kesengsaraan .
Akar- akar masalah semacam itulah yang dituntut gerakan reformasi untuk dicabut.
Setidaknya agar rakyat negeri ini kembali mendapa tkan hak- haknya untuk
berkembang dan makmur dari sisi ekonomi . Kaum reformis yakin selama akar masalah
itu tidak dicabut, selama reformasi politik dan ekonomi tidak dilakukan, maka
kesalahan dan penderitaan yang sama akan terulang . "Sesungguhnya desakan
reformasi politik yang di teriakkan mahasiswa atas nama masyarakat bukan sekadar
mengembalikan pembangunan kepada standar kehidupan manusia yang wajar. Lebih
dari itu.

Reformasi politik dan ekonomi adalah untuk menghindari pengulangan
kekeliruan yang sama. Orba telah membengkalaikan kemampuan ekonomi rakyatnya
selama 30 tahun lebih dengan akhir kegagalan yang menyaki tkan," jelas Arbi serius
ketika ditanya apa sebenarnya yang di tuju oleh gerakan reformasi . Namun tuntutan
dan keinginan rakyat banyak itu tak digubris pula oleh wakil- wakil rakya t di DPR/MPR
hasil pemilihan umum 1997, yang memakan banyak korban. Bukti paling nya ta adalah
dipilihnya kembali Soeharto sebagai presiden untuk ketujuhkalinya secara aklamasi
pada bulan Maret 1998 .

Para wakil ini seakan tak mampu mendengar dan melihat kenya taan, bahwa
rakyat

sudah

bosan

dengan

gaya

kepemimpinan

orba

yang

gagal

memberikan kemakmuran dan keamanan bagi rakya tnya . Sidang yang sama juga
mengangkat BJ Habibie sebagai Wapres, sa tu posisi yang menjadi semakin strategis
seiring meningka tnya usia Soeharto . Rasanya janggal bila MPR tak tahu bahwa rakyat
secara umum tak menghendaki Soeharto lagi, mengingat sejak pertengahan dasawarsa
'90-an tuntutan itu sudah sangat transparan. Kriteria calon presiden yang dilontarkan
Ketua

Dewan

Pakar

Ikatan

Cendekiawan

Muslim

seIndonesia

(ICMI)

Dr.

Amien Rais secara gamblang menunjukkan penolakan itu. Jauh sebelum itu Sri Bintang
Pamungkas, politikus PPP, terang- terangan menolak Soeharto .
http://www.mataduniakami.id
Penolakan terhadap orba semakin kuat lagi se telah pembentukan Kabinet
Pembangunan VII bulan Maret 1998 . Hanya sehari se telah Presiden dan Wapres
disumpah, lebih 10 ribu mahasiswa berkumpul di kampus UI Depok. Di hadapan
mereka Amien Rais, pakar sosiologi UGM dan Ketua Umum Pengurus Pusa t (PP)
Muhammadiyah, menegaskan kembali ultimatumnya . Pemimpin reformasi itu
menyatakan akan mengerahkan people power yang damai, jika dalam tempo 6 bulan
kabinet yang baru terbentuk tak mampu mengatasi krisis ekonomi dan moneter.
Sebelumnya pada ulang tahun Harian Republika di Hotel Regent Jakarta, Amien juga
telah menyampaikan hal senada . Ketika itu antara lain Amien meminta MPR segera
mencari alternatif lain, jika dalam waktu 6 bulan keadaan negara menjadi semakin
parah.
http://www.mataduniakami.id

Namun rakyat yang lapar dan putus asa tak punya cukup kesabaran selama itu.
Belum dua bulan Kabinet Pembangunan VII berjalan, masyaraka t sudah merasa
semakin tidak tahan. Titik terang dianggap belum terlihat, meskipun para menteri telah
bekerja keras siang- malam .Sebagai bukti orang menunjuk keengganan IMF
mencairkan pinjamanannya . Dunia luar semakin tidak percaya kepada pemerintah, dan
negeri tercinta dianggap beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi . Sementara
(Letter of Credit (LC) pengusaha Indonesia tidak diterima di mancanegara . Tanpa
jaminan negara lain ekspor- impor menjadi sulit dilakukan. Sementara uss semakin liar
saja dan bertengger diatas Rp 10 ribu/US$ . Nilai Rp terus mengempis. Pada 22
Januari 1998 saja kurs sudah melampaui Rp 13 ribu/USS .

http://www.mataduniakami.id