Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014

(1)

PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) DAN

PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) DALAM

MENINGKATKAN CITRA PARTAI

MENJELANG PEMILU 2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ELVIRA HANNUM NIM: 109051000161

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013 M/ 1434 H


(2)

MENINGKATKAN CITRA PARTAI

MENJELANG PEMILU 2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ELVIRA HANNUM

NIM: 109051000161

Dosen Pembimbing

Dr. Sihabuddin Noor, M.A NIP: 19690221 199703 1 001

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013 M/ 1434 H


(3)

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi merupakan hasil karya saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 (S.Kom.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sebagai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti atau merupakan karya orang lain, maka saya bersedia diberi sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 Mei 2013 Penulis


(4)

i

Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014

Peralihan dan pergantian kekuasaan dilakukan memalui suatu mekanisme yang disebut sebagai pemilihan umum. Persaingan politik menjadi suatu konsep yang sangat penting sekarang ini. Indonesia yang menganut sistem multipartai membuat satu partai harus bersaing dengan partai lain. Dinamika politik partai-partai Islam pun berlangsung pada Pemilu 2014. Perolehan suara partai-partai-partai-partai Islam yang cenderung menurun, membuat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) harus menyusun langkah dan strategi strategi yang tepat untuk memenangkan pemilu 2014 mendatang.

Sebuah partai politik tidak begitu saja melepaskan kendali. Setidaknya mereka akan mempercayakan kepada humas yang lebih mengerti akan pembentukan citra baik untuk khalayak. Tujuannya tidak jauh agar lebih terkonsep dan lebih efektif efisien menarik kontitusiensinya. Strategi kehumasan yang baik diharap dapat menjembatani komunikasi politik antara partai politik dengan pendukung. Hal ini menjadi penting, karena kehidupan suatu partai politik sangat tergantung dari massa pendukungnya. Dukungan ini hanya dapat diperoleh bilamana parpol mampu menjaga harmoniasasi dengan khalayaknya.

Kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Kampanye humas yang dimaksudkan untuk membangun citra positif lembaga dimata publik sehingga muncul kepercayaan, penerimaan dan kesediaan publik untuk bekerjasama dengan lembaga tersebut. Kampanye sebuah upaya yang diorganisasi oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu.

Beberapa partai politik besar telah mencoba merancang komunikasinya secara professional, bahkan ada yang mempercaya kepada konsultan profesional. Penciptaan dan pembentukan image positif dimanage sedemikian rupa, baik dalam event-event kampanye, pemberitaan di media massa, sampai pada iklan politik di berbagai media. Strategi kehumasan partai politik dilakukan dengan berbagai pendekatan secara personal, sosial, maupun secara kultural. Selain itu juga dengan memanfaatkan media humas, melakukan aksi langsung, kampanye yang melibatkan massa langsung, dan lain sebagainya. Untuk menarik simpati simpatisannya dilakukan oleh tim pemenangan pemilu partai politik dengan cara yang cukup beragam.


(5)

ii

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah SWT limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya.

Sekalipun skripsi yang berjudul “Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014” ini masih jauh dari sempurna, namun ini merupakan suatu usaha yang maksimal, karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat pertolongan Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan kepada penulis serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Pudek I Bidang Akademik , Drs. H. Mahmud Jalal, M.A, selaku Pudek II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, serta Drs. Studi Rizal LK, M.A selaku Pudek III Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Jumroni, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarofah, M.A sebagai Sekretaris Jurusan KPI, yang telah


(6)

iii proposal skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, M.A, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberi arahan, masukan dan bersedia meminjamkan tesisnya dalam membantu penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Isa Muchlisin, Bapak Muhammad Ali Imran, S.Ip, Bapak Musyafak, yang sudah meluangkan waktunya untuk saya wawancara. Bapak Jojo, yang bersedia membantu saya dalam proses wawancara di PPP.

5. Seluruh dosen yang telah mengajarkan ilmunya pada penulis dari semester I hingga semester VII. Semoga ilmu yang diberikan menjadi amal baik di akhirat kelak, Amin.

6. Para staf Tata Usaha (TU) yang telah membantu membuat surat menyurat untuk penelitian skripsi ini, dan para staf perpustakaan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.

7. Ayahanda dan Mamahku tercinta, Bapak Amir Hamzah Siregar dan Karlina Harahap, terima kasih telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang serta mendukung dan mendoakan penulis hingga saat ini.

8. Keluarga besar penulis, yang mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Adik- adikku tersayang, Wahyudi Syahputra Siregar, Rizwan Effendi Siregar, Arief Husein Siregar, terima kasih semua atas dukungannya.


(7)

iv

untuk penulis. Eci, Fadli, Ranni dan Sita teman sharing, berbagi cerita canda dan tawa, Ella teman kamar satu bulan, Yunia, yang sudah mau menemani wawancara dan bersedia meminjamkan kameranya, thank you very much, semoga kalian cepat menyusul . Amin

10. Sahabatku tersayang, Aya, Nana dan Qinye yang sudah memberi dukungan dan motovasi penulis sampai saat ini.

11. Teman- teman kostan Salsabila, Arien, Kiki, Ana, Midah, Handa, Tika, Omeh, Iyah, Sestu, Mita, Nisa, Feni, Dillah dan Alis terima kasih atas kebaikan kalian selama ini, kalian baik. Thank you very much .

12. Kawan-kawan KKN Sic Gold, Adah, Ika, Popi, Aih, Fatma, Kodita, Fandi, Zibad terima kasih banyak yang bersedia meminjamkan motor barunya , dan kawan yang lain yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.

13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesain skripsi ini. Walau tak tertulis, Insya Allah perbuatan kalian menjadi sebuah amal yang baik tertulis

“di lembaran lain”. Amin

Akhir kata, Penulis mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan. Namun, penulis berharap saran serta ktirik dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih.

Jakarta, Mei 2013


(8)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DATAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metodologi Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi dalam Humas ... 15

1. Definisi dan Tujuan Komunikasi ... 15

2. Persuasi dalam Kegiatan Komunikasi ... 17

B. Humas ... 20

1. Definisi dan Peran Humas ... 20

2. Humas dalam Pembentukan Citra ... 24


(9)

vi

2. Strategi Kampanye Humas ... 30

3. Metode dan Teknik Kampanye Humas ... 32

BAB III PROFIL OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Partai ... 38

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ... 38

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ... 41

B. Visi dan Misi Partai ... 43

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ... 43

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ... 44

C. Prinsip Dasar Partai ... 45

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ... 45

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ... 48

D. Ideologi Partai ... 51

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ... 51

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ... 54

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN A. Peran Humas PPP dan PKB di Pemilu 2009 ... 60

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ... 60

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ... 62

B. Hasil Akhir Pemilu Legislati 2009 ... 68 C. Strategi Kampanye Humas PPP & PKB dalam Meningkatkan


(10)

vii

b. Strategi-strategi Kampanye Humas ... 77 2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

a. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Humas PKB ... 85 b. Strategi- strategi Kampanye Humas ... 92 D. Komparasi Strategi Kampanye Humas PPP dengan PKB . 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang- orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, baik di level lokal maupun nasional.1

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-cita yang sama.2 Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.3

Dalam negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi ; salah satu fungsi ialah sebagai sarana komunikasi politik. Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah, artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara

1

MiriamBudiardjo, Dasar- dasar Ilmu Politik (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 403.

2

Ibid., h. 404.

3


(12)

“mereka yang memerintah” (the rulers) dengan “mereka yang diperintah” (the ruled).4

Di dalam suatu masyarakat yang modern, apa lagi yang luas wilayahnya, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas, apabila tidak ditampung dan disalurkan sedemikian rupa sehingga kesimpang- siuran pendapat dalam masyarakat menjadi lebih teratur. Pendapat dan sikap yang bermacam-macam itu perlu diolah dan dirumus sehingga dapat disampaikan kepada pemerintah dan pembuat keputusan lainnya dalam bentuk tuntutan atau usul kebijakan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan- tuntutan dan kepentingan- kepentingan anggota masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui suatu arus dari bawah ke atas. Proses merumuskan kepentingan-

kepentingan ini dinamakan “perumusan kepentingan” atau “artikulasi kepentingan” (interest articulation).5

Menurut Rush dan Althoff, komunikasi politik sebuah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial dengan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik, dan proses sosialisasi, partisipasi, serta rekrutmen politik tergantung pada komunikasi.6 Sedangkan dalam konteks sosialisasi politik, Graber memandang komunikasi politik sebagai proses pembelajaran, penerimaan dan

4

Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1982), h. 14.

5

Ibid., h. 15.

6

Asep Saeful Muhtadi. Komunikasi Politik Indonesia. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) h. 27.


(13)

persetujuan atas kebiasaan- kebiasaan atau aturan- aturan, struktur, dan faktor- faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik.7

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan seperti bagaimana bentuk pesannya, siapa komunikatornya serta media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut dan efek apa yang diinginkannya. Dalam arti kata bahwa pendekatan yang dilakukan kepada khalayak bisa berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi. Demikian juga hubungannya dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu partai politik, berhasil atau tidaknya sangat ditentukan oleh strategi komunikasi yang dilakukan pada saat kampanye politik.

Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan para kurun waktu tertentu.8 Dengan demikian, kampanye komunikasi merupakan tindakan komunikasi yang terorganisir yang diarahkan pada khalayak tertentu, dan pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu.

Merujuk pada pernyataan diatas maka, masing-masing partai politik akan saling berlomba-lomba untuk membentuk citra positif kepada masyarakat. Kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Kampanye humas yang dimaksudkan untuk membangun citra positif lembaga

7

Ibid., h. 27.

8

Gun GunHeryanto dan Irwa Zarkasyi, Public Relations Politik. (Bogor : Ghalia Indonesia, 2012) h. 83.


(14)

dimata publik sehingga muncul kepercayaan, penerimaan dan kesediaan publik untuk bekerjasama dengan lembaga tersebut. Kampanye sebuah upaya yang diorganisasi oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu. Kampanye politik adalah sebuah peristiwa yang bisa didramatisasi.9

Rogers dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangakaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.10 Merujuk pada definisi ini maka setiap kampanye partai politik setidaknya harus mengandung empat hal yakni ; (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu (4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.11

Untuk pelaksanaannya, sebuah partai politik tidak begitu saja melepaskan kendali. Setidaknya mereka akan mempercayakan kepada humas yang lebih mengerti akan pembentukan citra baik untuk khalayak. Tujuannya tidak jauh agar lebih terkonsep dan lebih efektif efisien menarik kontitusiensinya. Strategi kehumasan yang baik diharap dapat menjembatani komunikasi politik antara partai politik dengan pendukung. Peran humas dalam politik bukan sekedar dirasakan oleh partai politik namun juga beberapa Negara yang demokrasinya

9

HafiedCangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. (Jakarta: PT RakaGrafindo Persada, 2011) h.229.

10

Antar Venus, Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009) h. 7.

11


(15)

sudah mapan. Dengan melakukan konsultasi dengan kehumasan, partai politik juga dapat merancang strategi yang baik dalam tunjuk aksi kepada public dalam kegiatan kampanyenya. Dengan memahami hal-hal tersebut maka bisa digambarkan bagaimana pentingnya humas bagi suatu organisasi terutama partai politik yang merupakan organisasi yang membutuhkan dukungan massa.

Hal ini menjadi penting, karena kehidupan suatu partai politik sangat tergantung dari massa pendukungnya. Dukungan ini hanya dapat diperoleh bilamana parpol mampu menjaga harmoniasasi dengan khalayaknya. Dalam partai politik yang dinamakan stakeholders adalah pihak-pihak yang yang harus dipuaskan dan diperhatikan kepentingannya, antara lain pendiri partai, pengurus, pendukung/anggota, simpatisan cendikiawan, pengusaha dan pemerintah.

Tetapi realitas menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan permasalahan yang terkait dengan pengelolaan hubungan antara partai politik dengan khalayaknya. Ketika fungsi partai politik tidak berjalan maksimal, maka implikasinya adalah menurunnya elektabilitas parpol. Sepertinya hal itu inheren dengan apa yang terjadi pada elektabilitas parpol islam saat ini.

Dalam demokrasi yang tidak dipoles-poles untuk sekedar menjadi hiasan bibir, peralihan dan pergantian kekuasaan dilakukan memalui suatu mekanisme yang disebut sebagai pemilihan umum. Persaingan politik menjadi suatu konsep yang sangat penting sekarang ini. Indonesia yang menganut sistem multipartai membuat satu partai harus bersaing dengan partai lain.

Pemilu 2014 tidak lama lagi. Partai politik sudah mempersiapkan diri untuk bersaing. Yang menarik adalah bagaimana nasib partai politik Islam. Survei


(16)

terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia tentang nasib dan masa depan partai Islam menarik untuk dicermati. Popularitas dan elektabilitas mereka berada di bawah partai politik yang berhaluan nasionalis. Hasil survei tersebut menjadi peringatan bagi partai Islam untuk berbenah.

Sejumlah partai politik Islam dan berbasis massa Islam dinilai perlu kerja keras menghadapi Pemilu 2014. Survei-survei yang dilansir belakangan ini masih menempatkan partai-partai Islam di bawah partai nasionalis. Sebagaimana diketahui, Survei LSI itu dilakukan pada 1-8 Oktober 2012, melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi, dengan tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen. Dari bukti-bukti empiris, memang terjadi trend penurunan perolehan suara Partai Islam. Pada Pemilu pertama tahun 1955, Partai Islam menjadi kampium di Indonesia dengan perolehan suara sebesar 43,7 persen, kemudian menurun pada Pemilu 1999 menjadi 36,8 persen, naik sedikit menjadi 38,1 persen pada Pemilu 2004, dan Pemilu 2009 kembali menurun menjadi 25,1 persen.12

Penurunan suara yang terus merosot yang dialami PPP dan PKB mengharuskan partai berbasis massa islam ini berbenah dan terus meningkatkan elektabilitasnya untuk menghadapi Pemilu 2014 mendatang. Dalam hal merebut hati pemilih dengan komposisi peserta pemilu seperti saat ini, ditambah lagi, berdasarkan hasil survei yang banyak dirilis, sekitar 40 persen masyarakat belum menentukan pilihan. Karena itu, partai-partai Islam perlu kerja keras untuk meyakinkan kelompok pemilih ini.

12

MuhammadRidwan, Elektabititas Partai Islam dan Kompatibilitas Demokrasi. 2013.

Diakses tanggal 18 Maret 2013 dari

file:///C:/Users/Elfira%20Hannum/Documents/Semester%208/A/Partai%20Islam/Elektabititas%20 Partai%20Islam%20dan%20Kompatibilitas%20Demokrasi.htm


(17)

Tabel 1

Hasil perolehan suara Pemilu 2004 & 200913

Partai 2004 2009

PPP 9.248.764 suara (8,14%)

5.533.214 (5,32%) PKB 11.989.564 suara

(10,57%)

5.146.122 suara (4,9%)

Dalam hal ini bagaimana membangun basis dukungan politik masyarakat luas perlu dicermati partai politik dalam komunikasi ideologinya. Tentunya hal ini tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya kesesuaian antara aspirasi dan harapan masyarakat dengan apa yang ditawarkan partai politik. Ketika masyarakat luas dihadapkan pada permasalahan korupsi, maka diharapkan partai politik islam dapat mengangkat permasalahan ini menjadi isu politik. Namun, jika yang terjadi adalah banyak elit parpol islam yang korupsi, tidak konsisten dan committed pada ideologi partai maka hal ini jelas akan mengurangi ketertarikan masyarakat. Ketidaksesuaian ini terjadi, kredibilitas partai politik islam ini akan merosot, dan tentunya akan menurunkan dukungan terhadapnya.

Sebagai suatu bidang yang dianggap selalu berhubungan dengan masyarakat sebagian besar partai menyadari akan pentingnya humas dalam suatu organisasi. Dengan adanya fenomena tersebut, menunjukkan humas sudah

13

ChozinChumaid, Partai Persatuan Pembangunan dan Pemilu 2009. 2009. Diunduh tanggal

18 Maret2013 dari

file:///G:/PARTAI%20PERSATUAN%20PEMBANGUNAN%20dan%20PEMILU%202009%20_ %20Ainulcentre999's%20Blog.htm


(18)

dianggap bagian yang cukup membantu terhadap kelangsungan hidup partai politik. Penduduk Indonesia mayoritas Islam, tetapi tidak menjadikan partai Islam sebagai pilihan.

Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan turunnya partai Islam, seperti menyangkut keinginan masyarakat yang tidak menginginkan politik nasional beraroma agama. Penegasan ini didasarkan atas angka sebesar 67,8 persen pemilih muslim yang lebih memilih partai nasionalis.

Budaya politik Indonesia yang bersifat parokial kaula, yaitu masyarakat indonesia yang sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya), tetapi masih bersifat pasif di satu pihak dan budaya partisipan di lain pihak. Di satu segi massa masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, ikatan primordial. Sedangkan di lain pihak kaum elitnya sungguh-sungguh merupakan partisipan yang aktif, yang kira-kiranya disebabkan oleh pengaruh pendidikan modern (Barat), kadang-kadang bersifat sekuler dalam arti relatif dapat membedakan faktor-faktor penyebab disintegrasi seperti: agama, kesukuan, dan lain-lain.14

Fenomena diatas bukti akan penting sosok seorang humas dibalik keberlangsungan sebuah partai politik. Segala bentuk aktivitas partai politik yang berusaha keras untuk mendongkrak perolehan suara atau hanya sekedar mendapatkan citra baik. Seorang humas yang baik dalam partai politik akan mengerti bagaimana cara mengambil simpati dari simpatisan yang baik dengan

14

Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), h. 78


(19)

menyusun langkah dan strategi kampanye humas guna mensukseskan dan memenangkan menjelang pemilu 2014.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, humas sebagai bagian yang essensi dalam memperluas dukungan publik bagi partai politik ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini masih terlihat dari adanya permasalahan- permasalahan dalam tubuh parpol yang terkait dengan pengelolaan publik.

Adapun terkait dalam usaha untuk meningkatkan citra partai menghadapi pemilu 2014, humas sebagai bagian integral dalam tubuh partai harus bekerjasama dengan bagian lain dalam merencanakan strategi kampanye humas dalam meningkatkan elektabilitas serta citra partai yang efektif dan efisien. Dari fenomena tersebut muncul permasalahan yang patut diteliti lebih lanjut yaitu :

1. Bagaimana peran humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam menjalankan fungsi kehumasan menjelang pemilu 2014?

2. Bagaimana strategi kampanye humas yang dilakukan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam meningkatkan citra partai menjelang pemilu 2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisa peran humas yang dijalankan humas PPP dan PKB menjelang pemilu 2014.


(20)

2. Mengetahui dan menganalisa bagaimana strategi humas dalam meningkatkan citra partai menjelang pemilu 2014.

D. Manfaat Penelitian

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian mengenai evaluation studies. Penelitian ini diharapkan dapat memeperkaya penelitian mengenai studi evaluasi mengenai strategi kampanye humas partai politik dalam upaya meningkatkan elektabilitas partai dan langkah- langkah yang digunakan PPP dan PKB dalam meraih suara pada pemilu 2014. Penelitian ini digunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja penerapan strategi kampanye yang dilakukan oleh humas PPP dan PKB dan sebagai referensi terhadap partai politik lainnya.

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat penelitian terdahulu yang mengunakan konsep yang sama yakni

Zaenal Fuad mengenai “Humas dalam Partai Politik. Studi kasus: Strategi kampanye Humas Departemen Humas DPP PAN Menghadapi Pilpres 2004.”

Dalam penelitiannya ia mengungkapkan bahwa hubungannya dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu partai politik, berhasil atau tidaknya sangat ditentukan oleh strategi komunikasi yang dilakukan pada saat kampanye politik. Sebagai bagian organisasi kampanye partai politik, pembentukan bagian hubungan masyarakat dimaksudkan untuk mencapai sukses pelaksanaan


(21)

kampanye politik. Yaitu bagaimana suatu parpol secara optimal bisa melakukan kegiatan persuasif kepada publiknya.

Perbedaan dengan penelitian milik Zaenal Fuad adalah objek yang akan diteliti. Perbedaan objeknya yaitu skripsi terdahulu adalah Humas DPP PAN, sedangkan peneliti menggunakan Humas PPP dan PKB sebagai objek kajiannya.

Yang kedua skripsi yang disusun oleh Tesis milik Abd. Muhammad

Iskandar yang berjudul “Manajemen Hubungan Masyarakat Partai Kebangkitan

Bangsa dalam Pemilu 1999”. Dalam penelitiannya ia mengungkapkan proses sosialisasi dan komunikasi humas PKB dan sejauhmana Humas PKB mempengaruhi dan mampu menarik simpati dan dukungan massa. Persamaan dari tesis ini dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan Humas dan PKB. Perbedaan dari peneliti sebelumnya adalah peneliti menggunakan studi komparatif dengan menggunakan humas PPP dalam penelitiannya.

Yang ketiga, Disertasi Milik Sihabudin Noor yang berjudul “Politik Islam:

Studi tentang Artikulasi Politik PPP 1973-2004. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa artikulasi politik PPP di sepanjang menyangkut kepentingan penyelenggaraan Islam, hampir selalu diakomodir rezim. Sedangkan menyangkut masalah kepentingan status quo/kekuasaan, sebagaimana di masa Orde Baru, upaya yang ditempuh PPP harus melalui jalan panjang. Perbedaan dari peneliti adalah penelitian fokus pada strategi kampanye partai PPP dan PKB dengan memiliki persamaan partai yaitu PPP sebagai objeknya.


(22)

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang mengahasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati dan diteliti oleh peneliti. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi kampanye Humas PPP dan PKB damal meningkatkan elektabilitas partai.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah strategi kampanye humas. Sedangkan objeknya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

3. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam: wawancara dengan narasumber yang relevan dengan substansi masalah penelitian. Adapun wawancara ini akan dilakukan dengan Humas Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Kebangkitan Bangsa, Pakar Politik.

2. Observasi tidak berstruktur: observasi ini dilakukan tanpa guide observasi. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan mengembangkan daya pengamatannya.


(23)

3. Dokumentasi: memilah data dari dokumen seperti, makalah, buku, karya ilmiah, jurnal, hasil penelitian sebelumnya dan penelusuran dokumen yang relevan dari internet.

b) Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian penulis menganalisis dan mengkritisinya. Dalam menganalisa data tersebut menggunakan pola deduktif dan induktif. Deduktif yaitu menarik kesimpulan dari dalil-dalil yang sifatnya umum untuk dijadikan kesimpulan yang bersifat khusus. Sedangkan induktif yaitu menarik kesimpulan dari fakta- fakta yang bersifat khusus yang kemudian diterangkan secara luas.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Pusat PPP yang bertempat di Jl. Diponegoro No. 60, Jakarta Pusat dan Sekretariat PKB yang bertempat di Jl. Kalibata Timur 24 B, Jakarta Selatan. Waktu Penelitian dimulai sejak Bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2013.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi mengenai: Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.


(24)

Bab ini berisi mengenai konsep serta teori-teori yang akan digunakan yang berisikan teori-teori yang relevan yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian yang mencakup: Konsep studi komparatif, Teori Public Relation dan strategi humas, konsep elektabilitas.

BAB III Gambaran Umum Obyek Penelitian.

Bab ini mengenai gambaran umum yang meliputi: Partai Persatuan Pembangunan (PPP); Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab ini akan menjelaskan bagaimana pengujian hasil analisis peneliti.

BAB V Kesimpulan.

Kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(25)

15

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi dalam Humas 1. Definisi dan Tujuan Komunikasi

Kata Komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). 1Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Komunikasi merupakan hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung tetapi terkadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan itu. dimungkinkan adanya komunikasi yang baik antara pemberi pesan dan penerima pesan jika terjalin persesuaian diantara keduanya.

Berlo dalam bukunya Communication Process mengemukakan komunikasi sebagai suasana yang penuh keberhasilan jika dan hanya penerima pesan memiliki makna terhadap pesan tersebut dimana makna yang diperolehnya

1

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 46.


(26)

tersebut sama dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber.2Sedangkan Myers & Myers mengemukakan pendapatnya tentang komunikasi sebagai titik pusat kekuatan menyatukan sehingga terjadi koordinasi antara orang-orang dan karenanya mereka akan bergerak pada suatu tindakan yang terorganisir.3

Berlandaskan pernyataan dan definisi tersebut dapat dikemukakan secara umum bahwa komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia mengenai isi pikiran dan perasaanya. Pengungkapan isi pikiran dan perasaan tersebut apabila diaplikasikan secara benar dengan etika yang tepat akan mampu mencegah dan menghindari konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, bahkan antarbangsa sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Berlo mengemukakan tujuan komunikasi dapat ditinjau dari dua aspek, yakni aspek yang bersifat umum dan aspek spesifik. Tujuan komunikasi dilihat secara umum meliputi hal-hal berikut: (1) informative; (2) persuasive; dan (3)

entertainment.4

Ditinjau dari aspek informative, komunikasi berhubungan dengan kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional, objektif dan konkrit. Artinya walaupun tujuan komunikasi harus tetap dalam prinsip objektivitas, rasionalitas, logis dan konkrit, bisa saja suatu informasi berkembang namun tidak jelas sumbernya, faktanya dan konteksnya. Maka harus pula dicermati situasi dari kondisi yang berkembang saat itu dan sebelumnya. Sedangkan tujuan komunikasi dilihat dari aspek persuasive, berkaitan erat dengan kejiwaan dan emosional. Artinya berkomunikasi secara persuasive adalah berkomunikasi dalam rangka

2

Erliana Hasan, Komunikasi Pemerintahan (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 18.

3

Ibid., h. 18

4


(27)

mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai atau sikap mereka.5

Bettinghous, “...komunikasi manusia secara persuasive adalah dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai atau

sikap mereka”.6

Pengungkapan pesan melalui cara-cara verbal dan non verbal untuk memperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain juga merupakan bentuk komunikasi persuasive. Sementara komunikasi bertujuan untuk menghibur (to entertain), berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan, misalnya berbentuk hiburan, kesenian dll.7

Secara bebas pendapat Berlo tersebut dapat diterjemahkan bahwa komunikasi secara spesifik dapat diartikan sebagai:8

a. Suatu kondisi yang tidak kontradiktif secara logika atau tidak konsisten dengan komunikasi itu sendiri.

b. Berpusat pada perilaku, yaitu diekspresikan dalam pengertian perilaku manusia.

c. Cukup relevan bagi kita untuk dapat menghubungkannya dengan perilaku komunikasi yang aktual.

d. Konsisten dengan cara orang-orang berkomunikasi.

Dengan pengertian komunikasi secara umum dan secara spesifik, dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi pada hakekatnya adalah mencapai pengertian bersama antara komunikator dan komunikan. Kegiatan komunikasi

5

Ibid., h. 26.

6

Ibid., h. 26.

7

Ibid., h. 26.

8


(28)

tersebut secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman dan pengaruh, mau melakukan suatu perintah, bujukan, dan sebagainya.

2. Persuasi dalam Kegiatan Komunikasi

Pada dasarnya, Public Relation merupakan aktivitas persuasi yang dilakukan terhadap publik internal dan publik eksternal sebuah institusi. Dalam melakukan kegiatan komunikasi, seorang humas yang bersangkutan melakukan kegiatan persuasi (bujukan) dan sering dikatakan bahwa sebenarnya kegian humas sama dengan kegiatan pembujuk atau persuader. Artinya, bagi humas bahwa melakukan persuasi tersebut merupakan tujuan dari proses komunikasi yang dilakukan dan persuasi (komunisuasi) itu merupakan proses belajar yang bersifat emosional atau perpindahan anutan dari hal yang lama ke hal yang baru melalui penanaman suatu pengertian dan pemahaman.9

Bettinghaus dan Taylor mendefinisikan persuasi sebagai “tindakan yang

disengaja untuk mempengaruhi perilaku melalui komunikasi”. Sebelumnya, Brembeck dan Howell mendefinisikannya sebagai “usaha sadar untuk mengubah

pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan

yang ditetapkan”. Namun, keduanya kemudian mengubah pendapatnya menjadi “communication intended to influence choice (komunikasi yang dimaksudkan

untuk memengaruhi pilihan orang)”.10

9

Rosady Ruslan, Kiat dan StrategiKampanye Public Relations. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) h.. 40.

10

Emeraldy Chatra dan Rulli Nasrullah, Public Relation Strategi Kehumasan dalam Menghadapi Krisis. (Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta, 2008) h. 139.


(29)

Persuasi merupakan salah satu kunci sukses praktisi kehumasan dalam setiap aktivitas komunikasinya. Dengan persuasi, praktisi kehumasan lebih berpeluang mencapai tujuan-tujuan seperti dikemukakan Bettinghaus dan Taylor, yaitu merubah opini, mengubah persepsi, mengubah keadaan emosi dan mengubah perilaku fisik.11 Apapun yang dilakukan praktisi kehumasan untuk memulihkan kepercayaan, membangun citra atau membangun kepercayaan, pada dasarnya adalah upayanya memengaruhi publik.12

Menurut Otto Lerbinger di dalam bukunya Design for persuasive communication, ada beberapa model untuk merekaya persuasi, antara lain sebagai berikut:13

a. Stimulus respons

Model persuasi ini cara yang paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep asosiasi.

b. Kognitif

Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk peningkatan pemahaman, mudah mengerti, dan logis bisa diterima. Dalam melakukan persuasi pada posisi ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis. Artinya, ide atau informasi yang disampaikan tersebut tidak bisa diterima sebelum dieknakan alasan yang wajar. c. Motivasi

Motivasi yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau mengubah opininya atau agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi

11

Ibid., h. 139

12

Ibid., h. 156

13


(30)

dengan menawarkan sesuatu ganjaran tertentu. Dengan memotivasi melalui pujian, hadiah, dan iming-iming janji tertentu memalui berkomunikasi, maka lambat-laun orang bersangkutan bisa mengubah opininya.

d. Sosial

Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau komunikan, artinya pesan yang disampaikan itu sesuai dengan status sosial yang bersangkutan sehingga proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan.

e. Personalitas

Model persuasi disini memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respon dari khalayak tertentu.

B. Humas

1. Definisi dan Peran Humas

Humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi. Humas yang merupakan terjemahan bebas dari istilah public relation menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relation (IPR), yakni keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.14

14


(31)

Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978, ditetapkan definisi humas adalah sebagai berikut:15

“Humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya.”

Frasa “ menganalisis kecenderungan” mengisyaratkan bahwa dalam humas

kita juga perlu menerapkan teknik-teknik penelitian ilmu sosial dalam merencanakan suatu program atau kampanye kehumasan.16 Definisi tersebut juga menyejajarkan aspek-aspek kehumasan dengan aspek-aspek ilmu sosial dari suatu organisasi, yakni menonjolkan tanggung jawab organisasi kepada kepentingan publik atau kepentingan masyarakat luas. Setiap organisasi dinilai berdasarkan sepak terjangnya. Humas itu jelas berkaitan dengan niat baik dan reputasi.

Public relations merupakan jembatan penghubung antara organisasi dan publiknya. Baik terkait dengan publik internal maupun eksternal, dalam sebuah proses komunikasi agar tercipta hubungan yang efektif berdasarkan landasan

mutual understanding (pemahaman bersama) guna mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.17

Mengutip dari pernyataan Romy Frohlich, dalam, PR politik adalah sebuah kerja melayani publik dengan membawa sejumlah isu untuk menjadi perhatian publik. PR politik dapat dipahami sebagai sebuah kekhususan proses

15

Ibid., h. 2

16

Ibid., h. 2

17


(32)

public relations yang berupaya membangun komunikasi dengan publik internal dan publik komponen-komponen dan sumber daya politik untuk mengelola sejumlah isu agar mendapatkan perhatian, dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah untuk memperoleh kesepahaman (mutual understanding) dengan berbagai pihak dalam upaya perwujudan tujuan poltik dari sebuah organisasi.18

Tegasnya PR adalah fungsi manajemen karena berkepentingan membangun dan menjaga relasi yang memberikan manfaat timbal-balik antara organisasi pemerintahan dengan publiknya agar terjamin kelangsungan hidup pemerintahan secara berdaya-hasil guna. Di satu pihak, PR mendorong organisasi pemerintahan melakukan adaptasi untuk merespon tuntutan perubahan dari publik yang melingkungi manajemen agar terjaga dukungan publik dalam menjalan kebijaksanaan usahanya.

Di pihak lain, melalui komunikasi yang efektif, PR mendorong publik bersedia melakukan penyesuaian dan kerjasama tepat-guna dengan pemerintah dalam rangka terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri secara efektif-efisien. Karena itu, secara fungsional PR melekat dalam tugas-tugas manajer pemerintahan mengendalikan organisasi publik sehari-hari agar tetap hidup tumbuh berkembang mengemban misi menuju masa depan yang selalu tidak dapat lepas dari usaha-usaha adaptasi terhadap tuntutan kebutuhan publik yang terus berkembang. Dengan demikian, Public Relations memiliki posisi sangat strategis dalam eksistensi sebuah organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan maupun organisasi politik.19

18

Ibid., h. 7.

19


(33)

Peranan public relations dalam suatu organisasi/pemerintah dapat dibagi empat kategori (Dozier & Broom, 1995) :20

1. Penasehat ahli (Expert prescriber)

Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam peyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).

2. Fasilitator komunikasi (communication fasilitator)

Dalam hal ini praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan publiknya.

3. Fasilitator proses pemecahan masalah (Problem solving process fasilitator) Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan PR ini merupakan bagian dari tim manajemen dikenal dengan metode.

4. Teknisi komunikasi (communication tehnician)

Peranan teknisi komunikasi ini menjadikan praktisi PR sebagai journalis inresiden yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan metode of communication in organization.

Humas berkewajiban untuk memberikan informasi dan publikasi lembaga/instansi agar dapat diterima dan didukung khalayak, sehingga terjadi jalinan hubungan yang serasi antara lembaga dan masyarakat. Dengan adanya komunikasi yang harmonis dan serasi ini, maka pekerjaan dan fungsi humas akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang hendak dicapai.

20


(34)

Masukan dan balikan dari masyarakat harus dikaji dan diperhatikan juru bicara khalayak mengenai aspirasi mereka perlu disaring/difilter mana yang layak dan yang tidak layak. Maka dengan demikian dapat diupayakan pelaksanaan lembaga/instansi tidak akan bertentangan dengan kebutuhan dan aspirasi lembaga.

Hubungan masyarakat yang paling efektif adalah yang terbuka bagi komunikasi timbal balik (two way communication), sehingga tidak akan timbul kegiatan yang bersifat memaksakan (imposition, imperatif, punitif). Humas berperan untuk memberi masukan kepada pimpinan/atasan. Humas menjadi mediator yang mampu menserasikan antara apa yang diharapkan dan apa yang diwujudkan, mempertemukan kepentingan bersama lembaga/instansi dan khalayak. Mengingat tujuan dan fungsi humas adalah menciptakan keharmonisan antara instansi/lembaga dengan khalayak (masyarakat) maka keharmonisan tersebut, akan menciptakan pula iklim yang terus menerus positif dalam pengertian kreatif, produktif, progresif antara kedua belah pihak.

2. Humas dalam Pembentukan Citra

Peran PR yang terkait dengan fungsi pemasaran dari sebuah organisasi meningkatkan jumlah isu-isu etis yang khusus. Isu-isu tersebut muncul ketika pemasaran produk dan jasa menggunakan taktik khusus. Pertama, pemasaran yang berbuntut pada apa yang disebut “tujuan yang baik”, dan kedua, isu-isu yang bahkan lebih samar-samar tentang penuh cita rasa atau kurang cita rasa.


(35)

Dalam dunia public relations yang terus menerus berkembang, citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri sangat abstrak, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya.21 Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat, kesan-kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga atau organisasi atau produk barang dan jasa yang diwakili oleh pihak public relations.

Banyak cara yang dilakukan oleh para praktisi public relations untuk pembentukan suatu citra perusahaan atau organisasi yang mampu memberikan dampak positif bagi perusahaan atau organisasinya. Para praktisi berusaha untuk merencanakan dan menjalankan kampanye pelaksanaan kegiatan humas yang sesuai untuk mencapai tujuan mereka dalam membentuk suatu citra perusahaan atau organisasi yang mampu memberikan dampak positif bagi perusahaan atau organisasinya.

Teori pembentukan citra perusahaan telah dikembangkan dari tahun ke tahun dan berevolusi dari hanya memusatkan formasi citra perusahaan menjadi memasukkan konsep identitas perusahaan dan proses yang terjadi dalam manajemen. Pengembangan lebih lanjut dicakup konsep kepribadian perusahaan dan juga mencoba untuk membedakan antara identitas perusahaan dan

21

Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra, h. 74.


(36)

penggunaan teori-teori citra perusahaan sering berubah. Hal ini mengakibatkan identitas perusahaan sengaja menampilkan kepribadian perusahaan sebagai strategis yang diambil oleh perusahaan, kesimpulan sebagai penutup bahwa manajemen strategi memainkan bagian yang penting. Lebih lanjut lagi, teori ini menyatakan pentingnya komunikasi marketing dan organisasi sebagai sebuah cara untuk berkomunikasi sebagai hubungan antara identitas dan citra. Penelitian yang lebih dalam menyatakan bahwa komunikasi yang mencakup seluruh perusahaan adalah penting sebagai mana segala sesuatu yang perusahaan lakukan akan memiliki efek terhadap komunikasi organisasi atau identitas perusahaan.

Westcott dan Allessandri model mengilustrasikan bagaimana identitas perusahaan bekerja di dalam konteks dihubungkan dengan konsep misi perusahaan, citra perusahaan dan reputasi perusahaan. Model ini menunjukkan bahwa identitas perusahaan adalah sebuah proses dimulai dari bawah dan ke atas, maksudnya bahwa misi perusahaan mempengaruhi identitas perusahaan, identitas perusahaan mempengaruhi citra, dan citra membangun reputasi perusahaan.22

Menurut Jefkins, ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat (Public Relations), yaitu dapat dibedakakn sebagai berikut:23

a. Citra Bayangan (mirror image)

22

Hamsinah, Pembentukan Corporate Image untuk Citra dan Reputasi Perusahaan. 2012. Diunduh tanggal 3 Maret 2013 dari http://ejournalwacana.com

23

Elvinaro Ardianto, Public Relations Suatu Pengantar Pendekatan Praktis Kiat Menjadi Komunikator dalam Berhubungan denga Publik dan Masyarakat. (Bandung : Bani Quraisy, 2004) h. 199..


(37)

Pengertian disini bahwa citra yang diyakini oleh perusahaan/organisasi yang bersangkutan, terutama para pimpinannya yang tidak percaya “apa dan

bagaimana” kesan orang luar terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu, tidak

selamanya selalu dalam posisi baik. b. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan baik yang diperoleh dari orang lain tentang perusahaan/organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan produknya. Ada kemungkinan berdasarkan pada pengalaman dan informasi yang kurang baik, sehingga dalam posisi tersebut pihak Humas/PR akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice), sehingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding) yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan negatif yang diperolehnya. c. Citra yang diinginkan (wish image)

Citra keinginan ini adalah tujuan yang ingin dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut, lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif, yang diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum.

d. Citra perusahaan (corporate image)

Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra perusahaan (corporate image) yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya mungkin tentang sejarahnya, kualitas


(38)

pelayanan prima, hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) lainnya. Dalam hal ini, pihak humas/PR berupaya ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan citra perusahaan agar mampu memengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid.

e. Citra serbaneka (multiple image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra citra perusahaan diatas, misalnya bagaimana pihak humas akan menampilkan pengenalan terhadap identitas, atribut, logo, dan sebagainya kemudian di unifikasikan atau diidentikan kedalam suatu citra serbaneka yang diintegrasikan terhadap citra perusahaan. f. Citra penampilan (performance image)

Citra penampilan ini lebih ditunjukkan kepada subyeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri para personal professional pada perusahaan yang bersangkutan, misalnya dalam memberikan berbgai bentuk dan kualitas pelayanannya, serba menyenangkan serta memberikan kewsan yang selalu baik.

Image / citra politik adalah konstruksi atas representasi dan persepsi masyarakat akan suatu partai politik atau individu mengenai semua hal yang terkait dengan aktivitas politik.24

Dan Nimmo, menjelaskan bahwa citra seorang tentang politik yang terjalin melalui pikiran, perasaan, dan kesucian subyektif akan memberikan kepuasan baginya, dan tiga kegunaan, yaitu :25

24

Firmanzah. Marketing Politik. (Jakarta: Yayayasan Obor Indonesia), h. 230.

25


(39)

1. Memberi pemahaman tentang peristiwa politik tertentu,

2. Kesukaan atau ketidaksukaan umum kepada citra seseorang tentang politik menyajikan dasar untuk menilai objek politik,

3. Citra diri seseorang dalam cara menghubungkan diri dengan orang lain

C. Strategi Kampanye Humas 1. Definisi Kampanye

Roger dan Storey mendefisikan kampanye sebagai “Serangkaian tindakan

komunikasi yang terncana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.26

Sementara itu, menurut Pfau dan Parrot, kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan memengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.27

Dengan demikian, kampanye komunikasi adalah tindakan komuniaksi yang terorganisir yang diarahkan pada khalayak tertentu, dan pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Charles U. Larson membagi tiga jenis kampanye sebagai berikut:28

1. Product-oriented campaigns. Kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkunagn bisnis. Motivasinya adalah memperoleh keuntungan finansial.

26

Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasyi, Public Relations Politik, h. 83.

27

Ibid., h. 83.

28


(40)

2. Candidat-oriented campaigns. Kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk memperoleh kekuasaan politik. Jenis ini sering juga disebut political campaigns.

3. Ideologically campaigns. Jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Disebut juga sebagai social change campaigns.

Menurut Pfau & Parrot, “campaign are inherenly persuasive communication activies”. Empat aspek dalam kampanye persuasif yang tidak dimiliki, dan tindakan persuasif perorangan, yakni sebagai berikut:29

1. Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan “tempat” tertentu dalam pikiran khalayak tentang produk, kandidat atau gagasan yang disodorkan. 2. Kampanye berlangsung dalam berbagai tahapan mulai dari menarik perhatian

khalayak, menyiapkan khalayak untuk bertindak hingga akhirnya mengajak mereka melakukan tindakan nyata.

3. Kampanye juga mendramatisasi gagasan-gagasan yang disampaikan pada khalayak dan mengundang mereka untuk terlibat, baik secara simbolis maupun praktis, guna mencapai tujuan kampanye.

4. Kampanye juga secara nyata menggunakan kekuatan media massa dalam upaya menggugah kesadaran hingga mengubah perilaku khalayak.

Kampanye public relations dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut

29


(41)

perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.30

Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye public relations tersebut memberikan penerangan terus menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif.31Melakukan kampanye untuk membangun suatu saling pengertian dan pemahaman melalui persuasi dari khalayak sasaran.

2. Strategi Kampanye Humas

Strategi didefinisikan sebagai metode penggunaan unsur-unsur strategis untuk mencapai tujuan-tujuan spesifik yang telah ditetapkan. Metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi adalah syarat bagi tercapainya tujuan. Strategi pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai berikut:32

a. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude) b. Mengubah opini (to change the opinion)

c. Mengubah perilaku (to change behaviour)

30

Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Kritis dan Pemulihan Citra, h. 66.

31

Ibid., h. 66

32


(42)

Strategi adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama, dan pemikiran dibalik program taktis.33 Tujuan tak dapat dicapai tanpa ada strategi jitu untuk mencapainya. Istilah “strategi” sendiri dalam kamus

Webster New World Dictionary, strategi dimaknai sebagai the science of planning and directing military operations, skill in managing or planning, esp. by using stratagems, a stratagem, plan, etc.34

Strategi menghasilkan gagasan dan konsepsi yang dikembangkan oleh para praktisi. Menangani masalah komunikasi para perencana dihadapkan pada sejumlah persoalan, terutama dalam kaitannya dengan strategi penggunaan sumber daya komunikasi yang tersedia untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Rogers memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melaui transfer ide-ide baru.35 Seorang pakar perencanaan komunikasi

Middleton membuat definisi dengan menyatakan “Strategi komunikasi adalah

kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan yang optimal.”36

Setiap politisi dan organisasi politik bisa segera menetapkan langkah strategis yang utama, selain mengukur diri dengan analisis SWOT (Strengths –

33

Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. (Bandung : Erlangga, 2004) h. 98.

34

Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan. (Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama, 2002) h. 301.

35

Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. h. 236.

36


(43)

Weakness – Opportunities – Threats) adalah pengumpulan informasi secara objektif.37

Dalam konteks kampanye, yang dipertanyakan bagaimana kekuatan media komunikasi yang sudah dimiliki, berapa banyak wartawan dan artis yang bisa menjadi mitra, berapa banyak jurkam (juru kampanye) yang sudah terlatih, berapa banyak tokoh-tokoh masyarakat yang bisa digalang sebagai pengumpul suara (vote getter) dan semacamnya. Peluang atau kesempatan yang bisa diperoleh untuk mendukung kampanye harus dianalisis, misalnya adanya kader yang menduduki jabatan penting baik disektor swasta maupun di bidang pemerintahan dan legislatif yang bisa memberikan dukungan dana.

Peristiwa dalam proses komunikasi kampanye melibatkan konseptor (coneption skill), teknisi komunikasi (technical skill) dan komunikator dengan segala kemampuan komunikasi (communication skill) untuk mempengaruhi komunikan dengan dukungan berbagai aspek teknis dan praktis operasional dalam bentuk perencanaan yang taktis dan strategik untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Metode dan Teknik Kampanye Humas

Metode kampanye humas dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serat kontinu (repetition and continue). Sebaliknya, jika kampanye tersebut dilakukan secara insidentil atau hanya dilakukan sekali, tertentu, dan terbatas, maka hal ini jelas tidak bermanfaat atau kurang berhasil untuk menggolkan suatu tema, materi, dan tujuan dari kampanye.

37


(44)

Dalam kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat membujuk (persuasif) dan mendidik (edukatif), yaitu berupaya untuk mengubah perilaku, sikap berindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung atau yang menguntungkan segi citra dan sebagainya. Dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan (message), misalnya melalui teknik periklanan (advertising) sebagai alatnya (tool of PR Campaign) dan rencana media plan (rencana pemasangan iklan promosi), baik di media cetak maupun

media elektronik, akan menjamin untuk “penyampaian pesan-pesan iklan” sebagai sarana komunikasi yang efektif, seperti yang diungkapkan dalam patah: right people in the place and the right time, and the right choise.38

Dikaitkan dengan cara atau metode kampanye PR tersebut di atas, dalam buku Propoganda Salah Satu Bentuk Konumikasi Massa, yang diterbitkan Alumni

– Bandung, 1991, Drs. R.A. Sentosa Satropoetra mendefinsikan atau mengartikan

bahwa kampanye, yaitu “Suatu kegiatan komunikasi antara komunikator (penyebar pesan) kepada komunikan (penerima pesan) yang dilakukan secara intensif dalam jangka waktu tertentu, secara berencana dan berkesinambungan”.39

Jika ditarik inti pokok dari definisi di atas, pada dasarnya bahwa kampanye itu unsurnya antara lain sebagai berikut.40

a. Ada kegiatan atau suatu proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu kampanye. Berisikan rencana, tema/topik/isu, budget (dana), dan fasilitas.

38

Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Kritis dan Pemulihan Citra, h. 69.

39

Ibid., h.70.

40


(45)

b. Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan suatu pesan yang hendak disampaikan kepada pihak lain. Oleh karena itu, teknik berkomunikasi adalah suatu cara, kita atau seni dalampenyampaian pesan melalui kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikannya.

Kesiapan sebagai komunikator dalam melakukan penggiatan kampanye itu harus memiliki kewibawaan dan etos kerja yang tinggi. Oleh karena itu, persyaratan sebagai komunikator tersebut di atas akan terkait dengan;41

1. Kemampuan (communication skill) 2. Kepentingan (competence)

3. Imajinatif, inovatif, kreatifitas, dan lain sebagainya 4. Kejujuran (integrity)

5. Iktikad baik atau kemauan baik (good will) 6. Karakter pribadi yang kuat (good character)

7. Dapat dipercaya dan diandalkan (credibilitas and favorable)

8. Penguasaan materi (product knowledge) cukup baik untuk disampaikan ke publiknya.

Ada pepatah latin mengungkapkan persyaratan sebagai komunikator yang

handal itu: “Qui ascendit sine labore des cendit sine honore” (Siapa yang naik panggung tanpa persiapan, maka turun pun tanpa kehormatan). Risiko berkampanye berhadapan langsung dengan masyarakat yang bersifat heterogen

41


(46)

atau massal, bisa menimbulkan, yaitu contagion mentale atau semacam wabah mental yang kadangkala bersifat kejam.42

Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensinya cukup efektif, antara lain beberapa teknik kampanye yang lazim dipergunakan dalam kegiatan humas, yaitu sebagai berikut:43

a. Partisipasi (participasing)

Partisipasi, yaitu teknik yang mengikutsertakan (partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama ke dalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama, dan tolerensi.

b. Assosiasi (association)

Association, yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan

suatu peristiwa atau obyek yang tengah ramai atau sedang “in” dibicarakan

agar dapat memancing perhatian masyarakat. c. Teknik integratif (integrative)

Teknik ini bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator) kepada khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata” “kita, kami, Anda sekalian atau untuk Anda, dan sebagainta, yang artinya mengandung makna bahwa yang dismpaikan pihak komunikator bukan untuk kepentingan dirinya atau perusahaannya, atau bukan untuk mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara bersama, demi untuk kepentingan bersama.

42

Ibid., h. 71.

43


(47)

d. Teknik ganjaran (pay off technique)

Teknik ganjaran bermaksud untuk mempengaruhi komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-iming

hadiah”, dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan:

1) Bisa berupa benefit (manfaat), kegunaan, dan sebagainya

2) Bisa berupa ancaman, kekhawatiran, dan suatu yang menakutkan

Bedanya, untuk pertama adalah berupaya menumbuhkan kegairahan dan menitikberatkan emosional (emotional appeal) dan yang kedua, yakni untuk membangkitkan rasa takut, ketegangan, atau kekhawatiran bila hal tersebut atau tertentui bisa terjadi di kemudian hari.

e. Tekhnik penataan patung es (icing technique)

Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan (message) suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dirasakan dan sebagainya. Icing technique merupakan ti ice atau menata balok es yang dibentuk sedemikian rupa dan dibuat menjadi menarik, misalnya menggambarkan sepasang pengantin, burung garuda, dibantu dengan pencahayaan yang berwarna-warni sehingga menarik perhatian. Di dalam kampanye diperlukan suatu seni menata pesan dengan menggunaka “imbauan

emosional”. Misalnya, “Reputasi karena prestasi”, dan sebagainya.

f. Memperoleh empati (empathy)

Suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam posisi


(48)

Biasanya dalam humas dikenal dengan social responsibility and humanity relations.

g. Teknik koersi atau paksaan (coersion technique)

Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu

“paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.

Disamping itu, ada risiko yang dihadapi dalam berkampanye yang dapat menggagalkan teknik persuasi atau membujuk pihak khalayak sasaran (target audience), yaitu sebagai berikut :44

1. Penyesatan suatu pengertian atau pemahaman tentang tema kampanye yang tengah dilancarkan oleh pihak lain (kompetitor).

2. Merusak atau memalsukan isi atau materi pesan (to make the message invalid). 3. Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran menurut pengertian atau pandangan

sepihak (subjective evaluation).

4. Memberikan pesan yang bahasanya terlalu sukar untuk dimengerti atau dicerna maksud dari pesan yang hendak disampaikan itu (to make the message too dificult to be understanding).

44


(49)

38

PROFIL OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Partai

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berdiri dan dideklarasikan di Jakarta, 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi dari partai-partai politik yang berasaskan Islam. Terdiri dari: Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia dan Partai Islam PERTI. Dengan demikian PPP merupakan wadah perjuangan umat Islam untuk menegakkan demokrasi serta mewujudkan keadilan sosial dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.1

Sebelum mendaftar kembali di Lembaga Pemilihan Umum sebagai peserta Pemilu 1999, PPP dalam perjalanannya telah melakukan muktamar sebanyak 4

kali dan pernah melakukan perubahan lambang partai dari gambar Ka’bah

(Pemilu 1977 – 1982) menajdi gambar Bintang (Pemilu 1987 – 1997) karena mengacu pada UU No. 3/1987, yang mensyaratkan bagi peserta Pemilu harus berasaskan Pancasila.2

Setelah melaksanakan Muktamar IV di Jakarta, 29 November – 2 Desember 1998, Muktamar mengamanatkan PPP kembali ke asas Islam, maka

lambang partai pun ke gambar KA’bah. Hasil muktamar lainnya, adalah

1

Tim Litbang Kompas, Partai Partai Politik Indonesia. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 1999), h. 161.

2


(50)

terbentuknya kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri: Dr. Hamzah Haz (Ketua) dan H. Alimarwan Hanan, S.H. sebagai Sekretaris Jenderal.3

Karena berasaskan Islam, maka kelompok masyarakat pendukung utama partai adalah warga negara RI yang beragama Islam, serta terbuka untuk semua profesi dan status sosial ekonomi. Basis pendukung PPP meliputi wilayah : Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Sejak berdirinya PPP terus berjuang untuk membawa aspirasi dan kepentingan umat dan bangsa, teritama dalam menjaga agar produk-produk peraturan perundang-undangan tetap berada dalam nafas dan tidak bertentang dengan ajaran Islam. Ini tercermin mislanya dalam gigihnya PPP berjuang dalam proses pembuatan Undnag-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Perfilman, Undang-undang Pangan, Undang-undnag Perbankan, Undang-undang Pengadilan Anak. Undnag-undnag Kepariwisataan, Undnag-undang Pengelolaan Zakat, Undang-undang Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Undang-undang Keistimewaan Aceh, Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP) dan masih banyak lagi undnag-undang yang lain. Itu semua adalah supaya PPP agar berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Untuk memenangkan Pemilu, PPP memiliki strategi mengedepankan isu, bahwasannya PPP telah kembali ke fitrahnya dan berjuang untuk mengisi

3


(51)

kehidupan bangsa dengan nilai-nilai akhlaqul karimah, serta memperjuangkan kehidupan bangsa yang demokratis.4

Program-program yang dicanagkan PPP: Bidang politik; ingin menegakkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD’45. Memfungsikan lembaga-lembaga politik, lembaga-lembaga Tinggi Negara, sehingga terciptanya tatanan budaya politik yang sehat, serta meningkatkan hubungan luar negeri dengan tetap berpegang pada politik luar negeri yang bebas aktif.

Bidang ekonomi; menyelamatkan kehidupan rakyat dengan pemenuhan kebutuhan pokok dan menciptakan lapangan kerja, mendorong proyek padat karya di berbagai sektor, dan penyelamatan harta serta keuangan negara dari praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme.

Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia; memperjuangkan peninjauan kembali terhadap produk perundang-undangan yang bertentangan dengan

Pancasila dan UUD’45, serta memperjuangkan agar proses legalisasi dapat

memperhatikan aspirasi rakyat.

Ditambah bidang-bidang lain yang juga menjadi garapa PPP, seperti kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan, pendidikan, sosial budaya, pemberdayaan perempuan, kehidupan beragama, pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta otonomi daerah dan pembangunan desa.

4


(52)

PPP yang berasaskan Islam berketetapan hati dan bertekad dengan segenap kemampuannya untuk berusaha mewujudkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, yakni terwujudnya masyarakat adil dan makmur, rohaniah dan jasmaniah yang diridlai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.5

2. Partai Kebangkitan Bangsa

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan tanggal 23 Juli 1998 di Ciganjur Jakarta. Sejarah pendirian PKB bermula ketika pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto jatuh dari kursi kepresidenan akibat desakan gerakan reformasi saat itu. Pasca kejatuhan rezim otoriter tersebut, Indonesia memasuki era Demokrasi Multipartai. Nahdlatul Ulama (NU) yang dalam dua dekade terkhir memilih untuk tidak terlibat dalam politik praktis, mulai terdorong untuk ikut ambil bagian dalam proses demokrasi multipartai. Desakan arus bawah agar NU mendirikan partai politik sangat kuat.6

Menyikapi hal itu, PBNU tanggal 3 Juni 1998 membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk merumuskan partai politik sebagai wadah tunggal aspirasi

warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma’ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator

Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib aam PBNU), Dr

5

Ketetapan Muktamar VII Partai Persatuan Pembangunan tentang Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PPP, Khittah & Program Perjuangan PPP, Rekomendasi Muktamar VII PPP, Susunan Pengurus DPP PPP Masa Bakti 2011-2015, Ikrar Pengurus PPP. (Jakarta: DPP PPP, 2011), h. 82.

6

Profil Partai Kebangkitan Bangsa dalam situs http//www.dpp.pkb.or.id diakses, Rabu, 3 April 2013, pukul 17.00 WIB


(53)

KH Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), H M Rozy Munir, S.E.,M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.7

Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima, PBNU tanggal 20 Juni 1998 juga membentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H. Muhyidin Arubusman,

H.M. Fachri Thaha Ma’ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H. Andi

Muawiyah Ramly, H.M. Nasihin Hasan, H. Lukman Saifudin, Drs. Amin Said Husni dan A. Muhaimin Iskandar. Konsep dasar pembentukan partai politik NU

menggunakan usulan “Lajnah Sebelas Rembang” yang diketuai KH M Cholil

Bisri dan PWNU Jawa Barat karena dinilai paling lengkap.

Tim Lima dan Tim Sembilan PBNU melakukan rapat marathon, sampai akhirnya pada rapat terakhir tanggal 26-28 Juni 1998, konsep tentang partai politik NU berhasil disepakati. Namanya, Partai Kebangkitan bangsa atau disingkat PKB, berazaskan Pancasila, bersifat terbuka dan nasional. Pada tanggal 23 Juli 1998, PKB resmi dideklarasikan, bertempat di Ciganjur Jakarta Selatan,. Bertempat sebagai deklarator, KH. Ilyas Ruchiyat, KH. Mustofa Bisri, KH. Moenasir Ali, KH. Muchit Muzadi dan KH. Abdurrahman Wahid. Naskah deklarasi PKB menyebutkan bahwa PKB mendasarkan politiknya pada semangat keagamaan, kebangsaan dan demokrasi.8

7

Ibid

8


(54)

Setelah melaksanakan Muktamar IV di Jakarta, 29 November – 2 Desember 1998, Muktamar mengamanatkan PPP kembali ke asas Islam, maka

lambang partai pun ke gambar Ka’bah. Hasil muktamar lainnya, adalah terbentuknya kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri: Dr. Hamzah Haz (Ketua) dan H. Alimarwan Hanan, S.H. sebagai Sekretaris Jenderal.

Partai Kebangkitan Bangsa mengikuti Pemilu pertama kali pada tahun 1999 dengan perolehan suara 13.336.982 (12,61%) dan mendapatkan 51 kursi. Pada tahun yang sama, meski PKB berada para peringkat ketiga, namun PKB berhasil mendudukkan kader terbaiknya menjadi Presiden RI keempat, yaitu KH. Abdurrahman Wahid. Pada pemilu kedua tahun 2004, PKB mendapatkan suara 11.989.564 (10,57%) dan mendapatkan kursi sebanyak 52 di DPR RI. Pada pemilu ketiga tahun 2009, PKB mendapatkan suara 5.146.122 (4,9%) dan 28 kursi di DPR RI. PKB juga berhasil menempatkan tidak kurang dari1.000 kadernya sebagai anggota DPRD Provinsi/Kab/Kota dan 80 lebih kepala daerah se-Indonesia.9

B. Visi dan Misi Partai

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Cita-cita dan visi politik Partai Persatuan Pembangunan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah terwujudnya suatu masyarakat madani yang adil dan makmur yang diridai Allah Subhanallah wa Ta’ala, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dalam negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam kerangka itulah Partai Persatuan

9


(1)

103

orang- orang yang dipercaya, yang cukup dikenal, populer di

masyarakat untuk menjadi juru kampanye.


(2)

100 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Menghadapi pemilu 2014 berbagai strategi dan aktivitas kehumasan dilakukan oleh partai politik demi menarik dan dukungan simpati massa. Menjelang pemilu, humas Partai Persatuan Pembanguna (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dialihkan fungsinya oleh para tim sukses pemilu. Menghadapi pemilu 2014 untuk kegiatan kampanye dan sosialisasi visi misi, humas PPP bersama Tim Pemenangan Pemilu bekerja sama dengan Jasa Konsultan yaitu, Polmark Indonesia, dalam membentuk citra positif partai pada masyarakat dan juga menyusun strategi demi kemenangan partai dan calon presidennya. Demi memenangkan Pemilu 2014 mendatang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun telah membentuk Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP). Pembentukan ini dimaksudkan agar program dan kegiatan bisa berjalan dengan baik, seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemenangan pemilu harus dikelola dalam sebuah sistem organisasi dan manajemen yang baik.

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam strategi kampanye humas yang lebih fokus kepada pencarian suara dan dukungan sebanyak-banyaknya seperti kampanye terbuka atau tertutup, juga melalui media online dan perangkat telekomunikasi dan multimedia yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Serta melakukan strategi kampanye humas dengan melakukan pendekatan personal, sosial dan kultural.


(3)

101

B.Saran

Melihat banyaknya partai yang hanya melakukan strategi kehumasan ketika menjelang pemilu, tentunya ini menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap realisasi program-program partai yang mewadahi aspirasi masyarakat. Dan ini pun akan memberi kesan bahwa masyarakat hanya dijadikan alat sebagai pendulang suara, bukan sebagai bagian yang diperjuangkan hak-haknya. Tidak maksimalnya fungsi kehumasan bagi lembaga, sehingga disarankan kepada seluruh partai politik jika memang memiliki keinginan untuk menciptakan citra positif lembaga dan selalu komit dengan visi misi dan program kerja partai, maka fungsi dan strategi kehumasan hendaknya selalu dilakukan tidak hanya ketika menjelang pemilu. Hal ini pun harus menjadi perhatian humas sebagai bidang yang berfungsi menciptakan dan memelihara citra partai dan kiprah partai pun senatiasa diterima oleh masyarakat. Setidaknya dengan melakukan program-program yang nyata dan bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat.

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan masukan pada partai politik dalam melakukan upaya-upaya kehumasan demi menciptakan citra positif partai dan menarik simpati para simpatisan. Selain itu juga agar humas partai semakin jeli dan kritis dalam membaca gejala dan situasi agar dapat menyusun langkah dan strategi yang nantinya memberikan banyak manfaat bagi partainya masing-masing.


(4)

102

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, M Alfan. Menjadi Pemimpin Politik Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Partai Kebangkitan Bangsa Hasil Muktamar Luar Biasa PKB. Jakarta: DPP PKB, 2008.

Anggoro, M Linggar. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Anne Gregory. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Bandung : Erlangga, 2004.

Ardianto, Elvinaro. Public Relations Suatu Pendekatan Praktis Kiat Menjadi Komunikator dalam Berhubungan dengan Publik dan Masyarakat. Bandung : Pustaka Bany Quraisy, 2004.

Budiardjo, Miriam. Dasar- dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

_______________. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: PT Gramedia, 1982 Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, teori, dan Strategi. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2011.

Chatra, Emeraldy, Rulli Nasrullah. Public Relations Strategi Kehumasan dalam Menghadapi Krisis. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta, 2008. Firmanzah. Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi di Era

Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

________. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. Frank Jefkins, Daniel Yadin. Public Relation. Jakarta: Erlangga, 2003.

Hasan, Erliana. Komunikasi Pemerintahan. Bandung: PT Refika Aditama, 2005. Heryanto, Gun Gun dan Irwa Zarkasyi. Public Relations Politik.Bogor: Ghalia

Indonesia, 2012.

Ketetapan Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan tentang Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PPP, Khittah & Program Perjuangan PPP, Rekomendasi Muktamar VII PPP, Susunan Pengurus DPP PPP Masa Bakti 2011-2015, Ikrar Pengurus PPP. Jakarta: DPP PPP, 2011.


(5)

103

Litbang, Tim Kompas. Partai- Partai Politik Indonesia. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 1999

LPP DPP PKB. Pedoman Pemenangan Pemilu 2014 Partai Kebangkitan Bangsa. Jakarta: Lembaga Pemenangan Pemilu Dewan Pengurus Partai Kebangkitan Bangsa. Jakarta : LPP DPP PKB, 2013.

Maksudi, Beddy Iriawan, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011.

Mike, Beard. Running A Public Relations Department. London: Kogan Page LTD. Morrisan. Manajemen Public Relations : Strategi Menjadi Humas Profesional.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Politik Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Patricia, J. Parson. Ethics in Public Relation. London: Kogan Page LTD, 2006. Ruslan, Rosady.Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan

Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

_____________. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007.

_____________. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Rudy, Teuku May. Komunikasi dan Hubungan Mayarakat Internasional. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.

Ronald, H. Chilcote. Teori Perbandingan Politik Penelusuran Paradigma. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.

Soon, Kang Young. Antara Tradisi dan Konflik : Kepolitikan Nahdlatul Ulama. Jakarta : UI Press, 2008.

Venus, Antar. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009.


(6)

Widjaja, H.A.W. KOMUNIKASI: Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

JURNAL :

Hamsinah. 2012. “Pembentukan Corporate Image untuk Citra dan Reputasi Perusahaan”. Dalam http://ejournalwacana.com/pdf/janmaret2012/.pdf. Diakses Senin, 18 Maret 2013, Pada pukul 16.00 WIB

WEBSITE :

http://ainulcentre999.wordpress.com/2009/03/25/partai-persatuan pembangunan-dan-pemilu-. diakses Senin, 18 Maret 2013, pada pukul 16.30 WIB

www.dpp.pkb.or.id, diakses, Rabu, 3 April 2013, pukul 17.00 WIB

www.generasipkb.wordpress.com/mabda-siyasi/, diakses, Rabu, 3 April 2013, pukul 14.00 WIB

http://www.kampanyeonline.com/partai-politik/partai-persatuan-pembangunan-ppp, di akses, Senin, 22 april 2013, pukul 17.00 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2013/01/14/19211823/Apa.Makna.Nomor.9.bagi .PPP., diakses, senin, 22 April 2013, pukul 17. 15 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2009/04/22/18324999/Penurunan.Suara.PKB.aki bat.Konflik.Internal, diakses, Rabu, 1 mei 2013, pukul 00.30 WIB

http://www.pemerintahan.fisip.undip.ac.id/index.php/artikel/129-peneguhan-komitmen-pkb diunduh pada tanggal 2 Mei 2013, pukul 15.30

http://politik.kompasiana.com/2013/01/30/elektabilitas-partai-islam-dan-kompatibilitas-demokrasi-529097.html diakses, Senin 18 Maret 2013, pada pukul 19.00 WIB