Relasi dan Fungsi Indonesia (5)

T

A. Konsep Relasi
Relasi adalah himpunan bagian antara A(domain) dan B (kodomain) atau hubungan yang
memasangkan setiap elemen yang ada pada himpunan A secara tunggal, dengan elemen
yang pada B.
R : A→B
Keterangan:
Himpunan A (Domain) = Daerah Asal
Himpunan B (Kodomain) = Daerah Kawan
Range = Daerah Hasil
Dalam menyajikan relasi, terdapat 3 bentuk:
1. Diagram Panah

2. Himpunan Pasangan Berurutan

3. Diagram Kartesius

B. Sifat – Sifat Relasi
1. Refleksif (reflexive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat refleksif jika (a, a) ∈ R untuk setiap

a ∈ A. Dengan kata lain, suatu relasi R pada himpunan A dikatakan tidak refleksif jika
ada a ∈ A sedemikian sehingga (a, a) ∉ R.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R adalah relasi ‘≤’ yang didefinisikan pada
himpunan A, maka
R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)}
Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R. Dengan demikian R
dinamakan bersifat refleksif.
Contoh :
Misalkan A = {2, 3, 4, 8, 9, 15}.
Jika kita definisikan relasi R pada himpunan A dengan aturan :
(a, b) ∈ R jika a faktor prima dari b
Perhatikan bahwa (4, 4) ∉ R
Jadi, jelas bahwa R tidak bersifat refleksif.
Sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu :
Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang unsur diagonal utamanya semua
bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah maka pada graf
tersebut senantiasa ditemukan loopsetiap simpulnya.
2. Transitif (transitive)

Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat transitif jika (a, b) ∈ R dan (b, c) ∈
R, maka (a, c) ∈ R, untuk a, b, c ∈ A.
Contoh :
Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R didefinisikan oleh :
a R b jika dan hanya jika a membagi b, dimana a, b ∈ A,
Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka :
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 6), (2, 8), (3, 3), (3, 6), (3, 9), (4, 4), (4, 8)}
Ketika (2, 4) ∈ R dan (4, 8) ∈ R terlihat bahwa (2, 8) ∈ R.
Dengan demikian R bersifat transitif.
Contoh :
R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh :
R : a + b = 5, a, b ∈ A,
Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka :

R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }
Perhatika bawa (1, 4) ∈ R dan (4, 1) ∈ R , tetapi (1, 1) ∉ R.
Dengan demikian R tidak bersifat transitif.
Sifat transitif memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu : sifat
transitif pada graf berarah ditunjukkan oleh :
Jika ada busur dari a ke b dan busur dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari

a ke c.
Pada saat menyajikan suatu relasi transitif dalam bentuk matriks, relasi transitif tidak
mempunyai ciri khusus pada matriks representasinya
3. Simetri (symmetric) dan Anti Simetri (antisymmetric)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat simetri jika (a, b) ∈ R, untuk setiap
a, b ∈ A, maka (b, a) ∈ R. Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan tidak simetri jika
(a, b) ∈ R sementara itu (b, a) ∉ R.
Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan anti simetri jika untuk setiap a, b ∈ A, (a, b)
∈ R dan (b, a) ∈ R berlaku hanya jika a = b.
Perhatikanlah bahwa istilah simetri dan anti simetri tidaklah berlawanan, karena suatu
relasi dapat memiliki kedua sifat itu sekaligus. Namun, relasi tidak dapat memiliki kedua
sifat tersebut sekaligus jika ia mengandung beberapa pasangan terurut berbentuk (a, b)
yang mana a ≠ b.
Contoh :
Misalkan R merupakan relasi pada sebuah himpunan Riil, yang dinyatakan oleh:
a R b jika dan hanya jika a – b ∈ Z.
Periksa apakah relasi R bersifat simetri !
Jawab :
Misalkan a R b maka (a – b) ∈ Z, Sementara itu jelas bahwa (b – a) ∈ Z.
Dengan demikian R bersifat simetri.

Contoh :
Tunjukan bahwa relasi ‘≤’ merupakan pada himpunan Z. bersifat anti simetri
Jawab :
Jelas bahwa jika a ≤ b dan b ≤ a berarti a = b.
Jadi relasi ‘≤’ bersifat anti simetri.
Contoh :
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat asli N merupakan contoh relasi
yang tidak simetri karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika
a = b. Sementara itu, relasi “habis membagi” merupakan relasi yang anti simetri karena
jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b.
Contoh :
Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi R merupakan relasi yang simetri
sekaligus relasi yang anti simetri.
Sifat simetri dan anti simetri memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian berbentuk
matriks maupun graf, yaitu :

Relasi yang bersifat simetri mempunyai matriks yang unsur-unsur di bawah diagonal
utama merupakan pencerminan dari elemen-unsurdi atas diagonal utama, atau mij =
mji = 1, untuk i = 1, 2, …, n dan j = 1, 2, …, n adalah :
Relasi yang bersifat simetri, jika disajikan dalam bentuk graf berarah mempunyai ciri

bahwa jika ada busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a.
Relasi yang bersifat anti simetri mempunyai matriks yang unsur mempunyai sifat yaitu
jika mij = 1 dengan i ≠ j, maka mji = 0.
Dengan kata lain, matriks dari relasi anti simetri adalah jika salah satu dari mij = 0 atau
mji = 0 bila i ≠ j :
sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat anti simetri mempunyai ciri bahwa
tidak akan pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua simpul berbeda.
Misalkan, R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R,
dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari himpunan B ke himpunan A yang
didefinisikan oleh :
R–1 = {(b, a) | (a, b) ∈ R }
Contoh :
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q yaitu :
(p, q) ∈ R jika dan hanya jika p habis membagi q
maka kita peroleh :
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)
R–1 merupakan invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P yang berbentuk :
(q, p) ∈ R–1 jika q adalah kelipatan dari p
sehingga diperoleh :

R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Jika M adalah matriks yang menyajikan suatu relasi R,
maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, misalkan N, diperoleh dengan
melakukan transpose terhadap matriks M
C. Konsep Fungsi
Suatu relasi dikatakan sebagai fungsi jika setiap unsur di daerah asai (domain = D)
dipasangkan dengan tepat ke satu unsur di daerah kawan. Sebagai misal A dan B masingmasing merupakan himpunan. Reiasi fungsi (f) dari A ke B (f: A → B) dikatakan sebagai
fungsi jika setiap anggota A dipasangkan dengan tepat ke satu anggota B.
Sifat – sifat fungsi antara lain:
1. Fungsi Injektif (Fungsi Satu-Satu)
Fungsi f dari A ke B merupakan fungsi injektif jika anggota B dipasangkan dengan tepat
ke satu anggota A, tetapi tidak semua anggota B harus mempunyai pasangan dengan
anggota A. Dengan kata lain, fungsi f dari A ke B merupakan fungsi injektif jika a1 , a2 ∈

Df dengan a1 ≠ a2 maka f(a1) ≠ f(a2). Df = daerah asal fungsi f.

2. Fungsi surjektif (Fungsi onto)
Fungsi f dari A ke B merupakan fungsi surjektif jika setiap anggota B mempunyai
pasangan dengan anggota A.


3. Fungsi Bijektif (Fungsi Berkorespondensi Satu-Satu)
Suatu fungsi dikatakan bijektif jika fungsi tersebut merupakan fungsi injektif sekaligus
surjektif.

D. Operasi Aljabar pada Fungsi
1. Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, dan Pembagian Dua Fungsi
Jika f dan g merupakan fungsi, berlaku sifat-sifat aijabar fungsi sebagai berikut.
a) Penjumlahan fungsi : (f + g)(x) = f(x) + g(x)
b) Pengurangan fungsi: (f – g)(x) = f(x) – g(x)
c) Perkalian fungsi : (f . g)(x) = f(x) . g(x)
d) Pembagian fungsi : (f/g) (x) = f(x)/g(x) . g(x) ≠ 0

2. Daerah Asal Fungsi

Diketahui f dan g merupakan fungsi dengan Df = daerah asal f dan Dg = daerah asal g.
Daerah asal operasi aljabar dua fungsi sebagai berikut.
a) Daerah asal fungsi (f + g)(x): Df + g = Df ∩ Dg
b) Daerah asal fungsi (f – g)(x): Df -g = Df ∩ Dg
c) Daerah asal fungsi (f . g)(x) : Df.g = Df ∩ Dg
d) Daerah asal fungsi (f/g) (x) : Df/g = Df ∩ Dg dengan g(x) 0

E. Konsep Fungsi Komposisi
Jika f dan g merupakan fungsi, komposisi fungsi f dan g (ditulis f ₒ g) dirumuskan sebagai
berikut.

(f ₒ g)(x) = f(g(x))
f ₒ g dibaca f ‘o’ g atau f komposisi g.
Artinya, mula-mula unsur x D g dipetakan oleh g ke g(x), kemudian g(x) dipetakan oleh f ke
f(g(x)). Dengan cara yang sama diperoleh komposisi fungsi berikut.

(g ₒ f)(x) = g(f(x))
(f ₒ g ₒ h)(x) = f(g(h(x)))

F. Sifat -Sifat Operasi Fungsi Komposisi
1. Komposisi fungsi tidak bersifat komutatif.
(f ₒ g)(x) ≠ (g ₒ f)(x)
2. Komposisi fungsi bersifat asosiatif.
(f ₒ g ₒ h)(x) – (f ₒ (g ₒ h))(x) = ((f ₒ g) ₒ h)(x)
3. Dalam komposisi fungsi terdapat sebuah fungsi identitas, yaitu
|(x) = x sehingga (f ₒ l)(x) = (I ₒ f)(x) = f(x)
G. Fungsi Invers

Apabila fungsi dari himpunan A ke B dinyatakan dengan f, maka invers dari fungsi f
merupakan sebuah relasi dari himpunan A ke B. Sehingga, fungsi invers dari f : A -> B
adalah f-1: B -> A. dapat disimpulkan bahwa daerah hasil dari f-1 (x) merupakan daerah asal
bagi f(x) begitupun sebaliknya.

H. Rumus Fungsi Invers

Cara menentukan fungsi invers bila fungsi f(x) telah diketahui:

I.

1. Ubah persamaan y = f (x) menjadi bentuk x sebagai fungsi dari y
2. Hasil perubahan bentuk x sebagai fungsi y itu dinamakan sebagai f-1(y)
3. Ubah y menjadi x [f-1(y) menjadi f-1(x)]
Contoh Soal
1. Soal Invers
f(x) = 3 – 2x, f-1(x) = ….
y = 3 – 2x
x=


3− y
2

3− y

f-1(y) = 2

3−x

f-1(x) = 2

2. Soal Invers

3 x +4

f(x) = 2 x−1

3 x +4

y = 2 x−1

y(2 x−1¿ = (3 x+ 4 ¿
2xy – y =3 x+ 4
2xy – 3x = y+ 4
x(2y – 3) = y+ 4

y+4

x = 2 y −3

y+4

f-1(y) = 2 y −3

x +4

f-1(x) = 2 x−3

3. Soal Komposisi Fungsi
F(x) = 2x + 1
G(x) = 3x2

1

H(x) = x+ 4
(f o g)(x) = …..
(f o g)(x) = f(g(x))
(f o g)(x) = f(3x2)
(f o g)(x) = 2(3x2) + 1
(f o g)(x) = 6x2 + 1
4. Soal Komposisi Fungsi
(h o g o f)(x) = …..
(h o g o f)(x) = h(g(f(x)))
(h o g o f)(x) = h(g(2x + 1))
(h o g o f)(x) = h(3(2x + 1)2)
(h o g o f)(x) = h(12x2 + 12x + 3)

1

(h o g o f)(x) = 12 x 2+12 x +3+4

1

(h o g o f)(x) = 12 x 2+12 x +7

Sumber Referensi

http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/01/pembahasan-fungsi-komposisi-dan-fungsiinvers.html
https://mferdiprastio.wordpress.com/2017/03/20/relasi-dan-sifat-relasi-biner/
http://www.pelajaran.co.id/2016/23/fungsi-komposisi-aljabar-fungsi-dan-komposisi-fungsimatematika-disertai-rumus-soal.html
http://ilmu-duniadanakhirat.blogspot.co.id/2013/02/materi-sma-fungsi-relasi-matematika.html
https://muhar5yah.wordpress.com/2010/01/05/komposisi-fungsi-relasi-dan-fungsi-invers/
https://matematikastudycenter.com/kelas-11-sma/81-invers-fungsi-11

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24