Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik

Tugas Akhir (Individu)
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Pembimbing : Dr. Gusnawaty, M.Hum/ Ita Rosvita Dahri, S.S.

Permasalahan yang Dihadapi
Peserta Didik Usia Menengah /
Remaja
Studi Kasus di SMP N 17 Makassar

OLEH :

ILMAL SATRIANI
( 05 / F511 12 605 )

PROGRAM SARJANA GURU BAHASA DAERAH ANGKATAN V

FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Kata Pengantar


Alhamdulillah, Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena hanya berkat Rahmat, Hidayah dan Cinta, Kasih, sayang serta Barokah-Nyalah sehingga
penulis dapat merampungkan makalah yang berjudul
Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Rasullullah
Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul akhir zaman, Sang revolusioner sejati, beserta
keluarga, para sahabat dan umatnya sampai akhir zaman, Amin.
Serta ucapan terima kasih kepada pembimbing, Ita Rosvita Dahri, S.S yang dengan
senang hati meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua responden yang dengan
senang hati meluangkan waktunya. Kepada kedua orang tua serta semua pihak yang membantu
penulis dalam merampungkan karya ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan pada
mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik, Program Sarjana Guru Bahasa Daerah (PSGBD), Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari
peran dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini
Saya menyadari, makalah ini sangat jauh dari taraf kesempurnaan, saya mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Agar di suatu saat nanti, saya mampu
mebuat karya yang lebih baik lagi. Harapan saya semoga tulisan ini memberikan manfaat.
Aamiinn…
Wassalam..

Makassar, November 2013

Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang Masalah

1.2.

Identifikasi Masalah

1.3.


Batasan Masalah

1.4.

Rumusan Masalah

1.5.

Rumusan Tujuan

1.6.

Metode penelitian

Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.

Definisi Peserta Didik

2.2.


Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah (SMP)

2.3.

Penyebab Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia (Menengah) SMP

2.4.

Solusi dari Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah (SMP)

Bab III Hasil Penelitian
3.1.

Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah (SMP)
3.1.1. Berdasarkan Hasil Angket
3.1.2. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Guru BK
3.1.3. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Orang tua / Wali Siswa

3.2.


Penyebab Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia (Menengah) SMP
3.2.1. Berdasarkan Hasil Angket
3.2.2. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Guru BK
3.2.3. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Orang tua / Wali Siswa

3.3.

Solusi dari Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah (SMP)
3.3.1. Berdasarkan Hasil Angket
3.3.2. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Guru BK
3.3.3. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Orang tua / Wali Siswa

Bab IV Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
Tentang Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan peralihan ke masa remaja setelah
melewati masa kekanak-kanaknya di Sekolah Dasar (SD). Dapat dimengerti bahawa akibat
yang luas dari masa peralihan masa remajan ini (puber) sangat rentan dengan kenaklan
remaja, karena pada masa ini anak masih labil dalam menentukan mana yang negative dan
mana yang positif atau mana yang baik serta mana yang buruk. Hal demikian menjadi anak
bertindak sesuai dengan kemampuan hatinya dan sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya. Perubahan dari masa kanak-kanak ke masa remaja
merupakan masa yang sulit untuk orang tua mapun guru karena pada masa ini butuh
perhatian yang khusus dalam segala hal. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa
perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada masa remaja merupakan akibat dari
perubahan sosial pada akibat dari perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan
tubuh. Kurangnya pembelajaran hati nurani, moral yang dieterima anak puber dari orang
tua, kakak-adik, guru-guru dan teman-teman kemungkinan akan terjadi perubahan psikologi
yang buruk. Semakin baik lingkungan yang diterima akan berdampak pula pada komunikasi
dan pembentukan perilaku yang positif. Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melakukan
observasi dengan judul “Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah /
Remaja Studi Kasus di SMP N 17 Makassar”


1.2.

Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas, masalah-masalah dalam penelititian dapat
diidentifikasikan sebagai berikut,
-

Remaja

-

Masalah remaja

-

Perkembangan Peserta Didik

-


Psikologi remaja

1.3.

-

Perilakau remaja

-

Pelajar SMP

-

Masalah Pelajar SMP

-

Factor penyebab masalah-masalah tersebut


-

Solusi dari permasalahan

Batasan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas maka masalah
yang mencakup penelitian ini terlalu luas, sehingga memerlukan waktu dan biaya yang
cukup. Untuk itu, masalah-masalah tersebut perlu dibatasi ruang lingkupnya sebagai
berikut.
-

Masalah yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP).

-

Penyebab terjadinya permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah
(SMP).

1.4.


Solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP).

Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah
maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut,
-

Masalah apakah yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP)?

-

Apakah penyebab terjadinya permasalahan yang dihadapi peserta didik usia
menengah (SMP)?

-

Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah
(SMP)?

1.5.


Rumusan Tujuan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka perlu dirumuskan rumusan tujuan
sebagai beikut,masalahan-permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP)

-

Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang permasalahn yang dihadapi peserta
didik usia menengah (SMP).

-

Penelitian ini berusaha menguraikan penyebab terjadinya permasalahan yang
dihadapi peserta didik usia menengah (SMP).

-

Penelitian ini berusaha menguraikan solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta
didik usia menengah (SMP).

1.6.

Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melakukan metode penelitian sebagai berikut:
a. Tempat

: SMP N 17 Makassar

b. Waktu

: November 2013

c. Subjek

:

1) Siswa Kelas 8 SMP N 17 Makassar
2) Guru BK
3) Oaring tua / Wali Siswa
d. Prosedur
1) Wawancara
2) Angket

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi Peserta Didik

2.1.1. Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam proses
pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa
belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik.
Karenanya kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan
formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik
dan peserta didik. Tentu saja, optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang professional.
Sebutan “Peserta didik“ dilegitimasikan dalam produk hukum kependidikan
Indonesia. Agaknya, sebutan “peserta didik” itu menggantikan sebutan “siswa” atau
“pelajar” atau student. Akan tetapi, kalau benar sebutan “peserta didik” merupakan
padanan kata “siswa” dan sebutan terakhir ini untuk mereka yang belajar pada
jenjang sekolah menengah ke bawah; oleh karena itu tradisi kita mereka yang
belajar di perguruan tinggi disebut mahasiswa, apakah ini akan disebut
“mahapeserta didik”?
Dengan demikian, penggantian kata “siswa” menjadi “peserta didik”, agaknya
lebih pada kebijakan untuk seakan-akan ada reformasi pendidikan dinegara kita ini.
Pada sisi lain, di dalam literature akademik, sebutan peserta didik (educational
participant) umumnya berlaku untuk pendidikan orang dewasa (adult education),
sedangkan untuk pendidikan “konvensional” disebut siswa. Namun demikian,
karena sebutan “peserta didik”, sudah dilegitimasi di dalam perundang-undangan
pendidikan kita. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis tertentu. Peserta didik juga dapat difenisikan sebagai orang
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu
dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
2.1.2. Peserta Didik Usia Sekolah Munengah
Peserta didik usia 12 – 19 tahun merupakan prriode remaja transisi, yaitu
periode transisi antara masa kanak-kanak dan usia dewasa. Periode ini merupakan masa
perubahan yang sangat besar. Selama periode ini pertumbuhan fisik, emosional, dan
intelektual terjadi dengan kecepatan yang “memusingkan”, menentang peserta didik
sebagai remaja untuk menyesuaikan diri dengan suatu bentuk “tubuh baru” , identitas
sosial, dan memperluas pandangannya tentang dunia.
Pertumbuhan dan perubahan fisik sangat nyata pada peserta didik usia ini, baik
laki-laki maupun perempuan. Perubahan dan pertumbuhan itu merupakan pengalaman
tersendiri bagi remaja. Dalam rentang beberapa tahun ini peserta didik mempersiapkan
diri menjadi anggota masyarakat dewasa yang mandiri dan berkontribusi kepada
masyarkat. Dimensi perkembangan psikoseksua pun mengalami pematanagn yang luar
biasa. Peserta didik akan mengalami serta melewati masa pubertas. Pubertas adalah
waktu perkembangan fisik yang cepat, menandakan akhir masa kanak-kanak dan awal
kematanagn seksual. Meskipun pubertas dapat dimulai pada waktu yang berbeda bagi
masing-masing peserta didik, baik peserta didik perempuan maupun laki-laki umumnya
menyelesaikan masa ini tanpa masalah.
2.2.

Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah (SMP)

Banyak permasalahn yang dihadapi peserta didik yang dihadapi peserta didik usia
menengah. Hal yang paling berpangaruh disebabkan, peserta didik usiamengengah merupakan
fase yang belum stabil. Begitu banyak hal yang bisa menjerumuskan peserta didik ke masalahmasalah tertentu. Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia sekolah menengah dalam

bentuk perilaku. Berikut ini merupakan lima daftar masalah yang selalu dihadapi peserta didik
usia menengah. Pertama, Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang
dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan
dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan
menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan
masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah
misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja
mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak
langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri. Kedua, Perilaku
menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku
yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya
tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour
disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan
hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya
tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder
lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya. Ketiga, Penyesuaian
diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan
remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu
tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar
peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah
menegah (SLTP/SLTA). Keempat, Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct
disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara
perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan
perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya,
karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak.
Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia
memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak
memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam
conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara
non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya .
Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional

deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur
permusuhan yang akan merugikan orang lain. Kelima, Attention Deficit Hyperactivity
disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima
impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif.
Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat
berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut
tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh
oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan
temannya.
2.3.

Solusi dari Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah
(SMP)

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebai seorang orang tua, pendidik. ataupu
lembaga-lembaga pendidikan. Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog
untuk menyiapkan jalan bagi tindakan bersama. Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik
di sekolah, dan masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan
para remaja. Dalam hati sanubari para remaja tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman,
dan kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila
melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat yang
tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis.
Menyadari kekurangan ini, lembaga-lembaga pendidikan perlu membuka kesempatan untuk
mengadakan dialog dengan para remaja, kaum muda dan anak-anak, entah dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kedua, menjalin pergaulan yang tulus. Dewasa ini
jumlah orang tua yang bertindak otoriter terhadap anak-anak mereka sudah jauh berkurang.
Namun muncul kecenderungan yang sebaliknya, yaitu sikap memanjakan anak secara
berlebihan. Banyak orang tua yang tidak berani mengatakan tidak terhadap anak-anak mereka
supaya tidak dicap sebagai orangtua yang tidak mempercayai anak-anaknya, untuk tidak
dianggap sebagai orangtua kolot, konservatif dan ketinggalan jaman. Ketiga, memberikan
pendampingan, perhatian dan cinta sejati. Ada begitu banyak orangtua yang mengira bahwa
mereka telah mencintai anak-anaknya. Sayang sekali bahwa egoisme mereka sendiri

menghalang-halangi kemampuan mereka untuk mencintaianak secara sempurna. “Saya telah
memberikan segala-galanya”, itulah keluhan seorang ibu yang merasa kecewa karena anakanaknya yang ugal-ugalan di sekolah dan di masyarakat. Anak saya anak yang tidak tahu
berterima kasih, katanya. Yang perlu dipahami bahwa setiap individu memerlukan rasa aman
dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan pokok yang yang pertama-tama
dirasakan manusia adalah kebutuhan akan “kasih sayang” yang dalam masa perkembangan
selanjutnya di usia remaja, kasih sayang, rasa aman, dan perasaan dicintai sangat dibutuhkan
oleh para remaja. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian,
cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para remaja akan mendapatkan rasa aman,
serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya. Lewat kondisi
dan suasana hidup dalam keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat seperti
di atas itulah para remaja akan merasa terdampingi dan mengalami perkembangan kepribadian
yang optimal dan tidak terkungkung dalam perasaan dan tekanan-tekanan batin yang
mencekam. Dengan begitu gaya hidup yang mereka tampilkan benar-benar merupakan proses
untuk menemukan identitas diri mereka sendiri yang sebenarnya.

BAB III
HASIL PENELITIAN

3.1.

Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah (SMP)

3.1.1. Berdasarkan Hasil Angket
Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP)
Berdasarkan hasil angket yang dibagikan, dari responden sekitar,
a. 64 % responden mengaku permasalahan yang sering mereka hadapi
adalah kesulitan dalam memahami pelajaran.
b. 20 % responden mengaku permasalahan yang sering mereka hadapi
adalah kesulitan dalam sosialisasi dengan teman.
c. 14 % responden mengaku permasalahan yang sering mereka hadapi
adalah masalah percintaan.
d. Tidak ada responden yang mengaku kesulitan dalam financial
ataupun permasalahan keluarga. ( 0%

responden mengaku

permasalahan yang sering mereka hadapi adalah kesulitan dalam
Keluarga/Finansial.
e. 2 % responden mengaku permasalahan yang sering mereka hadapi
adalah permasalahan lainnya.
Berdasarkan permasalahan yang bersifat umum di atas, penulis
memberikan pertanyaan tambahan untuk lebih mengerucutkan lagi
permasalahan yang dihadapi responden dengan meminta responden

memberikan deskripsi singkat permasalahan yang mereka hadapi.
Hasinya adalah :
a. 36 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
kesulita memahami pelajaran MIPA.
b. 10 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
guru atau pendidik tidak menyenangkan.
c. 2 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
pelajaran yang dinilai kurang ataupun tidak menarik.
d. 12 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
kesulitan dalam menyelesaikan tugas ataupun kesulitan dalam
menyelesaikan soal pada saat ulangan.
e. 4 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
teman yang rebut atau mengganggu ketika peruses belajar mengajar
(PMB) berlangsung.
f. 2 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
penyakit yang sedang mereka derita kadang mengganggu.
g. 8 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
ketidaktersediaannya ruang belajar. Di SMP N 17

Makassar

memang kekurangan ruang belajar disebabkan siswa kelas 7 yang
diterima jauh lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
h. 4 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
menghilangkan inventaris (buku) di perpustakaan.
i. 4 % responden mengaku permasalahan yang mereka hadapi adalah
konflik dengan pacar yang berkepanjangan yang menimbulkan

banyak masalah lain. Seperti pelajaran dan permasalalahan dengan
temannya.
j. 14 % responden tidak memberikan jawaban atau tidak memeberikan
spesifikasi permasalahan mereka.
3.1.2. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Guru BK
Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru BK di SMP N 17 Makassar,
permasalahan yang dihadapi peserta didik begitu heterogen. Mulai dari
masalah mengenai kesulitan memahami pelajaran, konfik dengan teman
ataupun kekasih, bolos, tawuran, merokok, hingga penyalahgunaan obatobatan dan pergaulan bebas.
Banyak hal yang menyebabkan peserta didik bermasalah,
terutama factor internal dari keluarga SI peserta didik. Kebanyakan
peserta didik memberikan ‘respon’ yang negative sebagai bentuk protes
dengan orang tua yang tidak memerhatikan mereka. Orang tua di era
modern ini terkadang lebih sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka
melupakan bahawa Si anak tidak sekedar membutuhkan materi namun
cinta. Dan kasih sayng teramat penting serta jauh lebih mereka butuhkan.
Kemajuan teknologi informasi di era globalisasi ini tak mampu
terhindarkan. Keberadaan internet yang begitu bebas diakses dimanapun
kita berada menjadi momok tersendiri bagi peserta didik. Si peserta didik
bebas mengakses apapun baik melalui computer, di Warung internet
maupun melalui smartphone. Peserta didk biasanya mengakses hal-hal
yang bersifat porno, kekerasan, ataupun kenakalan-kenakalan lainnya.
Walaupun, di SMP N 17 Makassar telah membuat aturan mengenai
pelaranagn membawa telepon seluler masih ada saja siswa yang
kedapatan sedang mengakses film porno. Hal tersebut begitu memalukan

dan

mengecewakan.

Akibatnya

siswa yang

kedapatan

tersebut

diberikanperingatan keras atas pelanggarannya.
3.1.3. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Orang tua / Wali Siswa
Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia menengah (SMP)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Orang tua / Wali siswa ialah
ketiadaannya komunikasi. Saat ini kebanyakan anak lebih senang
bercerita dengan sebayanya atau sahabatnya. Orang tua kehilangan
fungsinya sebagai tempat bercerita dan berbagai keluh kesah dengan
anaknya. Ketiadanya komunikasi antara orang tua dan anak inilah yang
menjadi polemic sehingga menimbulkan masalah lain yang lebih
kompleks. Kecenderungan anak bersikap lebih terbuka kepada temantemannya kadang merugikan Si anak itu sendiri. Kondisi psikologi anak
yang masih labil, serta cenderung terbawa oleh emosi, bisa
mengakibatkan mereka saling membuka aib masing-masing. Kemudian
timbullah permusuhan antar mereka. Tak menutup kemungkinan dari
sebuah permusahan, menjadi dendan yang mendarah daging akhirnya
terjadilah tawuran. Hal lain dari keburukan tidak adanya keterbukaan Si
anak dengan orang tua ialah, penyalahgunaan obat-obatan serta
pergaulan bebas yang kini semakin marak terjadi pada remaja.

3.2. Solusi dari Permasalahan yang Dihadapi Peserta Didik Usia Menengah
(SMP)

3.2.1. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Guru BK
Solusi dari Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia
menengah (SMP) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK adalah

sebagai orang tua janganlah terlalu focus pada pememenuhan materi Si
peserta didik. Pihak sekolah dan orang tua sebaiknya bekerja sama dalam
memanatau anak, disebabkan kebebasan Si peserta didik dalam
mengakses internet.janagn sampai hal yang diakses peserta didik adalah
hal yang tidak pantas mereka akses.
Hal lain yang dapat dilakukan ialah ketika menghadapi masalah
peserta didik ketika Si peserta didik begitu hobby terhadap tawuran
ialah; pertama. Memberikan pengajaran kepada peserta didik untuk tidak
menyelesaikan

permasalahnnya

dengan

kekerasan.

Kedua,

memperbanyak kegiatan Ekstrakuliler di Sekolah. Ketiga, mengajajarkan
kepada peserta didik ilmu bela diri yang mempunyai prinsip penggunaan
untuk menyelamatkan orang bukan menyakiti orang lain.
Ketika Si peserta didik hobby merokok, hal dapat kita lakukan
ialah; pertama, janagn membiarkan kmonukasi antara Si peserta didik
dengan orang tuanya terputus. Kedua, pihak sekolah harislah menindak
tegas peserta didik yang kedapatan merokok. Ketiga, di Indonesia iklan
rokok begitu bebas wara-wiri. Seharusnya iklan rokok tersebut dibatasi.
Keempat, menanamkan kepada peserta didik janagn sekali-kali mencoba
rokok. Kelima, memberikan contoh. Jangan kita hanya melarang Si
peserta didik untuk merokok. Tetapi oranr tua ataupun pihak pendidik
malah merokok di depan Si peserta didik. Keenam, mengajarkan kepada
peserta didik untuk berhati-hati memilih teman.

3.2.2. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Orang tua / Wali Siswa
Solusi dari Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia
menengah (SMP) Berdasarkan hasil wawancara dengan Orang tua / Wali
siswa berdasarkan contoh kasus yang diberikan

a. Kesulitan memahami pelajaran
Menurut orang tua / wali siswa jika peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, sebabai
orang tua kita harus melakukan beberapa hal. Pertama,
sebagai orang tua kita memberikan fasilitas yang nyaman
yang bisa membantu anak memahami pelajarannya serta
sebagai stimulun agar Si anak lebih giat belajar. Seperti ruang
belajar yang nyaman serta buku-buku yang menujang. Kedua,
memberikan les privat dengan pengajar yang handal serta
berkompeten agar sia anak semakin termotivasi untuk belajar
lagi. Ketiga, memasukkan Si anak ke bimbingan belajar yang
berkualitas tinggi yeng memiliki lingkungan yang baik. Agar
Si anak selain memiliki pengalaman yang baik, sekaligus
mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan luar.
Keempat, memberikan hadia. Jika Si anak mendapatkan nilai
yang bagus, Si Anak dapat diajak berjalan-jalan keluar kota,
seperti Bali, Jakarta, Bandung, Pekanbaru ataupun Manado.
Hal ini juga dapat mebuat Si Anak mencintai Negerinya.

b. Sosialisasi dengan teman
Dalam hal sosialisai dengan teman, jika Si anak
mendapatkan masalah, sebagai orang tua langkah awal yang
dapat ditempuh ialah, menanamkan rasa percaya diri anak.
Kita harus memberikan stimulun jika Si Anak adalah seorang
yang pandai bergaul dan mudah mencairkan suasana. Kedua,
memasukkan Si Anak kedalam kelompok-kelompok yang
menaungi minat dan bakat SI Anak, agar Si Anak meresa

memiliki persamaan dan tidak canggung lagi untuk
bersosialisasi. Ketiga, memasukkan Si Anak pada sekolah
agama/TPA agar membuat Si Anak mendapatlan pendidikan
yang religious dan memahami dirinya dengan Tuhan serta
membantu anak lebih hakikat manusia agar dia lebih
memahami dirinya, Tuhan dan masyarakat. Keempat, agar
orang tua lebih mudah mengontrolnya sosialisasinya, jika ada
tugas kelompok ataupun belajar bersama, baiknya diadaakn di
rumah. Kelima, mengajak Si Anak berlibur dengan temantemannya. Seperti ke pantai ataupun ke wisata kebun.

c. Percintaan
Dalam hal masalah percintaan, sebagai orang tua yang
memiliki anak sedang menempuh pendidikan di usia SMP
baiknya kita arahkan mereka untuk janganlah dulu. Namun,
kitapun tidak berhak menghambat masa pubertas yang sedang
mereka jalani oleh karena itu kita buat mereka sibuk
melakukan hal-hal yang positif, agar fikiran mereka
teralihkan ke hal-hal positif tersebut. Pemakaian internetpun
harus dibatasi situs jejaring sosial facebook di rumah harus
diblokir. Kitapun harus membingbing Si Anak, jika dia
memiliki pacar, teman special atau apapun istilah, sebaiknya
dia harus berhati-hati agar tidak patah hati nanti Si Anak akan
sakit hati.

3.3. Hasil Wawancara dengan Salah seorang Peserta Didik

3.3.1. Identifikasi Masalah
Identitas Peserta Didik
Nama lengkap

: Andi Sulastri

Jenis Kelamin

: Perempuan

Sekolah

: SMP Negeri 17 Makassar

Kelas

: 8.9

Agama

: Islam

Temapat, Tanggal Lahir

: Pattallassang Gowa, 23 Agustus 1999

Usia

: 14 Tahun
Identitas Orang Tua / Wali

Nama Ayah

: Ismail

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wartawan

Nama Ibu

: Andi Farida

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Nama Wali

: Saparuddin

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wirausaha/Bengkel
Andi Sulastri. Atau akrab disapa Bule adalah siswa yang

tergolong pendiam. Namun, dia tidak mengalami kesulitan dalam
bersosialisai dengan temannya. Dari segi kecerdasan, peserta didik ini
juga tidak mengalami kesulitan yang berarti. Hal yang membuat

namanya tercatat di Bimbingan dan Konseling, Si Bule ketahuan
membawa Telepon Seluler ( Handphone ). Sesuai peraturan yang berlaku
di SMP N 17, Siswa tidak diperbolehkan membawa telepon seluler ke
sekolah.
Karena Bule ketahuan membawa telepon seluler dia harus
berhadapan dengan Guru BK (Ibu Racjmawati). Sebagai seorang guru
BK, ibu Rajmawati memberikan bimbingan kepada Bule. Namun, hal
yang tak pernah diduga, Bule langsung membantah dan menentang Sang
Guru BK. Hal itulah yang semakin memperkeruh keadaan.
3.3.2. Diagnosa Terhadap Kasus Bule
Setelah melakukan Identifikasi masalah, langkah selanjutnya
adalah diagnosis yaitu penetapan masalah. Dalam langkah ini dilakukan
pengumpulan informasi yang bersumber dari guru BK serta dengan
tekhnik pendekatan intrapersonal, dengan responden itu sendiri. Dari
informasi yang telah didapatkan, Bule tampaknya mencari cara untuk
menutupi permasalahan yang telah lama ada pada dirinya.
Menurut Guru Ibu Rajmawati, Bule mengalami permasalahan
alot pada keluaraganya. Sewaktu Bule masih berada didalam kandungan,
merupakan klimaks dari pertebgkaran kedua kedua orang tuanya. Sosok
Ayah yang saat ini dia panggilnya Ayah (Saparuddin) bukanlah ayah
kandungnya. Ayah kandungnya adalah seorang wartawan yang bernama
Ismail. Ibunya (Andi Farida) sewaktu mengandung Bule bertengkar
hebat dengan ayah kandung Bule dan akhirnya bercerai.
Serta sangat disayangkan pula, orang tua yang saat ini
bersamanya juga sering cekcok. Bule mereasa begitu tertekan. Jika
kedua orang tuanya saat ini bertengkar, Bule biasa memilih pergi
meninggalkan rumah. Bule biasanya mengunjungi taman dekat area
rumahnya atau sebuah waduk yang terletak di sekitar Antang.
Setelah menganalisis masalah yang dihadapi Bule, terdapat dua
factor yang menyebabkan Bule mendapat Tekanan Psikis yaitu; pertama,
factor Internal atau factor yang berasal dari dalam diri Bule. Ketika Bule

berada didalam kandungan kedua oaring tua kandungnya sering
bertengkar dan bahakna klimaks dari pertengkaran keduanya. Ketika
seseorang sedang mengandung seharusnya dia melakukan hal-hal yang
baik. Bahakn semua pemikirannya haruslah bersifat positif dan harus
kuat, sebab berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis Bule sangat
mudah murung dan meneteskan air mata. Kedua, factor Eksternal atau
factor yang berasal dari lingkungan Bule. Hal yang begitu disesalkan
ialah, kembalinya factor pertengkaran didalam keluarga yang menjadi
permasalahannya. Bule yang tidak pernah mengetahui perihal Ayah
kandungnnya serta telah menganggap sosok Ayah yang dipanggilnya
saat ini adalah ayah kandungnyya. Harus menutup telinganya rapat-rapat
ketika mendengar kedua orang tuanua bertengkar. Bule begitu tertekan
ketika mendengar kedua orang tuanya bertengkar.
Setelah melakukan diagnosis, penulis melakukan beberapa
bimbingan secara khusus guna penyelesaian. Solusi terhadap kasus Bule
yaitu:
Bekerja sama dengan orang tua siswa
Berkomunikasi dengan orang tua siswa guna penyelesaian
masalah.
Pemberian motivasi, dukungan dan arahan positif. Seperti
Beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi siswa
bisa diselesaikan yaitu : pertama, Prestasi siswa akan bisa terus
meningkat. Kedua, Kemampuan bakat siswa akan semakin berkembang.
Ketiga, Pandangan siswa tentang masa depannya akan lebih cerah.
Keempat, Siswa akan kembali mempunyai semangat belajar yang tinggi
Adapun kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila
masalah yang dihadapi siswa tidak bias diselesaikan : Pertama,
Semangat belajar siswa akan semakin menurun dan semakin memburuk.
Kedua, Prestasi siswa akan semakin menurun. Ketiga, Siswa akan
semakin terpuruk dan akan menjadi siswa yang berperilaku negative.
Keempat. Kemampuan bakat siswa akan terpendam dan tidak bisa

berkembang.Kelima, Siswa tidak akan punya pandangan ke depan untuk
masa depannya ( cita-cita ). Keenamn, Hubungan siswa dengan kedua
orang tuanya akan semakin memburuk
3.3.3. Alih Tangan Kasus
Dari jenis masalah yang sedang dihadapi Bule, penulis belum
melakukan alih tangan

khusus, mengingat kasus tersebut juga

menyangkut urusan rumah tangga keluarga Bule, pihak sekolah maupun
guru, hanya memberi solusi, bimbingan, arahan positif kepada pihak
orang tua maupun kepada Bule, guna mengembalikan semangat belajar
yang tinggi, serta sikap dan perilaku Bule kedepannya semakin baik dan
lebih beretika.
3.3.4. Bimbingan untuk Mengatasi Masalah
Adapun bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa untuk
mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut
Adapun bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan individu. Pihak guru dan orang tua hendaknya mampu menanamkan
keyakinan kepada siswa agar tetap semangat dalam belajar meskipun siswa
menghadapi suatu masalah yang berat.
2. Memberi pengertian kepada siswa untuk mengatur kegiatannya di rumah ataupun di
sekolah, jangan sampai kegiatan bermain mengganggu tugas utama sebagai siswa yaitu
belajar .Mengingatkan kepada siswa bahwa suatu kemampuan belajar haruslah
dikembangkan, dan memotivasi siswa agar mengoptimalkan belajar sehingga prestasi
tidak akan menurun, dan kemungkinan prestasi akan bisa terus dipertahankan juga
semakin meningkat. Mengusahakan siswa untuk sering bertemu dan belajar bersama
dengan orang yang dipercaya dan mengerti keadaan siswa, dan interaksi social siswa
tidak akan terpuruk serta berkembang secara teratur .
3.

Mengusahakan siswa untuk bisa terbuka kepada orang tua ataupun guru pembimbing
agar jika siswa mengalami masalah maka guru pembimbing bias maupun orang tua

memberi solusi. Menciptakan kedisiplinan kepada anak ,orang tua atau pun guru
pembimbing dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara
konsisten dan berkesinambungan .
4.

Kerjasama dengan orang tua juga sebaiknya mampu memberikan perannya dalam halhal berikut: Orang tua hendaknya memberikan perhatian yang penuh kepada siswa, agar
dapat menambah semangat siswa,untuk belajar lebih baik lagi ,meskipun keadaan orang
tua kurang harmonis. Orang tua hendaknya memberikan semangat kepada siswa agar
selalu giat belajar. Orang tua harus selalu mengingatkan kepada siswa untuk
memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar .

5.

Kerjasama dengan guru. Guru hendaknya melakukan pendekatan-pendekatan kepada
siswa dan memberi motivasi siswa untuk terus belajar, dan mempertahankan
prestasinya
Guru sebaiknya bertanya langsung kepada siswa guna memperoleh informasi yang tepat
mengenai dirinya hendaknya mencari situasi yang tepat untuk berkomunikasi secara
terbuka dengan siswa, setelah itu ajak anak untuk mengungkapkan penyebab iya malas
belajar .
Guru hendaknya member perhatian yang khusus kepada siswa guna
keberhasilan siswa dalam belajar, dan melakukan bimbingan dalam bentuk tambahan
waktu belajar Guru seharusnya melakukan hubungan kerjasama yang baik dengan orang
tua dan melaporkan kepada orang tua tentang perkembangan siswa dalam belajar. Guru
hendaknya menegakkan kedisiplinan kepada siswa, bilamana siswa melakukan suatu
pelanggaran

saat

belajar

dan

siswa

meninggalkan

kesepakatan

yang

telah

disepakati,apabila siswa melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang
bersifat fisik, untuk mengalihkannya gunakan konsekuensi logis yang yang dapat
diterima oleh akal pikiran siswa
3.3.5. Tindak Lanjut
Dalam upaya memberikan layanan terhadap Bule dan siswa lain
yang juga mengalami Tekanan Psikis akibat Permasalahan keluarga,
penulis merekomendasikan pihak sekolah untuk melakukan beberapa
kegiatan diantaranya :
1. Memberikan motivasi Intrinsik dan ekstrinsik

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi

yang

dimaksud

adalah

pemberian

dorongan yang berasal dari dalam diri individu dan guru
memberikan

dorongan untuk siswa belajar. Karena

motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif karena
motivasi intrinsic relative lebih lama dan tidak akan
tergantung pada motivasi dari luar. Guru memberikan
dorongan kepada siswa yang bersumber pada diri individu
untuk lebih maju ,lebih kreatif dan bersifat positif dalam
menghadapi suatu masalah.
b. Motivasi Ekstrinsik
Adalah faktor yang datang dari luar diri individu
tetepi member pengaruh terhadap kemauan belajar siswa.
Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang
tua.
Jadi guru memberikan dorongan spiritual kepada siswa,
berupa memberi pujian kepada siswa,memberi tata tertib,
menciptakan kedisiplinandi sekolah ataupun di rumah,
guru memberi contoh teladan yang baik kepada siswanya,
dengan begitu siswa tidak akan berbuat melanggar
peraturan dalam kegiatan pembelajaran, siswapun akan
merasa nyaman, tanpa beban dan masalah.
2. Pihak sekolah hendaknya menyediakan guru pembimbing
khusus

guna

mengatasi

kasus

Bule

ataupun

kasus

Perkembengan belajar lainnya. Mungkin dengan adanya guru
pembimbing khusus siswa akan dengan mudah menceritakan
setiap masalah Belajar nya kepada guru pembimbing, dengan
begitu gugu pembimbing akan memberi solusi langsung
kepada siswa untuk menyelesaiakan masalahnya tanpa harus
siswa berbuat semaunya sendiri karena merasa patah

semangat dan putus harapan dengan mengahadapi berbagai
masalah yang dihadapi .

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan

Dari semua uraian yang telah dibahas ,maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
belajar mengajar, tidak hanya didukung dari pihak sekolah saja, namun orang tua
juga berperan penting dalam perkembangan belajar peserta didik. Orang tua dan
pihak sekolah harus sama-sama mendukung proses pembelajaran peserta didik guna
membentuk karakter siswa. Peserta didik usia menengah (SMP) pada umumnya
masih banyak memerlukan dukungan, bimbingan, arahan, perhatian dari orang tua
untuk memotivasi belajarnya, bukan hanya dari pihak sekolah saja.
Dan pada dasarnya bimbingan atau arahan merupakan proses memberikan
bantuan kepada pihak peserta didik agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman
akan diri sendiri dan sekitarnya,yang selanjutnya dapat diambil keputusan untuk
melangkah maju guna menolong diri sendiri dalam menghadapi berbagai masalah.
Dimana bimbingan dan pendidikan anak usia dini sangatlah dibutuhkan guna
membentuk karakter dasar siswa
4.2.

Saran

4.2.1. Bagi Guru
Diharapkan pihak sekolah memerhatikan masing – masing
peserta didiknya, khususnya siswa yang terlibat dalam masalah. Pihak
sekolah diharapkan tidak hanya menjadi fasilitator bagi peserta didik
namun juga sebagai motivator. Diharapkan ada kerjasama, komunikasi
yang terus berjalan antara sekolah dengan wali peserta didik. Diharapkan

pihak sekolah dapat mengetahui perkembangan belajar masing-masing
peserta didiknya, khususnya peserta didik yang terlibat dalam masalah
sehingga tidak akan membuat peserta didik mengurangi semangat
belajar.

4.2.2. Bagi Orang tua
Sebaiknya orang tua tidak memperlihatkan pertengkarannya
ataupun permasalahannya di depan anak-anakny.banyak meluangkan
waktu untuk memperhatikan perkembangan belajar anaknya di sekolah
ataupun di rumah. Hendaknya orang tua jangan sampai bertengkar di
depan anak, karena itu akan semakin membuat anak terpuruk,merasa
menyerah, kurang diperhatikan, putus harapan. Orang tua hendaknya
memberikan

keleluasan

kepada

anak

untuk

menentukan

pilihannya,namun dalam pengawasan orang tua
Selalu memberikan motivasi, semangat rarahan-arahan yang
mengarah pada hal positif. Orang tua seharusnya bekerja sama dengan
sekolah,agar saat anak merasa terpuruk karena orang tua, orang tua dapat
meminta sekolah untuk memotivasi anak, memberi semangat, agar hal
tersebut tidak sampai mengurangi semngat belajarnya. Orang tua
seharusnya menjadi tempat bersandar anak, berbagi keluh kesah,
memberi perhatian, sehingga anak akan merasa nyaman untuk
menceritakan masalah yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung :
Alfabeta
Anonim, 2008. Masalah dan Solusi Remaja di Sekolah : Diakses tanggal 30
November 2013.
Marzillina, 2009. Masalah yang Dihadapi oleh Siswa : Diakses tanggal 30
November 2013.

Lampiran 1
ANGKET
MENGETAHUI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK USIA
MENENGAH
DI SMP NEGERI ………………………………………
NAMA /NIS : …………………………………………………………………………...
1. Permasalahan apa yang sering Anda hadapi?
a. Kesulitan memahami pelajaran

d. Keluarga/Finansial

b. Sosialisai dengan teman

e. Lainnya(…….………………..)

c. Percintaan
2. Hal yang Saya lakukan ketika menghadapi masalah tersebut adalah ….
a. Merokok / Zat adiktif lainnya
b. Nulis di Jejaring Sosial
c.

Malas (Belajar/Makan)

d. Uring-uringan
e. Bolos/mengunjugi tempat-tempat yang bisa membuat saya melupakan masalah
tersebut (……………………………………………………………………………...)
f. Lainnya (…………………………………………………………………….……….)
3. Deskripsikan masalah yang sedang Anda hadapi
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
4. Saya menyelesaikan masalah tersebut dengan …
a. Curhat (Guru/Sahabat/Orang tua/Pacar/Jejaring Sosial)
b. Memendamnya saja
c. Lainnya (……………………………………………………………………….…….)

Terimah Kasih

Lampiran 2
Wawancara dengan Guru BK
Nama Responden

:

Usia / Pekerjaan

:

1. Selama Anda menjadi seorang Guru BK, permasalahan apa saja yang dihadapi oleh
peserta didik?
2. Bagaimana cara Anda membantu Siswa menyelesaikan masalah tersebut?
3. Permasalahan seperti apa yang paling sering dihadapi oleh peserta didik?
4. Permasalahan yang mana yang paling sulit Anda selesaikan selaku guru BK?
5. Pernahkan Anda merasa kesulitan dalam menghadapi Masalah Peserta didik?
6. Bagaimana

Lampiran 3
Wawancara dengan Orang tua / Wali Siswa
Nama Responden

:

Usia / Pekerjaan

:

1. Sebagai seorang Orang tua/wali siswa, Menurut Anda Masalah-masalah apa saja yang
dihadapi peserta didik Usia menengah (SMP)?
2. Diantara semua masalah-masalah tersebut, masalah apakah yang paling sering dihadapi
mereka?
3. Bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah-masalah tersebut?
4. Contoh Kasus, Berikan solusi pada masalah yang dihadapi Peserta didik berikut:
a. Kesulitan memahami pelajaran
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
b. Sosialisasi dengan teman
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
c. Percintaan
…………….
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………....
d. Keluarga/Finansial
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
e. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. Pernahkah mereka berbagi masalahnya kepada Anda?
6. Mengapa?

Lampiran 4 : Dokumentasi

Lampiran 5 : Data dan Tabel
MENGETAHUI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK
USIA MENENGAH (SMP) DI SMP NEGERI 17 MAKASSAR
No

1

Tanggapan Responden
Memahami Pelajaran
Sosiolisasi
Percintaaan
Keluarga / Finansial
Lainnya

Tot
al

2

Merokok / Zat Adiktif
Nulis di Jejaring Sosial
Malas ( Belajar / Makan )
Uring-uringan
Bolos/Mengunjungi Tempat tertentu
Lainnya*
*Dengar Musik
*Bertanya dan berbagi
*Baca Novel & SMSan
*Merenung
*Sholat
*Nulis di Diary
*Tidur di kelas

Tot
al
3

Kesulitan Memahami Pelajaran MIPA
Gurunya Tidak Menyenangkan

Jumla
h

Presenta
se

32
10
7
0
1

64%
20%
14%
0%
2%

50

100%

0
17
15
0
6
12
2
4
2
1
1
1
1

0%
34%
30%
0%
12%
24%
4%
8%
4%
2%
2%
2%
2%

50

100%

18
5

36%
10%

Pelajarannya tidak Menarik
Tugas yang Banyak / Ulangan
Teman mengganggu (Ribut)
Persaingan / Cekcok dengan Teman
Penyakit
Ruang Belajar yang Tidak Ada
Mengilangkan Buku
Konflik dengan Pacar
Tidak Merespon
Tot
al

4

Curhat* (Tidak Spesifk ke Pihak
Tertentu)
*Guru
*Sahabat
*Orang Tua
*Pacar
*jejaring Sosial
Mememdam Saja
Tidak Merespon
*Lainnya
*Cari Jalan Keluar
*Curhat di Diary
*Ngumpulin Uang untuk Ganti Buku

Tot
al

1
6
2
2
1
4
2
2
7

2%
12%
4%
4%
2%
8%
4%
4%
14%

50

100%

15

30%

0
10
6
0
0
11
5
3
1
1
1

0%
20%
12%
0%
0%
22%
10%
6%
2%
2%
2%

50

100%

Tabel 1

PERMASALAHAN YG DIHADAPI
2.00%
Memahami Pelajaran
Sosiolisasi
Percintaaan
Keluarga / Finansial
Lainnya

14.00%

20.00%
64.00%

Diagram 1

HAL DILAKUKAN KETIKA BERMASALAH

24.29%
45.71%

21.43%

Merokok / Zat Adiktif
Nulis di Jejaring
Sosial
Malas ( Belajar /
Makan )
Uring-uringan
Bolos/Mengunjungi
Tempat tertentu
Lainnya*

8.57%

Diagram 2

DESKRIPSI PERMASALAHAN

14.00%
4.00%
36.00%
4.00%
4.00%
2.00%8.00%
4.00%
10.00%
12.00%
2.00%

Kesulitan Memahami
Pelajaran MIPA
Pelajarannya tidak
Menarik
Teman mengganggu
(Ribut)
Penyakit
Mengilangkan Buku
Tidak Merespon

Diagram 3

Gurunya Tidak
Menyenangkan
Tugas yang Banyak /
Ulangan
Persaingan / Cekcok
dengan Teman
Ruang Belajar yang
Tidak Ada
Konflik dengan Pacar

PENYELESAIAN

10.64%
31.91%
23.40%

12.77%

Curhat* (Tidak Spesifk ke Pihak Tertentu)
*Sahabat
*Pacar
Mememdam Saja

21.28%

Diagram 4

*Guru
*Orang Tua
*jejaring Sosial
Tidak Merespon

Tentang Penulis
Ilmal Satriani, lahir di sebuah kampung yang terletak
dipelosok Sulawesi Selatan. Di area pegunungan, kota bunga
Malino, tepatnya di Gantarang. Pada tanggal 23 April 1994.
Ilmal Satriani adalah anak bungsu dari pasanagn Muh. Anshar
C dan Hasnah
Karir akademik pertamanya diselesaikan di SDI
Hombes Armed Kec, Pattalassang Gowa, lalu hijrah ke
Makassar di SMP Negeri 17 Makassar lalu melanjutkan Ke SMA Negeri 10 Makassar. Pernah
juga terdaftar sebagai mahasiswa Politekhnik Kesehatan Makassar Prodi Keperawatan
Angkatan 2012 namun mengundurkan diri dan pindah ke Universitas Hasanuddin prodi
Program Sarjana Guru Bahasa Daerah. Banyak hal yang membuat saya mengundurkan diri dai
Karir seorang Florence Nightingel, nmaun hal yang paling berkesan ialah, saya ada disini
karena Nasionalisme saya sabagai Warga Negara Indonesia.
Sejak kecil Ilmal Satriani bercita-cita menjadi seorang Dokter Specialis Anak, tapi
apatah daya, takdir berkata lain. Takdir membawanya ke prodi yang tak pernah ia sangkasangka. Walaupun, sastra merupakan dunia yang begitu disukainya. Sastra adalah cara yang
diberikan Tuhan untuk membimbing saya menjadi seorang pemimpin yang berguna bagi
Negeriku tercinta, Indonesia. Serta agama saya. Puisi dan menulis adalah dua hal yang paling
penulis lakukan. “Lewat (Tulisan) puisi saya mampu membaca dan memahamimu, serta lewat
tulisanku kau mampu melihat hatiku” ketertarikan pada dunia satra dan linguistik sehingga
penulis bercita-cita melanjutkan study Psikiolingusitik.
Penulis adalah seorang yang begitu haus akan belajar, bimbingan, pengajaran dan
pengalaman, agar dimasa yang akan datang, dia mapu menjadi taulan yang baik Agaman,
Bangsa, serta dunia dan generasi penerusnya.

Dokumen yang terkait

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Asas asas pemerintahan yang baik

0 38 8

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan

5 23 66

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80

Uji Efek Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Kapsul yang Dijual Bebas Selama Tahun 2012 di Kota Padang Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro

0 7 5