Laporan Dan Indonesia Praktikum Mikroteknik
Laporan Praktikum Mikroteknik
Hari/ tanggal : Rabu / 14 September 2011
PJP
: 1. Andy Darmawan
2. Sarah Nila
Asisten
: 1. Eva Brialin Agenginardi
2. Aminah
3. Siti Nabilah
SEDIAAN UTUH (WHOLE MOUNT)
Kelompok 12
Haris Rizky Pratama
(G34090009)
Nurrizka Kartika Wati (G34090034)
Feni Tunarsih
(G34090042)
Andi Trisnandi
(G34090046)
Gloria Maria F Pingak (G34090056)
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Pendahuluan
Sediaan utuh (Whole mount) merupakan salah satu teknik dalam
penyediaan suatu sediaan berupa organisme, sel maupun jaringan yang dilakukan
tanpa memotong bagian sediaan. Sediaan utuh digunakan untuk dapat melihat
organisme secara utuh, misalnya embrio, spermatozoa, cacing, potongan syaraf,
pembuluh darah, dan selaput-selaput tipis. Hasil dari pembuatan preparat dengan
teknik sediaan utuh akan menghasilkan gambar yang memiliki wujud utuh seperti
ketika sediaan organisme tersebut masih dalam keadaan hidup. Teknik sediaan
utuh juga memiliki beberapa kelemahan yaitu dilakukan pada organisme yang
berukuran kecil. Hal ini dikarenakan teknik tersebut dilakukan tanpa pemotongan
wujud organisme sehingga untuk organisme yang ukuranya relatif besar akan
sulit dilakukan pembuatan preparat dengan teknik ini (Sastrohadinoto et al 1972).
Hewan yang dijadikan spesimen dalam praktikum sediaan utuh ini adalah
cacing pipih, Lucifer , Sagitta, dan semut. Cacing pipih memiliki bentuk tubuh
yaitu pipih dorsoventral dan tidak bersegmen. Cacing pipih merupakan cacing
dengan susunan triplobastik aselomata. Hewan tripoblastik aselomata adalah
hewan yang memiliki 3 lapisan embrional, lapisan lapisan embrional tersebut
terdiri dari ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Bagian mesoderm cacing ini
memiliki bentuk sel sel yang seragam dan tidak terspesialisasi. Cacing pipih tidak
memiliki anus sehingga pembuangan sisa makanan pada cacing pipih dilakukan
lewat mulut. Cacing pipih melakukan proses difusi sebagai cara untuk pertukaran
gas oksigen dan karbon dioksida (anonim).
Semut merupakan hewan yang termasuk ke dalam kingdom Animalia,
filum Artropoda, kelas Insekta, ordo Hymenoptera, famili Formicidae. Semut
memiliki beberapa pengelompokan berdasarkan ciri ciri yang tampak dari semut
tersebut. Semut memiliki beberapa bagian tubuh yaitu kepala, dada, perut, dan
antena. Semut juga memiliki eksoskeleton yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan. Selain itu, eksoskeleton berfungsi sebagai tempat menempelnya sel
otot. Di bagian dada, semut memiliki spirakel yang berfungsi sebagai lubang
lubang pernapasan sehingga sirkulasi udara dapat terjadi didalam tubuh semut.
Semut banyak memiliki organ sensor di bagian kepala. Semut memiliki tiga
pasang kaki yang memiliki cakar kecil yang berfungsi untuk
berpijak dan
memanjat (Sugiri 1988).
Cacing gelas atau Sagitta sp. Merupakan hewan yang memiliki
karakteristik tubuh transparan, berbentuk silindris, tidak bersegmen, dan tidak
bersilium. Tubuhnya terdiri dari kepala, badan, dan ekor. Ekor caxing gelas
terletak di belakang anus. Bagian ventral dari cacing pipih berfungsi sebagai alat
pencernaan makanan. Bentuk alat pencernaan tersebut adalah usus yang berbentuk
lurus seperti bentuk langsing. Cacing gelas mempunyai daya regenerasi yang
cukup baik (Sugiri 1988).
Dalam sistem klasifikasi Lucifer termasuk kedalam kelas Crustacea, sub
kelas Malacostraca, ordo Decapoda, dan famili Sergestidae. Lucifer memiliki
bentuk tubuh yang fase dewasanya berukuran kecil. Di kawasan Asia Selatan dan
India kelompok Lucifer ini sering dimanfaatkan sebagai komoditas yang memiliki
nilai komersial (anonim ).
Tujuan
Membuat sediaan organisme atau bagian dari organisme hewan secara
utuh.
Metode
Pembuatan sediaan utuh semut
Sagitta, Lucifer, Cacing pipih
Hasil Pengamatan
No.
1.
Stinger
Gambar
Sediaan utuh semut
Literatur
Antena
Mata
Thorax
Tungkai
Gaster
http://www.antark.net/external-antanatomy.html
2.
Sediaan utuh Sagitta sp.
Caudal fin
http://wapedia.mobi/en/Chaetognatha
3.
Sediaan utuh cacing pipih
Mulut
Saraf
cincin
Kelenjar
Kuning
Testis
Posteri
or
Kelenjar Kulit
http://belajar.kemdiknas.go.id/
index.php
4.
Sediaan utuh Lucifer
Antena
Abdomen
Rostrum
www.tafi.org.au/zooplankton/about/
anatomy.htm
Posterior
Pembahasan
Sediaan merupakan sampel spesimen yang diletakkan ataupun dioleskan
pada permukaan gelas objek baik dengan pemberian zat warna tertetntu ataupun
tanpa pemberian zat warna sehingga dapat dilakukan pengamatan menggunakan
mikroskop. Berdasarkan lamanya daya tahan sediaan dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu sediaan sementara, sediaan semipermanen, dan sediaan permanen. Menurut
Bavender (1998) daya tahan suatu sediaan merupakan kemampuan suatu sediaan
dalam mempertahankan keadaannya. Sediaan sementara menggunakan medium
berupa air atau bahan yang mudah menguap. Sediaan sementara memiliki sifat
yaitu penyimpanannya tidak dapat bertahan lama. Sediaan semi permanen
mempunyai daya tahan kurang lebih satu minggu. Salah satu media yang
digunakan pada sediaan semi permanen adalah gliserin. Sediaan permanen
memiliki daya tahan penyimpanan yang lama. Pada pembuatan sediaan permanen
digunakan entelan.
Beberapa hal penting yang dilakukan pada pembuatan sediaan utuh adalah
fiksasi, dehidrasi, dan penjernihan. Fiksasi bertujuan mencegah kerusakan
jaringan, menghentikan proses metabolisme dengan cepat, mengawetkan
komponen sitologis dan histologis, mengawetkan jaringan (Hariono 2009). Bahan
fiksatif yang digunakan pada sediaan utuh semut adalah etanol sedangkan pada
pembuatan sediaan utuh cacing adalah etanol ataupun formalin 4%. Penggunaan
fiksatif tersebut karena kedua zat tersebut merupakan bahan pengencer yang
memiliki sifat mampu menyebar ke dalam sel. Menurut Effendi (1997) bahanbahan lain yang dapat digunakan sebagai fiksatif antara lain asam asetat, asam
pikrat, asam kromik, potassium dikromat, merkuri klorida, kadmium klorida,
kobalt nitrat, osmium tetrasoksida, dan aseton.
Pada proses dehidrasi dilakukan penambahan bahan berupa etanol
bertingkat. Pemindahan jaringan dari alkohol dilakukan dengan memulainya pada
konsentrasi yang rendah ke konsentrasi tinggi. Fungsi dari dehidrasi untuk
menghilangkan atau mengambil air yang berada di dalam jaringan.
Penjernihan dilakukan dengan memindahkan spesimen dari alkohol
absolut ke dalam bahan penjernih. Bahan penjernih yang digunakan pada sediaan
semut berupa xilol sedangkan pada sediaan lainnya digunakan dua bahan
penjernih yaitu laktofenol dan xilol. Tujuan dari penjernihan adalah menjadikan
struktur tubuh spesimen terlihat jelas pada saat pengamatan menggunakan
mikroskop (Effendi 997). Proses penjernihan dilakukan dalam waktu lima menit
dikarenakan waktu yang terlalu lama menyebabkan sediaan menjadi rapuh. Bahan
lain yang dapat digunakan sebagai penjernih adalah toluol dan benzen.
Pewarnaan sediaan dilakukan dengan memberikan beberapa tetes zat
pewarna. Pada pembuatan sediaan utuh semut tidak digunakan zat pewarna.
Namun adanya penjernihan dengan minyak cengkeh menyebabkan sediaan utuh
semut menjadi terwarnai cokelat. Pada pembuatan sediaan utuh cacing pipih,
Sagitta sp., dan Lucifer diberikan penambahan eosin yang menyebabkan
sitoplasma terwarnai merah. Tahapan akhir pembuatan sediaan adalah
memberikan entelan yang berfungsi sebagai perekat antara spesimen dengan kaca
penutup.
Sediaan utuh yang dibuat dari empat spesies tersebut merupakan sediaan
permanen. Hal ini dikarenakan pada masing-masing sediaan diberikan entelan
sebagai perekat. Pembuatan sediaan dilakukan dengan menggunakan empat
spesies yaitu semut, Sagitta sp., Lucifer, dan cacing pipih.
Semut memiliki tiga bagian tubuh yang terbagi menjadi kepala, toraks, dan
abdomen. Dengan menggunakan mikroskop perbesaran 4x10 dapat teramati
beberapa bagian semut yaitu mata, antena, tungkai, gaster, dan stinger. Mata
berfungsi sebagai organ visual pada semut sedangkan antena berfungsi sebagai
organ sensoris. Dengan adanya tungkai memungkinkan semut dapat melakukan
lokomosi. Jumlah tungkai pada semut adalah tiga pasang. Bagian abdomen yang
teramati adalah stinger dan gaster. Sebagian bagian abdomen tertutupi oleh
gelembung udara berwarna cokelat. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan dalam
penutupan kaca penutup pada kaca objek. Bagian tubuh pada semut yang tidak
dapat diamati adalah mandibula. Hal ini dikarenakan letak dari mandibula yang
berada di bagian bawah ventral sehingga tertutupi oleh bagian tubuh dorsal.
Menurut Terazaki (1997) Sagitta sp. merupakan hewan yang hidup di
perairaan laut mulai dari dasar laut hinga ke zona pelagic. Peranan hewan tersebut
ialah sebagai predator primer heawan copepoda. Ukuran tubuh makanannya
antara 1mm hingga 3,5 m (Davis 1995). Hal in sesuai dengan ukuran mulut dari
Sagitta yang berukuran kecil. Bagian tubuh dari Sagitta sp. terbagi menjadi tiga
yaitu kepala, badan, dan ekor. Dari gambar hasil pengamatan bagian tubuh yang
dapat teramati dengan jelas adalah caudal fin. Sirip kaudal merupakan salah satu
sirip pada Sagitta yang membantu dalam pergerakan. Hasil dari pembuatan
sediaan utuh Sagitta sp. tidak terlalu jelas dikarenakan hewan tersebut
mendapatkan perlakuan yang berlebihan sehingga bagian tubuhnya hancur dan
sulit untuk diamati.
Pada pengamatan sediaan utuh cacing pipih bagian tubuh yang teramati
adalah mulut, saraf cincin, kelenjar kuning, kelenjar kulit, dan testis posterior.
Pada pengamatan Lucifer dapat teramati adanya bagian tubuh antena, rostrum,
abdomen, dan bagian posterior. Bagian posterior dari Lucifer tidak dapat teramati
dengan jelas. Pada bagian posterior terdapat uropod dan telson.
Simpulan
Pembuatan sediaan hewan secara utuh dengan metode Whole Mount telah
berhasil dilakukan. Tahap-tahap yang dilakukan meliputi fiksasi, dehidrasi
bertingkat, pewarnaan, clearing, dan penata letakkan di gelas objek. Preparatpreparat hewan dari kelompok cacing pipih, sagitta sp., lucifer sp., dan semut
dapat diamati bagian-bagiannya dengan cukup jelas di bawah mikroskop.
Walaupun bagian abdomen pada semut tidak begitu terlihat dan mandibulanya
juga tidak teramati, karena tertutup bagian tubuh dorssal.
Daftar Pustaka
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-waladhafas-5321-2bab2.pdf
Bavender D. 1998. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Budiono JD. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP Press.
Davis CC. 1995. The Marine and Freshwater Plankton. New York:
Michigan State University Press.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Hariono B. 2009. Mikroskopi Elektron: Pengenalan dan Teknik Preparasi.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Robby N et. al. 2000. Histologi Ikan. Makasar:Universitas Makassar Press.
Sugiri Nawangsari. 1988. Zoologi Avertebrata I. Bogor: PAU-IPB.
Terazaki M. 1997. Life history, distribution, seasonal variability anda
feeding of the pelagic chaetognath Sagitta elegans in the subarctic
pacific:a review. Plankton Biology and Ecology 45(1):1-17.
Hari/ tanggal : Rabu / 14 September 2011
PJP
: 1. Andy Darmawan
2. Sarah Nila
Asisten
: 1. Eva Brialin Agenginardi
2. Aminah
3. Siti Nabilah
SEDIAAN UTUH (WHOLE MOUNT)
Kelompok 12
Haris Rizky Pratama
(G34090009)
Nurrizka Kartika Wati (G34090034)
Feni Tunarsih
(G34090042)
Andi Trisnandi
(G34090046)
Gloria Maria F Pingak (G34090056)
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Pendahuluan
Sediaan utuh (Whole mount) merupakan salah satu teknik dalam
penyediaan suatu sediaan berupa organisme, sel maupun jaringan yang dilakukan
tanpa memotong bagian sediaan. Sediaan utuh digunakan untuk dapat melihat
organisme secara utuh, misalnya embrio, spermatozoa, cacing, potongan syaraf,
pembuluh darah, dan selaput-selaput tipis. Hasil dari pembuatan preparat dengan
teknik sediaan utuh akan menghasilkan gambar yang memiliki wujud utuh seperti
ketika sediaan organisme tersebut masih dalam keadaan hidup. Teknik sediaan
utuh juga memiliki beberapa kelemahan yaitu dilakukan pada organisme yang
berukuran kecil. Hal ini dikarenakan teknik tersebut dilakukan tanpa pemotongan
wujud organisme sehingga untuk organisme yang ukuranya relatif besar akan
sulit dilakukan pembuatan preparat dengan teknik ini (Sastrohadinoto et al 1972).
Hewan yang dijadikan spesimen dalam praktikum sediaan utuh ini adalah
cacing pipih, Lucifer , Sagitta, dan semut. Cacing pipih memiliki bentuk tubuh
yaitu pipih dorsoventral dan tidak bersegmen. Cacing pipih merupakan cacing
dengan susunan triplobastik aselomata. Hewan tripoblastik aselomata adalah
hewan yang memiliki 3 lapisan embrional, lapisan lapisan embrional tersebut
terdiri dari ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Bagian mesoderm cacing ini
memiliki bentuk sel sel yang seragam dan tidak terspesialisasi. Cacing pipih tidak
memiliki anus sehingga pembuangan sisa makanan pada cacing pipih dilakukan
lewat mulut. Cacing pipih melakukan proses difusi sebagai cara untuk pertukaran
gas oksigen dan karbon dioksida (anonim).
Semut merupakan hewan yang termasuk ke dalam kingdom Animalia,
filum Artropoda, kelas Insekta, ordo Hymenoptera, famili Formicidae. Semut
memiliki beberapa pengelompokan berdasarkan ciri ciri yang tampak dari semut
tersebut. Semut memiliki beberapa bagian tubuh yaitu kepala, dada, perut, dan
antena. Semut juga memiliki eksoskeleton yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan. Selain itu, eksoskeleton berfungsi sebagai tempat menempelnya sel
otot. Di bagian dada, semut memiliki spirakel yang berfungsi sebagai lubang
lubang pernapasan sehingga sirkulasi udara dapat terjadi didalam tubuh semut.
Semut banyak memiliki organ sensor di bagian kepala. Semut memiliki tiga
pasang kaki yang memiliki cakar kecil yang berfungsi untuk
berpijak dan
memanjat (Sugiri 1988).
Cacing gelas atau Sagitta sp. Merupakan hewan yang memiliki
karakteristik tubuh transparan, berbentuk silindris, tidak bersegmen, dan tidak
bersilium. Tubuhnya terdiri dari kepala, badan, dan ekor. Ekor caxing gelas
terletak di belakang anus. Bagian ventral dari cacing pipih berfungsi sebagai alat
pencernaan makanan. Bentuk alat pencernaan tersebut adalah usus yang berbentuk
lurus seperti bentuk langsing. Cacing gelas mempunyai daya regenerasi yang
cukup baik (Sugiri 1988).
Dalam sistem klasifikasi Lucifer termasuk kedalam kelas Crustacea, sub
kelas Malacostraca, ordo Decapoda, dan famili Sergestidae. Lucifer memiliki
bentuk tubuh yang fase dewasanya berukuran kecil. Di kawasan Asia Selatan dan
India kelompok Lucifer ini sering dimanfaatkan sebagai komoditas yang memiliki
nilai komersial (anonim ).
Tujuan
Membuat sediaan organisme atau bagian dari organisme hewan secara
utuh.
Metode
Pembuatan sediaan utuh semut
Sagitta, Lucifer, Cacing pipih
Hasil Pengamatan
No.
1.
Stinger
Gambar
Sediaan utuh semut
Literatur
Antena
Mata
Thorax
Tungkai
Gaster
http://www.antark.net/external-antanatomy.html
2.
Sediaan utuh Sagitta sp.
Caudal fin
http://wapedia.mobi/en/Chaetognatha
3.
Sediaan utuh cacing pipih
Mulut
Saraf
cincin
Kelenjar
Kuning
Testis
Posteri
or
Kelenjar Kulit
http://belajar.kemdiknas.go.id/
index.php
4.
Sediaan utuh Lucifer
Antena
Abdomen
Rostrum
www.tafi.org.au/zooplankton/about/
anatomy.htm
Posterior
Pembahasan
Sediaan merupakan sampel spesimen yang diletakkan ataupun dioleskan
pada permukaan gelas objek baik dengan pemberian zat warna tertetntu ataupun
tanpa pemberian zat warna sehingga dapat dilakukan pengamatan menggunakan
mikroskop. Berdasarkan lamanya daya tahan sediaan dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu sediaan sementara, sediaan semipermanen, dan sediaan permanen. Menurut
Bavender (1998) daya tahan suatu sediaan merupakan kemampuan suatu sediaan
dalam mempertahankan keadaannya. Sediaan sementara menggunakan medium
berupa air atau bahan yang mudah menguap. Sediaan sementara memiliki sifat
yaitu penyimpanannya tidak dapat bertahan lama. Sediaan semi permanen
mempunyai daya tahan kurang lebih satu minggu. Salah satu media yang
digunakan pada sediaan semi permanen adalah gliserin. Sediaan permanen
memiliki daya tahan penyimpanan yang lama. Pada pembuatan sediaan permanen
digunakan entelan.
Beberapa hal penting yang dilakukan pada pembuatan sediaan utuh adalah
fiksasi, dehidrasi, dan penjernihan. Fiksasi bertujuan mencegah kerusakan
jaringan, menghentikan proses metabolisme dengan cepat, mengawetkan
komponen sitologis dan histologis, mengawetkan jaringan (Hariono 2009). Bahan
fiksatif yang digunakan pada sediaan utuh semut adalah etanol sedangkan pada
pembuatan sediaan utuh cacing adalah etanol ataupun formalin 4%. Penggunaan
fiksatif tersebut karena kedua zat tersebut merupakan bahan pengencer yang
memiliki sifat mampu menyebar ke dalam sel. Menurut Effendi (1997) bahanbahan lain yang dapat digunakan sebagai fiksatif antara lain asam asetat, asam
pikrat, asam kromik, potassium dikromat, merkuri klorida, kadmium klorida,
kobalt nitrat, osmium tetrasoksida, dan aseton.
Pada proses dehidrasi dilakukan penambahan bahan berupa etanol
bertingkat. Pemindahan jaringan dari alkohol dilakukan dengan memulainya pada
konsentrasi yang rendah ke konsentrasi tinggi. Fungsi dari dehidrasi untuk
menghilangkan atau mengambil air yang berada di dalam jaringan.
Penjernihan dilakukan dengan memindahkan spesimen dari alkohol
absolut ke dalam bahan penjernih. Bahan penjernih yang digunakan pada sediaan
semut berupa xilol sedangkan pada sediaan lainnya digunakan dua bahan
penjernih yaitu laktofenol dan xilol. Tujuan dari penjernihan adalah menjadikan
struktur tubuh spesimen terlihat jelas pada saat pengamatan menggunakan
mikroskop (Effendi 997). Proses penjernihan dilakukan dalam waktu lima menit
dikarenakan waktu yang terlalu lama menyebabkan sediaan menjadi rapuh. Bahan
lain yang dapat digunakan sebagai penjernih adalah toluol dan benzen.
Pewarnaan sediaan dilakukan dengan memberikan beberapa tetes zat
pewarna. Pada pembuatan sediaan utuh semut tidak digunakan zat pewarna.
Namun adanya penjernihan dengan minyak cengkeh menyebabkan sediaan utuh
semut menjadi terwarnai cokelat. Pada pembuatan sediaan utuh cacing pipih,
Sagitta sp., dan Lucifer diberikan penambahan eosin yang menyebabkan
sitoplasma terwarnai merah. Tahapan akhir pembuatan sediaan adalah
memberikan entelan yang berfungsi sebagai perekat antara spesimen dengan kaca
penutup.
Sediaan utuh yang dibuat dari empat spesies tersebut merupakan sediaan
permanen. Hal ini dikarenakan pada masing-masing sediaan diberikan entelan
sebagai perekat. Pembuatan sediaan dilakukan dengan menggunakan empat
spesies yaitu semut, Sagitta sp., Lucifer, dan cacing pipih.
Semut memiliki tiga bagian tubuh yang terbagi menjadi kepala, toraks, dan
abdomen. Dengan menggunakan mikroskop perbesaran 4x10 dapat teramati
beberapa bagian semut yaitu mata, antena, tungkai, gaster, dan stinger. Mata
berfungsi sebagai organ visual pada semut sedangkan antena berfungsi sebagai
organ sensoris. Dengan adanya tungkai memungkinkan semut dapat melakukan
lokomosi. Jumlah tungkai pada semut adalah tiga pasang. Bagian abdomen yang
teramati adalah stinger dan gaster. Sebagian bagian abdomen tertutupi oleh
gelembung udara berwarna cokelat. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan dalam
penutupan kaca penutup pada kaca objek. Bagian tubuh pada semut yang tidak
dapat diamati adalah mandibula. Hal ini dikarenakan letak dari mandibula yang
berada di bagian bawah ventral sehingga tertutupi oleh bagian tubuh dorsal.
Menurut Terazaki (1997) Sagitta sp. merupakan hewan yang hidup di
perairaan laut mulai dari dasar laut hinga ke zona pelagic. Peranan hewan tersebut
ialah sebagai predator primer heawan copepoda. Ukuran tubuh makanannya
antara 1mm hingga 3,5 m (Davis 1995). Hal in sesuai dengan ukuran mulut dari
Sagitta yang berukuran kecil. Bagian tubuh dari Sagitta sp. terbagi menjadi tiga
yaitu kepala, badan, dan ekor. Dari gambar hasil pengamatan bagian tubuh yang
dapat teramati dengan jelas adalah caudal fin. Sirip kaudal merupakan salah satu
sirip pada Sagitta yang membantu dalam pergerakan. Hasil dari pembuatan
sediaan utuh Sagitta sp. tidak terlalu jelas dikarenakan hewan tersebut
mendapatkan perlakuan yang berlebihan sehingga bagian tubuhnya hancur dan
sulit untuk diamati.
Pada pengamatan sediaan utuh cacing pipih bagian tubuh yang teramati
adalah mulut, saraf cincin, kelenjar kuning, kelenjar kulit, dan testis posterior.
Pada pengamatan Lucifer dapat teramati adanya bagian tubuh antena, rostrum,
abdomen, dan bagian posterior. Bagian posterior dari Lucifer tidak dapat teramati
dengan jelas. Pada bagian posterior terdapat uropod dan telson.
Simpulan
Pembuatan sediaan hewan secara utuh dengan metode Whole Mount telah
berhasil dilakukan. Tahap-tahap yang dilakukan meliputi fiksasi, dehidrasi
bertingkat, pewarnaan, clearing, dan penata letakkan di gelas objek. Preparatpreparat hewan dari kelompok cacing pipih, sagitta sp., lucifer sp., dan semut
dapat diamati bagian-bagiannya dengan cukup jelas di bawah mikroskop.
Walaupun bagian abdomen pada semut tidak begitu terlihat dan mandibulanya
juga tidak teramati, karena tertutup bagian tubuh dorssal.
Daftar Pustaka
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-waladhafas-5321-2bab2.pdf
Bavender D. 1998. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Budiono JD. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP Press.
Davis CC. 1995. The Marine and Freshwater Plankton. New York:
Michigan State University Press.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Hariono B. 2009. Mikroskopi Elektron: Pengenalan dan Teknik Preparasi.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Robby N et. al. 2000. Histologi Ikan. Makasar:Universitas Makassar Press.
Sugiri Nawangsari. 1988. Zoologi Avertebrata I. Bogor: PAU-IPB.
Terazaki M. 1997. Life history, distribution, seasonal variability anda
feeding of the pelagic chaetognath Sagitta elegans in the subarctic
pacific:a review. Plankton Biology and Ecology 45(1):1-17.