Pencobaab Yesus di Padang Gurun

“Pencobaan Yesus di padang
gurun”

Matius 4:1-11
Dalam rangka memenuhi Tes Akhir Semester 1
Mata Kuliah Pengantar Hermeneutik Perjanjian
Baru 2012/2013

Yonathan Adi Wijaya
01120015

[“PENCOBAAN YESUS DI PADANG GURUN”] December 3, 2012

Matius 1:1-11 “Pencobaan di padang gurun”
A. Latar belakang
Penulis mengambil tema ini sebagai paper karena perikop ini cukup unik dan menarik untuk
ditelusuri. Mengapa demikian? Telah kita ketahui bahwa ketiga Injil dalam Perjanjian Baru
yaitu Markus, Matius dan Lukas, mempunyai isi dan struktur sistematika cerita yang hampir
sama, dan ini terbukti dalam perikop ini. Penulis ingin mencoba membandingkan ketiga isi
perikop ini dari sudut pandang yang berbeda, namun sebagai bahan utama tetap Injil Matius
itu sendiri. Sebagai urutan paper ini, penulis akan terlebih dahulu membandingkan tiga

sumber tersebut, lalu setelah itu penulis akan menjelaskan pencobaan Yesus ini sesuai Injil
Matius secara spesifik beserta pertanyaan-pertanyaan kritis dan jawaban saya(penulis).
B. Isi dan Struktur
Injil Markus, Matius, dan Lukas sangat identik dengan perjalanan ‘penyejarahan’ kehidupan
Yesus. Injil Markus yang terlebih dahulu terbentuk daripada kedua injil yang lain,
membuatnya saat itu menjadi sumber bagi pengarang Matius dan Lukas. Hal ini terlihat
secara eksplisit bahwa isi Injil Lukas dan Injil Matius lebih panjang dari isi Injil Markus,
termasuk dalam pembahasan penulis saat ini tentang pencobaan Yesus di padang gurun.
Dalam injil Markus, perikop yang sama terdapat dalam pasal 1:12-13(Penulis menyebut ini
dengan nama ‘sumber A’), hanya dua ayat. Dalam penulisan pencobaan Yesus di Lukas dan
Matius, perikop ini mengalami perluasan ditengah kalimat sumber A. Injil Matius menulis
pembukaan dan penutupnya sesuai Injil Markus(pembuka=Mar 1:12-13a, penutup=Mar
1:13b). Sedangkan, Injil Lukas mengambil pembuka dari Markus 1:12-13, sama dengan Injil
Matius, namun isi dan penutupnya merupakan perluasan cerita, dan kalimat penutup perikop
Markus(1:13b--“..dan malaikat-malaikat melayani Dia”--) tidak ada dalam Lukas. Dengan
demikian, Matius lebih sama persis dengan Markus dibandingkan Lukas. Secara keseluruhan
perbedaan atau ciri-ciri teks, Penulis menjelaskannya sebagai berikut:
Matius
Ø -Memulai
ceritanya

Ø
dengan Yesus dibawa
oleh Roh Kudus dan
dicobai Iblis.

Markus(Sumber A)
-Memulai
ceritanya
Ø
dengan
memaparkan
Yesus dipimpin Roh ke
padang gurun.

Ø -Proses
Laparkekuasaan

Ø -Proses
pencobaan:
Laparkekuasaansensasional

-Tidak dijelaskan secara
terperinci
pencobaan
Ø -Lebih terperinci proses
Yesus dipadang gurun
pencobaan
Yesus
di
padang gurun.
-Menutupnya
dengan
Yesus berada dipadang
Ø -Penutup: bahwa Iblis
gurun selama 40 hari, Ia mengakhiri
semua
berada diantara binatang- pencobaan
itu
serta
binatang
liar

dan menunggu waktu yang
malaikat-malaikat
baik.

pencobaan:
sensasional-

Ø
Ø -Lebih terperinci proses
pencobaan
Yesus
dipadang gurun.
Ø
Ø -Menutupnya
dengan
Iblis meninggalkan Dia
dan
malaikat-malaikat
datang melayani Yesus.


Lukas
-Memulai
ceritanya
dengan
Yesus
penuh
dengan Roh Kudus dan
dipimpin
ke
padang
gurun.

[“PENCOBAAN YESUS DI PADANG GURUN”] December 3, 2012
melayani Dia.

Kemungkinan mengapa muncul perbedaan seperti itu, alasan saya sebagai penulis adalah,
memang benar bahwa Markus adalah sumber utama dalam Injil Matius dan Lukas, tetapi ada
sumber lain yang berbeda dari Markus, yaitu sumber Q dan S. Lukas mempunyai sumber
khusus dalam penulisan teksnya, sehingga ceritanya sedikit berbeda. Perbedaan pertama
terletak pada urutan pencobaan terutama pencobaan kedua dan ketiga, Injil Matius

mendahulukan pencobaan ‘kesensasionalan’ Yesus untuk menjatuhkan diri dari puncak(Mat
4:6), sedangkan Lukas lebih mendahulukan pencobaan pemberian ‘kekuasaan’nya atas Tuhan
Yesus(Luk 4:6). Namun muncul pertanyaan mengenai hal ini, apakah ini ada hubungannya
dengan latar belakang budaya masing-masing penulis Injil?
Ketika penulis mencoba untuk berpikir lebih jauh mengenai hal ini, ada beberapa hal yang
menarik dari masing-masing Injil tersebut(berdasarkan pemahaman penulis terkait buku Willi
Marxen yang telah dipelajari).1 Pertama, Injil Markus sebagai injil perdana sekaligus injil
yang terdekat dengan kematian Yesus, lebih menekankan kisah sengsara Yesus, sehingga
penjelasan mengenai pencobaan Yesus menjadi tidak terlalu penting bagi penulis
Markus(hanya dua ayat). Kedua mengenai Injil Matius, kita mengetahui bahwa tujuan
penulisan Injil Matius adalah penekanan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah, oleh sebab
itu penulis Injil Matius menempatkan pencobaan ‘sensasional’ ini pada urutan kedua untuk
menjelaskan status Yesus sebagai Anak Allah yang begitu dikasihi Bapa-Nya. Yang terakhir
tentang Injil Lukas, kemungkinan penulis Injil Lukas adalah seorang yang berpusat akan
kehormatan dan kekuasaan, sehingga ia menempatkan pencobaan ‘kekuasaan’ ini di urutan
kedua.

C. Pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun sesuai konteks Matius 4:1-11
Dari sisi kepengarangan, menurut tradisi Injil Matius ditulis oleh Matius Lewi, seorang
pemungut cukai (Mat 9:9-13; 10-13). Namun identitas Matius masih misteri sampai saat ini,

tetapi juga dapat dipastikan bahwa ia seorang Yahudi karena tulisannya yang sangat bersifat
Yahudi. Tulisan ini agaknya memang ditujukan kepada orang-orang Yahudi, karena
banyaknya penjelasan-penjelasan khas dari Yahudi. Siapapun pengarang Injil Matius ini,
penulis menilai bahwa pengarang ini telah mengembangkan ‘sumber A’ dengan baik. Dia
berhasil menempatkan Yesus pada posisi-Nya sebagai tokoh utama, serta menekankan
pembuktian bahwa Yesus adalah Mesias yang sesuai dalam nubuat Perjanjian Lama, oleh
karena itu, Injil Matius terlihat lebih banyak menjelaskan dan memaparkan nubuat-nubuat
yang telah ada dalam Perjanjian Lama.
Ada beberapa hal yang menarik dalam perikop ini yang bisa kita pertanyakan,
-Apakah pencobaan ini niat Yesus atau Iblis?(ayat 1)
-Mengapa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam? Apakah arti sebuah angka 40 itu?(ayat 2)
- Mengapa Injil Matius dan Injil Lukas menyebutkan pencobaan awal(batu menjadi roti) yang
sama?(ayat 3)
-Mengapa Matius meletakkan pencobaan penjatuhan Yesus dari Bait Allah di urutan kedua?
Mengapa harus Bait Allah? Apakah tidak ada bangunan lain yang setinggi Bait Allah?
Apakah ini bermakna konotasi atau denotasi?
-Apakah makna perdebatan Yesus dan Iblis dalam Injil Matius pasal 4 ini?
1 Marxsen, Willi.2009.Pengantar Perjanjian Baru.JAKARTA:Gunung Mulia

[“PENCOBAAN YESUS DI PADANG GURUN”] December 3, 2012


Penulis akan mencoba menjawab pertanyaan di atas dengan pemahaman penulis akan
konteks lingkungan dan budaya saat itu. Sebagai latar belakang, Injil Matius ini dibuat sekitar
tahun 70 M, setelah Injil Markus terlebih dahulu ada. Banyak hal yang terjadi di sekitar tahun
ini, salah satunya adalah perang Yahudi dengan penghancuran tentara Romawi atas Bait Allah
Yerusalem. Sebelum tahun ini, juga telah terjadi penyiksaan yang hebat atas orang-orang
Kristen saat itu, oleh Kaisar Nero, kaisar yang terkenal kerena kekejamannya saat itu, bahkan
murid-murid dan pengikut Kristus yang lain tak luput dari pandangannya. Dengan kondisi
dan situasi yang demikian, penulis menyimpulkan Injil Matius justru muncul ditengah
kekacauan dan penghancuran umat Kristen saat itu. Agak aneh memang, pengarang Matius
terkesan ‘terlalu berani untuk mengambil resiko’ dalam situasi yang parah seperti ini.
Kembali pada perikop ini, penulis akan mencoba membandingkan dengan situasi yang terjadi
saat itu. Mulai dari pertanyaan pertama, apakah ini pekerjaan Yesus atau Iblis? Memang
sedikit berbeda jawabannya, tapi penulis rasa justru ini merupakan pekerjaan Roh Kudus
yang menyertai Yesus. Dalam ayat 1 dinyatakan bahwa, “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke
padang gurun untuk dicobai Iblis”, kata “dibawa” menunjukkan bahwa Yesus dituntun atau
diarahkan oleh Roh. Penulis berpendapat bahwa memang ada kalanya Yesus mengatasi
pencobaan yang ada, sehingga hal ini bisa terjadi pada Yesus. Hal ini juga menunjukkan
bahwa, Yesus sebagai manusia juga bisa dicobai ketika Dia dirasa lemah, dan secara langsung
ini juga bertentangan dengan Gnostik yang berpendapat bahwa Yesus tidak memiliki tubuh,

melainkan hanya roh saja(sebagai bukti bahwa Yesus bisa lapar).
Selanjutnya mengenai pertanyaan kedua, mengapa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam?
Apakah arti sebuah angka 40 itu? Penulis teringat saat mengikuti mata kuliah PHPL(pak
Daniel L.), beliau menceritakan kisah-kisah Israel yang penuh dengan angka 40. Sebagai
contoh, Musa dan Elia juga bergumul dan berpuasa selama 40 hari 40 malam(Ulangan 9:18
dan 1 Raja-raja 19:8), perjalanan Israel keluar dari Mesir dan berada di padang gurun selama
40 tahun, dan lain sebagainya. Bagi Israel, 40 merupakan lambang masa yang genap dan
sempurna. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus juga mengikuti jejak kedua nabi PL itu. Kita juga
harus melihat bahwa injil ini juga sangat dipengaruhi oleh nats atau nubuat-nubuat dalam PL.
Untuk pertanyaan ketiga, mengapa Injil Matius dan Injil Lukas menyebutkan pencobaan
awal(batu menjadi roti) yang sama? Penulis mencoba mengkaitkan dengan kondisi sosial
awal Masehi saat itu. Kaisar kejam seperti Nero seolah-olah menjadi bayangan maut tiap
harinya bagi mereka. Ancaman kelaparan, penindasan maupun pembunuhan bisa terjadi
kapan saja. Keadaan ekonomi yang sulit sebab mereka didalam pencarian membuat bahaya
akan kelaparan selalu mengikuti mereka. Satu–satunya cara menghindari kelaparan adalah
menyangkal Yesus dan menyembah kepada patung Nero (karena Nero menganggap dirinya
sebagai dewa). Orang-orang juga rela berbuat apapun untuk mengisi perut, termasuk dengan
cara kejahatan. Situasi yang sangat sulit bagi orang-orang Kristen zaman itu, tetapi dengan
penolakan Yesus dalam ayat ini, mengindikasikan bahwa pengarang Injil Matius ingin
menguatkan hati mereka agar tetap terarah pada Kristus sekalipun dalam kondisi lingkungan

yang sulit dan terancam.
Lalu selanjutnya, pertanyaan keempat, mengapa Matius meletakkan pencobaan penjatuhan
Yesus dari Bait Allah di urutan kedua? Mengapa harus Bait Allah? Apakah tidak ada
bangunan lain yang setinggi Bait Allah? Apakah ini bermakna konotasi atau denotasi? Telah
kita bahas sebelumnya bahwa, pengarang Matius adalah pengarang injil yang berorientasi
pada Yesus dengan statusnya sebagai Anak Allah. Dia ingin meyakinkan masyarakat saat itu
bahwa Yesus adalah benar-benar Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Mengenai
Kota Suci dan Bait Allah, kedua hal ini sangat erat kaitannya dengan Yerusalem. Bait Allah

[“PENCOBAAN YESUS DI PADANG GURUN”] December 3, 2012
merupakan simbol keagungan Yerusalem sebagai Kota Suci umat Yahudi, merupakan tempat
yang tinggi, bertingkat-tingkat dan meliputi seperempat wilayah Yerusalem saat itu. Selain
itu, Bait Allah ini juga sebagai lambang kemewahan masyarakat Yahudi di Yerusalem. Yesus
bisa saja melompat untuk menunjukkan keagungan-Nya sebagai Anak Allah, serta
kesombongan akan popularitas-Nya. Namun, yang ditekankan disini adalah, Yesus tak mau
mengikuti perintah Iblis, karena diatasnya ada Allah yang lebih layak untuk dihormati dan
diikuti, yaitu Allah Bapa-Nya.
Pertanyaan terakhir, yaitu “Apakah makna perdebatan Yesus dan Iblis dalam Injil Matius
pasal 4” ini bagi penulis bisa diartikan sebagai kesimpulan penafsiran ini. Injil Matius 4:1-11
yang dipaparkan diatas menunjukkan suatu sikap kerendahan hati serta keteguhan dan

kebulatan hati seorang Yesus Kristus. Dia telah mengusir segala yang jahat dalam batin yang
menjerumuskan ke dalam dosa. Dalam konteks saat itu, pengarang Matius mencoba memakai
cerita ini untuk menguatkan orang-orang Kristen di zaman itu yang mulai di iming-imingi
dengan harta kekayaan dan jabatan.
Dari kisah ini, Yesus sebagai tokoh utama berhasil memenangkan perdebatan-Nya dengan
Iblis, terlihat sekali bahwa Yesus adalah seorang yang pintar, dan Qatam akan hukum dan
perintah Allah. Sehingga, pada akhirnya Yesus bisa membuat Iblis putus asa. Penulis juga
teringat statement pak Budyanto, kita harus malu saat membaca perikop ini. Mengapa
demikian? Seringkali sebelumnya, kita menganggap siapa yang mengakui Yesus sebagai
Anak Allah dan Mesias untuk pertama kalinya adalah murid-murid Yesus(Petrus atau yang
lain), tetapi itu salah. Justru melalui perikop sederhana ini, secara tersirat Iblis telah terlebih
dahulu mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah(ayat 3 dan 6—“..Jika Engkau Anak
Allah,..---).
Selain itu, pemaparan tafsir Injil Matius di atas menunjukkan tiga pencobaan yang senantiasa
ada dan akan selalu ada dalam kehidupan kita sebagai manusia, kehausan akan keinginan
daging, tunduk terhadap berhala kekayaan, dan menduakan Tuhan dengan berpusat pada
kekuasaan atau roh-roh jahat. Tuhan Yesus telah mengajarkan kita melalui ini, dengan
kekuasaan-Nya sebagai Allah, Dia memakai kekuasaan-Nya yang besar itu untuk menyatakan
kasih-Nya kepada manusia, dan ketika kita menggunakan kasih itu dalam perjalanan
kehidupan kita, pelayanan kita akan jauh lebih berharga dan mulia.