Pengulasan Karya Sastra Junichiro Taniza

Junichiro Tanizaki – The Key

Pengulasan Karya Sastra
Junichiro Tanizaki - “The
Key”
Junichiro Tanizaki – “The Key”

S2B - Inriani Mustika Lamtiur Sianipar - 2012420031
6/3/2013
Pembahasan mengenai salah satu karya sastra yang ditulis sejak
zaman pertengahan sastra di Jepang hingga kontemporer.

2

I. Kata Pengantar

Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
oleh rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga tugas ini dapat
diselesaikan. Terutama kepada Ibu Tatat Haryati, M.Si, yang telah

memberikan tugas ini kepada penulis.
Pada kesempatan ini penulis mencoba membahas mengenai karya
sastra Junichiro Tanizaki yang berjudul “The Key” (

). Minimnya

informasi yang bisa penulis dapatkan mengenai karya sastra ini, membuat
tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat menjelaskannya dengan baik.
Untuk hal inilah, penulis mencoba mengambarkannya dengan cara
menjelaskan terlebih dahulu perkembangan sastra yang terjadi di Jepang.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari
kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati penulis memohon agar
diberikan masukan yang dapat membangun dan memberi hasil yang lebih
baik dimasa depan.
Jakarta, 13 Juni 2013
Penulis,

Inriani Mustika Lamtiur S
2012 42 0031


3

Daftar Isi

I

Kata Pengantar ......................................................................

2

II

Pendahuluan .........................................................................

4

III

IV


Isi
a. Latar belakang penulis ....................................................

5

b. Latar belakang cerita ......................................................

6

c. Sinopsis ..........................................................................

7

d. Kutipan cerita .................................................................

10

e. Analisa ...........................................................................

13


Penutup
a Simpulan ........................................................................

15

b Sumber ...........................................................................

16

c Lampiran ........................................................................

17

4


I. Pendahuluan
Kesusastraan adalah bentuk ekspresi dari suatu masyarakat yang
memiliki nilai keterkaitan dengan budaya yang ada pada masyarakat itu

sendiri. Hal ini dapat terlihat dari adanya perkembangan budaya yang
mempengaruhi karya sastra. Setelah era Edo berakhir dan berganti menjadi
era Meiji, perkembangan sastra di Jepang memasuki zaman sastra modern.
Sastra Jepang pada era ini banyak terpengaruh sastra Eropa. Tidak sedikit
karya sastra barat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan latar
cerita pada sastra jepang mulai bergeser ke arah Barat. Perkembangan
dalam bidang kebudayaan ini mempengaruhi sudut pandang sastrawan
Jepang dalam menulis karya sastra.
Pada periode awal Meiji, banyak sastrawan menuliskan karya
mereka dengan sudut pandang orang pertama bahkan, terkadang nama dari
tokoh utama tidak disebutkan. Selain itu, masa ini juga sering disebut
sebagai masa Bungaku Joryu atau era Sastra Perempuan, yang membuat
karakter utama wanita dalam karya sastra biasanya ditonjolkan. Beberapa
aliran kesusastraan baru di Jepang muncul pada zaman pencerahan ini
akibat dari pengadopsian karya-karya sastra Eropa. Beberapa aliran
tersebut adalah aliran realisme, aliran Pseudoklasik, aliran Romantisme,
aliran Naturalisme, aliran Shirakaba (Humanisme) dan aliran Tanbiha atau
yang sering disebut sebagai aliran Estetisme.
Salah satu penulis yang ada pada era modern dengan aliran
Tanbiha adalah Junichiro Tanizaki yang memasukan unsur kecantikan

wanita dengan menonjolkan keindahan wanita yang terkesan aneh.
Tanizaki terkenal dengan karya sastra yang melukiskan pemeran wanita
lemah lembut dan tidak berdaya tetapi, menyembunyikan kekuatan dan
suatu keindahan yang misterius.

5

II. Isi
Bab ini membahas mengenai latar belakang sastrawan yang menulis karya
sastra berjudul “The Key” (

), Junichiro Tanizaki. Selain itu bab ini

akan dilengkapi dengan ulasan mengenai latar belakang cerita, sinopsis,
kutipan, dan analisa karya sastra ini.

a. Latar belakang penulis
Junichiro Tanizaki adalah salah seorang sastrawan Jepang yang
berkarya sejak 1909 dengan prosa yang bergaya erotisme dengan sado
masokisme dan bertema femme fatale. Dalam beberapa cerita yang ditulis

oleh Tanizaki, tergambar kehidupan pribadi penulis era Meiji ini. Selain
prosa yang diterbitkan di media cetak saat itu, Tanizaki juga menulis
skenario untuk drama dan film format hitam putih. Tanizaki yang banyak
terinspirasi dari karya-karya penulis Eropa seperti, Edgar Allan Poe,
Charles Baudelaire, dan Oscar Wilde memulai karirnya sebagai penulis
novel pada 1910 dengan karya pertamanya “The Tatoo” (Shisei).
Tanizaki yang lahir di Nihonbashi, Tokyo terobsesi dengan budaya
barat yang saat itu masuk ke Jepang setelah masa penutupan diri Jepang
dari dunia Luar (era Bakufu) berakhir. Penulis yang karyanya mengangkat
sisi kewanitaan yang lemah lembut tetapi, memiliki kekuatan tersendiri
yang tersembunyi dibalik gaya elgan ini, banyak menceritakan kisah yang
terinspirasi oleh kehidupan pribadinya, di mana Istri Junichiro sendiri
berselingkuh dengan temannya. Pada karya sastra Tanizaki terdapat unsur
okashi (menarik atau lucu yang tidak senonoh), memiliki kesan sensual,
dan mengarah pada erotisme yang digabungkan dengan ironi dalam kisah
percintaannya.

6

Salah satu karya Tanizaki, “The Key” (


), yang dipublikasikan

di Jepang 1956 dan diterjemahkan pada 1971 oleh Howard Hibbert telah
diangkat ke layar perak di Italia dengan judul La Chiave yang rilis pada
1983. Popularitas dan banyak penghargaan didapatkan Tanizaki melalui
karya-karya sastranya yang sempat mendapatkan banyak kontroversi pada
zaman itu.
Gaya penulisan Tanizaki yang dibumbui dengan penggambaran
pesona perempuan yang dibalut erotisme dan sadisme membuat banyak
orang mengkritik karya sastranya. Meskipun mendapat pertentangan dari
banyak orang, Tanizaki yang akhirnya meninggal 30 Juli 1965 akibat
serangan jantung ini, dianggap sebagai salah seorang sastrawan Jepang
terbaik abad 20 karena karya sastranya yang dapat terus dinikmati hingga
puluhan tahun. Kini, karya sastra Tanizaki, baik prosa, esai hingga naskah
drama dan film yang ditulisnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
asing. Untuk menghormati Tanizaki, pemerintah Jepang membuka sebuah
museum yang diberi nama Museum Sastra Tanizaki Junichiro, yang
terletak di Ashiya prefektur Ise.


b. Latar belakang cerita
Cerita ini digambarkan dalam dua buah buku harian dari Suami dan
Istri yang saling menceritakan isi hati dan keinginan mereka. Latar pada
zaman Meiji yang diangkat penulis menceritakan bagaimana sepasang
suami istri paruh baya ini, mencoba untuk menceritakan keluh kesah
dalam pernikahan mereka saat itu, tanpa bisa langsung menyatakannya
pada pasangan mereka.
Berawal dari kisah seorang suami pencemburu dan istrinya, Ikuko,
yang memiliki selisih usia lebih dari 10 tahun, hidup di kota Kyoto
bersama anak gadis mereka, Toshiko. Mereka juga memiliki calon

7

menantu yang bekerja sebagai guru sekolah, Kimura. Suami-Istri paruh
baya ini tidak memiliki hubungan komunikasi yang baik seperti pada
pasangan umumnya. Suami yang begitu mencintai Istrinya yang kolot ini,
memutuskan untuk menuliskan seluruh isi hatinya dalam sebuah buku
harian. Di sisi lain, sang istri yang tidak menyukai penampilan fisik
suaminya, diam-diam memiliki buku harian, sama seperti Suaminya.
Dalam buku hariannya, Sang Istri menuliskan tentang perasaan cintanya

pada Kimura, dan kebenciannya pada sang Suami.

c. Sinopsis
Pada malam tahun baru, Sang suami memutuskan untuk tidak
berpura-pura dalam menuliskan seluruh perasaannya pada sang istri secara
jelas di buku hariannya. Sang Suami menceritakan tentang kegelisahannya
saat melihat Ikuko, Istrinya, terlalu memperhatikan Kimura, calon
menantu mereka. Ikuko yang berusia 44 tahun biasanya bersikap tak acuh
terhadap pria, tidak bersikap demikian pada Kimura. Ikuko bahkan ikut
menemani kencan Kimura, dan Toshiko. Hal ini dianggap berlebihan oleh
sang Suami, dan membuat sang Suami cemburu.
Suatu hari ketika Kimura datang ke rumah mereka, Ikuko mabuk
ketika berendam di dalam Ofuro (bak pemandian Jepang). Suaminya
meminta bantuan Kimura untuk mengangkat tubuh Istrinya yang tanpa
busana, dan mengeringkan tubuh istrinya. Saat itu, sang Suami merasa
bergairah saat melihat Kimura mengeringkan tubuh Istrinya, yang
digambarkan lebih cantik dari putri mereka. Malam itu, ketika Ikuko
masih mabuk, Suaminya yang sejak menikah tidak pernah diperbolehkan
sang istri untuk melihat seluruh tubuh Istrinya, mengeksplorasi seluruh
bagian tubuh istrinya. Namun, Ikuko yang mabuk mengira bahwa dirinya

sedang bercinta dengan Kimura. Sejak saat itu, sang Suami selalu
mengundang Kimura untuk datang dan minum bersama di akhir minggu.

8

Suatu hari Kimura meminjamkan kamera polaroid pada sang
Suami.

Ketika

Ikuko

mabuk,

sang

Suami

pun

menggunakan

kesempatannya untuk mengabadikan tubuh istrinya dengan kamera
polaroid yang dipinjamkan Kimura. Ikuko yang selalu memanggil nama
Kimura saat mabuk, tidak lagi membuat sang Suami cemburu. Sang Suami
merasa bahagia saat melihat Ikuko mendapatkan kepuasan karena, Sang
suami yang berprofesi sebagai profesor ini mengetahui perasaan Istrinya
yang membenci dirinya, dan dianggap tidak lagi bisa memuaskan
kebutuhan hubungan suami-istri untuk pasangannya. Sang suami
menuliskan semua hal yang dirasakannya dalam buku harian.
Tidak puas dengan hasil foto kamera polaroid, sang Suami
memotret tubuh telanjang Istrinya dengan kamera analog

yang

menggunakan film rol. Intensitas kedatangan Kimura ke rumah mereka
pun semakin sering. Setiap kali Ikuko mabuk, sang Suami memotret tubuh
tanpa busana Istrinya itu dengan berbagai pose. Sang suami meminta
Kimura untuk mencetak hasil foto yang ada pada kamera analog, dan
membayangkan reaksi Kimura saat melihat foto-foto tersebut.
Toshiko, anak dari pasangan suami-istri ini, cemburu ketika dirnya
menyadari tingkah sang Ibu yang selalu berusaha mendekatkan diri
dengan tunangannya, Kimura. Toshiko pun memilih untuk keluar dari
rumah dan tinggal di kamar sewa sendiri. Namun, Sang Ayah terus
mengundang Kimura untuk minum Brandy bersama kedua Orangtua
Toshiko. Suatu hari, ketika berkunjung ke rumah tunangannya, Toshiko
menemukan tumpukan foto tak senonoh Ibunya di dalam buku yang
disembunyikan Kimura di rumah pria itu. Toshiko akhirnya mengetahui
motif sang ayah mengundang tunangannya untuk minum minuman keras
adalah untuk membuat sang Ibu mabuk, sehingga sang ayah bisa
memanfaatkan keadaan mabuk sang Ibu untuk mengeksplorasi tubuh
Ibunya.

9

Saat Toshiko marah, Ikuko berdalih bahwa sang Suami
memaksanya mabuk. Ikuko mengatakan pada Toshiko, sebagai Istri yang
baik, Ikuko tidak mampu menolak keinginan Suaminya itu. Ikuko tidak
ingin disalahkan dan melimpahkan semua kesalahan pada sang Suami.
Ikuko sendiri diam-diam mulai menyadari cintanya pada Kimura, dan
berkeinginan untuk berhubungan intim dengan calon menantunya. Ikuko
menyadari pria yang bersamanya adalah Suaminya sendiri, tetapi dirinya
selalu membayangkan sosok Kimura yang bercinta dengannya.
Kejadian demi kejadian terjadi hingga Ikuko dan Kimura semakin
dekat, dan berselingkuh. Akan tetapi, sang Suami berpura-pura tidak tahu
akan apa yang terjadi antara Istri dan calon menantunya. Toshiko yang
sebenarnya cemburu melihat kedekatan sang Ibu, berusaha mengerti
situasi yang dihadapi sang Ibu. Toshiko juga membantu keduanya untuk
lebih sering bertemu.
Tekanan darah tinggi, usia yang telah tua, kebiasaan minum
minuman keras, dan menghentikan diet yang disarankan dokter, sang
Suami terserang stroke. Ikuko semakin yakin Suaminya tidak akan
menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukannya dengan calon
menantunya karena sang Suami tidak mampu memenuhi kebutuhan
biologis Istrinya. Selama kurang lebih satu minggu sang Suami mengalami
stroke. Saat itu sang Suami menyebutkan mengenai buku harian mereka.
Ikuko terus berpura-pura tidak memiliki buku harian, walaupun dirinya
yakin Suaminya pernah membaca buku harian milik Ikuko. Di sisi lain,
sang Suami mengira Ikuko pernah diam-diam membaca buku hariannya.
Sang Suami yang stroke ini, meminta bantuan Toshiko untuk
mengatur pertemuan Kimura dan Ikuko dengan tujuan membuat Ikuko
keluar rumah. Saat Ikuko menemui selingkuhanya, sang suami meminta
Toshiko untuk mencari buku harian rahasia Ibunya dan membacakannya.
Ikuko yang sore hari itu kembali ke rumah, menyadari bahwa buku

10

hariannya telah dibaca oleh sang suami, dengan bantuan Toshiko. Untuk
mengamankan rahasia hatinya yang selalu ditulis di buku hariannya, Ikuko
berhenti menulis buku hariannya selama beberapa hari.
Tidak lama setelah membaca buku harian Ikuko, sang Suami
meninggal

dunia.

Ikuko

memutuskan

untuk

membaca

dan

membandingkan buku harian miliknya dan milik Suaminya. Ikuko
menyadari bahwa dirinya seringkali tidak menuliskan isi hatinya yang
sesungguhnya dalam buku hariannya, sementara sang Suami dengan jelas
mengungkapkan bahwa dirinya begitu mencintai sang Istri. Bahkan dalam
buku harian tersebut, sang Suami juga menyatakan seluruh keinginannya
untuk melihat Istrinya bahagia meskipun harus berselingkuh dengan pria
lain. Setelah kematian sang Suami, Toshiko dan Kimura memutuskan
untuk menikah dan Ikuko tinggal bersama mereka. Mereka pun hidup
bersama.

d. Kutipan cerita
Cerita diawali dengan sebuah tulisan dalam buku harian sang Suami.
1

1

11

--“(1 Januari) Tahun ini Aku memutuskan untuk menulis dengan bebas
tentang

topik

yang

sebelumnya,

aku

ragu-ragu

bahkan

untuk

menyebutkannya di sini. Aku selalu menghindari cerita tentang
hubunganku dengan Ikuko, karena takut jika diam-diam dia membaca
buku harianku dan merasa tersinggung. Tapi kali ini, Aku ingin agar istri
ku dapat membaca buku harian ini.” -Di awal bagian dari novel ini, diceritakan bagaimana sang Suami
menceritakan dengan jelas isi hatinya dalam sebuah buku harian. Hal ini
dikarenakan kebiasaan suami-istri yang menghindar untuk membicarakan
hubungan mereka secara langsung. Sang Suami tidak lagi merasa takut
untuk membiarkan Istrinya yang mungkin saja sudah pernah melihat isi
dari buku hariannya. Dituliskan juga sang Suami mengatahui bahwa sang
Istri sudah mengetahui keberadaan buku hariannya. Sang Suami sengaja
menuliaskan perasaannya dalam buku harian itu dan tidak peduli jika sang
Istri membacanya.
Di sisi lain, Ikuko, sang Istri juga memiliki buku harian dan
menuliskan bahwa dirinya sebenarnya mengetahui tentang buku harian
sang Suami dan hari itu sang Istri menemukan kunci buku harian sang
Suami tergeletak di depan rak buku dekat vas bunga. Sang Istri berpikir
sang suami membiarkan kunci itu tergeletak begitu saja agar dirinya bisa
membuka buku harian itu dan membacanya. Namun, sang Istri memilih
untuk tidak melihat isi tulisan dalam buku harian sang suami. Sang Istri
sendiri menyembunyikan buku hariannya agar tidak diketahui sang suami.
Hal ini terdapat pada kutipan buku harian sang Istri pada 4 Januari yang
berada di bawah.
(1

4 )

12

Pada tulisan dalam buku harian sang Suami berikutnya
menceritakan tentang kecurigaan sang suami akan sikap Kimura pada
Istrinya.
(1 7

)

--“(7 Januari) Untuk beberapa waktu saya merasa Toshiko menjauh dari
Kimura. Mungkin hal itu dikarenakan perhatian Kimura pada Ibunya. Hal
itu juga sempat membuat saya curiga. Akan tetapi, saya mengira itu
dikarenakan diri saya yang terlalu cemburu.” –

1

28

13

Kejadian selanjutnya terjadi pada 28 Januari saat Ikuko yang
terlalu banyak mengkonsumsi Brandy ditemukan pingsan dalam ofuro.
Saat itu, sang Suami meminta Kimura untuk membantunya mengangkat
tubuh Ikuko yang tanpa busana ke dalam kamar. Sang Suami bahkan
meminta Kimura untuk membantunya menyeka tubuh bagian atas Ikuko
yang masih basah.
Sejak kejadian pada 28 Januari itu, Ikuko semakin sering
menyebutkan nama Kimura saat mabuk. Hal itu justru membuat sang
Suami merasa bergairah. Hubungan antara Kimura dan Ikuko pun semakin
dekat dan memungkinkan mereka untuk berselingkuh.

e. Analisa
Cerita yang mengambil latar kota Kyoto ini menceritakan tentang
kehidupan suami-istri yang memiliki masalah dalam hubungan mereka.
Namun pada masa itu, hal-hal yang bersifat pribadi tidak dibicarakan
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sang Suami berusia 55 tahun,
diceritakan tidak lagi mampu untuk membahagiakan Istrinya dalam
hubungan seksual mereka. Awalnya, sang suami cemburu pada perhatian
berlebihan yang diberikan Istrinya pada calon menantunya. Namun,
besarnya perasaan cinta sang Suami pada istrinya membuat sang Suami
ingin melihat sang Istri bahagia. Di samping itu, sang Suami membiarkan

14

Istrinya untuk berselingkuh dengan calon menantu mereka karena hal itu
membuatnya bergairah.
Penggambaran tokoh utama yang merasa bergairah saat Istrinya
memanggil nama pria lain adalah salah satu ciri dari cerita yang
betemakan masokisme ini. Pada cerita ini tokoh utama wanita
digambarkan lemah lembut dan elegan seperti kebanyakan wanita
tradisional Jepang, tetapi menyimpan rahasia dalam hatinya. Salah satu
keinginan tersembunyi sang istri adalah berselingkuh dengan calon
menantunya. Selain itu dalam buku hariannya, sang Istri tetap
membohongi dirinya sendiri saat mengetahui sang Suami adalah orang
yang diam-diam mengeksplorasi tubuhnya saat mabuk. Buku harian sang
Istri lebih banyak menceritakan tentang perasaan tidak suka sang istri pada
suaminya yang berwajah pucat, khayalannya mengenai kimura, dan
keinginannya untuk bercinta dengan kimura. Selain itu, sang istri juga
menceritakan bagaimana perasaannya terhadap orang-orang di sekitarnya
seperti, anaknya Toshiko. Namun, sebagian besar hal yang dituliskan sang
istri tidak menggambarkan secara jelas dan jujur mengenai perasaannya.
Bebeda halnya dengan buku harian sang suami yang dituliskan secara
terbuka dan jujur, dengan harapan agar sang istri dapat mengetahui isi hati
sang suami.
Pada novel berjudul “The Key” (

), kunci yang dimaksud dalam

judul dan cerita ini adalah bentuk fisik sebuah kunci buku harian milik
sang suami yang di dalamnya menceritakan tentang kecemburuan sang
suami, imajinasi dari sang suami yang menggambarkan keindahan tubuh
istrinya, serta keinginan sang suami agar istrinya dapat merasakan
kebahagiaan dalam hubungan intimnya dengan calon menantu mereka,
Kimura. Kunci inilah yang menjadi pemecahan masalah hubungan SuamiIstri tersebut. Karena dibalik kunci buku harian ini, perasaan sebenarnya
dari sang suami tersimpan.

15

Penggambaran adegan yang menonjolkan erotisme wanita diangkat
dalam “The Key” (

) seperti dalam karya-karya Junichiro Tanizaki yang

lain. Tidak hanya menceritakan erotisme dalam karyanya, Tanizaki juga
mengangkat masalah sosial di mana banyak dari pasangan suami-istri yang
enggan untuk berkomunikasi mengenai masalah pribadi mereka.
Hubungan suami-istri pun akhirnya tidak berjalan dengan lancar.
Pada cerita yang berjudul “The Key” (

) masalah sosial seperti

pergeseran gaya berbusana wanita yang memasuki era modern juga
diangkat. Selain itu, novel ini juga menyinggung mengenai kebiasaan
masyarakat era tersebut yang masih mempercayai pengobatan tradisional
ketimbang ilmu kedokteran untuk menyembuhkan penyakitnya.

III. Penutup

The Key adalah salah satu karya sastar modern yang terpegaruh
budaya barat. Cerita bergenre Masokisme yang dibalut penggambaran
erotis mengenai wanita elagan yang lemah lembut akan tetapi, memiliki
kekuatan tersendiri. Novel ini ditulis dalam huruf Katakana pada bagian
buku harian sang Suami dan Hiragana untuk bagian sang Istri, Ikuko.

a. Simpulan
Cerita yang berjudul “The Key” (

) ini menyajikan gambaran

kompleks yang menarik dari kehidupan pernikahan. Tanizaki membuat
cerita ini dari dua sudut pandang yaitu, melalui apa yang tertulis dalam
buku harian sepasang suami-istri. Tanizaki membuat cerita seolah-olah
orang yang membaca novel ini sedang membaca dua buku harian yang
ditulis oleh orang yang berbeda.

16

Walaupun penggambaran penyebab dari masalah yang terjadi
dalam cerita tidak begitu jelas, karya sastra ini mengangkat beberapa
masalah sosial. Tanizaki menggambarkan situasi yang serius yang
ditambahkan dengan adanya konflik batin pada tokoh utama wanita. Novel
yang diterjemahkan pada 1971 oleh Howard Hibbett ini menceritakan
kisah cinta yang tragis untuk sang Suami yang rela membiarkan Istrinya
berselingkuh dengan calon menantunya.
Singkatnya, nilai yang dapat diambil dari cerita ini adalah
pentingnya komunikasi anatar suami dan istri. Karena dalam cerita ini
jelas diceritakan bagaimana Ikuko dan Suaminya yang hampir tidak
pernah

membicarakan

hal

tentang

hubungan

mereka.

Keduanya

digambarkan introvert dan tidak membagi perasaan dan pemikiran mereka
satu sama lain secara terbuka.

b.

Sumber

Hibbert, Howard. 1971 “Junichiro Tanizaki - The Key”. Tuttle Publishing
"The Key" by Junichiro Tanizaki, http://www.examiner.com/article/bookreview-the-key-by-junichiro-tanizaki-a-half-price-find, 02/06/2013 – 19:46
Junichiro Tanizaki “ The Key”
ht t p:/ / shinsho.shueisha.co.jp/ column/ aikake/ 060609/ 04/ 06/ 2013 -17:00

an a.k.a inriani sianipar

IV. Lampiran

17

a. Judul

:

“The Key” (

)

b. Pengarang

:

Tanizaki Junichiro (

c. Penerjemah

:

Hibbert Howard

)