Konstruksi Midship dan Bukaan Kulit Kapa

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kapal adalah suatu bangunan dengan bentuk dan konstruksi yang mampu mengapung di atas air dengan kecepatan tertentu. Sebuah kapal dapat mengapung di atas air karena kapal mendapat gaya tekan ke atas oleh air sebesar gaya tekan ke bawah yang ditimbulkan oleh berat kapal persatuan luas. Hal inilah yang dapat menyebabkan kapal dapat mengapung di atas air.

Dalam proses pembuatan kapal, diperlukan perencanaan kostruksi, bentuk dan desain yang sangat sempurna terlebih dahulu. Tujuannya agar kapal hasil rancangan dalam bekerja secara optimal di atas media air tanpa mengalami kebocoran, trim, maupun oleng yang berlebihan. Perencanaan konstruksi ini pula dapat menjadi salah satu faktor keselamatan kapal, penumpang (muatan), dan awak. Perencanaan konstruksi merupakan elemen terpenting yang harus dimiliki oleh setiap kapal. Karena selain faktor keselamatan, perencanaan konstruksi juga akan membantu estimasi biaya produksi yang berhubungan dengan kebutuhan pelat. Mengingat pentingnya peranan perencanaan konstruksi pada kapal, maka ditugaskanlah mahasiswa Teknik Perkapalan angkatan 2012 untuk menggambar midship section dan bukaan kulit.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah :  Mengetahui teori dan gambar konstruksi kapal dalam bentuk midship section  Mengetahui teori dan gambar konstruksi kapal dalam bentuk bukaan kulit

1.3. Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini secara umum adalah agar :

1. Agar mahasiswa mengetahui kompartemen kontruksi kapal melalui gambar midship section

2. Agar mahasiswa mengetahui kebutuhan pelat dengan tebal lajur yang berbeda-beda sehingga bisa mengestimasikan berapa biaya produksi yang dibutuhkan untuk pembuatan kulit kapal.

3. Agar mahasiswa mengetahui fungsi elemen konstruksi yang ada kaitannya dengan keselamatan.

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui posisi sambungan pelat kapal yang dapat terlihat pada gambar bukaan kulit

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengetian Konstruksi

Konstruksi kapal I merupakan dasar dan pengenalan tentang bentuk dan jenis konstruksi kapal baik pada arah memanjang maupun melintang kapal . Konstruksi Midship adalah konstruksi penampang melintang bagian tengah kapal dimana didalamnya menunjukkan beberapa komponen konstruksi yang terpasang pada kapal. Untuk dapat menggambar konstruksi midship maka diperlukan :

a) Ukuran utama pada kapal rancangan

b) Memahami bentuk penampang melintang kapal tak ditumpu

c) Memahami modulus, momen inersia, panjang tak ditumpu.

2.2. Sistem Kerangka Kapal

Pada dasarnya konstruksi kapal terdiri dari badan kapal dan bangunan atas. Badan kapal dalam hal ini adalah lambung kiri dan kanan, dasar kapal serta satu atau

beberapa geladak (deck). Bangunan atas (superstructure) yaitu bangunan tambahan diatas badan kapal yang

panjangnya sebagian panjang kapal dan dalam hal tertentu bisa sepanjang kapal. Lebar bangunan atas sama dengan lebar kapal, sedangkan bangunan yang lebarnya lebih kecil dari lebar kapal disebut rumah geladak (deck house) yang terletak di atas bangunan atas.

Dinding bagian depan dan belakang dari bangunan atas disebut sekat bangunan atas, di mana konstruksi harus kedap walau sekiranya dipasang pintu atau jendela. Dinding yang menutupi bagian atas bangunan atas disebut geladak bangunan atas. Ada tiga letak bangunan atas yaitu :

Forecastle yaitu bangunan yang terletak dibagian depan mulai dari linggi haluan. Bridge yaitu bangunan atas yang terletak ditengah kapal. Poop yaitu bangunan atas yang terletak di bagian belakang.

Konstruksi badan kapal dalam memanjang terbagi dalam beberapa kompartemen yang dipisahkan oleh sekat, baik sekat melintang maupun sekat memanjang. Dalam arah tinggi kapal kompartemen dipisahkan oleh geladak.

Dinding sekat membagi badan kapal dalam ruang-ruang yang kedap air, sehingga dapat mencegah menjalarnya api dari satu ruangan ke ruangan lain, dan dapat menjaga kestabilan kapal untuk tetap terapung jika salah satu kompartemen terisi air karena bocor. Sekat-sekat dipasang dibawah geladak utama diantaranya :

Sekat bagian belakang memisahkan tangki ceruk buritan (after peak) dan biasa disebut sekat buritan (after peak bulkhead).

Sekat yang memisahkan tangki ceruk haluan (fore peak) adalah sekat haluan atau biasa disebut sebagai sekat tubrukan (Collision Bulkhead). Karena letaknya di haluan dan dan pada

saat terjadi tubrukan dan mengalami kerusakan pada linggi haluan maka air tidak langsung masuk keruang muat. Jadi peletaka sekat ini tidak boleh terlalu kedepan untuk menghindari saat terjadi tubrukan dan mengalami kerusakan pada linggi haluan maka air tidak langsung masuk keruang muat. Jadi peletaka sekat ini tidak boleh terlalu kedepan untuk menghindari

Sekat yang memisahkan kamar mesin dan ruang muat adalah sekat kamar mesin. Panjang ruang muat maksimum adalah 30 m. dan untuk muatan cair yang berbeda dipisahkan oleh cofferdam untuk menghindari bercampurnya muatan cair yang berbeda jika

terjadi kebocoran pada salah satu dinding sekat. Umumnya kapal dilengkapi dengan dasar ganda (double bottom) yang memanjang dari sekat buritan hingga ke sekat haluan utamanya pada kapal barang. Fungsi double bottom dapat menjaga kestabilan kapal untuk tetap terapung jika terjadi kerusakan pada dasar kapal dan juga dipakai sebagai tangki-tangki. Di dalam double bottom diletakkan wrang (flour) di setiap gading.

Ruang diantara geladak dan pelat alas dalam adalah ruang palka sebagai tempat muatan dan untuk pemuatan pada geladak diberi lubang palka (hatchway) yang dibatasi dengan dinding vertical yang disebut ambang palka (hatch coaming). Geladak pada tinggi kapal disebut geladak kekuatan yang harus menerus dari linggi buritan ke linggi haluan sekalipun ada lubang palka tetapi kekedapannya harus dijamin. Untuk itu diberi penutup palka.

Pada tepi geladak dipasang pagar (bulwark) untuk melindungi kemungkinan jatuhnya orang keluar kapal dan menghindari air laut naik ke geladak pada waktu laut berombak. Pada tepi bawah bulwark dilengkapi lubang pembebasan (freeing port) yang berfungsi untuk mengalirkan air laut limpahan digeladak ke luar kapal.

Kerangka kapal pada dasarnya terdiri dari komponen konstruksi yang diletakkan secara melintang dan memanjang di mana menykong kulit kapal dan akan menjadi konstruksi badan kapal secara keseluruhan. Sistem kerangka dasar kapal terdiri dari :

1. Sistem Rangka Konstruksi Melintang; merupakan konstruksi di mana beban yang bekerja pada konstruksi diterima oleh pelat kulit dan diuraikan pada hubungan kaku/balok-balok memanjang di kapal (centre girder, sekat memanjang dan alas dalam tengah) dengan pertolongan balok-balok yang terletak melintang kapal (lambung kapal dan sekat melintang).

2. Sistem Rangka Konstruksi memanjang; dimana padanya bekerja beban yang diterima oleh rangka konstruksi dan diuraikan pada hubungan kaku kapal (sekat melintang) dengan 2. Sistem Rangka Konstruksi memanjang; dimana padanya bekerja beban yang diterima oleh rangka konstruksi dan diuraikan pada hubungan kaku kapal (sekat melintang) dengan

3. Sistem Rangka Konstruksi Kombinasi; di mana mengatasi kekurangan yang terdapat pada sistem konstruksi melintang dan memanjang pada pemakaiannya, system rangaka konstruksi memanjang dikai atau diletakkan pada geladak utama dan dasar kapal, di mana letaknya jauh dari sumbu netral penampang melintang kapal, sehingga menerima beban lengkung yang besar sedang pada geladak ke dua menggunakan rangka konstruksi melintang karena lebih dekat dengan sumbu netral.

2.3. Sistem Konstruksi Rangka Dasar

Sistem konstruksi rangka dasar adalah komponen konstruksi yang terletak pada dasar kapal yang terdiri dari lunas, rangka dasar tunggal, dan rangka dasar ganda. Perbedaan kedua rangka dasar tersebut penting diketahui, karena setiap mahasiswa nantinya akan membuat tugas gambar konstruksi midship sesuai dengan ukuran kapal yang diberikan. Baik penggambaran maupun pembangunan kapal, selalu diawali pada bagian lunas dan dasar kapal secara keseluruhan, oleh karena itu mahasiswa harus mengetahui bentuk konstruksi, jumlah, dan ukuran komponen konstruksi yang terpasang pada kapal rancangan .

2.4. Lunas

Lunas adalah balok memanjang ditengah dasar kapal yang memanjang antara linggi haluan dan linggi buritan. Lunas kapal merupakan tulang punggung dari lambung kapal atau kerangka kapal, sehingga merupakan bagian konstruksi yang penting. Konstruksi yang mengikat pada lunas bersama-sama menyalurkan beban secara merata keseluruh bagian kapal. Pada pembangunan kapal, lunas adalah konstruksi yang paling utama yang harus dirakit dan diletakkan pada balok-balok penyanggah. Ada 5 macam lunas kapal :

1. Lunas Batang (Bar Keel); pada walnya lunas batang terbuat dari kayu sebagai penguat yang terikat antara dua baja siku dan diikat pada badan kapal dari baja. Kemudian meningkat dengan menggunakan satu batang baja atau baja cor dengan penampang segiempat pada pelat pengikat yang selanjutnya diikat pada pelat dasar.

2. Lunas Lapis (Layer Keel); sejenis lunas batang, hanya konstruksinya terdiri dari beberapa lapis pelat yang dikeling bersama-sama dengan pelat kulit. Ukurannya sama dengan lunas abtang. Lapisan ditengah merupakan kelanjutan lunas dalam tengah. Lunas berlapis mempermudah pembuatan lunas batang dan memperbaiki hubungan dengan pelat dasar dan balok-baloknya.

3. Lunas Pipa (Duct Keel); ditempatkan mulai dari sekat kamar mesin bagian depan hingga ke sekat tubrukan dan digunakan untuk penempatan pipa dan kabel, dapat pula difungsikan sebagai tangki bahan bakar.

4. Lunas Pelat (Plate Keel); saat ini konstruksi lunas yang dipakai adalah pelat dengan ketebalan yang lebih besar untuk menahan beban dan terutama pada saat docking. Pelat lunas dipasang mulai dari linggi haluan ke linggi buritan. Tebal pelat lunas 30 – 50 % lebih tabal dari pelat kulit dasar atau lebih tepatnya lihat BKI II tahun 2006.

5. Lunas Bilga (Bilge Keel); kebanyakan kapal mengikuti fungsi utama lunas bilga yakni mencegah gerakan berputar dari kapal, mengurangi olengan kapal atau goncangan yang keras ketika kapal berada di laut, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada stabilitas kapal. Selain itu menjaga bilga didasar dan menambah kekuatan membujur pada bilga. Lunas bilga biasanya bekerja berlebihan pada posisi midship dikulit karena lunas bilga dipasang ditengah kapal kurang lebih setengah atau dua pertiga panjang kapal (2/3 L). Secara umum lunas bilga terdiri dari pelat rata dan pelat ganda (profil bulb) yang berbentuk V yang didalmnya terisi kayu agar lunas bilga tersebut lebih keras dan mengurangi kemungkinan terjadinya bengkok akibat benturan. Ter biasanya ditambahkan masuk kedalam lunas bilag untuk memenuhi/mengisi setiap ruang kosong di mana air mungkin berkumpul dan marusak bagian dalam lunas.

Pada perencanaan midship section kapal rancangan ini menggunakan Rangka Dasar Tunggal Sistem rangka dasar tunggal (single bottom) terdiri dari balok melintang kapal (wrang) diletakkan pada setiap gading-gading yang diberi flens pada bagian atasnya dan balok memanjang (lunas dalam tengah) yang terletak pada bidang memanjang kapal (centre line) disebut sebagai penumpu tengah (centre girder) dan lunas dalam samping (side keelson) atau disebut penumpu samping (side girder) yang terletak antara lambung dan lunas dalam tengah.

Gambar 2. Konstruksi dasar tunggal

Center Keelson (Centre Girder)

Pada kapal dengan lunas batang, lunas dalam tengah dapat terdiri dari profil atau pelat vertical yang diletakkan di atas lunas yang memanjang mulai dari fore peak sampai pada after peak. Lunas dalam tengah umumnya tidak terpotong oleh wrang atau kadang-kadang wrang dan lunas masing-masing sebagian terpotong yang tepat diletakkan satu sama lain. Luas penampang bilah hadap yang dipasang diatas lunas dalam tengah lebih besar dari luas penampang bilah hadap wrang dan tebalnya lebih tebal dari pelat vertical lunas dalam tengah. Besarnya tebal dan luas penampang pelat dapat dilihat pada BKI Rules Vol II, 2006.

Lunas Dalam Samping/Penumpu Samping (Side Keelson/Side Girder)

Lunas dalam samping terdiri dari pelat vertical dan pelat bilah hadap yang luas penampangnya sama dengan bilah hadap wrang. Jumlah penumpu terpasang (D.J. Eyres, Ship Construction,149)

a. 1 (Satu) penumpu samping antara penumpu tengah dan sisi kapal jika lebar kapal < 10 m

b. 2 (dua) bilah hadap, jika lebar antara (10 – 17) m.

c. Jika jarak antara penumpu lebarnya sampai ratio panjang lebar > 4, maka ditambahkan secara kontinu atau dipasang stiffener yang cocok.

Wrang (Floor)

Wrang merupakan balok melintang dasar yang merupakan tumpuan kulit dasar dan balok memanjang konstruksi. Untuk kekuatan wrang, tingginya pada jarak 3/8 B di tengah kapal tidak boleh kurang dari ½ tinggi wrang ditengah kapal terutama pada kapal dengan rise of flour yang besar untuk mengatasinya dianjurkan memperbesar wrang ditengah kapal atau sisi atas wrang dibuat menanjak ke arah lambung sesuai garis lengkung dasar di daerah tersebut.

Tinggi wrang tidak boleh kurang dari :

h = 55 B + 45 (mm)

h min = 600 mm

Pada lambung kapal wrang diikat pada gading dengan menggunakan bracket (lutut bilga) yang tingginya pada lambung dua kali tinggi wrang ditengah (2h) terhitung dari garis dasar.

Gambar 3. Pengukuran tinggi wrang

Tebal bilah hadap wrang 2 mm lebih tebal dari pelat vertikal dan pada daerah 0,2 L dari linggi haluan, luas penampang bilah hadap diperbesar. Daerah haluan dan kamar mesin wrang dan flens dipertebal 0,5 mm dari biasanya.

Tebal pelat vertikal tidak boleh kurang dari : t = h/100 + 3 mm

2.5. Sistem Konstruksi Kerangka Lambung

Konstruksi kerangka lambung terdiri atas gading-gading yang dipasang disepanjang kapal sebagai tempat meletakkan kulit kapal dan diperkuat dengan balok sisis (side stringer). Pemasangan gading-gading sesuai dengan sistem rangka konstruksi melintang ataupun memanjang.

Gading-gading dinamai sesuai dengan letaknya. Gading yang terletak ditengah dibawah geladak utama disebut gading utama (main frame), kemudian diatasnya disebut dengan gading geladak antara, gading bangunan atas, dan seterusnya pada daerah ceruk dinamai gading ceruk.

Pada kapal general cargo, gading-gading melintang terdiri dari balok utama dan penyanggah dengan bracket atas dan bracket dasar, sedang pada tween deck (geladak antara) hanya dengan bracket atas saja. Ukuran gading melintang utama sangat tergantung pada posisinya, jarak dan tinggi gading dan tingkat kekakuan pada sambungan akhir. Jarak antara gading-gading merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan modulus penampang gading/ukuran pada suatu kapal. Makin besar jarak antara gading makin besar pula modulus penampangnya dan juga memperbesar ukuran konstruksi lainnya.

Jarak gading-gading normal untuk sistem konstruksi melintang dari 0,2 L di haluan kapal (FP) hingga ke sekat ceruk buritan ditentukan berdasarkan rumus :

a = L/500 + 0,48 (cm)

a max = 1,0 m

Gading-gading ceruk haluan dan ceruk buritan (di depan sekat tubrukan dan di belakang sekat buritan) tidak boleh lebih besar dari jarak gading normal atau yang ada diantara 0,2 L dari FP dan 0,2 L dari AP, bagaimanapun tidak boleh lebih besar dari 600 m. Pada kenyataannya untuk jarak yang sama yang diukur pada centre line jaraknya lebih besar dibandingkan dengan jarak gading pada haluan dan buritan jika diukur pada kulit kapal.

Gading Utama

Gading-gading utama adalah gading yang membentang dari dasar sampai kegeladak terendah dan jika kapal mempunyai lebih dari 3 geladak, maka sekurang-kurangnya sampai ke geladak di atas geladak terbawah dan dalam arah memanjang dipasang disetiap jarak gading normal.

Jika gading-gading oleh geladak yang dibuat dengan sistem gading-gading bujur, maka gading-gading yang dipasang diantara gading besar harus dihubungkan dengan perantaraan pelat siku yang ditentukan berdasarkan modulus penampang gading-gading. Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap penentuan modulus penampang gading-gading adalah panjang tak ditumpu, di mana pengambilan nilainya seperti pada gambar berikut:

Beban luar yang berupa beban sisi kapal ditentukan berdasarkan elemen yang ditinjau, yaitu:

a. Pusat beban berada di bawah LWL

b. Pusat beban berada di atas LWL

Gambar 6. Sketsa nilai Z 1 dan Z 2 untuk kapal dengan satu deck Besar modulus penampang

gading ditentukan berdasarkan peraturan BKI.

Gading Besar

Gading besar terdiri dari pelat web dan pelat bilah (face plate),di mana web sedapat mungkin lebih besar dari gading utama dan ditempatkan disepanjang pelat sisi. Umumnya jarak gading-gading besar tidak lebih dari 5 jarak gading utama dalam setiap deep tank yang berbatasan dengan sekat tubrukan, serta pada tween deck di atas tangki tersebut. Dibagian belakang after peak bulkhead disyaratkan penempatannya disetiap 4 jarak gading utama, di mana dimaksudkan untuk menambah kekakuan melintang kapal. Di dalam kamar mesin untuk Gading besar terdiri dari pelat web dan pelat bilah (face plate),di mana web sedapat mungkin lebih besar dari gading utama dan ditempatkan disepanjang pelat sisi. Umumnya jarak gading-gading besar tidak lebih dari 5 jarak gading utama dalam setiap deep tank yang berbatasan dengan sekat tubrukan, serta pada tween deck di atas tangki tersebut. Dibagian belakang after peak bulkhead disyaratkan penempatannya disetiap 4 jarak gading utama, di mana dimaksudkan untuk menambah kekakuan melintang kapal. Di dalam kamar mesin untuk

- jika tinggi H = 4 m, jarak gading besar rata-rata 3,5 m - jika tinggi H = 14m, jarak gading besar rata-rata 4,5 m.

Penempatan kamar mesin di bagian belakang kapal harus dipasang senta lambung (side stringer) dengan jarak 2,6 m terhadap balok geladak atau sesamanya. Jika tinggi geladak terbawah lebih besar dari 4 m, maka harus dipasang satu stringer.

Gading Utama

Pada ujung kapal, daerah 0,25 L dari linggi haluan jarak gading mengecil dan umumnya tidak lebih dari 700 mm. Pada ceruk haluan dan ceruk buritan tidak lebih lebih dari 600 mm. Perubahan jarak gading normal ditengah kapal berkurang keujung-ujung kapal sedikit demi sedikit agar supaya beda jarak gading tidak lebih dari 50 mm dibitan kapal dan 25 mm dihaluan kapal.

Besar modulus penampang gading dapat ditentukan berdasarkan rules yang ada terutama BKI. Untuk kapal yang panjangnya lebih dari 30 m, maka modulus penampang gading-gading ceruk harus sama dengan modulus penampang gading utama, tapi pada ceruk buritan dapat diambil <15%.

Gading-Gading Geladak Antara dan Bangunan Atas

Menurut BKI bahwa pada kapal yang mempunyai kecepatan melebihi 1,6 L 1/2 knot, gading pada forecastle didaerah 0,1 L di depan kapal penguatannya hampir sama dengan gading-gading

yang ditempatkan antara first deck dan second deck. Modulus penampang gading-gading pada geladak antara dan bangunan atas tidak lebih dari modulus penampang gading pada ceruk

Gading-Gading dalam Sistem Kerangka Konstruksi Memanjang

Jika pada pelat sisi dipasang gading-gading memanjang pada bulb section akan disertai dengan balok penunjang (transverse web) yang lebih besar pada pelat sisi terbawah. Transverse web (pelintang sisi) dipasang untuk menunjang sisi memanjang, yang mana jaraknya tidak lebih dari 3,8 m jika panjang kapal lebih 100 m, dengan penambahan jarak yang diperbolehkan untuk kapal-kapal yang lebih panjang. Pada bagian peak, jaraknya 2,5 m, di mana panjang kapal Jika pada pelat sisi dipasang gading-gading memanjang pada bulb section akan disertai dengan balok penunjang (transverse web) yang lebih besar pada pelat sisi terbawah. Transverse web (pelintang sisi) dipasang untuk menunjang sisi memanjang, yang mana jaraknya tidak lebih dari 3,8 m jika panjang kapal lebih 100 m, dengan penambahan jarak yang diperbolehkan untuk kapal-kapal yang lebih panjang. Pada bagian peak, jaraknya 2,5 m, di mana panjang kapal

Gading-gading memanjang/pembujur-pembujur sisi menerus dan menembus pelintang sisi tersebut. Pada dinding sekat kedap melintang pembujur sisi terputus dan diikat dengan bracket. Sistim konstruksi memanjang mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

- Pelat kulit lebih stabil dan tegar terutama dalam menahan beban-beban memanjang - Secara keseluruhan berat kapal menjadi lebih ringan.

Pada beberapa hal menyebabkan pemakaian sistem konstruksi memanjang pada lambung sangat terbatas, karena ukuran pelintang sisi menjadi sangat besar. Hal ini sangat mengganggu penempatan muatan pada palka. Pada kapal-kapal penumpang disamping kesulitan dalam pemasangan sistem-sistem pipa, ventilasi serta kabel-kabel listrik, juga mengganggu arsitertur ruangan, terutama pada kabin penumpang.

Karena hal tersebut maka sistem gading gading memanjang pada lambung hanya dipakai pada kapal tertentu, seperti tanker, bulk carrier dan kapal-kapal lain di mana penempatan muatan tidak menjadi masalah.

2.6. Geladak

Geladak (deck) menyerupai struktur lantai di dalam sebuah rumah dan digunakan dalam berbagai keperluan tergantung dari tempatnya di dalam kapal. Dengan fungsi yang berbeda, yaitu

1) Geladak paling atas (upper deck) menambah kekuatan kapal bentuk dari penutup kedap air dari lambung dan juga menyokong kekuatan dari aktivitasnya.

2) Geladak paling rendah berfungsi sebagai kerja panggung untuk pengoperasian dari mesin dan pembongkaran barang-barang di atas kapal (loading cargo) dan juga menyediakan bagian untuk tempat tinggal penumpang dan crew kapal (ABK).

3) Geladak pada tinggi kapal adalah geladak utama (main deck) yang berfungsi sebagai geladak kekuatan dan konstruksinya tidak terpotong/menerus dari linggi haluan ke linggi buritan. Geladak kekuatan ini, walaupun mempunyai bukaan tapi penutup dari bukaan tersebut harus dijamin kekedapannya, karena geladak ini harus betul-betul kedap dan ukurannya juga memegang peranan penting.

4) Di bawah geladak kekuatan adalah geladak yang laing seperti geladak antara dan lain-lain.

Geladak di bawah geladak kekuatan tidak selamanya menerus, tetapi terpotong di daerah kamar mesin. Untuk kompensasi, disamping untuk menambah kekuatan setempat guna mengatasi getaran mesin, maka dipasang senta-senta lambung. Pada kapal penumpang yang besar jarak antara geladak yang normal adalah 2,4 m sampai 3,3 m atau kadang-kadang lebih didaerah salon. Kapal penumpang yang lebih kecil atau kapal barang dan juga pada geladak akil kapal penumpang besar, jaraknya berkisar antara 2,25 m sampai 2,4 m. Jarak antara geladak diukur dari sisi bawah pelat geladak yang satu ke sisi bawah pelat geladak berikutnya. Geladak umumnya mempunyai camber melintang, Derajat kelengkungan camber disebut ”height of camber”, pada balok geladak disebut ”Rounding Up”. Ditengah-tengah kapal besarnya camber diukur 1/50 B (B=lebar max kapal).

Gambar 8. Kelengkungan camber

Secara memanjang juga melengkung, makin tinggi ke arah haluan dan buritan kapal. Kelengkungan ini disebut ”Sheer line’. Perbedaan tiap-titik pada satu geladak terhadap titik

terendahnya disebut sheer dari titik tersebut. Sheer geladak bagian depan besarnya dua sampai empat kali tinggi sheer geladak bagian belakang.

Gambar 9. Kelengkungan sheer geladak

Sheer dan camber menambah kekuatan geladak dan untuk mempermudah mengalirnya air yang melimpah ke geladak ke luar kapal. Disamping itu sheer juga memperindah bentuk kapal dan menambah daya apung kapal, oleh karena itu kapal-kapal samudera mempunyai sheer yang lebih besar dibanding dengan kapal-kapal sungai. Pada kapal barang, tween deck umumnya tidak diberi sheer atau sheernya merupakan tekukan-tekukan (knucles) pada bulkhead, dalam hal ini camber juga tidak ada.

1. Balok Geladak

Ada tiga fungsi balok geladak pada kapal, yaitu:

a. Penumpu geladak

b. Pengikat atau penopang sisi – sisi kapal

c. Balok besar (web) di bawah pelat geladak untuk mencegah keretakan pelat yang kemungkinan terjadi di kapal selama pelayaran. Pada dasarnya fungsi balok geladak yaitu menerima beban yang bekerja pada geladak muat

dan mentransfer ke gading-gading. Dalam hal ini gading-gading bertindak sebagai pilar/topang dan meneruskan gaya/beban ke daerah bawah yang didistribusi ke seluruh lantai bottom.

2. Balok Geladak Melintang (Transverse Deck Beam)

Balok geladak dipasang melintang dari sisi ke sisi kapal dan disambung dengan gading- gading dengan menggunakan bracket agar gading-gading dapat lebih berfungsi sebagai penguat melintang. Untuk dapat menahan geladak sebanyak mungkin muatan/ beban di atasnya, dalam hal ini balok-balok geladak harus cukup tegar agar tidak melentur ke bawah. Balok-balok geladak harus dilengkungkan sesuai dengan camber. Pada ujung balok geladak diikat dengan pelat lutut (bracket) yang menghubungkan dengan gading-gading. Bracket cenderung melekat pada ujung- ujung balok dan perlu diketahui bahwa balok tersebut dapat menambah kekuatan penyanggah pada sambungan tersebut.

Jika geladak mendapat beban yang lebih berat , maka balok geladak juga harus diperkuat secara sebanding, selanjutnya ukuran balok geladak juga harus diperbesar untuk balok yang lebih panjang. Balok geladak yang terletak pada sisi lubang palka harus dibuat lebih kuat karena harus menerima beban yang lebih berat, sehingga harus ditumpu di ujung-ujungnya. Ukuran balok geladak dapat ditentukan dengan menggunakan BKI Rules.

3. Balok Geladak Memanjang (Longitudinal Deck Beam)

Balok geladak pada geladak kekuatan dipandang secara memanjang hanya untuk:  Memanjang, sehingga kekakuan struktur kapal bertambah, khususnya jika pelat ganda dan

pelat dasar juga diberi kerangka sistem memanjang.  Menyanggah geladak serta sebanyak mungkin muatan diatasnya, yang mana balok-balok memanjang harus mempunyai ketegangan yang cukup. Makin lebar jarak pelintang, makin besar

ukuran balok-balok memanjang, karena jarak bentang yang tidak ditumpu juga makin panjang. Sistem balok memanjang pada geladak, di mana pelintang berfungsi untuk menyanggah balok-balok memanjang selain jumlah deretan topang yang memperkecil jarak tak ditumpu dari balok geladak. Balok-balok geladak diikat pada pelintang geladak dengan bilah rat. Dengan sistem balok memanjang, pelat geladak menjadi lebih stabil disamping kekuatan memanjang bertambah baik.

4. Pelat Geladak

Pelat geladak berfungsi sebagai lantai pada kapal yang diletakkan di atas balok geladak. Pelat geladak terdiri dari :  Geladak pelat  Geladak pelat yang dilapisi  Geladak kayu dengan lapisan baja kedua sisi geladak.

a) Geladak pelat

Geladak pelat terdiri dari lajur-lajur pelat baja yang membentang dari muka ke belakang. Pelat yang digunakan biasanya yang permukaannya halus dan untuk kapal -kapal kecil sering digunakan pelat kembang. Sambungan antara pelat diseluruh bagian pelat-pelat dilakukan dengan sistem pengelasan dan untuk ketebalan pelat yang berbeda harus berangsur-angsur dikikis/dikurangi sampai tebalnya sama dengan tebal yang lebih kecil.

b) Geladak pelat yang dilapisi

Geladak pada kapal penumpang dan barang umumnya dilapisi kayu atau bahan lainnya dan pada keadaan tertentu tebal pelat geladak dapat dikurangi. Lapisan kayu ini biasanya dipasang pada geladak cuaca di mana fungsinya :

a. Sebagai pelindung terhadap panas dan dingin

b. Melindungi pelat geladak dari korosi

c. Menghindari tergelincirnya orang jika lantai licin

Pemasangan lapisan kayu pada kapal harus persetujuan dari Biro Klasifikasi. Pada geladak dengan lapisan kayu, pada kedua sisi kapal dibuat selokan (gutterway) yang lebarnya 300 mm dari pelat sisi kapal. Untuk melindungi pelat, maka selokan ini disemen atau aspal dan lain-lain. Selain geladak cuaca tidak menutup kemungkinan lapisan kayu juga dipasang pada lower deck dan inner bottom untuk menghindari kerusakan pelat akibat bongkar muat barang.

c) Geladak kayu dengan lapisan baja

Lapisan baja pada geladak kayu dipasang dikedua sisi geladak seperti pelat lajur sisi geladak (stringer plate) yang fungsi :  Menunjang kekuatan memanjang kapal  Mendapatkan hubungan kaku antara balok-balok geladak dan pelat kulit sisi.

Selain itu juga dipasang pelat-pelat pengikat (tie plate) diletakkan daerah bukaan-bukaan geladak seperti lubang palka untuk menghindari bengkokan balok geladak ke arah memanjang. Selanjutnya lajur-lajur pelat juga dipasang pada daerah di mana terdapat beban-beban setempat, misalnya di bawah winch, mast, bollar dan pada sekat kedap air, dan secara melintang dipasang sepanjang lubang palka dan rumah geladak.

5. Lubang Palka (hatchway)

a. Ambang palka Lubang palka adalah bukaan pada geladak yang dibuat untuk lalunya barang pada saat bongkar muat. Lubang palka dibatasi dengan ambang palka (hatch coaming) dan dilengkapi dengan tutp palka (hatch covers). Lubang palka yang ditutp dengan terpal mempunyai coamings yang tingginya minimum di atas geladak adalah 450 mm dan 600 mm. Ambang palka mengelilingi lubang palka, jika tingginya 600 mm atau lebih harus diperkuat pada bagian atasnya oleh sebuah penegar bujur horisontal (bulb section) dengan tinggi profil tidak kurang dari 180 mm untuk kapal yang panjangnya melebihi 60 m. Konstruksi ambang palka harus menerus sampai di tepi bawah balok geladak dan r liharus diberi flens atau dipasang pelat hadap atau baja setengah bulat.

b. Tutup palka Penutup palka dibuat untuk menjaga kekedapan dari pada geladak atau melindungi muatan dari terpaan hujan dan panas. Ada beberapa tipe penutup palka yang paten:

Folding hatch cover Single pull Roll up Piggy back Punton Menggelinding sisi

Penutup palka single pull dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan motor listrik dalam panel penutup utama. Setiap penutup dilengkapi dengan roda gigi yang dipasang pada sisi out board dan roda tersebut dipasang permanen. Penutup porton sering digunakan pada kapal container di mana penutupnya berupa pelat-pelat yang berbentuk kotak dan ditutup rapat seperti cara penutup paten lainnya. Penutup palka yang lain adalah penakan web sebagai hatch beam yang dilengkapi round bar ditepi bawah dan flens dibagian atasnya pada sisi atas flens ditutup dengan papan ((wood cover) yang dipasang sepanjang lubang palka. Untuk menjaga kekedapannya, maka paling atas ditutpi dengan terpal (terpaulins) yang ujung-ujungnya dijepit dengan batten retaining yang diletakkan di atas stiffener/stay.

Sebagai penyanggah hatch beam, pada sisi ambang palka dipasang vertikal stiffener (balok palka) dengan bentuk sockel.Uraian secara lengkap mengrenai penutup palka dapat dilihat pada referensi yang dirujuk.

2.7. Pelat pada Kapal

a. Pelat Lunas

Pelat lunas adalah pelat kulit pada center line kapal yang biasanya disebut sebagai pelat lunas rata (flat keel plate) yang dipasang mulai dari linggi haluan ke linggi buritan. Tebal pelat lunas lebih tebal dari pelat di sebelahnya karena kemungkinan terjadinya gesekan dasar laut. Tebal pelat lunas kurang lebih 30% sampai 50% dari tebal pelat dasar.

b. Pelat Alas

Pelat alas adalah pelat dasar yang terletak antara pelat lunas dengan pelat bilga yang tebalnya menurut BKI Vol II. Lebar pelat dasar tidak ditentukan, tapi dapat diambil selebar mungkin menurut lebar pelat standar yang ada di pasaran serta peralatan yang tersedia untuk pengerjaanya. Untuk menghitung pelat alas dapat dilihat pada BKI Rules Vol II

c. Pelat Bilga (Bilga Strake)

Pelat bilga dipasang pada lengkungan radius bilga setelah pelat alas. Tebal pelat bilga di bagian melengkung sama dengan tebal pelat sisi bila pada sisi digunakan sistem gading-gading Pelat bilga dipasang pada lengkungan radius bilga setelah pelat alas. Tebal pelat bilga di bagian melengkung sama dengan tebal pelat sisi bila pada sisi digunakan sistem gading-gading

Gambar 10. Pelat lajur bilga

d. Pelat Sisi (Side Sheel Plate)

Ketebalan terbesar pada pelat kulit diberikan sampai 40% pada lebar tengah kapal dan kemudian berkurang ketebalannya hinggga akhir pelayaran. Ketebalan ini mungkin ditambah pada bagian yang ketegangan sisi vertikalnya besar, biasanya pada bagian sekat melintang pada kapal juga ketebalannya bertambah pada gading-gading buritan dan pada bagian poros bracket, lubang rantai jangkar yang sesekali terjadi hubungan (gesekan).

Pelat sisi dibatasi oleh sheer strike (lajur atas) di bagian atas dan bilga strake di bawah. Pelat sisi biasa terdiri dari beberapa lajur pelat, dimana lebar masing-masig lajur ditentukan berdasarkan lebar pelat standar yang ada. Umumnya lebar pelat yang dipasang diambil 75 kali tebalnya ditambah 25” – 28”. Lebar pelat standar umumnya 6,8” – 7,4”, namun saat ini telah tersedia lebar pelat 8 ft – 10 ft.

e. Pelat Lajur Atas (Sheer Strake)

Pelat lajur atas adalah pelat lajur pelat teratas di atas pelat sisi dan biasanya dipasang sedemikian rupa sehingga tepi atasnya menonjol di atas garis geladak yaitu sekitar 8” – 10”.

Pada kapal dengan geladak anjungan yang panjang atau geladak penggal (raised quarter deck), posisi pelat lajur atas menjadi lebih tinggi.

Hubungan antara pelat alas dengan lajur tepi geladak (stringer plate) dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Hubungan antara pelat alas dengan lajur tepi geladak (stringer plate) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

b. Gunwale angle

c. Welded connection

d. Rounded deck edge

Gambar 11. Hubungan antara pelat alas dengan lajur tepi geladak (stringer plate) Pada hubungan yang dilengkungkan antara geladak kekuatan dan pelat lajur atas, jari-jari

lengkungan sekurang-kurangnya 15 kali tebal pelat yang bersangkutan.

f. Pelat Sisi Dari Bangunan Atas

Bangunan atas yang berada pada daerah 0,4 L bagian tengah kapal dan panjang melebihi 0,15 L didefinisikan sebagai bangunan atas yang efektif dimana tebal pelat sisinya sama dengan tebal pelat sisi kapal.Bangunan atas yang terletak diluar 0,4 bagian tengah kapal atau panjangnya kurang dari 0,15 L atau kurang dari 12 m, diberlakukan sebagai bangunan atas yang tidak efektif.

g. Bulwark

Bulwark adalah pagar pada tepi geladak yang berfungsi menjaga keselamatan penumpang dan awak kapal serta melindungi barang-barang di atas geladak agar tidak jatuh ke dalam laut pada saat kapal mengalami olengan (rolling). Ada dua macam bulwarks yaitu terbuka dan tertutup

 Bulwark terbuka terdiri dari bilah-bilah pelat dan pipa –pipa pagar atau rantai yang biasa digunakan pada kapal tanker. Sedangkan bulwark tertutup terbuat dari pelat yang biasa dipakai

pada kapal barang dan penumpang.

 Bulwark tidak menambah kekuatan kapal, kecuali kekuatan setempat seperti pada ujung- ujung anjungan (bridge) karena terdiri dari pelat yang relatif tipis. Tinggi bulwark tidak boleh

kurang dari 1,0 m dan ditopang oleh stay di setiap gading. Stay ini dipasang di atas balok geladak atau pelat penumpu (bracket) dan gading-gading.

Gambar 15. Bulwark

Pada bulwark dilengkapi dengan lubang pembuangan freeing ports sepasang dikiri dan kanan, didepan dan dibelakang geladak anjungan untuk menghindari pecahnya pelat bulwark jika bulwarks di las menerus dari geladak akil sampai anjungan dan dari anjungan sampai kimbul.

h. Konstruksi Cantilever

Cantilever adalah suatu konstruksi yang ide awalanya demi untuk menggantikan konstruksi penopang (pillar) pada ruangan-ruangan di kapal agar kondisi ruangan lebih leluasa dan dari segi ergonominya juga dirasa lebih nyaman pandangannya. Ruangan-ruangan yang menggunakan pillar dan diganti alternatif lain yaitu menggunakan cantilever antara lain yaitu ruangan-ruangan palka, engine casing dan ruangan yang lain dimana terdapat lubang bukaan di atasnya.

Untuk mempelajari cantilever, maka sebelumnya harus dipelajari dulu tentang penentuan beban dan konstruksi pillar, terutama beban yang disangga atau beban yang ditumpu oleh pillar Untuk mempelajari cantilever, maka sebelumnya harus dipelajari dulu tentang penentuan beban dan konstruksi pillar, terutama beban yang disangga atau beban yang ditumpu oleh pillar

Dari segi proses bongkar muat di ruang palka kapal dengan adanya konstruksi cantilever dan tidak adanya konstruksi pillar maka barang yang di atur di palka lebih mudah karena tidak terhalang, lebih-lebih barang dalam ukuran yang besar.

2.8. Bukaan Pelat Kulit

Bukaan pelat kulit penting untuk digambarkan untuk mengetahui letak lajur-lajur pelat dan ukuran pelat yang terpasang serta mengetahui jumlah pelat yang terpasang pada kapal dan ini sangat berguna bagi pekerja baik saat pembangunan kapal baru maupun pada saat reparasi panggantian pelat kulit.

Penggambaran bukaan pelat kulit berdasarkan pada gambar garis gading-gading dimana setiap garis gading sepanjang mulai dari center line hingga ke tepi geladak dan dibuat tegak lurus pada garis lunas sebagai garis dasar.

Gambar : Pengukuran garis gading

Masing-masing garis gading diukur seperti gambar di atas dan tiap garis gading pada tepi geladak di hubungkan, maka di peroleh bukaan kulit.

BAB III PENYAJIAN DATA

3.1. Ukuran Utama Kapal

a. Type Kapal

: General Cargo

b. LBP ( Length Between Prependicular ) : 94,45 m

c. LWL ( Length Water Line )

: 98,23 m

d. B ( Breadth )

: 16,68 m

e. H ( Depth )

: 8,14 m

f. T ( Draft )

: 6,43 m

3.2. Koefisien Bentuk Kapal

a. Cb ( Coeficient block )

: 0.66

b. Cm ( Coeficient Midship )

: 0.98

c. Cwl ( coeficient water line )

: 0.79

d. Cph ( coeficient prismatic horizontal)

: 0.67

e. Cpv ( coeficient prismatic vertical )

: 0.84

BAB IV PENGOLAHAN DATA

4.1. Konstruksi Alas

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui ukuran pelat yang digunakan sama dengan perhitungan konstruksi pelat hanya saja pada bagian ini dikhususkan untuk pelat alas

Tinggi double bottom ( Hdb )

( BKI Rules Volume II 2013, Section 8 B 8-3/13 )

Hdb = 350 + 45 B ( mm ) = 350 + ( 45 × 16,68 m ) = 1,1006 m atau 1100,6 mm

Radius Bilga ( R ) (B uku “Indra Kusna Jaya 2008, Teknik Konstruksi Kapal, halaman 24” )

( B x T x (1 – Cm )

( 16,68 x 6,43 x (1 – 0,98)

= 2.24 m Penumpu Samping ( Side Girder )

( BKI Rules Volume II 2013, Section 8 B 8-4/13 )

Jumlah penumpu samping adalah dua. Karena setengah lebar kapal melebihi 8 m yaitu 8,14 m

Lebar Pelat Penunjang ( Bpp )

( BKI Rules Volume II 2013, Section 8 B 8-3/13 )

Bpp = 0.75 × Hdb = 0.75 × 1.1006 m = 0.825 m

Lightening Hole ( L H )

H = × Bp 2

1 = × 0,825 m

= 0,4125 m Man Hole  Panjang Man Hole

= 0.75 × Hdb = 0.75 × 1.1006 m = 0.825 m

 Lebar Man Hole

= 0.50 × Hdb = 0.50 × 1.1006 m = 0.55 m

 Jari-jari kelengkungan Man Hole = 1

Kelengkungan Chamber (Rc) Rc = 1

50 ×B

50 × 16,68 m = 0,3336 m

Beban Alas Kapal ( PB )

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 4 B 4-4/10 )

PB = ( 10 x T ) + ( Po x Cf )

Dimana : T

= Sarat kapal yaitu6,43 m Cf = Faktor distribusi yaitu 1

Crw = Koefisien daerah pelayaran ( 0.75 untuk pelayaran lokal ) Co 1.5 = (10.75 - [300 - L/100] )C

RW

= (10.75 - [300 1.5 – 94,45/100] ) 0,75 = 5,85

Cl = Koefisisen panjang yaitu

1.0 ( untuk L ≥ 90 m )

f = Faktor peluang yaitu 1 untuk beban geladak cuaca Po

= Beban Luas Dasar Dinamis

Po = 2.1 ( Cb + 0.71 ) x Co x Cl x f x Crw = 2.1 ( 0.63 + 0.71 ) x 7.98 x 1 x 1 x 0.75

= 12,54 KN/m 2

Sehingga, perhitungan PB yaitu : PB

= ( 10 × T ) + ( Po × Cf ) = ( 10 × 6,43 ) + ( 12,54 × 1 )

2 = 76,84 KN/m Modulus Penampang Gading Alas

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 8, B 8-7/13 )

W=n×c×a×l 2 × PB × k

Dimana :

a ( jarak antar gading ) =

k = 1 untuk baja normal

c = 0.60 l 2 = 2.78 m

n = 0.70

maka, modulus penampang gading alas adalah W 2 =nxcxaxl x PB x k

3 = 167,11 cm Modulus penampang gading alas yang ada di ANNEX BKI 2006 adalah 175 cm 3 dengan

ukuran profil 120 × 80 × 14

Beban Alas Dalam ( Pi )

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 4, C 4-6/10 )

Pi

= 9.81 x G/V x h ( 1 + av )

Dimana :

G = Berat payload yaitu 4681,744 ton

V 3 = Volume ruang muat yaitu 7211,42 m

h = Jarak titik tertinggi diatas alas dalam jika diasumsikan ruang muat terisi penuh =H – Hdb = 8,14 – 1,1 = 7,04 m

av = Faktor percepatan yaitu F × m dimana m = 1

Sehingga : Pi = 9.81 x G/V x h ( 1 + av ) = 9.81 x (4681,744 /7211,42 ) x 7,04 ( 1 + 0.16 )

= 52,19 KN/m 2 Modulus Penampang Gading Balik

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 8, B 8-7/13 )

W=n×c×a×l 2 × Pi × k

Dimana :

a ( jarak antar gading ) = 500 + 0.48

k = 1 untuk baja normal

c = 0.60 l 2 = 2.78 m

maka, modulus penampang gading alas adalah W 2 =nxcxaxl x Pi x k

3 = 89,18 cm Modulus penampang gading alas yang ada di ANNEX BKI 2006 adalah 96 cm 3 dengan

ukuran profil 100 × 65 × 11

4.2. Konstruksi Gading

Beban Sisi Kapal (PS) Pusat beban berada di bawah garis air ( Ps )

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 4, B 4-3/10 ) Ps = 10 x ( T – Zz ) + Po x Cf ( 1 + Zz / T )

Dimana :

H = 9.41 T

= 6,43 m Hdb = 1.1 m Cf =1 z

= Jarak vertikal dari pusat beban konstruksi ke sarat kapal yaitu 1,81 m Maka Pusat beban berada di bawah garis air ( Ps ) adalah Ps

= 10 × ( T – z ) + Po × Cf ( 1 + Zz / T ) = 10 × ( 6,43 1,81 – 1,81 ) + 12,54 × 1 ( 1 + )

= 62,26 KN/m 2

 GADING BESAR ( WEB FRAME )

Gading Besar Di Bawah Tween Deck ( Web Frame )

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 9, A 9-5/12 )

W = 0,55 × e × l 2 × Ps × n × k

Panjang tak ditumpu (l) = H – Hdb – 3

= 8,14 – 1.1 – 3 = 4,04 m

= n pada buku BKI ≥ 90 adalah 0,55 = n pada buku BKI ≥ 90 adalah 0,55

Maka modulus penampang gading besar di bawah tween deck adalah W 2 = 0.55 × e × l × Ps × n × k

3 = 640,33 cm Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI adalah 640

cm 3 dengan profil T adalah 320 × 19 dengan bracket 370 × 12

Perencanaan profil T

h = 320 mm = 32 cm s = 19 mm = 1,9 cm

f = 0.05 × e × l × ps × k = 0,05 × 2.01 × 4,04 × 62,26 × 1

2 = 25,28 cm Tebal pelat geladak = (( 4.4 + ( 0.05 x LBP )) k

= (( 4,4 + ( 0,05 × 94,45 )) 1 = 9,12 mm = 0.912 cm

b = 40 × S = 40 × 1,9 = 76 cm Fs = h × s = 32 × 1,9 = 60,8 cm

F = b × td = 76 × 0.912 = 69,31 cm b` = f/s = 25,28 / 1,9 = 13,30 fs/F = 60,8 / 69,31= 0.88 f/F = 25,28 / 69,31 = 0.36 modulus dari diagram W = 0,955 Wo

=W×F×h = 0,955 × 69,31 × 32 = 2118,1136

Wo ˃ W = memenuhi

Profilnya yaitu Profil = 320 × 10 ( b`) × 19

= 320 × 133 × 19 Bracket = 370 × 12 Maka profil gading besar di bawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI dengan

perencanaan profil T adalah 640 cm 3 dengan 320 × 133 × 19 dengan bracket 370 × 12 Gading Besar Di Atas Tween Deck

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 9, A 9-5/12 )

Panjang tak ditumpu (l) = 3 m

=n pada buku BKI ≥ 90 adalah 0.55

e = 3 x ao = 3 x 0.67 = 2.01

Maka modulus penampang gading besar di bawah tween deck adalah W 2 = 0.55 × e × l × Ps × n × k

3 = 353,09 cm Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI adalah 370

cm 3 dengan profil T adalah 240 × 19 dengan bracket 300 × 10

Perencanaan profil T

h = 240 mm = 24 cm s = 19 mm = 1,9 cm

f = 0.05 × e × l × ps × k = 0.05 × 2.01 × 3 × 62,26 × 1

2 = 18,77 cm Tebal pelat geladak = (( 4.4 + ( 0.05 x LBP )) k

= (( 4,4 + ( 0,05 × 94,45 )) 1 = 9,12 mm = 0.912 cm = (( 4,4 + ( 0,05 × 94,45 )) 1 = 9,12 mm = 0.912 cm

= h × s = 24 × 1,9 = 45,6 cm

F = b × td = 76 × 0.912 = 69,31 cm b`

= f/s = 18,77 / 1,9 = 9,87 fs/F = 45,6 / 69,31 = 0.65 f/F

= 18,77/ 69,31 = 0.27 modulus dari diagram W = 0,71 Wo

=wxFxh = 0,71 x 69,31 x 24 = 1181,04

Wo ˃ W = memenuhi Profilnya yaitu Profil = 240 x 10 ( b`) x 19

= 240 x 99 x 19 Bracket = 300 x 10

 GADING UTAMA ( MAIN FRAME )

Gading Utama Di Bawah Tween Deck

( BKI Rules 2013 Volume II, Section 9, A 9-2/12 )

W 2 =n×c×a×l × ps × n × k

Dimana : n = 0,9 – 0,0035 LBP = 0,9 – 0,035 (94,45) = 0,57

l = 4,04 m

2 ps = 62,26 KN/m

a = 0,67 m

c = 0,60 Cr = 0,75 k =1

Sehingga, modulus penampang gading utama di bawah tween deck W =n×c×a×l 2 × ps × n × k

= 0,57 × 0,60 × 0.67 × 4,04 × 62,26 × 0.75 × 1 = 174,64 cm 3

Maka profil gading utama di bawah tween deck antara yang ada di ANNEX BKI adalah 180 cm 3 dengan profil L adalah 150 × 65 × 11 dengan bracket 240 × 8,5

Gading Utama Di Atas Tween Deck ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 9, A 9-2/12 ) W =nxcxaxl 2 x ps x n x k

Dimana : n = 0,9 – 0,0035 LBP = 0,9 – 0,035 (94,45) = 0,57

l = 3,0 m

2 ps = 62,26 KN/m

a = 0,67 m

c = 0,60 Cr = 0,75 k =1

Sehingga, modulus penampang gading utama di bawah tween deck W =nxcxaxl 2 x ps x n x k

= 0.57 x 0,60 x 0.67 x 3,0 x 62,26 x 0.75 x 1 = 96,30 cm 3

Maka profil gading utama di atas tween deck antara yang ada di ANNEX BKI adalah 100 cm 3 dengan profil L adalah 130 x 75 x 8 dengan bracket 190 × 7,0

4.3. Tween Deck

Tween Deck Pada Gading Utama ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 9, A 9-2/12 )

W 2 = 0,55 × a × l × P × Cr × k

Dimana :

a = 0,67 l = 2,09 m Cr = 0,75 k =1

b = 3,0 m

h =H – Hdb = 7,04 m PL = Pc ( 1+ av ) = 7h ( 1 + av ) = 7 × 7,04 ( 1 + 0,16 ) = 49,28 × 1,16

2 = 57,36 KN/m

2 = 47,503 KN/m Sehingga modulus tween deck pada gading utama adalah

W = 0,55 × a × l 2 × P × Cr × k

3 = 57,35 cm Maka profil tween deck pada gading utama yang ada di ANNEX BKI adalah 59 cm 3

dengan profil L adalah 100 × 50 × 8 dengan bracket 150 × 6,5

Tween Deck Pada Gading Besar ( BKI Rules Volume II, Section 9, A 9-2/12 )

W = 0,55 × a × l 2 × P × Cr × k Dimana :

a = 0,67 l = 2,09 m Cr = 0,75 a = 0,67 l = 2,09 m Cr = 0,75

b = 3,0 m

h =H – Hdb = 7,04 m PL = Pc ( 1+ av ) = 7h ( 1 + av ) = 7 × 7,04 ( 1 + 0,16 ) = 49,28 × 1,16

2 = 57,36 KN/m

2 = 47,503 KN/m Sehingga modulus tween deck pada gading utama adalah

W = 0,55 × a × l 2 × P × Cr × k

3 = 57,35 cm Maka profil tween deck pada gading besar deck antara yang ada di ANNEX BKI adalah

60 cm 3 dengan profil T adalah 120 × 12 dengan bracket 150 × 6,5

Perencanaan profil T

h = 120 mm = 12 cm s = 12 mm = 1,2 cm

f = 0.05 × e × l × pl × k = 0,05 × 2,01 × 2,09 × 57,36 × 1

2 = 12,05 cm Tebal pelat geladak = (( 4.4 + ( 0.05 x LBP )) k

= (( 4,4 + ( 0,05 × 94,45 )) 1 = 9,12 mm = 0.912 cm

b = 40 × S = 40 × 1,2 = 48 cm fs

= h × s = 12 × 1,2 = 14,4 cm = h × s = 12 × 1,2 = 14,4 cm

= f/s = 12,05 / 1,2 = 10,04 fs/F = 14,4 / 43,78 = 0,33 f/F

= 12,05 / 43,78 = 0.27 modulus dari diagram W = 0,18 Wo

=WxFxh = 0,71 x 69,31 x 24

3 = 94,06 m Wo ˃ W = memenuhi

Profilnya yaitu Profil = 120 x 10 ( b`) x 12

= 120 x 100 x 19 Bracket = 300 x 10 Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI dengan

perencanaan profil T adalah 370 cm 3 dengan profil T adalah 240 × 99 × 19 dengan bracket 300 × 10

4.4. Geladak dan Palka

Beban Geladak Cuaca

( BKI Rules 2013, Volume II, Section 4, A,B 4-2/10 )

Dimana : Po

= Beban Luas Dasar Dinamis Po

= 2.1 ( Cb + 0.71 ) × Co × Cl × f × Crw = 2.1 ( 0.63 + 0.71 ) × 7.98 × 1 × 1 v 0.75

= 12,54 KN/m 2 Cd = Faktor distribusi yaitu 1

Z = Jarak vertical dari pusat beban struktur dihitung dari garis datar

1 =H+(

50 B)

= 8,47 m Sehingga, beban geladak cuaca adalah :

( 20 x T ) PD = Po x x Co

( 20 x 6,43 ) = 12,54 x

x1

= 16,44 KN/m 2

Balok Pelintang Geladak ( Deck Beam )

( BKI Rules 2013, Volume II, Section 10, A,B 10-2/5 )

W=c×a×l 2 ×p×k

Dimana :

a = jarak antar gading 0,67

c = 0,75 k

=1 l

= panjang tak ditumpu

2 p = PD = 16,44 KN/m Sehingga :

W 2 =c×a×l ×p×k

2 = 0,60 × 0,67 × (4,173) × 16,44 × 1 = 143,68 cm 3

Sehingga profil dari balok pelintang geladak dengan profil L yaitu 150 × 75 × 9 dengan bracket 220 × 8 Penumpu dan Pelintang Geladak ( Transverse Deck Beam )

W = c × e × l × Pd × k

Dimana : Dimana :

l = Panjang tak ditumpu yaitu 4,173 m PD 2 = Beban geladak cuaca yaitu 16,44 KN/m

k =1

c = 0,75 Sehingga : W

= c × e × l × Pd × k

2 = 0,75 × 2.01 × 4.173 × 16,44 × 1 = 431,75 m 3

Sehingga profil dari penumpu dan pelintang geladak dengan profil T adalah 250 × 12 dengan bracket 330 × 11

Perencanaan profil T

h = 250 = 25 cm s

= 12 = 1,2 cm

f = 0,05 × e × l × p × k = 0,05 × 2,01 × 4,173 × 16,44 × 1

2 = 6,90 cm Tebal pelat geladak (td)

= (( 4.4 + ( 0.05 x LBP )) k = (( 4,4 + ( 0,05 × 94,45 )) 1 = 9,12 mm = 0,912 cm

b = 40 × s = 40 × 1,2 = 48 cm fs = h × s = 25 × 1,2 = 30 cm