Makalah kel.3 hukum perdata badan hukum perdata

MAKALAH
Aspek Hukum Dalam Islam
“Hulum Perdata”

Dosen Pembimbing:
Dr. Rosdalina, S.Ag., M.Hum
Oleh Kelompok II
Sahril Minabari

15.4.1.099

Eka Amrianti

15.4.1.080

Ulfa Maqfiroh

15.4.1.045

Prodi/jurusan : Ekonomi Syariah B
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

MANADO
2017/2018

1

1.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tahun 1997

merupakan momentum awal dimulainya Era Reformasi di

Negara Republik Indonesia. Era Reformasi menuntut perubahan yang lebih baik
dalam rangka aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada tiga aspek yng
menuntut perubahan yang lebih cepat, yaitu aspek politik, aspek ekonomi, dan aspek

hukum. Dalam bidang hukum diarahkan kepada pembentukan peraturan perundangundangan yang baru dan penegakan hukum. Tujuan pembentukan perundangundangan yang baru adalah untuk menggantikan peraturan lama yang merupakan
produk pemerintah Hindia Belanda diganti dengan peraturan yang baru yang sesuai
dengan prinsip-prinsip demokrasi, rasa keadilan, dan budaya hukum masyarakat
Indonesia.
Hukum perdata yang berlaku saat ini merupakan produk pemerintah Hindia
Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan atas asas Konkordasi, artinya bahwa
hukum yang berlaku di Indonesia sama dengan ketentuan hukum yang berlaku di
negeri Belanda. Di samping itu, yang menjadi dasar hukum berlakunya KUH perdata
di Indonesia adalah Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 dan masih dibutuhkan. KUH
perdata ditetapkan pada tahun 1838 di negari Belanda, sedangkan di Indonesia
ditetapkan pada tahun 1848. KUH perdata terdiri atas empat buku, yaitu Buku I
tentang Hukum Orang; Buku II tentang Hukum Benda; Buku III tentang Perikatan;
dan Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa1.

1 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),h.4

2

Dari keempat buku tersebut, belum ada yang di cabut secara total, namun
ada beberapa bagian yang tidak berlaku lagi. Hal ini disebabkan karena telah dicabut

dengan berbagai UU yang baru. Oleh karena UU yang mengatur tentang hukum
perdata secara khusus di Indonesia belum ada, maka yang menjadi acuan didalam
pengkajian dan penelaahan makalah ini adalah kepada KUH Perdata, yang
merupakan produk pemerintah Hindia Belanda2.

B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimanakah hukum perdata yang berlaku di Indonesia?

2.

Bagaimanakah sejarah singkat hukum perdata?

3.

Bagaimana pengertian dan keadaan hukum perdata di Indonesia?


4.

Bagaimana sistemmatika hukum perdata di Indonesia?

2 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),h.5

3

2.

PEMBAHASAN

A.

Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia

Hukum perdata yang berlaku di Indonesia beraneka ragam (pluralistis).
Artinya bahwa hukum perdata yang berlaku itu terdiri dari berbagai macam ketentuan
hukum, di mana setiap penduduk mempunyai sistem hukumnya masing-masing. Ada

penduduk yang tunduk pada hukum adat, hukum Islam, dan hukum perdata Barat.
Pluralisme hukum ini telah ada sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang. Ada
dua penyebab timbulnya pluralisme dalam hukum perdata, yaitu karena adanya
politik pemerintah Hindia Belanda, dan belum adanya ketentuan hukum perdata yang
berlaku secara nasional.3
Hukum perdata yang berlaku saat ini didasarkan pada Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945. Pasal II AP UUD 1945 berbunyi: “Segala badan negara dan
peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut UUD ini.” Ini berarti, bahwa ketentuan yang ada pada zaman Hindia
Belanda, khususnya hukum perdata, masih berlaku di Indonesia. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya kekosongan hukum (rechvacuum), di bidang hukum
keperdataan.4
Para ahli tidak pernah mempersoalkan secara mendalam tentang mengapa
BW masih berlaku saat ini. Tata hukum Indonesia hendaknya tidak dilihat sebagai
kelanjutan tata hukum Hindia Belanda, tetapi sebagai tata hukum nasional. Dengan
3 Salim H. S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),h.8
4 Salim H. S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.12-13

4


demikian, dapat dikatakan bahwa BW sekarang ini berlaku bagi bangsa Indonesia
sepanjang tidak bertentangan dengan UUD 1945, Pancasila, Peraturan Perundangundangan, serta dibutuhkan (Mertokusumo, 1998:3).5
Apabila diperhatikan pendapat di atas, tampaklah bahwa yang menjadi dasar
hukum berlakunya hukum perdata di Indonesia adalah UUD 1945, Pancasila,
Peraturan Perundang-undangan, serta dibutuhkan. Tetapi apabila ketentuan itu
bertentangan dengan keempat hal itu maka hukum perdata yang merupakan produk
pemerintah Hindia Belanda menjadi tidak berlaku lagi.6
B.

Sejarah singkat Hukum Perdata

Pada mulanya, hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia yang
dibentuk pada tahun 1814, yang diketuai oleh Mr. J. M. Kemper (1776-1824). Pada
tahun 1816, J.M. Kemper menyampaikan rencana code hukum tersebut kepada
pemerintah Belanda. Rencana code hukum Belanda didasarkan pada hukum Belanda
Kuno. Code hukum ini diberi nama Ontwerp Kemper. Namun, Ontwerp Kemper ini
mendapat tantangan yang keras dari P.Th. Nicolai. Nicolai ini merupakan anggota
parlemen yang berkebangsaan Belgia dan juga menjadi presiden pengadilan Belgia.
Pada tahun 1824, J.M. Kemper meninggal dunia. Selanjutnya, penyusunan kodifikasi
code hukum perdata diserahkan kepada Nicolai. Akibat perubahan tersebut, hukum

yang sebelumnya didasarkan kepada hukum kebiasaan/hukum kuno, tetapi dalam
perkembangannya sebagian besar code hukum Belanda didasarkan pada code civil
Perancis. Code civil ini juga meresepsi hukum Romawi, Corpus Civilis dari
5 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),h.13
6 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.13

5

Justinianus. Jadi, hukum perdata Belanda merupakan gabungan dari hukum
kebiasaan/hukum kuno Belanda dan Code Civil Perancis.7
Berdasarkan atas gabungan berbagai ketentuan tersebut, maka pada tahun
1838, kodifikasi hukum perdata Belanda ditetapkan dengan Stb. 1838. Sepuluh tahun
kemudian, tepatnya pada tahun 1848, kodifikasi hukum perdata diberlakukan di
Indonesia dengan Stb.1848. jadi, pada saat itulah hukum perdata Belanda mulai
berlaku di Indonesia, yang hanya diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan
dipersamakan dengan mereka.8
C.

Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia


Hukum perdata merupakan subsistem dari sistem hukum yang berlaku
dalam sebuah negara. Ketentuan-ketentuannya mengatur tentang hubungan hukum
perorangan dalam usaha memenuhi kebutuhan individunya.9
Menurut Prof. R. Subekti, S.H. menyatakan bahwa yang dimaksud hukum
perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan.10
Menurut Prof. Dr. Ny. Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, S.H, menyebut bahwa
yang dimaksud dengan hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan
antara warga negara perseorangan yang satu dengan warga negara perseorangan yang
lain.11

7 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),h.12
8 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008), h.12
9 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005), h.228
10 R. Subekti, Pokok-pokok dari hukum perdata, (Intermasa, Jakarta, Cet. XI, 1975), h.9

6

Menurut Komar Andasasmita, dalam Undang-Undang Dasar dan falsafah
Negara telah mencakup pula hukum perdata dalam arti luas, di antaranya apa yang

tersurat dan tersirat dalam ayat (1) pasal 27 UUD 1945 yang berbunyi, “Segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.12
Dalam khazanah ilmu hukum di Indonesia, pernah dikenal adanya istilah
dan pembedaan antara hukum perdata BW (Burgerlijk wetboek) dan hukum perdata
adat. Hukum perdata B.W adalah hukum perdata biasa yang kita kenal sehari-hari,
sedangkan hukum perdata adat adalah istilah untuk menyebut hukum adat yang masih
tetap hidup dalam masyarakat bangsa Indonesia hingga saat ini. Dalam hubungannya
dengan istilah ini banyak pula sarjana hukum yang menamakan Hukum Perdata B.W
dengan “Hukum Perdata Barat”; di lain pihak ada juga yang menyebutnya sebagai
“Hukum Perdata” saja, tanpa embel-embel, sedangkan “Hukum Perdata Adat” sendiri
dinamakan “Hukum Adat”.13
Hukum perdata sering dinamakan hukum perdata B.W, karena yang
dimaksudkan di sini adalah hukum perdata yang bersumber dari B.W (Burgerlijk
Wetboek), yakni suatu kitab undang-undang hukum perdata, yang dibuat oleh
pemerintah Belanda untuk bangsa Belanda sendiri, yang kemudian berdasarkan asas
Konkordansi serta dengan penyesuaian seperlunya dengan keadaan di Hindia
Belanda, diberlakukan di Hindia Belanda. Pengertian hukum perdata dapat dilihat

11 Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, Hukum Perdata Hukum Benda,( seksi hukum perdata Fakultas

UGM, Yogyakarta, 1957), h.1
12 Komar Andasasmita, Masalah Hukum Perdata Nasional Indonesia, (Bandung, penerbit
alumni,1983), h.10
13 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali, 1986), h.1-2

7

dari berbagai sudut pandang. Apabila kita lihat dari sudut ruang lingkupnya maka
hukum perdata dapat dibagi dalam dua bagian yaitu14:
1)

Hukum perdata dalam arti luas.

Merupakan bagian dari hukum privat material yang dalam Bahasa Inggris
dinamakan “Private Law”, dalam Bahasa Belanda “Privaat Recht” atau “Burgerlijk
Recht” atau “Civiel Recht”; dalam Bahasa Jerman disebut “Privat Recht”, sedangkan
dalam Bahasa Perancis dinamai “Droit Prive”. Dalam Bahasa Indonesia “Privaat
Recht” dapat diartikan sebagai hukum tentang pribadi atau hukum yang mengatur
hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.
2)


Hukum perdata dalam arti sempit.

Sering kali dipergunakan untuk membedakannya dari hukum dagang atau
hukum perniagaan, walaupun keduanya sebenarnya tergolong dalam satu kelompok
hukum yaitu “Hukum Privat Material”. Hal ini terlihat dari pasal 102 UUDS, yang
menghendaki kodifikasi hukum di negara kita, baik terhadap hukum perdata dan
hukum dagang maupun terhadap hukum-hukum lainnya. Istilah hukum perdata
merupakan alih bahasa dari Bahasa Belanda “Burgerlijk”. Terdapat pertama kali
secara resmi dalam pasal 102 UUDS dan dalam Undang-Undang Darurat No.5/1952
yaitu Undang-Undang tentang Bank Industri Negara yang termuat dalam lembaran
negara tahun 1952 No.21, 20 Februari 1952 dan diundangkan 28 Februari 195215.

14 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia,( Jakarta, Rajawali, 1986), h.2-7
15 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali, 1986), h.8

8

Mr. Wirjono Prodjodikoro mengatakan hukum perdata adalah suatu
rangkaian peraturan yang mengatur perhubungan hukum antara orang-orang atau
badan hukum satu sama lain tentang hak-hak dan kewajiban.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), disahkan pada 1838 di Negeri
Belanda. Ini berarti bahwa B.W kita sekarang sudah berusia hampir 350 tahun.
Dengan demikian, usianya sudah satu setengah abad lebih tua dari umur Negara
Republik Indonesia sendiri.
Karena B.W bersumber dari Hukum Romawi, dan di Kerajaan Romawi pada
waktu itu belum mengenal perdagangan modern, maka kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (WvK) terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (B.W).
Meskipun banyak isinya yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan Negara
Indonesia yang sudah merdeka, tetapi B.W masih diakui sebagai Undang-Undang
oleh pembuat Undang-Undang kita. Namun demikian, sebagai suatu kodifikasi
hukum sejak 17 Agustus 1945 dianggap sudah tidak mempunyai kekuatan hukum
lagi. Dalam hal ini, di sinilah letak peran pentingnya tugas seorang hakim, yaitu untuk
menentukan aturan-aturan mana dari B.W masih bisa dipakai dan yang tidak dapat
dipakai lagi. Kekhawatiran para hakim menguji secara material peraturan UndangUndang ini, akan hilang bilamana Undang-Undang yang akan datang mengatur secara
tegas mengenai kewenangan hakim ini.16
D.

Sistematika Hukum Perdata di Indonesia

Sistematika hukum perdata dibagi menjadi dua macam, yaitu sistematika
menurut ilmu pengetahuan dan sistematika menurut KHU perdata.
16 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali,1968) h.57-58

9

Sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan adalah sistematika
yang didesain berdasarkan siklus hidup manusia yaitu bahwa pada hekekatnya
kehidupan manusia berputar pada siklus berada (lahir),berkembang dan berkeluarga,
mencari kesejahteraan serta setelah meninggal dunia, meninggalkan harta warisan
kepada generasi berikutnya yang terdiri atas empat bagian, yaitu17:
(1) hukum tentang orang. Yang berisi tentang kedudukan orang dalam
hukum

serta

hak

dan

kewajiban

serta

akibat

hukum

yang

ditimbulkannya.
(2) hukum kekeluargaan. Yang berisi aturan tentang hubungan suami istri,
orangtua, anak serta hak dan kewajibannya masing-masing
(3) hukum harta kekayaan. Yang berisi sitem aturan tentang kedudukan
benda dalam hukum serta berbagai hak-hak kebendaan yang bisa
diperoleh oleh orang.
(4) hukum warisan.yang berisi tentang system aturan tentang benda yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia dan bagaimana cara
pembagiaannya terhadap harta yang ditinggalkannya.18
Hukum tentang orang mengatur tentang subjek hukum, kewenangan hukum,
domisili, dan catatan sipil. Hukum keluarga adalah peraturan yang timbul karena
adanya hubungan antara orang tertentu; perkawinan, hubungan antara orang tua
dengan anak, antara wali dengan anak dan hubungan antara orang yang diletakkan di
17 Ilhami Bisri, system hukum Indonesia, (Jakarta; rajagrafindo,20005), h.52
18 Ilhami Bisri, system hukum Indonesia, (Jakarta; rajagrafindo,20005), h.53

10

bawah pengampuan karena gila atau pikiran yang kurang sehat atau pemborosan, dan
pengampunya (curatele). Hukum harta kekayaan adalah suatu ketentuan hukum yang
mengatur tentang hubungan hukum yang menyangkut hak dan kewajiban yang
mempengaruhi nilau uang. Hukum harta kekayaan dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: hukum harta kekayaan mutlak dan relatif. Hukum kekayaan mutlak adalah
suatu ketentuan yang mengatur tentang hak-hak kebendaan dan barang-barang tak
berwujud (inmaterial). Hukum harta kekayaan relatif adalah ketentuan yang mengatur
tentang utang piutang atau timbul karena adanya perjanjian. Hukum waris merupakan
ketentuan hukum yang mengatur tentang hal ihwal harta benda seseorang yang telah
meninggal dunia19.
Sistematika hukum perdata menurut pembagian kitab Undang-Undang
Hukum Perdata adalah sebagai berikut.
1.

Buku I

: Tentang Orang

2.

Buku II

: Tentang hukum benda

3.

Buku III

: Tentang perikatan

4.

Buku IV

: Tentang pembuktian dan daluwarsa

Sistematika

tersebut

tidak

statis

karena

dalam

perkembangannya,

sistematika tersebut mengalami perubahan. Hal ini tampak dalam sistematika hukum
perdata Belanda yang diundangkan pada tanggal 3 Desember 1987 stb. 590 dan

19 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),h.13

11

mulai berlaku 1 April 1988. Hukum perdata Belanda dibagi menjadi 5 buku, yaitu
sebagai berikut:
1)

Buku I

: Tentang Hukum Orang dan Keluarga

2)

Buku II

: Tentang Badan Hukum20

3)

Buku II

: Tentang Hak Kebendaan

4)

Buku IV

: Tentang Perikatan

5)

Buku V

: Tentang Daluarsa

Dalam KHU perdata yang lama, tidak diatur tentang badan hukum secara
khusus. Hal ini disebabkan orang yang mempelajari atau membicarakan masalah
badan hukum dengan sebenar-benarnya, baru sesudah kodifikasi selesai dibuat. Pada
waktu itu orang sudah menganggap cukup untuk membuat sebuah titel saja, seperti
yang termuat dalam titel IX Buku III KHU perdata yang berjudul van Zedelijke
lichamen. Dalam NBW Belanda, badan hukum diatur dalam Buku II tentang badan
hukum yang dimulai dari pasal 1 sampai dengan pasal 404. Jumlah pasar yang
mengatur tentang badan hukum sebanyak 404 pasal. Hal ini menunjukan bahwa di
Negeri Belanda, institusi badan hukum mengalami peningkatan yang sangat pesat dan
kontribusi terhadap negara juga cukup besar dalam rangka pembiayaan pembangunan
negara yang bersangkutan. 21

20 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.13-14
21Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.14

12

3.

PENUTUP

Hukum perdata merupakan subsistem dari sistem hukum yang berlaku
dalam sebuah negara. Ketentuan-ketentuannya mengatur tentang hubungan hukum
perorangan dalam usaha memenuhi kebutuhan individunya.
Hukum perdata yang berlaku di Indonesia beraneka ragam (pluralistis).
Hukum perdata yang berlaku saat ini didasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan UUD
1945.
Pada mulanya, hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia yang
dibentuk pada tahun 1814, yang diketuai oleh Mr. J. M. Kemper (1776-1824).
Sistematika hukum perdata dibagi menjadi dua macam, yaitu sistematika
menurut ilmu pengetahuan dan sistematika menurut KHU perdata. Sistematika
hukum perdata menurut ilmu pengetahuan yaitu (1) hukum tentang orang; (2) hukum
kekeluargaan; (3) hukum harta kekayaan; (4) hukum warisan.

13

Sistematika hukum perdata menurut pembagian kitab Undang-Undang
Hukum Perdata adalah sebagai berikut.
1. Buku I

: Tentang Hukum Orang dan Keluarga

2. Buku II

: Tentang Badan Hukum

3. Buku II

: Tentang Hak Kebendaan

4. Buku IV

: Tentang Perikatan

5. Buku V

: Tentang Daluarsa

DAFTAR PUSTAKA

Bisri Ilhami. 2004. system hukum Indonesia, Jakarta; rajagrafindo.
Komar

Andasasmita.1983.

Masalah

Hukum

Perdata

Nasional

Indonesia.Bandung : Penerbit Alumni.
R. Abdoel Djamali.2005.Pengantar Hukum Indonesia.Jakarta : Rajagrafindo
Persada
R. Subekti.1975.Pokok-pokok dari hukum perdata.Jakarta : Intermasa.
Salim H. S.2008.Pengantar Hukum Perdata Tertulis.jakarta : Sinar Grafika.

14

Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, 1957. Hukum Perdata Hukum
Benda.Yogyakarta : seksi hukum perdata Fakultas UGM.
Z. Ansori Ahmad.1968. Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia. Jakarta :
Rajawali.

15