BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Motivasi Kerja dengan Tindakan Supervisi sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

  Sistem penyelenggaraan pemerintah secara menyeluruh telah mengalami perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja. Tentunya dengan perubahan tersebut pelaksanaan audit merupakan instrumen dalam pengawasan keuangan daerah yang berbasis kinerja. Kinerja auditor yang handal merupakan kunci sukses dalam audit. Kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan motivasi kerja yang tentunya akan mempengaruhi pelaksanaan audit.

  Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Inspektorat Daerah mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.

  Inspektorat dipimpin oleh inspektur yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab langsung kepada kepala daerah dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah Kinerja pegawai . Inspektorat merupakan tolok ukur bagi unit kerja yang lain di lingkungan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara serta merupakan indikator dan potensi yang dimiliki oleh para pegawai dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Mengingat Inspektorat sebagai salah satu organisasi dalam institusi pemerintah, maka para auditornya sebagai kelompok jabatan fungsional senantiasa dituntut untuk menunjukkan kinerja yang baik. Seiring dengan perkembangan tuntutan dan tanggung jawab organisasi sebagai organisasi pengawas internal, maka para auditornya harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya, khususnya kinerja auditor, maka jelas peranan auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

  Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Kehidupan suatu organisasi secara mendasar sangat ditentukan oleh adanya manusia dan segenap sumber dayanya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi dengan menghubungkan segenap tenaga, pikiran, bakat, kreativitas dan berupaya demi keberlangsungan kehidupan organisasi tersebut. Sumber daya manusia yang dimiliki organisasi memiliki berbagai karakteristik, termasuk kemampuan kerja, motivasi dan kinerja yang dimilikinya.

  Pratolo (2011:1) peran auditor dalam melakukan pemeriksaan keuangan, auditor haruslah memiliki sikap independen sehingga tercipta Good Government

  Governance.

  Menurut Erlina (2010:1) tingkat pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah (Pemda) masih rendah, ada empat langkah yang harus ditempuh pemerintah daerah untuk penguatan atau penajaman kualitas pengelolaan maupun laporan keuangan daerah adalah :

  

(1) Penambahan kuantitas dan perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM)

  pengelola keuangan daerah,

  

(2) Perbaikan kualitas belanja daerah untuk lebih mengutamakan belanja modal yang

  menambah nilai ekonomis dan investasi publik,

  

(3) Sinkronisasi tujuan akhir masing-masing aturan terkait keuangan daerah harus

  dapat bersinergi antara satu aturan dengan aturan lainnya, (4) Peran inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah harus ditingkatkan.

  Langkah yang bisa ditempuh, terutama oleh pemda, di antaranya dengan meningkatkan kompetensi auditor inspektorat dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan-pelatihan pengelolaan keuangan daerah. Ini diperlukan karena pada kenyataannya masih ada auditor yang tidak memahami penatausahaan APBD dan pertanggungjawabannya, terutama di dalam meninjau ulang (review) laporan keuangan. Auditor juga perlu dibekali pengetahuan teknik dan prosedur audit. Sebab, pada kenyataannya masih banyak auditor yang belum menguasai kedua hal tersebut.

  Selanjutnya Fuad (2011:1) mengungkapkan dalam wawancaranya yang tertuang dalam situs seputar indonesia : Adanya kelemahan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dalam pelaksanaan tugas sebagai pengawas internal, terutama dalam pengawasan pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Akibat kelemahan ini, kinerja lembaga pengawasan eksternal pemerintah, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terkesan lebih menonjol karena banyaknya temuan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan Pemda. Namun, beliau menepis kalau banyaknya temuan BPK semata-mata disebabkan kelemahan inspektorat. Kondisi ini didasarkan pada program kerja inspektorat yang berbeda pada satu tahun anggaran, Inspektorat Sumut tidak menjadwalkan pemeriksaan atau audit di suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sebaliknya, jika penyimpangan keuangan daerah masih banyak, maka kinerja inspektorat bisa dikatakan belum maksimal. Masalah yang dihadapi Inspektorat Sumut, antara lain kualitas sumber daya manusia belum memadai dalam pengimplementasian perkembangan regulasi yang dinamis terkait dengan pengawasan. Untuk itu, Inspektorat Sumut terus meningkatkan kualitas auditornya dengan mengikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan. Selain itu, sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengawasan relatif masih kurang. Komitmen dan integritas para pejabat pengawas atau auditor secara terus menerus masih perlu ditingkatkan.

  BPK RI (2009:4) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) merupakan acuan bagi inspektorat dalam melaksanakan auditnya, SPKN juga sebagai alat ukur kinerja audit, pemeriksa yang memenuhi persyaratan standar audit serta audit yang dilaksanakan berdasarkan standar, akan memberikan jaminan terhadap kualitas audit itu sendiri. Lebih dari itu pelaksanaan audit akan semakin efisien dan efektif. Dengan demikian standar audit dapat berfungsi sebagai alat ukur kinerja bagi pemeriksa. Kondisi ini belum sesuai dengan SPKN yang mengharuskan auditor secara individu dan kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan kinerjanya sebagai auditor. BPK RI (2009:12) Standar Umum dalam SPKN mengatur tentang persyaratan pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang antara lain : a. Persyaratan Kemampuan/Keahlian atau Kompetensi

  b. Independensi

  c. Penggunaan Kemahiran Profesional Secara Cermat dan Seksama atau Due

  Profesional Care

  d. Pengendalian Mutu atau Quality Assurance Untuk mencapai keempat syarat tersebut dibutuhkan komitmen auditor baik secara individu maupun organisasi. Alasan yang mendasari diperlukannya komitmen yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.

  Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhan. Pemahaman komitmen profesional ini sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif, dan bisa menumbuhkan motivasi sehingga kinerja auditor meningkat.

  Motivasi kerja merupakan proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu. Moekijat dalam Chandra (2006:24) proses motivasi mencakup tiga hal, yaitu: pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum terpuaskan, penentuan tujuan yang akan menentukan kepuasan serta penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan. Motivasi penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu bekerja keras dan antusias untuk mencapai hasil kerja yang tinggi. Motivasi kerja secara umum dapat diidentifikasikan sebagai serangkaian kekuatan penggerak yang muncul dari dalam dan diluar diri masing-masing individu. Kedua kekuatan itu menimbulkan minat kerja dan berhubungan dengan tingkah laku dan menentukan arah, intensitas dan durasi dari tingkah laku atau kebiasaan individual, Hasibuan (2001:34). Dengan adanya motivasi, seorang akan merasa mempunyai dorongan khusus untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menuju tercapainya efektivitas organisasi. Ketika seorang pegawai memiliki motivasi untuk berprestasi, seseorang akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan mencapai kinerja yang yang optimal, namun ketika orang menganggap bahwa melaksanakan pekerjaan hanya sebagai suatu rutinitas maka mereka cenderung statis dalam bekerja atau dinilai dengan kinerja yang buruk.

  Menurut BPK RI (2009:73) supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian kerja lapangan (on the job

  

training) yang efektif. Supervisi merupakan hal yang penting, sesuai dengan kutipan

  AECC (Accounting Education Change Commission) dalam Martamin (2006:17), AECC telah menerbitkan Issue Statement No.4 yang berisi AECC Recommendations

  

Early Work Experience yang mendorong pemberdayaan akuntan melalui tindakan

  supervisi yang tepat akan menumbuhkan intrinsik motivation. Adanya tindakan supervisi dan tumbuhnya motivasi kerja sangat menentukan prestasi kerja (kinerja).

  Larkin dan Schweikart dalam Chandra (2006:26) kinerja seringkali identik dengan kemampuan (ability) seorang auditor bahkan berhubungan dengan komitmen terhadap profesi.

  Kinerja audit yang diharapkan dari auditor Inspektorat adalah audit kinerja keuangan dan administrasi sehingga diperlukan keahlian dan pengetahuan tertentu yang spesifik. Dalam melaksanakan audit, auditor juga dituntut mempunyai perilaku yang baik sehingga pelaksanaan audit dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.

  Disamping perilaku serta keahlian dan pengetahuan teknis, profesi auditor juga membutuhkan kemampuan audit yang baik (baik audit reguler maupun audit khusus), sehingga hasil audit mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan saran yang direkomendasikan pun bertujuan semata-mata untuk perbaikan. Hasil audit yang relevan, kompeten, material dan cukup adalah cermin kerja audit yang baik. Seorang auditor dituntut untuk melaksanakan audit secara profesional dan independen.

  Profesionalisme seorang auditor membawa konsekuensi tanggungjawab yaitu semangat dalam melaksanakan tugas untuk selalu menaati kode etik yang bisa jadi menimbulkan kesulitan dalam mengambil keputusan atau kesimpulan audit. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya; memberikan opini yang objektif, tidak bias dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan manajemen atau ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Konstruksi pembentuk profesionalisme dan independensi tersebut dibangun oleh standar kompetensi berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dikerjakan, konteks tempat pekerjaan yang dilakukan, kriteria kinerja yang spesifik, dan sifat-sifat khusus yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

  Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka penelitian berfokus terhadap pengaruh kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi, dan motivasi kerja dengan tindakan supervisi sebagai variabel moderating terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Apakah kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial?

  2. Apakah tindakan supervisi dapat memperkuat hubungan antara kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara ?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk menguji pengaruh kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja auditor lnspektorat Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan dan parsial.

  2. Untuk menguji tindakan supervisi dapat memperkuat hubungan antara kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan motivasi kerja dengan kinerja auditor lnspektorat Provinsi Sumatera Utara.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

  1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan mengenai perilaku orang-orang berprofesi dalam bidang audit.

  2. Bagi Pemerintah Daerah khususnya Inspektorat, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja auditor/pegawai.

  3. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi para auditor, serta dapat dijadikan referensi bagi para akademisi khususnya peneliti lanjutan untuk melaksanakan peneliti sejenis atau penelitian di bidang yang sama.

1.5. Originalitas Penelitian

  Penelitian tentang pengaruh kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi, dan motivasi kerja dengan tindakan supervisi sebagai variabel moderating terhadap kinerja auditor pada Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Dalmy (2009:62) tentang pengaruh SDM, komitmen, motivasi terhadap kinerja auditor dan reward sebagai variabel moderating pada Inspektorat Provinsi Jambi. Perbedaan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel independen yaitu kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi, dan motivasi kerja, serta penggunaan variabel moderating yaitu tindakan supervisi. Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Motivasi Kerja dengan Tindakan Supervisi sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

8 130 110

Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan Prosedural dengan Konflik sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Pegawai pada Akademi Pariwisata Medan

2 66 109

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Budaya Organisasi Serta Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Dan Reward Sebagai Variabel Moderating Pada Akademi Pariwisata (AKPAR) Medan

2 40 88

Pengaruh SDM, Komitmen, Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Dan Reward Sebagai Variabel Moderating Pada Inspektorat Provinsi Jambi

6 74 116

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, Komitmen Organisasi, Sistem Reward, Pengalaman Dan Motivasi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

9 58 153

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor Dengan Konflik Peran dan Ketidakjelasan Peran Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Medan)

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan PT. Telkom Medan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Pengetahuan Pimpinan Tentang Anggaran, Pengalaman Kerja Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengawasan Keuangan Dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Dinas Pendapatan Kabupten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Auditor - Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Motivasi Kerja dengan Tindakan Supervisi sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Su

0 0 26