BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI A. Pengertian Mediasi Perbankan - Aspek Hukum Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Pt. Bank Sumut)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI A. Pengertian Mediasi Perbankan Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

  menjalankan usahanya terutama dari dana masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat. Selain itu bank juga memberikan jasa-jasa keuangan

  12

  dan pembayaran lainnya. Praktek transaksi yang terjadi diantara bank dan nasabah tidak terlepas dari adanya risiko. Salah satu risiko yang sering terjadi yaitu sengketa antara pihak bank dan nasabah. Ketika hubungan hukum antara bank dan nasabah mulai tercipta, maka sejak itu terbuka kemungkinan sengketa antar para pihak.

  Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah sengketa yaitu melalui proses Mediasi. Mediasi merupakan salah satu pilihan alternatif yang digunakan pada saat sengketa yang terjadi antara nasabah dan bank tidak dapat diselesaikan. Ciri utama mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau consensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau musyawarah maka dalam mediasi tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi

  13 berlangsung.

  Mediasi adalah perluasan dari proses negosiasi. Dimana para pihak yang bersengekta merasa tidak mampu menyelesaikan sengketanya, dimana seorang pihak ketiga yang netral yaitu mediator, membantu para pihak yang bersengketa 12 untuk mencapai kesepakatan. Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk

  14

  menetapkan keputusan bagi para pihak . Dalam mediasi pihak ketiga akan membantu pihak-pihak yang bertikai dalam menerapkan niai-nilainya terhadap fakta-fakta untuk mencapai hasil akir. Nilai-nilai ini dapat meliputi hukum, rasa

  15 keadilan, kepercayaan agama, moral, dan masalah-masalah etika .

  Mediasi adalah juga salah satu dari beberapa jalur alternative lain selain arbitrase yang dapat dipergunakan sebagai sarana memecahkan persoalan yang masih dibawah pemukaan atau sebagian besar masih dibawah permukaan atau masalah yang timbul masih dapat diantisipasi agar tidak memasuki jalur litigasi yang prosesnya dapat berlarut-larut. Dimana jalur mediasi ini ditangani oleh

  

16

mereka yang ditunjuk sebagai mediator.

  Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

  Ciri-ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi

  17 berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.

  Pada prinsipnya Mediasi adalah salah satu mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan (Out of Court Settlemen) melalui perundingan yang 14 Arus Akbar Silondae, Andi Farian Fathoeddin, Aspek Hukum dalam Ekonomi dan

  , Jakarta, Mitra Wacana Media, 2010, 2013, Hal.89 Bisinis 15 16 Astrid Vinolia Siahaan, Op.Cit Hal 17

  melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak. Penyelesaian sengketa melalui mekanisme mediasi tidak mencari siapa yang salah atau benar, atau siapa yang wanprestasi dan siapa yang dirugikan atau siapa yang dilanggar haknya dimasa lalu yang mengakibatkan timbulnya sengketa.

  Fokus mediasi adalah untuk mencapai kesepakatan karena para pihak memahami bahwa jika konflik terus berlanjut para piihak akan mengalami kerugian, yaitu kehilangan meraih peluang dimasa depan. Dengan demikian persoalan dimasa lalu yang menimbulkan konflik tidak diungkapkan lagi, tetapi lebih mengutamakan mencapai kesepakatan agar dari kerjasama yang dilanjutkan

  18 tersebut membawa keuntungan bagi mereka.

  Mediasi Perbankan adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian maupun

  19 seluruh permasalahan yang disengketakan.

  Adapun yang menjadi penyelenggara Mediasi Perbankan menurut Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006, yakni Lembaga Mediasi Perbankan independen yang dibentuk asosiasi perbankan. Proses beracara dalam Mediasi Perbankan secara teknis diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006

  20 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/14/DPNP tanggal 1 Juni 2006.

  Ada beberapa pengertian tentang mediasi dan mediasi perbankan yang dapat disebutkan disini, antara lain :

  18 a.

  Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian atau solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak

  21 .

  b.

  Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantuk oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

  22 c.

  Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang disengketakan.

  Sebenarnya PBI No.8/5/PBI/2006 tidak menyatakan definisi mediasi perbankan secara lengkap, karena Pasal 1 angka 5 hanya menjelaskan apa yang dimaksud dengan “Mediasi” sebagai bentuk rumusan lain yang tidak jauh berbeda dengan rumusan-rumusan yang ditemukan dalam undang-undang atau pendapat para ahli. Berpedoman pada definisi di atas, definisi mediasi perbankan adalah proses penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah atau perwakilan nasabah yang melibatkan mediator sebagai pihak ketiga yang membantu para pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan secara sukarela tanpa adanya kewenangan atau keputusan dari mediator.

  Adapun hal- hal yang diatur dalam mediasi perbankan adalah :

  21 a.

  Nasabah atau perwakilan nasabah dapat mengajukan upaya penyelesaian sengketa melalui mediasi ke BI apabila nasabah merasa tidak puas atas penyelesaian pengaduan nasabah; b. Sengketa yang dapat diajukan penyelesaiannya adalah sengketa keperdataan yang timbul dari transaksi keuangan yang memiliki tuntutan finansial paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Nasabah tidak dapat mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh tuntutan immaterial; c.

  Pengajuan penyelesaian sengketa tidak melebihi 60 (enam puluh hari) kerja saat tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank kepada nasabah; d. Pelaksanaan proses mediasi sejak ditandatanganinya perjanjian mediasi sampai dengan penandatanganan Akta Kesepakatan oleh para pihak dilaksanakan dalam waktu 30 hari kerja dan dapat diperpanjang sampai dengan 30 hari berikutnya berdasarkan kesepakatan nasabah dan bank; e.

  Akta kesepakatan dapat memuat menyeluruh, kesepakatan sebagian, atau tidak tercapainya kesepakatan atau kasus yang disengketakan.

  23 B.

   Unsur-unsur Mediasi Perbankan

  Mediasi perbankan memiliki beberapa unsur yang terdapat di dalamnya, mediasi perbankan bersifat sebagai suatu alternatif dalam menyelesaikan sengketa, yang merupakan keinginan para pihak yang bersengketa sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun, kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa, adanya itikad baik dan adanya pihak ketiga.

  Dikatakan sebagai mediasi perbankan adalah, dengan adanya unsur sengketa dan pengaduan dari nasabah. Dalam kredit macet, terjadinya peristiwa kredit macet ini lah yang menjadi suatu sengketa antara nasabah dengan bank. Pengaduan yang diajukan oleh pihak nasabah kepada bank adalah seperti nasabah yang tidak sanggup lagi melakukan pembayaran hutangnya beserta bunga, sehingga pihak nasabah mengadukan hal ini dan meminta diadakannya mediasi agar pihak nasabah bisa mendapatkan keringanan. Dalam proses penagihan terkadang juga pihak nasabah mengadukan cara penagihan tersebut, seperti pihak nasabah yang merasa malu dengan seringnya dilakukan kunjungan oleh pihak bank.

  Mediasi perbankan merupakan suatu alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan bagi kalangan perbankan saja. Sengketa yang terjadi haruslah dalam ruang lingkup perbankan, yaitu antara nasabah dan bank. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat dan sebagai lembaga yang memberi pelayanan kepada masyarakat, salah satu nya adalah pemberian kredit kepada masyarakat, pasti tidak terlepas dari segala risiko, baik risiko yang ditimbulkan dari bank maupun risiko yang ditimbulkan dari pihak nasabah.

  Menurut Soebagjo, didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur dalam mediasi : 1) Adanya pihak (dua pihak atau lebih). Dengan demikian jika dalam suatu proses mediasi hanya dijumpai adanya satu pihak yang bersengketa, maka hal itu menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur pihak-pihak yang bersengketa. Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia No. 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan tanggal 30 Januari 2006 merumuskan “sengketa” adalah permasalahan yang diajukan oleh nasabah atau perwakilan nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank, sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank sengketa. Anggapan lain adalah bahwa yang tunduk untuk haarus menyelesaikan sengketa melalui jalur mediasi hanyalah nasabah, sedangkan bank dapat dan bebas menggunakan jalur penyelesaian sengketa lain. Kalaupun bank kemudian mengajukan sengketa tersebut kepada penyelenggara mediasi perbankan, hal itu tidak akan dapat dilayani karena tidak termasuk dalam cakupan “sengketa” seperti yang dimaksud PBI No. 8/5/PBI/2006.

2) Unsur yang kedua adalah adanya unsur “sengketa” diantara para pihak.

  Dimana, dalam PBI No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan pada

  Pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa sengketa adalah permasalahan yang diajukan oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank sebagaimana diatur dalam Perturan Bank Indonesia tentang penyelesaian Pengaduan Nasabah. 3) Unsur yang ketiga adalah unsur Mediator yang membantu menyelesaikan sengketa di antara para pihak. Dimana mediator adalah : a.

  Seorang fasiliator yang akan membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan yang dikehendaki oleh para pihak.

  Mediator tidak akan membuat keputusan tentang mana yang salah atau benar, mengintruksikan para pihak tentang apa yang harus dilakikam atau memaksakann para pihak untuk melaksanakan kesepakatan. Segala bentuk komentar, pendapat, saran, pernyataan, atau rekomendasi yang dibuat oleh mediator, bila ada, tidak dapat mengikat para pihak.

  b.

  Mediator tidak memberikan nasehat atau pendapat hukum.

  c.

  Mediator tidak dapat bertindak sebagai penasehat hukum terhadap salah satu pihak dalam kasus yang sama ataupun yang berhubungan dan ia juga tidak dapat bertindak sebagai arbiter atas kasus yang sama.

  d.

  Para pihak paham bahwa agar proses mediasi dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan proses komunikasi yang terbuka dan jujur. Selanjutnya, segala bentuk komunikasi, negoisasi dan pernyataan baik tertulis maupun lisan yang dibuat dalam proses mediasi akan diperlakukan sebagai informasi yang bersifat tertutup dan rahasia. Oleh sebab itu Mediator tidak akan membicarakan atau menyampaikan hal- hal yang telah didiskusikan dalam proses mediasi ke pohak lain tanpa izin para pihak.

  e.

  Apabila memdiator menganggap bahwa permasalahan tidak dapat diselesaikan melalui proses mediasi, maka proses mediasi berakhir setelah mediator menyampaikan hal tersebut kepada para pihak.

  Jadi, pada umumnya syarat-syarat menjadi seorang mediator adalah : keuangan dan atau hukum. Sedangkan mengenai syarat- syarat pengangkatan mediator dapat dipergunakan syarat-syarat pengangkatan arbiter sebagaimana terdaoat dalam Pasal 12 Undang-undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

  b.

  Tidak mempunyai benturan kepentingan finansial atau kepentingan lain atas penyelesaian sengketa c.

  Tidak mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan nasabah atau perwakilan nasabah dan bank.

  24 Dari penjelasan diatas mengenai unsur-unsur mediasi, dapat disimpulkan

  bahwa unsur adalah sebagai berikut :

  25 1.

  Adanya pihak (dua atau lebih) yang bersengketa, jika dalam proses mediasi hanya dijumpai satu pihak yang bersengketa, maka hal itu menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur yang bersengketa.

  2. Adanya unsur sengketa di antara para pihak.

  3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian

  4. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan berlangsung

  5. Mediasi bertujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

  Unsur tambahan lain yang terdapat dalam mediasi perbankan antara lain: 1. Sengketa yang dapat diajukan dalam mediasi perbankan adalah sengketa keperdataan yang timbul dari transaksi keuangan. 24 Felix Oentong Soebagjo, Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Bidang

  

Perbankan, Bahan diskusi Teratas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan Oleh Bank Indonesia dan

Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan, dalam Diakses

2. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa yang timbul dari hasil penyelesaian pengaduan Nasabah yang telah dilakukan oleh Bank.

  3. Nasabah tidak dapat mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh kerugian immaterial. Yang dimaksud dengan kerugian immaterial adalah kerugian karena pencemaran nama naik dan perbuatan yang tidak menyenangkan.

C. Manfaat dan Tujuan Mediasi Perbankan

  Bank indonesia telah menyediakan fasilitas lembaga mediasi perbankan yang bertujuan untuk membantu para nasabah untuk dapat menyelesaikan sengketanya kepada pihak bank. Sengeketa yang sering terjadi dalam dunia perbankan adalah sengketa dalam persoalaan kredit, dimana permasalahan kredit ini harus lah segera diselesaikan, karena dapat mengganggu kondisi bank tersebut.

  Permasalahan sengketa diantara bank dan nasabah diaggap penting dan harus segera diselesaikan, mediasi perbankan di harapkan dapat menyelesaikan sengketa antara pihak bank dengan nasabah dengan cara yang cepat, sederhana, dan biaya rinngan.

  Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi sangat dirasakan manfaatnya, karena para pihak telah mencapai kesepakatan yang mengakhiri persengketaan mereka secara adil dan saling menguntungkan. Bahkan dalam mediasi yang gagal pun, di mana para pihak belum mencapai kesepakatan, sebenarnya juga telah merasakan manfaatnya. Kesediaan para pihak bertemu di dalam proses mediasi, paling tidak telah mampu mengklarifikasikan akar persengketaan dan keinginan para pihak untuk menyelesaikan sengketa, namun mereka belum menemukan format tepat yang dapat disepakati oleh kedua belah pihak.

  Model utama penyelesaian sengketa adalah keinginan dan iktikad baik para pihak dalam mengakhiri persengketaan mereka. Keinginan dan iktikad baik ini, kadang-kadang memerlukan bantuan pihak ketiga dalam perwujudannya. Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga.

  Adapun beberapa karakteristik dari mediasi adalah sebagai berikut : 1. Interest accommodation/interest based-problem solving, penyelesaian sengketa didasarkan pada terakomodasinya kepetingan-kepentingan pihak- pihak yang bersengketa. Mekanisme ini lebih mengutamakan persamaan dari pada perbedaan.

  2. Voluntary and consensual, kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa dengan menempuh melalui mediasi bersifat sukarela dan telah disepakati oleh pihak yang bersengketa.

  3. Procedural flexibility, prosedur yang ditempuh dalam proses untuk mencapai kesepakatan bersifat informal, mudah, tidak ada suatu proses yang baku atau standar yang harus diterapkan seperti dalam proses litigasi di pengadilan atau arbitrase. Pada mediasi, prosedurnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersengketa dengan dibantu oleh Mediator.

  4. Norm creating, penyelesaian sengketa tidak harus mengacu pada norma hukum privat yang berlaku atau pada isi perjanjian atau kontrak yang menjadi pokok sengketa. Di dalam mekanisme ini para pihak dengan dibantu mediator dapat membangun norma-norma baru yang disepakati para pihak sebagai acuan untuk menyelesaikan sengketa mereka.

  5. Person-centered, untuk dapat mencapai kesepakatan sangat tergantung dari kemauan yang serius atau itikad baik dari para pihak untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan tidak akan tercapai apabila dalam diri masing- masing pihak masih ada keengganan untuk melanjutkan kerjasama.

  6. Relationship-oriented, mekanisme mediasi dilaksanakan dalam hal para pihak yang bersengketa masih saling menghargai atau setidaknya menilai bahwa hubungan bisnis atau kerjasama diantara mereka masih bisa untuk dilanjutkan.

  7. Future focus, mediasi berfokus untuk mencapai kesepakatan karena para pihak memahami bahwa jika konflik terus berlanjut maka para pihak akan mengalami kerugian.

  8. Private and confidential, sengketa yang diselesaikan melalui mekanisme mediasi adalah terutama dalam wilayah sengketa pribadi yang tunduk pada hukum perdata atau dagang.

26 Untuk tercapainya kesepakatan dalam mediasi atau mediasi bisa dikatakan

  berhasil, Garry Goodpaster mengemukakan pendapatnya bahwa syarat-syarat agar mediasi berhasil adalah sebagai berikut :

  1. Para pihak mempunyai kekuatan tawar menawar yang seimbang.

  2. Para pihak menaruh perhatian terhadap kelanjutan hubungan kerjasama dimasa depan.

  3. Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya pertukaran kepentingan.

  4. Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan.

  5. Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung lama dan mendalam.

  6. Mempertahankan suatu hak tidak lebih penting dibandingkan

  27 Mediasi perbankan dapat memberikan sejumlah manfaat antara lain: 1.

  Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan relatif murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke pengadilan atau ke lembaga arbitrase.

  2. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan merekan secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, sehingga mediasi bukan hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.

  3. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.

  4. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap proses dan hasilnya.

  5. Mediasi dapat mengubah hasil, yang dalam litigasi dan arbitrase sulit diprediksi, dengan suatu kepastian melalui konsensus.

  6. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara para pihak yang bersengketa karena mereka sendiri yang memutuskannya.

  7. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan

  28 oleh hakim di pengadilan atau arbiter pada lembaga arbitrase.

  Tujuan dari pembentukan lembaga mediasi perbankan ini adalah agar hak- hak nasabah dapat terpenuhi dengan baik dan setiap pihak yang bersengketa dapat mencapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Terciptanya Peraturan Bank Indonesia ini tentang Mediasi Perbankan diharapkan akan mencitptakan iklim perbankan yang semakin kondusif.

  1. Tujuan Utama a.

  Membantu mencarikan jalan keluar atau alternatif penyelesaian sengketa yang timbul diantara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oleh pihak yang bersengketa.

  b.

  Mencapai suatu penyelesaian masalah dan bukan kebenaran dan / atau dasar hukum untuk diterapkan dalam suatu sengketa.

  2. Tujuan Tambahan a.

  Melalui proses mediasi diharapkan dapat dicapai komunikasi yang lebih baik antara para pihak yang bersengketa.

  b.

  Menjadikan para pihak yanng bersengketa dapat mendengar, memahami alasan / penjelasan / argumentasi yang menjadi dasar / pertimbangan pihak lain. c.

  Dengan adanya pertemuan tatap muka, diharapkan dapat mengurangi rasa marah / bermusuhan antara para pihak.

  d.

  Memahami kekurangan / kelebihan / kekurangan masing-masing, dan hal ini diharapkan dapat mendekatkan cara pandang dari pihak- pihak yang bersengketa, menuju suatu kompromi yang dapat

  29 diterima para pihak.

D. Penyelesaian Sengketa Pada Perbankan Melalui Mediasi

  Dalam pelaksanaan kegiatan usaha perbankan seringkali menimbulkan perbedaan pendapat sehingga dapat terjadi sengketa antara bank dan nasabah.

  Dalam kegiatan perkreditan juga tidak lepas dengan akan adanya sengketa antara bank dan nasabah ini. Sengketa yang disebabkan debitur tidak dapat mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada pihak bank. Sehingga terjadi kredit macet dan pihak bank sebagai kreditur akan mengambil langkah-langkah hukum untuk menyelesaikan kredit macet tersebut. Namun terjadinya kredit macet bukan hanya terjadi oleh faktor nasabah saja, tetapi juga bisa terjadi dari pihak bank yang salah menganalisa calon debiturnya

  Proses mediasi perbankan merupakan kelanjutan dari pengaduan nasabah apabila nasabah merasa tidak puas atas penanganan dan penyelesaian yang diberikan oleh bank, namun terjadi nya sengketa antara pihak bank dan nasabah terkadang juga tidak hanya semata-mata ada kesalahan dari pihak bank, tetapi juga dari pihak nasabah.

  Penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank perlu diupayakan secara sederhana, murah dan cepat melalui mediasi perbankan. Mediasi Perbankan merupakan proses penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank yang difasilitasi oleh Bank Indonesia, untuk mencapai penyelesaian dalam bentuk

  Mediasi perbankan merupakan penyelesaian sengketa yang murah, cepat dan sederhana, karena mediasi perbankan tidak memungut biaya, jangka waktu proses mediasi yang singkat paling lama 60 hari kerja dan proses mediasi

  30 dilakukan secara informal atau dengan cara fleksibel.

  Penyelesaian sengketa melalui mediasi juga mampu mencakup masalah prosedural dan psikologis yang tidak mungkin diselesaikan melalui jalur hukum.

  Mediasi juga memberikan pihak-pihak didalamnya memiliki kontrol yang lebih besar terhadap hasil sengketa. Dan juga, keputusan yang dihasilkan dapat dilaksanakan dan berlaku tanpa mengenal waktu.

  Penyelesaian sengketa melalui mediasi juga mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi para pihak yang bersengketa tetap dapat menjaga hubungan kerjasama mereka yang sempat terganggu akibat adanya persengketaan diantara mereka. Selain itu juga, putusan yang dihasilkan dari mediasi tersebut sifat nya tidak memihak, namun bersifat sukarela yang telah disepakati dari masing-masing pihak.

  Proses penyelesaian sengketa pada perbankan melalui mediasi : 1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi perbankan hanya sengketa yang menyangkut aspek keperdataan dalam transaksi keuangan nasabah pada bank, dengan ketentuan nilai sengeketa setinggi-tingginya adalah Rp.500.000.000.

  2. Sebelum melakukan proses mediasi, pihak nasabah dan bank harus menandatangani perjanjian mediasi yang memuat tentang kesepakatan untuk memilih mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa, dan persetujuan dari kedua belah pihak untuk patuh dan tunduk pada aturan mediasi

  3. Dalam mediasi akan ada pihak ketiga selaku mediator yang akan bersikap netral, tidak memihak, memotivasi para pihak untuk menyelesaikan sengketanya, dan tidak memberikan rekomendasi atau keputusan. Hasil dari penyelesaian terhadap sengketa tersebut merupakan harus kesepakatan antara pihak nasabah dengan bank.

  4. Apabila telah tercapai kesepakatan,maka dituangkan secara tertulis sebagai suatu kesepakatan bersama dan para pihak akan menandatangani akta kesepakatan.

  5. Namun apabila tidak terjadi kesepakatan, maka para pihak dapat melakukan

  31 upaya penyelesaian lanjutan melalui arbitrase atau pengadilan.

  Dalam proses mediasi tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Nasabah yang hendak mengajukan sengketanya kepada lembaga mediasi perbankan Bank Indonesia ini terlebih dahulu memastikan bahwa sengketanya memenuhi syarat untuk dapat diselesaikan melalui jalur mediasi perbanbnhkan.

  2. Dokumen disampaikan secara lengkap disertai data pendukung.

  3. Telah mendapatkan informasi mengenai mediasi perbankan dari bank yang bersangkutan.

  4. Mematuhi hasil kesepakatan yang tertuang dalam akta kesepakatan.

E. Pengaturan Hukum Mengenai Mediasi Perbankan

  Mengenai alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, antara lain diatur dalam arbitrase dan mediasi seperti yang diatur dalam UU No. 30 tahun 1999. Pengaturan mediasi di pengadilan diatur dalam PERMA No. 2 tahun 2003.

  Mediasi diatur dalam UU No.4 tahun 2004 pasal 16 ayat (2) tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha penyelesaian perkara perdata dengan cara perdamaian. UU No. 30 tahun 1990 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, yang lebih memperjelas keberadaan lembaga mediasi sebagai lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Sedangkan Mediasi Perbankan diatur dalam PBI No.

  32 8/5/PBI/2006.

  Sesuai dengan pasal 3 ayat 1 PBI No.8/5/PBI/2006, yang membentuk lembaga mediasi perbankan independen adalah asosiasi perbankan. Asosiasi perbankan yang membentuk lembaga mediasi perbankan independen dapat terdiri dari gabungan asosiasi perbankan untuk menjaga indepedensinya. Bank Indonesia harus mewajibkan seluruh bank untuk menjadi anggota dari lembaga mediasi perbankan. Agar mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, maka Bank Indonesia perlu membuat PBI tentang kewajiban Bank menjadi anggota lembaga mediasi.

  Dalam lembaga mediasi harus ada mediator independen yang dapat memberikan saran sesuai dengan profesinya masing-masing, misalnya apabila ada sengketa antara nasabah dengan bank, maka harus ada mediator yang ahli dalam

  33 bidang perbankan. 32 Pembentukan mediasi perbankan diharapkan akan memberikan nilai positif baik bagi nasabah maupun bank, seoerti terciptanya keseimbangan hubungan antara posisi nasabah dengan bank.

  34 Keberadaan Lembaga Mediasi Perbankan di Indonesia telah

  disosialisasikan melalui Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006, tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.

  10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan dan Surat Edaran No. 8/14/DPNP tanggal 1 Juni 2006, sehingga bank-bank di Indonesia telah dapat menginformasikan kepada masyarakat umum dan juga nasabahnya tentang Bank Indonesia yang menjalankan fungsi Mediasi Perbankan sebagai sarana yang sederhana, murah, cepat dalam hal penyelesaian sengketa antara pihak nasabah dan bank.

35 Pengajuan penyelesaian sengketa yang dimaksud dapat disampaikan

  kepada Bank Indonesia oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan persyaratan sebagai berikut :

  1. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa keperdataan yang timbul dari transaksi keuangan.

  2. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa yang timbul dari hasil penyelesaian pengaduan nasabah yang telah dilakukan oleh bank.

  3. Nasabah tidak dapat mengajukan tuntuan finansial yang diakibatkan oleh kerugian immaterial. Yang dimaksud dengan kerugian immaterial antara lain adalah karena pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan.

  4. Nilai tuntutan finansial diajukan dalam mata uang rupiah dengan jumlah maksimal adalah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jumlah tersebut dapat berubah kumulatif dari kerugian karena penundaan atau tidak dapat dilaksanakan transaksi keuangan nasabah dengan pihak lain, dan atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan nasabah untuk mendapatkan penyelesaian sengketa.

  5. Batas waktu pengajuan adalah paling lambat 60 hari kerja, yang dihitung sejak tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan nasabah dari bank.

  6. Nasabah mengajukan penyelesaian sengketa kepada lembaga Mediasi Perbankan secara tertulis dengan menggunakan formulir terlampir atau dibuat sendiri oleh nasabah dan dilengkapi dokumen pendukung antara lain : a.

  Foto copy surat hasil penyelesaian pengaduan yang diberikan Bank kepada Nasabah.

  b.

  Foto copy bukti identitas Nasabah yang masih berlaku.

  c.

  Surat pernyataan yang ditandatanganii diatas materai yang cukup bahwa sengketa yang diajukan tidak sedang dalam proses atau telah mendapatkan keputusan dari lembaga arbitrase, peradilan, atau lembaga mediasi lainnya dan belum pernah diproses dalam Mediasi Perbankan yang difasilitasi oleh Bank Indonesia.

  d.

  Foto copy dokumen pendukung yang terkait dengan sengketa yang diajukan.

  e.

  Foto copy surat kuasa, dalam hal pengajuan penyelesaian sengketa f.

  Formulir yang telah diisi dan dilengkapi dokumen pendukung disampaikan kepada Bank Indonesia yang berada di Jakarta bidang Direktorat Investigasu dan Mediasi Perbankan.

  36