BAB II PENGATURAN GADAI SAHAM DI INDONESIA - Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Pemberi Dan Kreditur Pemegang Gadai Saham Dalam Kredit Perbankan Di Indonesia

  

PENGATURAN GADAI SAHAM DI INDONESIA

  Perkembangan kegiatan ekonomi terkait dengan kegiatan usaha perseroan melahirkan banyak kekosongan hukum terkait diskursus hukum perdata tentang gadai saham. Tidak adanya ketentuan khusus lain selain kitab undang-undang hukum perdata membuat para pelaku dalam perjanjian gadai saham tak mempunyai kepastian hukum. Penyebutan saham secara umum misalnya, dapat berarti bahwa termasuk di dalamnya saham tanpa warkat. Kitab undang-undang hukum perdata tidak mengenal saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang tidak diwujudkan dalam surat saham. Hal ini karena para pembuat kitab undang-undang tersebut pada waktu itu hanya menitik beratkan benda bergerak untuk dijaminkan dengan gadai. Sedangkan undang-undang perseroan terbatas juga demikian, tidak memberikan pengaturan yang terperinci tentang penjaminan saham. Pencarian hukum yang tak jelas membuat orang yang berkepentingan mencari-cari ketentuan yang ada di bidang pasar modal. Peraturan pelaksanan seharusnya tidak boleh bertentangan dan tak boleh mengatur lebih dari peraturan yang hendak dilaksanakan. Sehingga menganalogi ketentuan dalam kitab undang-undang hukum perdata diperlukan dalam hal ini.

  Misalnya tentang keabsahan gadai saham di pasar modal. Jika diperhatikan prosedur pelaksanaan gadai saham dalam sistem perdagangan tanpa warkat maka dapat dikatakan bahwa sistem ini telah memenuhi syarat inbezitstelling. Gadai saham dalam sistem perdagangan tanpa warkat jauh lebih efisien dan aman jika dibandingkan mengetahui keberadaan saham yang digadaikan tersebut, sehingga tidak dimanfaatkan untuk mendapatkan saham baru oleh pelaku kriminal dengan cara menyatakan bahwa sahamnya telah hilang, padahal saham tersebut diserahkan untuk dijaminkan gadai. Pengumuman ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui kondisi setiap saat saham yang akan dibelinya. Dengan kata lain bahwa investor tidak membeli saham yang dalam keadaan dijaminkan.

  Gadai merupakan praktik transaksi keuangan yang sudah dikenal lama dalam sejarah peradaban manusia. Sistem rumah gadai yang paling tua terdapat di Cina pada 3.000 (tiga ribu) tahun yang silam, di benua Eropa dan kawasan Laut Tengah pada zaman Romawi. Di Indonesia dipercaya bahwa praktik gadai sudah berumur ratusan tahun, sekitar akhir abad XIX yaitu warga masyarakat telah terbiasa

  124 melakukan transaksi utang-piutang dengan jaminan barang bergerak.

  Berdasarkan catatan sejarah, lembaga pegadaiaan di kenal di Indonesia sejak tahun 1746 yang ditandai dengan Gubernur Jendral Vereenigde Oost Indische

  

Compagnie (VOC) van Imhoff mendirikan Bank van Leening. Bank van Lening itu

  didirikan dalam bentuk kerja sama dengan swasta, yang mempunyai tugas antara lain memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Hal ini terus

  124 Liha4 Januari 2010.

  125

  Namun jauh sebelum itu, masyarakat Indonesia telah mengenal transaksi gadai dengan menjalankan praktik utang piutang dengan jaminan benda bergerak. Bank tersebut memberi jasa pinjaman dana dengan syarat penyerahan benda bergerak, sehingga bank ini pada hakikatnya telah memberikan jasa gadai atas benda bergerak.

  Pada zaman Rafless, bank van lening dihapuskan dan hak untuk memberikan pinjaman uang dengan gadai sebagai jaminan, diserahkan secara bebas kepada swasta, asal sudah memperoleh izin untuk itu. Dalam praktiknya pegadaian ini sangat menekan masyarakat, sehingga timbul ide agar lembaga pegadaian sebaiknya berada ditangan pemerintah. Sehingga untuk pertama kalinya tanggal 12 Maret 1901 S 1901 A 1901 No. 131 diadakan ketentuan tentang jawatan pegadaian (pandhuisdienst), yang realisasinya berupa jawatan pegadaian di Sukabumi dan kemudian didirikan di kota-kota lain.

  Peraturan-peraturan jawatan pegadaian berturut-turut diadakan dalam S 1905 No. 490 (Reglementen voor den pandhuisdient), S1928 No. 64 (wijziging van

  

voorschriften betreffende de pandhuisdienst ), S 1928 No. 81 (Pandhuis reglement)

  dengan berbagai perubahan mengenai struktur organisasidan bunga dari kredit dengan jaminan gadai, ketentuan terakhir inilah yang dipergunakan secara materil sebagai

  126

  Aturan Dasar Pegadaian (ADP) hingga sekarang. ADP menentukan ukuran dari barang-barang yang dapat digadaikan. Semua barang bergerak dapat diterima sebagai 125 126 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab tentang Credietverband, gadai, Op.Cit., hal. 71.

  Ibid

  (sepuluh sen = tien, centen). Dalam ketentuan tersebut benda-benda yang dapat digadaikan adalah benda bergerak, dengan beberapa pengecualian. Dalam praktik, benda yang digadaikan terdiri dari emas, permata, kain, jam, sepeda, bahkan dibeberapa tempat pegadaian diterima sepeda motor yang usianya tidak boleh lebih lama dari 5 tahun dari waktu pembeliannya. Emas dan permata berharga disimpan ditempat khusus (kamar emas, goudkamer). Yang berhak menyatakan penolakan benda-benda yang digadaikan adalah pejabat pegadaian. Pejabat itu berhak jugamenolak benda-benda, walaupun tidak disebutkandalam ketentuan ADP.

  127 Penolakan itu harus diberitahukan kepada orang banyak, melalui pengumuman.

  Ketentuan-ketentuan tentang gadai mengalami perubahan antara lain dengan S. 1875-258, S. 1917-497, S. 1938-276, yang merupakan ketentuan yang sudah berumur lebih dari 100 (seratus) tahun. Kemajuan yang terjadi di masyarakat menimbulkan suatu kebutuhan yang baru, yang pada mulanya belum terpikirkan oleh pembuat undang-undang. Ketentuan umum yang semula dimaksudkan untuk berlaku terhadap semua macam penjaminan gadai, dalam peaksanaannya mengalami kesulitan, karena pada waktu pembuat undang-undang menciptakan ketentuan tentang

  128

  gadai hanya teringat kepada gadai benda berwujud saja. Sebagai upaya agar ketentuan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan untuk memenuhi

  127 128 Ibid.

  J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op.Cit., hal. 87, mengutip Pitlo, Het Zakenrecht naar het Nederlans Burgelijk Wetboek , (H.D. Tjeenk Wilink & Zoon N.V., Haarlem 1949), hal 425 yang ada.

  Buku II titel 19 KUHPerdata mengatur tentang hak gadai. Pada dasarnya gadai diberikan untuk menjamin suatu tagihan. Memang utang/kredit diberikan terutama atas dasar integritas/kepribadian debitur, kepribadian yang menimbulkan rasa percaya dalam diri kreditur, bahwa debitur akan memenuhi keajiban pelunasan utang dengan baik. Hal ini sesuai dengan asal kata kredit (credere) yang berarti kepercayaan. Namun tidak dapat diabaikan bahwa kekayaan debitur pada saat meminjam selalu turut diperhitungkan oleh kreditur. Dalam hal yang demikian tersebut, kreditur berharap akan adanya jaminan undang-undang seperti yang diatur oleh Pasal 1131 KUHPerdata, yaitu bahwa piutang dijamin dengan seluruh harta milik debitur. Jaminan yang demikian itu diberikan oleh undang-undang (dalam arti luas), sehingga demi hukum tanpa perlu memperjanjikannya kepada setiap kreditur dan karenanya disebut dengan jaminan umum.

  Untuk mengatasi kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan dan untuk meyakinkan kreditur, maka kreditur menghendaki adanya jaminan khusus yang lain, selain jaminan Pasal 1131 KUHPerdata, sehingga kreditur dalam mengambil pelunasan tidak harus bersaing dengan sesama (kreditur konkuren) kreditur yang lain.

  Sulit untuk menilai kekayaan seseorang dan menilai berapa besar kemungkinan akan kembalinya piutang seseorang, tak ada jaminan pada saat jatuh tempo untuk mengembalikan pinjamannya. Dengan kata lain sulit mengukur kelayakan kredit seseorang (crediet waardigheid). Oleh karena itu digunakan sarana agar ada jaminan mengambil pelunasan dalam hal debitur wanprestasi. Salah satu sarana yang ditawarkan adalah gadai. Benda jaminan gadai adalah benda bergerak. Sebelum lembaga fidusia mendapat pengakuan dalam yurisprudensi melalui keputusan H.R. 31 Januari 1919 dan sekarang di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 telah mendapat pengakuan dalam undang-undang, bahwa lembaga jaminan

  129 untuk benda bergerak adalah gadai.

  Saham benda bergerak karena bisa dipindahkan tanpa merusak benda itu sebagai satu kesatuan yang utuh (Pasal 509 KUHPerdata). Namun adanya ciri tersebut tidak mutlak menjadikan benda yang bersangkutan masuk dalam kelompok benda bergerak. Bejana pengolahan bahan, pipa yang digunakan untuk menyalurkan air dari rumah atau pekarangan (Pasal 506 ayat (5) KUHPerdata), barang hasil pabrik, apitan besi, kuali pengukusan, tempat api, jambangan-jambang, dan tong-tong yang termasuk dalam benda-benda tetap karena peruntukannya (Pasal 507 ayat (1) KUHPerdata) adalah benda-benda yang bisa dipindahkan.

  Menjadi pedoman adalah Pasal 511 KUHPerdata ayat (4) KUHPerdata yang menyebut bahwa sero-sero atau andil-andil dalam suatu perseroan dagang merupakan benda bergerak. Jadi saham merupakan benda bergerak bukan karena sifatnya

  130 melainkan karena ditentukan demikian oleh undang-undang (dalam arti luas).

  129 130 Ibid., hal. 146.

  Pasal 504 KUHPerdata membedakan benda dalam benda bergerak dan benda tidak bergerak. Mulai Pasal 506 KUHPerdata dan selanjutnya, menetapkan apa saja yang masuk kelompok gadai, maka terhadap saham lembaga jaminannya adalah gadai. Setelah mengenal lembaga fidusia, yang objeknya juga benda bergerak, maka hal ini terbatas pada benda bergerak yang tidak terdaftar. Karena benda terdaftar menganut asas

  131 pembebanan tersendiri.

  Sekarang dengan Pasal 60 UUPT Tahun 2007 diatur tentang penjaminan saham. Saham dapat dijaminkan dengan gadai dan fidusia. Jika ditelusuri riwayat timbulnya fidusia, sebagai lembaga untuk memenuhi kebutuhan praktik akan lembaga jaminan benda bergerak, yang benda jaminannya tetap ada dalam tangan pemberi jaminan, karena benda jaminan masih diperlukan dalam proses produksi atau usaha pemberi jaminan, maka lembaga fidusia tidak diperlukan untuk penjaminan saham.

  Sehingga lembaga jaminan yang paling pas untuk saham adalah gadai. Penyebuta n “saham” saja dalam ketentuan Pasal 511 ayat (4) KUHPerdata berarti bahwa di dalam kata saham tersebut termasuk saham tanpa warkat, kecuali ada ketentuan khusus lain yang memberi pegangan yang menyimpang dari ketentuan tersebut.

  Sejarah gadai saham tanpa warkat tidak terlepas dari keberadaan perdagangan saham tanpa warkat. Warkat secara harfiah adalah surat. Dalam konteks pasar modal, warkat berarti bukti kepemilikan dari efek. Dalam hal efek tersebut adalah efek

  benda tidak bergerak, tidak menyatakan bahwa semua benda yang lain adalah benda bergerak, tetapi menyebutkan lagi apa saja yang masuk dalam kelompok benda bergerak. 131 J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op. Cit. hal. 148, mengutip F.H.J. Mijnssen-A.A.v. Velten, Serie- Asser, Zakenrecht, Zekerheidsrechten, hal, 89. dalam bentuk saham biasa maupun saham preferens (dengan hak-hak khusus), waran, opsi, dan jenis-jenis HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) lainnya. Dalam sistem perdagangan biasa yang dilakukan di pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern, perdagangan dilakukan dengan penyerahan dari benda yang akan dialihkan kepemilikannya tersebut. Demikian Pasal 584 KUHPerdata yang menegaskan bahwa hak milik hanya dapat diperoleh antara lain melalui penyerahan yang didasarkan pada suatu peristiwa perdata yang bertujuan untuk mengalihkan hak

  132 milik.

  Yang dimaksud dengan saham tanpa warkat adalah apa yang dalam praktik sering disebut sebagai saham virtual, saham yang sudah ditempatkan dan disetor penuh, tetapi tidak ada perwujudan surat sahamnya dan hanya dicatat dalam rekening melalui sarana komputer.

  Pada waktu kitab undang-undang perdata dibentuk, belum dikenal mengenai saham yang sudah dikeluarkan oleh perseroan, tetapi sengaja tidak diwujudkan dalam surat saham dan dicatat saja pada suatu lembaga penitipan saham yang disebut kustodian. Saham-saham tersebut diperdagangkan di bursa dengan hanya menyebutkan jenis, disebut efek. Semua transaksi bursa harus dilakukan dengan melalui sarana book entry settlement system (C-Best), suatu sistem penyelenggaraan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek secara pemindah-bukuan yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan sarana komputer. 132 Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dallam Pasar Modal Penitipan, Op.Cit., hal 167.

  133

  deregulasi (tahun 1977- tahun 1987) , era masa deregulasi (tahun 1987- tahun

  134 135 1997) dan era pasca deregulasi Tahun 1990 sampai dengan sekarang).

  Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta berbagai peraturan pelaksanaannya pada saat yang bersamaan, merupakan suatu momentum penting bagi pasar modal Indonesia. Pemerintah menggunakan momentum ini dengan sebaik-baikya untuk membangun suatu pasar modal yang handal dan kompetitif. Berkembang pesatnya jumlah perusahaan yang go publik, meningkat drastis pula volume perdagangan efek di bursa. Hal ini tentu berimbas pada perdagangan tanpa warkat yang lahir sebagai akibat banyaknya beredar saham-

  133 Pada saat ini hanya terdapat tidak kurang dari 24 perusahaan yang menawarkan saham dan 3 perusahaan yang menawarkan obligasi melalui pasar modal, dan jumlah dana yang dapat dihimpun hanya berkisar Rp. 131,4 milyar. Suramnya keadaan pasar modal pada saat ini, karena pasar modal bukan merupakan wahana yang menarik bagi perusahaan pada masa itu.

  134 Pemerintah menerbitkan tiga perangkat paket kebijaksanaan di bidang pasar modal, berupa penyederhanaan dan atau pemberian berbagai kemudahan. Paket Oktober 1988, memberikan peluang kepada bank untuk memanfaatkan pasar modal untuk memperluas permodalannya. Pada paket Desember 1988 pemerintah memberikan kesempatan kepada swasta melalui paket ini untuk mendirikan dan menyelenggarakan bursa di luar Jakarta. Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh di bursa (company listing), sehingga diharapkan saham perusahaan akan lebih marketable. Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang pembelian saham oleh pemodal asing melalui pasar modal, pemerintah membuka kesempatan bagi investor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai dengan maksimum 49 % di pasar perdana, maupun 49 % saham yang tercatat di bursa paralel.

  135 Sampai sekarang Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang dari 130 Peraturan Bapepam sebagai petunjuk teknis dari undang-undang. Pemerintah membuka kesempatan bagi investor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai dengan maksimum 100 % di pasar perdana maupun 100 % saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel, melalui Keputusan Mentri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 yang mencabut Keputusan Menteri Keuangan Noor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal. manual tidak mampu lagi untuk mengakomodasi perkembangan perdagangan yang

  136 terjadi akibat meningkatnya jumlah perdagangan.

  Hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah emiten dan jumlah anggota bursa yang menyebabkan bertambah juga jumlah broker (pialang) di lantai bursa.

  Keadaan ini menyebabkan pada jam perdagangan jumlah pialang yang berada di lantai bursa bisa mencapai jumlah 400-600 orang, apalagi dalam hal melakukan pemesanan, para pialang akan saling berdesakan untuk melakukan pencatatan order

  137 beli di papan pemesanan.

  Banyak order beli tidak tercapai karena banyaknya pialang yang saling berdesakan. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan jumlah perdagangan dalam sehari menjadi terbatas dan menyebabkan turunnya likuiditas pasar bursa. Selain itu, sistem penyelesaian transaksi yang berlangsung secara manual juga ikut menghambat terjadinya perdagangan yang cepat dan efisien. Pada sistem perdagangan manual penyelesaian transaksi dilakukan dalam waktu relatif lama yaitu 6 (enam) hari setelah terjadinya transaksi (T+6).

  Prosedur penyelesaian transaksi yang cukup rumit menyebabkan investor sulit untuk melakukan perdagangan terhadap saham yang dimilikinya. Karena investor yang akan membeli saham akan menuntut agar investor yang akan menjual meregistrasi sahamnya dan mengendorse sahamnya sebagai bukti bahwa saham 136

  Marzuki Usman Singgih Rhiphat Syahrir Ika, Pengetahuan Pasar Modal, Jurnal Keuangan dan Moneter, (Jakarta:1997), hal. 188. 137 Ibid. secara tidak langsung turut menciptakan turunnya nilai likuiditas pasar.

  Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tahun 1995 PT Bursa Efek Jakarta

  138

  (BEJ) sebagai penyelenggara kegiatan di bursa efek menerapkan sistem perdagangan bersifat otomatisasi yang disebut dengan Jakarta Automated Trading

  Sistem (JATS) . JATS adalah sistem perdagangan efek terpadu yang berbasis 139

  komputer. Sistem yang terdapat pada JATS didukung oleh beberapa sub sistem yaitu sistem pengawasan (surviellance and compliance), sistem keanggotaan, sistem pencatatan dan sistem pengelolaan data statistik dan historikal.

  140

  JATS terdiri dari komponen perangkat keras dan komponen perangkat lunak, yang dirancang untuk menjadikan sistem yang mempunyai kemampuan yang tinggi dan dapat memberikan waktu respon yang sangat cepat. Sistem ini juga mudah untuk dikembangkan dan diperbaharui. 138 Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hal.

  31, Sejak beroperasi tahun 1977 sampai dengan 1995 sudah terdapat tiga bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Paralel Indonesia (BPI). BEJ berdiri saat diaktifkannya pasar modal tahun 1977 yang untuk pertama kali dikelola oleh pemerintah atau dalam hal ini Bapepam. Tahun 1995 BEJ berdiri sendiri sebagai perusahaan swasta seperti BES, sedangkan BPI merger dengan BES. 139 Vonny Dwiyanti, Wawasan Bursa Saham, (Yokyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya Yokyakarta, 1999), hal 65. 140 Marzuki Usman Singgih Riphat Shahrir Ika, Op. Cit., hal. 190 . Bahwa Komponen utama dari JATS adalah: a.

  Trading Engine, yaitu yang berfungsi untuk melaksanakan proses perdaganganyaitu komputer

yang menampung order yang dimasukkan oleh pialang, mengirimkan informasi pasar ke

pialang workstation dan melakukan penjumpaan order jual dan order beli untuk dialokasi.

  b.

  Gateway, yaitu untuk menghubungkan pialang workstation dan trading engine dengan tujuan

untuk meratakan distribusi lalu lintas data dari pialang workstation ke trading engine dan

sebaliknya.

  c.

  

Pialang Workstation, adalah sarana bagi Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) untuk: 1). Memasukkan order jual atau order beli 2). Melihat status transaksi yang terjadi dan melihat status order 3). Melaporkan hasil deal/kesepakatan yang terjadi ke papan negosiasi. perdagangan di bursa secara maksimal, maksudnya perdagangan telah dilakukan dengan cepat dan otomatis serta efisien. Dalam hal saham yang masih berbentuk fisik (warkat/surat) kenaikan transaksi akibat dari perdagangan yang sudah otomatis, cepat dan efisien, tidak diikuti dengan penyelesaian transaksi yang cepat. Karena saham masih berbentuk fisik, sehingga penyelesaian transaksi masih dilakukan sesuai penyelesaian transaksi saham secara manual/konvensional.

  Untuk mengatasi keadaan ini dan perkembangan keadaan pasar modal di negara maju serta perkembangan teknologi, maka pada tahun 1996 PT BEJ merencanakan dilaksanakan sebuah sistem perdagangan saham tanpa fisik sahamnya untuk menciptakan sistem penyelesaian transaksi yang efisien dan cepat. Tetapi dengan adanya berbagai kendala yang dihadapi, seperti krisis moneter tahun 1998, maka implementasi terhadap rencana tersebut baru dapat dilaksanakan pada tahun 2001 tepatnya pada tanggal 11 Juli tahun 2001 (perdagangan tanpa warkat pertama kali dilaksanakan).

  Sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading) merupakan sistem perdagangan yang relatif baru yang diterapkan di PT BEJ. Perdagangan tanpa warkat dilakukan secara komputerisasi. Sistem ini selain menyangkut tentang perdagangan, juga menyangkut penyelesaian dari perdagangan tersebut.

  Dasar hukum diterapkannya perdagangan tanpa warkat adalah Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. 041/BEJ/0809 yang dikeluarkan tanggal 31 Agustus 1998 tentang Ketentuan Umum Perdagangan Efek Tanpa Warkat. perdagangan tanpa warkat, yang semua sahamnya sudah berbentuk data elektronik, adalah Keputusan Mahkamah Agung No. 1582K/Pid/1989. Pada keputusan tersebut Mahkamah Agung mengakui bahwa pandangan hukum atas perubahan sifat dan hak kekayaan dari yang visual dan material sangat identik dengan kekayaan simbolik asal memenuhi persyaratan sebagai berikut; tersimpan dalam pulsa-pulsa elektronik, mempunyai jumlah tertentu; dapat ditransfer secara elektronik; dan setiap transfer

  141 jumlahnya bertambah atau berkurang, yang berarti mempunyai nilai tukar.

  Atas dasar keputusan Mahkamah Agung tersebut perdagangan tanpa warkat sudah mempunyai pijakan hukum yang jelas terhadap penerapannya. Bukti kepemilikan saham dalam sistem perdagangan tanpa warkat dikeluarkan oleh PT KSEI, berupa surat pernyataan kepemilikan saham dan laporan yang disampaikan setiap akhir perdagangan dalam bentuk tertulis.

  142

  Pihak yang terlibat langsung dalam perdagangan tanpa warkat antara lain, emiten, yaitu pihak yang mengeluarkan saham yang beredar di pasar modal. Emiten terlibat dalam mengelola saham dan proses konversi saham untuk dapat terlibat dalam perdagangan tanpa warkat. Kemudian investor, yaitu orang yang berinvestasi, yang terlibat dalam perdagangan saham secara langsung dan merupakan pemain utama dalam perdagangan tanpa warkat. Dalam perdagangan tanpa warkat perusahaan efek

  141

  “Pengkajian Perdagangan Saham dengan Sistem Scriptless, ” Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI, Tahun 1997 ,hal.

  23. 142 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti), 1996, hal.38-39 dapat melakukan perdagangan dengan perantara perusahaan efek. Perusahaan efek mempunyai rekening di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk mengatur dan mengelola rekening nasabahnya. Perusahaan efek juga harus membuka sub rekening bagi nasabahnya untuk menyimpan dana dan efek milik nasabah. Untuk dapat melakukan kegiatan perdagangan saham di bursa efek, perusahaan efek harus memperoleh izin dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan PT BEI. Selain itu ada Bank Kustodian, yang merupakan kustodian dan mengelola rekening untuk nasabahnya. Bank Kustodian juga harus mempunyai rekening di KSEI agar dapat ikut melakukan perdagangan tanpa warkat, dan juga harus membuka sub rekening bagi nasabahnya, untuk menyimpan dana dan efek milik nasabahnya.

  Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), lembaga utama (sentral) yang menyimpan rekening efek dari semua efek yang telah di konversi, Di KSEI terdapat rekening dari perusahaan efek, bank kustodian, Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). KSEI dengan sistem C-BESTnya (Central Depository-Book Entry Settlement) mengatur tata cara peralihan efek secara pemindah-bukuan.

  Terakhir Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), yaitu lembaga penjamin yang memberikan jaminan terhadap proses kliring dan pemenuhan hak dan kewajiban dari investor jual dan investor beli. KPEI mengubah jalur kliring antara investor jual dan beli secara langsung menjadi kliring antar investor jual dengan KPEI dan kliring dari KPEI dengan investor beli dan sebaliknya. KPEI dengan E-Clear guaranty-nya menjadi penjamin terhadap pemenuhan hak anggota kliringnya. maupun undang-undang perseroan terbatas tidak memberikan pengaturan yang terperinci tentang penjaminan saham tanpa warkat.

  Keberadaan gadai saham sebagai lembaga jaminan atas utang, berlaku padanya asas yang menyangkut jaminan yang tertuang dalam norma hukum. Hal ini untuk memantapkan keyakinan kreditur bahwa debitur akan secara nyata mengembalikan pinjamannya setelah jangka waktu pinjaman sampai pada waktu yang ditentukan, maka hukum memberlakukan beberapa asas.

  1. Asas yang menentukan bahwa apabila debitur ternyata karena suatu alasan tertentu pada waktunya tidak melunasi utangnya kepada kreditur, maka harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan utangnya yang dapat dijual untuk menjadi sumber pelunasan dari utang itu. Asas ini

  143 dituangkan dalam Pasal 1131 KUHPerdata.

  Pasal 1131 KUHPerdata tersebut menentukan bahwa harta kekayaan debitur bukan hanya untuk menjamin kewajiban melunasi hutang kepada kreditur yang diperoleh dari perjanjian utang-piutang diantara debitur dan kreditur, tetapi untuk menjamin segala kewajiban yang timbul dari perikatan tersebut. 143

  Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan, Memahami Faillissementsverordening Jucto Undang-undang N0. 4 Tahun 1998 , (Jakarta: Grafiti, 2002), hal. 7 timbul atau lahir karena adanya perjanjian (seperti perjanjian gadai saham antara kreditur dan debitur) maupun timbul atau lahir karena ketentuan undang-undang.

  Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, wujud perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Dalam istilah hukum, perikatan dalam wujudnya yang demikian itu disebut pula dengan istilah prestasi. Pihak yang tidak melaksanakan prestasinya disebut pihak yang melakukan wanpestasi. Apabila perikatan itu timbul karena ditentukan di dalam perjanjian gadai saham yang dibuat di antara debitur dan kreditur, maka pihak yang tidak melaksanakan prestasinya disebut pula sebagai telah melakukan cidera janji atau

  144 ingkar janji, atau dalam bahasa Inggris disebut in-default.

  Dengan kata lain Pasal 1131 KUHPerdata tersebut tidak hanya menentukan bahwa harta kekayaan seorang debitur demi hukum menjadi jaminan untuk membayar utangnya kepada kreditur yang mengutanginya berdasarkan perjanjian kredit. Tetapi juga menjadi jaminan bagi semua kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain, baik perikatan itu timbul karena undang-undang maupun karena perjanjian selain perjanjian kredit.

  2. Asas yang terdapat dalam jaminan utang selain dari asas yang terdapat dalam Pasal 1131 KUHPerdata adalah asas yang mengatur tentang cara membagi aset debitur 144

  Pasal 1132 KUHPerdata berbunyi: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan- alasan yang sah untuk didahulukan.”

  1132 KUHPerdata, yang mengisyaratkan bahwa setiap kreditur memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditur lainnya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya. Dengan adanya kalimat dalam Pasal 1132 KUHPerdata yang berbunyi “kecuali apabila diantara para kreditur itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan dari pada kreditur lainnya,” maka terdapat kreditur-kreditur tertentu yang oleh KUHPerdata diberi kedudukan hukum yang lebih tinggi dari pada kreditur lainnya. Dalam hukum kreditur-kreditur tertentu yang didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya itu disebut kreditur preferen atau preferent creditur, sedangkan kreditur-kreditur lainnya disebut kreditur konkuren atau concurrent

  145 creditur.

  Lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, hal ini sesuai dengan tugas pokok bank itu sendiri yaitu memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dengan adanya lembaga jaminan khususnya jaminan kebendaan kreditur sedapat mungkin akan terhindar dari itikad tidak baik debitur pemberi jaminan kebendaan dalam hal ini saham, oleh karena itu beberapa hal yang harus diperhatikan tentang

  146

  jaminan yang baik (ideal) yaitu: a.

Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang 145

  146 Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan, Op. Cit, hal. 9.

  R. Subekti, Jaminan-Jaminan, Op.Cit., hal. 29. b.

  Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya; c.

Memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah

  diuangkan untuk melunasi utang si penerima (pengambil) kredit.

  Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa keberadaan jaminan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan sekaligus kepastian hukum, baik kepada kreditur maupun kepada debitur. Bagi kreditur, dengan diikatnya suatu utang dengan kebendaan jaminan, hal itu akan memberikan kepastian hukum jaminan pelunasan utang debitur seandainya debiturnya gagal membayar pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan untuk debitur dapat mempermudah memperoleh kredit dengan menjaminkan benda dalam hal ini saham sebagai jaminan.

  Pada satu sisi memang bank sebagai kreditur berhak menjual benda jaminan ketika debitur telah gagal bayar pada waktu yang ditentukan. Hak yang diberikan oleh ketentuan perundang-undangan maupun hak yang diberikan berdasarkan perjanjian gadai saham yang dilakukan oleh debitur dan kreditur tersebut dapat menimbulkan ketidak pastian hukum bagi debitur maupun kreditur sehingga diperlukan perlindungan hukum bagi debitur dan kreditur, namun tidak pula menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.

  3. Asas publisitas berlaku pada gadai saham. Tidak semua saham dapat dijadikan jaminan kredit bank. Hanya yang terdaftar dan yang diperjualbelikan di pasar realistis dan objektif. Syarat ini merupakan pendorong kearah pembinaan pengembangan perusahaan yang benar-benar ditanggung organisasi, permodalan dan manajemennya. Hanya perusahaan yang berkualitaslah yang berani menempatkan prospektusnya secara terbuka untuk memperoleh pendaftaran.

  Dengan demikian pendaftaran itu sendiri sudah memberi nilai lebih kepada perusahaan atas bonafiditasnya. Hal ini berdampak bagi masyarakat dan perbankan menilai mutu saham yang dimiliki perusahaan tersebut. Melalui syarat pendaftaran, memberi batasan kepada bank, bahwa hanya saham yang sudah dikenal umum, dan telah dipasarkan di bursa efek yang dapat diterima sebagai

  147

  jaminan tambahan. Namun terhadap syarat ini ada pengecualian yaitu:

  a. Pemberian kredit dalam rangka ekspansi perusahaan, bisa untuk modal ekspansi alat produksi atau eksploitasi (modal kerja untuk optimalisasi produksi), dan dalam rangka akuisisi atau merger.

  b. Saham yang dijaminkan ialah saham yang diterbitkan oleh perusahaan penerima kredit dengan catatan, tidak boleh saham perusahaan lain, dan jika saham yang hendak dijaminkan milik perusahaan orang lain, harus dipenuhi persyaratan telah terdaftar.

  Menurut M. Yahya Harahap, secara yuridis pengecualian atas kebolehan manjaminkan saham yang belum terdaftar sebagai jaminan kredit dalam rangka 147

  M. Yahya Harahap, Tinjauan Saham, Op.Cit., hal 130

  148 149

  dijaminkan adalah saham yang diterbitkan sendiri. Hal ini karena bertujuan untuk meningkatkan kekuatan permodalan dan peningkatan perusahaan.

  150

  Ketentuan tentang harus terdaftarnya saham yang dijadikan jaminan kredit di pasar modal bertujuan untuk membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dan komite kredit untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan nilainya. Bila diperbolehkan menerima semua jenis saham tanpa persyaratan pendaftaran, besar kemungkinan akan berkembang saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang permodalan dan bidang usahanya fiktif. Sehingga mudah terjadi persekongkolan antara debitur dengan perseroan yang sedang sekarat. Debitur bersekongkol mempergunakan saham yang sedang sekarat, untuk dijadikan jaminan ke bank. Dalam hal ini kreditur sudah tahu bahwa saham perseroan tersebut tidak mempunyai nilai apa-apa.

  148 Dari segi teori dan praktik terdapat perbedaan antara akuisisi atau merger dengan konsolidasi. Menurut hukum, akuisisi merupakan bentuk fusi dari dua perusahaan atau lebih. Biasanya perusahaan yang lebih kecil difusikan ke dalam yang lebih besar. Dari fusi itu, hilang perusahaan kecil dan yang tetap muncul adalah perusahaan besar. Cara yang ditempuh ialah dapat berupa pembelian semua saham perusahaan kecil oleh perusahaan yang lebih besar, atau dapat dengan cara perusahaan yang lebih besar memberikan saham-saham dari modalnya sendiri kepada pemegang saham perusahaan kecil sebagai ganti saham mereka; atau dapat juga dengan membeli semua aktiva perusahaan yang lebih kecil, dan para pemegang saham perusahaan kecil membubarkan diri. Pada akuisisi, berfusinya dua atau lebih perusahaan, tidak melenyapkan identitas dan keberadaan salah satu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar tetap ada sebagai lanjutan fusi. Lain halnya dengan bentuk konsolidasi. Konsolidasi atau kombinasi merupakan peleburan total antara dua atau lebih perusahaan yang hampir sama kedudukannya. Dari peleburan, perusahaan lama lenyap, diganti oleh perusahaan baru. Perusahaan lama yang dikonsolidasi tidak ada lagi, yang muncul adalah perusahaan baru. 149 150 M. Yahya Harahap, Tinjauan Saham, Op.Cit., hal 136 pembebanannya diatur dalam Pasal 1153 KUHPerdata, yaitu dengan cara memberitahukan gadai itu kepada pihak terhadap siapa hak itu ditujukan. Kalau objek gadai adalah saham, pemberitahuan itu mestinya ditujukan kepada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut. Gadai saham harus dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 UUPT

  151

  Tahun 2007. Jika Pasal 1153 KUHPerdata mensyaratkan pemberitahuan, Pasal 60 ayat (3) UUPT Tahun 2007, sebagai lex specialis, mensyaratkan pencatatan dalam daftar saham dan daftar khusus. Artinya setelah kreditur dan pemberi jaminan/debitur sepakat untuk meletakkan gadai atas saham, tindakan lebih lanjut adalah mencatatkan gadai itu pada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut.

  Gadai saham merupakan hak jaminan kebendaan yang merupakan hak kebendaan (zakelijkrecht) yang bersifat mutlak, yang memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Namun

  152

  pada gadai saham yang merupakan perjanjian, terdapat juga hak perorangan yaitu

  153

  timbul dari perutangan. Orang yang mempunyai hak kebendaan yang secara jujur atas barang-barang yang bergerak dilindungi dengan ketentuan Pasal 1977 ayat (1) 151

  Pasal 60 ayat (3) UUPT Tahun 2007: Gadai saham atau fidusia atas saham yang telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. 152 Hak Nisbi (hak persoonlijk) atau hak relatif; yaitu semua hak yang timbul karena adanya hubungan perutangan sedangkan perutangan timbul dari perjanjian, undang-undang dan lain-lain. 153 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum, Op.Cit., hal.24

  154

  perorangan. Didalam praktik pembedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan sangat sumir, tidak mutlak. Sifat-sifat yang bertentangan antara hak kebendaan dan hak peroragan tidak tajam lagi. Pada tiap-tiap hak didapatkan adanya hak kebendaan dan hak perorangan tersebut. Hanya titik beratnya yang berlainan. Mungkin pada hak kebendaan mungkin pada hak perorangan. Dalam praktik dijumpai hak-hak perorangan yang mempunyai sifat hak kebendaan seperti sifat absolut (mutlak), sifat mengikuti bendanya (droit de suite) dan sifat prioritas. Misal pada hak yang timbul dari perutangan pada gadai saham, yaitu dilindungi dari setiap gangguan dari pihak ketiga, hak piutang mengikuti bendanya, dan hak lebih didahulukan pelunasannya dari kreditur lainnya.

  Dalam hal gadai saham, juga memiliki sifat droit de suite, droit de preference, hak menggugat dan lain-lain. Sifat droit de suite dapat dilihat dari pasal-pasal berikut yaitu Pasal 582, Pasal 1152 ayat (3), dan Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata. Bahwa penguasaan mempunyai kekuatan sebagai titel yang sah. Dari Pasal 1977 KUHPerdata dapat disimpulkan bahwa dari segi pemegang gadai, pemberi gadai dianggap sebagai pemilik yang sah dari benda itu, walaupun dikemudian hari ternyata

  155

  sebaliknya. Hal ini berdampak pada penjualan saham yang kreditur kalah 154 155 Ibid., hal 28.

  Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab tentang Credietverband, Gadai, Op.Cit., hal 113. Bandingkan dengan J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Op.Cit., hal 156. Dari pasal tersebut disimpulkan bahwa bezit mempunyai beberapa fungsi antara lain fungsimateril, yaitu bahwa orang yang melihat orang lain yang menguasai (bezitter) suatu benda tidak atas nama, boleh beranggapan orang yang menguasai (bezitter) adalah pemilik dan kalau ia mengalihkan benda itu dari padanya dilindungi oleh hukum, artinya ia sebagai pemilik dari benda itu. Ketentuan ini merupakan ketentuan beritikad baik. Dalam Penetapan No. 09/2007 Eks, dinyatakan bahwa Putusan PK dalam Kasus PT Aryaputra Teguharta vs BFI (240PK/PDT/2006 jo 123/PDT.G/2003/PN.JKT.PST), adalah non executable. Ketika saham-saham tersebut telah dijual di pasar modal meskipun kreditur kalah, perlindungan terhadap pihak ketiga yang beritikad baik tetap diberikan. Pendapat senada juga diutarakan dalam Penetapan 332/pdt.P/2001/PN. Jak.Sel; Bahwa pembeli berhak untuk melaksanakan dan menikmati segala hak-hak yang terbit dari saham-saham yang bersangkutan.

  Putusan yang menarik lagi dari Putusan Arbitrase Pemerintah Indonesia Melawan PT Newmont Nusa Tenggara Tahun 2008, yang menyatakan berdasarkan Pasal 1492 KUHPerdata, Pemerintah Indonesia dapat menuntut PT NNT sebagai penjual menjalankan kewajibannya dalam hal penanggungan dan pemerintah berhak untuk menerima gadai saham tersebut. Dan berdasarkan putusan tersebut, meskipun pemberi gadai tidak berwenang untuk menyerahkan gadai tersebut, penerima gadai

  yang pantas dan paktis karena atas benda-benda tidak terdaftar tidak ada surat bukti kepemilikannya. Bisa dibayangkan betapa sulitnya pergaulan hidup jika setiap membeli suatu benda tudak atas nama harus mencari tahu lebih dahulu apakah penjual adalah pemilik yang sah atas benda yang bersangkutan. Harus diakui bahwa hak pemilik yang sah dikalahkan dengan hak dari orang yang mengalihkan dari orang yang tidak berhak. Untuk melindungi pemilik yang sah disyaratkan bahwa si pembeli (termasuk penerima gadai) harus bertindak dengan itikad baik. Artinya, ia harus benar-benar tidak tahu dan tidak sepatutnya harus tahu bahwa ia berhadapan dengan orang yang bukan pemilik.

  Dalam beberapa putusan pengadilan, syarat itikad baik itu harus dipenuhi sekalipun tidak disebutkan secara tegas dalam Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata.

  Pemegang gadai yang menerima saham atas tunjuk, tidak tahu dan tidak ada sarana (yang praktis) untuk mengetahui, apakah calon pemberi-gadai adalah pemilik saham yang bersangkutan. Namun berdasarkan Pasal 1152 ayat (4) KUHPerdata dengan mendasarkan pada fungsi materil dari bezit, ia boleh beranggapan bahwa pemberi jaminan (saham atas tunjuk) adalah pemilik dari saham tersebut, sudah tentu dengan syarat bahwa kreditur bertindak dengan itikad baik. yang beritikad baik, saham tersebut (walaupun tidak dijual secara sah) tetap merupakan milik pembeli yang beritikad baik. Penjual (kreditur) saham harus bertanggung-jawab atas perbuatannya menjual saham secara tidak sah kepada pihak pemberi gadai. Dengan demikian pembeli (pihak ketiga) gadai tetap berhak atas saham walaupun pemegang gadai (kreditur) menjualnya secara tidak sah.

  Sifat droit de freference dapat disimpulkan dari Pasal 1133 juncto Pasal 1150 KUHPerdata yang artinya bahwa hak gadai memberikan kekuasaan kepada seorang kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang secara didahulukan.

  156

  Selain Sifat umum yang disebut di atas, sifat khusus dari gadai saham adalah: 1.

  Accessoir, yaitu berlakunya hak gadai tergantung pada ada atau tidaknya perjanjian pokok atau utang piutang. Dengan kata lain, bila perjanjian pokok tersebut tidak sah maka gadai saham serta merta juga tidak sah. Hal ini juga mutatis mutandis dapat diterapkan pada peralihan utang pokok.

  2. Tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar), berdasarkan Pasal 1160 KUHPerdata, gadai meliputi seluruh benda sebagai satu kesatuan yang artinya sebagian hak gadai tidak menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian utang.

  3. Barang jaminan tak boleh dipakai, dinikmati dan dimiliki (kreditur hanya berkedudukan sebagai Houder bukan burgerlijke bezitter).

  4. Barang gadai berada dalam kekuasaan kreditur atau penerima gadai sebagai akibat adanya syarat inbezitstelling. 156 Sri soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Op.cit., hal.25.

  Bersifat jaminan tambahan. Memperhatikan ketentuan dan penjelasan Pasal 8 UURI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan UURI No. 10 Tahun 1998 dihubungkan dengan SK Direksi BI No.

  26/68/KEP/DIR Tahun 1993, masih tetap mempertahankan faktor jaminan sebagai salah satu prinsip kehati-hatian. Setiap kredit yang diberikan bank, harus terjamin pengembaliannya dengan jaminan sebagai benteng pertahanan terakhir. Jaminan

  157

  yang dapat dijadikan agunan: a.

  Jaminan pokok yang terdiri dari proyek yang dibiayai oleh dana kredit yang diberikan.

  b.

  Jaminan tambahan (additional collateral) yang terdiri dari benda (real

  property ) yang bergerak atau tidak bergerak, baik yang dimiliki sendiri oleh

  debitur, maupun milik pihak ketiga. Selain benda bergerak dan benda tidak bergerak ada jaminan perorangan, yaitu boleh diri pribadi dewan direksi atau dewan komisaris atau perorangan di luar pengurus perseroan yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini, fungsi saham sebagai jaminan tambahan tidak berdiri sendiri. Sifatnya hanya melengkapi dan memperkuat keyakinan kesanggupan debitur dan kedudukan jaminan pokok yang terdiri dari proyek yang dibiayai dana fasilitas kredit yang diberikan. Atau bisa juga untuk melengkapi jaminan tambahan yang sudah ada. Misalnya jaminan pokok telah didukung oleh jaminan tambahan berupa tanah dalam bentuk perjanjian hak tanggungan. Untuk memperkuat jaminan tambahan tersebut dapat ditambah 157

  M. Yahya Harahap, Tinjauan Saham, Op. Cit., hal 136 tambahan yang sudah ada.

  Dalam perjanjian gadai saham (Share Pledge Agreement) antara Asminco dan DBA, sifat droit de Preference hak gadai memberikan posisi khusus kepada DBA untuk mendapatkan pelunasan terlebih dahulu sebesar nilai saham yang digadaikan kepadanya. Hal ini terlihat dalam Pasal 5.1 Share Pledge Agreement yang menya takan “If an Event of Default shall have occurred, the Bank may, without

  

demand for payment …, order or authorization of any court …, immediately or at

any other time as the Bank shall in its sole discretion determine sell all or any part

of the Pledge Collateral at a public sale or privately,

  …” Berdasarkan ketentuan yang diperjanjikan dalam perjanjian gadai saham dan Pasal 1150 KUHPerdata, pada saat Asminco wanprestasi DBA berhak untuk mengeksekusi gadai saham dengan cara penjualan di muka umum atau jual langsung.

  Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand (bahasa Belanda) atau

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

2 83 133

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

4 98 110

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Pemberi Dan Kreditur Pemegang Gadai Saham Dalam Kredit Perbankan Di Indonesia

10 153 581

Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan

4 71 124

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan

2 37 3

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 104 125

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 12

i KATA PENGANTAR - Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

0 0 19

BAB II DEPOSITO BERJANGKA SEBAGAI JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK A. Gadai 1. Pengertian Gadai dan Dasar Hukumnya. - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Stud

0 0 28

BAB II PENGATURAN MERGER PERSEROAN TERBATAS LINTAS NEGARA A. Merger Dalam UU Perseroan Terbatas di Indonesia - Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Suatu Perusahaan yang Melakukan Merger Lintas Negara

0 0 26