2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit - Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kualitas Pelayanan, Dan Produk Terhadap Minat Masyarakat Pada Produk Kupedes PT BRI Unit Simalingkar

2.1 Landasan Teori

  2.1.1 Pengertian Kredit

  Kredit pada perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha, maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu, atau mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan obyek kredit, dan secara spiritual mendapatkan kepuasan karena dapat membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan (Kasmir, 2007:96).

  Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan (Undang-Undang yang Diubah), pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 butir 11yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

  2.1.2 Jenis-jenis Kredit

  Jenis-jenis atau macam-macam kredit dilihat dari berbagai aspek tinjauan (Kasmir, 2007:103) antara lain sebagai berikut:

a. Sifat Penggunaan Kredit

  1. Kredit Konsumtif Kredit yang diberikan oleh pihak bank dengan tujuan penggunaannya untuk membiayai pembelian barang atau jasa yang dapat memberikan keputusan langsung terhadap kebutuhan manusia.

  2. Kredit Produktif Kredit yang tujuan penggunannya untuk tujuan-tujuan produktif dalam arti dapat menimbulkan atau meningkatkan utility (faedah/kegunaan), baik faedah karena bentuk (utility of form), faedah karena tempat (utility place), faedah karena waktu (utility of time) maupun faedah karena pemilikan (owner/possession utility).

  Adapun jenis dari kredit produktif ini dibedakan menjadi dua yaitu:

  1. Kredit investasi yang merupakan kredit produktif yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang modal tetap dan tahan lama.

  2. Kredit modal kerja yang merupakan kredit yang tujuan penggunaannya untuk membiayai keperluan modal lancar yang biasanya habis dalam satu atau beberapa kali proses produksi atau siklus usaha.

  3. Kredit likuiditas Kredit yang tujuan penggunaannya bukan untuk konsumtif tapi tidak pula bertujuan produktif melainkan mempunyai tujuan penggunaan untuk membantu perusahaan yang sedang dalam kesulitan likuiditas dalam rangka pemeliharaan kebutuhan minimalnya.

b. Segi Materi

  1. Kredit dalam bentuk uang (money credit) Kredit yang diberikan dalam bentuk uang dan pengembaliannya dalam bentuk uang juga.

  2. Kredit dalam bentuk bukan uang (non-money credit) Kredit yang diberikan dalam bentuk benda-benda atau jasa yang biasanya diberikan oleh perusahan-perusahaan dagang, dan sebagainya. Kredit dalam bentuk bukan uang ini lazim disebut mercantile credit atau merchant credit. Sedangkan untuk pengembaliannya biasanya dalam bentuk uang.

  c. Jangka Waktu 1. Kredit jangka pendek.

  Yaitu kredit yang hanya memiliki jangka waktu maksimal 1(satu) tahun dan kredit jangka pendek ini biasanya cocok untuk membiayai kebutuhan modal kerja.

  2. Kredit jangka menengah.

  Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu antara satu tahun sampai dengan tiga tahun. Kredit jangka menengah ini biasanya berupa kredit modal kerja atau kredit investasi yang relatif tidak terlalu besar jumlahnya.

  3. Kredit jangka panjang.

  Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya cocok untuk kredit investasi seperti pembelian mesin-mesin berat, pembangunan gedung, pabrik, perkebunan, kredit pembelian rumah (KPR) dan lain sebagainya.

  d. Sektor Ekonomi 1. Kredit sektor pertanian.

  Merupakan kredit yang diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian dengan tujuan produktif, baik berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. Yang termasuk dalam sektor pertanian adalah perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perburuan binatang dan sarana-sarananya.

  2. Kredit sektor pertambangan.

  Yaitu kredit untuk membiayai usaha-usaha penggalian dan pengumpulan bahan- bahan tambang dalam bentuk padat, cair dan gas yang meliputi minyak dan gas bumi, bijih logam, batu bara dan barang-barang tambang lainnya.

  3. Kredit sektor perindustrian/manufacturing.

  Merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai usaha-usaha atau kegiatan- kegiatan mengubah bentuk (transformasi) meningkatkan faedah dalam bentuk pengolahan-pengolahan baik secara mekanik maupun secara kimiawi dari satu bahan menjadi barang baru yang dikerjakan dengan mesin, tenaga manusia dan lain-lain.

  4. Kredit sektor listrik, gas dan air.

  Adalah kredit untuk pembiayaan usaha-usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas dan air, baik untuk rumah tangga, untuk industri maupun tujuan komersil.

  5. Kredit sektor konstruksi. Merupakan kredit yang diberikan kepada para kontraktor untuk keperluan pembangunan dan perbaikan gedung, rumah, pasar, jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan, lapangan udara, proyek irigasi, jembatan dan sebagainya.

  6. Kredit sektor perdagangan, restoran, dan hotel. yaitu kredit untuk membiayai usaha-usaha perdagangan, baik perdagangan eceran, tengkulak, distribusi, eksportir dan importer meliputi pula usaha rumah makan, penginapan dan hotel.

  7. Kredit sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi.

  Merupakan kredit baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja untuk tujuan pengangkutan umum, baik angkutan darat, sungai, laut dan udara, termasuk pula biro-biro perjalanan, pariwisata, pergudangan dan komunikasi yang meliputi pos, telepon, internet dan satelit.

  8. Kredit sektor jasa-jasa dunia usaha Yaitu kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor-sektor real estate, profesi/advokat/pengacara, notaris, akuntan, insinyur, leasing company, lembaga keuangan bukan bank, asuransi dan sebagainya.

  9. Kredit sektor jasa-jasa sosial masyarakat.

  Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan-kegiatan di bidang kesenian dan kebudayaan (film, distribusi film, gedung-gedung pertunjukan dan sebagainya) serta jasa-jasa pengarang, pelukis,musikus, dan sebagainya. Termasuk kedalam sektor ini seperti jasa-jasa dokter, rumah sakit, poliklinik, pendidikan, dan juga bengkel serta reparasi.

  10. Kredit sektor lain-lain.

  Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai sektor-sektor yang tidak temasuk diatas misalnya kredit untuk tujuan-tujuan konsumtif.

  e. Kredit menurut kualitas atau kolektibilitasnya

  Menurut kualitas atau kolektibilitasnya, kredit dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Kredit lancar (L)

  2. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK)

  3. Kredit Kurang Lancar (KL)

  4. Kredit Diragukan (D)

  5. Kredit Macet (M)

  f. Kredit menurut ukuran besar kecilnya debitur

  Jenis kredit ini terdiri dari:

  1. Kredit usaha kecil dan menengah (UKM), termasuk juga kredit untuk koperasi sehingga sering disebut juga kredit usaha kecil, koperasi dan menengah (UKKM).

  2. Kredit korporasi yaitu kredit dengan jumlah besar dan diperuntukkan bagi debitur korporasi (perusahaan besar).

2.1.3 Fungsi kredit

  Fungsi kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2007:100). Fungsi kredit menurut Kasmir (2007:100) yaitu : a. Meningkatkan daya guna barang.

  Pemberian kredit dapat digunakan untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi lebih berguna.

  b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

  Uang yang diberikan dan disalurkan lewat kredit akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lain sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit dapat meningkatkan jumlah uang.

  c. Meningkatkan peredaran barang.

  Menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar akan semakin banyak.

  d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

  Kredit dapat menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat dan juga menambah jumlah ekspor sehingga dapat meningkatkan jumlah devisa negara.

  e. Meningkatkan kegairahan berusaha.

  Kredit dapat meningkatkan gairah bagi pengusaha yang kekurangan dana.

  f. Pemerataan pendapatan.

  Kredit dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga jumlah pengangguran akan semakin berkurang.

2.1.4 Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES)

  KUPEDES adalah suatu fasilitas kredit yang disediakan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit, bukan oleh Kantor Cabang BRI atau Bank lain untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak. Sasaran KUPEDES ini adalah Perorangan atau Perusahaan usahanya dinilai layak (eligible) dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap misalkan Pegawai Negeri Sipil dengan pangkat lid kebawah dan bukat pejabat, Anggota ABRI pangkat pembantu letnan I kebawah dan bukan pejabat, pegawai perusahaan daerah, pensiunan dari pegawai berpenghasilan tetap, dll. Kupedes ini terdiri dari kupedes investasi dan kupedes modal kerja dimana sektor yang dibiayai oleh kupedes adalah sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, dan golongan berpenghasilan tetap.

  Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) adalah kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak (eligible). Kupedes merupakan kredit yang dilayani di BRI Unit diberikan dalam mata uang rupiah (Anonymous, 2003).

  Kupedes dapat diberikan untuk semua kebutuhan pembiayaan usaha mikro (microfinancing) di masayarakat dengan prosedur yang relatif mudah dan sederhana, baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif.

  1. Plafond Besarnya plafond kupedes adalah sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari cash flow usaha dan atau dari pendapatan tetap peminjam. Khusus untuk kupedes dengan jaminan

  

fully cash collateral besarnya plafond yang dapat diberikan, diatur dalam

ketentuan tersendiri.

  2. Jenis Kupedes Kupedes dapat digunakan untuk pembiayaan :

  a. Modal kerja

  b. Investasi

  c. Golongan Berpenghasilan Tetap (Golbertap), yang dapat digunakan untuk pembiayaan usaha produktif dan konsumtif.

  3. Suku Bunga Kupedes Perhitungan suku bunga kupedes saat ini ditetapkan dengan perhitungan flat rate sistem yaitu bahwa bunga kupedes dihitung dari besarnya maksimum kredit mulamula dan dibebankan sepanjang waktu kredit. Dasar pertimbangan ditetapkannya flat rate sistem dalam perhitungan bunga kupedes antara lain : a. Memberikan keuntungan

  Ketentuan suku bunga kupedes ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutup seluruh pembiayaan termasuk biaya dana yang tidak disubsidi, biaya operasional dan biaya resiko kredit, serta menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan kegiatan BRI unit.

  b. Sesuai kondisi pasar

  Bank maupun lembaga keuangan formal dan non formal yang memberikan kredit dengan pasar sasaran yang relatif sama dengan kupedes dan merupakan pesaing BRI unit, juga menerapkan bunga kredit dengan sistem perhitungan flat. Dengan demikian, penetapan bunga kupedes dengan perhitungan flat merupakan sistem yang saat ini dianggap sesuai dengan kondisi pasar untuk kredit dengan skala usaha mikro.

  c. Usaha mikro memiliki margin tinggi dan turn over yang cepat Jenis-jenis usaha mikro yang dibiayai oleh kupedes relatif mempunyai margin yang tinggi dan turn over yang cepat dibandingkan dengan usaha-usaha dalam skala besar, sehingga perhitungan bunga dengan sistem flat dapat diterima oleh pengusaha mikro yang dibiayai oleh kupedes, sepanjang kemudahan, kesederhanaan dan kepastian untuk dapat memperoleh kembali layanan kupedes (jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan) dapat diberikan oleh BRI unit.

  d. Memudahkan perhitungan Perhitungan dengan flat rate sistem akan memudahkan perhitungan bunga dengan sistem lainnya. Disamping itu tersedianya total angsuran di setiap BRI unit juga sangat membantu debitur untuk mengetahui kewajiban yang harus dibayar setiap bulannya.

2.1.5 Jenis- Jenis Kupedes

  Berdasarkan sumber pembayaran kredit dan tujuan penggunaan kreditnya, kupedes dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu : a. Kupedes Modal Kerja

  Kupedes Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan kepada debitur/calon debitur untuk membiayai modal kerja yang bersangkutan.

  b. Kupedes Investasi Kupedes Investasi merupakan kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau pendirian usaha baru.

  c. Kupedes Golongan Berpenghasilan Tetap (Golbertap) Kupedes Golongan Berpenghasilan Tetap (Golbertap) merupakan kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur golongan berpenghasilan tetap, baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif.

  Tujuan penggunaan produktif adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif dari debitur yang bersangkutan, baik dalam bentuk modal kerja maupun investasi.

  Tujuan penggunaan konsumtif adalah pemberian kredit untuk keperluan konsumtif dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain (yang tidak untuk keperluan modal kerja atau investasi).

2.2 Perilaku Konsumen

  Semakin maju sistem perekonomian dan teknologi dalam suatu negara, maka strategi yang dijalankan perusahaan harus berkembang juga, khususnya dibidang pemasaran. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memahami perilaku konsumen dan kaitannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.

  Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka (Peter, 2000:6). Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barang barang dan jasa-jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran didukung dengan pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena dengan memahami perilaku konsumen tersebut perusahaan dapat memikirkan apa saja yang diinginkan konsumen.

2.2.1 Model Perilaku Konsumen

  Keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian (Kotler, 2008:223).

  Rangsangan Pemasaran Rangsangan Lain Karakteristik Pembeli Proses Keputusan Membeli Keputusan Pembeli

  Produk Harga Tempat Promosi

  Ekonomi Teknologi Politik Budaya

  Budaya Sosial Pribadi Psikologis

  Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi Keputusan Perilaku pasca pembelian

  Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Waktu pembelian Jumlah

Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Sumber: (Kotler, 2008:223)

  Pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa rangsangan pemasaran dan lingkungan merupakan rangsangan yang mempengaruhi konsumen yang pada akhirnya menghasilkan jawaban tertentu. Rangsangan penjualan atau dapat disebut sebagai bauran pemasaran terdiri dari empat unsur yaitu produksi, harga, promosi.

  Perangsang lainnya terdiri dari kekuatan utama dan kejadian-kejadian dalam lingkungan pembeli yaitu: perekonomian, teknologi, politik, dan budaya. Semua rangsangan tersebut melewati karakter pembeli (budaya, sosial, perorangan, kejiawaan) serta proses keputusan pembeli yang nantinya menghasilkan keputusan pembeli berupa memilih produksi, memilih jenis, memilih pemasok, penentuan saat pembelian dan jumlah pembelanjaan. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi di antara rangsangan dan jawaban. Karakter pembeli memiliki pengaruh utama mengenai bagaimana seorang pembeli bereaksi terhadap rangsangan itu dan proses keputusan pembelian yang mempengaruhi hasil keputusan. Stimuli pemasaran seperti dalam model perilaku pembelian yang lebih dikenal dengan istilah bauran pemasaran/marketing mix terdiri dari seperangkat alat pemasaran yang dapat dikendalikan dan digunakan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler, 2009). Bagi perusahaan atau organisasi penyedia jasa, elemen-elemen bauran pemasaran ini dikembangkan lagi menjadi tujuh alat yang terdiri dari Product,Price, place, Promotion, People, Physical

  

Evidence, Process. Selain stimuli pemasaran dan lingkungan terdapat beberapa faktor

  yang mempengaruhi perilaku konsumen dan dapat menimbulkan minat atau keputusan pembelian.

  Menurut Kotler (2008), faktor-faktor tersebut adalah:

  1. Faktor Budaya

  2. Faktor Sosial

  3. Faktor Pribadi

  4. Faktor Psikologis

2.3 Minat Beli (Minat Terhadap produk Kupedes)

  Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Minat digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut (Durianto, 2003:109).

  Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah kecendrungan pembelian untuk melakukan pembelian di masa yang akan datang. Minat beli pelanggan dapat dilihat dari hasil (Outcome) yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan.

  Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat terhadap produk KUPEDES BRI menunjukan bahwa terdapat beberapa factor yang berpengaruh terhadap minat nasabah untuk memilih produk Kupedes dari BRI sebagai media untuk mendapatkan tambahan dana.

  Dimensi yang digunakan untuk menilai minat nasabah dalam menggunakan produk Kupedes BRI (Gusmao, 2011) yaitu:

  1. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat

  2. Tinggi rendahnya suku bunga bank

  3. Adanya tingkat kepercayaan terhadap bank

  

2.4 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Produk

KUPEDES

2.4.1 Produk

  Prduk adalah keseluruuhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dala prduk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi memberi benefit dan value dari produk tersebut yang disebut “the offer”. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen (Lupiyoadi, 200:58). Produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Strategi produk yang dilakukan perbankan yaitu:

  1. Penentuan logo dan motto. Logo merupakan ciri khas untuk bank, sedangkan motto merupakan kata-kata berisikan visi dan misi perbankan.

  2. Menciptakan merek. Merek merupakan sesuatu untuk mengenal barang atau jasa yang ditawarkan.

  3. Menciptakan kemasan. Dalam dunia perbankan kemasan lebih diartikan kepada pemberian pelayanan atau jasa kepada nasabah.

  4. Keputusan Label. Label merupakan sesuatu yang ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan.

  Produk yang terbaik tidak selalu dapat memenangkan pasar. Kadang-kadang, produk yang dipasarkan dengan lebih baiklah yang menang, bukan produk yang lebih baik (Kotler, 2003:159).

  Produk dapat dikembangkan dalam delapan indikator penelitian, yaitu kesan lebih baik dari produk lain, produk yang memenuhi keinginan, produk yang lebih memuaskan, produk yang aman, kualitas keseluruhan produk yang lebih baik, produk yang paling sesuai dengan kebutuhan nasabah, produk paling dikenal masyarakat dan produk yang mudah diingat nasabah. Pengembangan Variabel produk terdiri dari 8 indikator penelitian (Trisnadi, 2013).

  1. Kesan lebih baik dari produk pinjaman bank lain

  2. Produk yang memenuhi keinginan nasabah

  3. Produk yang lebih memuaskan nasabah

  4. Produk yang aman

  5. Kualitas keseluruhan produk yang lebih baik

  6. Produk yang paling sesuai dengan kebutuhan nasabah

  7. Produk paling dikenal masyarakat

  8. Produk mudah diingat nasabah

2.4.2 Tingkat Suku Bunga

  Bagi perbankan terutama bank yang berlandaskan prinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, iuran, provisi dan lainnya.

  Tingkat bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Tingkat bunga ini dapat mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Tingkat bunga mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam hal mengkomsumsi, membeli obligasi atau menaruhnya dalam rekening tabugan.

  Tingkat bunga adalah harga yang dibayar untuk penggunaan uang dalam jangka waktu tertetu, karena uang tersebut sering ditanamkan dalam barang modal, tingkat bunga dapat dianggap sebagai pembayaran atas penggunaan modal atau dengankata lain bunga merupakan bagian pendapatan orang yang memiliki modal atau dengan kata lain bunga merupakan bagian pendapatan orang yang memiliki modal.

  Bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvesional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya atau biasa diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada (Kasmir, 2007:131).

  Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:

  1. Bunga simpanan bunga simpanan adalah bunga yang diberikan senagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

  2. Bunga pinjaman Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit (Kasmir,

  2007:132). Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah.

  Tingkat suku bunga yang tinggi akan mendrong nasabah untuk menyimpan dananya di bank. Namun dari sisi pemerintah dan kestabilan perekonomian kenaikan suku bunga akan berdampak buruk dan penurunan suku bunga akan menjadi langkah awal yang baik (Andriyani, 2012)

  Dimensi yang digunakan untuk menilai tingkat suku bunga adalah sebagai berikut (Kasmir, 2007:133):

  1. Tinggi rendahnya suku bunga pinjaman.

  Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman, masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian sebaliknya.

  2. Suku bunga pesaing Dalam memperebutkan dana simpanan, pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Jika hendak membutuhkan ana cepat, sebaiknya bank menaikkan bunga simpanan di atas pesaing, namun untuk bunga pinjaman harus berada di bawah bunga pesaing.

  3. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya.

2.4.3 Kuaitas Pelayanan

  Kualitas Layanan merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan (Purnama, 2006:19). Kualitas pelayanan jasa memiliki 5 (lima) dimensi pengukuran (Lupiyoadi, 2001:148), yaitu:

  1. Bukti Fisik (Tangibles) Yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan, kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan lingkungan sekitar adalah bukti fasilitas fisik/gedung, gudang, penampilan karyawan, dan lain senagainya.

  2. Keandalan (Reliability) Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan cepat, tepat, akurat, dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepapatn waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

  3. Daya Tanggap (Responsiveness) Yaitu kemauan pegawai untuk tanggap membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dengan disertai penyampaian jasa yang jelas. Dalam hal ini perusahaan tidak hanya selalu cepat tanggap pada keluhan konsumen yang timbul karena janji tidak terpenuhi, namun juga cepat tanggap menangkap perubahan yang terjadi dalam pasar, teknologi, peralatan dan perilaku konsumen.

  4. Jaminan (Assurance) Yaitu pengetahuan, kesopansatunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan. Variabel ini terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan, kompetensi (competence), dan sopan santun (cortecy).

  Faktor penentu tingkat kualitas pelayanan adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan tidak terpenuhinya harapan kualitas pelayanan dari sisi pelanggan, yang sering dinyatakan sebagai model kualitas pelayanan. Terjadinya kesenjangan ini disebabkan oleh kegagalan pihak penyedia jasa dalam penyampaian pelayanan atau jasa secara menyeluruh sesuai dengan dimensi kualitas pelayanan. Lima kesenjangan tersebut (Kotler, 2003 : 498) adalah:

  1. Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa didesain dan jasa pendukung apa saja yang digunakan pelanggan.

  2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa

  Manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak menetapkan suatu set standar kinerja spesifik. Hal ini disebabkan karena tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa.

  3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Para petugas mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau memenuhi standar atau mereka dihadapkan pada standar yang berlawanan seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka dengan cepat.

  4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

  Harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan para petugas perusahaan dan iklan perusahaan. Terjadinya ketidakpuasan antara janji yang ditawarkan penyedia jasa yang telah dikomunikasikan pada konsumen sehingga terjadi perspektif negatif terhadap kualitas jasa yang dipersepsikan.

  5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan Kesenjangan ini terjadi apabila terdapat perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh pelanggan. Jika keduanya terbukti sama maka perusahaan akan memperoleh dampak positif. Namun, bila yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kesenjangan ini akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan.

  2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Teknik Hasil Penelitian /Tahun Penelitian Analisis

  Marantika Analisis Regresi Variabel jumlah tanggungan (2013) faktor-faktor Logistik keluarga an omzet usaha yang yang berpengaruh terhadap kelancaran mempengaruh pengembalian kredit usaha rakyat i kelancaran mikro. pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro

  Peneliti/Tah Judul Teknik Hasil Penelitian un Penelitian Analisis

  Windhy Analisis Sikap Analisis

  1. Karakteristik petani nasabah (2007) Petani deskriptif, bahwa mayoritas petani nasabah

  Nasabah analisis berjenis Kredit Umum asosiasi kelamin laki-laki dan sudah Pedesaan Cochran menikah, usia berkisar antara 41- (KUPEDES) Q Test 60 tahun dengan tingkat di Bank dan pendidikan yang rendah, dan luas Rakyat Analisis lahan yang sempit. Indonesia Multiatrib 2. kondisi dan pandangan petani (Studi Kasus ut Sikap mengenai kupedes adalah petani di BRI Unit Fishbein mayoritas memiliki insiatif Batu II) sendiri dalam mengambil kupedes dan tidak ada yang mempengaruhi dalam pengambilan kupedes. Barang- barang yang dijaminkan oleh petani mayoritas menjaminkan sertifikat tanah dan pendapat petani tentang jaminan yang ditetapkan adalah tidak memberatkan.

  3. Berdasarkan analisis sikap yang dilakukan didapatkan hasil bahwa petani responden memiliki sikap yang menunjukkan peluang yang bagus untuk mengambil kupedes. Selain itu juga petani nasabah kupedes memiliki sikap yang baik terhadap 8 atribut terhadap kupedes yaitu jangka waktu pengembalian, tingkat suku bunga, jenis kupedes, pelayanan, birokrasi, kepercayaan masyarakat, lokasi bank, jaminan.

  Manurung (2007)

  Pengaruh Kinerja Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah pada PT Bank Jatim Cabang Malang

  Analisis Regresi Linier Berganda

  Variabel kinerja pelayanan yaitu bukti fisik, keanalan, daya tanggap, jaminan, dan perhatian mempunyai pengaruh terhadap kepuasan nasabah baik secara partial maupun parsial

  Puji, Tri (2011)

  Faktor-faktor yang dipertimbang- kan nasabah dalam pengambilan KUPEDES di Bank Rakyat Indonesia Unit Kersana, Brebes

  Analisis Faktor

  Terdapat 8 faktor yang dipertimbangkan nasabah dalam pengambilan KUPEDES di BRI Brebes, yaitu faktor budaya, strategi perusahaan, status ekonomi, pelayanan, psikologi, lokasi, status sosial, dan pribadi.

  Eka (2008) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempe- ngaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Oleh UMKM

  Regresi logistik Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata dan memiliki keterkaitan secara nyata terhadap tingkat

  (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. BRI, Tbk (Persero) Unit Cigudeg Cabang Bogor). pengembalian Kupedes (lancar atau menunggak) adalah omzet usaha dan frekuensi peminjaman kredit. Efraim (2013)

  Motivasi, Keyakinan, dan Sikap Nasabah Terhadap Keputusan Menggunakan KUPEDES di BRI Unit Girian

  Analisis Regresi Linier Berganda

  Secara simultan, motivasi, sikap, dan keyakinan nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan menggunakan Kupedes. Secara parsial, motivasi, sikap, dan keyakinan nasabah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap keputusan menggunakan Kupedes

2.6 Kerangka Konseptual

  Sama halnya seperti perusahaan yang harus bersaing dalam setiap lini, baik dalam perluasan lini produk maupun iklan, maka bank-bank yang ada juga harus bersaing dalam setiap lini termasuk dalam mencari nasabah sebanyak-banyaknya serta memasarkan produk-produk perbankan yang dimiliki oleh masing-masing bank termasuk BRI. Untuk itu, perusahaan harus mampu menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. Kinerja produk disini bukanlah produk yang dihasilkan sudah memenuhi standar produk dari perbankan melainkan kinerja produk dalam persepsi nasabah kupedes dan kinerja produk tersebut hanya dapat diukur melalui pengetahuan akan sikap dan kepercayaan nasabah serta keinginan nasabah. Hal tersebut hanya mampu diketahui dengan riset perilaku konsumen yang baik.

  Tingkat suku bunga kredit dapat menjadi pengukuran akan sikap karena dalam tingkat suku bunga, nasabah akan menyatakan ekspektasinya. Tingkat suku bunga kredit yang rendah akan menimbulkan sikap yang positif jika dibandingakan dengan tingkat suku bunga kredit yang tinggi.

  Kualitas pelayanan yang baik dapat mendorong pelanggan untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan perusahaan. Pelayanan perusahaan yang ditujukan kepada pelanggan merupakan elemen yang sangat penting agar dapat menjamin kelangsungan hidup atau menjaga kestabilan usaha perusahaan. Hal in disebabkan karena perusahaan sangat mengharapkan loyalitas dari nasabah. Nasabah akan loyal kepada perusahaan apabila nasabah mendapatkan kepuasan. Kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang erat kepada nasabah (Tjiptono, 2000:54).

  Berdasarkan pada rumusan masalah dan latar belakang yang dkemukakan sebelumnya, kerangka konseptual yang dapat menegaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap produk KUEDES pada PT BRI Unit Simalingkar Medan ditunjukkan pada Gambar 2.2.

  Produk Minat terhadap Harga produk Kupedes BRI

  (Tingkat suku bunga) Kualitas Pelayanan

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

  Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: Tingkat Suku Bunga), Produk, dan Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap minat masyarakat pada produk KUPEDES PT BRI Unit Simalingkar, Medan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kualitas Pelayanan, Dan Produk Terhadap Minat Masyarakat Pada Produk Kupedes PT BRI Unit Simalingkar

7 89 125

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Promosi, Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Kasimura Supermart Di Medan

3 117 136

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Diferensiasi - Pengaruh Diferensiasi Produk Dan Kepercayaan Merekterhadap Keputusan Pembelian Mobil Avanza Di Pt.Astrainternasionaltbk-Toyota Auto 2000 Medan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Nasabah 2.1.1.1. Pengertian Kepuasan Nasabah - Pengaruh Nilai Nasabah, Kualitas Pelayanan, Deposito Mudharabah dan Atribut Produk Syariah Terhadap Kepuasan Nasabah ( Studi Kasus Pada Bank Syariah

0 0 16

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Produk 2.1.1 Defenisi Produk - Analisis Pengaruh Display Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Swalayan Willow Mart Binjai

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep dan Pengertian Pemasaran - Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Hubungan Emosional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Pematang Siantar

0 0 30

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kualitas Produk 2.1.1 Definisi Kualitas - Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Di Medan

0 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 .1 Teori Tentang Merek 2.1.1 Pengertian Merek - Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Konsumen Melakukan Pembelian Produk Levi’s Pada Pengunjung Plaza Medan Fair

0 4 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah di Kota Medan (Studi Kasus PT. BRI Medan)

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga - Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat di Kota Medan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Petisah)

1 1 20