BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah di Kota Medan (Studi Kasus PT. BRI Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

  2.1.1 Pengertian Bank

  Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Definisi ini menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang disalurkan kepada masyarakat juga individu, sedangkan menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2002: 68), definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

  2.1.2. Jenis Bank

  Bank memiliki beragam jenis atau bentuk tergantung pada cara penggolongannya. Menurut Kasmir (2008 : 20) dewasa ini perbankan dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain:

  Dilihat dari segi fungsinya, bank dapat digolongkan menjadi:

  1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dilihat dari segi kepemilikannya, bank dapat dibedakan menjadi:

  1. Bank milik pemerintah, yaitu bank yang baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya dimiliki oleh pemerintah.

  2. Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta.

  3. Bank milik asing, merupakan cabang bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.

  4. Bank milik campuran, merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimilki pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Dilihat dari segi status, jenis bank terdiri dari:

  1. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

  2. Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanaka transaksi seperti halnya bank devisa. Dilihat dari segi menentukan harga, bank dapat dibedakan menjadi:

  1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional yaitu bank yang dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya didasarkan pada dua metode, yaitu spread based dan fee based.

  2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah merupakan banky yang menetapkan aturan perjanjian berdasarkan hokum islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal menyimpan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.1.3. Fungsi Bank

  Keberadaan bank sangat diperlukan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2002 : 68) menyimpulkan bahwa terdapat tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu:

  1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.

  2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit.

  3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

2.2. Pengertian Kredit

  Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beragam, dimulai dari arti kredit yang berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti kepercayaandan kebenaran. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.

  Kredit menurut Anwar (2002 : 14) dalam bukunya yang berjudul praktek perbankan, kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada jangka waktu tertentupada masa yang akan datang yang disertai dengan kontraprestasi (balas jasa) yang berupa uang.

  Kredit menurut Hasibuan (2001 : 87) dalam bukunya yang berjudul dasar- dasar perbankan, kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

  Menurut Undang-Undang no. 7 tahun 1992 dalam bab 1, pasal 1 ayat 12 tentang perbankan, bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pijam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Berdasakan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan kedua belah pihak, dimana pihak kreditur percaya bahwa debiturnya akan segera melunasi utangnya, dan pihak debitur percaya bahwa pihak kreditur akan menagih piutangnya pada saat jatuh tempo.

  2.2.1. Unsur- Unsur Kredit

  Berdasarkan pengertian dari kredit, kredit diberikan oleh suatu lembaga keuangan (kreditur) dengan dasar kepercayaan begitu juga dengan pihak peminjam (debitur) melakukan peminjaman kredit atas dasar kepercayaan.

  Menurut Simorangkir (1991 : 101), kredit memiliki empat unsur:

  1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari kreditur bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

  2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antarapemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

  3. Degree of risk , yaitu suatu tingkat resiko yang di hadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari.

  4. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan pemberian dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun dengan kehidupan ekonomi yang semakin modern transaksi kredit sering kali hanya berupa uang.

  2.2.2. Prinsip-Prinsip Kredit

  Prinsip perkreditan disebut juga pertimbangan kredit, merupakan tindakan analisi dan evaluasi dalam kegiatan perkreditan. Prinsip tersebut untuk menilai dan menganalisis pemohon kredit. Bank melakukan pencarian informasi selengkap- lengkapnya mengenai pemohon yang akan dipergunakan dalam analisi dan evaluasi.

  Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:250) analisis dan evaluasi tersebut sering disebut dengan prinsip “5-C”, yaitu meliputi :

  1. Character (analisis watak) Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama permohonan kredit.

  2. Capacity (analisi kemampuan) Bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan pengembalian kredit dari usaha yang dibiayai (the first way out), mencakup aspek manajemen (kemampuan mengelola perusahaan), aspek produksi (kemampuan mengelola produksi secara berkesimbangungan), aspek pemasaran (kemampuan memasarkan hasil produksi), aspek personalia ( kemampuan tenaga kerja dalam mendukung aktifitas perusahaan), aspek financial (kemampuan menghasilkan laba).

  3. Capital (analisis modal) Bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam menyediakan modal sendiri (own share), yang meliputi: besar dan komposisi modal, perkembangan laba usaha selama tiga periode sebelumnya, angka rasio perbandingan antara hutang dan modal sendiri (Debt Equity Ratio).

  4. Condition (analisi kondisi/prospek usaha) Dengan tujuan untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai, yang meliputi siklus bisnis mulai dari bahan baku (pemasok), pengelolaan dan pemasaran (pembeli).

  5. Collateral (analisis agunan atau jaminan) Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat digunakan sebagai alat pengaman lapis kedua (the second way out) bagi bank dalam setiap pemberian kredit.

  Selain prinsip 5C, menurut Manurung dan Prathama (2004:194), konsep 7P juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. Konsep 7P tersebut, yaitu:

  1. Personality (kepribadian) Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi dan tindakan dalam menghadapi masalah.

  2. Purpose (tujuan) Menilai tyujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kecil yang diajukan.

  3. Prospect (prospek) Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

  4. Payment (pembayaran) Menilai bagaimana calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya.

  5. Profitability (tingkat keuntungan) Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakanakan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.

  6. Protection (perlindungan) Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.

  7. Party (tingkatan) Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Klasifikasi ini berguna untuk penentuan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

  Penilaian atau analisis calon debitur selain dengan menggunakan konsep- konsep di atas, juga dapat dilakukan dengan konsep 3R, menurut Manurung dan Parathama (2004:195), yaitu:

  1. Return (tingkat pengembalian usaha) Penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit.

  2. Repayment (kemampuan membayar kembali) memperhitungkan kemampuan jadwal dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur.

  3. Risk Bearing Ability (kemampuan menanggung resiko) Memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan caln debitur untuk menghadapi resiko, perusahaan calon debitur memiliki resiko yang besar atau kecil.

2.2.3. Tujuan Dan Fungsi Kredit

  Kredit yang diberikan kepada masyarkat tidak semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, melainkan disesuaikan dengan tujuan Negara yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

  Menurut Khasmir (2002:105) ada beberapa tujuan umum pemberian suatu kredit antara lain :

  1. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

  2. Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

  3. Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor.

  Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan kredit adalah :

  1. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

  2. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

  3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.

  4. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada akan dapat menghemat devisa negara. Menurut Khasmir (2002:106) selain memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suat fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain :

  1. Untuk meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

  2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalulintas uang, dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh tambahan uang dari lainnya.

  3. Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

  4. Meningkatkan peredaran uang. Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lain, sehingga barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah yang beredar.

  5. Sebagai alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

  6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi basi si nasabah yang modalnya pas-pasan.

  7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, dalam hal meningkatkan pendapatan.

  8. Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antar si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberi kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.

2.3. Kredit Pemilikan Rumah

  Selama ini dikenal berbagai macam kredit, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi penelitian hanya menganalisis kredit perumahan maka terlebih dahulu ditinjau beberapa pustaka yang terkait dengan kredit perumahan. Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian sebagai pembinaan keluarga, adapun perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang didefinisikan sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

  KPR (Kredit Pemilikan Rumah) adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah atau kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan/agunan berupa rumah.

  Walaupun penggunaannya mirip, KPR berbeda dengan kredit konstruktif dan renovasi.

  Agunan yang diperlukan untuk KPR adalah rumah yang akan dibeli itu sendiri untuk KPR pembelian. Sedangkan untuk KPR multiguna atau KPR Refinancing yang menjadi agunan adalah rumah yang sudah dimliki. Karena masuk dalam kategori kredit konsumtif maka peruntukan KPR haruslah untuk kegiatan yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah, furniture,kendaraan bermotor dan tidak boleh untuk kegiatan yang bersifat produktif seperti pembelian stok barang dagangan, modal kerja dan lain sebagainya.

  Di Indonesia sendiri, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR :

  1. KPR Subsidi, yaitu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa : subsidi meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan pemerintah dalam memberikan subsidi ini adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.

  2. KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.

2.4. Teori Permintaan

  Menurut Sukirno (2005) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu selama periode tertentu. Fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang dapat dirumuskan sebagai berikut: Dx = f(Y, Py, T, u) Dimana : Dx = jumlah barang yang diminta Y = pendapatan konsumen Py = harga barang lain yang dapat mensubsitusi T = selera U = faktor-faktor lainnya

  Persamaan tersebut berarti jumlah barang X yang diminta dipengaruhi oleh harga barang X, pendapatan konsumen, harga barang lain, selera dan faktor-faktor lainnya. Dimana DX adalah jumlah barang yang diminta konsumen, Y adalah pendapatan konsumen dan U adalah faktor-faktor lainnya. Dalam kenyataannya permintaan menggantikan barang yang mengalami kenaikan harga. Dalam jangka waktu yang lebih lama konsumen akan mencari barang alternatif untuk akan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri namun juga oleh faktor- faktor lain.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa, jumlah property itu sendiri dipengaruhi oleh harga, pendapatan konsumen dan harga subtitusinya. Dan dari sinilah property dapat menjadi suatu investasi yang menarik karena permintaan akan rumah sebagai sarana tempat tinggal jarang mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan penduduk.

2.4.1. Permintaan Pasar

  Permintaan pasar sering diartikan sebagai suatu keinginan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang ekspresikan melalui pembelian barang dan jasa. Bagi produsen, permintaan adalah sesuatu yang harus dipenuhi melalui penciptaan produk atau jasa sesuai dengan yang diinginkan, karena dengan memenuhi permintaan akan diperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan yang menjadi tujuan utamanya. Pengukuran permintaan pasar memperlihatkan pemahan yang jelas akan pasar yan tercakup. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan pasar dapat diartikan sebagi jumlah barang atau jasa yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa manusia memiliki kebutuhan dan atas dasar kebutuhan inilah individu mempunyai permintaan akan barang dan jasa.

  Menurut Rina (2008 : 325) permintaan pasar untuk suatu produk adalah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu dalam wilayah geografis tertentu dan dalam lingkungan pemasaran tertentu di bawah program pemasaran tertentu. Fungsi-fungsi permintaan pasar yaitu :

  1. Permintaan pemasaran sebagai fungsi dari pengeluaran pemasaran industry (diasumsikan lingkungan pemasaran tertentu).

  2. Permintaan pemasaran sebagai fungsi dari pengeluaran pemasaran industri (diasumsikan dua lingkungan yang berbeda).

  Permintaan pasar = f (Px,Ii) = f (Px, Ia)+Fb (Px, Ib) = afi (Px,Ii)

  Dimana Px adalah harga barang x, Ia adalah pendapatan konsumen A, Ib adalah pendapatan konsumen B.

  Dengan adanya persamaan di atas, maka kita dapat melihat bahwa harga

  

property akan cenderung mengalami kenaikan dikarenakan pendapatan masyarakat

semakin berkembang dan juga kebutuhan akan tempat tinggal juga akan bertambah.

  Hal inilah yang kemudian dapat membentuk harga suatu property dikarenakan semakin banyak permintaan pasar, maka permintaan-permintaan ini akan membentuk suatu tingkat harga tertentu sesuai dengan permintaan pasarnya.

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

  Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting yaitu: 1. Harga barang itu sendiri.

  2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

  3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

  4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.

  5. Cita rasa masyarakat.

  6. Jumlah penduduk.

  7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

  Besar kecilnya permintaan ditentukan oleh tinggi rendahnya harga. Tentu saja hal ini akan berlaku bila faktor-faktor yang mempegaruhi permintaan tidak ada perubahan (tetap) atau disebut ada dalam keadaan ceteris paribus. Dalam keadaan seperti itu berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan perbandingan lurus antara harga dan penawaran seperti apa yang dikatakan Alfred Marshall, yang menyebutkan bahwa perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan disebut sebagai hukum permintaan.

2.4.3. Elastis Permintaan.

  Elastis merupakan suatu hubungan kuantitatif antara variabel-variabel, misal antara jumlah yang diminta dengan jumlah barang tersebut. Sesuai dengan hukum permintaan komoditi tersebut. Besar perubahan permintaan akibat perubahan harga tersebut akan berbeda dari suatu keadaan ke keadaan lain. Secara teori ekonomi dikenal elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) sebagai suatu konsep yang menghubungkan perubahan kuantitas pembelian/ permintaan optimal atau suatu komoditi dengan perubahan harga relatifnya.

  Menurut Sukirno (2005:102) pengukuran elastisitas permintaan sangat bermanfaat bagi pihak swasta dan pemerintah. Bagi pihak swasta pengukuran elastisitas permintaan dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun kebijakan perekonomian yang akan dilaksanakan seperti misalnya kebijakan impor komoditi yang akan mempengaruhu harga yang akan ditanggung rakyatnya. Pengukuran elastisitas permintaan kerap dinyatakan dalam ukuran koefisien elastisitas permintaan. Koefisien permintaan merupakan ukuran perbandingan persentase perubahan harga atas barang tersebut. Koefisien elastisitas permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Elastis Barang dikatan elastis sempurna bila kurva permintaan mempunyai koefisien elastis lebih besar dari pada satu. Hal ini terjadi bila jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada persentase perubahan harga tersebut.

  2. Elastis Uniter Barang dikatakan elastis uniter bila kurva permintaan mempunyai koefisien elastis sebesar satu. Persentase perubahan harga direspon proporsional terhadap persentase jumlah barang yang diminta.

  3. Tidak Elastis Barang dikatakan tidak elastis bila persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil daripada persentase perubahan harga sehingga koefisien elastis permintaannya antara nol dan satu.

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan suatu barang menurut Sukirno (2003:111), yaitu :

  1. Tingkat kemampuan barang-barang lain untuk menggantikan barang yang bersangkutan. Apabila suatu barang mempunyai banyak barang pengganti

  (barang subsitusi), permintaan atas barang tersebut cenderung akan bersifat elastis. Perubahan harga yang yang kecil akan beralih kebarang lain sebagai penggantinya. Untuk barang yang tidak memilki barang pengganti, permintaan atas barang tersebut barang yang tidak memiliki barang pengganti, permintaan atas barang tesebut bersifat tidak elastis. Karena konsumen sukar memperoleh barang pengganti apabila harga barang tersebut naik permintaan tidak banyak berkurang.

  2. Persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.

  Besar bagian pendapatan yang digunakan untuk membeli suatu barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu barang, maka permintaan barang tersebut akan semakin elastis.

  3. Jangka waktu pengamatan atas permintaan, Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, permintaan atas barang tersebut semakin elastis. Jangka waktu yang singkat permintaan tidak bersifat elastis karena perubahan pasar tidak diketahui oleh konsumen.

2.5. Penelitian Terdahulu

  1. Arlina Nurbaity Lubis (2009) melakukan penelitian analisi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan permintaan kredit pada PT Bank Tabungan Negara menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga dan pelayanan secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan permintaan KPR pada Bank Tabungan Negara.

  2. Juwani Pratiwi Utami (2013) melakukan penelitian analisis faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pemilikan rumah pada bank umum di kota Makassar menyimpulkan bahwa variabel pendapatan, suku bunga dan uang muka berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan KPR. Variabel lokasi rumah berhubungan positif dan berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan KPR. Dalam penelitiannya faktor suku bunga kredit berpengaruh dominan terhadap permintaan KPR.

  3. Vicky kustrihariyanto (2009) dalam penelitiannya Pemanfaatan kredit pemilikan rumah di bank BTN Surakarta menyimpulkan bahwa tujuan diberikannya layanan kredit kepemilikan rumah sudah jelas, artinya membantu para nasabah yang ingin memiliki rumah akan tetapi tidak mempunyai uang secara tunai dalam jumlah yang besar. Tujuan tersebut agar lebih ditekankan pada kebutuhan primer karena rumah merupakan tempat untuk tinggal dan untuk melakukan kegiatan lain. Masyarakat atau nasabah KPR yang mengambil KPR sebenarnya mengetahui tujuan diberikannya kredit pemilikan rumah tersebut. Pembayaran dan bunga kredit pemilikan rumah ini merupakan beberapa hal yang dirasakan oleh nasabah yang mengambil kredit tersebut. Hal ini dapat dirasakan oleh nasabah pribadi pada saat kredit pemilikan rumah setiap bulannya harus mengangsur.

  4. Tri Rahmad Habibi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah dalam Meminjam Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di Kota Malang menyatakan bahwa faktor yang meliputi tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi perumahan memiliki pengaruh terhadap pinjaman kredit KPR.

  5. Karsidi (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Dan Penawaran Rumah Sederhana di Kota Semarang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan rumah sederhana adalah harga, pendapatan, tingkat suku bunga KPR, harga sewa, dan lokasi perumahan. Sedangkan yang berpengaruh terhadap penawaran adalah fasilitas kredit KPR yang disalurkan ke pengembang, biaya unit produksi, serta pajak penjualan dan pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel independen yang digunakan hampir sama yaitu meliputi tingkat suku bunga, pendapatan dan uang muka, pelayanan secara serempak, usia, pendidikan, lokasi perumahan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada variabel yang digunakan hanya variabel tingkat suku bunga, tingkat pendapatan dan uang muka menjadi variabel independen dan KPR menjadi variabel dependen.

2.8. Kerangka Konseptual

  Pada penelitian ini, variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi pinjaman kredit KPR sebagai variabel terikat (dependent variable), tingkat bunga dan pendapatan merupakan variabel bebas (independent variable). Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Tingkat suku bunga

  (X1) Tingkat pendapatan KPR

  (X2) (Y) Tingkat harga

  (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

2.9. Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah serta teori-teori diatas, maka hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit KPR BRI.

  2. Tigkat pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit KPR BRI.

  3. Uang muka berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit KPR BRI.

  4. Tingkat suku bunga memiliki pengaruh paling dominan terhadap kredit KPR BRI.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah di Kota Medan (Studi Kasus PT. BRI Medan)

1 44 94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi - Analisis Investasi Ekonomi Sektor Unggulan Kota Medan

0 20 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Umum - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 41

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Fungsi Kredit - Analisis Fasilitas Kredit Perumahan Rakyat Terhadap Kepemilikan Rumah Pada Masyarakat Kota Medan Di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minat - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Asuransi Berbasis Syariah (Studi Kasus PT Asuransi Takaful Umum Cab.Medan)

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Sejarah Bank - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kartu E-Money Bank Mandiri Di Kota Medan

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank BUMN yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank - Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perbankan di Kota Medan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Konsep pajak - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kota Medan

0 0 18