Islam Sebagai Studi Doktrinal Sosial dan

TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR STUDI ISLAM
ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI
DOKTRINAL, SOSIAL, DAN BUDAYA
MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Suwattah Nuruddin

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

Abdul Kharis

(B72214014)

Zainul Maftuhin

(B72214034)

Anita Wahyu A.


(B72214023)

Thol’atuz Zahria (B92214057)

JURUSAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
KELAS: B1
FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapakan alhamdulillahirabbil ‘alamin, kami
menyampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya kepada umat manusia, dimana lantaran
rahmat-Nya pula kami dapat menyelesaikan makalah ini, meski dalam
penulisan makalah ini kami menemui banyak kesulitan namun dapat
teratasi dengan baik. Makalah yang akan kami paparkan adalah mengenai
“Islam Sebagai Sasaran Studi Doktrinal, Social, Dan Budaya”.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini,
khususnya kepada Drs. Suwattah Nuruddin, selaku dosen yang
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Semoga Allah
senantiasa mencatat semua amal ini sebagai ibadah. Amin
Akhir kata, kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun proses
penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya kami dengan rendah hati dan sangat terbuka
menerima masukan, saran dan usul yang bersifat membangun guna
penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, September
2014

Penulis

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.............................................................Latar Belakang Masalah
.................................................................................................4
1.2......................................................................Rumusan Masalah
.................................................................................................4
1.3..........................................................................Tujuan Masalah
.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................
2.1

Islam Sebagai Doktrin ….

………………………………………………………………….……5
2.2......................................Islam Sebagai Produk Imteraksi Sosial
.................................................................................................8
2.3....................................................Islam Sebagai Produk Budaya

.................................................................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi

Islam

adalah

system

fenomena

keagamaan


Islam.System

keagamaan artinya menkaji konsep-konsep keagamaan baik sebagai nilai
maupun doktrin agama Islam.Fenomena keagamaan itu sendiri adalah
perwujudan sikap dan perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai
dan doktrin tadi. Berarti studi Islam merupakan suatu usaha pengkajian
terhadap aspek-aspek keagamaan Islam maupun aspek sosiologis yang
menyangkut fakta-fakta empiris dalam kehidupan manusia yang timbul
akibat dialog antara nilai agama keagamaan dengan realitas kehidupan
manusia.
Islam dapat dikaji, dimana Islam merupakan sebuah doktrin, Islam sebagai
produk budaya dan bahakan Islam juga merupakan produk interaksi
social.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam sebagai doktrin?
2. Bagaimana Islam sebagai produk budaya?
3. Bagaimana Islam sebagai produk interaksi social?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui islam sebagai doktrin

2. Untuk mengetahui islam sebagai produk budaya
3. Untuk mengetahui islam sebagai produk interaksi social

BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Sebagai Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti
ajaran.[1] Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina;, yang
berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran.
Selain kata doctrine sebgaimana disebut diatas, terdapat kata
doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak praktis.Contoh
dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini berrati gagasan yang tidak
praktis.[2]
Studi doktinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau
studi

tentang

sesuatu


yang

bersifat

teoritis

dalam

arti

tidak

praktis.Mengapa tidak praktis?Jawabannya adalah karena ajaran itu belum
menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat atau
mengerjakan sesuatu.
Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek
studi doctrinal tersebut.Ini berarti dalam studi doctrinal kali yang di
maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teoriteori yang dikemukakan oleh Islam.
Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu
wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam

lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat).[3]
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas,
maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di
atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam
bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan
berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus
hijrah.Sekarang ini kalau kita ingin lihat al-Sunnah atau al-Hadist, kita
dapat lihat di berbagai kitab hadist.Misalnya kitab hadist Muslim yang

disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam
al-Bukhari, dan lain-lain.

Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil.
Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas,
ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber
tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad.
Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang.Karena ajaran Islam

yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak
yang diajarkan secara garis besar atau global. Masalah-masalah yang
berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di dalam dua
sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad.
Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di
dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.
Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang, bidang yang lain.
Semua itu dalam bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, itab
ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain.
Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain
langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui
ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus
dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup
yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama
itu.Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini semakin banyak.
Studi Islam dari sisi doctrinal itu kemudian menjadi sangat luas,
yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di dalam al-Qur`an
maupun yang ada di dalam al-Sunnah serta ada yang menjadi penjelasan
kedua sember tersebut dengan melalui ijtihad.
Jadi sasaran studi Islam doctrinal ini sangat luas. Persoalannya

adalah apa yang kemudian di pelajari dari sumber ajaran Islam itu.

B. Islam Sebagai Produk Interaksi Sosial
Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi
tentang

Islam

sebagai

gejala

social.Hal

ini

menyangkut

keadaan


masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta
berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.
Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam
sebagai sasaran studi social adalah Islam yang telah menggejala atau
yang sudah menjadi fenomena Islam.Yang menjadi fenomena adalah
Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para
pemeluknya.
M. Atho Mudzhar, menulis dalam bukunya, pendekatan Studi Islam
dalam Teori dan Praktek, bahwa ada lima bentuk gejala agam yang perlu
diperhatikan dalam mempelajari atau menstudi suatu agama. Pertama,
scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan symbol-simbol
agama.Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yaitu
yang

berkenaan

penganutnya.Ketiga,

dengan
ritus-ritus,

perilaku

dan

lembaga-lembaga

penghayatan
dan

para

ibadat-ibadat,

seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.Keempat, alat-alat,
organisasi-organisasi keagamaan tempat penganut agama berkumpul,
seperti NU dan lain-lain.
Masih menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada
dasarnya bertumpu pada

konsep sosiologi

agama.Sosiologi agama

mempelajari hubungantimbal balik antara agama dan masyarakat.
Masyarakat

mempengaruhi

agam,

dan

agama

mempengaruhi

masyarakat.Tetapi menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari bukan
masalah timbale balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama
terhadap tingkah laku masyarakat.Bagaimana agama sebagai system nlai
mempengaruhi masyarakat.
Meskipun kecenderungan sosiologi agama. Beliau member contoh
teologi yang dibangun oleh orang-orang syi`ah, orang-orang khawarij,
orang-orang ahli al-Sunnah wa al-jannah dan lain-lain. Teologi-teologi yang
dibangun oleh para penganut masing-masing itu tidak lepas dari
pengaruh pergeseran perkembangan masyarakat terhadap agama.

Persoalan berikutnya adalah bagaimana lita melihat masalah Islam
sebagai sasaran studi social. Dalam menjawab persoalan ini tentu kita
berangkat dari penggunaan ilmu yang dekat dengan ilmu kealaman,
karena

sesungguhnya

peristiwa-peristiwa

yang

terjadi

mengalami

keterulangan yang hampir sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh
karena itu dapat diuji.
Jadi,

dengan

demikian

menstudi

Islam

dengan

mengadakan

penelitian social. Penelitian social berada diantara ilmu budaya mencoba
memahami

gejala-gejala

yang

tidak

berulang

tetapi

dengan

cara

memahami keterulangan.
Sedangkan

ilmu

kealaman

itu

sendiri

paradigmanya

positivism.Paragdima positivism dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru
dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable), dapat diukur
(measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable).Sedangkan ilmu budaya
hanya

dapat

diamati.Kadang-kadang

tidak

dapat

diukur

atau

diverifikasi.Sedangkan ilmu social yang diangap dekat dengan ilmu
kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi.
Melihat uraian di atas, maka jika Islam dijadikan sebagai sasaran
studi social, maka harus mengikuti paragdima positivisme itu, yaitu dapat
diamati gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi.
Hanya saja sekarang ini juga berkembang penelitian kualitatif yang
tidak menggunakan paragdima positivisme.Ini berarti ilmu social itu
dianggap tidak dekat kepada ilmu kealaman.Jika halnya demikian, maka
berarti dekat kepada ilmu budaya ini berarti sifatnya unik.
Lima hal sebagai gejala agama yang telah disebut di atas kemudian
dapat dijadikan obyek dari kajian Islam dengan menggunakan pendekatan
ilmu social sebagaimana juga telah dungkap diatas.
Masalahnya tokoh agama Islam, penganut agama Islam, interaksi
antar umat beragama, dan lain-lain dapat diangkat menjadi sasaran studi
Islam.

C. Islam Sebagai Produk Budaya
Agama
kenyataan,

merupakan
berbagai

kenyataan

aspek

yang

perwujudan

dapat

agama

dihayati.Sebagai

bermacam-macam,

tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan tujuan yang
hendak dicapai oleh orang yang melakukan studi.
Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke
dalam dua golongan besar, yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model
studi budaya. Untuk yang pertama telah dibahas didalam sub bab yang
lalu, sedangkan yang kedua akan menjadi pembahasan saat ini.
Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam
dua macam, yang pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati
dan mengamalkan.Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya, kalau yang
pertama berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih awam,
atau yang sudah sarjana.Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi
siapa saja, termasuk sarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu memahami.Akan
tetapi realitasnya ada yang sekedar sebagai obyek penelitian saja.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus
melalui dua model, yaitu tekstual dan konstektual.Tekstua, artinya
memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci.Sedangkan
kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas social, yang berupa
perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.
Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan cara-cara
penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh
manusia sebagai mahkluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat
model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan untuk
mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT.Kepada Nabi
Muhammad SAW.sebagai jalan hidup untuk meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Agama islam disebut juga agama samawi .selain
agama Islam, Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori agama
samawi. Sebab keduanya merupakan agama wahyu yang diterima Nabi

Musa dab Nabi Isa sebagai utusan Allah yang menerima pewahyuan
agama Yahudi dan Nasrani.
Agama wahyu bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian
pendapat Endang Saifuddin Anshari yang mengatakan dalam suatu
tulisannya bahwa:
"agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya
yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing
berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan
erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia
sehari-hari.Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami
dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan merupakan
bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya."[5]
Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam sebagai agama
samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan (Islam), demikian pula
sebaliknya kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama
Islam.Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat kaitan erat antara
keduanya. Menurut Faisal Ismail, hubungan erat itu adalah bahwa Islam
merupakan

dasar,

asas

merupakan

sumber

pengendali,

nilai-nilai

pemberi

budaya

dalam

arah,

dan

sekaligus

pengembangan

dan

perkembangan cultural. Agama (Islam)lah yang menjadi pengawal,
pembimbing, dan pelestari seluruh rangsangan dan gerak budaya,
sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak dan beridentitas Islam.[6]
Lebih

jauh

Faisal

menjelaskan

bahwa

walaupun

memiliki

keterkaitan, Islam dan kebudayaan merupakan dua entitas yang berbeda,
sehingga keduanya bisa dilihat dengan jelas dan tegas.Shalat misalnya
adalah unsure (ajaran) agama, selain berfungsi untuk melestarikan
hubungan manusia dengan Tuhan, juga dapat melestarikan hubungan
manusia dengan manusia juga menjadi pendorong dan penggerak bagi
terciptanya kebudayaan. Untuk tempat sholat orang membangun masjid
dengan gaya arsitektur yang megah dan indah, membuat sajadah alas
untuk bersujud dengan berbagai disain, membuat tutup kepala, pakaian,
dan lain-lain. Itulah yang termasuk aspek kebudayaan.

Proses interaksi Islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua
kemungkinan. Pertama adalah Islam mewarnai, mengubah, mengolah, an
memperbaharui

budaya.

Kedua,

justru

Islam

yang

diwarnai

oleh

kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari kekuatan dari

dua

entitas kebudayaan atau entitas keislaman. Jika entitas kebudayaan yang
kuat maka akan muncul muatan-muatan local dalam agama, seperti Islam
Jawa. Sebaliknya, jika entitas Islam yang kuat mempengaruhi budaya
maka akan muncul kebudayaan Islam.
Agama sebagai budaya, juga dapat diihat sebagai mekanisme
control, karena agama adalah pranata social dan gejala social, yang
berfungsi sebagai kontro, terhadap institus-institus yang ada.
Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat Islam berpegang
pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al
jaded al-ashlah, artinya: memelihara pada produk budaya lama yang baik
dan mengambil produk budaya baru yang lebih baik.
Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil pemikiran manusia
yang berupa interprestasi terhadap teks suci itu disebut kebudayaan,
maka sisitem pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan sebagainya
yang timbul sebagai hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan pula.
Kalaupun ada perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan
itu terletak pada keadaan institusi-institusi kemasyarakatan dalam Islam,
yang disusun atas dasar prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.

BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Islam sebagai doktrin, di definisikan oleh sebagian ulama sebagai
berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin
Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah
wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman
untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).
Agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada
prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masingmasing berdiri sendiri.Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan
dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan
manusia sehari-hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat
antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan
merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya
Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi
tentang

Islam

sebagai

gejala

social.Hal

ini

menyangkut

keadaan

masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta
berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun: Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Studi
Islam.2005.Surabaya: IAIN AMPEL PRESS SURABAYA
Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1
9Bnadung: C.V. Pelajar. 1996)
Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik,
LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993,
Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi
Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998),
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998
(Pustaka Pelajar, Yogyakarta)

[1]Baca: John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus Inggris Indonesia,
1990, Gramedia, Jakarta, hal. 192
[2]Ibid
[3]M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan
Praktek.1998 (Pustaka Pelajar, Yogyakarta) hal.19.
[4]Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam kapan
Agama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta.
1991-1992. Hal.85
[5]Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1
9Bnadung: C.V. Pelajar. 1996), hlm.46
[6]Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi
Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44.
[7]ibid
[8]Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju,
2003)hlm.8.
[9]Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan
Empirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993, hal.VI.
[10]M. Atho Mudzhar. Pengantar Studi Islam dalam Teori dan praktek,
hal.13-14
[11]ibid

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52