TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK SISTEM BIOFILTER ANAEROB-AEROB OLEH BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) DKI JAKARTA LAPORAN

Oleh : MUHAMMAD RIZKI SYA’BANI 0909045059 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK SISTEM BIOFILTER ANAEROB-AEROB OLEH BADAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI (BPPT) KOTA JAKARTA LAPORAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Pada Program Studi Strata 1 Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Oleh : MUHAMMAD RIZKI SYA’BANI 0909045059 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK SISTEM BIOFILTER ANAEROB-AEROB OLEH BADAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI (BPPT) KOTA JAKARTA

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI SYA’BANI 0909045059

Telah dikonsultasikan pada tanggal 7 Maret 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Samarinda 7 Maret 2013

Disahkan oleh :

Pembimbing PKL,

Henny Magdalena, S.T., M.T.

NIP. 19710108 200012 2 002

Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Henny Magdalena, S.T., M.T.

NIP. 19710108 200012 2 002

ii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1. Daftar Kepala Pimpinan BPPT .................................................................... 5-6 Tabel 2.2. Struktur Deputi BPPT .................................................................................. 14 Tabel 3.1. Komposisi Tinja Manusia ............................................................................ 21 Tabel 3.2. Beban Polutan yang dikeluarkan per orang per hari .................................... 21 Tabel 3.3. Karakteristik Limbah Domestik Atau Limbah Perkotaan ........................... 21-22 Tabel 3.4. Jenis Proses Pengolahan Untuk Menghilangkan Senyawa Pencemar ......... 27 Tabel 4.1. Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit di Daerah Jakarta .......................... 34 Tabel 4.2. Kriteria Perencanaan Biofilter Anaerob - Aerob ......................................... 35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sketsa Gambar Bak Pengumpul Lampiran 2. Sketsa Gambar Bak Pemisah Minyak dan Lemak Lampiran 3. Sketsa Gambar Bak Ekualisasi Lampiran 4. Sketsa Gambar Bak Pemisah Minyak/Lemak - Ekualisasi Lampiran 5. Sketsa Gambar Bak Pengendap Awal Lampiran 6. Sketsa Gambar Bak Biofilter Anaerob Lampiran 7. Sketsa Gambar Bak Aerasi dan Biofilter Aerob Lampiran 8. Sketsa Gambar Bak Biofilter Anaerob-Aerob Lampiran 9. Sketsa Gambar Bak Pengendap Akhir Lampiran 10. Sketsa Gambar Rencana Denah IPAL Lampiran 11. Foto Dokumentasi

vii

Muhammad Rizki Sya’bani Dosen Pembimbing 0909045059

Henny Magdalena, S.T., M.T. Teknik Lingkungan

NIP. 19710108 200012 2 002

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK SISTEM BIOFILTER ANAEROB-AEROB OLEH BADAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI (BPPT) KOTA JAKARTA ABSTRAK

Air limbah domestik merupakan salah satu polutan yang paling potensial dalam mencemari lingkungan, dengan demikian harus ada penanganan awal secara baik sebelum dibuang ke badan air. Namun, keterbatasan dana biasanya menjadi kendala ketika masyarakat, instansi atau perusahaan akan membangun fasilitas pengolahan air limbah, terutama untuk masyarakat kalangan kecil dan menengah. Hal ini memicu pembangunan sarana pengolahan air limbah yang tepat dan murah dari segi teknologi dan harga akan sangat penting dioperasikan. Laporan ini menjelaskan tentang skema teknologi pengolahan air limbah secara biologis untuk sistem anaerob-aerob yaitu proses pengolahan air limbah dengan media biofilter. Dengan menerapkan Teknologi Pengolahan Air Limbah Sistem Biofilter Anaerob-aerob, konsentrasi COD, BOD, TSS, serta detergen dan amonia dapat dikurangi secara signifikan. Oleh karena itu, perancangan bangunan IPAL yang effisien sangat penting untuk dilakukan.

Kata kunci : Polutan, Air Limbah, Biofilter, Anaerob-Aerob

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala curahan Rahmat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek. Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan serta untuk memenuhi mata kuliah yakni Kerja Praktek.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan ini baik berupa bantuan materi maupun non materi. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. H. Dharma Widada, MT . selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman

2. Ibu Henny Magdalena, ST. MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan sekaligus Dosen Pembimbing Kerja Praktek

3. Ibu Novy Pralisa Putri, ST. M.Eng selaku Narasumber Kerja Praktek;

4. Bapak Dr. Ir. Joko Prayitno S, M.Sc selaku Pimpinan Deputi Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Jakarta Pusat.

5. Bapak Dr. Ir. Rudi Nugroho., M.Eng selaku Kepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan BPPT Jakarta Pusat;

6. Bapak Ir. Nusa Idaman Said, M.Sc., selaku Pembimbing Lapangan dan Peneliti Utama Kelompok Teknologi Pengolahan Air Limbah BPPT Jakarta Pusat;

7. Seluruh Staf BPPT Jakarta Pusat yang selalu memberikan motivasi dalam pelaksanaan PKL;

8. Ayahanda Drs. H. Syahril Tarmidzi, M.Si serta Ibunda Dra. Hj. Nur Aisyiyah beserta keluarga yang selalu mendo’akan penulis;

9. Rekan-rekan Program Studi Teknik Lingkungan, khususnya Teknik Lingkungan angkatan 2009 serta rekan-rekan yang terlibat dalam penulisan laporan ini;

10. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Teknik Universitas Mulawarman;

ix

Akhirnya penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Jakarta, 5 Maret 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar dan sangat vital bagi kehidupan manusia. Seiring dengan pertambahan penduduk yang begitu pesat di Indonesia menyebabkan tingkat aktivitas dan pemakaian air juga meningkat. Akibatnya jumlah buangan air limbah yang dihasilkan meningkat pesat pula.

Masalah pencemaran air di Indonesia sampai saat ini telah menjadi masalah yang cukup serius. Penyebab dari pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi juga air buangan rumah tangga atau air limbah domestik. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian besar masyarakat akan pentingnya kebersihan sanitasi, menyebabkan proses pencemaran di badan-badan air seperti sungai, air permukaan, dan air tanah dangkal akan bertambah cepat. Hal ini akan berakibat terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Air limbah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga, air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah komersil), air limbah industri, dan air limbah pertanian. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota ( Sewerage System) mengakibatkan tercemarnya badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minum pun telah tercemar pula.

Masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga di wilayah DKI Jakarta lebih diperburuk lagi akibat berkembangnya lokasi pemukiman dan industri di daerah penyangga yang ada di sekitar Jakarta, yang mana tanpa dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah, sehingga seluruh air limbah dibuang ke saluran umum dan akhirnya mengalir ke badan-badan sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta.

Oleh karena permasalahan tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta serta beberapa Perusahaan Daerah yang bergerak dalam bidang Pengolahan Air Limbah bekerjasama dalam mengelola air buangan tersebut, dengan melakukan pengkajian dan penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah di beberapa lokasi dan fasilitas kota yang bertujuan untuk meminimalisir dampak pencemaran air yang terjadi di wilayah kota Jakarta dan sekitarnya.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Mengetahui macam-macam proses pengolahan air limbah domestik.

2. Mempelajari Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan metode Biofilter Anaerob-Aerob yang ada di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta.

3. Mempelajari langkah-langkah perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem Biofilter Anaerob-Aerob.

4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Lingkungan di Universitas Mulawarman.

1.3 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

Ruang lingkup dari Praktek Kerja Lapangan ini terbatas pada sistem pengolahan air limbah domestik secara biologis dengan metode Biofilter Anaerob-aerob melalui studi literatur yang didapatkan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta Pusat.

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

1.4.1 Bagi Instansi BPPT :

1. Dapat menjalin kerja sama antara instansi dengan dunia pendidikan terutama dalam menyalurkan tenaga kerja profesional.

2. Bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sumber daya manusia yang berpotensi dan bermutu.

1.4.2 Bagi Kampus Universitas :

Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik, khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga didapat suatu keselarasan antara teori-teori yang diberikan dalam kurikulum dalam kenyataan yang ada pada lapangan kerja;

1.4.3 Bagi mahasiswa :

1. Agar mahasiswa mampu memahami secara mendalam bagaimana teknologi pengolahan air limbah yang dikembangkan oleh BPPT Jakarta Pusat.

2. Sebagai bahan acuan bagi para mahasiswa yang akan melakukan penelitian

tentang Teknologi Pengolahan Air Limbah ;

3. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di BPPT dan Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah Kota Jakarta, untuk nantinya dapat menjadi acuan

dalam pengolahan air limbah di Kota Samarinda.

1.5 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta Pusat selama ± 1 bulan sejak tanggal 4 Februari sampai dengan 5 Maret 2013.

1.6 Sistematika Penulisan

1.6.1 Bab 1 Pendahuluan

Berisikan latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat pelaksanaan Kerja Praktek, ruang lingkup pelaksanaan Kerja Praktek, waktu dan tempat pelaksanaan Kerja Praktek, dan sistematika penulisan.

1.6.2 Bab 2 Profil Instansi

Bab ini berisikan tentang profil Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta Pusat, struktur organisasi BPPT, dan sub bidang pengkajian Pusat Teknologi Lingkungan.

1.6.3 Bab 3 Landasan Teori

Memuat penjelasan tentang prinsip dan konsep dasar dari berbagai literatur tentang teknologi pengolahan air limbah secara umum dan sistem pengolahan air limbah metode biofilter anaerob-aerob secara khusus.

1.6.4 Bab 4 Pembahasan

Pada bab ini dijelaskan tentang proses, langkah-langkah, dan simulasi perencanaan teknologi pengolahan air limbah domestik metode Biofilter Anaerob- aerob.

1.6.5 Bab 5 Penutup

Berisikan kesimpulan yang merupakan pernyataan singkat hasil pelaksanaan Kerja Praktek serta saran untuk menunjang evaluasi sistem pengolahan air limbah.

1.6.6 Daftar Pustaka

Sumber dan literatur yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan Kerja Praktek dan sebagai bahan dalam penyusunan laporan.

1.6.7 Lampiran

Lembaran-lembaran yang berkaitan dengan pelaksanaan Kerja Praktek.

BAB II PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Berdirinya BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Posisi fungsional BPPT seperti yang terlihat pada gambar 2.1.

Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-Januari-1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina. Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991.

Berikut kepala-kepala BPPT dari awal berdiri sampai sekarang :

Tabel 2.1 : Daftar Kepala Pimpinan BPPT

1 Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie

1974-1998

Lanjutan Tabel 2.1

2 Prof. Dr. Rahardi Ramelan

1998-1998

3 Prof. Dr. Zuhal MSEE

1998-1999

4 Dr. A. S. Hikam

1999-2001

5 Ir. M. Hatta Rajasa

2001-2004

6 Dr. Kusmayanto Kadiman

2004-2006

Prof. Ir. Said Djauharsyah Jenie,

2006-2008

Sc.D.

8 Dr. Ir. Marzan. A.

2008- Sekarang

Sumber : www.bppt.go.id

2.2 Visi dan Misi BPPT

2.2.1 Visi

Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan kemitraan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara maksimum.

2.2.2 Misi

1. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing produksi industri.

2. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan public instansi pemerintah.

3. Memacu perekayasaan teknologi untuk kemandirian bangsa.

2.3 Lokasi BPPT

Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) terletak di Jalan MH. Thamrin 8, Jakarta 10340.

Gambar 2.1 : Peta Lokasi BPPT

2.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang BPPT

2.4.1 Tugas Pokok

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.2 Fungsi

1. Pengkajian & penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan penerapan teknologi

2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT.

3. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta membina alih teknologi.

4. Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan & rumah tangga.

2.4.3 Wewenang

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.

4. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

 Perumusan & pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian & penerapan teknologi.

 Pemberian rekomendasi penerapan teknologi & melaksanakan audit teknologi.

Gambar 2.2 : Peran dan Ruang Lingkup Kegiatan BPPT

2.5 Struktur Organisasi BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dipimpin oleh Kepala BPPT dibantu sekretaris utama dan Inspektorat, membawahi bidang-bidang terkait Pengkajian dan Penerapan Teknologi berupa Departemen (Deputi), yakni meliputi :

1. Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi,

2. Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam,

3. Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi,

4. Deputi Teknologi informasi Energi dan Material, dan

5. Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa.

Dari masing-masing departemen tersebut kemudian memiliki beberapa Sub Bidang. Secara Keseluruhan Struktur Organisasi yang ada di BPPT dapat dilihat pada Bagan Struktur Berikut ini :

Gambar 2.3 : Struktur Organisasi BPPT

2.5.1 Kepala BPPT

Saat ini BPPT dipimpin oleh Dr. Ir. Marzan. A. Iskandar. Dalam Pelaksanaan kepimpinannya, Kepala BPPT dibantu oleh Sekretaris Utama dan 5 Deputi. Di Sekretaris Utama terdapat 4 Biro dan 2 Pusat bidanga. Sedangkan di Deputi terdapat beberapa pusat pengkajian yang membantu kerja Deputi berdasarkan bidangnya.

2.5.2 Sekretasri Utama

Sekretaris Utama dijabat oleh Ir. Jumain Appe, M.Si. Sekretaris Utama di bantu oleh 5 Biro Yaitu:

a. Biro Perencanaan : Ir. Samsu Bahri, M.Sc. - Sejarah

Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT No : 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT disebutkan bahwa Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan anggaran administrasi kerjasama serta evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Perencanaan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

Penyiapan koordinasi serta penyusunan rencana program dan anggaran

Penyiapan dan pelaksanaan administrasi kerja sama

Pengkoordinasian dan penyusunan evaluasi dan pelaporan

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) tersebut, Biro Perencanaan melakukan koordinasi baik dengan pihak internal maupun eksternal. Koordinasi dengan pihak internal yaitu dengan unit-unit kerja di lingkungan BPPT dalam rangka penyusunan program BPPT secara makro, sehingga dengan disepakatinya program BPPT secara makro, maka diharapkan koordinasi dengan pihak eksternal menjadi lebih baik. Pihak eksternal yang terkait adalah Kementrian Riset dan Teknologi (KRT), Bappenas, Direktorat Jendral Anggaran (DJA), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) khususnya Komisi VIII, Pemerintah Daerah serta mitra dan lembaga donor.

Dalam perjalanan sejarahnya Biro Perencanaan telah mengalami beberapa kali perubahan struktural. Pada tahun 1992 berdasarkan SK Ketua BPPT No: 002 terjadi perubahan dari Bagian Perencanaan yang semula berada di bawah Biro Personalia dan Diklat menjadi Biro Perencanaan, karena tuntutan semakin bertambahnya tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang harus dilaksanakan. Setelah itu terjadi 4 kali perubahan mengikuti proses restrukturisasi dan reorganisasi BPPT yaitu tahun 1998, 2000 , 2001 dan 2006. Perubahan paling akhir di tahun 2006, sesuai dengan Keputusan Kepala Badan

Teknologi Nomor : 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah ditetapkan mereorganisasi Biro Perencanaan untuk membawahi tiga bagian yaitu Bagian Program dan Anggaran, Bagian Kerjasama, Bagian Evaluasi dan Pelaporan, serta beberapa kelompok jabatan fungsional perencana.

Dalam kurun waktu sejak BPPT didirikan oleh Prof Dr Ing BJ Habibie, tahun 1978 sampai tahun 1992, Perencanaan masih merupakan unit Bagian dari Biro Personalia, Kedeputian Bidang Administrasi BPP Teknologi. Seiring dengan dinamika tugas dan kebutuhan, BPP Teknologi melakukan reorganisasi , termasuk Unit Bagian Perencanaan ikut pula berubah, dinaikkan tingkat struktur nya menjadi unit setingkat eselon II dan namanya berganti menjadi Biro Perencanaan. Diawal perubahan, Biro Perencanaan terdiri dari 4 Bagian yaitu :

 Bagian Program , yang mempunyai sub antara lain :  Sub Bagian Penyusunan Program Pembangunan  Sub Bagian Penyusunan Program Rutin

 Bagian Evaluasi dan Pelaporan, dengan sub antara lain :  Sub Bagian Evaluasi Program Pembangunan  Sub Bagian Evaluasi Kerjasama Teknik  Sub Bagian Dokumentasi dan Pelaporan

 Bagian Kerjasama Teknik, dengan sub antara lain :

 Sub Bag Kerjasama Teknik  Sub Bag Bantuan Luar Negeri

 Bagian Pengolahan Data dan Informasi, dengan sub antara lain :

 Sub Bagian Pengumpulan dan Pelayanan Data  Sub Bagian Pelayanan Jaringan

Pada Tahun 1998, BPPT melakukan reorganisasi kembali, dan lagi-lagi Biro Perencanaan termasuk salah satu unit yang ikut berubah, tingkat struktur tetap sebagai unit eselon II tetapi menjadi terdiri hanya 3 bagian yaitu :

a) Bagian Program, dengan sub bag antara lain :

a. Sub Bagian Administrasi Program

b. Sub Bagian Data dan Informasi

b) Bagian Kerjasama Teknik, dengan Sub Bagian antara lain :

a. Sub Bagian Kerjasama Teknik Dalam Negeri

b. Sub Bagian Kerjasama Teknik Luar Negeri

c) Bagian Evaluasi dan Pelaporan, dengan Sub Bagian antara lain :

a. Sub Bagian Evaluasi

b. Sub Bagian Pelaporan

Masih dalam rangka optimalisasi organisasi, dalam rangka efektifitas dan efisiensi, pada tahun 2006 BPPT melakukan kembali reorganisasi yang sekaligus diiringi dengan restrukturisasi . Biro Perencanaan kali ini mendapat satu tambahan unit setingkat eselon IV di Bagian Program , sehingga formasi unit di Biro Perencanaan sejak tahun 2006 adalah sbb :

Bagian Program, dengan sub bag antara lain :

Sub Bagian Program

Sub Bagian Pelayanan Data

Sub Bagian Anggaran

Bagian Kerjasama , dengan Sub Bagian antara lain :

Sub Bagian Kerjasama Dalam Neger

Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri

Bagian Evaluasi dan Pelaporan, dengan Sub Bagian antara lain :

Sub Bagian Evaluasi

Sub Bagian Pelaporan

Seiring dengan perubahan unit sejak tahun 1992 hingga tahun 2006, pemangku jabatan Kepala Biro pun silih berganti. Tabel di bawah menunjukkan pejabat Kepala Biro Perencanaan sejak tahun 1992 hingga sekarang. Struktur Organisasi Biro Perencanaan berubah kembali dengan adanya restrukturisasi bulan Januari 2012, terjadi pergantian Kepala Biro yang baru , pergantian 1 (satu) Kepala Bagian yaitu Ka Bag Evaluasi dan Pelaporan, serta pergantian Kepala Sub Bagian, yaitu Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri, adapun struktur organisasi selengkapnya adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 : Struktur Biro Perencanaan BPPT

b. Biro Keuangan : Drs. Harry Poerwanto

c. Biro Sumberdaya Manusia dan Organisasi : Ir. Sulaiman Kurdi, M. Sc.

d. Biro Umum dan Hubungan Masyarakat : Drs. I. Gusti Ketut Astana d. Biro Umum dan Hubungan Masyarakat : Drs. I. Gusti Ketut Astana

f. Pusat Data, Informasi, dan Standarisasi : Dr. Harry Budiarto, M. Kom

2.5.3 Deputi BPPT

Dalam struktur organisasinya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terbagi kepada 5 Deputi beserta sub bidang pengkajian yang ada dibawahnya, yaitu seperti yang tertera dalam tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2 : Struktur Deputi BPPT

NO

NAMA PIMPINAN 1 Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi

NAMA DEPUTI

Dr. Ir. Tatang Akhmad Taufik

a. Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi

b. Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi Dr. Ir. Ugay Sugarmansyah

c. Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Dr. Ir. Asep Husni Yasin Saing

Dr. Derry Pantjadarma, M.

d. Pusat Audit Teknologi Dr. Bambang Slamet P, M.Eng

2 Deputi Bidang Teknologi Pengembangan SDA Dr. Ir. Ridwan, M.Sc.

a. Pusat Teknologi Inventarisasi SDA DR. Ir. Muhammad Sadly,M.Eng.

b. Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Ir. Yohannes Yudi P, DEA. Mineral

c. Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan Wilayah dan Ir. Usman Justanto, M.SCE Mitigasi Bencana

d. Pusat Teknologi Lingkungan Dr. Ir. Joko Prayitno S, M.Sc.

3 Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Dr. Ir. Listyani Wijayanti Bioteknologi

a. Pusat Teknologi Produksi Pertanian Ir. Nenie Yustiningsih, M. Sc.

b. Pusat Teknologi Agroindustri Ir. Priyo Atmaji, M. Eng

c. Pusat Teknologi Bioindustri Dr. Ir. Agus Masduki, M. Eng

d. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Dr. Bambang Marwoto, Apt., M.Eng

4 Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Dr. Ir. Unggul Priyanto, M. Sc. Material

a. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc.

b. Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Dr. Ir. M. Amirullah Makmunsyah O

c. Pusat Teknologi Material Drs. Wawas Swathatafrijiah, M.Sc.

d. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi Dr. Ir. Adiarso, M.Sc.

5 Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dr. Ir. Erzi Agson Gani, M.Eng dan Rekayasa

a. Pusat Teknologi Industri Proses Dr. Dra. Nadirah, M.Sc.

b. Pusat Teknologi Industri Manufaktur Dr. Ir. Barman Tambunan, M.Sc.

c. Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan Dr. Ir. Samudro, M.Eng.

d. Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi

Dr. Ir. Prawoto, M.SAE.

2.5.4 Bidang Pengkajian Pusat Teknologi Lingkungan (PTL)

Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penerapan, koordinasi dan penyiapan penyusunan kebijakan nasional dalam tiga bidang teknologi, yaitu :

1. Pengendalian pencemaran lingkungan

2. Konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan

3. Tata kelola lingkungan.

Selain melaksanakan koordinasi kegiatan fungsional di ketiga bidang teknologi tersebut di atas, PTL juga melakukan pemantauan, pembinaan dan pelayanan di bidang teknologi lingkungan dalam rangka inovasi, difusi, diseminasi, pengembangan kapasitas dan proses alih teknologi.

Ruang Lingkup Kegiatan:

1. Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan merupakan bidang dalam Pusat Teknologi Lingkungan yang bertugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk kegiatan pengendalian pencemaran lingkungan yang mencakup pencemaran air, tanah dan udara yang meliputi:

 Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair  Teknologi Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat  Teknologi PengelolaanSumber Polusi Udara

Teknologi yang telah dikaji dan diterapkan, antara lain meliputi:

a. Teknologi Pengolahan Air dan Limbah Cair.

b. Teknologi Pengolahan Sampah dan Limbah Padat. Mencakup kegiatan :

c. Teknologi dan Sistem Pewadahan, Pengumpulan Sampah

d. Teknologi dan Sistem Pengangkutan Sampah

e. Teknologi dan Sistem Pengolahan Sampah seperti komposting, daur ulang, insinerasi

f. Teknologi Daur Ulang kertas, plastik dan pembuatan silase untuk pakan ternak dari sampah pertanian f. Teknologi Daur Ulang kertas, plastik dan pembuatan silase untuk pakan ternak dari sampah pertanian

2. Bidang Teknologi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Bidang Teknologi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan merupakan bidang dalam Pusat Teknologi Lingkungan yang bertugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk kegiatan pemantauan, pemulihan dan pengelolaan kualitas lingkungan, yang meliputi:

a. Teknologi Pemulihan Kualitas Lingkungan Lahan Paket Teknologi Reklamasi untuk Pemulihan Lahan (RECOLA) yang meliputi karakterisasi lahan tercemar, uji keterolahan dan aplikasi penuh remediasi bagi lahan yang tercemar baik oleh logam berat maupun senyawa-senyawa berbahaya lainnya.

b. Teknologi Pengelolaan Kualitas Perairan Sistem informasi terintegrasi untuk pemantauan, prakiraan dan pemodelan karakteristik lingkungan perairan yang dapat membantu memantau kualitas lingkungan perairan, yang mencakup:

 kajian daya dukung perairan  monitoring harmful algae bloom  analisis data fisik,kimia dan biologi  perakitan unit EWS

c. Teknologi Pengelolaan Kualitas Perairan Tambak Udang (PROBIOTIK) Teknologi ini untuk memperbaiki kualitas air tambak dengan memanfaatkan berbagai organisma lokal yang ada.

d. Teknologi Pemantauan Lingkungan (teknologi Bio Monitoring) Teknologi yang memanfaatkan respon organisma perairan secara sistematis untuk mengevaluasi perubahan kualitas lingkungan perairan.

3. Bidang Tata Kelola Lingkungan Bidang Teknologi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan merupakan bidang dalam Pusat Teknologi Lingkungan yang bertugas melakukan kajian mengenai penataan dan pengelolaan lingkungan binaan 3. Bidang Tata Kelola Lingkungan Bidang Teknologi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan merupakan bidang dalam Pusat Teknologi Lingkungan yang bertugas melakukan kajian mengenai penataan dan pengelolaan lingkungan binaan

 Pembuatan dan Penerapan Konsep Eco Disain

Perangkat teknologi yang telah dikaji dan diterapkan adalah :

a. Teknologi Produksi Bersih Untuk Efisiensi Energi Pengelolaan proses produksi di dalam industri untuk memperbaiki atau memodifi kasi proses produksi sehingga dapat menghemat bahan baku, mengurangi limbah serta dapat mengefisienkan energi, dengan tidak menurunkan kualitas dan kuantitas produk.

b. Teknologi Simulasi Model dan Standarisasi Lingkungan Alat bantu analisis bagi proses pengambilan keputusan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan.

c. Teknologi Pengelolaan Kualitas Perairan Tambak Udang (PROBIOTIK) Perencanaan dengan pendekatan ekologis yang mengutamakan integrasi antara lingkungan binaan, lingkungan alam dan sosial masyarakat dalam upaya penyelesaian permasalahan lingkungan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja lingkungan binaan.

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Air Limbah

Pengertian air limbah secara umum adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta dari buangan lainnya (Sugiharto, 1987). Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan air buangan tersebut berasal dari air yang digunakan pada berbagai kegiatan manusia sehingga terdapat perubahan karakteristik air. Kemudian Rump (1999) menerangkan lebih lanjut bahwa perubahan karakteristik tersebut berupa perubahan komposisi air setelah digunakan oleh manusia.

Perubahan komposisi tersebut akibat masuknya substansi unsur yang langsung dapat terdegradasi, unsur yang tidak langsung dapat terdegradasi, nutrisi untuk organisme autotrof, logam berat, garam, air buangan panas dan organisme patogen. Substansi tersebut bila masuk ke badan air dapat memberikan pengaruh buruk pada kehidupan organisme akuatik dan manusia.

Menurut Health Departement of Western Australia, air limbah terdiri dari 99.7% air dan 0.3% bahan lain, sedangkan menurut Mara dan Cairncross (1994) dan Sugiharto (1987) air limbah terdiri dari 99.9% air dan 0.1% bahan lain seperti bahan padat, koloid dan terlarut. Bahan lain tersebut terbagi atas bahan organik dan anorganik. Bahan organik dalam air limbah terbagi atas 65% protein, 25% karbohidrat dan 10% lemak, sedangkan bahan anorganiknya terbagi menjadi butiran, garam dan metal (Sugiharto, 1987). Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 : Skema pengelompokan bahan kandungan air limbah

Air limbah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga, air limbah perkantoran dan pertokoan (daerah komersial), air limbah industri dan air limbah pertanian. Di jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota ( seweragesystem ) mengakibatkan tercemarnya badan – badan sungai oleh limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukan sebagai bahan baku air minum pun telah tercemar.

Pengolahan air limbah domestik meliputi mekanisme dan proses yang biasa digunakan untuk mengolah air yang terkontaminasi atau tercemar akibat kegiatan domestik, industri, atau kegiatan komersial sebelum dibuang ke lingkungan atau sebelum digunakan kembali. Pada umumnya industri masih masih menghasilkan limbah, walaupun di negara maju kecenderungan saat ini adalah meminimalkan atau menggunakan kembali ( reuse ) limbah di dalam proses produksinya.

3.2 Air Limbah Domestik

Air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari rata-rata pemakaian air bersih sekitar 120-140 liter/orang/hari (Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada ayat 14 disebutkan bahwa Air Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Sedangkan, menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada Pasal 1 ayat 1, bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estat e), rumah makan ( restaurant ), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

Mukhtasor (2007) membagi air limbah domestik menjadi dua bagian, air limbah domestik dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan lemak serta shampo

( grey water) ; dan air limbah domestik yang berasal dari toilet seperti tinja dan air seni ( black water) .

Gambar 3.2 : Diagram karakteristik dan sumber air limbah domestik

3.3 Karakteristik Air Limbah Domestik

Folwell (1936) menyatakan penggunaan air untuk kegiatan pada perumahan akan mengubah komposisi air tersebut. Air yang telah digunakan tersebut mengandung ekskresi manusia dalam bentuk solid maupun cairan, sisa makanan, air cucian, sisa kertas, rambut, potongan kain dan sampah.

Lebih lanjut Kodoatie dan Sjarief (2005) menambahkan air limbah domestik mengandung 90% cairan. Zat yang terkandung dalam air buangan tersebut berupa unsur organik tersuspensi maupun terlarut, unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut akan mencerminkan kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun biologi. Rata-rata tiap orang mengeluarkan kotoran tinja 1,2 liter (Iwai, 1978), dengan komposisi dan kandungan beban polutan seperti pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Tabel 3.1 : Komposisi Tinja Manusia

Parameter Polutan

Konsentrasi

Rata-rata

pH - BOD 5 (mg/l)

13.500 Padatan Tersuspensi (SS), mg/l

21.000 Total Residu, mg/l

30.000 Zat Organik

60 % Zat Anorganik

40 % Total Nitrogen, mg/l

5.500 Ion Khlorida, mg/l

8 Total Bakteria (per ml) 10 10 – 10

6 Total Bakteria (per ml) 7 10 – 10

Bahan Inert (Kadar air 55 - 70 %) Bahan Inert 0,3 – 1,0 %

Sumber : Nihon Gesuido Kyoukai, 1975.

Tabel 3.2 : Beban Polutan yang dikeluarkan per orang per hari

Parameter Polutan

Tinja

Air limbah non toilet Total

BOD 5 18 32 50 COD

10 17 27 SS

20 18 38 Total Nitrogen (T-N)

9 3 12 Total Phosphor (T-P)

1,8 Unit : gram/orang.hari Sumber : Nihon Gesuido Kyoukai, 1975.

Dari hasil pengumpulan data terhadap beberapa contoh air limbah rumah yang berasal dari berbagai macam sumber pencemaran di DKI Jakarta menunjukan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena sumber air limbah juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Secara lengkap karakteristik air limbah perkotaan dari berebagai macam sumber pencemar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 : Karakteristik Limbah Domestik Atau Limbah Perkotaan

No. Parameter

Minimum

Maksimum

Rata - Rata

1 BOD (mg/l)

2 COD (mg/l)

3 KMnO 4 (mg/l)

Lanjutan Tabel 3.3

4 NH 3 (mg/l)

5 Nitrit (mg/l)

6 Nitrat (mg/l)

7 Khlorida (mg/l)

8 Sulfat (mg/l)

10 SS (mg/l)

11 Deterjen (mg/l)

12 Minyak/lemak (mg/l)

13 Cadmium (mg/l)

14 Timbal (mg/l)

0,245 Sumber : Nusa Idaman, 2008

15 Tembaga (mg/l)

Ttd

Debit air limbah yang dihasilkan akan sangat tergantung dengan jenis kegiatan dari masing – masing sumber air limbah, sehingga flutuasi harian akan sangat bervariasi untuk masing – masing kegiatan. Sedangkan flutuasi harian pada suatu kawasan perumahan faktor yang mempengaruhi cukup komplek, mengingat aktivitas harian pada suatu kawasan perumahan akan sangat tergantung pada sosial budaya maupun tingkat ekonomi dari penghuninya.

Menurut Hindarko (2003), bahwa flutuasi harian untuk air limbah yang berasal dari perumahan juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan panjang jaringan pipa/saluran yang ada. Namun demikian, secara umum akan membentuk pola bahwa debit puncak terjadi 2 (dua) kali, yaitu pada saat pagi dan sore hari, seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 3.3 : Fluktuasi Debit Air Limbah Rumah Tangga

3.4 Pengolahan Air Limbah Domestik

Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar yang ada di dalam air limbah. Pengolahan air limbah secara garis besar dapat dibagi yakni pemisahan padatan tersuspensi ( solid-liquid separation), pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan terlarut.

Jika ditinjau dari jenis prosesnya, pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi yang secara urutannya dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yakni :

1. Pengolahan Primer ( Primary Treatment) Pengolahan primer merupakan pengolahan pendahuluan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, koloid, dan penetralan yang umumnya menggunakan proses fisika atau proses kimia.

2. Pengolahan Sekunder ( Secondary Treatment) Pengolahan Sekunder merupakan proses untuk menghilangkan senyawa polutan organik terlarut yang umumnya dilakukan secara proses biologis

3. Pengolahan Tersier atau Pengolahan Lanjut Pengolahan Tersier atau pengolahan lanjutan merupakan proses yang digunakan untuk menghasilkan air olahan dengan kualitas yang lebih bagus sesuai dengan yang diharapkan. Prosesnya dapat dilakukan baik secara biologis, secara fisika, kimia atau kombinasi dari ketiga proses tersebut.

Gambar 3.4 : Pengolahan Air Limbah Domestik

3.4.1 Pengolahan Air Limbah Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan ( screening ) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Gambar 3.5 : Skema Pengolahan Fisika

3.4.2 Pengolahan Air Limbah Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Gambar 3.6 : Skema Pengolahan Kimia

3.4.3 Pengolahan Air Limbah Secara Biologi

Tujuan pengolahan secara biologi adalah untuk menghilangkan zat padat koloid yang tidak dapat mengendap, serta menyetabilkan zat-zat organik dan dilaksanakan oleh aktivitas jasad renik. Jasad renik dapat berupa bakteri, kapang, algae, protozoa, kadang kadang metazoa dan lain-lain. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80% - 90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;

2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Gambar 3.7 : Skema Pengolahan Biologi

Klasifikasi jenis proses pengolahan untuk menghilangkan senyawa pencemar dalam air limbah dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 : Jenis Proses Pengolahan Untuk Menghilangkan Senyawa Pencemar

Kontaminan

Sistem Pengolahan

Klasifikasi

Screening dan communition

Sedimentasi

F Padatan Tersuspensi

Flotasi

Filtrasi

Koagulasi/Sedimentasi

K/F

Land Treatment

Lumpur Aktif

B Biodegradable

Trickling Filters

B Organics

Rotating Biological Contractor

Aerated Lagoons (Kolam Aerasi)

Saringan Pasir

F/B Land Treatment B/K/F

K Pathogens

Khlorinasi

Ozonisasi

Land Treatment

Suspended-growth nitrification dan

denitrification Fixed-film nitrification dan denitrification

B Nitrogen

Ammonia Stripping

K/F

Ion Exchange

Break Point Khlorinasi

K Land Treatment B/K/F

Koagulasi Garam Logam/Sedimentasi

K/F

K/F Phospor

Koagulasi Kapur/Sedimentasi

Biological/Chemical Phosphorus Removal

B/K

Land Treatment

K/F

F Refractory Organics Tertiary Ozonation

Adsorpsi Karbon

K Sistem Land Treatment F

K Logam Berat

Pengendapan Kimia

Ion Exchange

Land Treatment

K Padatan Inorganik

Ion Exchange

F Terlarut

Reserve Osmosis

K Keterangan : B = Biologi, K = Kimia, F = Fisika Sumber : (Nusa Idaman Said, 2008)

Elektrodialisis

3.5 Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

Pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan dari proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.

Air limbah yang berasal dari aktifitas toilet dan non toilet terlebih dahulu disaring secara fisik kemudian masuk ke bak penampung untuk selanjutnya dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas.

Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.

Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 : Skema Pengolahan Air Limbah Sistem Biofilter Anaerob-aerob

Proses dengan Biofilter “Anaerob-Aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan yakni:

 Adanya air buangan yang melalui media lekatan yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti media atau yang

disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.

 Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids

dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar

 Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau

proses aerob saja. Phenomena proses penghilangan phosphor oleh mikroorganisne pada proses pengolahan anaerob-aerob dapat diterangkan seperti pada Gambar 3.9.

Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikroorganisme akan keluar sebagai akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Efisiensi penghilangan BOD akan berjalan baik apabila perbandingan antara BOD dan phospor (P) lebih besar 10. (Metcalf and Eddy, 1991).