Laporan reaksi ion logam transisi

Kelompok
3/ Kimia B
2011

I.

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Judul

: Reaksi-reaksi Ion Logam Transisi

II.

Tanggal Percobaan

: Kamis/24 Oktober 2013; 13:00 WIB

III.

Selesai Percobaan


: Kamis/24 Oktober 2013; 16:00 WIB

IV.

Tujuan
a) Mempelajari reaksi-reaksi ion logam transisi
b) Mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi
c) Mengamati perubahan warna karena perubahan bilangan oksidasi senyawa logam
transisi

V.

Tinjauan Pustaka
Unsur-unsur transisi adalah:
a. Terletak antara unsur golongan alkali tanah dan golongan boron
b. Merupakan unsur logam
c. Merupakan unsur-unsur blok d dalam sistem periodik
Salah satu yang menarik pada logam transisi adalah kemampuan logam-logam transisi
untuk membentuk senyawa koordinasi. Selain itu karena senyawa kompleks dapat

membentuk warna-warna. Senyawa kompleks dapat berwarna karena senyawa tersebut
menyerap energi pada daerah sinar tampak. Penyerapan energi tersebut digunaan untuk
melakukan promosi atau transisi elektronik pada atom pusat. Pada kompleks yang berkarakter
d1-d9 merupakan kompleks yang memiliki warna dikarenakan adanya transisi elektronik pada
orbital d. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter utama d,
transisinya disebut transisi d-d.
Pada orbital d terjadi pembelahan atau splitting orbital yang akan menghasilkan dua
tingkat energi yaitu eg dan t2g pada oktahedral. Pada kompleks d0 dan d10 memiliki
keistimewaan karena terdapat senyawa dari kompleks ini yang menghasilkan warna. Hal ini
dikarenakan adanya transisi transfer muatan (Charge Transfer). Transisi transfer muatan
diklasifikasikan atas transfer muatan logam ke ligan (metal (M) to ligand (L) charget ransfers
(MLCT)) dan transfer muatan ligan ke logam (LMCT).
Energi elektron dalam orbital (n-1)d isi selalu lebih rendah dibanding dengan energi
elektron dalam orbital ns2, dengan perkecualian stabilitas lebih tinggi pada konfigurasi penuh
atau setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini menentukan tingkat oksidasi yang bervariasi,
pembentukan senyawa kompleks, sifat magnetik spesies yang bersangkutan. Unsur transisi
berperan sebagai katalisator baik dalam bentuk unsurnya maupun dalam bentuk senyawa
kompleksnya. Sifat magnetik senyawa transisi berkaitan dengan elektron nirpasangan dalam
orbital d. Sifat magnetik dibedakan dalam dua macam yaitu diamagnetik dan paramagnetik.


Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Sifat Unsur Transisi
1) Biloks yang bervariasi
Salah satu sifat logam transisi adalah memiliki biloks yang bervariasi. Walaupun ada
unsur yang bukan logam transisi juga dapat memiliki biloks bervariasi, misalnya S, N,
Cl. Tetapi sifat ini tidak umum untuk logam selain transisi (misal gol IA dan IIA).
2) Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi:
a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi
b. Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik
c. Kebanyakan senyawaannya berwarna
d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam bentuk logam umumnya bersifat:
a. Keras, tahan panas
b. Penghantar panas dan listrik yang baik
c. Bersifat inert

Beberapa pengecualian:
a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik
b. Mangan (Mn) dan besi (Fe): bersifat sangat reaktif, terutama dengan oksigen,
halogen, sulfur, dan non logam lain (Seperti dengan karbon dan boron)
3) Sifat Fisik
a. Pada suhu kamar berupa padatan (kecuali merkuri)
b. Memiliki titik didih, titik leleh, kerapatan dan kekuatan rentang yang tinggi.
c. Umumnya bersifat paramagnetik (sifat yang disebabkan oleh adanya elektron
tunggal)
4) Sifat Umum
a. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya,
Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.
b. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn.
Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada
logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian
dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih
dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang


Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu
besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang
terlebih dahulu terionisasi.
c. Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron
pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1
Senyawa Kompleks
Senyawa-senyawa seperti air, H2O, asam hidroklorida, HCl, natrium hidroksida, NaOH,
garam natrium klorida, NaCl, asam sulfat, H 2SO4, natrium sulfat, Na2SO4 dan perak klorida,
AgCl menunjukkan ikatan antara dua atom atau lebih berdasarkan valensi atom-atomnya
yang sudah tepat atau jenuh, yaitu masing-masing H = +1, O = -2, Na = +1, Cl = -1, S = +6,
dan Ag = +1. Demikian juga bagi senyawa-senyawa CoCl 2, NiCl2 maupun CuSO4, valensi
logam Co, Ni, dan Cu masing-masing adalah +2. Senyawa-senyawa seperti ini dikatakan
sebagai senyawa sederhana. Namun demikian, peristiwa melarutnya endapan AgCl dalam
larutan amonia, demikian juga berubahnya larutan biru muda CuSO 4 dalam air menjadi biru

tua pada penambahan larutan amonia, merupakan peristiwa yang membingungkan para ahli
kimia pada waktu itu. Hal ini disebabkan oleh hadirnya atau bergabungnya molekul netral
NH3 dalam suatu senyawa yang sudah netral tersebut, jelas tidak dapat dipahami berdasarkan
nilai valensi seperti halnya pada senyawa-senyawa sederhana di atas.
Di kemudian hari pelarutan tersebut masing-masing dapat diidentifikasi sebagai
terbentuknya ion (kompleks) [Ag(NH3)2]+, dan [Cu(H2O)2(NH3)4]2+. Demikian juga
keberhasilan isolasi senyawa pink CoCl2.6H2O yang kemudian lebih tepat ditulis sebagai
[Co(H2O)6]Cl2 , dan senyawa Fe(CN)2.4KCN yang ternyata bukan garam rangkap karena
tidak menghasilkan ion CN-, lagi-lagi tidak dapat dijelaskan berdasarkan ikatan valensi
sederhana. Oleh karena itu, senyawa-senyawa seperti ini dinyatakan sebagai senyawa
kompleks, sesuai dengan sifatnya yang rumit-kompleks, memerlukan pemahaman tersendiri
lebih lanjut. Walaupun dewasa ini senyawa-senyawa tersebut relatif sudah bukan hal yang
rumit lagi, istilah kompleks masih tetap dipakai, istilah lain yang sering dipakai adalah
senyawa koordinasi karena senyawa kompleks tersusun oleh ikatan koordinasi, meskipun
adanya (ikatan) koordinasi tidak hanya ditunjukkan oleh senyawa unsur-unsur transisi saja.

Gambar 1. Pembentukan senyawa berwarna

Kelompok
3/ Kimia B

2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Senyawa kompleks tersusun atas atom pusat, yang umumnya logam-logam transisi, dan
ligan sebagai gugus pengeliling. Ligan menyediakan atom donor pasangan elektron
menyendiri untuk pembentukan ikatan koordinat dengan atom pusat. Banyaknya ikatan
koordinat merupakan bilangan koordinasi senyawa kompleks yang bersangkutan. Ligan dapat
berupa ion ataupun molekul netral, dengan kemampuan mono- ataupun multi- dentat. Bangun
geometri yang umum bagi senyawa kompleks adalah tetrahedron (bilangan koordinasi 4),
bujursangkar (bilangan koordinasi 4), dan oktahedron (bilangan koordinasi 6).
Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya
dibedakan menjadi:
Ligan monodentat, yaitu ligan yang mendonorkan satu pasang elektron bebasnya
kepada logam atau ion logam. Contoh : NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam
atau ion logam. Contoh : etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah
+2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah
+7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion

Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada
anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan. Sebagai contoh,
saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah dari orange (jingga) menjadi
hijau.
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- ——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)

Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Dalam percobaan reaksi-reaksi logam transisi hanya beberapa logam saja yang dapat
dipraktikumkan di laboratorium dimana logam tersebut kelimpahannya lebih banyak dan
lebih mudah ditemukan di alam dibandingkan dengan unsur logam transisi lainnya. Unsur
logam transisi tersebut adalah Cu, Cr, Fe, Mn, Zn, Ni, Co yang digunakan dalam bentuk
garam dan mempunyai deret biloks paling stabil.
 Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur

pada

1038℃ . Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V) untuk

pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
1) Larutan Amonia
Bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit maka, akan dihasilkan endapan
biru yang merupakan garam basa yang larut dalam reagensia berlebih menghasilkan
warna biru tua yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks teteraaminokuprat
(II).
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O  Cu(OH)2.SO4 + 2NH4+
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3  2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OHJika larutan mengandung garam amonium, pengendapan tidak terjadi sama sekali,
teteapi warna biru langsung terbentuk.
2) Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cu akan menghasilkan endapan biru
tembaga (II) hidroksida dimana endapan tersebut tidak larut dalam reagen berlebih.
Cu2+ + 2OH-  Cu(OH)2
 Besi (Fe)
a) Besi (II)

Merupakan logam berwarna putih mengkilap, tidak terlalu keras dan agak reaktif serta
mudah teroksidasi, mudah bereaksi dengan unsur non logam seperti: halogen, sulfur,
pospor, boron, karbon dan silikon. Selain itu, logam ini larut dalam asam-asam mineral.
1) Larutan NaOH
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Fe (II) akan menghasilkan endapan
putih besi (II) hidroksida, Fe(OH)2, bila tidak terdapat di udara sama sekali. Endapan
ini tak larut dalam reagensia berlebih, tetapi larut dalam asam. Bila terkena udara,
besei (II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada akhirnya menghasilkan

Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

besi (III) hidroksida yang coklat-kemerahan. Pada kondisi biasa, Fe(OH) 2 namapak
sebagai endapan hijau kotor dengan penambahan hidrogen peroksida, ia segera
dioksidasikan menjadi besi (III) hidroksida.
Fe2+ + 2OH-  Fe(OH)2
4Fe(OH)2 +2H2O + O2  4Fe(OH)3

2Fe(OH)2 +H2O2  2Fe(OH)3
2) Larutan Amonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Fe (II) akan menghasilkan endapan
putih besi (II) hidroksida, Fe(OH)2, tetapi jika amonium dalam jumlah lebih banyak,
disosiasi amonium hidroksida tertekan dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin
rendah. Dengan demikian, hasil kali kelarutan besei (II) hidroksida tidak tercapai
sehingga tidak terjadi pengendapan.
b) Fe (III)
1) Larutan Amonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Fe (III) akan menghasilkan
endapan coklat merah seperti gelatin dari besi (III) hidroksida yang tak larut dalam
reagensia berlebih, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O  Fe(OH)3 + 3NH4+
Besi (III) hidroksida diubah pada pemanasan yang kuat menjadi besi (III) oksida,
oksida yang dipijarkan dapat larut namun sukar dalam larutan asam encer, tetapi
melarut setelah didinginkan dengan keras bersama asam klorida pekat.
2Fe(OH)3  Fe2O3 +3H2O
Fe2O3 + 6H+  2Fe3+ + 3H2O
2) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Fe (III) akan menghasilkan endapan
coklat merah yang tak larut dalam reagensia berlebih.
Fe3+ + 3OH-  Fe(OH)3
 Kromium (Cr)
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan dapat ditempa dengan
berarti. Ia melebur pada
pekat.
1) Larutan Amonia

1765℃ . Logam ini larut dalam asam klorida encer atau

Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cr menghasilkan endapan seperti
gelatin yang berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru yaitu kromium (III)
hidroksida, Cr(OH)3 yang sedikit larut dalam zat pengendap berlebih dalam keadaan
dingin dengan membentuk larutan lembayung atau merah jambu yang mengandung
ion kompleks heksaaminakromat (III) denan mendidihkan larutan, kromium
hidroksida diendapkan.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O  Cr(OH)3 + 3NH4+
Cr(OH)3 + 6NH3  [Cr(NH3)6]3+ + 3OH2) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cr menghasilkan endapan kromium (III)
hidroksida, Cr(OH)3.
Cr3+ + 3OH-  Cr(OH)3
Reaksi ini reversibel dengan sedikit penambahan asam endapan melarut. Dalam
reagensia berlebih, endapan melarut dengan mudah dimana akan terbentuk ion
tetrahidroksokromat (III).
Cr(OH)3 + OH-  [Cr(OH)4] Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempa dan sangat
kukuh. Logam ini melebur pada 1445℃ , dan besifat sedikit magnetis.
1) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Ni menghasilkan endapan hijau nikel (II)
hidroksida, Ni(OH)2.
Ni2+ + 2OH-  Ni(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensian berlebih. Tak terjadi endapan jika serta tartrat atu
sitrat, karena terbentuk kompleks.
2) Larutan Amonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Ni menghasilkan endapan hijau nikel (II)
hidroksida, Ni(OH)2
Ni2+ + 2NH3 + 2OH-  Ni(OH)2 + 2NH4+
yang larut dalam reagensia berlebih
Ni(OH)2 + 6NH3  [Ni(NH3)6]2+ + 2OHLarutan berubah menjadi biru tua. Jika ada serta garam amonium tak terjadi
pengendapan, tetapi kompleks tersebut langsung terbentuk dengan segera.

Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

 Mangan (Mn)
Mangan adalah logam putih abu-abu yang penampilannya serupa besi tuang. Ia melebur
kira-kira pada suhu

1250℃ . Ia bereaksi dengan air membentuk mangan (II)

hidroksida dan hidrogen.
1) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Mn menghasilkan endapan mangan (II)
hidroksida, Mn(OH)2 yang mula-mula berwarna putih.
Mn2+ + 2OH-  Mn(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensia berlebih. Endapan dengan cepat teroksidasi bila
terkena udara, menjdai coklat, ketika terbentuk mengan dioksida berhidrat,
MnO(OH)2.
Mn(OH)2 + H2O2  MnO(OH)2 + 2OH2) Larutan Amonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Mn menghasilkan endapan mangan (II)
hidroksida, Mn(OH)2 yang mula-mula berwarna putih.
Mn2+ + 2NH3 + 2H2O  Mn(OH)2 + 2NH4+
Endapan larut dalam garam-garam amonium dimana reaksi berlangsung ke arah kiri.
Pengendapan tak terjadi jika serta garam-garam amonium, disebabkan oleh turunnya
ion hidroksil yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menghasilkan Mn(OH)2.
 Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada
110−150℃ . Zink melebur pada 410 ℃

dan medidih pada 9 06 ℃ .

1) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Zn menghasilkan endapan seperti gelatin
putih, yaitu zink (II) hidroksida, Zn(OH)2.
Zn2+ + 2OH-  Zn(OH)2
Endapan larut dalam asam
Zn(OH)2 + 2H+  Zn2+ + 2H2O
Dan juga dalam reagen berlebih
Zn(OH)2 + 2OH-  [Zn(OH)4]2Jadi, zink hidroksida adalah senyawa yang bersifat amfoter.
2) Larutan Amonia

Kelompok
3/ Kimia B
2011

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Apabila ditambahkan dalam larutan garam Zn menghasilkan endapan seperti
gelatin putih, yaitu zink (II) hidroksida, Zn(OH) 2 yang mudah larut dalam reagensia
berlebih dan dalam larutan amonium karena menghasilkan tetraaminzinkat (II). Tidak
diendapkannya zink hidroksida oleh larutan amonia jika ada amonium klorida
disebabkan oleh menurunnya konsentrasi ion-hidroksil sehingga hasil kali Zn(OH) 2
tak tercapai.
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O  Zn(OH)2 + 2NH4+
Zn(OH)2 + 4NH3  [Zn(NH3)4]2+ + 2OH Kobalt (Co)
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu sperti baja, dan bersifat sedikit magnetik. Ia
melebur pada 1490℃ . Logam ini mudah melarut dalam asam-asam mineral encer.
1) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Co dalam keaadaan dingin mengendap
suatu garam basa berwarna biru.
Co2+ + OH- + NO3-  Co(OH)NO3 
Pada pemanasan dengan alkali berlebih garam basa itu diubah menjadi endapan
kobalt (II) hidroksida yang berwarna merah jambu
Co(OH)NO3  + OH-  Co(OH)2 + NO32) Larutan Amonia
Jika tak terdapat garam-garam amonium, sedikit amonia akan mengendapkan
garam basa.
Co2+ + NH3 + H2O + NO3-  Co(OH)NO3  + NH4+
Kelebihan reagensia melarutkan endapan dimana ion-ion heksaaminakobaltat (II)
terbentuk.
Co(OH)NO3  + 6NH3  [Co(NH3)6]2+ + NO3- + OHPengendapan garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion amonium dalam
jumlah yang lebih banyak, melainkan kompleks tersebut akan terbentuk dalam satu
tahap. Pada kondisi demikian, kesetimbangan menjadi sepert berikut:
Co2+ + 6NH4+  [Co(NH3)6]2+ + H+

Kelompok
3/ Kimia B
2011

VI.

REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Alat dan Bahan
1) Alat
 30 tabung reaksi
 1 buah pembakar spirtus
 1 buah pengaduk kaca
 13 buah rak tabung reaksi
 12-15 pipet tetes
2) Bahan
 Aqudes
 Amonia pekat & 2 M
 CoCl2 0,1 M
 CrCl3.6H2O(s) 0,1 M
 CuCl2.2H2O(s)
 Dimethilglioxime (DMG)
 Etanol
 Ethylendiamine
 Butiran ZN / serbuk ZnCl2

VII.




















FeCl3(s) 0,1 M
FeSO4(s) 0,1 M
Fe(NH3)2SO4 0,1 M
Fe(NO3) 0,1 M
HCl 2 M & 12 M
HNO3 2 M, pekat
K2Cr2O7(s) 0,1 M
K4[Fe(CN)6] 0,1 M
KSCN jenuh
Ni(NO3)2
NaOH 0.6M, 1M, 2M, 6M
Larutan Na2C2O4
Larutan Na2EDTA
NiCl2 0,1 M
NaNO2 jenuh
MnSO4 0,1 M
1,10-phenantrolin
NH4CNS 0,1 M

VIII.

Cara Kerja
1. Percobaan I : Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi
a. Reaksi dengan NaOH
IX.
X.

Lar utan CrCl Lar utan CuSO4Lar utan Mn(SO4)
Lar utan Fe(NH3)2SO4
Lar utan ZnCl2Lar utan FeCl3 Larutan CoCl3 Lar utan NiCl

XI.
XII.
XIII.

Diambil 1 ml
Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M

XIV.
XV.
Endapan abu-abu biru
Endapan biru Endapan putih
XVI.

Endapan putih
Endapan putih
Endapan merah kecoklatan
Endapan warna biru
Endapan warna hijau

XVII.
XVIII.
XIX.

Ditambahkan lagi NaOH berlebih

XX.
Terbentuk
larut endapan
Terbentuk
biru (+)
endapan putih(+)
Endapan larut
Endapan coklat kemerahan
Endapan merahendapan
jambu warna biru
Endapan
(++) hijau (+)
XXI. Endapan tidak

XXII.

b. Reaksi dengan Amonia
XXIII.
XXIV.

Lar utan CrCl Lar utan CuSO4Lar utan Mn(SO4)
Lar utan Fe(NH3)2SO4
Lar utan ZnCl2Lar utan FeCl3 Larutan CoCl3 Lar utan NiCl

XXV.
XXVI.
XXVII.

Diambil 1 ml
Ditambahkan tetes demi tetes larutan amonia pekat

XXVIII.
XXIX.
XXX.
Endapan abu-abu biru
XXXI.

Endapan biru Endapan putih

Endapan putih
Endapan putih
Endapan merah kecoklatan
Endapan warna biru
Endapan warna hijau

XXXII.
XXXIII.

Ditambahkan lagi amonia berlebih

XXXIV.
XXXV.
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII.

Endapan larut Endapan larut Endapan larut Endapan larut

Endapan larut
Endapan merah kecoklatan
Endapan larutLarutan biru tua

c. Reaksi dengan NH4CNS
Larutan CrCl3

XXXIX.

Larutan CuSO4

Larutan Mn(SO4)

Larutan Fe(NH3)2SO4

Larutan ZnCl Larutan FeCl3

Larutan CoCl2

Larutan NiCl

XL.
XLI.
Diambil 1 mL
Ditambahakan NH4CNS 1mL

XLII.
XLIII.
XLIV.

Larutan berwarna biru (hampir sama dengan
Larutan semula)
berwarna hijau
larutan tidak berwarna
Larutan merah kecoklatan
Larutan tidak berwarnaLarutan berwarna
Larutan berwarna merahLarutan
muda berwarna hijau

XLV.

XLVI.
d. Blanko
XLVII.Larutan
CrCl3

XLVIII.

Larutan
CuSO4

Larutan
Mn(SO4)

Larutan Fe(NH3)2SO4

Larutan
ZnCl

Larutan
FeCl3

Larutan
CoCl2

Larutan
NiCl2

Diambil 1 mL
Ditambahakan NH4CNS 1mL

Larutan berwarna
biru (+)

Larutan berwarna
biru kehijauan

larutan tidak
berwarna

Larutan warna
kuning (--)

Larutan tidak
berwarna

Larutan berwarna
kuning

Larutan
berwarna merah
muda (--)

Larutan
berwarna hijau
muda (--)

2. Percobaan II: pembentukan ion kompleks
a. Kompleks Cr (III)
XLIX.

Tabung 1

L.
Ditambahkan lar encer CrCl3 2 ml
Ditambahkan sedikit Larutan Na2C2O4
dikocok

LI.
LII.
LIII.

Larutan warna hijau (++)

b. Kompleks Fe (II) dan Fe(III)
LIV. 1 ml lar Fe (II)
LV.
LVI.

Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2-3 tetes phenantroline

LVII.
LVIII.
Larutan berwarna kuning (--)
LIX.

2 ml lar encer FeCl3
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan larutan NH4CNS
Merah kecoklatan
Ditambahkan natrium oksalat
dikocok

LX.
Jingga (+)
Ditambahkan larutan NH4CNS berlebih
Lar merah

c. Kompleks Ni (II)
LXI.1 ml larutan Ni
LXII.

Ditambahkan beberapa tetes dimetilglioksiam (DMG)

1 ml larutan Ni
Ditambahkan beberapa tetes Na2EDTA

LXIII.
LXIV.

Endapan berwarna merah
LXV.

Berwarna hijau

LXVI.
d. Kompleks Cu (II)
LXVII.

CuSO4.5H2O dan CuCl2.2H2O

LXVIII.

Diambil seujung spatula
Ditempatkan pada kaca arloji

LXIX.
LXX.

Hasil

LXXI.
LXXII.

e. Kompleks Co (II)
LXXIII.

Tabung 1

LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.

Dimasukkan 1 mL CuCl 0,1 M
Ditambahkan larutan Na2EDTA
Merah muda jernih

1 ml CuSO4
Ditambahkan larutan Na2EDTA
dikocok
Hasil

3. Percobaan (III): Perubahan Tingat Oksidasi
a. Fe2+ menjadi Fe3+
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
LXXXII.
LXXXIII.
LXXXIV.

1 ml FeSO4
Ditambahkan 3 tetes larutan HNO3 pekat
Larutan berwarna hijau
Dipanaskan 1-2 menit
Timbul gas
Ditambahkan NaOH 2M sedikit demi sedkit

LXXXV.Endapan hijau kotor

b. Cr6+ menjadi Cr3+
LXXXVI.
LXXXVII.

2 ml K2Cr2O7
dimasukan kedalam tabung reaksi
dipanaskan
Larutan warna jingga
Ditambahkan padatan Zn 1-2 butir
Endapan abu-abu
Ditambahkan 1,5 HCl pekat
dipanaskan
Larutanwarna biru keruh
Dituang ke tabung reaksi lain
Ditambahkan HNO3 pekat tetes demi tetes
Dikocok
dipanaskan
Larutan berwarna hijau tua

LXXXVIII.

Hasil Pengamatan
1. Percobaan 1
a. Reaksi beberapa Ion Logam Transisi dengan larutan NaOH 2M
XC.

LXXXIX.

XCVII.

G
a
r
a XCII.
m

C
XCVIII.
r
C
l

XCIII.

Pengamatan

Setelah
penamba XCIV.
han tetes
demi tetes
NaOH (2
tetes)

Rumus
senyawa
yang
terbentuk

Larutan XCIX.
berwarna
biru (++)

Larutan
berwarna
hijau (+)

[Cr(H2O)3(
OH)3]-(aq)

Larutan
tidak
berwarna

Hablur
kuning

Sebelum
reaksi

C.

XCV.

Setelah
XCVI.
penamba
han
berlebih
NaOH (3
tetes)

Rumus
ion
kompleks
yang
terbentuk

CI.

Terbentuk
endapan
hijau

CII.

[Cr(H2O)2(
OH)4](s)

Hablur CVIII.
kuning (+
+)

[Mn(H2O)3
(OH)3](s)

3

CIII.

M CIV.
n
(
S
O

CV.

CVI.

[Mn(H2O)4 CVII.
(OH)2](s)

4

)
CXIII.

CIX. Fe(NH3)2SO

CX.

4

CXV.

F
eCXVI.
C
l

Larutan
berwarna CXI.
kuning (--)

Tetap

CXII.

Ada
endapan
hijau
diatas
CXIV.
larutan
yang
hilang
ketika
dikocok

[Fe(H2O)3(
OH)3](s)

[Fe(H2O)3(
OH)3]-(aq)

Larutan
berwarna
jingga,
CXX.
endapan
coklat
kemerahan

[Fe(H2O)3(
OH)3] (s)

[Co(H2O)4CXXV.
(OH)2](s)

Hablur CXXVI.
coklat (++)

[Co(H2O)3
(OH)3] (s)

[Fe(H2O)4(
OH)2]-(aq)

CXIX.
Larutan CXVII.
berwarna
kuning

Larutan
CXVIII.
berwarna
jingga

Larutan CXXIII.
berwarna
merah
muda

Terbentuk
CXXIV.
hablur
coklat

3

CXXI.

CXXII.
C
o
C
l

2

CXXVII.

N
CXXVIII.
i
C
l

jernih

CXXIX.
Larutan
berwarna
hijau
jernih

Larutan
hijau
CXXX.
keruh,
endapan
hijau

Larutan CXXXV.
berwarna
biru
kehijauan

Larutan
biru keruh,
CXXXVI.
endapan
hijau

Larutan
CXLI.
tidak
berwarna

Hablur
putih

2

CXXXIII.

C
CXXXIV.
u
S
O

CXXXI.

Larutan
berwarna
hijau CXXXII.
keruh,
endapan
hijau (++)

[Ni(OH)3(
H2O)3](s)

[Cu(H2O)4
(OH)2](s)

Larutan
berwarna
CXXXVIII.
biru keruh,
endapan
biru (++)

[Cu(H2O)3
(OH)3] (s)

[Zn(H2O)CXLIII.
4(
OH)2](s)

Hablur CXLIV.
putih (++)

[Zn(H2O)3(
OH)3](s)

[Ni(H2O)4(
OH)2](s)

CXXXVII.

4

CXXXIX.

Z
n CXL.
C
l

CXLII.

2

b. Reaksi beberapa Ion Logam Transisi dengan larutan ammonia 2M

CXLV.

Ga

CXLVI.

Pengamatan

CXLIX.
CXLVIII.
ra
m

Sebelum
reaksi

CLV.
CLIII.

CLIV.
Cr
Cl3

Larutan
berwarna
biru (++)

CLXI.
CLIX.

Mn CLX.
(S
O4)

Larutan
tidak
berwarna

CLXV.

Fe(
N
CLXVI.
H3)
2S
O4

Larutan
berwarna
CLXVII.
kuning (--)

Setelah
penamba
han tetes
demi tetes
NH3 (1
tetes)

CLI.
CL.

Rumus
senyawa
yang
terbentuk

CLII.

Larutan
biru keruh,
endapan CLVI.
abu-abu
biru

Cr(OH)3(s)

Larutan
berwarna
CLVIII.
biru keruh,
endapan
larut

Larutan
warna
kuning, CLXII.
endapan
putih

CLXIII.
Mn(OH)2(s)

Endapan CLXIV.
larut

CLXVIII.

CLXIX.
[Fe(H2O)
(NH3)5]2+(aq

Larutan
berwarna CLXX.
hijau
kehitaman

Tetap

CLVII.

Setelah
penamba
han
berlebih
NH3 (1
tetes)

Rumus
ion
kompleks
yang
terbentuk

[Cr(NH3)6]
3+
(aq)

[Mn(NH3)6
]2+(aq)

[Fe(NH3)6]
2+
(aq)

CLXXI.

CLXXII.
Fe
Cl3

CLXXVIII.
CLXXVII.

CLXXXIII.

CLXXXIX.

Co
Cl2

CLXXXIV.
Ni
Cl2

Cu
S
O4

CXC.

CLXXIII.
Larutan
berwarna
kuning

Larutan
CLXXIV.
warna
merah
kecoklatan

Larutan
berwarna
CLXXIX.
merah
muda
jernih

Larutan
CLXXX.
berwarna
hijau

Larutan
CLXXXV.
berwarna
hijau
jernih

Larutan
CLXXXVI.
berwarna
biru muda

Larutan
CXCI.
berwarna
biru
kehijauan

Larutan CXCII.
berwarna
biru tua

CLXXV.
[Fe(H2O)
(NH3)5]3+
(aq)

CLXXXI.
[Co(NH3)6
]2+(aq)

[Ni(H
CLXXXVII.
2O)
(NH3)5]2+
(aq)

CXCIII.
[Cu(H2O)
(NH3)3]2+
(aq)

Larutan
berwarna
CLXXVI.
merah
kecoklatan
keruh
larutan
berwarna
hijau, CLXXXII.
terbentuk
endapan

Larutan
CLXXXVIII.
berwarna
biru jernih

Larutan
berwarnaCXCIV.
biru tua
(+)
CC.

CXCV.

Zn
CXCVI.
Cl2

LarutanCXCVII.
tidak

Terbentuk
CXCVIII.
endapan

Zn(OH)2(s)
CXCIX.

Terbentuk
endapan

[Fe(NH3)6]
3+
(aq)

Co(OH)3(s)

[Ni(NH3)6]
2+
(aq)

[Cu(NH3)4
]2+(aq)

[Zn(NHs)
(OH)2](s)

berwarna
CCII.
CCIII.

putih

putih
keruh

CCI.

c. Reaksi beberapa Ion Logam Transisi dengan larutan ammonia tiosianat 0,1M

CCIV.

G
a
r
a
m

CCV.

CCVII.

Sebelum reaksi

CCVIII.

Pengamatan

Setelah penambahan
NH4CNS (1 mL)

CCIX.

Rumus ion
kompleks

CCX.

CCCXI.
r
C
l3

Larutan berwarna biru (+
CCXII.
+)

Larutan
(hampir
semula)

berwarna
biru
CCXIII.
sama
dengan

-

CCXIV.

M
CCXV.
n(
S
O
4)

Larutan tidak berwarnaCCXVI.

Tidak terjadi perubahan CCXVII.

-

CCXVIII.

CCXIX.
F
e(
N
H
3)
2S

Larutan berwarna kuning
CCXX.
(--)

Larutan berwarna
kecoklatan

[Fe SCN]+

merah
CCXXI.

O
4

CCXXIII.
F
e
C
l3

Larutan berwarna kuning
CCXXIV.

Larutan berwarna
kecoklatn

CCXXVI.

CCXXVII.
C
o
C
l2

Larutan berwarna CCXXVIII.
merah
muda jernih

Tidak terjadi perubahan CCXXIX.

-

CCXXX.

CCXXXI.
N
i
C
l2

Larutan berwarna CCXXXII.
hijau
jernih

Tidak terjadi perubahanCCXXXIII.

-

CCXXXIV.

CCXXXV.
C
u
S
O

Larutan berwarna CCXXXVI.
biru
kehijauan

Larutan
muda

[Cu(SCN)]+

4

merah
CCXXV.

[Fe(SCN)]+

CCXXII.

berwarna CCXXXVII.
hijau

CCXXXVIII.

CCXXXIX.
Z
n
C
l2

Larutan tidak berwarna CCXL.

Tidak terjadi perubahan

CCXLI.

CCXLII.
d. Blanko untuk percobaan reaksi garam transisi dengan ammonium tiosianat
CCXLIII.

G
a
r
a CCXLVI.
m

CCXLVIII.

CCXLIX.
C
r
C
l3

CCLI.

M
CCLII.
n(
S
O
4)

CCXLIV.

Pengamatan

Sebelum reaksi CCXLVII.

Larutan berwarna biru

CCL.

Larutan tidak berwarna CCLIII.

Setelah penambahan 1
mL air

Larutan berwarna biru (+)

Larutan tidak berwarna

-

CCLIV.

FCCLV.
e(
N
H
3)
2S
O

Larutan berwarna kuning
CCLVI.
(--)

Larutan berwarna kuning
(---)

4

CCLVII.

CCLVIII.
F
e
C
l3

Larutan berwarna kuning
CCLIX.

Larutan berwarna kuning

CCLX.

CCLXI.
C
o
C
l2

Larutan berwarna merah
CCLXII.
muda jernih

Larutan berwarna merah
muda (--)

CCLXIII.

CCLXIV.
N
i
C
l2

Larutan berwarna hijau
CCLXV.
jernih

Larutan berwarna
muda (--)

hijau

CCLXVI.

CCLXVII.
C
u
S
O

Larutan berwarna CCLXVIII.
biru
kehijauan

Larutan berwarna
kehijauan

biru

Larutan tidak berwarnaCCLXXI.

Larutan tidak berwarna

4

CCLXIX.

CCLXX.
Z
n
C
l2

CCLXXII.
2. Percobaan II: Pembentukan ion kompleks
a. Kompleks Cr (III)
CCLXXIII. Warna larutan CrCl3.6H2O : biru (++

CCLXXIV.

CCLXXV.
Reagen
yang
ditambahk
an

Warna
reagen
CCLXXVI.
yang
ditambahk
an

CCLXXVII.
Pengamata
n setelah
bereaksi

Rumus ion
kompleks
yang
terbentuk

CCLXXVIII.

CCLXXIX.
Na2C2O4

LarutanCCLXXX.
tidak
berwarna

Larutan
CCLXXXI.
berwarna
hijau (++)

[Cr(C2O4)3]3

CCLXXXII.
b. Kompleks Fe (II)
CCLXXXIII. Warna larutan Ferro sulfat : kuning (-)
CCLXXXIV.

Garam

CCLXXXV.
CCLXXXVIII.

CCLXXXVI.
CCLXXXVII.

Pengamatan

Setelah
CCLXXXIX.
penambahan
kristal 1,10phenantroline

Rumus ion
kompleks yang
terbentuk

FeSO4 + air
CCXCI.

Larutan berwarna
CCXCII.
kuning (+)

[Fe(H2O)6]2+(aq)

CCXCIII.
c. Kompleks Fe (III)
CCXCIV.

La

CCXCV.

Pengamatan

(aq)

ru CCXCVII.
Setelah CCXCVIII.
ta
penambahan
n
tetes demi tetes
ga
NH4CNS (2 tetes)
ra
m
CCCI.

Fe
CCCII.
Cl

Larutan berwarna
CCCIII.
merah kecoklatan

Rumus ion
CCXCIX.
kompleks yang
terbentuk

[Fe(CNS)]2+

CCCIV.

Setelah
penambahan
berlebih
Na2C2O4 (11
tetes)

CCC.

Larutan berwarna
jingga (+)

CCCV.

3

CCCVI. Warna larutan FeCl3 : kuning
CCCVII.

Setelah penambahan NH4CNS berlebih (4 tetes) warna larutan : merah

d. Kompleks Co (II)
CCCVIII. Warna larutan CoCl2 : merah muda jernih

CCCIX.

CCCXIII.

Reagen
yang
ditambahk
an

CCCX.

Larutan CCCXIV.
Na2EDTA

Warna
reagen
CCCXI.
yang
ditambahk
an
Larutan CCCXV.
tidak

CCCXII.
Pengamatan setelah
bereaksi

Rumus ion
kompleks
yang
terbentuk

Larutan berwarna
CCCXVI.

[Co(EDTA)

Rumus ion
kompleks yang
terbentuk

[Fe(CNS)4]+

berwarna

mearh muda

]

CCCXVII.
e. Kompleks Ni (II)
CCCXVIII. Warna larutan Ni(NO3)2 : hijau

CCCXIX.

CCCXX.
Reagen
yang
ditambahk
an

Warna
reagen
CCCXXI.
yang
ditambahk
an
CCCXXV.

CCCXXIII.

CCCXXVII.

CCCXXII.
Pengamata
n setelah
bereaksi

CCCXXIV.
Dimethylgli
oksim

Larutan
tidak
berwarna

Larutan
berwarna
merah
CCCXXVI.
muda,
endapan
merah

CCCXXVIII.
Larutan
Na2EDTA

Larutan
CCCXXIX.
tidak
berwarna

Larutan
berwarna
hijau

CCCXXXI.
f. Kompleks Cu (II)

Rumus ion
kompleks
yang
terbentuk

[Ni(DMG)]
2+

]
.CCCXXX
Ni(EDTA)2]
+2

CCCXXXII.
CCCXXXIII.

Warna CuSO4.5H2O : kristal berwarna biru (++)
Warna CuCl2.2H2O : kristal berwarna hijau

CCCXXXIV.

CCCXXXV.
Reagen yang
ditambahkan

CCCXXXVIII.

Larutan
CCCXXXIX.
Na2EDTA

Warna reagen
CCCXXXVI.
yang
ditambahkan

Larutan tidak CCCXL.
berwarna

CCCXXXVII.
Pengamatan
setelah
bereaksi

Larutan
CCCXLI.
berwarna biru

Rumus ion
kompleks
yang
terbentuk

[Cu(EDTA)2]2+

CCCXLII.
CCCXLIII.
3. Percobaan III :Perubahan tingkat oksidasi
a. Perubahan Fe2+menjadi Fe 3+
CCCXLIV.
Warna larutan ferrosulfat : kuning (-)

CCCXLV.

CCCXLVIII.

Perlakuan

CCCXLVI.

Penambahan CCCXLIX.
HNO3pekat 3 tetes

CCCXLVII.
Pengamatan

Larutan berwarna
hijau

CCCL.

Rumus ion kompleks yang terbentuk / reaksi
yang terjadi

Fe2+(aq) + HNO3(aq) + 3H+  Fe3+ + NO(g) + 2H2O(l)

CCCLI.

CCCLIV.

CCCLVII.

Setelah dipanaskanCCCLII.
1-2 menit

Timbul gelembung
CCCLIII.
gas NO

CCCLV.
Setelah didinginkan

Larutan tidak
berwarna endapanCCCLVI.
warna hitam

Penambahan larutan
CCCLVIII.
NaOH 2M

Terbentuk endapan
CCCLIX.
berwarna hijau kotor

Fe3+ + NaOH  Fe(OH)3(s)

CCCLX.
b. Perubahan Cr6+menjadiFeCr3+
CCCLXI.
Warna larutan K2Cr2O7 : jingga

CCCLXII.

CCCLXV.

CCCLXVIII.

Perlakuan CCCLXIII.

Pemanasan

CCCLXVI.

Penambahan bijih
CCCLXIX.
Zn

CCCLXIV.
Pengamatan

Larutan
jingga

berwarna
CCCLXVII.

larutan berwarna
CCCLXX.
jingga, terbentuk
endapan
warna

Rumus ion kompleks yang terbentuk / reaksi
yang terjadi

abu-abu
CCCLXXI.

PenambahanCCCLXXII.
HCl
pekat

Larutan berwarna
CCCLXXIII.
biru keruh

CCCLXXIV.

Pemanasan CCCLXXV.

Timbul gas CCCLXXVI.
klor

CCCLXXVII.

Penambahan
CCCLXXVIII.
HNO3 setelah
perubahan warna
akhir

Larutan berwarna
CCCLXXIX.
hijau tua

K2Cr2O7(aq) + 14HCl  2Cr3+ + 3Cl2 + 2K+ + Cl- +
7H2O(l)

CCCLXXX.

Pembahasan
1. Percobaan 1: Reaksi beberapa Ion logam Transisi

CCCLXXXI.

Pada percobaan pertama ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui beberapa

reaksi logam transisi. Beberapa logam yang digunakan dalam reaksi adalah Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Logam-logam tersebut dalam bentuk garam akan direaksikan
menggunakan NaOH, NH3, dan NH4CNS.
1) Reaksi dengan NaOH
CCCLXXXII.

Pada dasarnya semua logam transisi dapat membentuk endapan jika
direaksikan dengan logam alkali. Endapan tersebut merupakan endapan
hidroksida. Berikut uraian beberapa reaksi logam transisi dengan NaOH:

a) Garam CrCl3
CCCLXXXIII.

Larutan CrCl3 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung reaksi

lalu ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan larutan berwarna hijau (+).
Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau
pada larutan. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran kesetimbangan ke
bentuk awal sehingga reaksinya menjadi seperti berikut:
CCCLXXXIV.
CCCLXXXV.

[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH-  [Cr(H2O)3(OH)3]-(aq)
[Cr(H2O)3(OH)3]-(aq) + OH-  [Cr(H2O)2(OH)4](s)

b) Garam Mn(SO)4
CCCLXXXVI.

Larutan MnSO4 yang tidak berwarna diambil 1 mL untuk dimasukkan

ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan hablur
berwarna kuning. Seharusnya endapan atau hablur yang terbentuk adalah
berwarna putih, ketidaksesuaian ini dikarenakan endapan tersebut mulai ada
kontak dengan udara (teroksidasi). Kemudian, ditambahkan NaOH berlebih
sebanyak 3 tetes menghasilkan hablur kuning (++). Hal ini menunjukkan
bahwa logam Mn jika direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak
larut. Berikut reaksi yang terjadi:
CCCLXXXVII.
CCCLXXXVIII.

[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Mn(H2O)4(OH)2](s)
[Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH-  [Mn(H2O)3(OH)3](s)

c) Garam Fe(NH3)2SO4
CCCLXXXIX.

Larutan Fe(NH3)2SO4 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung

reaksi lalu ditambahkan NaOH 2 tetes tidak terjadi perubahan. Setelah
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau, namun

setelah dikocok menghilang. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besi
(II) jika direaksikan dengan NaOH menghasilkan endapan hijau kotor.
Sehingga dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
CCCXC.
CCCXCI.

[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Fe(H2O)4(OH)2]-(aq)
[Fe(H2O)4(OH)2]-(aq) + OH-  [Fe(H2O)3(OH)3](s)

d) Garam FeCl3
CCCXCII.

Larutan FeCl3 diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu

ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan larutan berwarna jingga. Namun,
setelah ditambahkan NaOH berlebih sebayank 3 tetes terbentuk endapan
coklat kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besi (III) jika
direaksikan dengan NaOH menghasilkan endapan coklat kemerahan. Sehingga
dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
CCCXCIII.

[Fe(H2O)6]3+(aq) + OH-  [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)

CCCXCIV.

[Fe(H2O)3(OH)3]-(aq) + OH-  [Fe(H2O)2(OH)4](s)

e) Garam CoCl2
CCCXCV.

Larutan CoCl2 berwarna merah muda ini diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan hablur
berwarna coklat. Seharusnya endapan yang dihasilkan adalah berwarna merah
jambu, ketidaksesuaian ini dikarenakan saat penambahan NaOH terjadi kontak
dengan udara sehingga teroksidasi. Kemudian ditambahkan NaOH berlebih
sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hablur coklat (++). Berikut reaksi yang
terjadi:
CCCXCVI.
CCCXCVII.

[Co(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Co(H2O)4(OH)2](s)
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH-  [Co(H2O)3(OH)3](s)

f) Garam NiCl2
CCCXCVIII.

Larutan NiCl2 yang berwarna hijau diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan
larutan keruh dan endapan berwarna hijau. Setelah ditambahkan NaOH
berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau (++). Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Ni akan membentuk endapan berwarna hijau apabila direaksikan
dengan NaOH dan tidak larut dalam reagen berlebih. Reaksinya dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
CCCXCIX.

[Ni(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Ni(H2O)4(OH)2](s)

CD.
CDI.

[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH-  [Ni(H2O)3(OH)3](s)

g) Garam CuSO4
CDII.

Larutan CuSO4 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan
larutan berwarna biru keruh dan terbentuk endapan biru. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Cu akan membentuk endapan berwarna biru apabila direaksikan
dengan NaOH. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes
terbentuk endapan biru (++). Hal ini menunjukkan bahwa logam Cu jika
direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak larut. Berikut reaksi
yang terjadi:
CDIII.[Cu(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Cu(H2O)4(OH)2](s)
CDIV.[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH-  [Cu(H2O)3(OH)3](s)
h) Garam ZnCl2
CDV.

Larutan ZnCl2 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan
hablur berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa logam Zn akan
membentuk hablur berwarna putih apabila direaksikan dengan NaOH. Setelah
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk hablur putih (++).
Seharusnya endapan larut dalam reagen alkali berlebih karena zink (II)
hidroksida bersifat amfoter. Ketidaksesuaian ini dikarenakan jumlah tetesan
NaOH yang ditambahkan masih kurang. Berikut reaksi yang terjadi:
CDVI.
CDVII.

[Zn(H2O)6]2+(aq) + OH-  [Zn(H2O)4(OH)2](s)
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH-  [Zn(H2O)3(OH)3](s)

2) Reaksi dengan amonia
CDVIII.

Pada dasarnya semua logam transisi yang mengendap dapat larut kembali
apabila direaksikan dengan amonia. Berikut uraian beberapa reaksi logam transisi
dengan amonia:

a) Garam CrCl3
CDIX.

Larutan CrCl3 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung reaksi

lalu ditambahkan 1 tetes NH3 pekat terbentuk endapan abu-abu biru dan
larutan biru keruh. Setelah ditambahkan NH3 pekat berlebih sebanyak 1 tetes
endapan tersebut larut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa logam Cr apabila
direaksikan dengan amonia akan menghasilkan endapan dan akan larut dalam
reagen berlebih. Sehingga reaksinya menjadi seperti berikut:
CDX.

Cr3+(aq) + 3NH3 + 3H2O Cr(OH)3(s) + 3NH4+(aq)

CDXI.

Cr(OH)3(s) + 6NH3  [Cr(NH3)6]3+(aq)

b) Garam Mn(SO)4
CDXII.

Larutan MnSO4 yang tidak berwarna diambil 1 mL untuk dimasukkan

ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 tetes NH 3 pekat menghasilkan
endapan

berwarna

putih

dan

larutan

berwarna

kuning.

Kemudian,

ditambahkan NH3 pekat berlebih sebanyak 1 tetes endapan tersebut dapat
larut. Sebab, penambahan amonia berelebih mengakibatkan reaksi bergeser ke
kiri dan membuat konsentrasi ion hidroksil sangat kecil (menurun) yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk menghasilkan endapan Mangan(II)
hidroksida. Berikut reaksi yang terjadi:
CDXIII.

Mn2+(aq) + 2NH3 + 2H2O Mn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)

CDXIV.

Mn(OH)2(s) + 6NH3  [Mn(NH3)6]2+(aq)

c) Garam Fe(NH3)2SO4
CDXV.

Larutan Fe(NH3)2SO4 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung

reaksi lalu ditambahkan NH3 pekat 1 tetes tidak terjadi perubahan. Seharusnya
terbentuk endapan tetapi tidak terjadi dikarenakan tetesan NH 3 pekat yang
ditambahkan masih kurang. Namun, setelah ditambahkan NH 3 pekat 1 tetes
lagi menghasilkan larutan berwarna hijau kehitaman. Hal ini menunjukkan
bahwa ion amonium ada dalam jumlah banyak sehingga, disosiasi amonium
hidroksida tertekan dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah.
Dengan demikian pengendapan tidak terjadi, sehingga dapat dituliskan
reaksinya sebagai berikut:
CDXVI.

Fe2+(aq) + 5NH3 + H2O  [Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq)

CDXVII.

[Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq) + NH3  [Fe(NH3)6]2+(aq)

d) Garam FeCl3
CDXVIII.

Larutan FeCl3 diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu

ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan larutan berwarna merah
kecoklatan. Seharusnya terbentuk endapan tetapi tidak terjadi dikarenakan
tetesan NH3 pekat yang ditambahkan masih kurang. Namun, setelah
ditambahkan NH3 pekat berlebih sebanyak 1 tetes larutan berwarna merah
kecoklatan keruh. Hal ini menunjukkan bahwa endapan mulai terbentuk
karena endapan yang dihasilkan merupakan besi (III) hidroksida dan Kspnya
begitu kecil, sehingga terjadi pengendapan. Apabila NH 3 ditambahkan

berlebih sekali lagi maka, kekeruhan menghilang dan larutan menjadi jernih
merah kecoklatan. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
CDXIX.

Fe3+(aq) + 5NH3 + H2O  [Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq)

CDXX.

[Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq) + NH3  [Fe(NH3)6]3+(aq)

e) Garam CoCl2
CDXXI.

Larutan CoCl2 diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu

ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan larutan berwarna hijau.
Seharusnya terbentuk endapan tetapi tidak terjadi dikarenakan tetesan NH 3
pekat yang ditambahkan masih kurang. Namun, setelah ditambahkan NH 3
pekat berlebih sebanyak 1 tetes larutan berwarna hijau dan terbentuk endapan.
Apabila NH3 ditambahkan berlebih sekali lagi maka, endapan akan larut
karena jumlah ion ammonium dalam jumlah lebih banyak dan senyawa
kompleks akan terbentuk dalam satu tahap. Sehingga dapat dituliskan reaksi
kesetimbangannya adalah sebagai berikut:
CDXXII.

Co2+(aq) + 3NH3 + 2H2O Co(OH)3(s) + 2NH4+(aq)

CDXXIII.

Co(OH)3(s) + 6NH3(aq)  [Co(NH3)6]2+(aq)

CDXXIV.

[Co(NH3)6]2+(aq)  Co2+(s) + 6NH4+(aq)

CDXXV.

Kesetimbangan bergeser ke kanan karena pengikatan ion hidrogen oleh
amonia.
H+ + NH3  NH4+

CDXXVI.
f) Garam NiCl2
CDXXVII.

Larutan NiCl2 yang berwarna hijau diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan
larutan berwarna biru muda. Setelah ditambahkan NH3 pekat berlebih
sebanyak 1 tetes menghasilkan larutan berwarna biru jernih. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa kompleks terbentuk dengan segera. Reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut:
CDXXVIII.

Ni2+(aq) + 5NH3 + H2O  [Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq)

CDXXIX.

[Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq) + NH3  [Ni(NH3)6]2+(aq)

CDXXX.

Apabila tidak demikian, berarti reaksi yang terjadi akan menghasilkan

endapan untuk penambahan NH3 pekat pertama kali dan akan larut dalam
penambahan amonia berlebih. Reaksinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:
CDXXXI.

Ni2+(aq) + 2NH3 + 2H2O Ni(OH)2(s) + 2NH4+(aq)

CDXXXII.

Ni(OH)2(s) + 6NH3(aq)  [Ni(NH3)6]2+(aq)

g) Garam CuSO4
CDXXXIII.

Larutan CuSO4 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan
larutan berwarna biru tua. Kemudian ditambahkan NH3 pekat 1 tetes lagi
menghasilkan larutan berwarna biru tua (+). Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa kompleks langsung terbentuk. Sebab, larutan CuSO4 merupakan
garam asam dan amonia yang digunakan untuk menetralkannya berlebih
sehingga, endapan tidak terjadi sama sekali. Berikut reaksi yang terjadi:
CDXXXIV. Cu2+(aq) + 3NH3 + H2O  [Cu(H2O)(NH3)3]2+(aq)
CDXXXV. [Cu(H2O)(NH3)3]2+(aq) + NH3  [Cu(NH3)4]2+(aq)
h) Garam ZnCl2
CDXXXVI.

Larutan ZnCl2 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan
endapan berwarna putih. Lalu ditambahkan NH3 berlebih sebanyak 1 tetes
endapan tidak larut. Seharusnya endapan larut dalam larutan amonia apabila
jika berlebih. Namun, hal tersebut tidak terjadi dikarenakan tetesan NH 3 yang
ditambahkan masih kurang.
CDXXXVII.

Apabila NH3 ditambahkan berelebih sekali lagi maka, endapan akan

larut. Sebab, konsentrasi ion hidroksil akan menurun sampai Ksp zink (II)
hidroksida tidak tercapai, sehingga akan menghasilkan teteraaminzinkat (II).
Berikut reaksi yang terjadi:
CDXXXVIII.
CDXXXIX.

Zn2+(aq) + 2NH3 + 2H2O  Zn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
Zn(OH)2(s) + NH3  [Zn(NHs)(OH)2](s)

3) Reaksi dengan NH4CNS
CDXL.

Pada percobaan ini larutan masing-masing larutan garam logam

transisi diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1
mL NH4CNS. Kemudian dibandingkan perubahan warna yang terjadi dengan
larutan blanko. Larutan blanko dibuat dari 1 mL larutan garam logam transisi
ditambahkan dengan aquades 1 mL. Hal ini bertujuan untuk membedakan kation
mana yang membentuk ion kompleks dengan ion CNS-. Kation dari garam logam
transisi yang dapat membentuk ion kompleks dengan ion CNS - adalah Cu2+, Fe2+,
dan Fe3+. Hal ini ditunjukkan dari perubahan warna yang terjadi pada larutan saat
ditambahkan amonium tiosianat.

CDXLI.

Belum tentu perubahan warna tersebut mengindikasikan adanya

pembentukan ion kompleks. Namun, saat ion CNS- yang bertindak sebagai ligan
terikat pada logam akan menimbulkan suatu interaksi elektron yang terjadi
disekitar ion pusat. Interaksi tersebut membutuhkan energi dan energi tersebut
digunakan untuk melakukan eksitasi. Eksitasi yang terjadi seperti gelombang
cahaya dimana akan dihasilkan warna-warna tertentu.
CDXLII.

Selain itu, warna yang dihasilkan akibat dari pengisian orbital d pada

logam yang kosong dimana logam transisi cenderung bersifat paramagnetik.
Artinya, mudah ditarik oleh medan magnet dan mudah menerima sumbangan
elektron. Sehingga, banyak logam transisi digunakan sebagai penghantar panas
dan listrik yang baik.
CDXLIII.

Terlepas dari kegunaan dan aktivitas elektron yang terjadi antara

logam-ligan atau ligan-logam. Warna yang dihasilkan pada pembentukan
senyawa kompleks yang terjadi pada kation Cu 2+, Fe2+, dan Fe3+ dengan anion
CNS- dapat dibandingkan dengan larutan blanko yang telah dibuat. CuSO 4 setelah
ditambahkan NH4CNS, larutan berubah warna dari biru menjadi hijau muda.
Sedangkan Fe(NH3)2SO4 dan FeCl3 mngalami perubahan warna setelah
ditambahkn NH4CNS menjadi larutan berwarna merah kecoklatan.
CDXLIV.

Jika dibandingkan dengan blanko, garam CuSO4, Fe(NH3)2SO4, dan

FeCl3 yaitu menghasilkan warna masing-masing berturut-turut adalah larutan
berwarna biru kehijauan, larutan berwarna kuning (---), dan larutan berwarna
kuning. Hal ini menunjukkan perbedaan antara warna yang dihasilkan dengan
NH4CNS dan aquades. Sehingga, semakin menguatkan bahwa dari delapan
larutan garam logam transisi yang telah disiapkan dalam percobaan yang
menunjukkan hasil positif bereaksi dengan ion CNS - membentuk kompleks
adalah kation Cu2+, Fe2+, dan Fe3+. Sedangkan, untuk kelima larutan garam logam
transisi yang lain seperti Mn(SO)4 , ZnCl2 , CoCl2 , NiCl2 , CrCl3 tidak mengalami
perubahan warna saat direaksikan dengan NH4CNS atau dapat dikatakan tetap.
2. Percobaan II: Pembentukan ion kompleks oleh ion logam transisi
1) Kompleks Cr (III)
CDXLV.

Pada percobaan ini mula-mula larutan CrCl 3 2 mL dimasukkan dalam

tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan Na2C2O4 beberapa tetes hingga
menghasilkan larutan berwarna hijau. Warna tersebut menunjukka adanya
senyawa kompleks yang terbentuk yaitu [Cr(C2O4)3]3-. Fungsi penambahan reagen

Na2C2O4 adalah sebagai peneyedia ligan berupa ion C2O42- dimana ion tersebut
akan menggantikan ion Cl- . Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut:
CDXLVI.
CDXLVII.

CrCl3(aq) + Na2C2O4(aq)  [Cr(C2O4)3]3-(aq) + 2Na+ + 3ClKarena Cr3+ merupakan ion yang stabil dari sederetan tingkat oksidasi

pada logam Cr dan mempunyai bilangan koordinasi 6 serta berada pada orbital d3
yang cenderung menyukai bentuk oktahedral, maka dapat digambarkan struktur
molekulnya sebagai berikut:
CDXLVIII.

2) Kompleks Fe (II) dan Fe (III)
a) Fe (II)
CDXLIX.

Pada percobaan pembentuka ion Fe (II) larutan yang digunakan adalah

Fe(NO3)2 . Mula-mula larutan Fe(NO3)2 1 mL dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 1,10-phenantroline 2-3 tetes menghasilkan larutan
berwarna kuning (+). Jika ditambahkan 1,10-phenantroline berlebih antara 5-10
tetes lagi akan didapatkan perubahan warna yang jelas hingga sampai berwarna
jingga namun, hal tersebut tidak dilakukan. Senyawa kompleks yang terbentuk
adalah [Fe(H2O)6]2+ dimana Fe mendapatkan 6 molekul Ligan yang menggantikan
keberadaan ion NO3-. H2O merupakan ligan lemah, dan Fe2+ berada pada orbital
d6 yang menyukai bentuk tetrahedral. Dapat ditunjukkan struktur molekulnya
adalah sebagai berikut:

b) Fe (III)
CDL.

Pada pembentukan ion Fe3+, mula-mula larutan FeCl3 2 mL

dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan NH 4CNS
menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan
terbentuknya senyawa kompleks yaitu Fe(CNS)3. Lalu ditambahkan natrium
oksalat kurang lebih 11 tetes menghasilkan larutan berwarna jingga (+).
Perubahan warna tersebut diakibatkan tergantinya ligan CNS- oleh ligan C2O42-.
Setelah itu, ditambahkan lagi NH4CNS 4 tetes menghasilkan larutan berwarna
merah. Hal ini menunjukkan bahwa ligan CNS- yang merupakan ligan kuat
mampu mendesak dan menggantikan ligan C2O42- untuk berikatan kembali dengan
Fe3+. Uraian di atas dapat ditunjukkan dari persamaan reaksi berikut ini:
CDLI.
CDLII.

FeCl3(aq) + 3NH4CNS(aq)  Fe(CNS)3(aq) + 3NH4Cl
Fe(CNS)3(aq) + Na2C2O4(aq)  Fe(C2O4)(aq) + 2Na+ + CNS-

3) Kompleks Kobalt (II)
CDLIII.

Mula-mula larutan CoCl2 1 mL dimasukkan dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan Na2EDTA tidak terjadi perubahan.
Larutan Na2EDTA memberikan EDTA sebagai ligan yang akan berpasangan
dengan Co2+. EDTA merupakan ligan kuat yang mampu menggantikan 2 molekul
Cl-. Berikut adalah struktur molekul dari senyawa kompleks [Co(EDTA)]:
CDLIV.

4) Kompleks Nikel (II)
CDLV.

Pada percobaan ini, pembentukan ion kompleks Ni2+ ditunjukkan

dengan mereaksikannya dengan 2 reagen yaitu dimetilglioksima (DMG) dan
Na2C2O4. Berikut uraiannya:
a) Mula-mula larutan Ni(NO3)2 1 mL dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan larutan dimetilglioksima (DMG) beberapa tetes
menghasilkan larutan berwarna merah muda dan terdapat endapan warna

merah. Hal ini menunjukkan 2 molekul ligan NO 3- digantikan oleh 1 molekul
dimetilglioksima (DMG) membentuk senyawa kompleks yaitu [Ni(DMG)] 2+.

Struktur molekul dari [Ni(DMG)]2+ ditunjukkan sebagai berikut:
CDLVI.
b) Mula-mula larutan Ni(NO3)2 1 mL dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan larutan Na2EDTA 10 tetes menghasilkan larutan
berwarna hijau. Hal ini menunjukkan terbentuknya senyawa kompleks
[Ni(EDTA)2]2+ dimana ion NO3- sebagai ligan digantikan oleh EDTA. Sebab,
ligan EDTA lebih kuat daripada NO3- sehingga, mampu mendesak dan
menggantikan posisi NO3- untu berikatan dengan logam Ni. Struktur molekul
dari [Ni(EDTA)2]2+ ditunjukkan sebagai berikut:

5) Kompleks Cu (II)
CDLVII.

Pada percobaan ini, pembentukan ion kompleks Cu2+ dapat ditunjukkan
dengan melihat perbandingan warna kristal antara CuSO4.5H2O dan CuCl2.2H2O.
Selain itu, garam CuSO4 juga direaksikan dengan Na2EDTA. Sebagaimana
uraiannya berikut ini:
a) Warna kristal untuk CuSO4.5H2O adalah biru (++), sedangkan kristal
CuCl2.2H2O berwarna hijau

b) Larutan CuSO4 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan Na2EDTA 10 tetes menghasilkan larutan berwarna biru jernih.
Hal ini menunjukkan senyawa kompleks terbentuk yaitu