Sejarah Hubungan Kerjasama Indonesia dan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpolitikan Amerika Serikat (AS) dalam hubungan internasional
tidak perlu diragukan lagi. AS memiliki perekonomian yang mapan dan teknologi
yang canggih awal yang baik dan dibutuhkan dalam melaksanakan hubungan
antar negara. Berakhirnya Perang Dingin yang dimenangkan oleh AS, membuat
AS semakin melebarkan sayapnya di kancah internasional. AS merupakan negara
yang mandiri dan negara yang dapat menarik negara-negara lain untuk melakukan
hubungan kerjasama, terutama bagi negara-negara berkembang yang belum cukup
mapan untuk memiliki pengaruh dalam hubungan internasional.
Amerika Serikat telah mengalami berbagai pengalaman pahit sepanjang
sejarah negara ini terbentuk seperti Perang Saudara Amerika (1861-1865) dan
kejatuhan ekonomi Great Depression (1929-1939), bukan hanya AS yang
merasakan melainkan hampir seluruh dunia juga turut ikut merasakan kejatuhan
ekonomi ini. Negara ini juga mengambil bagian dalam Perang Dunia I dan Perang
Dunia II serta Perang Dingin yang terbagi dalam dua blok yaitu blok Barat
dan blok Timur. Blok Barat didominasikan oleh negara-negara yang menganut
paham kapitalis termasuk AS, berperan penting di dalamnya sedangkan blok
Timur identik dengan negara-negara yang percaya akan paham komunis, dimana
Uni Soviet yang memiliki peranan dalam blok ini. Jatuhnya Uni Soviet pada
PerangDingin, membuat AS bangkit menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan
militer yang terkuat di dunia serta hegemoni AS di berbagai belahan dunia
semakin terlihat.Pada tahun 1990-an, AS menobatkan dirinya sebagai polisi dunia
dan angkatan militernya melakukan aksi di berbagai negara seperti Kosovo, Haiti,
Somalia dan Liberia.
Berakhirnya Perang Dingin dan bangkitnya negara adidaya baru yaitu AS,
membuka peluang bagi negara ini untuk memiliki pengaruh dominan terhadap
seluruh kebijakan yang terjadi di semua negara terutama yang berpengaruh
langsung terhadap kepentingan nasionalnya. Sebagai anggota Dewan Keamanan
1
Perserikatan Bangsa Bangsa yang memegang kekuatan penuh atas segala hal
terutama yang menyangkut mengenai perdamaian dunia. Hubungan Indonesia
dan AS yang telah terjalin sejak lama dapat digunakan Indonesia untuk terus
meningkatkan kualitas dan posisi Indonesia di mata dunia terutama dalam
mengatasi masalah keamanan dalam negeri Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerjasama Indonesia dan Amerika pasca
kemerdekaan?
2. Bagaimana kerjasama Indonesia dan Amerika masa Orde Baru?
3. Bagaimana kerjasama Indonesia dan Amerika masa reformasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui kerjasama Indonesia dan Amerika pasca kemerdekaan.
2. Mengetahui kerjasama Indonesia dan Amerika masa Orde Baru.
3. Mengetahui kerjasama Indonesia dan Amerika masa reformasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerjasama Indonesia dan Amerika Era Orde Lama
Berakhirnya agresi militer Belanda II menjadi titik awal diakuinya
kemerdekaan Indonesia di mata Barat, termasuk Amerika Serikat (AS). Melalui
surat yang dikirimkan oleh Harry Truman pada tanggal 27 Desember 1949, AS
memberikan ucapan selamat kepada pemerintah Indonesia. Ucapan selamat
tersebut kemudian disusul dengan dibukanya hubungan diplomatik antara ASIndonesia pada tanggal 28 Desember 1949 dengan dikirimkannya Florace Merle
Chochran sebagai duta besar pertama AS di Jakarta. Beberapa bulan berselang,
tepatnya pada tanggal 20 Februari 1950, Indonesia menempatkan Ali Sostro
Amidjojo sebagai duta besar pertama Indonesia bagi AS.
Pada tahun 1952, AS yang diwakili Chochran (Duta Besar AS)
mengadakan perjanjian bantuan militer dan ekonomi dengan Subardjo (Menlu
RI). Melalui bantuan tersebut, AS kemudian menarik Indonesia ke dalam program
mutual security act. Program tersebut bertujuan untuk membantu pembangunan
negara miskin dan menahan pengaruh dan penyebaran ideologi komunis.
Akan tetapi, hubungan Amerika sempat mengalami kerenggangan dimana
pada tahun 1957 Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA)
melakukan
operasi
HAIK
Eisenhower
dengan
mendukung
kelompok
pemberontak, yaitu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan
Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA). Melalui operasi tersebut, Eisenhower
alias Ike John yang pada masa itu merupakan Presiden Amerika Serikat disinyalir
berusaha menjatuhkan Presiden Soekarno. Namun, usaha itu gagal dengan
jatuhnya kelompok pemberontak tersebut di bawah operasi gabungan Soekarno.
Pada saat itu, anggota CIA bernama Allen Pope berhasil ditangkap di
Pulau Morotai dan menimbulkan kepanikan bagi pemimpin Amerika Serikat saat
itu yang khawatir kedok Amerika Serikat dan CIA akan terbuka menjadi dalang
atas pemberontakan separatisme di Indonesia.
4
Peristiwa tertangkapnya Allen Pope menjadi tamparan keras bagi Amerika
Serikat. Tentu saja bagi Soekarno ini kesempatan bagus untuk melakukan tawarmenawar dengan Amerika Serikat demi kepentingan dalam negeri. Apalagi
Indonesia saat itu membutuhkan peralatan perang untuk menghadapi Belanda
yang menduduki Irian Barat. Sementara itu Ike John berusaha maksimal
mendekati Soekarno untuk membebaskan pilotnya yang berhasil ditangkap pihak
tentara Indonesia. Upaya ini dilakukan dengan mengundang Soekarno ke negeri
Paman Sam itu pada Juni 1960. Proses tawar-menawar ini sangat alot hingga
empat tahun karena Soekarno tidak mau diatur oleh Ike John. Situasi mulai
mencair ketika Ike John digantikan oleh John F kennedy memimpin Amerika
Serikat.
Kennedy lebih memahami kepribadian Soekarno yang kuat dan tidak suka
didikte. Upaya pendekatan pribadi yang dilakukan John F Kennedy ini akhirnya
membawa hubungan persahabatan kedua pemimpin negara. Kennedy tidak hanya
mengundang Soekarno pelesiran ke negaranya, lebih dari itu dia mengajak
Soekarno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California.
Melihat posisi penting Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber
daya alamnya, Kennedy membantu Soekarno dalam penyelesaian masalah Irian
Barat melalui perjanjian New York. Melalui perjanjian tersebut, Kennedy
mendorong Belanda untuk melakukan perundingan dengan Indonesia, dengan
ancaman bahwa AS tidak akan memberikan bantuan Marshall Plan lagi kepada
Belanda jika Belanda menolak perundingan tersebut. Kennedy akhirnya berhasil
membantu Indonesia mengambil alih kekuasaan Irian Barat.
Selain itu, berkat kunjungan ini Soekarno dibantu dalam pembelian 10
pesawat Hercules tipe B yang terdiri atas delapan kargo dan dua tanker. Pesawat
Hercules itulah menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI
(Angkatan Udara Republik Indonesia), sekarang TNI AU. Pendekatan yang
dilakukan John F Kennedy akhirnya mampu meluluhkan Soekarno yang ditandai
5
pembebasan Allen Pope. Pembebasan dilakukan secara diam-diam Februari 1962
saat subuh.
Hasil positif lainnya dari tawar-menawar hasil penangkapan Allen Pope,
Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke
Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan
yang
dibutuhkan
Indonesia
saat
itu.
Tawar
-
menawar
ini
berhasil
mempertontonkan sebuah diplomasi dan negosiasi tingkat tinggi dua pemimpin
negara yang berhasil mengangkat nama Indonesia di mata Amerika Serikat.
Hal inilah yang menjadi pendorong menguatnya kembali hubungan ASIndonesia. Bantuan Kennedy atas Irian Barat juga didasari oleh ketakutan AS akan
adanya intervensi Uni Soviet jika masalah Irian Barat tidak diselesaikan.
Kedekatan hubungan Kennedy-Soekarno tidak serta merta mendorong Johnson
Presiden Amerika setelah Kennedy untuk menerapkan kebijakan yang sama.
Walaupun berlatarbelakang partai yang sama dengan Kennedy, yaitu Partai
Demokrat, Johnson cenderung melanjutkan kebijakan yang dijalankan oleh
Eisenhower dan berniat menjatuhkan Soekarno.
Pada tahun 1964, kampanye anti-Amerika mulai dilancarkan oleh
Soekarno. Pada saat itu, Johnson memangkas dana bantuan kepada Indonesia dan
menjadi salah satu pemicu keluarnya pernyataan Soekarno ‘Go to hell with your
aid’. Disamping itu, Konfrontasi malaysia juga mulai memanas. Dimana pada
tahun 1965, AS mendukung Malaysia menjadi Dewan Keamanan PBB dan
menyebabkan Indonesia mengeluarkan diri dari keanggotaan PBB. Disisi lain,
Uni Soviet mulai melancarkan bantuan yang lebih besar kepada Indonesia dan
menyebabkan kedekatan yang lebih erat dari Soekarno terhadap Uni Soviet.
Johnson pun mendorong adanya operasi CIA yang kemudian menjadi
pemicu adanya GESTAPU atau G30S-PKI pada tahun 1965. Operasi tersebut
berhasil menjatuhkan posisi Soekarno dari kursi presiden dan digantikan oleh
Soeharto.
6
B. Kerjasama Indonesia dan Amerika masa Orde Baru
Pada era Soeharto ini, politik luar negeri yang dijalankan Indonesia
bertujuan untuk menarik investor asing untuk memberikan modal dalam
pembangunan Indonesia. Dengan politik luar negeri ini pun membuat Amerika
yang merupakan negara kaya menjadi target utama Indonesia sehingga Indonesia
pun berusaha untuk menormalisasikan hubungan dengan Indonesia. Soeharto
menganggap Amerika Serikat sebagai pihak yang mampu memberikan bantuan
ekonomi cukup besar bagi Indonesia.
Pada masa presiden Lyndon (1965-1968), hubungan kedua negara mulai
terjalin baik dimana Indonesia berusaha untuk menormalisasikan hubungan dan
mengubah image Indonesia yang menentang Barat. Pada era Soeharto, Indonesia
dan Amerika Serikat sama-sama tengah melakukan perlawanan terhadap komunis.
Indonesia pada saat itu gentar memberantas G30S/PKI yang sedang berkembang
dan membubarkan PKI (Partai Komunis Indonesia). Tindakan ini pun membuat
Amerika Serikat bersimpati ke Indonesia dan memberikan bantuan ke Indonesia
ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Membaiknya hubungan ini tak berarti
Indonesia menjadi sekutu Amerika Serikat karena Indonesia masih menunjukkan
sikap non-aliansi dengan Amerika Serikat. Pada masa inilah PT Freeport secara
resmi mulai masuk ke Indonesia.
Pada masa presiden Nixon (1968-1972), hubungan kedua negara terjalin
sangat baik dimana Amerika memberikan bantuan ekonomi, diadakan pelatihan
militer dan adanya kunjungan kenegaraan. Kedua negara ini juga saling berperan
aktif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kawasan regional Asia seperti
konflik Kamboja dan Vietnam. Hal ini sesuai dengan politik bebas aktif Indonesia
yang berperan aktif dalam internasional khususnya dalam kawasan Asia sendiri.
Hubungan baik ini terjalin karena Kebijakan Luar Negeri kedua negara ini sejalan
sehingga Indonesia pun mendukung penuh tindakan Amerika.
Pada masa presiden Ford (1973-1976), Amerika Serikat sedang mengalami
masalah dimana Amerika baru saja mengalami kekalahan pada perang Vietnam
7
dan adanya krisis Watergate. Adanya masalah ini pun membuat Ford pada saat itu
fokus untuk memulihkan keadaan dan image Amerika dengan cara menjalin
hubungan baik dengan negara di kawasan Asia Pasifik. Hal ini terbukti dengan
adanya kunjungan kenegaraan Ford ke Jakarta pada tahun 1976 dimana pada saat
itu juga bertepatan dengan kasus Timor Timur. Pada pertemuan tersebut, Soeharto
maupun Ford tak terlalu fokus pada pembahasan masalah Timor Timur melainkan
lebih ke basic human needs.
Pada masa presiden Carter (1976-1980), Amerika Serikat lebih fokus
terhadap masalah Hak Asasi Manusia. Hal ini pun semakin membuat hubungan
kedua negara berjalan baik dimana pendangan Amerika ini dijadikan pencerahan
Indonesia dalam kasus Hak Asasi Manusia. Selain itu, Amerika Serikat juga
memilih untuk menghadiri pertemuan ASEAN yang diadakan di Bali pada tahun
1979. Pada masa presiden Reagon (1980-1988), tidak ada masalah yang berarti
dalam hubungan keduanya secara garis besar. Tetapi malah terdapat masalah
dalam kawasan regional di Asia Pasifik seperti administrasi Reagon yang enggan
meningkakan bantuan militer serta mengurangi ikut campur Amerika Serikat
dalam kerjasama regional seperti APEC dan PECC. Tetapi tindakan Amerika
Serikat dalam kawasan Asia Pasifik berbeda dengan hubungan Amerika Serikat
dengan Indonesia dimana pada tahun 1982 Soeharto mengunjungi Amerika
Serikat dan Reagon yang membalas kunjungan ke Indonesia pada tahun 1986.
Meskipun bantuan Amerika Serikat berkurang namun Amerika tetap mendukung
Indonesia seperti adanya kerjasama ekonomi, budaya dan pendidikan dimana
terbentuk KIAS (Kebudayaan Indonesia - Amerika Serikat) yang membuat
Indonesia mendapat perhatian masyarakat Amerika dalam hal pembangunan,
HAM, Rule of Law, politik dan keadilan sosial namun juga membuat Indonesia
lebih berhati-hati karena kekurangan Indonesia dapat terlihat jelas.
Mesikpun Soeharto tetap menjaga hubungan dengan Presiden Amerika
berikutnya, namun pada akhirnya krisis moneter yang menimpa Indonesia
membuat Soeharto harus lengser dari jabatannya.
8
C. Kerjasama Indonesia dan Amerika masa Reformasi
Setelah masa pimpinan Soeharto berakhir, presiden Amerika Serikat
setelah Soeharto semakin "lunak" kepada Indonesia. Bahkan hubungan kedua
negara ini terjalin baik seperti sahabat dan dijadikan Amerika Serikat untuk
mengajak Indonesia pro liberalis dengan alasan perdamaian. Hubungan bilateral
antar keduanya pun semakin meningkat dan beberapa tindakan Indonesia yang
memperlihatkan Indonesia mendukung Amerika Serikat. Tindakan yang dilakukan
Indonesia seperti ikut kedalam Counter Terrorism Comitee (CTC) dan dibentuk
densus 88 sebagai upaya memberantas terorisme di Indonesia.
Posisi Amerika Serikat bagi Indonesia dinilai strategis dimana Amerika
Serikat merupakan sumber utama modal Indonesia dalam upaya pembangunan
Indonesia. Amerika juga dapat menjamin stabilitas keamanan Indonesia terutama
terkait terorisme. Dengan jaminan keamanan ini pun secara otomatis juga
mengurangi anggaran negara yang dapat digunakan untuk upaya pembangunan
Indonesia. Selain itu investasi dan peran Amerika Serikat juga penting bagi
Indonesia. Sebenarnya hubungan Indonesia dan Amerika Serikat ini asimetris
dimana Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dan memiliki pengaruh besar
sedangkan Indonesia harus menjaga hubungannya dengan Amerika Serikat agar
kebijakan yang diambil Amerika Serikat mempertimbangkan kepentingan
nasional Indonesia atau setidaknya tak merugikan Indonesia.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya memiliki pondasi yang kuat
dalam berbagai sektor. Berikut ini adalah beberapa posisi strategis Amerika bagi
Indonesia. Pertama, perimbangan di bidang strategis militer di atas diperluan
untuk merumuskan persepsi politik. Persepsi politik yang dimaksud mengerucut
pada dua hal, yaitu persepsi ancaman dan kemungkinan terciptanya stabilitas dan
perdamaian kawasan. Jika ancaman dan potensi gejolak bisa diatasi maka
Indonesia bisa memfokuskan diri dalam pembangunan dan pengembangan sumber
daya. Kedua, hingga kini Amerika Serikat telah mampu menjamin stabilitas dan
keamanan di kawasan Asia Pasifik dengan strategi forward deployment di
kawasan ini. Pengawasan Amerika Serikat terutama ditujukan sebagai upaya
9
preventif terhadap gejolak terhadap kestabilan kawasan. Pengawasan ini
diwujudkan dalam bentuk militer. Amerika Serikat juga merupakan pemberi
bantuan terbesar dalam hal kekuatan keamanan nasional Indonesia terkait
terorisme. Ketiga, hubungan itu berarti pula bahwa pandangan Indonesia (bersama
anggota-anggota ASEAN lainnya) mengenai perkembangan kawasan perlu
ditanggapi secara sungguh-sungguh oleh Amerika Serikat. Posisi yang kuat dalam
organisasi internasional, mengingat Amerika Serikat adalah pelopor sistem
perdagangan internasional modern dan pendiri berbagai institusi perdagangan dan
keuangan
internasional.
Melalui
perannya
dalam
berbagai
organisasi
internasional, Amerika Serikat bisa mempertimbangkan kepentingan Indonesia
dalam setiap pengambilan keputusan.
Keempat, di bidang politik ekonomi, hubungan dengan Amerika Serikat
penting untuk mengimbangi kekuatan ekonomi Jepang. Terlalu banyak barang
buatan Jepang yang masuk ke pasar Indonesia, sehingga diharapkan Amerika
Serikat mampu menjadi penyeimbang, terutama dalam bidang industri. Kelima, di
bidang swasta investasi Amerika Serikat di dalam bidang energi dan mineral
masih tetap panjang. Hal yang sama berlaku pula untuk investasi di bidang
industri berteknologi tinggi dan bidang pelayanan. Pasar Amerika Serikat juga
sangat potensial untuk barang non migas yaitu bidang manufacturing. Keenam,
pendidikan adalah aspek yang paling menonjol dalam hubungan budaya dengan
Amerika Serikat dengan akibat-akibatnya yang pada umumnya baik. Tersedia
banyak beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat maupun Indonesia. Beasiswa
ini tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga berupa pengenalan budaya, media,
kehidupan dan berbagai sektor lain di kedua negara yang pada akhirnya dapat
membangun jembatan pemahaman.
Posisi strategis ini kemudian diimplementasikan secara nyata dalam
berbagai bentuk variasi kerja sama. Pada bulan November 2010, Presiden Susilo
Bambang
Yudhoyono
dan
Presiden
Barrack
Obama
menandatangani
Comprehensive Partnership Agreement (CPA). Perjanjian ini meliputi kerja sama
dalam bidang perdagangan dan investasi, pendidikan, energi, perubahan iklim dan
10
lingkungan, keamanan, demokrasi dan masyarakat sipil. Sejak 2009, ekspor
barang AS ke Indonesia telah meningkat dari $5,1 miliar ke $7,4 miliar pada
tahun 2011, dan impor barang telah meningkat dari $12,9 miliar ke $19,1 miliar.
Dalam bidang pendidikan, program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study
ditujukan bagi siwa siswi Indonesia untuk tinggal di Amerika Serikat selama satu
tahun dan membangun jembatan pemahaman antar dua negara untuk
menyebarkan perdamaian. Sektor pembangunan juga disentuh, salah satunya
melalui Program Millennium Challenge Corporation (MCC) compact senilai
$600 juta yang ditandatangani pada November 2011 menyediakan investasi dalam
bidang energi terbarukan, gizi ibu dan anak, serta dukungan bagi upaya Indonesia
dalam memodernisasi sistem pengadaan publiknya.
11
BAB III
KESIMPULAN
Berakhirnya agresi militer Belanda II menjadi titik awal diakuinya
kemerdekaan Indonesia di mata Barat, termasuk Amerika Serikat (AS). Melalui
surat yang dikirimkan oleh Harry Truman pada tanggal 27 Desember 1949, AS
memberikan ucapan selamat kepada pemerintah Indonesia. Ucapan selamat
tersebut kemudian disusul dengan dibukanya hubungan diplomatik antara ASIndonesia pada tanggal 28 Desember 1949 dengan dikirimkannya Florace Merle
Chochran sebagai duta besar pertama AS di Jakarta.
Pada era Soeharto, politik luar negeri yang dijalankan Indonesia bertujuan
untuk menarik investor asing untuk memberikan modal dalam pembangunan
Indonesia. Dengan politik luar negeri ini pun membuat Amerika yang merupakan
negara kaya menjadi target utama Indonesia sehingga Indonesia pun berusaha
untuk menormalisasikan hubungan dengan Indonesia.
Setelah masa pimpinan Soeharto berakhir, presiden Amerika Serikat
setelah Soeharto semakin "lunak" kepada Indonesia. Bahkan hubungan kedua
negara ini terjalin baik seperti sahabat dan dijadikan Amerika Serikat untuk
mengajak Indonesia pro liberalis dengan alasan perdamaian. Hubungan bilateral
antar keduanya pun semakin meningkat dan beberapa tindakan Indonesia yang
memperlihatkan Indonesia mendukung Amerika Serikat. Tindakan yang dilakukan
Indonesia seperti ikut kedalam Counter Terrorism Comitee (CTC) dan dibentuk
densus 88 sebagai upaya memberantas terorisme di Indonesia.
12
Tanya – Jawab
1. Masni dan Mansyur : Bagaimana dampak positif dan negatif dari kerjasama
Indonesia dan Amerika bagi Indonesia?
Jawab :
A. Dampak Positif :
Bidang politik
:
Kerjasama Amerika dan Indonesia yang terjalin pada masa
Presiden Soekarno dan Presiden John F. Kennedy mampu membantu
Indonesia dalam rangka membebaskan Irian Barat dari cengkraman
Belanda (proses pembebasan ada pada pembahasan makalah).
Bidang strategis militer
:
Diperlukan untuk merumuskan persepsi politik. Persepsi politik
yang dimaksud mengerucut pada dua hal, yaitu persepsi ancaman dan
kemungkinan terciptanya stabilitas dan perdamaian kawasan. Jika
ancaman dan potensi gejolak bisa diatasi maka Indonesia bisa
memfokuskan diri dalam pembangunan dan pengembangan sumber daya.
Kedua, hingga kini Amerika Serikat telah mampu menjamin stabilitas dan
keamanan di kawasan Asia Pasifik dengan strategi forward deployment di
kawasan ini. Pengawasan Amerika Serikat terutama ditujukan sebagai
upaya
preventif
terhadap
gejolak
terhadap
kestabilan
kawasan.
Pengawasan ini diwujudkan dalam bentuk militer. Amerika Serikat juga
merupakan pemberi bantuan terbesar dalam hal kekuatan keamanan
nasional Indonesia terkait terorisme.
Bidang politik ekonomi
:
Melalui IMF (International Monetary Fund), Amerika membantu
Indonesia untuk keluar dari krisis ekonomi pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto. IMF memberikan banyak pinjaman uang kepada
pemerintahan orde baru yang mana uang tersebut juga difungsikan untuk
pembangunan di Indonesia. Pada masa sekarang hubungan dengan
Amerika Serikat penting untuk mengimbangi kekuatan ekonomi Jepang.
Terlalu banyak barang buatan Jepang yang masuk ke pasar Indonesia,
13
sehingga diharapkan Amerika Serikat mampu menjadi penyeimbang,
terutama dalam bidang industri.
Bidang pendidikan
:
Bidang pendidikan adalah aspek yang paling menonjol dalam
hubungan budaya dengan Amerika Serikat dengan akibat-akibatnya yang
pada umumnya baik. Tersedia banyak beasiswa untuk belajar di Amerika
Serikat maupun Indonesia. Beasiswa ini tidak hanya bersifat akademik,
tetapi juga berupa pengenalan budaya, media, kehidupan dan berbagai
sektor lain di kedua negara yang pada akhirnya dapat membangun
jembatan pemahaman.
B. Dampak Negatif :
Bidang Politik
:
Kerjasama antara Soeharto dan Amerika melalui CIA telah
melengserkan kekuasaan Presiden Soekarno. Hal ini jelas berdampak
negatif karena menganggu stabilitas politik di Indonesia mengingat
Presiden Soekarno mempunyai pengaruh yang kuat pada masanya. Kedua,
konspirasi antara Soeharto dan CIA dalam peristiwa Gerakan 30
September 1965, selanjutnya membawa Indonesia pada masa pembantaian
besar – besaran terhadap orang – orang yang dianggap pendukung Partai
Komunis Indonesia dimana korbannya diperkirakan mencapai 6 juta
orang.
Bidang Ekonomi
:
Kerjasama Indonesia dan Amerika pada masa Orde Baru yang
paling terlihat dan berpengaruh adalah pinjaman dari Amerika melalui
IMF. Dengan demikian IMF banyak melakukan kontrol ketat terhadap
kebijakan yang berlaku pada masa orde baru. Pada pertengahan 1997
Indonesia mengalami krisis yang parah dan puluhan juta orang terdepak ke
bawah garis kemiskinan. Namun IMF tetap memaksa pemerintah
Indonesia untuk memangkas pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial
(subsidi), melakukan deregulasi ekonomi dan menjalankan privatisasi
perusahaan milik negara. Di samping itu pemerintah didesak pula untuk
melegitimasi upah rendah. Seluruh tekanan itu justru meluaskan
14
kemiskinan. Seorang birokrat senior IMF mengaku bahwa seluruh
kebijakan tersebut dilakukan untuk melayani kepentingan investor asing,
yang tidak lain adalah perusahaan-perusahaan besar di negara pemegang
saham utama lembaga ini. Pelayanan ini diberikan dengan cara
membukakan peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sektor
dan pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pendidikan,
kesehatan, pangan dan perumahan. Termasuk menghilangkan subsidi pada
listrik, tarif telepon dan bahan bakar minyak. Padahal menurut Bank
Dunia, setengah dari seluruh rakyat Indonesia berpeluang 50:50 untuk
jatuh miskin tahun itu. Sepertiga dari seluruh rakyat Indonesia tidak
mempunyai akses untuk memperoleh air bersih atau layanan kesehatan
atau tidak menamatkan sekolah dasar. Namun lembaga pemberi utang ini
tetap saja memperburuk situasi ini dengan mengharuskaan pemerintah
memotong belanja publik dan mengurangi tingkat pertumbuhan lapangan
kerja dengan alasan untuk menjadikan perekonomian lebih efisien.
Yang tak kalah menarik yang perlu dikritik dari peran IMF adalah
ketika lembaga ini bahkan ingin ikut campur sampai masalah-masalah
detail praktek kebijakan ekonomi bahkan merambah pada kebijakan
politik dari negara-negara yang dibantunya. Untuk kasus negara kita,
mulai dari cengkeh dan tarif nol persen untuk beras, sampai skandal Bank
Bali, audit Pertamina, mengurus RUU anti korupsi, konflik pasca
penentuan pendapat di Timtim, kasus Atambua, mengejar 20 debitor
terbesar, revisi APBN, mempersoalkan pergantian menko dan kepala
BPPN, pasal-pasal amandemen UU BI dan yang lainnya, semuanya IMF
ingin campur tangan.
Selain permasalahan yang telah diuraikan tadi, kerjasama Indonesia dan
Amerika yang berwujud pada hadirnya PT Freeport di Indonesia juga
merupakan dampak negatif dari kerjasama Indonesia dan Amerika pada
bidang ekonomi. Kehadiran PT Freeport telah mengeruk kekayaan alam
Indonesia di Papua sampai detik ini dimana seharusnya jika Indonesia
yang mengelola Freeport pastinya akan memberikan keuntungan ekonomi
yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.
15
2. Edry
: Bagaimana langkah Amerika Serikat dalam rangka menjatuhkan
kekuasaan Soekarno dan digantikan oleh Soeharto?
Jawab
:
Upaya pertama yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah pada tahun
1957 Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA) melakukan
operasi HAIK Eisenhower dengan mendukung kelompok pemberontak, yaitu
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat
Semesta (PERMESTA). Melalui operasi tersebut, Eisenhower alias Ike John yang
pada masa itu merupakan Presiden Amerika Serikat berusaha menjatuhkan
Presiden Soekarno. Namun, usaha itu gagal dengan jatuhnya kelompok
pemberontak tersebut di bawah operasi gabungan Soekarno. Pada upaya kedua,
Amerika berhasil menjatuhkan kekuasaan Soekarno melalui konspirasi antara
Soeharto dan CIA pada peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pasca peristiwa
Gerakan 30 September 1965, stabilitas keamanan Indonesia akhirnya menjadi
kacau, sehingga Soekarno akhirnya menandatangani Supersemar yang mana
Supersemar itu pada akhirnya dipelintir oleh Soeharto untuk mendapuk kursi
kepresidenan Indonesia.
3. Putri
: Jelaskan hubungan kerjasama Indonesia dan Amerika pada masa
pemerintahan Gus Dur dan Megawati !
Jawab
:
A. Era Gus Dur :
4. Erik S.
: Jelaskan dampak ditangkapnya Allend Pope bagi AS !
Jawab
:
Allen Pope berhasil ditangkap di Pulau Morotai dan menimbulkan
kepanikan bagi pemimpin Amerika Serikat saat itu yang khawatir kedok Amerika
Serikat dan CIA akan terbuka menjadi dalang atas pemberontakan separatisme di
Indonesia. Peristiwa tertangkapnya Allen Pope menjadi tamparan keras bagi
Amerika Serikat. Tentu saja bagi Soekarno ini kesempatan bagus untuk
16
melakukan tawar-menawar dengan Amerika Serikat demi kepentingan dalam
negeri. Apalagi Indonesia saat itu membutuhkan peralatan perang untuk
menghadapi Belanda yang menduduki Irian Barat. Sementara itu Ike John
berusaha maksimal mendekati Soekarno untuk membebaskan pilotnya yang
berhasil ditangkap pihak tentara Indonesia. Upaya ini dilakukan dengan
mengundang Soekarno ke negeri Paman Sam itu pada Juni 1960. Proses tawarmenawar ini sangat alot hingga empat tahun karena Soekarno tidak mau diatur
oleh Ike John. Akan tetapi, pada masa John F. Kennedy akhirnya Allen Pope
dibebaskan setalah proses tawar menawar dengan Soekarno. Jika kedok Amerika
ini sampai terbuka dan bahkan diketahui oleh dunia pada saat itu, maka
kepercayaan dunia terhadap Amerika akan turun drastis dan akan banyak muncul
stigma negatif dari belahan dunia manapun yang menjalin dan akan menjalin
hubungan kerjasama dengan Amerika yang berarti ini akan merugikan Amerika.
5. Julia V.
: Bagaimana sikap Pemerintah Indonesia terhadap kritikan AS?
(Berdasarkan video yang ditayangkan)
Jawab
:
Tidak ada sikap yang ditunjukan langsung oleh pemerintah saat itu bahwa
Indonesia menerima atau menolak kritikan dari AS yang bermuara pada
permasalahan intoleransi di Indonesia. Presiden SBY pernah menerima
penghargaan toleransi beragama dari Appeal of Conscience Foundation (ACF)
dimana justru muncul banyak pertentangan dalam negri atas penghargaan tersebut
karena
merasa
masalah
intoleransi
masih
kerap
terjadi.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa pemerintah Indonesia saat itu belum secara meyakinkan
ingin mengatasi permasalahan intoleransi yang menjadi kritikan AS, sehingga
banyak kalangan dari masyarakat Indonesia sendiri yang meragukan penghargaan
tersebut.
6. Hana E. D : Bagaimana dampak kerjasama Indonesia dan Amerika bagi
stabilitas keamanan Indonesia?
Jawab
:
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Erika, dkk. (2009). Amerika Serikat dan Pemberontakan PRRI/PERMESTA. Sejarah
Hubugan Amerika Serikat-Indonesia. Hal. 3
http://maximusblue.blogspot.co.id/2009/11/review-dampak-bantuan-imf
terhadap_30.html. Diakses pada tanggal 26 November 2015 pada pukul 15.28
WIB.
Ilahi, Kurnia. (2015). Kecerdikan Soekarno Manfaatkan Uni Soviet dan Amerika. Opini
Koran Seputar Indonesia. 16 Agustus.
Kerjasama Bilateral : Amerika Serikat www.kemlu.go.id. (diakses pada 2 November
2015, pukul 15.47 WIB)
Nye, Joseph. S. (1992). Memimpin Dunia, Sifat Kekuatan Amerika yang
Berubah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
United States Information Center (USIS), U. S. (1956). Foto-Foto dan Reportase tentang
Perdjalanan Presiden Soekarno di Amerika Serikat. Jakarta: United States
Information Center.
Wanandi,1991. “Hubungan Amerika Serikat-Indonesa Selama Orde Baru:Suatu Tinjauan
Singkat dan Pribadi”.
Wiharyanto, A.Kardiyat. t.t. Pasang Surut Hubungan RI-AS” [online] Tersedia
di http://www.suarakarya-
online.com/news.html?id=265834 (diakses pada 2
November 2015, pukul 15.46 WIB)
http://maximusblue.blogspot.co.id/2009/11/review-dampak-bantuan-imfterhadap_30.html
19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpolitikan Amerika Serikat (AS) dalam hubungan internasional
tidak perlu diragukan lagi. AS memiliki perekonomian yang mapan dan teknologi
yang canggih awal yang baik dan dibutuhkan dalam melaksanakan hubungan
antar negara. Berakhirnya Perang Dingin yang dimenangkan oleh AS, membuat
AS semakin melebarkan sayapnya di kancah internasional. AS merupakan negara
yang mandiri dan negara yang dapat menarik negara-negara lain untuk melakukan
hubungan kerjasama, terutama bagi negara-negara berkembang yang belum cukup
mapan untuk memiliki pengaruh dalam hubungan internasional.
Amerika Serikat telah mengalami berbagai pengalaman pahit sepanjang
sejarah negara ini terbentuk seperti Perang Saudara Amerika (1861-1865) dan
kejatuhan ekonomi Great Depression (1929-1939), bukan hanya AS yang
merasakan melainkan hampir seluruh dunia juga turut ikut merasakan kejatuhan
ekonomi ini. Negara ini juga mengambil bagian dalam Perang Dunia I dan Perang
Dunia II serta Perang Dingin yang terbagi dalam dua blok yaitu blok Barat
dan blok Timur. Blok Barat didominasikan oleh negara-negara yang menganut
paham kapitalis termasuk AS, berperan penting di dalamnya sedangkan blok
Timur identik dengan negara-negara yang percaya akan paham komunis, dimana
Uni Soviet yang memiliki peranan dalam blok ini. Jatuhnya Uni Soviet pada
PerangDingin, membuat AS bangkit menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan
militer yang terkuat di dunia serta hegemoni AS di berbagai belahan dunia
semakin terlihat.Pada tahun 1990-an, AS menobatkan dirinya sebagai polisi dunia
dan angkatan militernya melakukan aksi di berbagai negara seperti Kosovo, Haiti,
Somalia dan Liberia.
Berakhirnya Perang Dingin dan bangkitnya negara adidaya baru yaitu AS,
membuka peluang bagi negara ini untuk memiliki pengaruh dominan terhadap
seluruh kebijakan yang terjadi di semua negara terutama yang berpengaruh
langsung terhadap kepentingan nasionalnya. Sebagai anggota Dewan Keamanan
1
Perserikatan Bangsa Bangsa yang memegang kekuatan penuh atas segala hal
terutama yang menyangkut mengenai perdamaian dunia. Hubungan Indonesia
dan AS yang telah terjalin sejak lama dapat digunakan Indonesia untuk terus
meningkatkan kualitas dan posisi Indonesia di mata dunia terutama dalam
mengatasi masalah keamanan dalam negeri Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerjasama Indonesia dan Amerika pasca
kemerdekaan?
2. Bagaimana kerjasama Indonesia dan Amerika masa Orde Baru?
3. Bagaimana kerjasama Indonesia dan Amerika masa reformasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui kerjasama Indonesia dan Amerika pasca kemerdekaan.
2. Mengetahui kerjasama Indonesia dan Amerika masa Orde Baru.
3. Mengetahui kerjasama Indonesia dan Amerika masa reformasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerjasama Indonesia dan Amerika Era Orde Lama
Berakhirnya agresi militer Belanda II menjadi titik awal diakuinya
kemerdekaan Indonesia di mata Barat, termasuk Amerika Serikat (AS). Melalui
surat yang dikirimkan oleh Harry Truman pada tanggal 27 Desember 1949, AS
memberikan ucapan selamat kepada pemerintah Indonesia. Ucapan selamat
tersebut kemudian disusul dengan dibukanya hubungan diplomatik antara ASIndonesia pada tanggal 28 Desember 1949 dengan dikirimkannya Florace Merle
Chochran sebagai duta besar pertama AS di Jakarta. Beberapa bulan berselang,
tepatnya pada tanggal 20 Februari 1950, Indonesia menempatkan Ali Sostro
Amidjojo sebagai duta besar pertama Indonesia bagi AS.
Pada tahun 1952, AS yang diwakili Chochran (Duta Besar AS)
mengadakan perjanjian bantuan militer dan ekonomi dengan Subardjo (Menlu
RI). Melalui bantuan tersebut, AS kemudian menarik Indonesia ke dalam program
mutual security act. Program tersebut bertujuan untuk membantu pembangunan
negara miskin dan menahan pengaruh dan penyebaran ideologi komunis.
Akan tetapi, hubungan Amerika sempat mengalami kerenggangan dimana
pada tahun 1957 Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA)
melakukan
operasi
HAIK
Eisenhower
dengan
mendukung
kelompok
pemberontak, yaitu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan
Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA). Melalui operasi tersebut, Eisenhower
alias Ike John yang pada masa itu merupakan Presiden Amerika Serikat disinyalir
berusaha menjatuhkan Presiden Soekarno. Namun, usaha itu gagal dengan
jatuhnya kelompok pemberontak tersebut di bawah operasi gabungan Soekarno.
Pada saat itu, anggota CIA bernama Allen Pope berhasil ditangkap di
Pulau Morotai dan menimbulkan kepanikan bagi pemimpin Amerika Serikat saat
itu yang khawatir kedok Amerika Serikat dan CIA akan terbuka menjadi dalang
atas pemberontakan separatisme di Indonesia.
4
Peristiwa tertangkapnya Allen Pope menjadi tamparan keras bagi Amerika
Serikat. Tentu saja bagi Soekarno ini kesempatan bagus untuk melakukan tawarmenawar dengan Amerika Serikat demi kepentingan dalam negeri. Apalagi
Indonesia saat itu membutuhkan peralatan perang untuk menghadapi Belanda
yang menduduki Irian Barat. Sementara itu Ike John berusaha maksimal
mendekati Soekarno untuk membebaskan pilotnya yang berhasil ditangkap pihak
tentara Indonesia. Upaya ini dilakukan dengan mengundang Soekarno ke negeri
Paman Sam itu pada Juni 1960. Proses tawar-menawar ini sangat alot hingga
empat tahun karena Soekarno tidak mau diatur oleh Ike John. Situasi mulai
mencair ketika Ike John digantikan oleh John F kennedy memimpin Amerika
Serikat.
Kennedy lebih memahami kepribadian Soekarno yang kuat dan tidak suka
didikte. Upaya pendekatan pribadi yang dilakukan John F Kennedy ini akhirnya
membawa hubungan persahabatan kedua pemimpin negara. Kennedy tidak hanya
mengundang Soekarno pelesiran ke negaranya, lebih dari itu dia mengajak
Soekarno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California.
Melihat posisi penting Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber
daya alamnya, Kennedy membantu Soekarno dalam penyelesaian masalah Irian
Barat melalui perjanjian New York. Melalui perjanjian tersebut, Kennedy
mendorong Belanda untuk melakukan perundingan dengan Indonesia, dengan
ancaman bahwa AS tidak akan memberikan bantuan Marshall Plan lagi kepada
Belanda jika Belanda menolak perundingan tersebut. Kennedy akhirnya berhasil
membantu Indonesia mengambil alih kekuasaan Irian Barat.
Selain itu, berkat kunjungan ini Soekarno dibantu dalam pembelian 10
pesawat Hercules tipe B yang terdiri atas delapan kargo dan dua tanker. Pesawat
Hercules itulah menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI
(Angkatan Udara Republik Indonesia), sekarang TNI AU. Pendekatan yang
dilakukan John F Kennedy akhirnya mampu meluluhkan Soekarno yang ditandai
5
pembebasan Allen Pope. Pembebasan dilakukan secara diam-diam Februari 1962
saat subuh.
Hasil positif lainnya dari tawar-menawar hasil penangkapan Allen Pope,
Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke
Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan
yang
dibutuhkan
Indonesia
saat
itu.
Tawar
-
menawar
ini
berhasil
mempertontonkan sebuah diplomasi dan negosiasi tingkat tinggi dua pemimpin
negara yang berhasil mengangkat nama Indonesia di mata Amerika Serikat.
Hal inilah yang menjadi pendorong menguatnya kembali hubungan ASIndonesia. Bantuan Kennedy atas Irian Barat juga didasari oleh ketakutan AS akan
adanya intervensi Uni Soviet jika masalah Irian Barat tidak diselesaikan.
Kedekatan hubungan Kennedy-Soekarno tidak serta merta mendorong Johnson
Presiden Amerika setelah Kennedy untuk menerapkan kebijakan yang sama.
Walaupun berlatarbelakang partai yang sama dengan Kennedy, yaitu Partai
Demokrat, Johnson cenderung melanjutkan kebijakan yang dijalankan oleh
Eisenhower dan berniat menjatuhkan Soekarno.
Pada tahun 1964, kampanye anti-Amerika mulai dilancarkan oleh
Soekarno. Pada saat itu, Johnson memangkas dana bantuan kepada Indonesia dan
menjadi salah satu pemicu keluarnya pernyataan Soekarno ‘Go to hell with your
aid’. Disamping itu, Konfrontasi malaysia juga mulai memanas. Dimana pada
tahun 1965, AS mendukung Malaysia menjadi Dewan Keamanan PBB dan
menyebabkan Indonesia mengeluarkan diri dari keanggotaan PBB. Disisi lain,
Uni Soviet mulai melancarkan bantuan yang lebih besar kepada Indonesia dan
menyebabkan kedekatan yang lebih erat dari Soekarno terhadap Uni Soviet.
Johnson pun mendorong adanya operasi CIA yang kemudian menjadi
pemicu adanya GESTAPU atau G30S-PKI pada tahun 1965. Operasi tersebut
berhasil menjatuhkan posisi Soekarno dari kursi presiden dan digantikan oleh
Soeharto.
6
B. Kerjasama Indonesia dan Amerika masa Orde Baru
Pada era Soeharto ini, politik luar negeri yang dijalankan Indonesia
bertujuan untuk menarik investor asing untuk memberikan modal dalam
pembangunan Indonesia. Dengan politik luar negeri ini pun membuat Amerika
yang merupakan negara kaya menjadi target utama Indonesia sehingga Indonesia
pun berusaha untuk menormalisasikan hubungan dengan Indonesia. Soeharto
menganggap Amerika Serikat sebagai pihak yang mampu memberikan bantuan
ekonomi cukup besar bagi Indonesia.
Pada masa presiden Lyndon (1965-1968), hubungan kedua negara mulai
terjalin baik dimana Indonesia berusaha untuk menormalisasikan hubungan dan
mengubah image Indonesia yang menentang Barat. Pada era Soeharto, Indonesia
dan Amerika Serikat sama-sama tengah melakukan perlawanan terhadap komunis.
Indonesia pada saat itu gentar memberantas G30S/PKI yang sedang berkembang
dan membubarkan PKI (Partai Komunis Indonesia). Tindakan ini pun membuat
Amerika Serikat bersimpati ke Indonesia dan memberikan bantuan ke Indonesia
ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Membaiknya hubungan ini tak berarti
Indonesia menjadi sekutu Amerika Serikat karena Indonesia masih menunjukkan
sikap non-aliansi dengan Amerika Serikat. Pada masa inilah PT Freeport secara
resmi mulai masuk ke Indonesia.
Pada masa presiden Nixon (1968-1972), hubungan kedua negara terjalin
sangat baik dimana Amerika memberikan bantuan ekonomi, diadakan pelatihan
militer dan adanya kunjungan kenegaraan. Kedua negara ini juga saling berperan
aktif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kawasan regional Asia seperti
konflik Kamboja dan Vietnam. Hal ini sesuai dengan politik bebas aktif Indonesia
yang berperan aktif dalam internasional khususnya dalam kawasan Asia sendiri.
Hubungan baik ini terjalin karena Kebijakan Luar Negeri kedua negara ini sejalan
sehingga Indonesia pun mendukung penuh tindakan Amerika.
Pada masa presiden Ford (1973-1976), Amerika Serikat sedang mengalami
masalah dimana Amerika baru saja mengalami kekalahan pada perang Vietnam
7
dan adanya krisis Watergate. Adanya masalah ini pun membuat Ford pada saat itu
fokus untuk memulihkan keadaan dan image Amerika dengan cara menjalin
hubungan baik dengan negara di kawasan Asia Pasifik. Hal ini terbukti dengan
adanya kunjungan kenegaraan Ford ke Jakarta pada tahun 1976 dimana pada saat
itu juga bertepatan dengan kasus Timor Timur. Pada pertemuan tersebut, Soeharto
maupun Ford tak terlalu fokus pada pembahasan masalah Timor Timur melainkan
lebih ke basic human needs.
Pada masa presiden Carter (1976-1980), Amerika Serikat lebih fokus
terhadap masalah Hak Asasi Manusia. Hal ini pun semakin membuat hubungan
kedua negara berjalan baik dimana pendangan Amerika ini dijadikan pencerahan
Indonesia dalam kasus Hak Asasi Manusia. Selain itu, Amerika Serikat juga
memilih untuk menghadiri pertemuan ASEAN yang diadakan di Bali pada tahun
1979. Pada masa presiden Reagon (1980-1988), tidak ada masalah yang berarti
dalam hubungan keduanya secara garis besar. Tetapi malah terdapat masalah
dalam kawasan regional di Asia Pasifik seperti administrasi Reagon yang enggan
meningkakan bantuan militer serta mengurangi ikut campur Amerika Serikat
dalam kerjasama regional seperti APEC dan PECC. Tetapi tindakan Amerika
Serikat dalam kawasan Asia Pasifik berbeda dengan hubungan Amerika Serikat
dengan Indonesia dimana pada tahun 1982 Soeharto mengunjungi Amerika
Serikat dan Reagon yang membalas kunjungan ke Indonesia pada tahun 1986.
Meskipun bantuan Amerika Serikat berkurang namun Amerika tetap mendukung
Indonesia seperti adanya kerjasama ekonomi, budaya dan pendidikan dimana
terbentuk KIAS (Kebudayaan Indonesia - Amerika Serikat) yang membuat
Indonesia mendapat perhatian masyarakat Amerika dalam hal pembangunan,
HAM, Rule of Law, politik dan keadilan sosial namun juga membuat Indonesia
lebih berhati-hati karena kekurangan Indonesia dapat terlihat jelas.
Mesikpun Soeharto tetap menjaga hubungan dengan Presiden Amerika
berikutnya, namun pada akhirnya krisis moneter yang menimpa Indonesia
membuat Soeharto harus lengser dari jabatannya.
8
C. Kerjasama Indonesia dan Amerika masa Reformasi
Setelah masa pimpinan Soeharto berakhir, presiden Amerika Serikat
setelah Soeharto semakin "lunak" kepada Indonesia. Bahkan hubungan kedua
negara ini terjalin baik seperti sahabat dan dijadikan Amerika Serikat untuk
mengajak Indonesia pro liberalis dengan alasan perdamaian. Hubungan bilateral
antar keduanya pun semakin meningkat dan beberapa tindakan Indonesia yang
memperlihatkan Indonesia mendukung Amerika Serikat. Tindakan yang dilakukan
Indonesia seperti ikut kedalam Counter Terrorism Comitee (CTC) dan dibentuk
densus 88 sebagai upaya memberantas terorisme di Indonesia.
Posisi Amerika Serikat bagi Indonesia dinilai strategis dimana Amerika
Serikat merupakan sumber utama modal Indonesia dalam upaya pembangunan
Indonesia. Amerika juga dapat menjamin stabilitas keamanan Indonesia terutama
terkait terorisme. Dengan jaminan keamanan ini pun secara otomatis juga
mengurangi anggaran negara yang dapat digunakan untuk upaya pembangunan
Indonesia. Selain itu investasi dan peran Amerika Serikat juga penting bagi
Indonesia. Sebenarnya hubungan Indonesia dan Amerika Serikat ini asimetris
dimana Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dan memiliki pengaruh besar
sedangkan Indonesia harus menjaga hubungannya dengan Amerika Serikat agar
kebijakan yang diambil Amerika Serikat mempertimbangkan kepentingan
nasional Indonesia atau setidaknya tak merugikan Indonesia.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya memiliki pondasi yang kuat
dalam berbagai sektor. Berikut ini adalah beberapa posisi strategis Amerika bagi
Indonesia. Pertama, perimbangan di bidang strategis militer di atas diperluan
untuk merumuskan persepsi politik. Persepsi politik yang dimaksud mengerucut
pada dua hal, yaitu persepsi ancaman dan kemungkinan terciptanya stabilitas dan
perdamaian kawasan. Jika ancaman dan potensi gejolak bisa diatasi maka
Indonesia bisa memfokuskan diri dalam pembangunan dan pengembangan sumber
daya. Kedua, hingga kini Amerika Serikat telah mampu menjamin stabilitas dan
keamanan di kawasan Asia Pasifik dengan strategi forward deployment di
kawasan ini. Pengawasan Amerika Serikat terutama ditujukan sebagai upaya
9
preventif terhadap gejolak terhadap kestabilan kawasan. Pengawasan ini
diwujudkan dalam bentuk militer. Amerika Serikat juga merupakan pemberi
bantuan terbesar dalam hal kekuatan keamanan nasional Indonesia terkait
terorisme. Ketiga, hubungan itu berarti pula bahwa pandangan Indonesia (bersama
anggota-anggota ASEAN lainnya) mengenai perkembangan kawasan perlu
ditanggapi secara sungguh-sungguh oleh Amerika Serikat. Posisi yang kuat dalam
organisasi internasional, mengingat Amerika Serikat adalah pelopor sistem
perdagangan internasional modern dan pendiri berbagai institusi perdagangan dan
keuangan
internasional.
Melalui
perannya
dalam
berbagai
organisasi
internasional, Amerika Serikat bisa mempertimbangkan kepentingan Indonesia
dalam setiap pengambilan keputusan.
Keempat, di bidang politik ekonomi, hubungan dengan Amerika Serikat
penting untuk mengimbangi kekuatan ekonomi Jepang. Terlalu banyak barang
buatan Jepang yang masuk ke pasar Indonesia, sehingga diharapkan Amerika
Serikat mampu menjadi penyeimbang, terutama dalam bidang industri. Kelima, di
bidang swasta investasi Amerika Serikat di dalam bidang energi dan mineral
masih tetap panjang. Hal yang sama berlaku pula untuk investasi di bidang
industri berteknologi tinggi dan bidang pelayanan. Pasar Amerika Serikat juga
sangat potensial untuk barang non migas yaitu bidang manufacturing. Keenam,
pendidikan adalah aspek yang paling menonjol dalam hubungan budaya dengan
Amerika Serikat dengan akibat-akibatnya yang pada umumnya baik. Tersedia
banyak beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat maupun Indonesia. Beasiswa
ini tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga berupa pengenalan budaya, media,
kehidupan dan berbagai sektor lain di kedua negara yang pada akhirnya dapat
membangun jembatan pemahaman.
Posisi strategis ini kemudian diimplementasikan secara nyata dalam
berbagai bentuk variasi kerja sama. Pada bulan November 2010, Presiden Susilo
Bambang
Yudhoyono
dan
Presiden
Barrack
Obama
menandatangani
Comprehensive Partnership Agreement (CPA). Perjanjian ini meliputi kerja sama
dalam bidang perdagangan dan investasi, pendidikan, energi, perubahan iklim dan
10
lingkungan, keamanan, demokrasi dan masyarakat sipil. Sejak 2009, ekspor
barang AS ke Indonesia telah meningkat dari $5,1 miliar ke $7,4 miliar pada
tahun 2011, dan impor barang telah meningkat dari $12,9 miliar ke $19,1 miliar.
Dalam bidang pendidikan, program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study
ditujukan bagi siwa siswi Indonesia untuk tinggal di Amerika Serikat selama satu
tahun dan membangun jembatan pemahaman antar dua negara untuk
menyebarkan perdamaian. Sektor pembangunan juga disentuh, salah satunya
melalui Program Millennium Challenge Corporation (MCC) compact senilai
$600 juta yang ditandatangani pada November 2011 menyediakan investasi dalam
bidang energi terbarukan, gizi ibu dan anak, serta dukungan bagi upaya Indonesia
dalam memodernisasi sistem pengadaan publiknya.
11
BAB III
KESIMPULAN
Berakhirnya agresi militer Belanda II menjadi titik awal diakuinya
kemerdekaan Indonesia di mata Barat, termasuk Amerika Serikat (AS). Melalui
surat yang dikirimkan oleh Harry Truman pada tanggal 27 Desember 1949, AS
memberikan ucapan selamat kepada pemerintah Indonesia. Ucapan selamat
tersebut kemudian disusul dengan dibukanya hubungan diplomatik antara ASIndonesia pada tanggal 28 Desember 1949 dengan dikirimkannya Florace Merle
Chochran sebagai duta besar pertama AS di Jakarta.
Pada era Soeharto, politik luar negeri yang dijalankan Indonesia bertujuan
untuk menarik investor asing untuk memberikan modal dalam pembangunan
Indonesia. Dengan politik luar negeri ini pun membuat Amerika yang merupakan
negara kaya menjadi target utama Indonesia sehingga Indonesia pun berusaha
untuk menormalisasikan hubungan dengan Indonesia.
Setelah masa pimpinan Soeharto berakhir, presiden Amerika Serikat
setelah Soeharto semakin "lunak" kepada Indonesia. Bahkan hubungan kedua
negara ini terjalin baik seperti sahabat dan dijadikan Amerika Serikat untuk
mengajak Indonesia pro liberalis dengan alasan perdamaian. Hubungan bilateral
antar keduanya pun semakin meningkat dan beberapa tindakan Indonesia yang
memperlihatkan Indonesia mendukung Amerika Serikat. Tindakan yang dilakukan
Indonesia seperti ikut kedalam Counter Terrorism Comitee (CTC) dan dibentuk
densus 88 sebagai upaya memberantas terorisme di Indonesia.
12
Tanya – Jawab
1. Masni dan Mansyur : Bagaimana dampak positif dan negatif dari kerjasama
Indonesia dan Amerika bagi Indonesia?
Jawab :
A. Dampak Positif :
Bidang politik
:
Kerjasama Amerika dan Indonesia yang terjalin pada masa
Presiden Soekarno dan Presiden John F. Kennedy mampu membantu
Indonesia dalam rangka membebaskan Irian Barat dari cengkraman
Belanda (proses pembebasan ada pada pembahasan makalah).
Bidang strategis militer
:
Diperlukan untuk merumuskan persepsi politik. Persepsi politik
yang dimaksud mengerucut pada dua hal, yaitu persepsi ancaman dan
kemungkinan terciptanya stabilitas dan perdamaian kawasan. Jika
ancaman dan potensi gejolak bisa diatasi maka Indonesia bisa
memfokuskan diri dalam pembangunan dan pengembangan sumber daya.
Kedua, hingga kini Amerika Serikat telah mampu menjamin stabilitas dan
keamanan di kawasan Asia Pasifik dengan strategi forward deployment di
kawasan ini. Pengawasan Amerika Serikat terutama ditujukan sebagai
upaya
preventif
terhadap
gejolak
terhadap
kestabilan
kawasan.
Pengawasan ini diwujudkan dalam bentuk militer. Amerika Serikat juga
merupakan pemberi bantuan terbesar dalam hal kekuatan keamanan
nasional Indonesia terkait terorisme.
Bidang politik ekonomi
:
Melalui IMF (International Monetary Fund), Amerika membantu
Indonesia untuk keluar dari krisis ekonomi pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto. IMF memberikan banyak pinjaman uang kepada
pemerintahan orde baru yang mana uang tersebut juga difungsikan untuk
pembangunan di Indonesia. Pada masa sekarang hubungan dengan
Amerika Serikat penting untuk mengimbangi kekuatan ekonomi Jepang.
Terlalu banyak barang buatan Jepang yang masuk ke pasar Indonesia,
13
sehingga diharapkan Amerika Serikat mampu menjadi penyeimbang,
terutama dalam bidang industri.
Bidang pendidikan
:
Bidang pendidikan adalah aspek yang paling menonjol dalam
hubungan budaya dengan Amerika Serikat dengan akibat-akibatnya yang
pada umumnya baik. Tersedia banyak beasiswa untuk belajar di Amerika
Serikat maupun Indonesia. Beasiswa ini tidak hanya bersifat akademik,
tetapi juga berupa pengenalan budaya, media, kehidupan dan berbagai
sektor lain di kedua negara yang pada akhirnya dapat membangun
jembatan pemahaman.
B. Dampak Negatif :
Bidang Politik
:
Kerjasama antara Soeharto dan Amerika melalui CIA telah
melengserkan kekuasaan Presiden Soekarno. Hal ini jelas berdampak
negatif karena menganggu stabilitas politik di Indonesia mengingat
Presiden Soekarno mempunyai pengaruh yang kuat pada masanya. Kedua,
konspirasi antara Soeharto dan CIA dalam peristiwa Gerakan 30
September 1965, selanjutnya membawa Indonesia pada masa pembantaian
besar – besaran terhadap orang – orang yang dianggap pendukung Partai
Komunis Indonesia dimana korbannya diperkirakan mencapai 6 juta
orang.
Bidang Ekonomi
:
Kerjasama Indonesia dan Amerika pada masa Orde Baru yang
paling terlihat dan berpengaruh adalah pinjaman dari Amerika melalui
IMF. Dengan demikian IMF banyak melakukan kontrol ketat terhadap
kebijakan yang berlaku pada masa orde baru. Pada pertengahan 1997
Indonesia mengalami krisis yang parah dan puluhan juta orang terdepak ke
bawah garis kemiskinan. Namun IMF tetap memaksa pemerintah
Indonesia untuk memangkas pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial
(subsidi), melakukan deregulasi ekonomi dan menjalankan privatisasi
perusahaan milik negara. Di samping itu pemerintah didesak pula untuk
melegitimasi upah rendah. Seluruh tekanan itu justru meluaskan
14
kemiskinan. Seorang birokrat senior IMF mengaku bahwa seluruh
kebijakan tersebut dilakukan untuk melayani kepentingan investor asing,
yang tidak lain adalah perusahaan-perusahaan besar di negara pemegang
saham utama lembaga ini. Pelayanan ini diberikan dengan cara
membukakan peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sektor
dan pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pendidikan,
kesehatan, pangan dan perumahan. Termasuk menghilangkan subsidi pada
listrik, tarif telepon dan bahan bakar minyak. Padahal menurut Bank
Dunia, setengah dari seluruh rakyat Indonesia berpeluang 50:50 untuk
jatuh miskin tahun itu. Sepertiga dari seluruh rakyat Indonesia tidak
mempunyai akses untuk memperoleh air bersih atau layanan kesehatan
atau tidak menamatkan sekolah dasar. Namun lembaga pemberi utang ini
tetap saja memperburuk situasi ini dengan mengharuskaan pemerintah
memotong belanja publik dan mengurangi tingkat pertumbuhan lapangan
kerja dengan alasan untuk menjadikan perekonomian lebih efisien.
Yang tak kalah menarik yang perlu dikritik dari peran IMF adalah
ketika lembaga ini bahkan ingin ikut campur sampai masalah-masalah
detail praktek kebijakan ekonomi bahkan merambah pada kebijakan
politik dari negara-negara yang dibantunya. Untuk kasus negara kita,
mulai dari cengkeh dan tarif nol persen untuk beras, sampai skandal Bank
Bali, audit Pertamina, mengurus RUU anti korupsi, konflik pasca
penentuan pendapat di Timtim, kasus Atambua, mengejar 20 debitor
terbesar, revisi APBN, mempersoalkan pergantian menko dan kepala
BPPN, pasal-pasal amandemen UU BI dan yang lainnya, semuanya IMF
ingin campur tangan.
Selain permasalahan yang telah diuraikan tadi, kerjasama Indonesia dan
Amerika yang berwujud pada hadirnya PT Freeport di Indonesia juga
merupakan dampak negatif dari kerjasama Indonesia dan Amerika pada
bidang ekonomi. Kehadiran PT Freeport telah mengeruk kekayaan alam
Indonesia di Papua sampai detik ini dimana seharusnya jika Indonesia
yang mengelola Freeport pastinya akan memberikan keuntungan ekonomi
yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.
15
2. Edry
: Bagaimana langkah Amerika Serikat dalam rangka menjatuhkan
kekuasaan Soekarno dan digantikan oleh Soeharto?
Jawab
:
Upaya pertama yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah pada tahun
1957 Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA) melakukan
operasi HAIK Eisenhower dengan mendukung kelompok pemberontak, yaitu
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat
Semesta (PERMESTA). Melalui operasi tersebut, Eisenhower alias Ike John yang
pada masa itu merupakan Presiden Amerika Serikat berusaha menjatuhkan
Presiden Soekarno. Namun, usaha itu gagal dengan jatuhnya kelompok
pemberontak tersebut di bawah operasi gabungan Soekarno. Pada upaya kedua,
Amerika berhasil menjatuhkan kekuasaan Soekarno melalui konspirasi antara
Soeharto dan CIA pada peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pasca peristiwa
Gerakan 30 September 1965, stabilitas keamanan Indonesia akhirnya menjadi
kacau, sehingga Soekarno akhirnya menandatangani Supersemar yang mana
Supersemar itu pada akhirnya dipelintir oleh Soeharto untuk mendapuk kursi
kepresidenan Indonesia.
3. Putri
: Jelaskan hubungan kerjasama Indonesia dan Amerika pada masa
pemerintahan Gus Dur dan Megawati !
Jawab
:
A. Era Gus Dur :
4. Erik S.
: Jelaskan dampak ditangkapnya Allend Pope bagi AS !
Jawab
:
Allen Pope berhasil ditangkap di Pulau Morotai dan menimbulkan
kepanikan bagi pemimpin Amerika Serikat saat itu yang khawatir kedok Amerika
Serikat dan CIA akan terbuka menjadi dalang atas pemberontakan separatisme di
Indonesia. Peristiwa tertangkapnya Allen Pope menjadi tamparan keras bagi
Amerika Serikat. Tentu saja bagi Soekarno ini kesempatan bagus untuk
16
melakukan tawar-menawar dengan Amerika Serikat demi kepentingan dalam
negeri. Apalagi Indonesia saat itu membutuhkan peralatan perang untuk
menghadapi Belanda yang menduduki Irian Barat. Sementara itu Ike John
berusaha maksimal mendekati Soekarno untuk membebaskan pilotnya yang
berhasil ditangkap pihak tentara Indonesia. Upaya ini dilakukan dengan
mengundang Soekarno ke negeri Paman Sam itu pada Juni 1960. Proses tawarmenawar ini sangat alot hingga empat tahun karena Soekarno tidak mau diatur
oleh Ike John. Akan tetapi, pada masa John F. Kennedy akhirnya Allen Pope
dibebaskan setalah proses tawar menawar dengan Soekarno. Jika kedok Amerika
ini sampai terbuka dan bahkan diketahui oleh dunia pada saat itu, maka
kepercayaan dunia terhadap Amerika akan turun drastis dan akan banyak muncul
stigma negatif dari belahan dunia manapun yang menjalin dan akan menjalin
hubungan kerjasama dengan Amerika yang berarti ini akan merugikan Amerika.
5. Julia V.
: Bagaimana sikap Pemerintah Indonesia terhadap kritikan AS?
(Berdasarkan video yang ditayangkan)
Jawab
:
Tidak ada sikap yang ditunjukan langsung oleh pemerintah saat itu bahwa
Indonesia menerima atau menolak kritikan dari AS yang bermuara pada
permasalahan intoleransi di Indonesia. Presiden SBY pernah menerima
penghargaan toleransi beragama dari Appeal of Conscience Foundation (ACF)
dimana justru muncul banyak pertentangan dalam negri atas penghargaan tersebut
karena
merasa
masalah
intoleransi
masih
kerap
terjadi.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa pemerintah Indonesia saat itu belum secara meyakinkan
ingin mengatasi permasalahan intoleransi yang menjadi kritikan AS, sehingga
banyak kalangan dari masyarakat Indonesia sendiri yang meragukan penghargaan
tersebut.
6. Hana E. D : Bagaimana dampak kerjasama Indonesia dan Amerika bagi
stabilitas keamanan Indonesia?
Jawab
:
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Erika, dkk. (2009). Amerika Serikat dan Pemberontakan PRRI/PERMESTA. Sejarah
Hubugan Amerika Serikat-Indonesia. Hal. 3
http://maximusblue.blogspot.co.id/2009/11/review-dampak-bantuan-imf
terhadap_30.html. Diakses pada tanggal 26 November 2015 pada pukul 15.28
WIB.
Ilahi, Kurnia. (2015). Kecerdikan Soekarno Manfaatkan Uni Soviet dan Amerika. Opini
Koran Seputar Indonesia. 16 Agustus.
Kerjasama Bilateral : Amerika Serikat www.kemlu.go.id. (diakses pada 2 November
2015, pukul 15.47 WIB)
Nye, Joseph. S. (1992). Memimpin Dunia, Sifat Kekuatan Amerika yang
Berubah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
United States Information Center (USIS), U. S. (1956). Foto-Foto dan Reportase tentang
Perdjalanan Presiden Soekarno di Amerika Serikat. Jakarta: United States
Information Center.
Wanandi,1991. “Hubungan Amerika Serikat-Indonesa Selama Orde Baru:Suatu Tinjauan
Singkat dan Pribadi”.
Wiharyanto, A.Kardiyat. t.t. Pasang Surut Hubungan RI-AS” [online] Tersedia
di http://www.suarakarya-
online.com/news.html?id=265834 (diakses pada 2
November 2015, pukul 15.46 WIB)
http://maximusblue.blogspot.co.id/2009/11/review-dampak-bantuan-imfterhadap_30.html
19