Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan MODA Transportasi Kereta Api Rute Medan-Kisaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transportasi

2.1.1 Pengertian Transportasi

  Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.

  Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan barang dan manusia tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang kegiatan ekonomi (the

  

promoting sector ) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan

  ekonomi (Agus Imam Rifusa, 2010) Menurut Soesilo (1999) dalam Agus Imam Rifusa (2010) mengemukakan bahwa transportasi merupakan pergerak tingkah laku orang dalam ruang baik dalam membawa dirinya sendiri maupun membawa barang-barang. Selain itu, menurut Tamin (1997) dalam Agus Imam Rifusa (2010) mengungkapkan bahwa, prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan dan (2) sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut (Agus Imam Rifusa, 2010)

  Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana transportasi yang kedua, yaitu untuk mendukung pergerakan manusia dan barang.

  Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana keduanya dapat saling mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tamin (1997) dalam Agus Imam Rifusa (2010) bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan dengan transportasi, karena akibat pertumbuhan ekonomi maka mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan pergerakannya pun menjadi meningkat melebihi kapasitas prasarana transportasi yang tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki keterkaitan yang erat. Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur transportasi maka suatu daerah dapat meningkat kegiatan ekonominya. Namun di sisi lain, akibat tingginya kegiatan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul masalah transportasi, karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur transportasi untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tersebut.

  Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi mengharuskan adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif. Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang memenuhi kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda transportasi, tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya terjangkau secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik sebagai pengguna jasa transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang tinggi.

2.1.2 Klasifikasi Transportasi

  Klasifikasi transportasi dapat ditinjau dari empat unsur transportasi, yaitu jalan, alat angkut, tenaga penggerak, dan terminal. Sebelum mengklasifikasikan menurut cara dengan unsur-unsur ini, terlebih dahulu dijelaskan pengertian masing-masing unsur transportasi tersebut.

  1. Jalan Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi.

  Tanpa adanya jalan tidak mungkin disediakan jasa transportasi bagi penggunanya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari tempat asal ke tempat tujuan. Unsur jalan dapat berupa jalan raya,jalan kereta api, jalan air dan jalan udara.

  2. Alat angkutan Kendaraan dan alat angkutan pada umumnya merupakan unsur transportasi yang paling penting. Perkembangan dan kemajuan jalan dan alat angkutan merupakan dua unsur yang saling memerlukan atau saling berkaitan dengan yang lain.

  Alat angkutan ini dapat dibagi dalam jenis-jenis alat angkutan jalan darat,alat angkutan jalan air dan alat angkutan jalan udara. Alat angkutan jalan darat berupa gerobak, pedati, sepeda, sepeda motor, mobil, bus. Truk, kereta api dan lain-lain.

  3. Tenaga Penggerak Yang dimaksud dengan tenaga penggerak adalah tenaga atau energi yang digunakan untuk menggerakkan alat angkutan tersebut. Untuk keperluan ini dapat digunakan tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, batubara, BBM, tenaga diesel, tenaga listrik.

  4. Terminal Terminal adalah tempat dimana suatu perjalanan transportasi dimulai maupun berhenti atau berakhir sebai tempat tujuannya. Karena itu di terminal disediakan fasilitas pelayanan penumpang, bongkar muat dan penyimpanan barang. Terlebih lagi untuk terminal yang dibuat seperti stasiun kereta api, stasiun bus, bandara udara, dan pelabuhan.

  Sehubungan dengan keempat unsur transportasi tersebut, maka transportasi dapat diklasifikasikan dari sudut jalan atau permukaan jalan yang digunakan, alat angkutan yang dipakai dan tenaga penggerak yang digunakan. Klasifikasi transportasi ini adalah sebagaimana dikemukakan berikut ini :

  1. Transportasi Darat Transportasi darat terdiri atas 2, yaitu : a.

  Transportasi Jalan Raya Dalam transportasi jalan raya ini meliputi transportasi yang menggunakan alat angkutan berupa manusia, binatang, pedati sepeda, sepeda motor, becak, bus, truk, dan kendaraan bermotor lainnya.

  b.

  Transportasi Jalan Rel Di dalam transportasi jalan rel ini digunakan alat angkutan berupa kereta api, yang terdiri atas lokomotif, gerbong, tangki, boks khusus, trailer dan kereta penumpang. Jalan yang digunakan berupa rel baja, baik dua rel maupun mono rel.

  2. Tranportasi Melalui Air Tranportasi melalui air dapat dibagi antara lain : a.

  Transportasi air pedalaman Transportasi air pedalaman adalah yang menggunakan alat angkutan berupa sampan, kano, motor boat dan kapal.

  b.

  Transportasi Laut Transportasi laut adalah yang menggunakan alat angkutan perahu, kapal uap, kapal mesin.

  3. Transportasi Udara Transportasi udara merupakan alat angkutan mutakhir dan tercepat.

  Transportasi udara ini menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutan dan udara atau angkasa sebagai jalannya. Yang dilengkapi dengan navigasi dan alat telekomunikasi.

2.2 Karakteristik Sistem Transportasi

  Faktor perbedaan karakteristik sistem transportasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemilihan moda diantara berbagai jenis moda angkutan umum. Faktor karakteristik menurut Bruton (1975) dalam Agus Imam Rifusa (2010) meliputi: waktu perjalanan relatif, biaya perjalanan relatif, dan tingkat pelayanan relatif.

  1. Waktu perjalanan relatif Dalam pengembangan model pmilihan moda saat ini waktu perjalanan relatif antara transportasi yang ada berpengaruh dalam pemilihan moda angkutan.

  Waktu perjalanan relatif dapat di ekspresikan sebagai suatu rasio waktu perjalan dari pintu ke pintu di antara moda yang satu dengan moda yang lainnya. Waktu perjalanan dari pintu ke pintu untuk angkutan umum meliputi waktu berjalan dan menunggu di tempat asal, waktu dalam kendaraan, waktu berpindahmoda, dan waktu berjalan ke tempat tujuan. Pelayanan relatif yang disediakan oleh dua moda diukur dengan rasio aksesibilitas masing-masing moda tersebut. Ukuran relatif waktu perjalanan antara moda yang berkompetisi adalah perbandingan waktu perjalanan absolut antara satu moda dengan moda lainnya.Ukuran ini memiliki efek relative yang cukup besar dalam suatu perjalanan yang pendek. (Bruton, 1975 dalam Agus Imam Rifusa 2010).

  2. Biaya perjalanan relatif Biaya perjalana relatif dapat di ekspresikan sebagai perbandingan biaya yang diperlukan untuk melakukan perjalanan antara satu moda dengan moda lainnya. Ortuzar (1994) menyatakan bahwa dalam transportasi elemen-elemen biaya yang di perlukan berkaitan dengan masalah jarak, waktu, dan jumlah uang. Elemen biaya terebut generalized cost dari suatu perjalanan. Persamaan

  generalized cost adalah sebagai berikut :

  Cij = a1 tvj + a2 twj + a3 ttj + a4 Fij + a5 Ѳj

  • δ Dengan : Cij = generalized cost perjalan antara i dan j tvj = waktu perjalanan dalam kendaraan antara i dan j twj = waktu perjalanan menuju perhentian ttj = waktu menunggu pada perhentian Fij = biaya yang cukup amtara i dan j Ѳj = biaya terminal (khususnya parkir) δ = model penalty, suatu parameter yang mempresentasikan atribut lain selain

  yang tertera di atas seperti ; keamanan, kenyamanan, dan hal-hal yang memberikan kesenangan

  3. Tingkat pelayanan relatif Menurut Bruton (1975) dalam Agus Imam Rifusa (2010) tingkat pelayanan relatif yang di tawarkan oleh masingmasing moda angkutan di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut kebanyakan adalah hal yang subyektif dan sulit dikuantifikasikan, misalnya: kecocokan (comfort), kenyamanan (convenience), dan kemudahan perpindahan moda.

  Berdasarkan posisi pada model peramalan permintaan secara bertahap, model pemilihan moda dapat dikategorikan dalam 2 (dua) kerangka utama, yaitu : a.

  Trip end modal splitmodel yaitu yang memberikan suatu pembagian seluruh jumlah permintaan perjalanan ke dalam moda transportasi yang ada yang disebut juga predistribution model. Model ini digunakan sebelum tahap distribusi perjalanan. Dalam model ini ada implikasi perilaku bahwa pelaku perjalanan memilih moda transportasi sebelum memutuskan tempat tujuan perjalanan, karena itu pemlihan tempat perjalanan tidak mempunyai pengaruh dalam pemilihan moda.

  b.

  Trip interchange modal split model yaitu model yang memberikan pembagian perpindahan perjalanan yang dihasilkan dari proses distribusi perjalanan kedalam moda transportasi yang ada. Model ini disebut juga post distribution model.

2.3 Manfaat Transportasi

  2.3.1 Manfaat Ekonomi

  Dalam Ikhsantono (2009) Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga menimbulkan adanya transaksi.

  2.3.2 Manfaat Sosial

  Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, di antaranya: a.

  Pelayanan untuk perorangan atau kelompok, b. Pertukaran atau penyampaian informasi, c. Perjalanan untuk bersantai, d. Memendekkan jarak, e. Memencarkan penduduk

  2.3.3 Manfaat Politis a.

  Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan yang semakin kuat dan meniadakan isolasi b.

  Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas dengan merata pada setiap bagian wilayah suatu negara.

  c.

  Keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak dikehendaki mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien yang memudahkan mobilitas segala daya (kemampuan dan ketahanan) nasional, serta serta memungkinkan perpindahanpasukan-pasukan perang selama masa perang.

  d.

  Sistem pengangkutan yang mungkin efisien memungkinkan negara memindahkan dan mengangkut pendududk dari daerah yang mengalami bencana ke tempat yang lebih aman.

2.3.4 Manfaat Kewilayahaan

  Selain dapat memenuhi kebutuhan pendudduk di kota,desa dan pedalaman, keberhasilan pembangunan di sektor transportasi dapat memenuhi perkembangan wilayah. Seiring dengan meningkatnya jumlah habitat, dan semakin majunya peradaban komunitas manusia, selanjutnya wilayah-wilayah pusat kegiatannya mengekspansi ke pinggiran wilayah, sedangkan kawasan-kawasan terisolir semakin berkurang dan jarak antar kota semakin pendek dalam hal waktu. Lebih dari itu kuantitas dan kualitas baik perkotaan besar maupun perkotaan kecil tumbuh, dimana kota kecil ditumbuh kembangkan sementara kota besar semakin berkembang, sehingga area perkotaan semakin meluas.

2.4 Faktor Penentu Pengembangan Transportasi

  2.4.1 Ekonomi

  Dalam Ikhsantono (2010) alasan ekonomi biasanya merupakan dasar dari dikembangkannya sistem transportasi, dengan tujuan utama untuk mengurangi biaya produksi dan distribusi serta untuk mencari sumber daya alam dan menjamin pasar yang lebih luas.

  2.4.2 Geografi

  Alasan dikembangkannya transportasi pada awalnya adalah untuk mengatasi keadaan setempat dan kemudian berkembang dengan upaya untuk mendekatkan sumber daya dengan pusat produksi dan pasar. Transportasi juga dapat dikembangkan secara spesifik dengan menyesuaikan kondisi geografi disekitarnya.

  2.4.3 Teknologi

  Adanya penemuan teknologi baru akan mendorong kemajuan diseluruh sistem transportasi. Pengembangan teknologi dapat memeperpendek jarak, mengurangi waktu, memudahkan distribusi, dan sebagainya.

  2.4.4 Politik

  Alasan dikembangkannya transportasi secara politik adalah untuk menyatukan daerah-daerah dan mendistribusakan kemakmuran keseluruh pelosok suatu negara.

  2.4.5 Urbanisasi

  Adanya peningkatan urbanisasi, maka mendorong pertumbuhan kota-kota, sehingga dengan demikian secara otomatis akan mendorong kebutuhan atas transportasi untuk menampung pergerakan dan mobilitas masyarakat.

  2.4.6 Kompetisi

  Adanya persaingan antar penyedia jasa moda transportasi akan memicu peningkatan pelayanan dan material secara tidak langsung terhadap perkembangan transportasi untuk memberikan pilihan terbaik.

  2.4.7 Pertahanan dan Keamanan

  Alasan dikembangkannya transportasi dari segi pertahanan dan keamanan adalah untuk keperluan pembelaan diri dan menjamin terselenggaranya pergerakan dan akses cepat ke tempat-tempat strategis, misalnya daerah perbatasan negara, pusat pemerintahan dan instalasi penting lainnya.

2.5 Peran Transportasi

  2.5.1 Tersedianya barang

  Efek yang sangat nyata dari adanya transportasi yang baik dan murah adalah penyediaan pada masyarakat barang-barang yang dihasilkan di tempat lain yang tidak dapat dihasilkan ditempat itu.

  2.5.2 Stabilitas dan penyamaan harga

  Dengan transportasi yang murah dan mudahnya pertukaran barang dari suatu lingkungan masyarakat ke yang lainnya, maka akan cenderung terjadinya stabilitas dan penyamaan harga dalam hubungan keyerkaitan satu sama lain.

  Misalnya, kekeurangan produk pada suatu daerah karena kegagalan panen atau kemerosotan produksi yang bersangkutan sehingga harga di sana menjadi mahal dan sebaliknya. Dengan mengalirnya barang dari suatu daerah yang kekeurangan ataupun kelebihan dengan transportasi yang lancar dan murah akan mengatasi masalah gejolak harga dan akan terjadi kecenderungan penyamaan harga antardaerah.

  2.5.3 Meningkatnya nilai tanah

  Banyak lahan pertanian yang tidak menguntungkan (unprofitable) dan tidak layak (unfeasible) untuk ditanam bagi usaha pertanian karena hasilnya tidak dapat dijual ke pasar karena lokasinya jauh dan ongkos transportnya mahal.

  Dengan adanya transportasi yang mudah dan murah pada tanah atau wilayah yang potensial untuk mengembangkan pertanian tersebut, akan dapat dihasilkan produksi pertanian yang menguntungkan sebab hasil produksinya akan diangkut dan dilempar ke pasar dengan kalkulasi onkos-harga yang menguntungkan. Dengan demikian, maka tanah atau wilayah yang terpencil dan jauh tempatnya dari pasar tersebut akan naik nilainya dibanding dengan kondisi sebelumnya.

  2.5.4 Terjadinya spesialisasi antarwilayah

  Suatu daerah akan menspesialisasikan diri dalam produksi barang tertentukarena dia mempunyai keunggulan (komparative) tertentu, seperti tersedianya bahan baku yang melimpah dan murah, tersedianya permodalan yang memadai, adanya tenaga kerja yang terampil dan sebagainya dibanding daerah lain. Dengan adanya spesialisasi antarwilayah tersebut akan terjadi hasil surplus produksi.

  Surplus barang yang dispesialisasikan itu harus diangkut dan dikirimkan ke daerah lain yang memerlukan sebagai penukaran atas barang tertentu yang tidak bisa dihasilkan di daerah tersebut atau jika dapatpun diproduksi harganya lebih mahal.

  Dengan demikian, pertukaran barang-barang antardaerah tersebut (melalui pasar) hanya dapat berjalan dengan baik dan lancar, jika tersedia transportasi yang murah dan efisien, sehingga akan dapat mendorong dan mendukung pembagian kerja dan spesialisasi antardaerah tersebut.

  2.5.5 Berkembangnya usaha skala besar

  Kegiatan produksi skala besar biasanya memerlukan sumber produksi dan bahan mentah yang berasal dari daerah luar untuk didatangkan ke lokasi pabriknya. Adalah suatu hal yang menguntungkan secara ekonomis jika pada pabrik yang bersangkutan dilaksanakan proses produksinya dengan menggunakan mesin skala besar, khususnya yang bersifat menghemat tenaga kerja dan memiliki tingkat spesialisasi kerja yang tinggi. Namun, usaha skala besar ini tidak akan terlaksana dan tidak menguntungkan, jika tidak mencukupi pasar bagi hasil produk yang akan dijual.

  2.5.6 Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk

  Sebagaimana dikemukakan di atas, dengan tersedianya transportasi yang mudah dan murah akan mendorong timbulnya pembagian kerja dan spesialisasi antardaerah. Hal ini akan mendorong bertumbuh dan berkembangnya serta terkonsentrasinya industri dan perdagangan dalam skala besar dan menengah.

  Kegiatan dan usaha ekonomi tersebut akan selalu menimbulkan aktivitas yang menyertainya, seperti storing, processing, packing, advertising, financing,

  

merchandising, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dan ditunjang oleh

tersedianya fasilitas dan kemajuan transportasi yang bersangkutan.

  Kesemuanya itu cenderung dilaksanakan di pusat-pusat kota (urban

  

centers ). Jadi, dengan demikian akan mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya

  kota-kota besar disetai dengan urbanisasi penduduk ke wilayah kota-kota industri dan perdagangan yang berkembang tersebut untuk mencari kerja dan penghidupannya.

  Namun demikian, bilamana berbagai kota besar telah sedemikian padat dan jumlah penduduknya besar melebihi daya tampungnya, maka akan terjadi proses sebaliknya yaitu deurbanisasi atau suburbanisasi. Ini terjadi di samping karena sudah penuh sesaknya kehidupan penduduk di kota, juga antara lain karena harga dan sewa rumah sangat mahal, sehingga mereka cenderung untuk pindah hidup dipinggiran kota. Dengan ditunjang transportasi yang baik dan lancar, maka akan berkembanglah kota-kota satelit dan pemukiman pinggiran kota yang orientasi pekerja, usaha dan kegiatan lainnya kebanyakan juga ada di pinggiran kota besar.

2.6 Permintaan

  Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu dan diikuti dengan daya beli.

  Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi permintaan suatu barang yaitu:

  1. Harga Barang Itu Sendiri

  Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah dan jika harga suatu barang semakin mahal, maka permintaan terhadap barang berkurang.

  2. Harga Barang Lain yang Terkait

  Harga barang lain juga dapat memengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat subtitusi dan bersifat komplementer. Suatu barang disebut barang bersifat subtitusi bila kenaikan harga suatu barang menyebabkan permintaan barang lain meningkat dan penurunan harga suatu barang menyebabkan penurunan permintaan barang substitusinya. Sedangkan suatu barang disebut barang bersifat komplementer bila kenaikan harga salah satu barang mengakibatkan penurunan permintaan akan barang yang lain dan sebaliknya.

  3. Tingkat Pendapatan per Kapita

  Pendapatan yang dimaksud adalah jumlah semua upah, gaji, laba, pembayaran bunga dan sewa serta bentuk-bentuk perolehan pendapatan lainnya.

  Pada tingkat pendapatan lebih tinggi maka permintaan akan lebih tinggi dan sebaliknya permintaan akan lebih rendah pada tingkat pendapatan yang lebih rendah. Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

  4. Selera atau Kebiasaan

  Kombinasi barang-barang yang mampu dibeli oleh individu ditentukan/dibatasi oleh berbagai faktor seperti harga barang, pendapatan dan lain-lain. Namun dalam keterbatasan tersebut, individu hingga batas tertentu bebas untuk memilih apa yang harus dibeli. Pilihan akhir individu tergantung pada seleranya. Jadi selera juga dapat memengaruhi permintaan suatu barang.

  5. Jumlah Penduduk

  Ketika jumlah penduduk meningkat, permintaan terhadap barang makin banyak. Sebagai contoh, beras sebagai makanan pokok rakyat Indonesia maka permintaan beras berhubungan positif dengan jumlah penduduk.

  6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang

  Bila harga suatu barang diperkirakan akan naik, akan lebih baik membeli barang tersebut saat ini, sehingga orang cenderung membeli lebih banyak untuk menghemat belanja di masa mendatang. Dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang tersebut meningkat pada saat ini.

  7. Distribusi Pendapatan

  Jika distribusi pendapatan baik maka daya beli membaik sehingga permintaanterhadap suatu barang meningkat. Sebaliknya jika distribusi pendapatan buruk,berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap barang menurun.

8. Usaha-usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

  Pada perekonomian modern, bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam memengaruhi masyarakat. Pengiklanan memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Sementara untuk barangbarang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli.

2.7 Permintaan Transportasi

   Transportasi orang atau barang dilakukan, bukan karena orang atau barang

  tersebut menginginkan angkutan, tetapi untuk mencapai tujuan lain (Morlok, 2000). Karenanya permintaan angkutan ini disebut sebagai permintaan yang diturunkan (derived demand) dari suatu kebutuhan manusia akan barang dan jasa lain sebagai akibat terjadinya perkembangan aktivitas sosio ekonomi masyarakat. Salah satu bentuk perkembangan aktivitas sosio ekonomi masyarakat yang paling kuat dalam menimbulkan permintaan potensil akan jasa angkutan adalah adanya perubahan tata ruang kota yang membawa akibat kepada timbulnya jarak geografis antara suatu zona dengan zona yang lainnya. Dua zona yang berjarak ini hanya dapat dipertemukan dengan sarana angkutan sebagai suatu sistem.

  Kebutuhan akan jasa-jasa transportasi ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari suatu tempat ketempat lain. Jumlah kapasitas aangkutan yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan sangat terbatas, disamping itu permintaan akan jasa terhadap jasa transportasi merupakan derived

  demand .

  Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan sebenarnya (actual demand) perlu di analisis permintaan akan jasa-jasa transportasi sebagai berikut: 1.

  Pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk satu daerah, provinsi dari suatu negara akan membawa pengaruh terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan (perdagangan, pertanian, perindustrian dan sebagainya).

  2. Pembangunan Wilayah dan Daerah. Saat ini negara kita dalam proses tahap tinggal landas (take off). Dalam rangka pemerataan pembangunan dan penyebaran penduduk di seluruh pelosok Indonesia, transportasi sebagai sarana dan prasarana penunjang untuk memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan harus dibarengi sejalan dengan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut.

  3. Perdangan ekspor dan impor merupakan suatu segi yang menentukan berapa jumlah jasa transportasi yang diperlukan untuk perdagangan tersebut, misalnya jumlah tonnage kapal yang harus disediakan untuk setiapa tahunnya (DWT/ton).

  4. Industrialisasi. Proses industrialisasi di segala sektor ekonomi dewasa ini merupakan program pemerintah untuk pemerataan pembangunan, berdampak terhadap jasa-jasa transportasi yang diperlukan. Permasalahannya sampai seberapa jauh penyediaan jasa-jasa angkutantersebut dapat dipenuhi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: a.

  Peralatan yang dioperasikan b.

  Masalah teknis alat angkutan yang digunakan c. Jumlah alat angkutan yang tersedia d. Masalah pengelolaan pengangkutan (segi manajemen operasioal) e. Jasa-jasa angkutan merupakan jasa slow yielding (hasilnya lambat) sedangkankan biaya investasi dan biaya pemeliharaan besar.

  5. Transmigrasi dan penyebaran penduduk. Transmigrasi dan penyebaran penduduk keseluruh daerah di Indonesia salah satu faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan yang harus disediakan oleh perusahaan angkutan. Selain daripada jasa-jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan pula keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa transportasi.

  6. Analisis dan proyeksi akan permintaan jasa transportasi. Sehubungan denagan faktor-faktor tersebut diatas, untuk memenuhi permintaan akan jasa-jasa transportasi, perlu diadakan perencanaan transportasi yang mantap dan terarah, agar dapat memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan yang diperlukan oleh masyarakat pengguna jasa. Peralatan analisis dan proyeksi, untuk mengetahui berapa permintaan (demand analysis) yang dibutuhkan (Rustian Kamaluddin 2003).

2.8 Sifat-Sifat Permintaan Jasa Angkutan

  Terdapat beberapa sifat khusus yang melekat pada permintaan akan jasa transportasi dan yang memebedakannya dengan permintaan terhadap barang- barang lainnya, yaitu sebagai berikut: (M.N Nasution “Manajemen Transportasi”: 2008: 40)

  a.

  

Derived Demand. Permintaan akan jasa pengangkutan merupakan suatu

  permintaan turunan, saduran atau dalam istilah ekonomi, lazim disebut

  

derived demand. Dengan demikian, permintaan akan jasa transportasi baru

  akan ada apabila ada faktor-faktor yang mendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi di balik kepentingan yang lain. Misalnya, keinginan untuk rekreasi, keinginan untuk sekolah atau untuk berbelanja dan sebagainya.

  b.

  Permintaan akan jasa transportasi pada dasarnya adalah seketika/ tidak mudah untuk digeser atau ditunda dan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi waktu yang dapat bersifat harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

  c.

  Permintaan akan jasa transportasi sangat dipengaruhi oleh elastisitas pendapatan. Perilaku hukum Engel berlaku disini. Dimana Engle mengatakan bahwa apila pendapatan dari seseorang naik, maka orang tersebut akan secara sebanding mengurangi pengeluaran untuk memeperoleh barang-barang kebutuhan sehari-hari dan menggantikannya dengan barang-barang lebih mewah atau sekunder.

  d.

  Pada hakikatnya tidak tanggap atau perasa terhadap perbedaan tingkat biaya transportasi untuk pengangkutan penumpang, tetapi sangat perasa / tanggap terhadap pengangkutan barang. Ini berarti permintaan penumpang bersifat inelastis, sedangkan permintaan pengangkutan barang bersifat elastis.

  e.

  Jasa transportasi adalah jasa campuran (product mixed). Permintaan jasa angkutan adalah kompleks karena permintaan tersebut tidak hanya dilandasi oleh keinginan untuk memindahkan suatu dari suatu tempat ke tempat lain tetapi banyak variabel lain yang memepengaruhi keinginan untuk memindahkan barang tersebut, seperti kecepatan, keamanan, keselamatan, ketepatan, kenyamanan, keterandalan dan sebagainya.

2.9 Model Pemilihan Moda Angkutan

  Ortuzar (1994) menyatakan bahwa pemilihan moda transportasi merupakan bagian yang sangat penting dari model perencanaan transportasi. Hal ini disebabkan karena pemilihan moda menjadi kunci yang memainkan peranan angkutan umum dalam pembuatan kebijakan transportasi. Faktor utama yang mempengaruhi pelayanan angkutan umum menurut Morlok (1988) berkaitan dengan waktu perjalanan atau kecepatan perjalanan, sedangkan faktor-faktor kualitas lain dapat diabaikan. Pada dasarnya kualitas layanan kereta api dapat dibedakan menjadi:

  1. Elemen layanan yang mempengaruhi penumpang seperti: kecepatan perjalanan, keandalan, dan keselamatan.

  2. Service Quality terdiri dari aspek-aspek kualitatif seperti: kenyamanan dan kemudahan menggunakan sistem angkutan, kenyamanan perjalanan, estetika, kebersihan, dan tarif yang harus dibayar. Model pemilihan moda (modal split) menurut Bruton (1975) dapat didefinisikan sebagai komposisi penggunaan berbagai moda transportasi dari total perjalanan.

  3. Modal split dapat direprentasikan secara numerik sebagai rasio atau prosentasi penggunaan suatu moda terhadap total perjalanan.

  Setelah mengetahui peranan model pemilihan moda dalam proses perencanaan transportasi, hal penting yang perlu diketahui adalah bagaimana membuat dan menggunakan model pemilihan moda yang sensitif terhadap atribut- atribut perjalanan yang mempengaruhi pemilihan moda angkutan oleh pelaku perjalanan. Semua prosedur model pemilihan moda didasarkan pada asumsi bahwa proporsi permintaan transportasi dengan menggunakan bus, kereta api, atau mobil pribadi akan tergantung pada keberadaan masing-masing moda transportasi dalam kaitannya dengan persaingannya.

  Pada umumnya pemilihan moda transportasi menurut Bruton (1975) dalam Agus imam Rifusa (2010) dibedakan atas 3 faktor, yaitu: 1.

  Karakteristik perjalanan yang meliputi: jarak perjalanan (journey length ),waktu perjalanan, dan maksud perjalanan.

  2. Karakeristik pelaku perjalanan meliputi: tingkat pendapatan, kepemilikankendaraan, dan status sosial.

  3. Karakteristik sistem transportasi yang meliputi: biaya perjalanan relatif, waktuperjalanan relatif, dan tingkat pelayanan relatif.

  Model pemilihan moda seharusnya mempertimbangkan faktor-faktor seperti diatas. Tetapi menurut Ortuzar (1994) model pemilihan moda yang sederhana dengan menggunakan konsep generalized cost untuk mempresentasikan beberapa faktor kualitatif dari karakter sistem transportasi.

  Berdasarkan data yang digunakan untuk pembuatan modelnya, model pemilihan moda dapat dibedakan menjadi model agregat jika menggunakan informasi suatu zona atau antarzona, dan disebut model disagregat jika menggunakan data rumah tangga atau individual.

2.10 Tarif Angkutan yang Berlaku di Indonesia

  Tarif transportasi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1.

  Tarif menurut kelas (class rate) klasifikasi menurut kelas digunakan khusus untuk muatan dan penumpang. Dalam kelompok tarif ini diberlakukan tarif yang berbeda-beda atas dasar kelas muatan dan penumpang. Tarif yang diberlakukan terhadap muatan khusus disebut tarif muatan.

  2. Selain tarif menurut kelas ada tarif lain yang tarifnya lebih rendah daripada class rate , tarif ini dinamakan tarif pengecualian.

  3. Tarif perjanjian/kontrak.

  Tarif perjanjian atau kontrak berlaku untuk angkutan jalan raya dan kapal laut, dan tidak berlaku untuk penagngkutan lainnya.

  2.10.1 Tarif Angkutan Darat

  Tarif angkutan darat dibedakan atas tarif angkutan dalam kota dan tarif angkutan dalam kota. Tarif angkutan dalam kota antara lain adalah tarif bis kota yang beroperasi di beberapa kota di Indonesia dan tarif angkutan barang.jika tarif angkutan dalam kota sama untuk jarak yang berbeda, maka tarif angkutan antarkota berubah mengikuti jarak angkutan tersebut.

  2.10.2 Tarif Angkutan Kereta Api

  Tingkat tarif kereta api yang berlaku sekarang didasarkan atas perhitungan biaya variabel jangka panjang (long run variabel cost/LRVC) oleh perum kereta api. Walaupun tingkat tarif angkutan yang ditetapkan umumnya berada di atas LRVC, tetapi tarif beberapa jenis barang lebih rendah dari LRVC, khususnya untuk barang-barang kebutuhan pokok.

2.10.3 Tarif Angkutan Laut

  Tarif angkutan laut berlaku untuk pengiriman barang di Indonesia, meliputi tarif yang terdiri dari: a.

  Tarif Pelayanan Nusantara Tarif uang tambang yang dibayar oleh pemilik barang kepada perusahaan pelayaran atas jasa yang diberikan untuk melakukan pengangkutan barang melalui laut dikenal dengan nama tarif uang tambang nusantara. Tarif angkutan laut ini ditetapkan berdasarkan komponen biaya, yaitu (1) biaya pelayaran yang dinyatakan dalam biaya rupiah per ton mile pelayaran kapal, (2) biaya kapal di pelabuahan yang dihitung menurut besarnya biaya pengeluaran kapal di pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar dan (3) golongan barang.

  b.

  Tarif OPP/OPT (onkos pelabuhan pemuatan/ ongkos pelabuha tujuan) yang merupakan balas jasa untuk pekerjaan board stevedoring,

  cargodoring , dan receiving/delivery di pelabuhan pemuatan dan di pelabuhan tujuan.

1. Tarif “board stevedoring” dikenakan atas jasa pekerjaan membongkar muatan dari dek kapal ke dermaga dan sebaliknya.

  2. Tarif “cargodoring” dikenakan atas jasa mengeluarkan muatan dari jaringan di atas dermaga, mengangkat ke gudang, menyusun di dalam gudang dan sebaliknya.

  3. Traif “receiving/delivery” dikenakan atas pekerjaan mengambil muatan dari gudang tempat penumpukan dan penyerahan sampai ke atas kendaraan yang merapat ke gudang darat dan sebaliknya. Tinggi tarif tergantung pada golongan dan jenis barang.

  c.

  Tarif Pemakaian Fasilitas Pelabuhan, terdiri dari sewa gudang dan sewa tempat penumpukan dan fasilitas pelabuhan.

  d.

  Tarif Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), meliputi balasan jasa atas pekerjaan inklaring dan uitklaring.tarif EMKL ini dihitung berdasarkan berat/ton barang, dimana pengurusan dokumenya dilakukan oleh perusahaan EMKL.

2.10.4 Tarif Angkuta Udara

  Tarif angkutan udara dalam negeri di Indonesia terdiri dari tarif angkutan udara komersial berjadwal, tarif angkutan udara perintis, dan tarif angkutan penerbangan lainnyatarif angkutan komersial berlaku untuk seluruh penerbangan domestik dan tarif angkutan udara perintis berlaku bagi penerbangan perintis.

  Tarif angkutan udara terdiri dari tarif penumpang dan tarif barang.

  Tarif angkutan udara dibedakan menurut wilayah. Tarif untuk wilayah Sumatera, Kalimantan dan pulau-pulau lainnya. Perbedaan ini berdasarkan atas perbedaan kepadatan penumpang dan frekuensi penerbangan pada jalur-jalur tersebut.

  Tarif angkutan udara perintis lebih mahal daripada tarif angkutan udara komersial berjadwal. Penerbangan perintis dioperasikan pesawat udara kecil yang biaya operasinya lebih tinggi daripada pesawat udara yang beroperasi pada jalur komersil.

2.11 Atribut Pelayanan Jasa Angkutan

  Manheim (l999), membagi atribut untuk pelayanan jasa angkutan menjadi 5 bagian yaitu :

  1. Waktu

  a. Waktu perjalanan total

  b. Waktu yang dihabiskan pada tempat perpindahan

  c. Frekwensi pelayanan

  d. Penjadwalan waktu (keberangkatan/kedatangan)

  2. Ongkos untuk pengguna a.

  Ongkos transportasi langsung seperti tarif, ongkos peralatan, ongkos bahan bakar dan ongkos parkir.

  b.

  Ongkos operasi langsung seperti : ongkos muat dan dokumentasi.

  c.

  Ongkos tidak langsung seperti: ongkos perawatan, ansuransi, pergudangan dan bunga.

  3. Keselamatan keamanan a.

  Probabilitas kerusakan pada barang b.

  Probabilitas kecelakaan c. Distribusi probabilitas dari tipe kecelakaan

  4. Kenyamanan dan kepuasan bagi pengguna a.

  Jarak berjalan kaki b.

  Jumlah pertukaran kendaraan c. Kenyamanan fisik (suhu, kelembaban, kebersihan, kualitas pengendara, cuaca) d.

  Kenyamanan psikologis (status, kebebasan) e. Kenyamanan yang lain (penanganan bagasi, tiket, pelayanan, makanan) f.

  Kesenangan perjalanan

  5. Pelayanan pengiriman a.

  Pembagian dan penanganan istimewa b. Asuransi

2.12 Kereta Api

2.12.1 Pengertian Kereta Api

  Kereta api adalah penyediaan jasa-jasa transportasi di atas rel untuk membawa barang dan penumpang dan memberikan pelayanan keselamatan, nyaman dan cepat (Salim Abbas 2002).

  Kereta api adalah moda transportasi yang memiliki karakteristik transportasi massal, murah dan memiliki tingkat keselamatan tinggi, sangat cocok untuk keperluan jasa transportasi jarak menengah dan jauh terhadap barang atau komoditi dalam jumlah besar maupun bersifat massal (Siregar 1995)

  Pembangunan perkeretaapian sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993 adalah “perkeretaapian memiliki potensi dan peluang besar dalam sistem transportasi massal dan pengangkutan muatan yang berat dalam jumlah yang besar terus ditingkatkan secara optimal dan dimodernisasiakn dengan memanfaatkan teknologi yang lebih canggih, dengan jalur kereta api yang tepat dan kemungkinan perluasannya terutama jalur ganda pada lintasan padat. Penyempurnaan manajemen dan mutu pelayanan semakin ditingkatkan agar kereta api dapat dijadikan sebagai transportasi yang ekonois, aman dan handal.

2.12.2 Sifat-Sifat Usaha Angkutan Kereta Api

  Usaha angkutan kereta api pada umumnya berbentuk monopoli persaingan dalam jenis usaha angkutan umum ini tidak fleksibel dan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan segi-segi efisiensi, kesatuan usaha dan sosial politis. Sifat monopoliini tejadi baik karena memang telah tercipta sejak mulai berdirinya maupun karena usaha itu dibentuk atas dasar hak monopoli (Rustian Kamaluddin, 2003).

  Menurut Siregar (1995), sifat tertentu lainnya dari ankutan kereta api adalah bahwa usahanya bersifat besar-besaran (large scale undertaking) sifat

  

large scale ini tercermin dalam besarnya investasi modal, pemakaian tenaga

kerja,organisasi perusahaan, pengeluaran biaya operasi.

  Berbeda dengan jenis alat angkutan umum lainnya, angkutan kereta api memiliki peralatan dasar sendiri, jalur sendiri dan ini merupakan keuntungan yang tidak dapat diberikan oleh moda lain yang terletak pada dua faktor yaitu unit angkutan barang dari kendaraan bermotor tidak terbatas pada jalannya sendiri yang tetap.

  Untuk mengangkut berbagai macam barang kereta api memegang peranan penting terutama pada daerah pertanian, industri (pabrik) dan pergudangan. Hal ini mengingat jasa angkutan kereta api barang dapat menawarkan berbagai macam bentuk dibanding dengan alat angkutan yang lain. (dikutip dari Skripsi Egi Dana tahun 2009)

2.13 Penelitian Terdahulu 1.

  Penelitian oleh Yushi Khairida Nasution tahun 2008, tentang “ Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Transportasi Udara Rute Medan-Jakarta” (studi kasus : PT. Garuda Indonesia Medan), menggunakan data time series waktu per semester selama 8 tahun 2000- 2007, menggunakan metode analisis data regresi berganda. Penelitian mengungkapkan bahwa variabel yang dipengaruhi adalah permintaan jasa transportasi udara yang di hitung dalam satuan banyaknya nilai jual tiket dalam rupiah. Variabel-variabel yang memepengaruhi permintaan akan jasa transportasi udara untuk rute Medan-Jakarta adalah tarif yang dihitung dalam satuan rupiah yang dikenakan kepada penumpang, frekuensi penerbangan yang dihitung dalam satuan unit pesawat/semester, dan PDRB perkapita Sumatera Utara yang dihitung dalam satuan produk regional bruto regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Berdasarkan uji F, secara statistik variabel bebas (tarif, frekuensi penerbangan dan PDRB Sumatera Utara) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (permintaan jasa transportasi udara Medan-Jakarta). Berdasarkan koefisien regresi tarif mempunyai pengeruh yang signifikan terhadap permintaan jasa transportasi udara Medan-Jakarta. Berdasarkan koefisien regresi, frekuensi penerbanagan memiliki slope yang positif dan signifikan terhadap permintaan jasa transportasi udara Medan- Jakarta.berdasarkan koefisien regresi PDRB perkapita memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap permintaan jasa transportasi udara Medan-Jakarta.

  2. Penelitian Suhailah Mahdi Dalimunthe pada tahun 2009, tentang “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Penerbangan Pada Rute PT. Garuda Indonesia” studi kasus PT. Garuda Indonesia Pusat.

  Menggunakan teknik pengumpulan data primer dan menggunakan metode analisis data regresi linear. Yang menjadi faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan jasa penerbanagn PT Garuda Indonesia adalah tarif, pendapatan dan kualitas pelayanan. Berdasarkan model regresi linear berganda yang dipakai dalam penelitian ini bahwa variabel bebas yaitu tarif yang dihitung dalam satuan rupiah per penumpang mempunyai pengaruh negatif sebesar -2,5160 terhadap permintaan jasa penerbangan, pendapatan yang di hitung dalam satuan rupiah mempunyai pengaruh sebesar -1,7990 terhadap permintaan penerbangan dan kualitas pelayanan yang di hitung berdasarkan skor manfaat total mempunyai pengaruh yang positif sebesar 6, 0466 terhadap permintaan penerbangan.

  3. Penelitian Egi Dana pada tahun 2009, tentang “Analisa Determinasi Jasa Angkutan Kereta Api Terhadap Pengiriman Minyak Kelapa Sawit di PTPN IV Gunung Bayu Simalungun”, menggunakan data time series dari tahun 2004-2008 dengan data bulanan dan menggunakan alat analisis OLS (ordinary least square). Hasil penelitian mengungkapkan variabel terikat yaitu pengiriman minyak kelapa sawit yang dinyatakan dalam satuan ton, dan variabel bebas yaitu pertama tarif angkutan kereta api yang dihitung dalam satuan rupiah/kg mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pengiriman minyak kelapa sawit, kedua produksi minyak kelapa sawit yang di hitung dalam satuan ton berpengaruh positif terhadap pengiriman minyak kelapa sawit dan ketiga tenaga kerja yang dinyatakan dalam jumlah tenaga kerja (orang) berpengaruh yang positif terhadap pengiriman minyak kelapa sawit.

  4. Peneliti Ruth Imelda pada tahun 2000, tentang “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Penerbangan PT Garuda Indonesia di Medan” menggunakan data cross section. Faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan jasa penerbangan PT Garuda Indonesia adalah tarif, pendapatan dan kualitas pelayanan. Pertama adalah tarif yang di hitung dalam satuan rupiah memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan jasa penerbangan PT Garuda Indonesia, yang kedua pendapatan yang dihitung dalam satuan rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan jasa penerbangan PT Garuda Indonesia dan yang ke tiga adalah kualitas pelayanan yang dihitung dalam satuan skor memiliki hubungan yang positif terhadap permintaan jasa penerbangan PT Garuda Indonesia.