Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDB Sektor Transportasi Dan Telekomunikasi Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDB SEKTOR TRANSPORTASI DAN TELEKOMUNIKASI INDONESIA

SKRIPSI Diajukan oleh : ANTONIUS SIMBOLON

070501055

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi 2010


(2)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom to GDP transportation and telecommunications sectors in Indonesia. The analysis method used was Ordinary Least Square (OLS). For the purpose of the study used secondary data in the form of time series data of 1988-2007 is the amount of gross domestic product (GDP), transportation, telecommunications, motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS ), journals, books and other research results. Having conducted research in theory and test results of the hypothesis that the right diagnosis in this case can be concluded that the motor vehicle, the length of road, population, and number of telephone subscribers have influence in the formation of GDP transportation and telecommunication sectors of Indonesia. Based on the analysis of granger causality test. And from the OLS analysis results can be seen that the transport sector and telecommunications sectors have positive contributions to GDP and transport sector, the telecommunications sector. Keywords: Transport sector GDP, GDP Telecommunications sector, motor


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia. Analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan penelitian digunakan data sekunder berupa time series tahun 1988-2007 yaitu data jumlah produk domestik bruto (PDB) sektor transportasi, sektor telekomunikasi, kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom.Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku, dan hasil penelitian lainnya .

Setelah diadakan penelitian secara teori dan hasil uji terhadap hipotesis yang didiagnosakan dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk, dan jumlah pelanggan telepon memiliki pengaruh dalam pembentukan PDB sektor transportasi dan telekomunikasi Indonesia. Berdasarkan analisis granger causality test. Dan dari hasil analisis OLS dapat diketahui bahwa sektor transportasi dan sektor telekomunikasi mempunyai kontibusi positif terhadap pembentukan PDB sektor transportasi dan sektor telekomunikasi.

Kata Kunci : PDB sektor Transportasi, PDB sektor Telekomunikasi,

kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk, dan jumlah pelanggan telepon.


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya saja penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi, Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa yang datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan, terutama kepada:

1. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan kepada kedua orangtua penulis Ayahanda Salomo Simbolon dan Ibunda Tiodor Sinurat yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis selama ini.


(5)

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Aryo Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi, selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, tenaga dan pikiran di dalam membantu penulisan skripsi ini.

5. Ibu Raina Linda Sari, MSi dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, MSi, selaku dosen Penguji I dan penguji II yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi selaku Dosen Wali yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

7. seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama di bangku kuliah.

8. Tidak lupa kepada Bang Parni, Bang Tomuan, Kak Tio, Bang Herba serta seluruh keluarga tersayang, yang telah banyak memotivasi penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Tidak lupa kepada Bang Hendra, Kak Nesri , para anggota D.O.C (Disciple Of Christ) Yakin dan Teo serta KMK yang selalu memberikan semangat dan bimbingan-bimbingan rohani kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(6)

10.Sahabat-sahabatku : Sofyan, Bona, Era, Teo, Yakin, Mira, Ricky, Sherly, Yan, Ade, Jumasi, Riris, Nancy, Wahyu, Indra, Daniel, Fachrul. yang telah membantu penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini, serta yang telah memberikan motivasi dan doa rekan-rekan sekalian

11.Adik-adikku : Lena, Mely, Merlin, Hotdi, Dian, Ali, Fachri, William, Herman, Alex, yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulus 12.Rekan-rekan satmbuk 2007 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, terima kasih atas motivasi dan doa rekan-rekan sekalian.

13.Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini

Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010 Penulis

ANTONIUS SIMBOLON


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ……… i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………..….. viii

DAFTAR GAMBAR ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 7

1.3 Hipotesis ……… 7

1.4 Tujuan Penelitian ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II URAIAN TEORITIS ……… 9

2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi ……… 9

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ……… 10

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 14 2.4 Pendapatan Nasional ……… 16

2.5 Transportasi ……… 18

2.6 Telekomunikasi ……… 27

2.7 Kependudukan / Demografi ……… 31

BAB III METODE PENELITIAN ……… 37


(8)

3.2 Jenis Sumber Data ……… 37

3.3 Pengolahan Data ………. 37

3.4 Model Analisis Data ……… 38

3.5 Uji Granger Causality Test ……… 40

3.6 Test of Goodnessof Fit (uji kesesuaian) ……… 41

3.7 Uji Penyimpangan Klasik ……… 44

3.8 Defenisi Operasional ……… 46

BAB IV HASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN ………… 47

4.1 Gambaran Umum Negara Indonesia ……….. 47

4.2 Gambaran Perekonomian Indonesia ……….. 50

4.3 Trend dan Perkembangan Transportasi di Indonesia … 54 4.4 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Trend Industri Telekomunikasi di Indonesia ... 63

4.5 Gambaran Umum Penduduk Indonesia …………... 67

4.6 Hasil Analisis ……… 69

BAB V PENUTUP ……… 87

5.1 Kesimpulan ……… 87

5.2 Saran ………. 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

4.1 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Menurut Provinsi ….. 49

4.2 Tabel Laju PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha 2004-2008 (Persentase) ………….. 51 4.3 PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha 2005-2009 (Miliar Rupiah) ………. 53 4.4 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha 2005-2009 (Miliar Rupiah) …….. 53 4.5 Bongkar Muat Barang Antar Pulau dan Luar Negeri

di Pelabuhan Indonesia Tahun 2005-2008 (000 tons) ………. 59 4.6 Jumlah Penumpang Kapal di Pelabuhan Yang Diusahakan dan

Tidak Diusahakan Tahun 1995 - 2008 (000) ………... 60 4.7 Lalu Lintas Penerbangan Dalam Negeri Indonesia

Tahun 2003-2008 ... 62 4.8 Lalu Lintas Penerbangan Luar Negeri Indonesia

Tahun 2005-2008 ……….. 63

4.9 Kontribusi Sektor Transportasi dan Telekomunikasi

terhadap PDB Indonesia 1988-2007 ……….. 66 4.10 Laju pertumbuhan penduduk di kepulauan Indonesia ………. 69


(10)

4.11 Hasil estimasi uji akar unit ……… 71 4.12 Hasil Estimasi Uji Granger Causality Kendaraan Bermotor …… 72 4.13 Hasil Estimasi Uji Granger Causality Panjang Jalan ………. 73 4.14 Hasil Estimasi Uji Granger Causality Pelanggan Telepon ……… 74 4.15 Hasil Estimasi Uji Granger Causality Jumlah penduduk ………. 75


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

2.1 Sistem kegiatan transportasi secara komprehensif…………... 24

3.1 Kurva Uji F-Statistik ……….. 42

3.2 Kurva Normal……….…. 43

3.3 Kurva uji Durbin Watson ……….…... 45

4.1 Panjang Jalan Dirinci Menurut Jenis Permukaan tahun 2000-2008 (Km) ... 56

4.2 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis tahun 2000-2008 ... 57

4.3 Pertumbuhan Jumlah Pelanggan Telkom Indonesia 1988-2007 .…. 64

4.4 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia 1988-2007 ………….. 68

4.5 Uji t statistik variabel kendaraan bermotor ……….. 79

4.6 Uji t statistik variabel jumlah penduduk ……….. 81

4.7 Uji t statistik variabel pelanggan telepon ………. 82

4.8 Uji F statistik model I ………...……….. 82

4.9 Uji F statistik model II ………. 83

4.10 Uji DW terhadap model II ………... 84


(12)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom to GDP transportation and telecommunications sectors in Indonesia. The analysis method used was Ordinary Least Square (OLS). For the purpose of the study used secondary data in the form of time series data of 1988-2007 is the amount of gross domestic product (GDP), transportation, telecommunications, motor vehicles, road length, population and number of telephone subscribers Telkom. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS ), journals, books and other research results. Having conducted research in theory and test results of the hypothesis that the right diagnosis in this case can be concluded that the motor vehicle, the length of road, population, and number of telephone subscribers have influence in the formation of GDP transportation and telecommunication sectors of Indonesia. Based on the analysis of granger causality test. And from the OLS analysis results can be seen that the transport sector and telecommunications sectors have positive contributions to GDP and transport sector, the telecommunications sector. Keywords: Transport sector GDP, GDP Telecommunications sector, motor


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia. Analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan penelitian digunakan data sekunder berupa time series tahun 1988-2007 yaitu data jumlah produk domestik bruto (PDB) sektor transportasi, sektor telekomunikasi, kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom.Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku, dan hasil penelitian lainnya .

Setelah diadakan penelitian secara teori dan hasil uji terhadap hipotesis yang didiagnosakan dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk, dan jumlah pelanggan telepon memiliki pengaruh dalam pembentukan PDB sektor transportasi dan telekomunikasi Indonesia. Berdasarkan analisis granger causality test. Dan dari hasil analisis OLS dapat diketahui bahwa sektor transportasi dan sektor telekomunikasi mempunyai kontibusi positif terhadap pembentukan PDB sektor transportasi dan sektor telekomunikasi.

Kata Kunci : PDB sektor Transportasi, PDB sektor Telekomunikasi,

kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk, dan jumlah pelanggan telepon.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengukuran tingkat keberhasilan suatu pembangunan yang dilaksanakan di suatu negara ataupun daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatu negara dan daerah khususnya di bidang ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dan daerah tersebut.

Indikator yang paling penting dari kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah setiap tahun. Dimana PDB didefenisikan sebagai nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan baik oleh penduduk suatu negara maupun orang asing yang bermukim di negara tersebut, selama kurun waktu tertentu.

Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan tersebut, maka pembangunan perlu didukung oleh berbagai faktor baik ekonomi maupun faktor non ekonomi, dimana dalam hal ini yang sangat mendukung dan mempengaruhi jalannya roda pembangunan tersebut adalah infrastruktur. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, telekomunikasi,


(15)

bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Berbicara mengenai transportasi, maka transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitan dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan yang natinya akan dapat meningkatkan PDB Indonesia.

Dalam aspek perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar. Bahkan data menunjukan salah satu kendala yang dihadapi dalam kalangan industri adalah sektor transportasi. Sebagaimana dikemukakan dalam kata pertimbangan undang-undang Republik Indonesia tentang transportasi ini, pada umumnya dikemukakan bahwa transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya transportasi tersebut terrcermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air, bahkan dari dalam negeri dan keluar negeri.

Menyadari perannya, maka transportasi harus ditata dalam satu sistem transportasi nasional secara terpadu. Dalam hal ini, transportasi tidak hanya difokuskan hanya diperkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan atau antar keduanya. Sarana transportasi dibutuhkan guna menghubungkan kota dengan desa atau sebaliknya desa dengan kota. Perbedaannya adalah terletak pada intensitas,


(16)

manajemen, atau pengaturan dan kebutuhan fasilitas. Transportasi juga harus mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan pelayanan yang aman, nyaman, cepat, tepat, teratur, dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai moda transportasi dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan moda yang bersangkutan, dalam kaitannya dengan jenis dan volume yang diangkut serta jarak tempuh yang harus dilayani.

Pada umumnya, infrasturuktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan nasional yang mana sebagian besar pendanaannya masih tergantung pada pemerintah, dimana pemerintah pada umumnya memandang bahwa bidang transportasi adalah sangat vital untuk kepentingan Negara baik dari sudut perekonomian maupun dari sudut sosial, politik, pemerintahan, pertahanan, dan keamanan.

Infrastruktur lain yang juga sangat dibutuhkan manusia adalah sektor telekomunikasi. Berdasarkan pasal 1 Undang-undang No.36 tahun 1999 tentang telekomunikasi mengemukakan defenisi atau pengertian telekomunikasi, bahwa:

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaandari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.

Sedangkan alat komunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin memperhatikan aspek kualitas jasa. Selain itu perkembangan di bidang dunia


(17)

informasi saat ini begitu cepat, baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai

information superhighway.

Pembangunan sektor telekomunikasi juga masih menghadapi berbagai tantangan, salah satu tantangan tersebut adalah kemampuan untuk mengikuti perkembangan sektor telekomunikasi beserta pemanfaatannya berdasarkan daya dukung regulasi, potensi bisnis dan tingkat kemampuan pemecahan permasalahannya. Tantangan lainnya adalah pembangunan telekomunikasi saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar, dan benturan permasalahan antara kalangan industri dengan pemerintah daerah. Selain itu, untuk menghadapi perubahan sehingga kehadiran teknologi baru di bidang telekomunikasi berikut dengan pemanfaatannya di masa mendatang dapat memberikan manfaat yang semaksimal mungkin untuk mencapai peningkatan dan kemajuan bangsa serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat.

Dari kedua sektor ini baik transportasi maupun telekomunikasi, fungsi keduanya hampir sama yaitu melayani mobilitas orang, barang dan jasa baik lokal, regional, maupun internasional serta peranannya sebagai sektor pendukung lainnya. Dimana peranan sektor transportasi dan telekomunikasi ini akan mempengaruhi sektor-sektor lainnya yang tentunya berpengaruh pada produksi


(18)

atau pendapatan sektor tersebut ataupun sektor-sektor lainnya yang berakhir pada peningkatan PDB.

Mengingat begitu besarnya peranan sektor tansportasi dan telekomunikasi terhadap PDB, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar peranan sektor tersebut dari prasarana dan pemanfaatan jasa sektor tersebut. Penulis juga ingin melihat besarnya kontribusi sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap PDB. Dan penulis menjadikan Negara Indonesia sebagai lokasi penelitian.

Pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia cukup pesat di mana dapat kita lihat dari perumbuhan prasarana jalan di Indonesia. Pada tahun 2005 panjang jalan di Indonesia sejauh 391.009 km dan pada tahun 2006 bertambah menjadi sejauh 403.080. dan pada tahun 2008 bertambah sebesar 43.965 km menjadi 437.759 km. Dalam hal ini, panjang jalan dapat menunjukkan tingkat keterbukaan dan perkembangan masyarakat suatu wilayah. Semakin panjang suatu jalan, maka tingkat keterbukaan dan perkembangannya semakin tinggi.

Pertumbuhan kendaraan bermotor juga cukup pesat.. Pada tahun 2005 kendaraan bermotor di Indonesia sebanyak 38,156,278 unit dan pada tahun 2006 bertambah menjadi sejauh 45,081,255 unit. Dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 57,769,449 unit. Dalam hal ini, kendaraan bermotor dapat menunjukkan peningkatan PDB Indonesia.

Begitu juga pada sektor telekomunikasi yang penulis tinjau dari pengguna jasa telepon tersambung baik yang berbayar maupun dinas. Pada tahun 2002 pengguna jasa telepon sebanyak 7.750.035 pelanggan. Pada tahun 2003


(19)

bertambah menjadi 8.682.763 pelanggan dan pada tahun 2004 melonjak menjadi 10.051.547 pelanggan. Hal ini mengindikasikan bahwa telepon masih digemari di tengah gencarnya penggunaan telepon selular baik dari segi keabsahan aplikasi yang terpercaya, kesehatan, akesibilitas dan lain-lain.

Peningkatan PDB telekomunikasi dan transportasi juga tidak terlepas dari banyakanya jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka perkembangan kedua sektor ini akan menjadi semakin pesat. Terbukti bahwa pada tahun 2005 dimana penduduk Indonesia dengan jumlah 219.852.000 jiwa menyumbang sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar Rp 180.584,9 (dalam Miliar ). Pada tahun 2006, dengan jumlah penduduk sebanyak 222.747.000 dapat memberikan kontribusi sebesar Rp 231.523,5 (dalam Miliar). Sedangkan pada tahun 2007 dengan jumlah penduduk melonjak menjadi 225.642.000 jiwa mampu memberikan sumbangan terhadap sektor ini sebesar Rp.264.263,3 (dalam Miliar).

Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sektor ini tidak boleh dilepaskan dari kegiatan masyarakat banyak dan Negara karena begitu pentingnya peranan mereka tersebut sehingga sektor-sektor ini sangat berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menganalisis mengenai seberapa besar peranan sektor telekomunikasi dan transportasi terhadap PDB Indonesia. Untuk itu, penulis mengambil judul mengenai “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi PDB Sektor Transportasi Dan Telekomunikasi Indonesia”


(20)

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kendaraan bermotor terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh panjang jalan terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk berpengaruh terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB sektor transportasi dan telekomunikasi di Indonesia?

1.3 Hipotesis

1. Kendaraan bermotor berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

2. Panjang jalan berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

3. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

4. Jumlah pelanggan telepon Telkom berpengaruh positif terhadap PDB sektor Transportasi dan Telekomunikasi. Ceteris Paribus

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :


(21)

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh kendaran bermotor terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh panjang jalan terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah pelanggan telepon terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

3. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi yang terkait.


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produk barang dan jasa mengalami peningkatan. Pertumbuhan output ini tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto.

Pertumbuhan ekonomi menurut Sumitro Jojohadi Kusumo (dalam Fitri, 2007;13) adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam keadaan ekonomi masyarakat suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat ekonomi yang dicapai tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kenaikan produksi total oleh suatu perekonomian beberapa ahli didefenisikan sebagai kenaikan PDRB/GNP suatu daerah atau Negara.

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan formula:

g = tingkat (persentase) pertumbuhan ekonomi.

GDP1 = (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto (PDB)

adalah pendapatan nasional riil yaitu pendapatan nasional yang dihitung pada harga tetap yang dicapai pada suatu tahun (tahun 1)


(23)

GDP0 = pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Yang dimaksud dengan pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu. Nilai tersebut dapat dihitung menurut harga berlaku (yaitu pada harga-harga berlaku pada tahun dimana PDB dihitung) dan menurut harga tetap yaitu pada harga-harga berlaku pada tahun dasar (base year), (Sukirno, 2006: 9-10)

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi 2.2.1 Teori Adam Smith

Perhatian Adam Smith terhadap masalah pembangunan dapat dilihat dari bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” (1776). Tulisan tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu negara, dimana kebijakan Laissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat.

2.2.2 Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandangan mengenai pembangunan ekonomi dengan cara sistematis dalam bukunya “The Principles Of Political Economy and Taxation” (1917) yang mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, dan perdagangan luar negeri. Teori Ricardian menekankan pentingnya tabungan bagi pembangunan modal. Di banding pajak, Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan.


(24)

2.2.3 Teori Keynes

Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi akibat depresi ekonomi. Menurut Keynes (1936) pengangguran merupakan akibat dari kurangnya permintaan efektif, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi. Dalam hal ini maka Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan kebijakn moneter yang dapat mempengaruhi permintaan, dalam teorinya, Keynes menganggap tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan terjadinya kelebihan supply sehingga produsen dapat merugi yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pemutusan kerja yang besar-besaran dan menciptakan suatu kondisi ekonomi yang buruk. Oleh sebab itu, Keynes merasa pemerintah perlu mempengaruhi tingkat suku bunga yang berkorelasi langsung dengan jumlah uang yang beredar yang dapat meningkatkan permintaan efektif.

2.2.4 Teori Rostow

Teori pembangunan ekonomi dari Rostow ini sangat populer dan paling banyak mendapatkan komentar dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economic Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of

Economic Growth (1960).

Menurut Rostow ( 1960) proses pembangunan ekonomi dibedakan ke dalam 5 tahap yaitu masyarakat tradisional, prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, menuju kedewasaan, dan masa konsumsi tinggi. Dasar pembedaan proses pembangunan menjadi 5 tahap tersebut adalah karakteristik perubahan keadaan


(25)

ekonomi, sosial dan politik yang terjadi. Pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.

2.2.5 Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S Domar (1947) dan R.F Harrod (1939). Domar mengemukakan teorinya tersebut pertama kali pada tahun 1947 dalam jurnal

American Economic Review. Sedangkan Harrod mengemukakannya pada tahun

1939 dalam Economic Journal. Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.

2.2.6 Teori Schumpeter

Pendapat Schumpeter (1911), yang merupakan landasan teori pembangunannya adalah keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun Schumpeter meramalkan secara pesimis bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami stagnasi, karena adanya transformasi gradual di dalam sistem tersebut menuju kearah sistem yang sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis ini berubah karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Semakin suksesnya masyarakat maka akan terjadi perubahan


(26)

kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari sistem kapitalis asli.

2.2.7 Teori Neo Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi Neo-klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi.

Menurut teori ini, rasio modal output (COR) bisa berubah. Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

Teori pertumbuhan neo klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya mereka didasarkan kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas yang sekarang dikenal dengan sebutan fungsi produksi Cobb Douglas.

Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara sebagai berikut:

Qt = TtKt

Di mana


(27)

Tt = tingkat teknologi pada tahun t

Kt = jumlah stok barang modal pada tahun t

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

a = pertumbuhan output karena pertambahan satu unit modal

b = pertumbuhan output karena pertambahan satu unit tenaga kerja.

Nilai Tt , a dan b bisa diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya

nilai a dan b ditentukan saja besarnya dengan menganggap bahwa a + b = 1, yaitu berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama dengan produksi batas dari masing-masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 1. Akumulasi Modal (capital accumulation)

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan baku meningkatkan stock modal (capital stock) fisik suatu negara (yakni, total nilai riil “neto” atas seluruh barangmodal produktif secara fisik) dan hal itu jelas memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-masa mendatang. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastuktur” ekonomi dan sosial.


(28)

2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benar- benar akan memberikan dampak positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lamadalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun rumah. Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological

progress), kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital- saving technological progress).


(29)

4. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah. “Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya. Tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat.

2.4 Pendapatan Nasional

1. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

2. Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang


(30)

dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

3. Produk Nasional Neto (NNP)

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).

Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang

dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

4. Pendapatan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima ole pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikuran dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

5. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh


(31)

pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.

6. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan

pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

2.5 Transportasi

2.5.1 Pengertian Transportasi

Secara umum, transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (desti-nation). Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat.


(32)

2.5.2 Moda Transportasi

Secara umum, moda transportasi terbagi atas tiga jenis moda, yaitu:

a. Transportasi darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi, kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor: jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, dan faktor sosial ekonomi.

b. Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal, tongkang, perahu, rakit.

c. Transportasi udara: pesawat terbang.

Transportasi udara dapat menjangkau tempat- tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

2.5.3 Peranan transportasi

Memperhatikan moda atau sarananya, transportasi terdiri dari transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Di dalam transportasi darat terdapat transportasi angkatan darat, sungai dan penyeberangan serta angkutan kereta api. Transportasi memegang peranan penting dalam dinamika masyarakat bahkan dinamika negara dan bangsa, kehidupan sehari-hari, kehidupan budaya, kehidupan politik , terutama dalam kehidupan sosial ekonomi, maupun kehidupan dalam aspek hukum.


(33)

1. Aspek Sosial dan Budaya

Dampak sosial yang dapat dirasakan dengan adanya transportasi adalah adanya peningkatan standar hidup. Transportasi menekankan biaya dan memperbesar kuantitas keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya perbaikan dalam perumahan, sandang dan pangan serta rekreasi, serta adanya peningkatan pemahaman dan intelegensi masyarakat. Sedangkan untuk budaya, dampak yang dapat dirasakan adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa.

2. Aspek Politis dan Pertanahan

Bagi aspek politis dan pertanahan, transportasi dapat memberikan dua keuntugan yaitu :

1. Transportasi dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Dengan adanya sistem dan sarana perhubungan yang baik, maka akan dapat memperkokoh stabilitas politik negara kesatuan.

2. Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan di mana trnasportasi dapat digunakan untuk tujuan strategis pertahanan karena adanya wahana transportasi yang efektif dalam karya bakti dalam proyek-proyek pembangunan nyata.

3. Aspek hukum

Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan hukum mengenai hak dan tanggung jawab serta perasuransian apabila terjadi


(34)

kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negeri yang melewati batas wilayah suatu negara, diatur dalam perjanjian antar negara (bilateral air agreement).

4. Aspek Ekonomi

Peranan pengangkutan tidah hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia. Pengangkutan juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.

2.5.4 Fungsi Transportasi

Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan). Dari sini timbul jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan perangkutan (transportasi) dari satu tempat ke tempat lain. Di sini terlihat, bahwa transportasi dan tata guna lahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan transportasi yang diwujudkan dalam bentuk lalu lintas kendaraan, pada dasarnya merupakan kegi-atan yang menghubungkan dua lokasi dari tata guna lahan yang mungkin sama atau berbeda. Transportasi dengan demikian merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengubah letak geografis barang atau orang. Jadi salah satu tujuan penting dari perencanaan tata guna lahan atau perencanaan sistem transportasi, adalah menuju ke keseimbangan yang efisien antara potensi tata guna lahan dengan kemampuan transportasi.


(35)

Transportasi memiliki fungsi yaitu:

1. Melancarakan arus barang dan manusia

2. Menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector)

2.5.5 Manfaat Transportasi 1. Manfaat Ekonomi

Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.

2. Manfaat Sosial

Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya:

1. Pelayanan untuk perorangan

2. Pertukaran atau penyampaian informasi

3. Perjalan untuk bersantai

4. Memendekkan jarak

5. Memencarkan penduduk.

3. Manfaat politik

a. Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan nasional yang semakin kuat dan meniadakan isolasi.


(36)

b. keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak dikehendaki mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien yang memudahkan mobilisasi segala daya (kemampuan dan ketahanan nasional), serta memungkinkan perpindahan pasukan-pasukan perang selama masa perang.

c. Sistem pengangkutan yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan mengangkup penduduk dari daerah yang mengalami bencana ke tempat yang lebih aman.

d. pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah suatu negara.

4. Manfaat Kewilayahan

Selain dapat memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa atau pedalaman, keberhasilan pembangunan di sektor transportasi dapat memenuhi perkembangan wilayah. Seiring dengan meningkatnya jumlah habitat, dan semakin majunya peradaban komunitas manusia, selanjutnya wilayah-wilayah pusat kegiatannya berkembang mengekspansi ke pinggiran-pinggiran wilayah, sedangkan kawasan-kawasan terisolir semakin berkurang, dan jarak antar kota menjadi semakin pendek dalam hal waktu. Lebih dari itu kuantitas dan kualitas baik perkotaan besar nmaupun perkotaan kecil tumbuh, dimana kota kecil ditumbuhkembangkan sementara kota semakin berkembang, sehingga area perkotaan semakin luas.


(37)

5. Manfaat Fisik.

Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan kota yang direncanakan sesuai dengan rencana tata guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung penuh perkembangan fisik suatu kota atau wilayah.

2.5.6 Sistem Kegiatan Transportasi

Pendekatan secara makro (komprehensif/holistik) mengenai sistem kegiatan transportasi, dapat digambarkan sebagai berikut:


(38)

2.5.7 Permasalahan Transportasi

Permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalulintas, parkir, angkutan umum, polusi dan masalah ketertiban lalulintas (Munawar, 2004). Kemacetan lalulintas akan selalu menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress). Selain itu juga akan menimbulkan dampak negatif ditinjau dari segi ekonomi yang berupa kehilangan waktu karena waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasi kendaraan (bensin, perawatan mesin) karena seringnya kendaraan berhenti.

Selain itu, timbul pula dampak negatif terhadap lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara karena gas racun CO serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan). Pedal rem dan gas yang silih berganti digunakan akan menyebabkan penambahan polusi udara serta kebisingan karena deru suara kendaraan. Kemudian untuk menghilangkan stress, para pengemudi akan lebih sering menggunakan klakson sehingga menimbulkan kebisingan.

Masalah transportasi perkotaan yang lain adalah masalah parkir. Masalah ini tidak hanya terbatas di kota-kota besar saja. Tidak ada fasilitas parkir di dekat pasar-pasar. Beberapa supermarket hanya mempunyai tempat parkir yang begitu sempit, yang hanya dapat menampung beberapa kendaraan roda empat saja. Beberapa gedung pertunjukan/gedung bioskop bahkan tidak mempunyai fasilitas parkir untuk kendaraan roda empat.


(39)

Masalah lain yang tak kalah pentingnya ialah fasilitas angkutan umum. Angkutan umum perkotaan, yang saat ini didominasi oleh angkutan bus dan mikrolet masih terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang efisien. Angkutan massal (mass rapid transit) seperti kereta api masih kurang berfungsi untuk angkutan umum perkotaan. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum sudah merupakan pandangan sehari-hari di kota-kota besar. Pemakai jasa angkutan umum masih terbatas pada kalangan bawah dan sebagian kalangan menengah. Orang-orang berdasi masih enggan memakai angkutan umum, karena comfortability angkutan umum yang masih mereka anggap terlalu rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang begitu nyaman dengan pelayanan dari pintu ke pintu. Sementara itu sistem angkutan umum massal (SAUM) yang modern sebagai bagian integral dari ketahanan daya dukung kota (city survival) masih dalam tahap rancangan dan perencanaan dan belum berada di dalam alur utama (mainstream) kebijakan dan keputusan pemerintah dalam rangka menciptakan sistem transportasi kota yang berimbang, efisien dan berkualitas. Belum terciptanya SAUM modern sebagai atribut menuju kota ”metropolitan” dan oleh karenanya belum merupakan alternatif yang patut diperhitungkan bagi pembuat perjalanan merupakan pembenaran dari pemakaian kendaraan pribadi okupansi rendah yang tidak efisien. Oleh karena selama beberapa dekade belakangan ini tidak ada langkah “terobosan” yang berarti, maka antrian dan kemacetan lalulintas yang berkepanjangan pada setiap koridor dan pusat kota, dan sebagai akibatnya pemborosan besar-besaran dari energi BBM serta polusi udara, akan terus menjadi menu sehari-hari dari para pembuat perjalanan di perkotaan (urban trip makers).


(40)

2.6 Telekomunikasi

Pada BAB I telah disebutkan bahwa berdasarkan pasal 1 Undang-undang

No.36 tahun 1999 tentang telekomunikasi mengemukakan defenisi atau

pengertian telekomunikasi, yaitu: Telekomunikasi adalah setiap pemancaran,

pengiriman, dan atau penerimaandari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Sedangkan alat komunikasi adalah setiap alat

perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

Dewasa ini telekomunikasi sangat berperan penting sebagai alat komunikasi untuk mengetahui berbagai informasi yang ada di dunia. Reformasi telekomunikasi dilaksanakan praktis oleh semua negara-negara tersebut. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan drastis lingkungan ekonomi global dan kepesatan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi. Karena perbedaan yang spesifik dalam keadaan ekonomi, politik dan sosial masing-masing negara, manifestasi reformasi tersebut berbeda antara negara yang satu dengan yang lain. Lagi pula, perbedaan dalam sasaran yang ingin dituju oleh strategi reformasi, membuat corak reformasi telekomunikasi juga beraneka ragam.

Telekomunikasi, pada umumnya, mempunyai dimensi global meskipun bobot tanggung jawabnya berada di ruang lingkup nasional. Hal ini disebabkan oleh sifat telekomunikasi itu sendiri yang inheren dengan jangkauan jarak jauh sehingga mempunyai implikasi global, sedang wujud dan bentuk akhirnya sebagian besar ditentukan oleh lingkungan dan kebijakan nasional secara makro. Perubahan lingkungan ekonomi global dan laju kemajuan teknologi


(41)

telekomunikasi dan informatika yang berlangsung sangat dinamis, telah mendorong lahirnya lingkungan telekomunikasi yang jauh berbeda dengan keadaan yang telah berlaku begitu lama sebelumnya. Perubahan yang amat mendasar ini menimbulkan realita baru pada penyelenggaraan telekomunikasi di seluruh dunia.

Dalam garis besar, wujud perubahan dan realita baru ini berupa :

1. beralihnya fungsi telekomunikasi dari utilitas menjadi komoditi perdagangan;

2. bergesernya fungsi pemerintah dari memiliki, membangun dan menyelenggarakan telekomunikasi ke menentukan kebijakan, mengatur, mengawasi dan mengendalikannya;

3. peningkatan peran swasta sebagai investor prasarana dan penyelenggara jasa telekomunikasi;

4. transformasi struktur pasar telekomunikasi dari monopoli ke persaingan, dan

5. diakuinya secara umum bahwa di era informasi, telekomunikasi berperan sebagai salah satu faktor penting dan strategis dalam menunjang dan meningkatkan daya saing ekonomi suatu bangsa.

Dalam lingkungan nasional, telekomunikasi telah terbukti sebagai sarana vital Indonesia untuk memperlancar kegiatan pemerintahan, meningkatkan hubungan antar bangsa, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam rangka Wawasan Nusantara. Ada tiga hal yang menjadi determinan penting dalam perumusan kebijakan reformasi telekomunikasi, yaitu :


(42)

(i) haluan negara yang baru ditetapkan MPR dalam Sidang Istimewa November 1998;

(ii) kehendak untuk mengadakan perbaikan dan pembaharuan di segala bidang, termasuk di bidang telekomunikasi.

2.6.1 Undang – Undang Tentang Telekomunikasi

Undang-Undang No. 3 tahun 1989 tentang telekomunikasi menyatakan antara lain bahwa: Penyelenggaraan telekomunikasi dilaksanakan oleh Pemerintah, yang selanjutnya untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapatdilimpahkan kepada badan penyelenggara. Badan penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk untuk itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan lain yaitu di dalam Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 tentang Telekomunikasi antara lain yaitu: Telekomunikasi dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Pembinaan telekomunikasi diarahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan telekomunikasi yang meliputi penetapan kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian. Dalam penetapan kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian di bidang telekomunikasi, sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan memperhatikan pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat serta perkembangan global. Dalam rangka pelaksanaan pembinaan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pemerintah melibatkan peran serta masyarakat. Ketentuan mengenai tata cara


(43)

peran serta masyarakat dan pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah dan Menteri bertindak sebagai penanggung jawab administrasi telekomunikasi Indonesia.

2.6.2 Produk Telekomunikasi

Perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada umumnya menyediakan produk berupa jasa-jasa telekomunikasi, baik domestik maupun internasional. Jasa-jasa telekomunikasi yang ditawarkan meliputi sambungan tetap dan bergerak, komunikasi data, dan sewa sambungan, dan berbagai jasa bernilai tambah.

Jasa-jasa tersebut secara rinci sebagai berikut:

1. Jaringan telepon umum / public switched telephone network 1. Jasa pelanggan telepon / telephone subscriber services

2. Jasa interkoneksi operator telekomunikasi/ interconnection services

to other telecommunications operators

1. Interkoneksi jarak jauh internasional / international long

distance interconnection

2. Interkoneksi sambungan tetap dan bergerak / mobile and

fixed cellular interconnection

2. Jasa sambungan bergerak / mobille cellular services 1. Jasa sambungan GSM / GSM cellular services 2. Jasa sambungan PCN / PCN cellular services

3. Jasa satelit / satellite services


(44)

2.7 Kependudukan / Demografi 2.7.1 Definisi

Menurut Undang –Undang RI No.10 tahun 1992, Penduduk adalah orang

dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, wara negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Kependudukan/ Demografi Adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status). (Mantra 2000 . Demografi Umum: 2)

Dari definisi tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Sruktur penduduk meliputi : jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk itu selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.

Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, merupakan gambaran atau potret penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa) pada hari sensus yang berakhiran dengan anka kosong (0). Data penduduk pada hari sensusu penduduk (hari H) ini dijadikan sebagai basis perhitungan penduduk. Sesudah hari sensus, struktur penduduk akan berubah. Komponen kependudukan yang dapat


(45)

mengubah strutur penduduk di atas adalah komponen yang dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.

2.7.2 Sumber Data Kependudukan a. Sensus penduduk

Merupakan suatu proses keseluruhan daripada pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data kependudukan yang menyangkut cirri-ciri kependudukan, sosial ekonomi, dan lingkungan hidup.

Cara pencacahan dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Cara mencacah responden menurut tempat tinggalnya. Cara ini disebut juga dengan cara pencacahan de jure.

2. Cara mencacah responden menurut tempat ditemui oleh petugas pada waktu pencacahan. Cara ini disebut dengan cara pencacahan de facto.

Sejak Indonesia merdeka, kegiatan sensus penduduk telah dilakukan 5 (lima) kali, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan tahun 2000 yang penyelenggaraannya ditangani oleh BPS (Badan Pusat Statistik).

1. Registrasi Penduduk

Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dilakukan oleh petugas pemerintah setempat yang meliputi pencatatan kelahiran. Registrasi penduduk memenuhi dua tujuan, yaitu: sebagai catatan resmi dari suatu peristiwa tertentu dan sebagai sumnber yang berharga bagi penyusunan statistic


(46)

yang langsung dapat digunakan dalam proses perencanaan kemasyarakatan (Mantra, 2985).

Dalam sistem registrasi penduduk, yang dicatat sebagai penduduk adalah mereka yang mencatatkan dirinya sebagai penduduk di daerah tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan diikeluarkannya Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Survei Penduduk

Hasil sensus penduduk mempunyai keterbatasan karena hanya menyediakan data statistik kependudukan dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dilakukan survey penduduk dengan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Survey kependudukan ini dilakukan dengan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus.

Kegiatan survey kependudukan mempunyai periode tertentu, Supas misalnya sepuluh tahun sekali di antara dua sensus. SDKI dilakukan empat tahun, Susenas dilakukan setiap tahun, sedangkan sakernas pada awalnya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hasil-hasil survey ini melengkapi informasi yang di dapat dari Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk.

2.7.3 Masalah Kependudukan

Dilihat dari jumlah penduduknya Indonesia termasuk negara terbesar ketiga diantara negara-negara sedang berkembang setelah Cina dan India. Hasil


(47)

Proyeksi penduduk menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 234.181.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2015 mencapai 247.623.000.

Kepadatan di 33 Propinsi masih belum merata. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di Pulau Jawa, padahal luas Pulau Jawa hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia. Dilain pihak, Kalimantan yang memiliki 28% dari luas total, hanya dihuni oleh 5% penduduk Indonesia. Dengan demikian kepadatan penduduk secara regional juga sangat timpang, sementara kepadatan per kilometer persegi di Pulau Jawa mencapai 814 orang, di Maluku dan Irian Jaya hanya 7 orang (BPS Sumatera Utara).

Permasalahan yang timbul:

Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan pembangunan baik phisik maupun non phisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat.

Pemecahan Masalah:

Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk dari daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi. Sasaran utama program transmigrasi semula adalah untuk mengurangi kelebihan penduduk di Pulau Jawa. Tetapi ternyata jumlah penduduk yang berhasil di transmigrasikan keluar Jawa sangat kecil jumlahnya. Pada tahun


(48)

1953 direncanakan 100.000 penduduk, tetapi hanya sebanyak 40.000 orang yang berhasil dipindahkan. Walaupun demikian, program transmigrasi sudah menunjukan hasilnya dimana penduduk yang tinggal di Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990, diproyeksikan menjadi 57,7% pada tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa diproyeksikan akan terjadi kenaikan tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik dari 21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 % pada tahun 2000 (BPS Sumatera Utara).

2.8 Penelitian Terdahulu

1. Juli Yana Silaban (020501057)

Judul : Analisis Peranan Transportasi Darat dalam Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara. Dalam penelitiannya menggunakan PDRB sebagai variabel terikat. Panjang jalan, Jumlah moda transportasi dan pajak Kendaraan bermotor sebagai variabel bebas dengan menggunakan program Eviws 4.1. Hasilnya adalah Panjang jalan, Jumlah kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor mempunyai pengaruh positif terhadap perumbuhan ekonomi dengan nilai R2 = 0,86.

2. Ikhsantono ( 050501125 )

Judul : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi di Kota Medan. Dalam penelitiannya menggunakan PDRB pada sektor transportasi untuk variabel terikat dan pengeluaran pemerintah untuk variabel bebas dengan menggunakan program


(49)

Eviews 5.1 hasilnya adalah pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor transportasi pada tingkat kepercayaan 99 %.

3. Aidil Fitriadi Fahruky ( 050501105 )

Judul : Analisisis Peranan Sektor Transportasi dan Telekomunikasi Terhadap PDRB Sumatera Utara. Dalam penelitiaannya menggunakan PDRB pada sektor transportasi dan telekomunikasi sebagai variabel terikat, panjang jalan dan jumlah pengguna telepon telkom sebagai variabel bebas dengan menggunakan program Eviews 5.1 hasilnya adalah panjang jalan dan jumlah pelanggan telepon Telkom berpengaruh nyata atau signifikan terhadap PDRB sektor transportasi dan telekomunikasi Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99%.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dititiberatkan pada pengaruh sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia.

3.2 Jenis Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka angka selama kurun waktu 20 tahun (1988-2007) sedangkan sumber data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel dan jurnal-jurnal.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program Eviews 6.0 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(51)

3.4 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model Ekonometrika sedangkan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan Granger Causality Test dengan memisahkannya menjadi 2 model sehingga dapat terhindar dari multikolinieritas yaitu dengan melihat hubungan kausalitas antara kendaraan bermotor, panjang jalan dan jumlah penduduk dan jumlah pengguna telepon Telkom terhadap PDB Indonesia dengan metode OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carls Friedrich Gauss. Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda. Variabel-variabel independen yang mempengaruhi Variabel-variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

Sektor Transportasi:

Y = f (X1, X2, X3, ) ………(1)

Dari persamaan fungsi di atas dispesifikasikan ke dalam model linier

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ …………...(2)

Keterangan

Y = PDB sektor transportasi dan telekomunikasi (dalam milyar rupiah)

α = Intercept

X1 = Kendaraan Bermotor (unit)


(52)

X3 = Jumlah Penduduk (jiwa) β1β2β3 = Koefisien regresi

µ = Term of error

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (kendaraan bermotor) maka Y (PDB

sektor transportasi dan telekomunikasi) akan mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (panjang jalan) maka Y (PDB sektor

transportasi dan telekomunikasi) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Jumlah Penduduk) maka Y (PDB

sektor transportasi dan telekomunikasi akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Sektor Telekomunikasi:

Y = f (x) ………(1)

Dari persamaan fungsi di atas dispesifikasikan ke dalam model linier

Y = α + βx+ µ ………...(2)

X1 = Jumlah pengguna telepon Telkom (pelanggan) β1 = Koefisien regresi


(53)

µ = Term of error

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X (Jumlah pelanggan telepon) maka Y (PDB sektor transportasi dan telekomunikasi akan mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

3.5 Uji Granger Causality Test

Pengujian ini untuk melihat hubungan kausalitas antara kendaraan bermotor, panjang jalan, jumlah penduduk dan jumlah pelanggan telepon Telkom terhadap PDB Transportasi dan Telekomunikasi Indonesia sehingga dapat diketahui keempat variabel tersebut saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi).

Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini :

It = Kt-j + j It-j + µt ………..(1)

Kt = It-j + j Kt-j + Vt ………..(2)

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang disebutkan di atas maka dapat dilakukan F – test untuk masing-masing model regresi.


(54)

3.6 Test of Goodnessof Fit (uji kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen, R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).

3.6.2 Uji F- Statistik (Uji keseluruhan)

Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini, digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : ……= 0 (tdak signifikan)

Ha :……...≠ 0 (signifikan)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak yang artinya variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

Dimana :


(55)

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

N = Jumlah Sampel

Dengan kriteria pengambilan keputusan,

H0diterima jika F hitung < Fα

H0 ditolak jika F hitung > Fα

H0 diterima H0 ditolak

Gambar 3.1 Kurva Uji F-Statistik

3.6.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan, dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai :

H0 : bi = b


(56)

Di mana b1 adalah koefisien variabel independen ke-I nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1

terhadap Y bila nilai t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0

ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang di uji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumu

Dimana :

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak


(57)

3.7 Uji Penyimpangan Klasik

3.7.1 Multikolinearitas (multikolinearity)

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi independen di antara satu sama lain. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung, serta standard error.

Kemungkinan adanya multikolinearity jika nilai R-square dan F-hitung tinggi, sedangkan nilai t-hitung banyak yang tidak signifikan. Standard error tidak terhingga, tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%, terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

3.7.2 Autokorelasi (serial correlation)

Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ej) ≠ 0 unt uk i = j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu :

1. Dengan memplot grafik

2. Dengan Durbin Watson (uji D-W) Dengan hipotesis sebagai berikut:


(58)

Dw – hitung =

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : p ≠ 0, artinya terdapat autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

inconclusif

Positif autokorelasi Negatif autokorelasi

H0 diterima

dl du 4-du 4-dl Gambar 3.3 kurva uji Durbin Watson Keterangan

Ho : tidak ada autokorelasi (tolak H0)

Dw<dl : tolak H0 (Ada Korelasi Positif)

Dw>4-dl : tolak H0 (Ada Korelasi Negatif)


(59)

dl≤dw≤du : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

(4-du)≤dw≤(4-dl) : pengujian tidak dapt disimpulkan (inconclusive)

3.8 Defenisi Operasional

1. Kendaraan bermotor merupakan banyaknya berbagai jenis angkutan darat yang ada di Indonesia (unit)

2. Panjang jalan merupakan prasarana utama untuk sarana transportasi darat yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain yang diukur dalam satuan Km.

3. Pengguna telepon Telkom adalah jumlah pelanggan yang menggunakan jasa telepon tetap Telkom (dalam jiwa)

4. Jumlah Penduduk adalah total himpunan manusia yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu (dalam jiwa).

5. PDB sektor transportasi dan telekomunikasi adalah total output sektor transportasi dan telekomunikasi yang dihasilkan suatu negara dalam jangka waktu tertentu yang diukur dalam Milyar Rupiah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan PDB atas dasar harga berlaku.


(60)

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Negara Indonesia

4.1.1 Keadaan Geografis

Indonesia adala 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar terletak pada koordinat terletak di antara dua

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: dengan menggunakan territorial laut:

Utara : Negar


(61)

Barat : Samudera Indonesia

Timur : Negar

4.1.2 Kondisi Demografi Indonesia

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta, dan sensus penduduk 2010 yang baru dirilis mnunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 237.556.363 orang yang terdiri dari 119.507.580 laki laki dan 118.048.783 perempuan. Distribusi penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sebesar 58 persen, yang diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21 persen. Selanjutnya untuk pulau-pulau/kelompok kepulauan lain berturut-turut adalah sebagai berikut: Sulawesi sebesar 7 persen; Kalimantan sebesar 6 persen; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen, serta Maluku dan Papua sebesar 3 persen. Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah

Kondisi laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama kurun waktu tahun 1980-1990 adalah 1,98% per tahun, sementara laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,49% persen per tahun. Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, yaitu sebesar 5,46 persen.


(62)

Tabel 4.1 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Menurut Provinsi

No. Provinsi Ibukota Luas

Wilayah

Jumlah Penduduk

2010

1 Aceh 56.500,51 4.486.570

2 Sumatera Utara 72.427,81 12.985.075

3 Sumatera Barat 42.224,65 4.845.998

4 Riau 87.844,23 5.543.031

5 Jambi 45.348,49 3.088.618

6 Sumatera Selatan 60.302,54 7.446.401

7 Bengkulu Bengkulu 19.795,15 1.713.393

8 Lampung 37.735,15 7.596.115

9 Kep.Bangka Belitung 16.424,14 1.223.048

10 Kep.Riau 8.084,01 1.685.698

11 DKI. Jakarta .Jakarta 740,29 9.588.198

12 Jawa Barat Bandung 36.925,05 43.021.826

13 Jawa Tengah 32.799,71 32.380.687

14 DI Yogyakarta 3.133,15 3.452.390

15 Jawa Timur 46.689,64 37.476.011

16 Banten 9.018,64 10.644.030

17 Bali 5.449,37 3.891.428

18 Nusa Tenggara Barat 19.708,79 4.496.855

19 Nusa Tenggara Timur 46.137,87 4.679.316

20 Kalimantan Barat 120.114,32 4.393.239

21 Kalimantan Tengah 153.564,50 2.202.599

22 Kalimantan Selatan 37.530,52 3.626.119

23 Kalimantan Timur 194.849,08 3.550.586

24 Sulawesi Utara 13.930,73 2.265.937

25 Sulawesi Tengah 68.089,83 2.633.420

26 Sulawesi Selatan 46.116,45 8.032.551

27 Sulawesi Tenggara 36.757,45 2.230.569

28 Gorontalo Gorontalo 12.165,44 1.038.585

29 Sulawesi Barat 16.787,19 1.158.336

30 Maluku 47.350,42 1.531.402

31 Maluku Utara Sofifi 39.959,99 1.035.585

32 Papua Barat 114.566,40 760.855

33 Papua 309.934,40 2.851.999

TOTAL 1.922.570 237.556.363

Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu,dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju) Sumber : BPS provinsi Sumatera Utara 2009 (Hasil Proyeksi Penduduk diolah dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)


(63)

4.2 Gambaran Perekonomian Indonesia

Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan meneka tahun 1970-an harga nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981. Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali, selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997. Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun itu, yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuha


(64)

berlanjut. Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%. Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.

Indonesia mempunya termasuk pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan menyumbang 40,7%, dan demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.

Tabel 4.2: Tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2008 (Persentase)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 2,82 2,72 3,36 3,43 4,77

Pertambangan dan penggalian -4,48 3,20 1,70 2,02 0,51

Industri Pengolahan 6,38 4,60 4,56 4,67 3,66

Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,3 6,30 5,76 10,33 10,92

Konstruksi 7,49 7,54 8,34 8,61 7,31

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 5,7 8,30 6,42 8,41 7,23 Pengangkutan Dan Komunikasi 13,38 12,76 14,23 14,04 16,69 Keuangan, Real Estate Dan Jasa

Perusahaan 7,66 6,70 5,47 7,99 8,24

Jasa Jasa 5,38 5,16 6,16 6,60 6,45

PDB 5,03 5,69 5,50 6,28 6,06

PDB Tanpa Migas 5,97 6,57 6,11 6,87 6,52


(65)

Dari tabel yang disajikan di atas bahwa kondisi perekonomian sejak tahun 2004 di dominasi oleh sektor transportasi dan komunikasi. Persentase Sektor Transportasi dan Telekomunikasi selalu memperoleh angka dua digit dari tahun ke tahun walaupun pada tahun 2005 dan 2007 mengalami penurunan. Penurunan tersebut pun hanya sedikit dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Selain sektor transportasi dan telekomunikasi, PDB Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kekuatan pada sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih. Lonjakan pada sector ini terjadi pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2007 dan 2008 yang mencapai 10,33 dan 10,92. Sektor industri di dominasi oleh sub sektor industri tanpa migas khususnya industri makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki andil.

Sektor-sektor lain yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, konstruksi, serta jasa yang turut menyumbang dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia. Peranan atau kontribusi sector ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu wilayah. Struktur ekonomi ini menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing masing sector ekonomi yang ada di dalamnya.


(1)

Uji akar unit panjang jalan pada derajat 1

st

difference

Null Hypothesis: D(PJ) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.263948 0.0326 Test critical values: 1% level -3.857386

5% level -3.040391

10% level -2.660551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PJ,2)

Method: Least Squares Date: 11/20/10 Time: 17:28 Sample (adjusted): 1990 2007

Included observations: 18 after adjustments

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PJ(-1)) -0.809453 0.247998 -3.263948 0.0049 C 6785.071 3301.032 2.055440 0.0565 R-squared 0.399700 Mean dependent var 123.0056 Adjusted R-squared 0.362182 S.D. dependent var 13782.17 S.E. of regression 11006.93 Akaike info criterion 21.55488 Sum squared resid 1.94E+09 Schwarz criterion 21.65381 Log likelihood -191.9939 Hannan-Quinn criter. 21.56852 F-statistic 10.65335 Durbin-Watson stat 2.023654 Prob(F-statistic) 0.004876

Uji akar unit jumlah penduduk pada derajat 2

nd

differences

Null Hypothesis: D(PENDUDUK,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.984329 0.0012


(2)

Test critical values: 1% level -3.886751

5% level -3.052169

10% level -2.666593 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PENDUDUK,3) Method: Least Squares

Date: 11/20/10 Time: 17:43 Sample (adjusted): 1991 2007

Included observations: 17 after adjustments

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PENDUDUK(-1),2) -1.246782 0.250140 -4.984329 0.0002 C -0.549985 123.6473 -0.004448 0.9965 R-squared 0.623527 Mean dependent var -2.823529 Adjusted R-squared 0.598429 S.D. dependent var 804.4981 S.E. of regression 509.8073 Akaike info criterion 15.41607 Sum squared resid 3898552. Schwarz criterion 15.51410 Log likelihood -129.0366 Hannan-Quinn criter. 15.42582 F-statistic 24.84354 Durbin-Watson stat 2.030753 Prob(F-statistic) 0.000163

Uji akar unit pelanggan telepon pada derajat 1

st

difference

Null Hypothesis: D(PELANGGAN) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.535934 0.0191 Test critical values: 1% level -3.857386

5% level -3.040391

10% level -2.660551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18


(3)

Dependent Variable: D(PELANGGAN,2) Method: Least Squares

Date: 11/18/10 Time: 17:42 Sample (adjusted): 1990 2007

Included observations: 18 after adjustments

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PELANGGAN(-1)) -0.891845 0.252223 -3.535934 0.0027 C 384556.5 176266.1 2.181682 0.0444 R-squared 0.438652 Mean dependent var -11951.56 Adjusted R-squared 0.403568 S.D. dependent var 747109.1 S.E. of regression 576985.0 Akaike info criterion 29.47346 Sum squared resid 5.33E+12 Schwarz criterion 29.57239 Log likelihood -263.2611 Hannan-Quinn criter. 29.48710 F-statistic 12.50283 Durbin-Watson stat 1.982839 Prob(F-statistic) 0.002747

LAMPIRAN IV

Uji Multikoliniearitas Kendaraan Bermotor

Dependent Variable: PDBTRANS Method: Least Squares

Date: 11/20/10 Time: 17:56 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -13775.19 3509.639 -3.924960 0.0010 KB 0.003066 0.000141 21.77719 0.0000 R-squared 0.963433 Mean dependent var 50374.72 Adjusted R-squared 0.961401 S.D. dependent var 43430.15 S.E. of regression 8532.514 Akaike info criterion 21.03580 Sum squared resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.13537 Log likelihood -208.3580 Hannan-Quinn criter. 21.05523 F-statistic 474.2459 Durbin-Watson stat 2.246898 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Uji Multikoliniearitas Panjang Jalan

Dependent Variable: PDBTRANS Method: Least Squares

Date: 11/20/10 Time: 17:55 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -266223.2 43185.01 -6.164713 0.0000 PJ 0.915994 0.124114 7.380287 0.0000 R-squared 0.751617 Mean dependent var 50374.72 Adjusted R-squared 0.737818 S.D. dependent var 43430.15 S.E. of regression 22237.86 Akaike info criterion 22.95162 Sum squared resid 8.90E+09 Schwarz criterion 23.05119 Log likelihood -227.5162 Hannan-Quinn criter. 22.97106 F-statistic 54.46864 Durbin-Watson stat 0.281334 Prob(F-statistic) 0.000001

Uji Multikoliniearitas Jumlah Penduduk

Dependent Variable: PDBTRANS Method: Least Squares

Date: 11/20/10 Time: 17:55 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -458052.0 50557.71 -9.059983 0.0000 PENDUDUK 2.543509 0.252184 10.08593 0.0000 R-squared 0.849657 Mean dependent var 50374.72 Adjusted R-squared 0.841304 S.D. dependent var 43430.15 S.E. of regression 17301.10 Akaike info criterion 22.44957 Sum squared resid 5.39E+09 Schwarz criterion 22.54914 Log likelihood -222.4957 Hannan-Quinn criter. 22.46901 F-statistic 101.7261 Durbin-Watson stat 0.212544 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

LAMPIRAN V

Untuk model II: Sektor Telekomunikasi Regresi Model AR(1)

Dependent Variable: PDBKOM

Method: Least Squares Date: 11/20/10 Time: 18:07 Sample (adjusted): 1989 2007

Included observations: 19 after adjustments Convergence achieved after 12 iterations

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -806.3597 2035.283 -0.396190 0.6972 PELANGGAN -0.000483 0.000725 -0.666482 0.5146 AR(1) 1.270555 0.029090 43.67690 0.0000 R-squared 0.997400 Mean dependent var 25658.44 Adjusted R-squared 0.997075 S.D. dependent var 33257.76 S.E. of regression 1798.727 Akaike info criterion 17.97149 Sum squared resid 51766727 Schwarz criterion 18.12061 Log likelihood -167.7291 Hannan-Quinn criter. 17.99672 F-statistic 3068.789 Durbin-Watson stat 2.327902 Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted AR Roots 1.27

Estimated AR process is nonstationary

Uji LM Test untuk Model II

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.507916 Prob. F(2,14) 0.6124 Obs*R-squared 1.285365 Prob. Chi-Square(2) 0.5259

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/20/10 Time: 18:08 Sample: 1989 2007

Included observations: 19

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 303.6722 2122.542 0.143070 0.8883


(6)

PELANGGAN 5.35E-05 0.001008 0.053062 0.9584 AR(1) 0.006635 0.040687 0.163069 0.8728 RESID(-1) -0.197056 0.298012 -0.661234 0.5192 RESID(-2) -0.233881 0.339744 -0.688403 0.5024 R-squared 0.067651 Mean dependent var 1.22E-07 Adjusted R-squared -0.198735 S.D. dependent var 1695.856 S.E. of regression 1856.738 Akaike info criterion 18.11196 Sum squared resid 48264667 Schwarz criterion 18.36050 Log likelihood -167.0637 Hannan-Quinn criter. 18.15403 F-statistic 0.253958 Durbin-Watson stat 1.935480 Prob(F-statistic) 0.902437