3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Arahan Pembangunan Berdasarkan Perpres no. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 - DOCRPIJM 077ca7ee2d BAB IIIBAB III Arahan Strategis

  Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  I J M ) B

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Arahan Pembangunan Berdasarkan Perpres no. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

  V IE W R E N C A N A P R O G R A M

   I N

  V E S T A S

  I J A N G K A M E N E N G A H ( R P

  D O K U M E N R E

  RPJM Nasional telah dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 - 2019 disusun sebagai penjabaran dari visi misi, program aksi Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 - 2025 yang ditetapkan melalui Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2007. RPJMN tahun 2015 - 2019 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian / Lembaga (Renstra - KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing - masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

  IP T A K A R Y A A N K A B U P A T E N B A N T A E N G T A H U N

   2

  1

  7 -2

  2

  1 III - 1

  Peraturan Presiden Republik Indonesia No.2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan beberapa hal terkait dengan Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya antara lain : tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%, tercapainya

  ID A N G K E C

  100% pelayanan Air Minum bagi seluruh penduduk Indonesia, serta meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak ( air limbah domestic, sampah, dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar.

  Dengan demikian, RPJMN tahun 2015 - 2019 adalah pedoman bagi Pemerintah Pusat / Daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

  

Arahan Pembangunan Berdasarkan Renstra Cipta Karya 2015 – 2019

  Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 merupakan turunan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

  Pembangunan infrastruktur permukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja; c) meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur permukiman.

  Untuk itu, pembangunan infrastruktur permukiman juga diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional lainnya seperti penanggulangan kemiskinan, pengembangan kota hijau, dan penataan kawasan strategis. Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dengan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat (P2KP, PPIP, Pamsimas, dan Sanimas), serta program pro rakyat klaster 4 sesuai dengan Direktif Presiden RI. Dalam hal pengembangan kota hijau, Ditjen Cipta Karya turut berperan dengan menginisasi penyelenggaraan green waste (TPA Sanitary landfill dan TPST 3R), green

  

water (IPA Reverse Osmosis dan Pamsimas), green building dan green open space

  (revitalisasi kawasan). Ditjen Cipta Karya juga mendapatkan mandat membangun infrastruktur permukiman pada kawasan strategis seperti daerah perbatasan dan pulau- pulau kecil terluar. Pada kawasan tersebut telah dilaksanakan peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta pembangunan prasarana air minum dan sanitasi.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

  1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

  2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

  3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

  4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

  5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

  6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

  8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan 9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

  RTRWN menjadi pedoman untuk :

  1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;

  2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

  3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;

  4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;

  5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

  6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembngan struktur ruang meliputi :

  1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan

  2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

  1. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

  2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

  3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan 4. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

  Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi :

  1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;

  2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;

  3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;

  4. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; dan

  5. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya, dan Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

  Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:

  1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

  2. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

  3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

  4. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

  5. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;

  6. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan

  7. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional dan sistem jaringan sumber daya air. Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL yang dapat berupa kawasanmegapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.

  PKN ditetapkan dengan kriteria :

  1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  PKW ditetapkan dengan kriteria:

  1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  PKL ditetapkan dengan kriteria:

  1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

  PKSN ditetapkan dengan kriteria:

  1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

  2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

  3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

  4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan disekitarnya.

  

III - 8

Gambar 3.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional (RTRWN 2008-2028), PP No. 28 Tahun 2008

  

III - 9

Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (RTRWN 2008-2028), PP No. 28 Tahun 2008

RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :

  a. pertahanan dan keamanan;

  b. pertumbuhan ekonomi;

  c. sosial dan budaya;

  d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria : a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional; b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

  c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria : a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

  b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. memiliki potensi ekspor;

  d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

  e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

  f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria : a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional; b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa; c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan; d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;

  e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria : a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

  b. memiliki sumber daya alam strategis nasional;

  c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

  d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau e. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria : a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

  b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

  e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

  f. rawan bencana alam nasional; atau

  g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Penetapan Kawasan Strategis Nasional, meliputi :

  1. Kawasan Industri Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)

  2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)

  3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam) (I/A/2)

  4. Kawasan Ekosistem Leuser (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/B/1)

  5. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India/Thailand/Malaysia (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara) (I/E/2)

  6. Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) (Provinsi Sumatera Utara) (I/A/1)

  7. Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya (Provinsi Sumatera Utara) (I/B/1)

  8. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang (Provinsi Sumatera Barat) (I/D/2)

  9. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Provinsi Riau dan Sumatera Barat) (I/B/1)

  10. Kawasan Hutan Lindung Mahato (Provinsi Riau) (I/B/1)

  11. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu

  Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau) (I/D/2)

  12. Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) (I/A/2)

  13. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) (I/B/1)

  14. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) (I/B/1)

  15. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau) (I/B/1)

  16. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi) (I/B/1)

  17. Kawasan Selat Sunda (Provinsi Lampung dan Banten) (III/A/2)

  18. Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca (Provinsi DKI Jakarta) (I/D/2)

  19. Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit (Provinsi DKI Jakarta) (I/D/2)

  20. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat) (I/A/1)

  21. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Provinsi Jawa Barat) (I/A/1)

  22. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat) (I/D/1)

  23. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

  24. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

  25. Kawasan Stasiun Telecomand (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

  26. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

  27. Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan (Pacangsanak) (Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah) (I/B/1)

  28. Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang - Purwodadi (Kedung Sepur) (Provinsi Jawa Tengah) (I/A/1)

  29. Kawasan Borobudur dan Sekitarnya (Provinsi Jawa Tengah) (I/B/2)

  30. Kawasan Candi Prambanan (Provinsi Jawa Tengah) (I/B/2)

  31. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) (I/B/1)

  32. Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusila) (Provinsi Jawa Timur) (I/A/1)

  33. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek (Provinsi Jawa Timur) (I/D/2)

  34. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (Provinsi Banten) (I/B/1)

  35. Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan (Sarbagita) (Provinsi Bali) (I/A/1)

  36. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/A/2)

  37. Kawasan Taman Nasional Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/B/1)

  38. Kawasan Gunung Rinjani (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/B/1)

  39. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/A/2)

  40. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)

  41. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)

  42. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa (Provinsi Kalimantan Barat) (I/A/2)

  43. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak (Provinsi Kalimantan Barat) (I/D/2)

  44. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Provinsi Kalimantan Barat) (I/B/1)

  45. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) (Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah) (I/E/2)

  46. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/A/2)

  47. Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/B/1)

  48. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin (Provinsi Kalimantan Selatan) (I/A/2)

  49. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan (Provinsi Kalimantan Timur) (I/A/2)

  50. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara Malaysia dan Philipina (Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara) (I/E/2)

  51. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung (Provinsi Sulawesi Utara) (I/A/2)

  52. Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano (Provinsi Sulawesi Utara) (I/B/1)

  53. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/A/2)

  54. Kawasan Poso dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/C/1)

  55. Kawasan Kritis Lingkungan Balingara (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/B/1)

  56. Kawasan Kritis Lingkungan Buol-Lambunu (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/B/1)

  57. Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar (Mamminasata) (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/A/1)

  58. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/A/2)

  59. Kawasan Toraja dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/C/1)

  60. Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/D/2)

  61. Kawasan Soroako dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/D/2)

  62. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari (Provinsi Sulawesi Tenggara) (I/A/2)

  63. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo (Provinsi Sulawesi Tenggara) (I/B/1)

  64. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram (Provinsi Maluku) (I/A/2)

  65. Kawasan Laut Banda (Provinsi Maluku) (I/D/1)

  66. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku dan Papua) (I/E/2)

  67. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau (Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua) (I/E/2)

  68. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat (Provinsi Papua Barat) (I/B/1)

  69. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (Provinsi Papua) (I/A/2)

  70. Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan (Provinsi Papua) (I/D/2)

  71. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit (Provinsi Papua) (I/D/2)

  72. Kawasan Timika (Provinsi Papua) (I/D/2)

  73. Kawasan Taman Nasional Lorentz (Provinsi Papua) (I/B/1)

  74. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni (Provinsi Papua) (I/B/1)

  75. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini (Provinsi Papua) (I/E/2)

  76. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) (I/E/2).

  Keterangan : I – IV : Tahapan Pengembangan

  A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

  B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

  C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

  D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

  E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

  Arahan Spasial RTRW Provinsi Sulawesi Selatan

  Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab I Ketentuan Umum yang tercantum dalam Pasal 1 dijelaskan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

  Selanjutnya pada Bab II tentang Asas dan Tujuan yang tercantum pada Pasal 2 dan Pasal 3 dijelaskan bahwa penataan ruang diselenggarakan berdasarkan azas keterpaduan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, berkelanjutan, keberdayaan dan keberhasil-gunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hokum dan keadilan, serta akuntabilitas. Sedangkan tujuan umum penataan ruang adalah untuk mewujudkan wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

  Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dalam Undang Undang tersebut, maka dalam penataan ruang harus tercipta keharmonisan antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dengan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Sementara itu, penataan ruang sebagaimana yang telah diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam hal mengatur wilayahnya termasuk kewenangan dalam mengatur penataan ruangnya. Penataan ruang merupakan proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang suatu wilayah.

  Perencanaan tata ruang dipakai sebagai pedoman untuk mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang secara optimal dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat saat ini dangan era mendatang, baik pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah, pengusaha swasta maupun masyarakat.Sementara itu, proses globalisasi yang sudah mulai merembet pada setiap sector system kegiatan, menyebabkan diperlukannya integrasi wawasan global dalam mengelola pembangunan wilayah oleh para pengelola daerah. Pola-pola perdagangan bebas dengan pendekatan kawasan (free trade zone), perlu dipertimbangkan karena dapat berdaya ungkit besar dalam pertumbuhan ekonomi, termasuk pembangunan daerah.

  Maksud penyusunan RTRWP Sulawesi Selatan yang berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna sebagai pedoman dalam penyusunan rencana yang lebih rinci dan operasional, agar dapat menjadi pedoman atau acuan untuk: a. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah provinsi (RPJMDP) dalam kurun waktu Tahun 2008~2028;

  b. Pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang lintas wilayah kabupaten kota dan pembangunan prasarana wilayah Provinsi Sulawesi Selatan; c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembanganan antar wilayah kabupaten/kota, serta keserasian antar sektor; d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

  e. Penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan f. Penataan ruang wilayah kabupaten dan kota.

  Tujuan umum penataan ruang wilayah Provinsi adalah untuk menata ruang wilayah Sulawesi Selatan termasuk pesisir dan pulau-pulau kecilnya menjadi simpul transportasi, industri, perdagangan, pariwisata, permukiman, pertanian, lumbung pangan, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan daerah aliran sungai, secara sinergis antar sector maupun antar wilayah, partisipatif, demokratis, adil dan seimbang, dalam system tata ruang wilayah Nasional, yang bermuara pada proses peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya warga Sulawesi Selatan secara berkelanjutan.

  Tujuan khusus penyusunan RTRWP Sulawesi Selatan adalah untuk:

  a. Mengembangkan fungsi Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi, industri, perdagangan dan konvensi; b. Mengarahkan peran Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan dengan mengarahkan pengembangan agrobisnis dan agroindustri khususnya komoditi- komoditi unggulan Sulawesi Selatan, yang sekaligus sebagai penggerak ekonomi rakyat; c. Mengarahkan pengembangan kawasan serta prasarana wisata budaya, wisata alam, wisata bahari, wisata agro, maupun wisata belanja; d. Memulihkan daya dukung lingkungan, terutama DAS kritis sebagai dukungan proaktif terhadap fenomena perobahan iklim dunia, dengan menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya dalam satu ekosistem darat, laut dan udara, serta terpadu antara wilayah Kabupaten/kota; e. Meningkatkan sinergitas, efektifitas dan efisiensi penataan ruang lintas sektor dan lintas wilayah Kabupaten/kota yang konsisten dengan kebijakan Nasional dan daerah, termasuk pengembangan prasarana wilayah sesuai daya dukung wilayahnya; f. Secara khusus mengarahkan penataan ruang wilayah pesisir dan kepulauan menjadi lebih produktif, lebih terpenuhi pelayanan sosial, ekonomi dan budaya, serta lebih terlayani sistem transportasi, informasi dan komunikasi agar terbangun ekonomi wilayah kelautan secara terpadu dan berkelanjutan; g. Menjadi dasar bagi penyusunan rencana yang bersifat lebih operasional dalam pembangunan dan pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan seperti penyusunan RTRW Kabupaten/Kota, perencanaan kawasan strategis Provinsi, penyusunan RPJMD Provinsi;

  h. Menciptakan kepastian hukum dalam pemanfaatan ruang yang akan merangsang partisipasi masyarakat; i. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; j. Menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang, baik melalui pengawasan, perizinan dan penertiban.

  Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional system perkotaan di wilayah Sulawesi Selatan ditentukan sebagai berikut:

  1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Mamminasata terdiri dari Kota Makassar, Kota Maros, Kota Sungguminasa dan Kota Takalar ditetapkan sebagai PKN, terletak di pantai barat Sulawesi Selatan. Mamminasata berfungsi sebagai: pusat jasa pelayanan perbankan; pusat pengolahan dan atau pengumpul barang, simpul transportasi udara maupun laut, pusat jasa publik seperti pendidikan tinggi dan kesehatan, berdaya dorong pertumbuhan untuk wilayah sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur udara dan laut.

  2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Watampone (Kabupaten Bone) dan Kota Palopo yang terletak di pantai Timur Sulawesi Selatan, merupakan Pusat Kegiatan Wilayah. Kota-kota lain yang menjadi PKW adalah Kota Parepare, Barru, Pangkajene yang terletak di pantai Barat Sulawesi Selatan, serta Jeneponto dan Bulukumba yang terletak di pantai Selatan. Pemerintah Pusat melalui Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinator Industri dan Perdagangan telah mendukung Selayar sebagai pusat distribusi kebutuhan bahan pokok KTI. Saat ini Selayar merupakan PKW, yang pada jangka panjang akan ditingkatkan menjadi PKN.

  3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) PKL di wilayah Sulawesi Selatan adalah Malili, Masamba, Toraja Utara, Makale, Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Bantaeng, Watansawitto, Belopa, Benteng, dan Pamatata. Mengacu pada Perda No 9 Tahun 2009 tentang RTRWP Sulawesi Selatan, Teluk Bone dan sekitarnya merupakan kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan pertambangan. Daerah Bulukumba-Watampone dan sekitarnya merupakan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

  Pola Ruang Provinsi

  Secara keseluruhan kawasan lindung di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 2.083.950 hektar, atau 44,96% dari total luas wilayah daratnya. Rincian fungsi kawasan adalah sbb:

   Budidaya : 1.909.226 Ha  HutanProduksi : 641.846 Ha  KawasanLindung : 2.083.950 Ha

Gambar 3.3 Peta Strktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008-2028

  Potensi perikanan tangkap di Teluk Bone mencapai 144.320 ton/tahun, atau 23% dari potensi total Sulawesi Selatan. Lokasi pengembangan rumput laut di pantai timur Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Sinjai seluas 335 ha dan di Kabupaten Bulukumba seluas 857,89 ha. Lokasi-lokasi pengembangan komoditi udang di pesisirTeluk Bone terdapat di Kabupaten Bone seluas 8.401,13, ha dan Kabupaten Wajo seluas 9.100,43 ha.

  Terdapat 33 kawasan strategis yang telah ditetapkan pada RTRWP Sulawesi Selatan, 5 di antaranya terdapat di pesisir Teluk Bone yaitu:

  1) Kawasan Lumbung Beras dan Jagung di Kabupaten Bone seluas ±150.000 ha, Kabupaten Wajo ± 180.000 ha, Kabupaten Luwu ±70.000 ha

  2) Kawasan perkebunan, di Kabupaten Bone seluas ±220.000 ha, Kabupaten Bulukumba seluas ±75.000 ha, Kabupaten Luwu ±65.000 ha dan Kabupaten Wajo seluas ± 215.000 ha

  3) Permukiman Adat Amma Toa Kajang di Kabupaten Bulukumba 4) Kawasan Penambangan Gas Bumi di Kabupaten Wajo 5) Kawasan Penambangan Minyak, yaitu Blok Bone di Teluk bone, Blok Bone

  Utara di Kabupaten Luwu Utara, Luwu dan Palopo, Blok Sengkang di Kabupaten Wajo, Tana Toraja, Sidrap, Soppeng, Bone dan Kota Parepare, Blok Kambuno di laut Kabupaten Bone, Sinjai dan Bulukumba, Blok Selayar Kabupaten Bulukumba dan Selayar, dan Blok Karaengta di kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar dan Selayar.

  Arahan Spasial Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantaeng

  Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bantaeng berdasarkan visi dan misi pengembangan Kabupaten Bantaeng dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah Kabupaten Bantaeng yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun) adalah “Mewujudkan Kabupaten Bantaeng yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui pengembangan agrobisnis, minapolitan yang berbasis mitigasi bencana”

  Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang, maka disusun kebijakan penataan ruang. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Bantaeng, meliputi : (a) Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan cagar alam laut, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya;

  (b) Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (c) Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan; (d) Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan; (e) Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana (f) Perwujudan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Bantaeng sebagai berikut :

  (a) Strategi Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung di Kabupaten Bantaeng meliputi:

   Memastikan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi.  Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan fungsi kawasan lindung dan hutan lindung yang berbasis masyarakat  Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan  Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati  Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama kawasan lindung, hutan lindung darat dan laut.

  (b) Strategi Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bantaeng meliputi:

   Mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik mikro hidro, tenaga uap, surya, gelombang laut dan biota laut dan lain- lain.  Mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial - ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat dan kemiri.

   Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang terbarukan (renewable energy) (c) Strategi penataan ruang dalam peningkatan produktivitas wilayah di Kabupaten

  Bantaeng meliputi:  Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui intensifikasi lahan.

   Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat.  Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi  Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan

  (d) Strategi penataan ruang dalam pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro dan kelautan di Kabupaten Bantaeng meliputi:  Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro dan kelautan sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis)  Mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir  Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

  (e) Strategi penaataan ruang dalam pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas di Kabupaten Bantaeng meliputi:  Membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.

   Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan)  Menyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.

  (f) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 6 dilakukan dengan strategi :  Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;

  III - 27

Gambar 3.4 Peta Rencana Strktur Wilayah Kabupaten Bantaeng

  

III - 28

Gambar 3.5 Peta Rencana Jaringan Prasarana Kabupaten Bantaeng

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)

  Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang

  1. Memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”

  2. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan

  3. Memfokuskan pengembangan infrastruktur menuju wilayah strategis

  4. Mendukung percepatan pertumbuhan kawasan - kawasan pertumbuhan di WPS 5. Mengurangi disparitas antar kawasan di dalam WPS.

  Untuk itu diperlukan :

  1. Keterpaduan Perencanaan antara infrastruktur dengan pengembangan

  kawasan strategis dalam WPS

  2. Sinkronisasi Program antar infrastruktur (fungsi, lokasi, waktu, dan dana)

Tabel 3.1 Kelompok Wilayah Pengembangan Strategis Kelompok WPS

  Wps Pusat Pertumbuhan Terpadu (1) Merak – Bakauheni - Bandar Lampung – Palembang - Tanjung Api - Api; (2) Metro Medan- Tebing Tinggi – Dumai - Pekanbaru; (3) Jakarta – Bandung – Cirebon - Semarang; (4) Malang- Surabaya - Bangkalan; (5) Yogyakarta – Solo - Semarang; (6) Semarang - Surabaya; (7) Balikpapan

  • – Samarinda - Maloy; (8) Manado –Bitung - Amurang; (9) Makassar - Pare Pare – Mamuju

  WPS Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman (10) Ternate – Sofifi – Morotai; (11) Ambon – Seram

  WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman (12) Batam-Bintan-Karimun; (13) Jambi-Palembang- Bangka Belitung (Pangkal Pinang)

  WPS Konektivitas Keseimbangan (14) Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi; (15) Surabaya- Pasuruan-Banyuwangi

  Pertumbuhan Terpadu WPS Konektivitas dan Pusat (24) Denpasar – Padang Bay Pertumbuhan Wisata

  WPS Pusat Pertumbuhan (25) Sabang – Banda Aceh – Langsa Sedang Berkembang dan Hinterland

  WPS Pusat Pertumbuhan (26) Jayapura – Merauke Baru, Hinterlan dan Perbatasan WPS Pusat Pertumbuhan

  

(27) Pulau Lombok

Wisata dan hinterland WPS Pertumbuhan Baru dan

  (28) Kupang – Atambua Perbatasan WPS Pertumbuhan Baru

  (29) Tanjung Lesung – Sukabumi – Pangandaran – Cilacap (30) Mamuju - Mamasa – Toraja - Kendari

  WPS Pertumbuhan Terpadu (31) Labuan Bajo – Ende Baru dan wisata WPS Pertumbuhan Wisata (32) Pulau Sumbawa dan hinterland

  WPS Perbatasan (33) Temajuk – Sematik WPS Aksesibilitas Baru (34) Nabire – Enarotali – (ilaga – Timika) – Wamena WPS Pulau-pulau kecil (35) pulau kecil terluar (tersebar terluar

  III - 31

Gambar 3.6 Peta Sebaran Wilayah Pengembangan Strategis

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

  Arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan guna mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Tahapan dan prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan dan isu strategis yang hendak diselesaikan berkaitan dengan pengaturan waktu. Kebijakan tahunan yang belum terlaksana tetap akan menjadi perhatian pada tahun berikutnya disamping kebijakan prioritas tahun berjalan.

Dokumen yang terkait

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2f6677cdd0 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis

0 0 69

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III

0 0 23

BAB 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 44cd451d12 BAB IIBab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bid. Cipta Karya

0 0 10

BAB II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 82d4fdbef9 BAB IIBab II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya OKE

0 0 70

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.2 Arahan Penataan Ruang B. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - DOCRPIJM 104ba7184f BAB III3. Bab III DK

0 0 16

Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

0 0 19

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 1501225466Bab 3 Kota Cirebon

0 2 184

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391029BAB 3 Arahan Kebijakan dan R

0 0 53

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arah Kebijakan RPJMN Tahun 2015-2019 Bidang

0 3 82

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503116661BAB 3 Arahan Kebijakan Prabumulih

0 0 65