S FIS 0800775 Chapter3
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010, hlm.3). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-eksperimental. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kelompok-kelompok yang terbentuk secara alamiah. Selain itu sampel tidak dilakukan secara acak.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest posttest design. Dalam desain ini, sampel yang diuji diberikan pretest (tes awal) sebelum perlakuan dan posttest (tes akhir) setelah perlakuan. Desain ini dipilih karena dianggap sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran problem posing. Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pretestposttestdesign. (Sugiyono, 2010)
Tabel 3.1 Theone group pretest and posttest design
O1 X O2
Pretest Treatment Posttest
Keterangan :
O1 : tes awal (pretest)
O2 : tes akhir (posttest)
X : perlakuan (treatment), yaitu penerapan model pembelajaran problem posing
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di kota Bandung dan sampel yang digunakan adalah kelas VIII salah satu SMP swasta di
(2)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kota Bandung. Sampel dipilh menggunakan purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan berdasarkan rekomendasi guru.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi lapangan / studi pendahuluan. b. Melakukan studi literatur.
c. Melakukan studi kurikulum
d. Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian. e. Mengkonsultasikan dan judgment instrumen penelitian kepada dua dosen dan
guru mata pelajaran fisika yang berada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.
f. Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah dijudgment.
g. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan insrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pretest) kepada sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
b. Memberikan perlakuan kepada sampel berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing.
c. Memberikan tes akhir (posttest) kepada sampel penelitian untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
b. Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.
(3)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tahap Akhir
Kesimpulan Pengolahan dan
Analisis data Pembahasan
Tahap Pelaksanaan Pretest
Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Pembelajaran Problem posing
Posttest Tahap Persiapan
Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah Studi Pustaka
Merumuskan Masalah
Membuat Instrumen Penelitian
Penyusunan perangkat pembelajaran
Judgement
Uji coba
Studi Kurikulum
Analisis hasil uji coba dan revisi
Revisi perangkat pembelajaran
(4)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk menguji sampel setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model problem posing adalah:
1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan terhadap guru dan siswa. Lembar observasi ini berisi tahapan pembelajaran yang digunakan untuk melihat keterlaksanaan aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem posing. Lembar observasi ini diisi oleh observer ketika proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda checklist sesuai kolom indikator yang sedang diobservasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran persentase. Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan.
2. Tes Berpikir Kritis
Cornell Critical Thinking Test Level X merupakan Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa tingkat 4-14. Cornell Critical Thinking Test Level X merupakan instrumen berupa pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang secara keseluruhan terdiri dari 71 soal. Pada penelitian ini difokuskan pada kemampuan berpikir deduksi, terdapat 14 soal (jumlah 15 soal termasuk contoh). Tes kemampuan berpikir kritis tidak diujicobakan.
3. Tes Prestasi Belajar
Soal dibuat berdasarkan jenjang kognitif yang dikembangkan oleh Bloom, meliputi jenjang C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), dan C4 (analisis).
(5)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdiri dari dua puluh empat soal materi “Usaha dan Energi” dalam bentuk pilihan ganda.
Untuk instrumen tes prestasi belajar, dilakukan analisis untuk mengetahui validasi butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. Hasil analisis ini dapat menunjukkan apakah instrumen penelitian yang dibuat layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian. Berikut dipaparkan analisis-analisis yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes penelitian.
a. Analisis Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes (Suharsimi, 2003). Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal dari suatu tes dapat menggunakan suatu teknik korelasi product momen seperti yang dikemukakan oleh Pearson yang dirumuskan sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variable x dan y
X = Skor siswa tiap butir soal Y = Skor total tiap siswa uji coba
N = Jumlah siswa
Harga koefisien korelasi yang didapat, diinterpretasikan dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut :
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Tes
Rentang Kategori
<1,00 Sangat Tinggi
xy
r
60 ,
0 <0,80 Tinggi
<0,60 Cukup
xy
r
20 ,
0 <0,40 Rendah
<0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2009) b. Analisis Reliabilitas
xy r 80 , 0 xy r 40 , 0 xy r 00 , 0
(6)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Realibilitas digunakan untuk melihat ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang diukurnya. Reliabilatas yang digunakan adalah KR-20 dengan rumus (Arikunto, 2009).
∑ Keterangan : r= reliabilitas tes secara keseluruhan
p = jumlah siswa yang menjawab dengan benar q = jumlah siswa yang menjawab dengan salah S = standar deviasi dari hasil tes
n = Jumlah siswa
Nilai r yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada Tabel berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kategori
0,80 < r 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r 0,80 Tinggi 0,40 < r 0,60 Cukup 0,20 < r 0,40 Rendah 0,00 < r 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009)
c. Analisis Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:
dengan P: indeks kesukaran
B: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS: jumlah seluruh siswa peserta tes
(7)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan nilai P yang didapaatkan dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai P Kategori
0,00 Terlalu Sukar
0,00 < P 0,30 Sukar 0,31 P 0,70 Sedang
0,71 P < 1,00 Mudah
1,00 Terlalu Mudah
(Arikunto, 2009) d. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:
dengan: D : daya pembeda
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut
dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut
dengan benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Interpretasi daya pembeda adalah apabila D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda, apabila D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bias dijawab oleh kelompok tinggi dan apabila D < 0 (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi. Klasifikasi tingkat daya pembeda secara rinci disajikan pada Tabel berikut:
(8)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Nilai DP Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2009) Instrumen digunakan untuk menguji prestasi belajar siswa diuji untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Nilai reliabilitas dari instrumen penelitian yang dibuat adalah 0,45 dengan kategori
“cukup”. Sedangkan hasil analisis butir soal secara rinci dari instrumen yang
dibuat disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.6 Hasil Analisis Butir Soal
No. Soal
Daya
Pembeda Tingkat kesukaran
Validitas Keterangan
Jenjang
Kognitif Tindakan Nilai Kategori Nilai kategori Nilai Kategori C1 C2 C3 C4 C5
1 0,44 Baik 0,39 sedang 0,43 Cukup Digunakan
2 0,39 Cukup 0,53 sedang 0,41 Cukup Digunakan
3 0,33 Cukup 0,61 sedang 0,47 Cukup Digunakan
4 0,06 Jelek 0,92 mudah 0,25 Rendah Digunakan
5 0,11 Jelek 0,83 mudah 0,05 sangat rendah Digunakan
6 0 Jelek 1 terlalu mudah ∞ sangat rendah Dibuang
7 0,39 Baik 0,25 sukar 0,43 Cukup Digunakan
8 0,17 Jelek 0,19 sukar 0,24 Rendah Digunakan
9 0,17 Jelek 0,81 mudah 0,32 Rendah Digunakan
10 -0,1 Jelek 0,97 mudah -0,02 sangat rendah Dibuang
11 0,33 Cukup 0,39 sedang 0,36 Rendah Digunakan
12 0,33 Cukup 0,28 sukar 0,42 Cukup Digunakan
13 -0,3 Jelek 0,64 sedang 0,05 sangat rendah Digunakan
14 -0,1 Jelek 0,08 sukar -0,03 sangat rendah Dibuang
15 0 Jelek 0,61 sedang 0,19 sangat rendah Digunakan
16 0,17 Jelek 0,75 mudah 0,3 Rendah digunakan
17 0,22 Cukup 0,5 sedang 0,25 Rendah digunakan
18 -0,1 Jelek 0,58 sedang 0,04 sangat rendah Digunakan
19 0,33 Cukup 0,67 sedang 0,39 Rendah Digunakan
20 -0,1 Jelek 0,36 sedang 0 sangat rendah Dibuang
21 0,22 Cukup 0,33 sedang 0,19 sangat rendah digunakan
22 0,11 Jelek 0,17 sukar 0,02 sangat rendah Digunakan
23 0,22 Cukup 0,33 sedang 0,23 Rendah Digunakan
24 0,28 Cukup 0,53 sedang 0,13 sangat rendah Digunakan
25 0 Jelek 0,33 sedang -0,19 sangat rendah Dibuang
26 0,17 Jelek 0,31 sedang 0,27 Rendah Dibuang
27 0,28 Cukup 0,25 sukar 0,39 Rendah digunakan
28 0,28 Cukup 0,64 sedang 0,3 Rendah digunakan
29 0,28 Cukup 0,42 sedang 0,25 Rendah digunakan
(9)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengolahan Data
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebagai berikut.
1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Format observasi ini berbentuk Rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving dan keterlaksanaan kegiatan membaca. Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa dihitung dengan:
∑ ∑ Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca dengan menggunakan persamaan persentase keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca berdasarkan Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase (%) Kategori
80 atau lebih Sangat Baik
60 – 79 Baik
40 – 59 Cukup
21 – 39 Rendah
0 - 20 Rendah Sekali
(Ridwan, 2000) 2. Analisis Tes Prestasi Belajar
Setelah instrumen tes diketahui validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya tes diujikan pada siswa. Setelah diujikan maka akan diperoleh data skor-skor tes
(10)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa. Data skor pretest dan posttest dirata-ratakan, kemudian ditentukan besar gain dengan perhitungan sebagai berikut:
(Hake, 1999) Peningkatan pretasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dapat dihitung dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah :
(Hake, 1999) Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan oleh tabel berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Kriteria
<g> > 0,7 Tinggi 0,7 > <g> > 0,3 Sedang
<g> < 0,3 Rendah
(Hake, 1999) 3. Analisis Tes Berpikir Kritis
Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical Thinking, perhitungan skor menggunakan perumusan jumlah benar dikurangi setengah jumlah salah (R – ½ W). Hitung jumlah jawaban yang benar, hitung jumlah jawaban yang salah, kalikan setengah pada jumlah jawaban yang salah, kemudian selisihkan dengan jumlah jawaban yang benar.
Untuk menentukan batas-batas kelompok skor berpikir kritis, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.9 Kriteria skor Berpikir Kritis
Persentase Klasifikasi
(11)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skor rata-rata – SD < skor skor rata-rata + SD Sedang skor > skor rata-rata + SD Tinggi
(1)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Realibilitas digunakan untuk melihat ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang diukurnya. Reliabilatas yang digunakan adalah KR-20 dengan rumus (Arikunto, 2009).
∑
Keterangan : r = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = jumlah siswa yang menjawab dengan benar q = jumlah siswa yang menjawab dengan salah S = standar deviasi dari hasil tes
n = Jumlah siswa
Nilai r yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada Tabel berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kategori
0,80 < r 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r 0,80 Tinggi 0,40 < r 0,60 Cukup 0,20 < r 0,40 Rendah 0,00 < r 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009)
c. Analisis Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:
dengan P: indeks kesukaran
B: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS: jumlah seluruh siswa peserta tes
(2)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan nilai P yang didapaatkan dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai P Kategori
0,00 Terlalu Sukar
0,00 < P 0,30 Sukar 0,31 P 0,70 Sedang
0,71 P < 1,00 Mudah
1,00 Terlalu Mudah
(Arikunto, 2009)
d. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:
dengan: D : daya pembeda
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Interpretasi daya pembeda adalah apabila D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda, apabila D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bias dijawab oleh kelompok tinggi dan apabila D < 0 (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi. Klasifikasi tingkat daya pembeda secara rinci disajikan pada Tabel berikut:
(3)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Nilai DP Kategori
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2009) Instrumen digunakan untuk menguji prestasi belajar siswa diuji untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Nilai reliabilitas dari instrumen penelitian yang dibuat adalah 0,45 dengan kategori “cukup”. Sedangkan hasil analisis butir soal secara rinci dari instrumen yang dibuat disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.6 Hasil Analisis Butir Soal
No. Soal
Daya
Pembeda Tingkat kesukaran
Validitas Keterangan
Jenjang
Kognitif Tindakan
Nilai Kategori Nilai kategori Nilai Kategori C1 C2 C3 C4 C5
1 0,44 Baik 0,39 sedang 0,43 Cukup Digunakan 2 0,39 Cukup 0,53 sedang 0,41 Cukup Digunakan 3 0,33 Cukup 0,61 sedang 0,47 Cukup Digunakan 4 0,06 Jelek 0,92 mudah 0,25 Rendah Digunakan 5 0,11 Jelek 0,83 mudah 0,05 sangat rendah Digunakan 6 0 Jelek 1 terlalu mudah ∞ sangat rendah Dibuang 7 0,39 Baik 0,25 sukar 0,43 Cukup Digunakan 8 0,17 Jelek 0,19 sukar 0,24 Rendah Digunakan 9 0,17 Jelek 0,81 mudah 0,32 Rendah Digunakan 10 -0,1 Jelek 0,97 mudah -0,02 sangat rendah Dibuang 11 0,33 Cukup 0,39 sedang 0,36 Rendah Digunakan 12 0,33 Cukup 0,28 sukar 0,42 Cukup Digunakan 13 -0,3 Jelek 0,64 sedang 0,05 sangat rendah Digunakan 14 -0,1 Jelek 0,08 sukar -0,03 sangat rendah Dibuang 15 0 Jelek 0,61 sedang 0,19 sangat rendah Digunakan 16 0,17 Jelek 0,75 mudah 0,3 Rendah digunakan 17 0,22 Cukup 0,5 sedang 0,25 Rendah digunakan 18 -0,1 Jelek 0,58 sedang 0,04 sangat rendah Digunakan 19 0,33 Cukup 0,67 sedang 0,39 Rendah Digunakan 20 -0,1 Jelek 0,36 sedang 0 sangat rendah Dibuang 21 0,22 Cukup 0,33 sedang 0,19 sangat rendah digunakan 22 0,11 Jelek 0,17 sukar 0,02 sangat rendah Digunakan 23 0,22 Cukup 0,33 sedang 0,23 Rendah Digunakan 24 0,28 Cukup 0,53 sedang 0,13 sangat rendah Digunakan 25 0 Jelek 0,33 sedang -0,19 sangat rendah Dibuang 26 0,17 Jelek 0,31 sedang 0,27 Rendah Dibuang 27 0,28 Cukup 0,25 sukar 0,39 Rendah digunakan 28 0,28 Cukup 0,64 sedang 0,3 Rendah digunakan 29 0,28 Cukup 0,42 sedang 0,25 Rendah digunakan 30 0,28 Cukup 0,69 sedang 0,53 Cukup digunakan
(4)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengolahan Data
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebagai berikut.
1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Format observasi ini berbentuk Rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving dan keterlaksanaan kegiatan membaca.
Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa dihitung dengan:
∑ ∑
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca dengan menggunakan persamaan persentase keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca berdasarkan Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase (%) Kategori
80 atau lebih Sangat Baik
60 – 79 Baik
40 – 59 Cukup
21 – 39 Rendah
0 - 20 Rendah Sekali
(Ridwan, 2000) 2. Analisis Tes Prestasi Belajar
Setelah instrumen tes diketahui validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya tes diujikan pada siswa. Setelah diujikan maka akan diperoleh data skor-skor tes
(5)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa. Data skor pretest dan posttest dirata-ratakan, kemudian ditentukan besar gain dengan perhitungan sebagai berikut:
(Hake, 1999) Peningkatan pretasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dapat dihitung dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah :
(Hake, 1999) Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan oleh tabel berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Kriteria
<g> > 0,7 Tinggi 0,7 > <g> > 0,3 Sedang
<g> < 0,3 Rendah
(Hake, 1999) 3. Analisis Tes Berpikir Kritis
Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical Thinking, perhitungan skor menggunakan perumusan jumlah benar dikurangi setengah jumlah salah (R – ½ W). Hitung jumlah jawaban yang benar, hitung jumlah jawaban yang salah, kalikan setengah pada jumlah jawaban yang salah, kemudian selisihkan dengan jumlah jawaban yang benar.
Untuk menentukan batas-batas kelompok skor berpikir kritis, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.9 Kriteria skor Berpikir Kritis
Persentase Klasifikasi
(6)
Wiwit Rahayu, 2015
PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skor rata-rata – SD < skor skor rata-rata + SD Sedang skor > skor rata-rata + SD Tinggi