t mtk 1006953 chapter3

(1)

Contents

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik ... 45

Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 45

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik ... 46

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 46

Tabel 3.3 Intrepretasi Koefisien Korelasi ... 48

Tabel 3.4 Rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba ... 48

Tabel 3.5 Intrepretasi Reliabilitas ... 49

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 50

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Daya Pembeda ... 51

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 52

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran ... 52

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 53

Tabel 3.11 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 57

Tabel 3.12 Kualitas Pencapaian Kemampuan ... 57

Tabel 3.13 Kriteria Sikap ... 58

Gambar 3.1 Diagram Alur Uji Statistik ... 58


(2)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa dengan pembelajaran problem posing lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Sehingga dalam penelitian ini ada perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas, untuk kelas eksperimen dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui, apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa dengan pembelajaran problem posing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional

Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen karena peneliti menerima subjek penelitian apa adanya, artinya subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak. Hal ini dikarenakan tidak memungkinkan secara administratif dan apabila dilakukan secara acak maka akan menyebabkan tidak alaminya situasi kelompok subjek. Desain penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes. Adapun desain penelitian digambarkan sebagai berikut:

O X O


(3)

Keterangan:

X : Pembelajaran problem posing

O : Pretes/ postes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa sebuah Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MA tersebut. MA yang menjadi tempat penelitian adalah sebuah Madrasah yang berada di lingkungan pesantren dan telah terakreditasi A atau baik sekali. Adapun karakteristik siswanya adalah pendatang dan tinggal di Pondok Pesantren yang memiliki jadwal yang padat di luar pembelajaran di kelas.

Pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling,yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Sampel sebanyak dua kelas dari enam kelas yang ada di MA tersebut. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan guru bidang studi yang mengajar bidang studi matematika yang mengajar di kelas X, yang melihat bahwa penyebaran siswa di kedua kelas yang dipilih sebagai sampel merata secara akademik.

C. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka instumen penelitian ini melibatkan dua jenis instrumen yaitu tes dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes yaitu seperangkat soal tes kemampuan pemecahan


(4)

masalah dan koneksi matematis. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari skala sikap. Masing-masing instrumen diuraiakan sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis Tes diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran matematika, baik pada siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing maupun pembelajaran konvensional. Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan, aspek kemampuan yang diukur, indikator serta jumlah soal. Setelah membuat kisi-kisi kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal dan kunci jawaban yang mengacu kepada pedoman penskoran.

Adapun pedoman penilaian didasarkan pedoman penskoran rubrik untuk kemampuan koneksi matematis yang dimodifikasi dari Sumarmo (1994), sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Reaksi Terhadap Soal/ Masalah Skor

Tidak ada jawaban 0

Jawaban hampir tidak mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan

atau dengan masalah 1

Jawaban ada beberapa yang mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan masalah tetapi koneksinya tidak jelas 2 Jawaban ada beberapa yang mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan masalah dan koneksinya jelas tetapi kurang lengkap

3 Jawaban mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan

masalah tetapi kurang lengkap 4

Jawaban mirip/ sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan


(5)

Adapun pedoman penilaian didasarkan pedoman penskoran rubrik untuk kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimodifikasi dari Sumarmo (1994), sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Aspek yang Dinilai Reaksi Terhadap Soal/ Masalah Skor Memahami Masalah Tidak memahami soal/ tidak ada jawaban 0

Tidak memperhatikan syarat-syarat soal/ cara interpretasi soal kurang tepat

1

Memahami soal dengan baik 2

Merencanakan Penyelesaian

Tidak ada rencana strategi penyelesaian 0 Strategi yang direncanakan kurang tepat 1 Menggunakan satu strategi tertentu tetapi mengarah pada jawaban yang salah 2 Menggunakan satu strategi tertentu tetapi

tidak dapat dilanjutkan 3

Menggunakan beberapa strategi yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar 4 Menyelesaiakan

Masalah

Tidak ada penyelesaian 0

Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas 1 Menggunakan satu prosedur tertentu dan mengarah pada jawaban yang benar 2 Menggunakan satu prosedur tertentu yang benar tetapi salah dalam menghitung 3 Menggunakan prosedur tertentu yang benar

dan hasil benar 4

Memeriksa Kembali Tidak ada pemeriksaan jawaban 0 Pemeriksaan hanya pada jawaban

(perhitungan) 1

Pemeriksaan hanya pada proses 2

Pemeriksaan pada proses dan jawaban 3

Soal-soal tersebut diujicobakan agar diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk memperoleh soal yang baik, maka. Uji coba instrumen dilakukan di Kelas XI Madrasah Aliyah Al Basyariyah Kabupaten Bandung yang bukan sampel penelitian.


(6)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan uji coba soal adalah sebagai berikut:

a. Soal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk melihat validitas isi dan validitas konstruk berkenaan dengan ketepatan alat ukur dengan materi yang akan diuji.

b. Kemudian untuk mengetahui validitas tes maka dicari koefisien korelasi antara instrumen evaluasi dengan alat ukur lainnya yang diasumsikan baik. Untuk memperoleh koefisien korelasi tersebut, digunakan rumus korelasi produk-moment dengan angka kasar (Suherman, 2003) :

= � −( )

� 2 − 2 � 2 − 2

Keterangan :

= Koefisien validasi

� = Banyaknya subyek validasi = Nilai hasil uji coba

= Nilai total

Untuk menentukan kriteria derajat validitas sebagaimana tersaji pada Tabel 3.3 berikut:


(7)

Tabel 3.3 Intrepretasi Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ ≤ 1,00 0,70 ≤ < 0,90

0,40 ≤ < 0,70 0,20 ≤ < 0,40 0,00 ≤ < 0,20 < 0,00

Sangat Tinggi (Sangat Baik) Tinggi (Baik)

Sedang (Cukup) (Rendah)

Sangat Rendah Tidak Valid

Berikut ini hasil perhitungan validitas item soal kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba Aspek Kemampuan No Soal Validitas Korelasi

Pearson Interpretasi Signifikasi

Kemampuan Pemecahan

Masalah

1a 0,61 Tinggi Signifikan

1b 0,46 Cukup Signifikan

1c 0,77 Tinggi Signifikan

2a 0,40 Cukup Signifikan

2b 0,73 Tinggi Signifikan

2c 0,43 Cukup Signifikan

3a 0,78 Tinggi Signifikan

3b 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 3c 0,85 Sangat Tinggi Signifikan

Kemampuan Koneksi

4a 0,71 Tinggi Signifikan

4b 0,70 Tinggi Signifikan

5a 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 5b 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 5c 0,85 Sangat Tinggi Signifikan

6 0,66 Tinggi Signifikan

c. Tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan kepada subjek yang sama, secara berkali-kali dari waktu ke waktu (Arikunto, 1991). Untuk menghitung koefisien realiabilitas seperangkat instrumen digunakan rumus Alpha dalam Suherman (2003) sebagai berikut:


(8)

11 = 1 1− � 2 2

Keterangan;

11 = Koefisien reliabilitas

= Banyaknya subjek

�2= Jumlah varians dari tiap butir item 2 = Varians dari skor total

Kemudian untuk menginterpretasikan reliabilitas instrumen menggunakan kriteria yang dibuat Guilford (Suherman, 2003), sebagaimana yang tersaji dalam Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Intrepretasi Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

r11 < 0,20

0,20 ≤ 11< 0,40 0,40 ≤ 11< 0,70 0,70 ≤ 11< 0,90 0,90 ≤ 11 ≤1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Soal aspek kemampuan pemecahan masalah diperoleh r11 adalah 0,76 yang termasuk kedalam kategori tinggi

2) Soal aspek kemampuan pemecahan masalah diperoleh r11 adalah 0,84 yang termasuk kedalam kategori tinggi

d. Daya pembeda atau indeks diskriminasi adalah korelasi antara jawaban terhadap sebuah butiran soal dengan skor jawaban seluruh soal atau selisih skor jawaban siswa pandai oleh skor jawaban lemah dibagi banyaknya siswa dalam kelompok pandai atau lemah. Untuk


(9)

menentukan daya pembeda tiap butir soal, subjek dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 27% kelompok atas, 56% kelompok tengah, dan 27% kelompok bawah (Suherman dan Sukjaya, 1990). Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir tes, yaitu:

��= � − � �

Keterangan:

�� = Indeks daya pembeda

� = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

� = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

� = Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah

Setelah daya pembeda diketahui, kemudian diklasisikasikan dengan klasifikasi daya pembeda (Suherman, 2003) seperti yang tersaji pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

�� ≤0,00

0,00 <�� ≤ 0,20

0,20 <�� ≤ 0,40

0,40 <�� ≤ 0,70

0,70 <�� ≤ 1,00

Sangat Jelek Jelek

Cukup Baik

Sangat Baik

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh daya pembeda soal kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis pada tabel berikut:


(10)

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Daya Pembeda

e. Tingkat kesukaran soal uraian dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

�� =� +� � +�

Keterangan:

�� = Indeks tingkat kesukaran

� = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

� = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

� = Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah

Kemudian menurut mengklasifikasi indeks kesukaran (Suherman, 2003) tersaji pada Tabel 3.8 berikut:

Aspek Kemampuan

No Soal

Daya Pembeda DP Interpretasi

Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis

1a 0,50 Baik

1b 0,34 Cukup

1c 0,78 Sangat Baik

2a 0,25 Cukup

2b 0,59 Baik

2c 0,31 Cukup

3a 0,38 Cukup

3b 0,38 Cukup

3c 0,25 Cukup

Kemampuan Koneksi Matematis

4a 0,63 Baik

4b 0,75 Sangat Baik

5a 0,25 Cukup

5b 0,25 Cukup

5c 0,13 Jelek


(11)

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Klasifikasi

�� ≤ 0,00

0,00 <�� ≤0,20

0,20 <�� ≤0,40

0,40 <�� ≤0,70

0,70 <�� ≤1,00

Terlalu Sukar Sukar

Sedang Mudah

Sangat Mudah

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh tingkat kesukaran soal kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis pada tabel berikut:

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran

Aspek Kemampuan No Soal

Indeks Kesukaran IK Interpretasi

Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis

1a 0,72 Mudah

1b 0,58 Sedang

1c 0,48 Sedang

2a 0,56 Sedang

2b 0,55 Sedang

2c 0,38 Sedang

3a 0,25 Sukar

3b 0,19 Sukar

3c 0,13 Sukar

Kemampuan Koneksi Matematis

4a 0,69 Sedang

4b 0,38 Sedang

5a 0,13 Sukar

5b 0,13 Sukar

5c 0,06 Sukar


(12)

Secara keseluruhan analisis hasil uji coba instrumen untuk tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis pada Tabel 3.10

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis

Berdasarkan hasil uji coba soal-soal yang terdiri dari tiga soal untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tiga soal untuk tes kemampuan koneksi matematis dapat digunakan semua untuk pretes dan postes.

Korelasi

Pearson Interpretasi Signifikasi DP Interpretasi IK Interpretasi 1a 0,61 Tinggi Signifikan 0,50 Baik 0,72 Mudah dipakai 1b 0,46 Cukup Signifikan 0,34 Cukup 0,58 Sedang dipakai 1c 0,77 Tinggi Signifikan 0,78 Sangat Baik 0,48 Sedang dipakai 2a 0,40 Cukup Signifikan 0,25 Cukup 0,56 Sedang dipakai 2b 0,73 Tinggi Signifikan 0,59 Baik 0,55 Sedang dipakai 2c 0,43 Cukup Signifikan 0,31 Cukup 0,38 Sedang dipakai 3a 0,78 Tinggi Signifikan 0,38 Cukup 0,25 Sukar dipakai 3b 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 0,38 Cukup 0,19 Sukar dipakai 3c 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 0,25 Cukup 0,13 Sukar dipakai 4a 0,71 Tinggi Signifikan 0,63 Baik 0,69 Sedang dipakai 4b 0,70 Tinggi Signifikan 0,75 Sangat Baik 0,38 Sedang dipakai 5a 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 0,25 Cukup 0,13 Sukar dipakai 5b 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 0,25 Cukup 0,13 Sukar dipakai 5c 0,85 Sangat Tinggi Signifikan 0,13 Jelek 0,06 Sukar direvisi 6 0,66 Tinggi Signifikan 0,59 Baik 0,70 Mudah dipakai

Reliabilitas

r11 = 0,76 Tinggi Signifikan

r11 = 0,84 Tinggi Signifikan

Keterangan Daya Pembeda Indeks Kesukaran

No Soal

Validitas

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Aspek Kemampuan

Kemampuan Koneksi Matematis


(13)

2. Skala Sikap

Skala sikap adalah Seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala sikap ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen, dengan tujuan untuk mengungkapkan secara umum sikap siswa terhadap pembelajaran problem posing . Skala sikap yang digunakan adalah model skala Likert, dengan pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Pilihan N (Netral) dihilangkan untuk menghindari sikap ragu-ragu atau rasa aman untuk tidak memihak pada suatu pernyataan yang diajukan.

D. Teknik Analisis Data

Data-data yang dianalisis berupa data kuantitatif yang terdiri dari hasil tes dan skala sikap siswa. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis sebelum dianalisis, peneliti melakukan hal-hal berikut:

1. Menskor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban.

2. Merangkum jawaban dari kelompok eksperimen dan kontrol dalam bentuk tabel.

3. Menghitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

�� � � � �= −


(14)

Setelah melakukan penskoran, merangkum jawaban dalam tabel dan menghitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis , maka peneliti melakukan analisis statistik deskriptif sebagai berikut:

1. Menghitung rerata hitung pretes dan postes, dengan menggunakan rumus:

n X X

n

i i

 1

Keterangan: X = rerata

i

X = data ke-i n = banyak data

2. Menghitung deviasi standar pretes dan postes untuk mengetahui penyebaran kelompok, dengan menggunakan rumus:

1

1

2

 

n X X SD

n

i i

Keterangan:

SD = Standar Deviasi X = rerata

i

X = data ke-i n = banyak data


(15)

Selanjutnya peneliti melakukan analisis untuk mengetahui perbedaan rerata kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan peningkatan kemampuan pemecahan dan koneksi matematis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menguji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data hasil tes berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data hasil pretes, postes, dan gain dengan menggunakan uji normalitas lillefors (Kolmogorof-Smirnov).

2. Menguji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah data hasil tes homogen atau tidak. Uji homogenitas mengunakan Levene’s test.

3. Jika diketahui data berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya untuk menguji beda dua rerata digunakan uji-t . Sedangkan jika data berdistribusi normal dan tidak homogen maka pengujian beda dua rerata yang digunakan uji-t’, yaitu uji beda dua rerata yang variannya berbeda.

4. Jika diketahui data tidak berdistribusi normal maka untuk menentukan perbedaan rerata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

5. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing dianalisis menggunakan gain score ternormalisasi menurut Hake (1999) dengan rumus sebagai berikut:

= � %− ��%


(16)

Keterangan :

= gain score ternormalisasi

� = skor rerata post-test

�� = skor rerata pre-test

Menurut Hake (1999), gain score ternormalisasi merupakan metode yang baik untuk menganalisis hasil pre-test dan post-test. Gain score merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat kefektifan pembelajaran yang dilakukan dilihat dari skor pre-test dan post-test. Tingkat perolehan gain score ternormalisasi dikategorikdanan dalam tiga kategori (Hake, 1999), yaitu:

Tabel 3.11 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Interpretasi

> 0,7 0,3 < ≤ 0,7

≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah

6. Untuk mengkategorikan kualitas kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa digunakan penilaian skala lima dan tabel konversi sebagai berikut:

Tabel 3.12 Kualitas Pencapaian Kemampuan Persentase Pencapaian Interpretasi

% 40 % 00 % 55 % 40 % 75 % 55 % 90 % 75 % 100 % 90           E D C B

A Sangat Tinggi

Tinggi Cukup Rendah Sangat Renda


(17)

Adapun untuk menjawab rumusan masalah nomor tiga mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran problem posing , dilakukan analisis hasil skala sikap siswa. Untuk mengkategorikan sikap siswa terhadap pembelajaran problem posing , peneliti menggunakan tiga kriteria, yaitu

Tabel 3.13 Kriteria Sikap

Rerata Skor Sikap Interpretasi

< − � − � ≤ < +� +� ≤

Rendah Sedang Tinggi Keterangan:

= mean teoritis =

item3

S = luas jarak sebaran : 3

Luas jarak sebaran =

item5

 

item1

(Azwar, 2003) Berikut ini alur uji statistik untuk melihat perbedaan dua rerata:

Gambar 3.1 Diagram Alur Uji Statistik Uji Mann-Whitney Data (Pretes/ Postes)

Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji t

Uji t’

ya

tidak ya

tidak Normal ?


(18)

E. Agenda Penelitian

Secara rinci tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian dimulai dari pembuatan proposal kemudian melaksanakan seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan dari tim pembimbing tesis, menyusun instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran, uji coba instrumen dan perbaikan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di MA Al Basyariyah pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012, yang implementasinya dilakukan melalui tiga tahapan yaitu diawali dengan pretes, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, dan diakhiri dengan postes. Melaksanakan pretes dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum perlakuan diberikan, dalam menyelesaikan soal kemampuan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika kepada dua kelompok sampel. Melaksanakan postes kepada dua kelompok sampel dengan maksud untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis setelah mengakhiri pemberian perlakuan. Setelah postes dilaksanakan siswa yang memperoleh pembelajaran problem posing diminta pendapat mengenai pembelajaran yang telah dilakukan


(19)

3. Tahap Analisis Data dan Penulisan Laporan

Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan, menganalisis, dan membuat kesimpulan dari data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan, kemudian penulisan laporan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 17.0

Adapun jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 3.14 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan .... 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Penyusunan Proposal Penelitian 2 Seminar Proposal Penelitian 3 Revisi Proposal Penelitian 3 Pembuatan Instrumen Penelitian 4 Uji Coba Instrumen

5 Pelaksanaan Penelitian 6 Analisis Data


(1)

Setelah melakukan penskoran, merangkum jawaban dalam tabel dan menghitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis , maka peneliti melakukan analisis statistik deskriptif sebagai berikut:

1. Menghitung rerata hitung pretes dan postes, dengan menggunakan rumus:

n X X

n

i i

 1 Keterangan:

X = rerata i

X = data ke-i n = banyak data

2. Menghitung deviasi standar pretes dan postes untuk mengetahui penyebaran kelompok, dengan menggunakan rumus:

1 1

2

  

n X X SD

n

i i

Keterangan:

SD = Standar Deviasi X = rerata

i

X = data ke-i n = banyak data


(2)

Selanjutnya peneliti melakukan analisis untuk mengetahui perbedaan rerata kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan peningkatan kemampuan pemecahan dan koneksi matematis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menguji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data hasil tes berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data hasil pretes, postes, dan gain dengan menggunakan uji normalitas lillefors (Kolmogorof-Smirnov).

2. Menguji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah data hasil tes homogen atau tidak. Uji homogenitas mengunakan Levene’s test.

3. Jika diketahui data berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya untuk menguji beda dua rerata digunakan uji-t . Sedangkan jika data berdistribusi normal dan tidak homogen maka pengujian beda dua rerata yang digunakan uji-t’, yaitu uji beda dua rerata yang variannya berbeda.

4. Jika diketahui data tidak berdistribusi normal maka untuk menentukan perbedaan rerata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

5. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing dianalisis menggunakan gain score ternormalisasi menurut Hake (1999) dengan rumus sebagai berikut:

= � %− ��%


(3)

Keterangan :

= gain score ternormalisasi

� = skor rerata post-test

�� = skor rerata pre-test

Menurut Hake (1999), gain score ternormalisasi merupakan metode yang baik untuk menganalisis hasil pre-test dan post-test. Gain score merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat kefektifan pembelajaran yang dilakukan dilihat dari skor pre-test dan post-test. Tingkat perolehan gain score ternormalisasi dikategorikdanan dalam tiga kategori (Hake, 1999), yaitu:

Tabel 3.11 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Interpretasi

> 0,7 0,3 < ≤ 0,7

≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah

6. Untuk mengkategorikan kualitas kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa digunakan penilaian skala lima dan tabel konversi sebagai berikut:

Tabel 3.12 Kualitas Pencapaian Kemampuan

Persentase Pencapaian Interpretasi

% 40 % 00 % 55 % 40 % 75 % 55 % 90 % 75 % 100 % 90           E D C B

A Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Renda


(4)

Adapun untuk menjawab rumusan masalah nomor tiga mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran problem posing , dilakukan analisis hasil skala sikap siswa. Untuk mengkategorikan sikap siswa terhadap pembelajaran problem posing , peneliti menggunakan tiga kriteria, yaitu

Tabel 3.13 Kriteria Sikap

Rerata Skor Sikap Interpretasi

< − �

− � ≤ < +�

+� ≤

Rendah Sedang Tinggi Keterangan:

= mean teoritis =

item3

S = luas jarak sebaran : 3

Luas jarak sebaran =

item5

 

item1

(Azwar, 2003)

Berikut ini alur uji statistik untuk melihat perbedaan dua rerata:

Gambar 3.1 Diagram Alur Uji Statistik

Uji Mann-Whitney Data (Pretes/ Postes)

Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji t

Uji t’ ya

tidak ya

tidak Normal ?


(5)

E. Agenda Penelitian

Secara rinci tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian dimulai dari pembuatan proposal kemudian melaksanakan seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan dari tim pembimbing tesis, menyusun instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran, uji coba instrumen dan perbaikan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di MA Al Basyariyah pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012, yang implementasinya dilakukan melalui tiga tahapan yaitu diawali dengan pretes, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, dan diakhiri dengan postes. Melaksanakan pretes dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum perlakuan diberikan, dalam menyelesaikan soal kemampuan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika kepada dua kelompok sampel. Melaksanakan postes kepada dua kelompok sampel dengan maksud untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis setelah mengakhiri pemberian perlakuan. Setelah postes dilaksanakan siswa yang memperoleh pembelajaran problem posing diminta pendapat mengenai pembelajaran yang telah dilakukan


(6)

3. Tahap Analisis Data dan Penulisan Laporan

Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan, menganalisis, dan membuat kesimpulan dari data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan, kemudian penulisan laporan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 17.0

Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.14 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan .... 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1 Penyusunan Proposal Penelitian

2 Seminar Proposal Penelitian 3 Revisi Proposal Penelitian 3 Pembuatan Instrumen Penelitian 4 Uji Coba Instrumen

5 Pelaksanaan Penelitian 6 Analisis Data