Deskripsi konsep diri remaja penyandang tunanetra SLB Negeri A Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DESKRIPSI KONSEP DIRI
REMAJA PENYANDANG TUNANETRA
SLB NEGERI A KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/1013
Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:
Elisabeth Kristanti Sidabalok
NIM : 071114037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DESKRIPSI KONSEP DIRI
REMAJA PENYANDANG TUNANETRA
SLB NEGERI A KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/1013
Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:
Elisabeth Kristanti Sidabalok
NIM : 071114037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


“ Dalam karyaNya tidak ada yang mustahil tidak dapat
Ia kerjakan karena segala rencanaNya akan nyata dan
indah pada waktuNya”

Kupersembahkan karyaku ini untuk:
♥ Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
yang selalu membimbing dan menyertai dalam setiap langkah hidupku.
♥ Keluargaku tercinta: kedua orang tuaku, kakak serta adikku.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI
REMAJA PENYANDANG TUNANETRA
SLB NEGERI A KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013
Elisabeth Kristanti Sidabalok
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui konsep diri remaja penyandang tunanetra SLB Negeri A Kota
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
konsep diri remaja yang terbentuk dari keterbatasan mereka sebagai penyandang
tunanetra.
Subjek penelitian ini adalah siswa SLB Negeri A Kota Bandung tahun
ajaran 2012/2013 berjumlah 27 siswa yang terdiri dari kelas X Musik (5 siswa),
kelas X Bahasa (6 siswa), kelas XI Musik (5 siswa), kelas XI Bahasa (7 siswa),
kelas XII Musik (4 siswa) dan XII Bahasa (3 siswa). Instrument penelitian yang
digunakan adalah kuesioner konsep diri yang bersumber dari aspek-aspek konsep
diri. Aspek-aspek konsep diri terdiri dari aspek diri-fisik, aspek diri etik-moral,
aspek diri-pribadi, aspek diri-keluarga dan aspek diri-sosial. Instrumen penelitian
berjumlah 70 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,972. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner konsep diri sangat

tinggi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar remaja
penyandang tunanetra di SLB Negeri A Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
memiliki konsep diri yang positif. Hasil ini diketahui melalui perhitungan mean
dengan mean yang diperoleh adalah 175. Dari penghitungan mean terdapat 22
remaja penyandang tunanetra (81.4%) memperoleh skor di atas skor mean, yang
artinya terdapat 22 remaja penyandang tunanetra memiliki konsep diri positif.
Dari penghitungan mean juga diperoleh 5 remaja penyandang tunanetra (18.5%)
yang mendapatkan skor di bawah skor mean. Artinya, terdapat 5 remaja
penyandang tunanetra memiliki konsep diri negatif.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ABSTRACT
A DESCRIPTION OF SELF-CONCEPT OF BLIND
ADOLESCENTS WHO ARE STUDENTS
AT SLB NEGERI A BANDUNG IN
2012/2013 ACADEMIC YEAR
by:
Elisabeth Kristanti Sidabalok
Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2013
This study belongs to a descriptive research which aims to determine the selfconcept of blind ado lescents who are students at SLB Negeri A Bandung in
2012/2013 academic year. The problem of this study is how the self-concept of
adolescents is formed as their limitations as blind people.
The subjects in this study are students at SLB Negeri A Bandung in 2012/2013
academic year. There were 27 students consisting of 5 students from the tenth grade
of music class, 6 students from the tenth grade of English class, 5 students from the
eleventh grade of music class, 7 students from the eleventh grade of language
class, 4 students from the twelfth grade of music class and 3 students from the
twelfth grade of language class. The instrument used in this research is a
questionnaire of self-concept that is derived from the aspects of self-concept,
i.e. self-physical aspects, self-ethical and moral aspect, self-personal aspects,

self-family aspects and self-social aspects. There are 70 items in the research
instrument with a reliability coefficient of 0.972. Thus, it can be concluded that the
reliability coefficient of the questionnaire is very high.
The result of this study shows that the majority of adolescents with visual
impairment at SLB Negeri A Bandung in 2012/2013 academic year have a
positive self-concept. This result is gained by the calculation of mean with the
mean obtained, i.e. 175. From the mean calculation, there are 22 students
(81.4%) belong to the above mean score, which means that they have a
positive self-concept. From the mean calculation, it is also found that there are 5
students (18.5%) belong to the below mean score. That is to say, there are 5
students have a negative self-concept.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang penuh kasih atas
segala berkat, rahmat serta bimbinganNya selama proses penulisan skripsi ini
sehingga dapat selesai dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari
banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang

te la h

memberikan

kesempatan


kepada

peneliti

untuk

menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang
dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyusun skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan
berbagai ilmu pengetahuan selama peneliti menempuh pendidikan di
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas sanata Dharma
Yogyakarta.

vii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Bapak Priyatmoko yang telah membantu peneliti dalam membereskan
urusan administratif.
5. Bapak Drs. H. Heryanto Amuda, M. Phil., SNE. Kepala Sekolah SLB
Negeri A Kota Bandung yang telah memberi ijin serta kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian kepada para siswa SLB
Negeri A Kota Bandung.
6. Bapak Yacobus Tri Bagyo, S.Pd., guru Bimbingan dan Konseling SLB
Negeri A Kota Bandung yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk pengambilan data di sekolah.
7. Para siswa dan siswi SLB Negeri A Kota Bandung yang telah
berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
8. Kedua orang tuaku tercinta yang dengan sabar telah mendukung dan
memberikan motivasi serta doa selama penulis menyelesaikan studi S1
ini.
9. Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa.
10. Sahabat-sahabatku Emilia Popon, Suharyati dan Lusi Ekarina yang
selalu membantu dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi
ini.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan
skripsi ini.
Penulis,

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Juni 2013
Penulis,

Elisabeth Kristanti Sidabalok

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN ILMIAH
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Elisabeth Kristanti Sidabalok

No. Induk Mahasiswa : 071114037
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata DharmaYogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI KONSEP DIRI
REMAJA PENYANDANG TUNANETRA
SLB NEGERI A KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan hak
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk menyimpan
dan mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu mrminta ijin saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 3 Juni 2013
Yang menyatakan,

(Elisabeth Kristanti Sidabalok)

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………..

ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………..

iv

ABSTRAK……………………………………………………………

v

ABSTRACT…………………………………………………………..

vi

KATA PENGANTAR………………………………………………..

vii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………….

ix

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI…………………………

x

DAFTAR ISI………………………………………………………….

xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………….

xiii

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………

xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….

xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. …

1

A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang Masalah……………………………………….
Rumusan Masalah………………………………………………
Tujuan Penelitian……………………………………………….
Kegunaan Penelitian……………………………………………
Definisi Operasional……………………………………………

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………. …
A. Tunanetra………………………………………………………
1. Pengertian Tunanetra…………………………………. …
2. Jenis – Jenis Tunanetra…………………………………......
3. Karakteristik Tunanetra…………………………………….
B. Konsep Diri…………………………………………………….
1. Pengertian Konsep Diri……………………………………..
2. Jenis – Jenis Konsep Diri……………………………………
3. Aspek- Aspek Konsep Diri……………………………………
4. Perkembangan Konsep Diri…………………………………
xi

1
7
7
7
8
10
10
10
11
12
15
15
17
20
23

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

C. Remaja…………………………………………………………
1. Pengertian Remaja…………………………………………..
2. Tugas Perkembangan Remaja……………………………….
3. Perkembangan Konsep Diri Remaja Penyandang Tunanetra.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………..
A. Jenis Penelitian…………………………………………………
B. Subjek Penelitian……………………………………………….
C. Instrumen Penelitian……………………………………………
1. Alat Pengumpulan Data……………………………………
2. Penentuan Skor…………………………………………….
3. Kisi-Kisi Instrument……………………………………….
D. Validitas dan Reliabilitas……………………………………...
1. Validitas Instrument……………………………………….
2. Reliabilitas Instrument…………………………………….
E. Tahap Pengumpulan Data………………………………….. …
F. Teknik Analisis Data…………………………………………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………..

25
25
26
28
32
32
33
33
33
34
35
36
37
39
40
42
44

A. Hasil Penelitian………………………………………………..
B. Pembahasan……………………………………………………

44
49

BAB V PENUTUP…………………………………………………….

57

A. Kesimpulan…………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………

57
57

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

60

LAMPIRAN……………………………………………………………

63

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa Setiap Kelas…………………………… 33
Tabel 2 : Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri……………………………… 35
Tabel 3 : Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Setelah Uji Coba…………..

36

Tabel 4 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas……………. 40
Tabel 5 : Rincian Jadwal Pengumpulan Data…………………………… 41
Tabel 6 : Kategori Konsep Diri……………………………………………. 43
Tabel 7 : Konsep Diri Remaja Penyandang Tunanetra…..……………… 44
Tabel 8 : Persentase Skor Per Aspek Untuk Konsep Diri Positif..............

47

Tabel 9 : Aspek Untuk Konsep Diri Negatif............. ...............................

48

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1

: Presentase Konsep Diri Remaja Penyandang
Tunanetra Berdasarkan Jenis Ketunanetraan.................

Grafik 2

45

: Presentase Konsep Diri Remaja Penyandang
Tunanetra Berdasarkan Jenis Kelamin.........................

xiv

46

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Kuesioner Konsep Diri…………………………………. 63

Lampiran 2

: Tabulasi Data Uji Coba…………………………………. 68

Lampiran 3

: Uji Validitas dan Reliabilita uji coba…..……………….

Lampiran 4

: Rekapitulasi Item Valid dan Gugur…………………….. 75

Lampiran 5

: Metode Belah Dua……………………………………… 78

Lampiran 6

: Tabulasi Data Penelitian…………………………………. 79

Lampiran 7

: Uji Reliabilitas Penelitian………………………………… 81

Lampiran 8

: Tabulasi Data Per Aspek…………………………………. 84

Lampiran 9

: Surat Ijin Penelitian……………………………………… 89

72

Lampiran 10 : Surat Ijin Dinas Pendidikan……………………………… 90
Lampiran 11 : Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian……………. 91

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini disajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional dari istilah yang
digunakan.
A. Latar Belakang Masalah
Tunanetra merupakan keadaan tidak bisa melihat atau buta (Hayati,
2010:18). Bagi penyandang tunanetra yang sama sekali tidak dapat
melihat, mereka harus mempelajari lingkungan sekitarnya dengan cara
menyentuh, merasakan dan mendengarkan suara yang ada di sekitarnya.
Untuk merasakan perbedaan objek yang ada di sekitarnya, penyandang
tunanetra menggunakan ujung jari untuk meraba suatu benda guna
mengetahui ukuran, berat dan bentuknya. Penyandang tunanetra dapat
membaca dengan mempergunakan huruf khusus yaitu huruf Braille. Selain
itu, penyandang tunanetra memiliki keistimewaan pada organ indra yang
lain misalnya pendengaran atau sentuhan yang peka.
Pada tahap memasuki masa remaja, para remaja pada umumnya akan
mengalami perubahan pada aspek fisik, sosial, kognitif serta emosional,
sehingga pada masa ini remaja memerlukan pendampingan. Remaja
penyandang tunanetra mengalami perubahan dalam dirinya sama seperti
remaja pada umumnya, misalnya perubahan fisik, emosional dan kognitif.
Perbadaan yang mendasar antara remaja penyandang tunanetra dengan

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

remaja pada umumnya adalah keterbatasan remaja penyandang tunanetra
akan indra pengelihatannya.
Dalam proses penyesuaian diri, remaja penyandang tunanetra harus
mampu mengenali dan menerima keadaan fisiknya yang memiliki
keterbatasan dalam indra pengelihatan. Pengenalan dan penerimaan
keadaan fisik akan mempengaruhi perkembangan aspek- aspek lain dalam
diri remaja penyandang tunanetra.
Remaja pada masa ini akan lebih cenderung berpihak pada temanteman sehingga pandangan dari teman-teman dan orang sekitar menjadi
sangat penting. Hal yang sama terjadi pada remaja penyandang tunanetra.
Remaja penyandang tunanetra lebih mengutamakan penilaian atau
pandangan dari teman-teman dan orang sekitarnya, khususnya pada
keadaan fisiknya. Penilaian dari orang-orang disekitar tersebut baik yang
merupakan

penilaian positif atau negatif yang akan membentuk

bagaimana gambaran dirinya.
Menurut Piaget (Santrock, 2007:128) remaja memiliki kemampuan
untuk menghasilkan pemikiran bebas, sehingga dunia di pandang secara
terlalu subyektif dan terlalu idealis. Pada masa peralihan, remaja
cenderung kurang dapat menerima hal-hal yang berbeda. Hal yang sama
terjadi juga pada remaja penyandang tunanetra. Remaja penyandang
tunanetra yang memiliki perbedaan secara fisik dengan remaja lain akan
memandang segala hal berpusat pada keadaan dirinya dan membandingkan
dengan orang lain yang kemudian akan membentuk gambaran dirinya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Dari hasil pemikiran remaja yang subyektif serta idealis juga dari pendapat
orang-orang disekitarnya tersebut yang akan membentuk konsep diri yang
negatif maupun yang positif pada diri remaja penyandang tunanetra.
Perkembangan konsep diri remaja penyandang tunanetra sangat
dipengaruhi oleh aspek fisik yaitu keterbatasan penglihatan serta pengaruh
lingkungan yaitu orang awas disekitarnya. Keterbatasan penglihatan yang
dialami oleh remaja penyandang tunanetra akan berpengaruh pada
perkembangan aspek sosial.
Menurut

Hallahan dan Kauffman (www.scribd.com) pengaruh

keterbatasan penglihatan pada perkembangan aspek sosial anak tunanetra
adalah bahwa secara umum anak tunanetra dapat menyesuaikan diri,
sehingga masalah kepribadian bukan merupakan sifat/pembawaan dari
ketunanetraannya. Perasaan rendah diri yang dimiliki merupakan akibat
dari lingkungan atau orang-orang awas disekitarnya yang tidak mampu
memberikan respon positif pada keterbatasan remaja penyandang
tunanetra. Oleh karena itu, dalam menghadapi perubahan sebagai suatu
proses dalam pembentukan konsep diri, remaja penyandang tunanetra
diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dari
masyarakat sekitar.
Penyesuaian diri dimulai dengan usaha untuk mampu mengenali dan
menerima keadaan diri sendiri dengan baik. Selain itu, dengan mengenali
dan menerima diri, remaja penyandang tunanetra dapat memiliki penilaian
tentang diri sendiri dan memiliki gambaran diri yang positif.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan,
keyakinan dan penghargaan, perasaan seseorang tentang dirinya sendiri
(Hurlock, 1978:58). Konsep diri didasarkan pada keyakinan mengenai
pendapat orang-orang sekitar atau orang-orang terdekat mengenai diri
sendiri.
Konsep diri berasal dan berakar pada pengalaman pada masa anakanak dan berkembang sebagai akibat dari hubungan dengan orang lain.
Konsep diri tidak langsung ada ketika individu dilahirkan, tetapi secara
bertahap seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu
tersebut, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh dari lingkungan
sekitar. Selain itu, konsep diri juga dipelajari oleh individu melalui
pengalaman-pengalamannya dengan orang lain, yaitu kejadian-kejadian
yang buruk maupun yang baik yang dialami saat bersama dengan orang
disekitar. Pengalaman yang diperoleh baik dengan orang lain maupun diri
sendiri tersebut akan membentuk penilaian dan gambaran diri individu
akan dirinya sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar.
Menurut

Gunarsa

(2008:239),

pengalaman-pengalaman

yang

didapatkan oleh remaja, bukan saja membantu mengembangkan aspekaspek sosial tetapi juga aspek pribadi. Melalui pengalaman dengan orang
lain, remaja penyandang tunanetra dapat mengetahui apakah kehadirannya
dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sekitar atau tidak. Bila remaja
penyandang tunanetra merasa diterima dengan baik, maka akan
membentuk konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika remaja penyandang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

tunanetra merasa kurang diterima oleh lingkungan sekitar, maka akan
menyebabkan remaja penyandang tunanetra tersebut memiliki konsep diri
yang negatif.
Konsep diri yang positif sangat penting bagi remaja penyandang
tunanetra dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitar. Dengan konsep
diri yang positif, remaja penyandang tunanetra mampu menempatkan diri
dalam pergaulan dengan teman sebaya atau bahkan lingkungan yang lebih
luas, sehingga remaja penyandang tunanetra dapat mengaktualisasikan diri
secara utuh.
Remaja penyandang tunanetra yang berpandangan tidak diterima dan
ditolak akan membentuk gambaran diri yang negatif, misalnya saja remaja
penyandang tunanetra merasa kurang diterima dan merasa curiga terhadap
orang lain. Konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif.
Konsep diri yang negatif tersebut cenderung membuat remaja penyandang
tunanetra sulit untuk menerima keadaan dirinya sendiri, sehingga perilaku
remaja penyandang tunanetra lebih menarik diri, curiga, merasa tidak
mampu dan menyalahkan diri sendiri. Dampak yang timbul dalam perilaku
remaja penyandang tunanetra adalah remaja penyandang tunanetra
cenderung menutup diri dan sulit dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mendeskripsikan konsep diri
yang dimiliki oleh remaja penyandang tunanetra. Alasan penulis memilih
konsep diri adalah karena konsep diri merupakan dasar untuk berkembang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

dan mengaktualisasikan diri. Konsep diri yang negatif akan membuat
remaja penyandang tunanetra memandang dirinya rendah. Konsep diri
positif akan membuat remaja penyandang tunanetra lebih mampu
menghargai apa yang dimilikinya. Oleh karena itu, konsep diri yang positif
perlu dikembangkan pada diri seorang remaja penyandang tunanetra yang
sedang mengalami masa peralihan.
Alasan penulis memilih remaja penyandang tunanetra sependapat
dengan Somantri (2007:87), bahwa permasalahan yang dialami oleh
remaja penyandang tunanetra cenderung pada kurangnya motivasi
individu, misalnya saja kurangnya motivasi untuk menjalin relasi dengan
lingkungan sosial, perasaan rendah diri dan kurangnya dukungan dari
masyarakat sekitar.
Alasan penulis memilih remaja penyandang tunanetra karena saat ini
mulai digalakkannya pendidikan inklusi, yaitu pendidikan di mana
penyandang cacat yaitu remaja penyandang tunanetra akan belajar bersamasama dengan remaja normal lain di sekolah umum. Dengan demikian,
penting untuk dilakukan penelitian terhadap konsep diri remaja penyandang
tunanetra. Tujuannya adalah dengan mengetahui konsep diri remaja
penyandang tunanetra, akan memberikan gambaran jelas tentang cara
pandang remaja penyandang tunanetra terhadap dirinya sendiri dan
lingkungan sekitar.
Dengan berkembangnya sekolah-sekolah inklusi, penting bagi sekolah
untuk menyelenggarakan program bimbingan dan konseling yang memiliki

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

program khusus untuk remaja penyandang tunanetra. Dari hasil penelitian
tentang konsep diri remaja penyandang tunanetra tersebut, diharapkan
mampu memberikan gambaran tentang cara pandang remaja penyandang
tunanetra terhadap dirinya dan lingkungan sekitar. Hasil penelitian tersebut
juga digunakan untuk membantu remaja penyandang tunanetra dalam
mengembangkan konsep diri yang positif, agar kemampuan sosial dan
akademik remaja penyandang tunanetra dapat berkembang secara utuh.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
umum konsep diri remaja penyandang tunanetra SLB Negeri A Kota
Bandung tahun ajaran 2012/2013?

C.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui konsep diri
remaja penyandang tunanetra SLB Negeri A Kota Bandung tahun ajaran
2012/2013.

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian :
1. Praktis :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

a. Bagi guru pembimbing : Hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberi masukan untuk layanan bimbingan dalam pendampingan
proses pembentukan konsep diri.
b. Bagi remaja penyandang tunanetra : Melalui hasil penelitian ini
remaja dibantu dengan menyadari dan membangun konsep diri
yang dimiliki, yaitu tidak lagi rendah diri dan mampu membangun
relasi dengan orang lain disekitarnya.
c. Bagi peneliti : Penelitian ini merupakan kesempatan untuk berlatih
meneliti dan membuat karya ilmiah serta bekal sebagai calon guru
BK.
2. Teoritis :
Bagi ilmu pengetahuan : Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran tentang konsep diri bagi remaja penyandang tunanetra.

E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dengan penelitian
ini :
1.

Konsep diri adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan
penghargaan, perasaan remaja penyandang tunanetra tentang dirinya
sendiri yang digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif. Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini
diukur melalui kuesioner dengan melihat pada aspek diri-fisik, aspek
diri-sosial, aspek diri-keluarga, aspek diri-pribadi dan aspek diri etik-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

moral. Aspek-aspek tersebut terdapat pada pernyataan-pernyataan
dalam kuesioner, yang setiap pernyataan memiliki skor yang telah
ditentukan.
2.

Remaja penyandang tunanetra SLB Negeri A Kota Bandung tahun
ajaran 2012/2013 adalah remaja penyandang tunanetra yang tercatat
sebagai siswa di SLB Negeri A Kota Bandung tahun ajaran
2012/2013.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian tentang konsep diri remaja penyandang tunanetra yang
terdiri dari pengertian tunanetra, jenis-jenis tunanetra, karakteristik tunanetra,
pengertian konsep diri, jenis konsep diri, aspek-aspek konsep diri, perkembangan
konsep diri, pengertian remaja, tugas perkembangan remaja, dan perkembangan
konsep diri remaja penyandang tunanetra.
A. Tunanetra
1. Pengertian Tunanetra
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi
seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra
penglihatannya.

Hambatan

yang

dialami

penyandang

tunanetra

disebabkan oleh indra penglihatannya tidak berfungsi secara sempurna
dalam menyerap suatu informasi yang ada seperti orang awas lainnya,
sehingga informasi yang diterima terbatas. Menurut Somantri (2007:65),
pengertian tunanetra tidak hanya mencakup mereka yang buta, tetapi juga
mencakup mereka yang mampu melihat tetapi dengan terbatas. Melihat
dengan terbatas maksudnya adalah mereka mampu melihat tetapi kurang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sehari-hari terutama dalam belajar.
Orang-orang dengan kondisi penglihatan rabun atau setengah melihat
adalah bagian dari kelompok tunanetra.
Orang-orang dengan gangguan penglihatan (Somantri, 2007:66),
dapat diketahui dengan kondisi:

10

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

a. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang
awas. Melalui tes Snellen Card, yaitu tes untuk mengetahui
ketunanetraan. Ditegaskan bahwa seseorang dikatakan tunanetra bila
ketajaman penglihatannya kurang dari 6/21. Artinya, Berdasarkan tes,
seseorang hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang
oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
b. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
c. Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf mata.
d. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.
Dari kondisi di atas, biasanya yang digunakan sebagai patokan untuk
mengetahui apakah seseorang termasuk tunanetra atau tidak adalah
berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan melalui tes Snelle Card
dengan ketajaman penglihatan 6/21.

2. Jenis-Jenis Tunanetra
Berdasarkan

jenisnya,

menurut

Somantri

(2007:66)

tunanetra

dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Buta
Dapat dikatakan buta jika sama sekali tidak mampu menerima
rangsangan cahaya dari luar.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

b. Low Vision
Dikatakan low vision apabila anak masih dapat menerima rangsangan
cahaya dari luar dan ketajamannya lebih dari 6/21. Artinya,
berdasarkan tes, seseorang hanya mampu membaca huruf pada jarak
6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
Dikatakan low vision apabila hanya mampu membaca headline pada
surat kabar, karena headline pada surat kabar memiliki ukuran huruf
yang relatif lebih besar.

3. Karakteristik Tunanetra
Setiap tingkat pertumbuhan dan juga setiap individu memiliki
karakteristik pada setiap aspek kehidupan; begitu juga penyandang
tunanetra. Karakteristik pada penyandang tunanetra berpengaruh pada
beberapa aspek kehidupannya.

Pengaruh yang ditimbulkan dari

karakteristik penyandang tunanetra adalah pada aspek sosial, pribadi, fisik
dan akademis. Karakteristik yang mempengaruhi aspek-aspek tersebut
adalah sebagai berikut:
a.

Karakteristik pada Aspek Sosial dan Pribadi
Rudiyati

(2003:16)

mengemukakan

bahwa

penyandang

tunanetra secara umum tidak dapat menyesuaikan diri, sehingga
masalah

kepribadian

bukan

merupakan

berasal

dari

ketunanetraannya, melainkan karena pengaruh sikap masyarakat
dalam memperlakukan penyandang tunanetra. Karakteristik yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

mungkin terjadi pada penyandang tunanetra sebagai akibat
langsung atau pun tak langsung dari kebutaannya ialah:
1)

Curiga pada orang lain.
Penyandang

tunanetra

sering

mengalami

hal

yang

menimbulkan rasa sakit dan kecewa, sehingga mendorong
mereka untuk bersikap hati-hati sehingga cenderung merasa
curiga terhadap orang lain.
2)

Mudah tersinggung.
Rasa kecewa akibat kesadaran diri berbeda dari orang lain
yang dialami dapat berubah menjadi rasa emosi, sehingga
singgungan fisik yang tidak disengaja dapat menyinggung
perasaannya.

3)

Ketergantungan pada orang lain.
Dalam

melakukan

kegiatan

sehari-hari,

terkadang

penyandang tunanetra memerlukan bantuan dari orang awas.
b.

Karakteristik pada Aspek Fisik
Menurut Widjayanti dan Hatipew (1992:14), mata merupakan
indra yang dapat menghubungkan dengan dunia sekitar kita.
Dengan mata, kita dapat menerima informasi dan dengan mata pula
kita melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas. Bagaimana sengan
penyandang tunanetra?
Pada umumnya penyandang tunanetra menunjukkan kepekaan
yang lebih baik pada indra pendengaran, peraba, penciuman dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

pengecap dibandingkan dengan orang awas lainnya. Kepekaan
indra yang dimiliki membantu penyandang tunanetra dalam
memperoleh informasi tentang lingkungan dan melakukan tugastugas dengan baik seperti orang awas. Namun kepekaan tersebut
tidak diperoleh secara otomatis, tetapi melalui proses latihan secara
rutin dan teratur.
c.

Karakteristik pada Aspek Akademis
Studi yang dilakukan oleh Kephart dan Schwartz (1974), dalam
adeliatri.blogspot.com (diunduh 31 oktober 2011), menunjukkan
bahwa penyandang tunanetra cenderung memperoleh kemampuan
komunikasi secara lisan dan mampu berprestasi seperti anak awas,
misalnya dalam bidang musik dan juga akademik. Oleh karena itu,
keterbatasan

penglihatan

tidak

menjadi

hambatan

dalam

memperoleh prestasi akademik seperti orang awas lainnya.
Reaksi orangtua terhadap kehadiran anak yang tunanetra akan
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak dikemudian hari.
Menurut Bauman (Somantri, 2007: 89), keberhasilan dalam penyesuaian
sosial pada penyandang tunanetra berkaitan erat dengan sikap dari
keluarga terhadap penerimaan secara emosional dan realistis.
Reaksi yang ditunjukkan orangtua terhadap ketunanetraan anaknya
(Somantri, 2007:90), yaitu:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

a.

Penerimaan secara realistik terhadap ketunanetraannya yang dapat
ditunjukkan dengan pemberian kasih sayang yang wajar dan
perlakuan yang sama.

b.

Penyangkalan terhadap ketunanetraan anak, sehingga orangtua
seringkali tidak percaya bahwa anaknya perlu layanan pendidikan
khusus.

c.

Perlindungan

yang

berlebihan

sebagai

kompensasi

karena

ketunanetraan anaknya dirasakan sebagai akibat dari perasaan
bersalah.
d.

Penolakan

secara

tertutup

ditunjukkan

dengan

s i ka p

menyembunyikan anaknya dari masyarakat, tidak perduli, tidak
menyayangi dan cenderung mengasingkan anaknya dari lingkungan
keluarga.
e.

Penolakan secara terbuka ditunjukkan dengan sikap tidak pernah
dapat menerima kehadiran anaknya dan bersikap masa bodoh.

Reaksi yang ditunjukkan oleh orangtua inilah yang akan membentuk
sikap penyandang tunanetra dalam mengadapi ketunanetraannya dan
menghadapi lingkungan sekitarnya.

B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan
penghargaan, perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Hurlock,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

1978:58). Pendapat ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh
Djaali (2008:129) bahwa konsep diri sebagai pandangan seseorang
tentang dirinya sendiri mengenai apa yang ia ketahui dan ia rasakan
tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta perilaku tersebut
dapat berpengaruh terhadap orang lain.
Menurut Susana, dkk (2006:32) konsep diri adalah pandangan dan
sikap individu terhadap diri sendiri. Konsep diri adalah inti kepribadian
individu yang mencakup kekuatan dan juga kelemahan individu itu
sendiri.
Konsep diri bukan merupakan unsur bawaan. Pembentukan konsep
diri dipengaruhi oleh peristiwa belajar dan pengalaman, terutama yang
berhubungan dengan dirinya seperti harga diri, kegagalan atau
kesuksesan yang dicapai (Surakhmad, 1980:40).
Sikap orang lain terhadap dirinya akan sangat mempengaruhi
seseorang dalam menilai dan memandang dirinya. Konsep diri
merupakan apa yang dilihat seseorang dari diri, seberapa kuat seseorang
merasakan bermacam-macam segi perasaannya, apakah seseorang
mempunyai pendapat menyenangkan tentang dirinya sendiri dan apa
yang kemungkinan besar diperbuat seseorang di dalam memberi respon
atau tanggapan terhadap kritik tentang dirinya (Burns, 1993:73).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa konsep diri merupakan
pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk dari
pengalaman hidup sehari-hari dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh pendapat orang lain tentang
diri dan lambat laun akan membentuk sikap seseorang dalam merespon
suatu keadaan.

2. Jenis Konsep Diri
Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua, yaitu konsep diri positif
dan konsep diri negatif.
a. Konsep Diri Positif
Menurut Susana, dkk (2006:19) seseorang dikatakan memiliki
konsep diri yang positif bila mempunyai penghargaan diri yang
tinggi. Penghargaan diri yang tinggi dapat dilihat dari cara seseorang
dalam memperlakukan diri sendiri, menghargai kemampuan yang
dimiliki dan memanfaatkanya semaksimal mungkin, dan menerima
kekurangan yang ada dalam diri. Dengan menerima diri, seseorang
percaya akan kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga akan
terbentuk konsep diri yang positif.
Lima hal yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki konsep diri
positif, yaitu:
1) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
2) Ia merasa setara dengan oran lain.
3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

4) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui
masyarakat.
5) Ia

mampu

memperbaiki

mengungkapkan

dirinya

aspek-aspek

karena

kepribadian

ia

sanggup

yang

t i da k

disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Seseorang yang memiliki konsep diri positif selalu berusaha
menerima dan menghargai keadaan dirinya apa adanya. Jika kita
diterima dan dihormati oleh orang lain, maka kita cenderung dapat
menerima dan menghormati keadaan diri kita sendiri. Konsep diri
positif

mendorong seseorang untuk selalu berfikir, bersikap dan

bertindak secara positif. Selain itu, konsep diri positif diperoleh dari
penerimaan, penghargaan dan kasih sayang yang diberikan oleh
orang- orang terdekat.
b. Konsep Diri Negatif
Konsep diri negatif terbentuk dari rasa tidak suka terhadap
keadaan dirinya. Konsep diri negatif tersebut akan mendorong
seseorang

memiliki

sikap

negatif.

Misalnya

saja

memiliki

kepercayaan diri yang pesimis yaitu merasa dirinya bodoh dan tidak
mampu dan selalu mengeluh. Konsep diri negatif juga membuat
seseorang merasa tidak dihargai, tidak dicintai dan juga malas.
Menurut Brooks (Rakhmat, 2005:131), terdapat lima tanda orang
yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

1) Peka terhadap kritik
Individu tidak tahan terhadap kritik dari orang lain, sehingga
dia mudah marah atau naik pitam. Kritik sering kali dianggap
sebagai usaha untuk menjatuhkan harga diri, sehingga individu
cenderung

menghindari

pembicaraan

terbuka

dan

tetap

mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang
keliru.
2) Responsif terhadap pujian
Individu akan berpura-pura menghindari pujian, tetapi tidak
dapat menyembunyikan antusiasmenya saat menerima pujian.
Segala hal yang menunjang harga dirinya akan menjadi pusat
perhatiannya.
3) Mengeluh
Individu menampakkan perilaku selalu mengeluh, mencela
atau meremehkan apapun dan siapa pun. Mereka tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan pada kelebihan orang lain.
4) Merasa tidak disenangi orang lain
Individu merasa tidak diperhatikan. Individu tidak akan
mempersalahkan dirinya sendiri, tetapi akan menganggap
dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.
5) Pesimis
Individu menganggap tidak berdaya dalam melawan
persaingan yang merugikan diri sendiri.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

3. Aspek- Aspek Konsep Diri
Beberapa aspek yang mendasari perkembangan konsep diri menurut
Fitts (Agustiani, 2009:141), yaitu:
a.

Diri-Fisik
Diri-fisik merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu
yang dimiliki oleh individu seperti bentuk tubuh (tinggi, pendek,
kurus, gemuk), pakaian, kesehatan serta penampilan diri. Gambaran
tentang tubuh merupakan hal penting yang mendasari individu
berfikir dan menilai keadaan dirinya sebagai laki-laki atau
perempuan.

b. Diri Etik-Moral
Diri etik-moral merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini
menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan,
kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaan dan nilai- nilai
moral yang dipegang, yaitu batasan baik dan buruk.
c. Diri-Pribadi
Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau
hubungan dengan orang lain, namun dipengaruhi oleh sejauh mana
ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

d. Diri-Keluarga
Diri keluarga merupakan perasaan dan harga diri individu dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan
seberapa jauh individu merasa berharga terhadap dirinya sebagai
anggota keluarga dan terhadap peran dan fungsi yang dijalankan
sebagai anggota keluarga.
e. Diri-Sosial
Diri-sosial merupakan penilaian individu terhadap interaksi
dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitar. Bagi remaja,
adanya penerimaan dan pengakuan sosial dari kelompok dan teman
sebaya menjadi suatu dasar untuk perkembangan setiap perilakunya.
Aspek-aspek yang membentuk konsep diri menurut Bromky (Burns,
1993:210), yaitu:
a. Aspek Fisik
Aspek fisik merupakan penilaian individu terhadap segala
sesuatu yang dimiliki oleh individu seperti bentuk tubuh, pakaian,
kesehatan, dan penampilan. Gambaran individu tentang tubuh
merupakan hal penting dari aspek fisik yang mendasari individu
dalam berfikir dan menilai tentang keadaan dirinya sebagai laki-laki
atau perempuan.
b.

Aspek Sosial
Aspek sosial merupakan bagaimana peran sosial yang dimainkan
oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap baik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

buruknya perbuatan mereka. Aspek ini mencakup hubungan individu
dengan keluarga dan hubungan individu dengan lingkungan.
c. Aspek Moral
Aspek moral meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
memberi arah dan tujuan bagi kehidupan individu. Aspek moral juga
berkaitan dengan perasaan individu mengenai hubungannya dengan
Tuhan dan penilaian tentang sesuatu yang dianggap baik dan tidak
baik oleh individu.
d. Aspek Psikis
Aspek psikis meliputi pikiran, perasaan dan sikap-sikap individu
terhadap dirinya sendiri. Aspek psikis berkaitan dengan sifat,
karakter maupun perasaan individu yang muncul ketika menghadapi
situasi tertentu.
Hurlock (1978 :58) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki dua
aspek yaitu :
a.

Aspek Fisik.
Aspek ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu
mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting
tubuh, dan perasaan gengsi di hadapan orang lain yang disebabkan
oleh keadaan fisik individu. Hal penting yang berkaitan dengan
keadaan fisik individu adalah daya tarik dan penampilan tubuh
dihadapan orang lain. Individu dengan penampilan yang menarik
cenderung mendapatkan sikap sosial yang menyenangkan dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

penerimaan sosial dari lingkungan sekitar yang akan menimbulkan
konsep yang positif bagi individu.
b. Aspek Psikologis.
Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis
dirinya, seperti rasa percaya diri, harga diri, serta kemampuan dan
ketidakmampuannya. Penilaian individu terhadap keadaan psikis
dirinya, seperti perasaan mengenai kemampuan atau ketidak
mampuannya akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga
dirinya. Individu yang merasa mampu akan mengalami peningkatan
rasa percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan
tidak mampu akan merasa rendah diri sehingga cenderung terjadi
penurunan harga diri.

4. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri bukan merupakan pembawaan sejak lahir, melainkan
berasal dari pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain pada
masa anak- anak. Konsep diri berawal dari pengalaman anak saat berada
di lingkungan rumah dan merupakan pengalaman dengan semua anggota
keluarga. Ketika usia lebih dewasa, pergaulan akan meningkat meliputi
orang-orang yang berada diluar rumah. Dari sinilah anak mulai melihat
keadaan diri melalui pendapat orang lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24

Beberapa tokoh penting yang dapat mempengaruhi perkembangan
konsep diri remaja (Hardjana, 1993:16), yaitu:
a. Orangtua
Orangtua menjadi faktor pertama dalam pembentukan konsep diri
anak. Ikatan emosional yang pertama kali dirasakan anak adalah
dengan orangtua. Orangtua yang tulus menerima keadaan anak akan
membantu anak memandang dirinya pantas untuk dicintai dan
disayangi oleh orang lain maupun dirinya sendiri. Sebaliknya, jika
orangtua tidak menunjukkan penerimaan terhadaap anak, maka anak
akan cenderung ragu-ragu apakah mereka pantas untuk diterima oleh
orang lain serta dirinya sendiri.
b. Saudara sekandung
Hubungan

dengan

kakak atau adik juga

penting bagi

perkembangan konsep diri. Perlakuan dari kakak atau adik akan
membentuk peran tersendiri sesuai dengan posisi dalam keluarga.
Misalnya saja sebagai anak pertama, akan diperlakukan sebagai
sosok pelindung untuk adik-adiknya. Akibatnya, akan cenderung
bersikap sebagai pemimpin. Keadaan ini akan mengembangkan
konsep diri yang positif.
c. Teman sebaya
Kehidupan remaja erat kaitannya dengan lingkungan di luar
rumah dan salah satunya adalah dalam kelompok teman sebaya.
Dalam pergaulan dengan teman- teman, apakah disenangi, dikagumi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 25

dan dihormati atau tidak, akan ikut menentukan dalam pembentukan
gambaran diri. Perlakuan yang ditunjukkan teman sebaya dapat
menjadi penguat gambaran diri yang dimiliki, tetapi juga dapat
membuyarkan gambaran diri yang telah terbentuk sebelumnya.

C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Masa peralihan ini ditunjukkan oleh
beberapa perubahan yang terjadi pada diri remaja, misalnya saja
perubahan pada aspek fisik disertai dengan perubahan pada perilaku dan
juga perubahan pada sikap.
Menurut Papalia (2009:8) masa remaja adalah peralihan masa
perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 sampai masa
remaja akhir atau usia dua puluhan awal, serta melibatkan perubahan
besar dalam aspek fisik, kognitif dan psikososial yang saling berkaitaan.
Sedangkan menurut Mappiare (Ali & Asrori, 2004:9), masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun samapi dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Pandangan menurut Piaget (Hurlock, 1980:206) mengatakan bahwa
“Remaja adalah suatu usia dimana indivdu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 26

dirinya berada dibawah tingkatan orang yang lebih tua melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar.”
2. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan adalah petunjuk yang memungkinkan seseorang
mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh
masyarakat dan lingkungan terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu
(Husdarta & Kusmaedi, 2010:36). Tugas perkembangan remaja
difokuskan untuk mencapai kemampuan dalam bersikap secara lebih
dewasa. Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang
ada akan mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri dan
meningkatkan penilaian terhadap kemampuan diri, sehingga akan
menimbulkan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas perkembangan
pada fase berikutnya. Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut
Havighurst (Hurlock, 1980:10) adalah berusaha :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok
yang berlainan jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat.
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa
dan orangtua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 27

Apabila berhasil melaksanakan tugas perkembangan tersebut, ia akan
memperoleh keberhasilan dalam menjalankan tugas perkembangan
selanjutnya. Namun kegagalan dapat mengakibatkan perasaan kurang
bahagia,

penolakan

dan

kesulitan

dalam

melaksanakan

tugas

perkembangan selanjutnya.
Menurut Havighust (Ali & Asrori, 2004:164), tugas perkembangn
memiliki tujuan yang bermanfaat bagi individu. Tujuan tersebut adalah
sebagai:
a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang
diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
b. Member motivasi kepada setiap individu utuk melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang
kehidupannya.
c. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka
hadapi dan tindakan apa yang diharapkandari mereka jika nanti akan
memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Dalam melaksanakan tugas perkembangan, kadang kala ada yang
tidak dapat diselesaikan dengan baik dan ada juga yang mengalami
hambatan.

Tiga

macam

hambatan

dala