PENGARUH MUSIK SIHUTUR SANGGUL PADA PENCIPTAAN TARI KREASI DAERAH BATAK TOBA DI KOTA MEDAN.

PENGARUH MUSIK SIHUTUR SANGGUL PADA PENCIPTAAN TARI
KREASI DAERAH BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DESI PURNAMASARI
NIM 209441001

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT telah melimpahkan
berkah, karunia dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Musik Sihutur Sanggul Pada Penciptaan Tari Kreasi
Daerah Batak Toba Di Kota Medan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi
Pendidikan Seni Tari di Universitas Negeri Medan.
Banyak

sudah

dukungan

dan

bantuan

penulis

dapatkan

dalam


menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
3. Dra.Tuti Rahayu, M,Si. Selaku Ketua Jurusan Sendratasik
4. Nurwani, S.S.T, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari
dan sebagai Dosen Pembimbing II.
5. Yusnizar Heniwaty S.S.T, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I.
6. Seluruh Staf Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khusunya Program
Studi Seni Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi
dalam menyelesaikan perkuliahan
7. Teristimewa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang
tua tercinta Ayahanda Kardiman dan Ibunda Deliana br Tampu Bolon,

yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, kesabaran,
kasih sayang dan Do’anya kepada penulis, serta abangda Deni Hadi
Pransiska, Eko Prandana, Fredi Kurniawan dan Muhammad Zuhri S.P.
8. Hendri Perangin Angin, Inggit Prastiawan, Irfansyah dan Ade Junindra

selaku narasumber
9. Sekolah SMK Raksana 2, sebagai tempat penelitian penulis dalam
penciptaan tari tingkat sekolah, sebagai guru ekstrakulikuler Rahmad S.Pd
10. Seluruh sahabat Seni Tari 3B Rishan, Martha, Golda, Chris Mart, Risty,
Roles, Dedi, Dina, Yunda, dan Nurainun Panjaitan serta teman-teman
yang tidak bisa dituliskan satu per satu.
Penulis berharap semoga kebaikan yang diberikan mendapat balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa dengan balasan berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kesalahan serta kekurangan baik dari isi maupun tata bahasa. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, saya ucapkan terima
kasih.

Medan, September 2014
Penulis

Desi Purnamasari
NIM. 209441001

ABSTRAK

DESI PURNAMASARI, NIM 209441001, Pengaruh Musik Sihutur Sanggul
Pada Penciptaan Tari Kreasi Daerah Batak Toba Di Kota Medan.
Tujuan penelitian ini adalah membahas tentang aransemen musik Batak Toba
Sihutur Sanggul yang sedang trend dikalangan seniman tari yang digunakan
sebagai musik pengiring pada penciptaan tari kreasi daerah sebagai hasil
kreativitas seniman tari yaitu di sanggar tari Nusindo, SMK Raksana 2, Prodi Seni
Tari UNIMED dan Yayasan Pendidikan Siti Hajar.
Untuk Membahas penelitian ini menggunakan teori-teori yang berhubungan
dengan topik seperti pengertian pengaruh, ilmu menata tari (koreografi) dan
kreativitas dalam penciptaan tari.
Metode yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif, dengan populasi
sekaligus sebagai sampel yaitu narasumber, komponis, koreografer. Teknik
pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Maka hasil penelitian ini adalah: I. Aransemen musik Sihutur Sanggul diciptakan
Hendri Perangin Angin dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Bagian 1. Sebagai
pembawa melodi adalah alat musik Taganing, bagian 2. Alat musik Sulim dan
Hasapi sebagai pembawa melodi, bagian 3. Alat musik Sarune Bolon, digunakan
sebagai pembawa melodi. Aransemen musik ini kemudian dimanfaatkan oleh
masing-masing koreografer dalam menciptakan karya sesuai dengan

kreativitasnya, yang disusun berdasarkan: 1. Garapan isi, 2. Garapan Bentuk, dan
3. Teknik, yang dilakukan dengan improvisasi, eksplorasi dan forming. Pengaruh
musik Sihutur Sanggul memberikan inspirasi kepada seniman tari dalam
menciptakan tari kreasi baru. II. kreativitas masing-masing koreografer memiliki
ciri yang berbeda-beda. 1. Irfansyah, lebih pada tatanan komposisi kelompok,
dengan menggunakan properti Cawan, Patung Sigale-gale dan Tandok. 2.
Rahmad, ide dasar berawal dari rangsang audio visual, dengan menggunakan
properti Tandok dan Cawan. 3. Ade Junindra, lebih pada teknik pemakaian
properti, dengan menggunakan properti patung Sigale-gale dan Cawan. 4. Inggit
Prstiawan, lebih mengutamakan pada penggarapan tema, dengan menggunakan
properti Cawan. Musik Sihutur Sanggul yang menjadi trend dikalangan seniman
memiliki dampak yaitu: mempermudah koreogrfer dalam menciptakan tari,
dokumentasi tari semakin beragam, memotivasi komposer dan koreogrfer dalam
menciptakan karya, bagi komposer mempopulerkan namanya.
Kata kunci: Musik Sihutur Sanggul

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Prestasi yang Dicapai Oleh Hendri Perangin Angin…………………….. ..


38

Tabel 4.2 Penciptaan Tari Oleh Empat Koreogrfer…………………………………

65

Tabel 4.3 Elemen Dasar Tari………………………………………………………..

82

vii

DAFTAR GAMBAR

Foto 4. 1 Dance Prperty, Cawan, Tandok dan Sigale-gale
(Dok. Desi Purnamasari, 2014)………………………………………………… 78
Foto 4.2 Ulos yang digunakan dalam tari kreasi daerah Batak Toba
(Dok, www.bing.com/images/search?q=Budaya+Batak+Toba&form=restab).... 79

viii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Partitur Musik Sihutur Sanggul…………………………………………

94

Lampiran 2 Gambar Alat Musik Batak Toba Pada Musik Sihutur Sanggul………..

109

Lampiran 3 Biodata Narasumber……………………………………………………

111

Lampiran 4 Daftar Wawancara……………………………………………………...

113

Lampiran 5 Daftar Riwayat Penulis………………………………………………...


119

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara, etnis yang mendiami
provinsi ini ada 9 1 suku, diantaranya adalah, suku

Melayu, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Simalungun, Karo, Nias, dan Pak-pak Dairi.
Selain suku tersebut yang berada di kota Medan adalah sebagai suku pendatang
yang mendiami wilayah tersebut seperti: Suku Jawa, Minang, Banjar dan lain
sebagainya. Segala aktivitas masyarakatnya berpusat di kota Medan, baik itu pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesenian dan lain sebagainya. Aktivitas
yang dijalankan pun berbeda-beda, sesuai dengan kegiatan masyarakat itu sendiri.

Dengan memiliki beragam suku di kota ini, maka beragam juga bentuk kesenian
yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.
Kesenian di kota ini terus dilestarikan dan dikembangkan dengan cara
mempertunjukan hasil-hasil karya yang diciptakan oleh seniman itu sendiri sesuai
dengan bidangnya masing-masing, seperti, seni rupa, musik, tari, teater, dan
fotografer. Seni musik dan tari telah menjadi bagian dari setiap acara-acara
tertentu, seperti acara penyambutan tamu agung, peresmian, acara adat dan lain
sebagainya. Sehingga kesenian yang ada di kota Medan tetap berkembang.
Suku asli kota Medan adalah suku Melayu, hal tersebut ditandai dengan
adanya bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun. Medan sebagai pusat

1

Wawancara dengan tokoh suku Mandailing

pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dan tempat untuk pendatang mencari
nafkah. Selain suku Melayu, suku-suku setempat dan suku-suku lain dari
Sumatera Utara juga mendiami wilayah tersebut. Saat ini suku jawa menjadi suku
dominan diikuti dengan suku Batak (Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Pak-pak
Dairi), kemudian suku Tionghoa, selanjutnya Suku Tapanuli Selatan, lalu suku

melayu, dan terakhir diikuti dengan suku Aceh 2, dari pernyataan tersebut suku
SUMUT yang banyak mendiami kota Medan, salah satunya adalah suku Batak
Toba. Uniknya masyarakat di luar Sumatera Utara mengenal kota Medan dengan
suku Batak, hal ini dikarenakan kepiawaian suku Batak dalam bernyanyi, dan
kepiawainnya tidak hanya bernyanyi tetapi dalam menciptakan komposisi musik
untuk lagu dan komposisi musik dalam mengiringi tarian. Selain itu,ciri khas
bahasa yang agak keras dalam pengucapannya, serta banyaknya suku Batak yang
ada di wilayah ini, dari 9 suku 6 diantarnya adalah suku Batak.
Tari dan musik saling berkaitan antara satu sama lain, tari tidak terlepas
dari musik, akan tetapi musik bisa lepas dari tari. Seorang komponis menciptakan
musik sesuai dengan konsep yang diinginkan, bukanlah ditujukan untuk
menghasilakan sebuah tari kreasi baru, tetapi musik

tersebut hanya untuk

kebutuhan di dunia musik sebagai komersial 3 . Banyak musik yang telah ada
dimanfaatkan oleh koreografer sebagai pendukung dari tari yang diciptakan.
Adapun musik dan tari yang baru digarap oleh koreografer dan seorang komponis
sifatnya untuk komersil, bagaimana karya mereka bisa diterima masyarakat
dengan tampilan yang memukau, diacara-acara tertentu.

2

(http://www.ceritamedan.com/2013/09/mengenal-suku-di-medan.html)
sesuatu yang menghasilkan finansial atau bisnis

3

Fenomena seperti ini sering terjadi dikalangan seniman tari serta guru
sekolah, kebanyakan koreografer menggunakan musik yang sudah ada, atau
musik yang sedang trend pada zamannya, rangsang auditif atau rangsang
pendengaran inilah yang menjadi kecenderungan seniman ataupun guru sebagai
tim pengajar di sekolah-sekolah untuk menggunakan musik trend sebagai musik
pengiring tari, dapat diambil contoh, musik Melayu seperti: Yadana, Zapin
Kemilau, Laksmana Raja Di Laut, bahkan musik yang berasal dari Malaysia
seperti:Balqis, Cindai dan masih banyak contoh musik Melayu lainnya, sedangkan
dari etnis batak seperti: Musik Sihutur Sanggul, Kijom-kijom Endeng-Endeng, Eta
Mangalop Boru, dan musik-musik etnis lainnya, pada dasarnya para seniman tari
selalu menciptakan tari kreasi baru karena ada musik baru yang sedang tren
dikalangan seniman dan guru-guru sekolah yang ada. Karya yang diciptakan
seorang koreografer terkadang memiliki estetika yang tinggi dan tatanan
penciptaan yang baik sesuai dengan ilmu koreografi yang dimiliki masing-masing
koreografer, begitu juga dengan guru seni budaya. Namun, hasil karya yang
diciptakan oleh guru seni tari berbeda dengan seniman tari, hal tersebut
dikarenakan tari yang diciptakan guru tersebut ditujukan kepada siswa, dan siswa
tersebut hanya memiliki kemampuan dasar untuk menari, sehingga gerakan yang
diberikan oleh guru cukup sederhana agar mudah diterima oleh siswa. Tidak salah
menciptakan tari dengan musik yang telah ada akan tetapi, lebih baik penciptaan
tari diiringi dengan penciptaan musik yang khusus mengiringi tari yang
diciptakan, sehingga tari dan musik tersebut menjadi karya yang dipakemkan.

Kecenderungan mengikuti musik yang lagi trend dikalangan seniman
inilah yang menjadi problema dikalangan seni tari dalam penciptaan tari kreasi.
Tidak disalahkan kecenderungan tersebut sebab dengan seperti itu seniman tari
akan memikirkan ide-ide baru yang akan diciptakan dengan musik yang sudah
ada, akan tetapi musik yang mereka gunakan sebagai musik pengiringtari kreasi,
sering tidak sesuai dengan tema dari musik yang ada. Jika musik tersebut akan
digunakan sebagai musik pengiring, maka koreografer harus dapat memilih musik
yang tepat untuk dijadikan musik pengiring yang sesuai dengan penciptaan tari
kreasi daerah.
Seperti yang di kemukakan sebelumnya tentang kepiawain seniman batak
dalam menciptakan komposisi musik banyak lagu-lagu Batak yang dijadikan
musik pengiring tari pada koreografer, musik Satu Tiga, Hatta Sopisik, Palti Raja,
dan Sihutur Sanggul. Banyak musik yang digunakan sebagai pengiring tarikreasi
daerah,

baik

musik Melayu,

Nias,

Tapanuli

Selatan,Tapanuli

Tengah,

Simalungun, Karo, Pak-pak Dairi, dan Tapanuli Utara. Namun, musik Sihutur
Sanggul yang paling banyak dipakai koreografer dan guru seni tari dalam
mengiringi ciptaannya. Musik Sihutur Sanggul diaransemen oleh Hendri
Paranginangin ketua dari kelompok musik Insidental. Pada mulanya, musik ini
diaransemen bukanlah ditujukan untuk musik tari, tetapi ketertarikan pada melodi
yang terdapat dalam musik Sihutur Sanggul. Musik Sihutur Sanggul di dalamnya
memiliki nilai-nilai tersendiri, aransemen tersebut menghadirkan berbagai versi
musik yang memiliki kekuatan tersendiri.

Musik ini dibagi menjadi tiga bagian dalam aransemen musiknya, yaitu:
bagian pertama alat musik Taganing dijadikan sebagai melodi. Bagian kedua
masuk alat musi Hasapi, Sulim sebagai pembawa melodi dan Taganing sebagai
pengiring.Bagian ketiga bernuansa Gondang Sabangunan yang menjadi melodi
adalah Sarune Bolon dan Taganing. Aransemen musik ini ditujukan pada
masyarakat sebagai hiburan, dan musik ini diterima oleh masyarakat dengan
warna baru dari musik sebelum diaransemen. Tahun 2005 Taman Budaya
Sumatera Utara menjadi pertunjukan musik Sihutur Sanggul untuk pertama
kalinya. Sihutur Sanggul memiliki arti sanggul yang bergoyang (wawancara
Hendrik Paranginangin).
Musik Sihutiur Sanggul yang digunakan sebagai musik pengiring tari
memiliki bermacam-macam kreativitas dalam karya tari yang diciptakan oleh
koreografer, sehingga kebanyakan masyarakat banyak mengatakan bahwa judul
sebuah tarian bukan sebuah komposisi lagu. Musik Sihutur Sanggul ini memiliki
tempo yang cepat dan komposisi musik yang meriah, sehinggga karya yang
diciptakan selalu mengikuti tempo dari musik tersebut. Jika hasil karya yang
memiliki seni yang tinggi seorang koreografer harus memiliki tatanan karya yang
baik, sesuai dengan komposisi tari yang telah ada. Pengaruh musik yang memiliki
tempo cepat dan musik yang meriah menambah semangat koreografer untuk
menciptakan tari dari musik Sihutur Sanggul itu sendiri. Meskipun musik ini
sudah diaransemen namun alat musik yang menjadikan ciri khas dari etnis
Tapanuli Utara ini tidak dihilangkan seperti, alat musik Taganing, Saruling Bolon,

Uning-uningan, Hasapi, Gondang Sabangunan dan alat musik modern juga
menjadi bagian dari terciptanya musik Sihutur Sanggul ini.
Wadah pengaplikasian dari ide-ide seniman tersebut adalah di Taman
Budaya Sumatera Utara, tempat ini menjadi pusat kesenian di kota Medan, segala
bentuk kesenian ada di dalamnya, seperti, tari, musik, teater dan lainnya. Tempat
ini tidak hanya untuk menciptakan hasil karya yang baru saja akan tetapi tempat
ini juga sebagai tempat melestarikan tari-tari tradisional, seni-seni yang lain dan
sebagai tempat pertunjukan seni. Guru seni tari banyak berperan aktif di Taman
Budaya khususnya di sanggar-sanggar tari yang berdomisi di TBSU. Sanggarsanggar tari yang ada di dalamnya adalah sanggar tari Patria, Nusindo, LPS
Semenda, Lak-lak, Pesona Budaya, Citra Budaya, dan kelompok musik yang
berdomisili di TBSU adalah Metronom dan Insidental. Dari beberapa sanggar
yang ada peneliti mengambil satu sanggar tari yaitu: Sanggar Nursindo, dan satu
kelompok musik Insidental, sebagai sampel dalam penelitian ini. Serta sekolah
dan karya dosen Universitas Negeri Medan, jurusan Sendratasik Prodi Pend Seni
Tari.
Setelah melihat fenomena yang ada maka timbul ketertarikan penulis
untuk mengkaji Pengaruh Musik Sihutur Sanggul Pada Penciptaan Tari Kreasi
Daerah Batak Toba Di Kota Medan, sehingga penulis dapat memahami kaitan
antara tari dan musik begitu juga dengan seniman yang terkait didalamnya.

B. Identifikasi Masalah
Menurut Iskandar (2010:163-164) menyatakan bahwa:
“Identifikasi masalah merupakankelanjutan dari latar belakang
masalah, di dalam latar belakang masalah sudah dijelaskan faktorfaktor yang menyebabkan masalah, semua faktor tersebut kita teliti,
namun dikarenakan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan dan
referensi yang relevan, maka tidak semua factor yang menyebabkan
masalah tersebut kita teliti. Untuk lebih mendalam, peneliti memilih
beberapa saja faktor-faktor yang sangat uragenyang mempunyai
pengaruh terhadap variabl yang hendak diteliti”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncullah pertanyaanpertanyaan seputar Pengaruh Musik Sihutur Sanggul Pada Penciptaan Tari
Kreasi Daerah Batak Toba Di Kota Medan dan pertanyaan- pertanyaan tersebut
menjadi permasalah baru yang menarik untuk dijadikan pokok bahasan.
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ditemukan
pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Sejauh manakah peranan musik pengiring tari pada penciptaan tari kreasi
daerah?
2. Sejauh manakah antusias seniman tari terhadap hak cipta musik pengiring tari?
3. Bagaimana pengaruh musik Sihutur Sanggul terhadap koreografer dalam
penciptaan tari?
4. Faktor apa sajakah seniman tari membuat musik pengiring sesuai dengan
penciptaan tari kreasi daerah?
5. Bagaimana bentuk kreativitas yang dilakukan dalam penciptaan tari pada
musik Sihutur Sanggul?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat

luasnya

cakupan

masalah

yang

diidentifikasikan

sertaketerbasan waktu, dana dan kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu
mengadakan pembatasan masalah untuk memudahkan masalah yang diihadapi
dalam penelitian. Batasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batasbatas

permasalahan

dengan

jelas,

yang

memungkinkan

kita

untuk

mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk kedalam ruang lingkup
permasalahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2003:30) yang mengatakan
bahwa:
“Dalam merumuskan masalah ataupun membatasi permasalahan
dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada
kesenangan peneliti.Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam
mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum
kedalam beberapa pertanyaan yang jelas.”
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membatasi masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh musik Sihutur Sanggul terhadap koreografer dalam
penciptaan tari?
2. Bagaimana bentuk kreativitas yang dilakukan dalam penciptaan tari pada
musik Sihutur Sanggul?

D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka untuk lebih memfokuskan dan
memutuskan masalah yang akan diteliti, maka masalah harus dirumuskan. Dalam

rumusan masalah kita akan mampu memperkecil batasan-batasan yang telah
dibuat dan sekaligus berfungsi untuk lebih mempertajam arah penelitian. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:281) yang menyatakan bahwa: “Supaya
masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu
dirumuskan secara spesifik”.
Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar
belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Bagaimanakah Pengaruh
Musik Sihutur Sanggul Pada Penciptaan Tari Kreasi Daerah Batak Toba Di Kota
Medan?”

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan, yang merupakan suatu
keberhasilan penelitian yaitu tujuan penelitian, dan tujuan penelitian merupakan
jawaban atas pertanyaan dalam penelitian. Berhasil tidaknya suatu kegiatan
penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam penelitiaan ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh musik Sihutur Sanggul terhadap
koreografer dalam penciptaan tari.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kreativitas yang dilakukan dalam
penciptaan tari pada musik Sihutur Sanggul.

F. Manfaat Penelitian
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia manfaat adalah guna tau faedah.
Setiap penelitian pasti memperoleh hasil yang bermanfaat, yang dapat digunakan
oleh peneliti, khalayak umum, maupun instansi tertentu. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah :
1. Sebagai media informasi bagi seniman yang ada di kota Medan.
2. Sebagai bahan masukan bagi seniman-seniman di kota Medan.
3. Sebagai motivasi bagi para seniman untuk berkarya.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti penciptaan
tari kajian musik pengiring.
5. Sebagai salah satu bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya Program
Studi Seni Tari, Universitas Negeri Medan.