Metafora Emosi dalam Bahasa Batak Toba
Telangkai Bahasa dan Sastra, Januari 2015, 34-41 Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266
Tahun ke-9, No 1
METAFORA EMOSI DALAM BAHASA BATAK TOBA
Martha Pardede Fakultas Ilmu Budaya USU [email protected]
Abstrak
Kajian ini ini mengungkapan koseptual metafora untuk verbal emosi di dalam Bahasa Batak Toba. Data adalah cerita rakyat yang dikumpulkan oleh Prof. Drs. L. D. Siagian di dalam bukunya yang berjudul Turi-Turian ni Halak Batak. Pendekatan menggunakan teori Aristoles, teori Mooji dan dibantu oleh kajian Semantik dibantu oleh Klasifikasi Majas seperti yang diberikan oleh Moeliono. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan hasil yang ditemukan adalah bawah metafora emosi dalam Bahasa Batak Toba selalu dihubungkan dengan bagian tubuh manusia, tempat dan atau wadah, tanaman kemudian penyakit dan benda-benda yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Kata Kunci: konseptual, metafora, Bahasa Batak Toba
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak jaman Aristoteles (348-342 SM) metafora dalam bahasa sudah menjadi bahan penelitian yang penting. Aristoteles mengagumi metafora sebagai “the greatest thing by far”, sedangkan Ezra Pound mendukung pernyataan Aristoteles dengan mengatakan metafora sebagai “the hall mark of genious”. (2000: 255).
Penulis sendiri, sejak memberikan mata kuliah Poetry sudah bersinggungan dengan metafora, namun mempelajari secara mendalam dengan menghubugkannya dengan ilmu bahasa yakni semantik, kebudayaan, baru penulis lakukan ketika mengikuti program doktoral.
Di dalam Oxford Consice Dictionaryof Linguistic (1955: 244) metafora didefinisikan sebagai berikut: “Figure of speech in which a word or expressionnormally used of one kind of object, action, etc, to extend to another. This may lead to metaphoric change in meaning, this what is now normally sense of loving is in perigin a methaphorical extension from the basic sense full of lies”.
Dari definisi diatas dapat kita artikan bahwa metafora merupakan perluasan konsep di dalam suatu ungkapanmenjadi ungkapan lain dan membentuk makna metaforis. Di dalam A Hand Book to Literature dikatakan bahwa metafora adalah “An analogy identifying one object with anothe and ascribing to the first object or more of the qualities of the second”
Dalam hal ini istilah aspect yang dipakai oleh IA Richard di dalam metafora yakni aspek tenor, vehicle dan ground dapat dipakai, sekaligus menunjukkan hubungan metafora dan semantik. Menurut Richard (1965: ketiga aspek tersebut membedakan metafora: vehicle adalah metafora yang digunakan atau sumber metafora, tenor
34
Martha Pardede
merupakan makna metafora dari vehicle, dan ground adalah dasar perluasan makna metafora dan berkaitan di antara vehicle dan tenor.
Makna sendiri dibagi menjadi dua, yakni yang pertama makna pusat atau central yaitu sebuah makna yang dimiliki suatu unsu bahasa dan digunakan untuk mengabstraksikan suatu gagasan atau peristiwa yang berada diluar bahasa, pemahaman atas makna yang tidak membutuhkan konteks dan disebut makna denotative. Yang kedua adalah sampingan taitu makna lain selain makna pusat, berbentuk karena adanya makna tambahan yang dipengaruhi olek konteks. Makna ini disebut makna metaforis atau makna yang dialihkan, conotative.
Banyak ahli memberikan batasan metafora. Mooji (1936: 1) mengatakan bahwa metafora merupakan majas yang kerap digunakan dalam berbagai bentuk komunikasi kebahasaan, dalam bahasa sehari-hari, artikel dalam koran, iklan, tulisan ilmiah, filsafat, juga di dalam novel atau puisi. Menurut Mooji metafora banyak digunakan karena metafora mampu menjelaskan situai, konsep atau gagasan secara ringkas dan lebih jelas daripada kalau diungkapkan secara harafiah. Metafora juga lebih efektif untuk menerangkan sesuatu yang baru karena metafora memampilkan kita untuk menjelaskan sesuatu melalui sesuatu yang sudah dikenali sebelumnya.
Di dalam bahasa Indonesia, metafora bersinonim dengan majas. Kata dan ungkapan ditafsirkan menurut arti harafiahnya dan menurut arti majas. Arti harafiah tersebut yaitu yang sama dengan denotasi sedangkan arti majas diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan.Moeliono memberika klassifikasi majas dalam empat kelompok, yakni majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertalian dan majas ironi (1989: 175-176).
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2000: 298) emosi didefenisikan sebagai ungkapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau sebagai suatu keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kegembiraan yang bersfat subjektif. Berdasarkan penellitian emosi diperoleh empat kata emosi dasar yakni senang, sedih, marah dan takut. Emosi sebagai suatu keadaan perasaan yang alami seseorang pada suatu situasi tertentu dapat diketahui melalui ekspressi verbal disamping non verbal seperti mimik.
Metafora berhubungan erat dengan emosi karena cara berpikir, kata-kata dan yide yang dipikirkan adalah substansi fisik emosi atau perasaan, sehingga untuk memperjelas ekspressi emosi yang bersifat abstrak digunakan sumber yang kongkrit. Bahren Umar Siregar dalam makalah yang berjudul Emosi dan Kebudayaan dalam metafora, denganmerujuk kepada beberapa penelitian sebelumnya mengatakan:”....semua bahasa mempunyai strategi verbal untuk menyampaikan emosi”.
2. Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengungkapan verbal emosi dalam Bahasa Batak Toba.
3. Tujuan Penelitian
Mengungkapkan konseptual metafora untuk verbal emosi dalam Bahasa Batak Toba.
35
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah kwalitatif diskriptif dengan memfokuskan pada analisis metafora emosi dalam Bahasa Batak Toba. Kajian yang dilakukan adalah kajian bidang bidang semantik dibantu oleh klassifikasi majas sepert yang diberikan oleh Moeliono (1989) 1.5 Sumber Data adalah kumpulan cerita rakyat Batak yakni Turi-Turian ni Halak Batak. Data adalah teks cerita rakyat Batak sebanyak lima belas ceritera. Alasan pemilihan sumber data ini adalah pertimbangan bahwa banyak ungkapan metafora Bahasa Batak Toba yang tidak lazim digunakan lagi di kalangan masyarakat Batak Toba di Medan. Ungkapan metafora emosi yang dapat dikumpulkan adalah sebanyak tiga puluh buah yang mencakup metafora emosi yang menggambarkaan perasaan sedih, senang, marah, sayang sabar dan takut.
PEMBAHASAN
Metafora emosi yang akan dibicarakan meliputi perasaan sedih, gembira, marah, sabar dan ungkapan yang menunjukkan rasa sayang dan takut.
1. Rasa` Sedih
Rasa sdih dalam Bahasa Batak Toba muncul dalam beberapa ungkapan metaforis yang dihubungkan dengan roha atau hati dan pangkilalaan atau perasaan. Ungkapanungkapan yang berhubungan dengan rasa sedih tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gotos Roha Gotos Roha seperti di dalam kalimat: Gotos rohana di parmate ni anakna i Sedih hatinya karena kematian anaknya Gotos artinya putus (tali) Disini rasa seih dimeforakan dan dibandingkaan dengan tali yang putus.
2. Lungun Roha Lungun roha seperti di dalam kalimat: Lungun roha ni Si Tapiomas N aUasan di parborhat ni ibotona i Sedih hati Si Tapiomas Na Uasan karena keberangkatan abangnya. Lungun adalah ungkapan yang dipakai untuk menerangkan suasana tempat, dimana tidak ada kedengaran suara atau senyap. Disini rasa sedih dimetaforakan dan dibandingkan dengan tempat yang sunyi, tidak ada suara.
3. Gok Roha Gok Roha seperti dalam kalimat: Gok rohana sampe ndang boi mandok manang aha Gok adalah ungkapan yang menerangkan wadah dan tempat ,yakni penuh Disini hati yang sedih dimetaforakan dan dibandingkan dengan wadah yang penuh
4. Ponjot Roha Ponjot roha seperti di dalam kalimat: Ponjot rohana mamereng pangalaho ni anak nai Sedih hatinya melihat kelakuan anaknya
36
Martha Pardede
Ponjot adalah ungkapan untuk menerangkan kondisi tempat yang penuh atau wadah yang kepenuhan. Disini perasaan dimetaforakan dan dibandingkan dengan tempat tang penuh yang hampir pecah karena kepenuhan 5. Hansit roha Hansit rohana seperti dalam kalimat berikut: Hansit rohana di dongkon ibana panangko Sakit hatinya dituduh pencuri Hansit adalah ungkapan untuk mengatakan sakit.Karena itu kita dapat melihat rasa sedih itu dimetaforakan dan dibandingkan dengan penyakit. 6. Malala rohana Malala rohana seperti dalam kalimat berikut: Malala rohana ditinggalhon natorasna Sedih hatinya ditinggalkan orangtuanya Malala adalah ungkapan untuk menerangkan kondisi suatu benda yang utuh atau padat yang kemudian melebur. Disini melihat perasaan sedih dimetaforakan dan dibandingkan dengan benda padat yang kemudian melebur. 7. Bernit pangkilalaan Bernit pangkilalaan seperti di dalam kalimat berikut: Bernit pangkilalaanna parborhat ni tungga ni dolina Sedih hatinya sepeninggal suaminya Bernit adalah ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan parahnya penyakit Disini perasaan sedih digambarkan atau dimetaforakan dan dibandngkan dengan penyakit yang parah. 8. Malengleng pangkilalaanna Malengleng pangkilalaan seperti di dalam kalimat berikut: Malengleng pangkilalaanna mamereng pangalaho ni anakna i. Sedih perasaannya melihat tingkah laku anaknya Malengleng sama artinya dengan malala yaitu ungkapan yang dipakai untuk menerangkan benda padat yang lebur dan lumat. Disini perasaan sedih dimetaforakan dengan penda padat yang hancur lebur bahkan lumat. 9. Marsiak pangkilalaan Marsiak pangkilalan seperti terdapat di dalam kalimat berikut: Marsiak pangkilalaan ni dakdanak i hinorhon ni pambahenan ni inang paroninai Menderita perasaan anak itu karena perlakuan ibu tirinya. Kata marsiak datang dari kata siak atau pedas yang ditimbulkan oleh rasa cabe. Disini perasaan sedih digambarkan atau dimetaforakan dan dibandingkan dengan rasa panas dan pedih yang diakibatkan cabe. 10. Marsalaon ate-ate Marsalaon ate-ate seperti terdapat di dalam kalimat berikut: Marsalaon ate-atengku ditinggalhon pardijabu Sedih perasanku ditinggalkan orang rumah( istri) Marsalaon artinya lebam-lebam, seperti kondisi tubuh yang habis dipukuli. Sedangkan ate-ate adalah liver ( hati ) Disini rasa sedih di metaforakan dan digambarkan atau dibandingkan dengan hati yang lebam-lebam karena habis dipukuli.
2. Metafora emosi marah
Metafora emosi marah sepert metafora rasa sih digambarkan dengan memakai bahagian tubuh seperti:
1. Marrara bohina Marrara bohina seperti di dalam kalimat berikut: 37
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
Marrara bohina didokkon ibana panangko Dia marah dia dikatakan pencuri Marrara sebenarnya adalah gambaran warna merah, sedangkan bohi adalah wajah. Disini kita melihat metafora marah itu dipautkan dengan keadaan wajah ketika merasakan emosi marah. Disini metafora yang digunakan adalah metafora keterpautan. 2. Mohop ate-atena Mohop ate-atena seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Mohop ate-atena ala ni hatangkangon ni anakna i Panas hatinya karena kenakalan anaknya Mohop adalah kondisi dari sesuatu benda yang diakibatkan oleh suhu sedangkan ate-ate adalah liver (hati). Disini rasa marah digambarkan atau dimetaforakan dengan hati yang suhunya panas seperti akan meledak. 3. Piri-pirion Piri-pirion seperti digunakan di dalam kalimat berikut; Piri-pirion ibana didongkon mambunu. Marah dia dikatakan membunuh. Piri-piri artinya gemetaran Disini rasa marah digambarkan dengan keadaan ketika marah yakni gemetar. Metafora seperti ini adalah metafora keterpautan. 4. Porhas di tonga ari Porhas di tonga ari seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Murukna i songon porhas di tonga ari Marahnya seperti petir di tengah hari Disini marah dimetaforakan dengan petir di tengah hari. Namun disini dibantu kata songon atau seperti. Metafora sepert ini disebut metafora perbandingan yang merupakan perumpamaan. 5. Mohop simanjujung Mohop simanjujung seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Gabe mohop simanjujungku, dang jolo dipangido di pangke ibana pangguku Jadi marah aku, tidak permisi dulu dipakainya cangkulku Mohop artinya panas Disini rasa marah dimetaforakan dengan suhu yaitu yaitu kepala yang panas. 6. Masar-sar mudar Masar-sar mudar seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Masar-sar mudar na direhei ibana songon na rintik Marah dia diejek seperti orang gila Masar-sar artinya hancur dan menyembur, sedangkan mudar artinya darah. Disini emosi marah dimetaforakan dengan darah yang menyembur.
3. Metafora emosi gembira
Metafora emosi gembira mirip dengan metafora rasa sedih dan marah yaitu dihubungkan dengan bahagian tubuh. Tetapi metafora emosigembira juga dihubungkandengan tumbuhan.
1. Las roha Las roha seperti digunakan di dalam kalimat berikut;
38
Martha Pardede
Ndang tarhatahon las ni rohana di parsorang ni anakna i Tak terkatakan kegembiraannya atas kelahiran anaknya Las artinya hangat, yakni gambaran keadaan sesuat yang diakibatkan suhu.
Dari sini dapat dilihat emosi gembira dihubungknan dengan suhu.
2. Marria-ria Marria-ria seperti digunakn di dalamkalimat berikut: Marria-ria do nasida di pesta i Bergembira mereka di pesta itu. Maria berasal dari kata ria yakni jenis tumbuhan yang menjalar dan buahnya berumpuk-tumpuk. Disini perasaan gembira dimetaforakan dengan tumbuhan yang buahnya banyak dan bertumpuk-tumpuk.
3. Hiras panailina Hiras panailina seperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Nungnga hiras panailina dung mulak anakna i sian pangarantoan Dia sudah senang setelah anaknya pulang dari perantauan Hiras di dalm bahasa Indonesia berarti lincah atau dinamis sedangkan panaili artinya mata. Disini didapati bahwa emosi gembira diputkan dengan kedaan mata ketika merasa gembira.
4. Metafora emosi rasa sayang
Sama dengan metafora rasa sedih, marah dan gembira, metafora rasa sayang dalam bahasa Batak Toba diungkapkan dengan menghubungkan dengan bahagian bada.
1. Urat ni pusu-pusu Urat ni pusu-pususeperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Ho do anak hasianku, urat ni pusu-pusuku Kaulah anak kesayanganku Urat artinya bisa akar, pangkal atau pembuluh darah dan pusu adalah jantung. Sehingga urat ni pusu-pusu artinya pangkal jantung. Disini dapat dilihat bahwa rasa sayang dimetaforakan dengan pangkal jantung yakni bahagian badan yang sangat vital atau penting untu kehidupan yang kalau dia putus akan mengakibatkan kematian.
2. Tampuk ni ate-ate Tampuk ni ate-ate seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Ho do borungku, tampuk ni ate-ateku Kau adalah putri kesayanganku Tampuk artinya tangkai sedangkan ate-ate adalah liver atau hati,yakni bahagian badan yang sangat penting. Disini dapat dilihat emosi rasa sayang itu dimetaforakan dengan bahagian tubuh yang sangat penting, yakni tangkai atau pangkal hati (liver).
3. Nalom ni roha Nalom ni roha sepert digunakan di dalam kalimat berikut: Hamu anangkonku, hamu do nalom ni rohangku Kalian anak-anakku, kalianlah kesayanganku Nalom di dalam bahasa Indonesia berarti harapan Di sini rasa sayang dimetaforakan dengan harapan
4. Impol ni mata Ho do ito impol ni matangku Impol ni mata seperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Kaulah dek kesayanganku Impol berarti keinginan Rasa sayang disini dimetaforakan dengan keinginan atau sesuatu yang
39
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
sangat diinginkan. 5. Hasoloan ni roha
Hasoloan ni roha seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Si Boru Deak Parujar, boru hasoloan ni roha ni amana Si Boru Deak Parujar, putri kesayangn ayahnya Hasoloan berarti disukai
Disini rasa sayang dimetaforakan dengan rasa suka. a. Metafora Emosi sabar Dari sekian metafora emosi, jumlah metafora emosi di dalam Bahasa Batak Toba yang menggambarkan kesabaran hanya dua. Satu masih dhubungkan dengan bahagian atau organ tubuh. 1. Mangapus ate-ate Mangapus ate-ate seperti digunakan di dalam kalimat berikut Diapus ibana ate-atena mamereng na masa i Dia bersabar melihat kejadian itu Diapus artinya diusap. Sedangkan ate-ate adalah hati (liver) Disini dapat dilihat kesabaran di metaforakan dengan mengusap hati (liver) 2. Mombun Mombun seperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Dipaombun ibna do rohana mamereng pangalaho ni anakna i Disabarkannya hatinya melihat kelakuan anaknya Mombun datang dari kata embun. Dipaombun artinya diembunkan. Diembunkan artinya kita meletakkan sesuatu di malam hari sehingga ditimpa embun dan menjadi dingin atau sejuk. Disini dapat dilihat emosi sabar itu dimetaforakan atau dibandingkan dengan sesuatu yang diembunkan agar menjadi dingin atau sejuk b. Metafora Emosi Takut 1. Marsisir imbuluna Marsisir imbuluna seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Marsisir imbuluna mambege soara ni harimo i. Berdiri bulu kuduknya mendengar suara harimau itu Marsisir artinya mengeluarkan bunyi sir. Disini dapat dilihat rasa takut yang dimetaforakan dan dipautkan dengan bunyi bulu kuduk yang mengeluarkan bunyi sir, yakni keadaan ketika muncul rasa takut dimana bulu kuduk berdiri. 2. Hitir-hitir Hitir-hitir seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Hitir-hitir ibana di adu harimo i Ketakutan dia dikejar harimau itu Hitir-hitir artinya gemetar Disini juga dapat dilhat rasa takut dimetaforakan dan dipautkan dengan keadaan tubuh ketika mengalami rasa takut. 3. Angka dotdot Angka dot-dot seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Angka dot-dot ibana mambege soara ni ronggur Ketakutan dia mendengar suara guruh Angka digunakan untuk mengatakan banyak, sedangkan dot-dot berarti gemetar.
40
Martha Pardede
Disini dapat dilihat rasa takut di metaforakan dengan menautkannya dengan keadaan tubuh ketika mengalami ketakutan 4. Langan-langan Langan-langan sepert digunakan di dalam kalimat berikut Langan-langan bohina tingki hadapotan ibana manangko Ketakutan dia ketika kedapatan mencuri. Langan dalam bahasa Batak Toba berarti sunyi, tidak ada apa-apa bahkan tidak ada suara. Disini kelihatan emosi takut dimetaforakan dengan memautkanya dengan keadan wajah yang tidak ada ekspresi, bahkan wajah seperti tidak dialiri darah atau sepert mati yakni wajah yang pucat.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diatas beberapa kesimpulan dapat diambil yakni: 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metafora emosi di dalam Bahasa Batak Toba
selalu dihubungkan dengan bahagian atau organ tubuhyakni roha atau hati (liver) dan pusu-pusu atau jantung,ulu atau kepala, simalolong atau mata, bohi atau wajah,dan mudar atau darahyang dikaitkan dengan suhu dan warna. 2. Metafora emosi di dalam bahasa Natak Toba dihungkan dengan tempat atau wadah. 3. Metafora emosi di dalam Bahas Batak Toba dihubungkan dengan tanaman. 4. Metafora emosi ada yang dihubungkan dengan keadaan penyakit yakni hansit dan bernit. 5. Metafora emosi juga duhubungkan dengan tali dan fenomena alam. 6. Metafora emosi di dalam bahasa Batak secara umum adalah metafora atau majas perbandingan yakni sebanyak 24, dan keterpautan hanya sebagian kecil yakni 6 (enam). 7. Teori Mooji sangat membantu untuk dapat mengeri fenomena yang terdapat di dalam kesimpulan diatas yakni emosi yang sifatnya abstrak dijelaskan dengan membentuk metafora dengan benda konkrit. 8. Pemilihan organ tubuh untuk menjelaskan kondisi emosi dapat dimengerti. Hal ini terjadi karena emosi dikenal setelah proses pengenalan bahagian tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pembentukan metafora adalah cara menerangkan hal yang baru dengan menggunakan benda atau hal-hal yang sudah dikenal.
DAFTAR PUSTAKA
Hermon, William et all. (2000). A Hand Book to Literatur. London: Printice Hall Intl.
Moeliono, AM. (1988). Diksi dan Pilihan Kata Dan Kembara Bahasa. Kumpulan Karangan Tersebar, Jakarta: Gramedia
Moooji, JJA. (1976). A Study of Metaphor. Amsterdam: Word Holland Publishing Company.
Siagian, LD. (1966). Turi-turian ni Halak Batak. Medan: UD Linggom.
Siregar, Bahren Umar. Emosi dan Kebudayaan dalam Metafora (Makalah) Jakarta: Satiwacana.
41
Tahun ke-9, No 1
METAFORA EMOSI DALAM BAHASA BATAK TOBA
Martha Pardede Fakultas Ilmu Budaya USU [email protected]
Abstrak
Kajian ini ini mengungkapan koseptual metafora untuk verbal emosi di dalam Bahasa Batak Toba. Data adalah cerita rakyat yang dikumpulkan oleh Prof. Drs. L. D. Siagian di dalam bukunya yang berjudul Turi-Turian ni Halak Batak. Pendekatan menggunakan teori Aristoles, teori Mooji dan dibantu oleh kajian Semantik dibantu oleh Klasifikasi Majas seperti yang diberikan oleh Moeliono. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan hasil yang ditemukan adalah bawah metafora emosi dalam Bahasa Batak Toba selalu dihubungkan dengan bagian tubuh manusia, tempat dan atau wadah, tanaman kemudian penyakit dan benda-benda yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Kata Kunci: konseptual, metafora, Bahasa Batak Toba
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak jaman Aristoteles (348-342 SM) metafora dalam bahasa sudah menjadi bahan penelitian yang penting. Aristoteles mengagumi metafora sebagai “the greatest thing by far”, sedangkan Ezra Pound mendukung pernyataan Aristoteles dengan mengatakan metafora sebagai “the hall mark of genious”. (2000: 255).
Penulis sendiri, sejak memberikan mata kuliah Poetry sudah bersinggungan dengan metafora, namun mempelajari secara mendalam dengan menghubugkannya dengan ilmu bahasa yakni semantik, kebudayaan, baru penulis lakukan ketika mengikuti program doktoral.
Di dalam Oxford Consice Dictionaryof Linguistic (1955: 244) metafora didefinisikan sebagai berikut: “Figure of speech in which a word or expressionnormally used of one kind of object, action, etc, to extend to another. This may lead to metaphoric change in meaning, this what is now normally sense of loving is in perigin a methaphorical extension from the basic sense full of lies”.
Dari definisi diatas dapat kita artikan bahwa metafora merupakan perluasan konsep di dalam suatu ungkapanmenjadi ungkapan lain dan membentuk makna metaforis. Di dalam A Hand Book to Literature dikatakan bahwa metafora adalah “An analogy identifying one object with anothe and ascribing to the first object or more of the qualities of the second”
Dalam hal ini istilah aspect yang dipakai oleh IA Richard di dalam metafora yakni aspek tenor, vehicle dan ground dapat dipakai, sekaligus menunjukkan hubungan metafora dan semantik. Menurut Richard (1965: ketiga aspek tersebut membedakan metafora: vehicle adalah metafora yang digunakan atau sumber metafora, tenor
34
Martha Pardede
merupakan makna metafora dari vehicle, dan ground adalah dasar perluasan makna metafora dan berkaitan di antara vehicle dan tenor.
Makna sendiri dibagi menjadi dua, yakni yang pertama makna pusat atau central yaitu sebuah makna yang dimiliki suatu unsu bahasa dan digunakan untuk mengabstraksikan suatu gagasan atau peristiwa yang berada diluar bahasa, pemahaman atas makna yang tidak membutuhkan konteks dan disebut makna denotative. Yang kedua adalah sampingan taitu makna lain selain makna pusat, berbentuk karena adanya makna tambahan yang dipengaruhi olek konteks. Makna ini disebut makna metaforis atau makna yang dialihkan, conotative.
Banyak ahli memberikan batasan metafora. Mooji (1936: 1) mengatakan bahwa metafora merupakan majas yang kerap digunakan dalam berbagai bentuk komunikasi kebahasaan, dalam bahasa sehari-hari, artikel dalam koran, iklan, tulisan ilmiah, filsafat, juga di dalam novel atau puisi. Menurut Mooji metafora banyak digunakan karena metafora mampu menjelaskan situai, konsep atau gagasan secara ringkas dan lebih jelas daripada kalau diungkapkan secara harafiah. Metafora juga lebih efektif untuk menerangkan sesuatu yang baru karena metafora memampilkan kita untuk menjelaskan sesuatu melalui sesuatu yang sudah dikenali sebelumnya.
Di dalam bahasa Indonesia, metafora bersinonim dengan majas. Kata dan ungkapan ditafsirkan menurut arti harafiahnya dan menurut arti majas. Arti harafiah tersebut yaitu yang sama dengan denotasi sedangkan arti majas diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan.Moeliono memberika klassifikasi majas dalam empat kelompok, yakni majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertalian dan majas ironi (1989: 175-176).
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2000: 298) emosi didefenisikan sebagai ungkapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau sebagai suatu keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kegembiraan yang bersfat subjektif. Berdasarkan penellitian emosi diperoleh empat kata emosi dasar yakni senang, sedih, marah dan takut. Emosi sebagai suatu keadaan perasaan yang alami seseorang pada suatu situasi tertentu dapat diketahui melalui ekspressi verbal disamping non verbal seperti mimik.
Metafora berhubungan erat dengan emosi karena cara berpikir, kata-kata dan yide yang dipikirkan adalah substansi fisik emosi atau perasaan, sehingga untuk memperjelas ekspressi emosi yang bersifat abstrak digunakan sumber yang kongkrit. Bahren Umar Siregar dalam makalah yang berjudul Emosi dan Kebudayaan dalam metafora, denganmerujuk kepada beberapa penelitian sebelumnya mengatakan:”....semua bahasa mempunyai strategi verbal untuk menyampaikan emosi”.
2. Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengungkapan verbal emosi dalam Bahasa Batak Toba.
3. Tujuan Penelitian
Mengungkapkan konseptual metafora untuk verbal emosi dalam Bahasa Batak Toba.
35
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah kwalitatif diskriptif dengan memfokuskan pada analisis metafora emosi dalam Bahasa Batak Toba. Kajian yang dilakukan adalah kajian bidang bidang semantik dibantu oleh klassifikasi majas sepert yang diberikan oleh Moeliono (1989) 1.5 Sumber Data adalah kumpulan cerita rakyat Batak yakni Turi-Turian ni Halak Batak. Data adalah teks cerita rakyat Batak sebanyak lima belas ceritera. Alasan pemilihan sumber data ini adalah pertimbangan bahwa banyak ungkapan metafora Bahasa Batak Toba yang tidak lazim digunakan lagi di kalangan masyarakat Batak Toba di Medan. Ungkapan metafora emosi yang dapat dikumpulkan adalah sebanyak tiga puluh buah yang mencakup metafora emosi yang menggambarkaan perasaan sedih, senang, marah, sayang sabar dan takut.
PEMBAHASAN
Metafora emosi yang akan dibicarakan meliputi perasaan sedih, gembira, marah, sabar dan ungkapan yang menunjukkan rasa sayang dan takut.
1. Rasa` Sedih
Rasa sdih dalam Bahasa Batak Toba muncul dalam beberapa ungkapan metaforis yang dihubungkan dengan roha atau hati dan pangkilalaan atau perasaan. Ungkapanungkapan yang berhubungan dengan rasa sedih tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gotos Roha Gotos Roha seperti di dalam kalimat: Gotos rohana di parmate ni anakna i Sedih hatinya karena kematian anaknya Gotos artinya putus (tali) Disini rasa seih dimeforakan dan dibandingkaan dengan tali yang putus.
2. Lungun Roha Lungun roha seperti di dalam kalimat: Lungun roha ni Si Tapiomas N aUasan di parborhat ni ibotona i Sedih hati Si Tapiomas Na Uasan karena keberangkatan abangnya. Lungun adalah ungkapan yang dipakai untuk menerangkan suasana tempat, dimana tidak ada kedengaran suara atau senyap. Disini rasa sedih dimetaforakan dan dibandingkan dengan tempat yang sunyi, tidak ada suara.
3. Gok Roha Gok Roha seperti dalam kalimat: Gok rohana sampe ndang boi mandok manang aha Gok adalah ungkapan yang menerangkan wadah dan tempat ,yakni penuh Disini hati yang sedih dimetaforakan dan dibandingkan dengan wadah yang penuh
4. Ponjot Roha Ponjot roha seperti di dalam kalimat: Ponjot rohana mamereng pangalaho ni anak nai Sedih hatinya melihat kelakuan anaknya
36
Martha Pardede
Ponjot adalah ungkapan untuk menerangkan kondisi tempat yang penuh atau wadah yang kepenuhan. Disini perasaan dimetaforakan dan dibandingkan dengan tempat tang penuh yang hampir pecah karena kepenuhan 5. Hansit roha Hansit rohana seperti dalam kalimat berikut: Hansit rohana di dongkon ibana panangko Sakit hatinya dituduh pencuri Hansit adalah ungkapan untuk mengatakan sakit.Karena itu kita dapat melihat rasa sedih itu dimetaforakan dan dibandingkan dengan penyakit. 6. Malala rohana Malala rohana seperti dalam kalimat berikut: Malala rohana ditinggalhon natorasna Sedih hatinya ditinggalkan orangtuanya Malala adalah ungkapan untuk menerangkan kondisi suatu benda yang utuh atau padat yang kemudian melebur. Disini melihat perasaan sedih dimetaforakan dan dibandingkan dengan benda padat yang kemudian melebur. 7. Bernit pangkilalaan Bernit pangkilalaan seperti di dalam kalimat berikut: Bernit pangkilalaanna parborhat ni tungga ni dolina Sedih hatinya sepeninggal suaminya Bernit adalah ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan parahnya penyakit Disini perasaan sedih digambarkan atau dimetaforakan dan dibandngkan dengan penyakit yang parah. 8. Malengleng pangkilalaanna Malengleng pangkilalaan seperti di dalam kalimat berikut: Malengleng pangkilalaanna mamereng pangalaho ni anakna i. Sedih perasaannya melihat tingkah laku anaknya Malengleng sama artinya dengan malala yaitu ungkapan yang dipakai untuk menerangkan benda padat yang lebur dan lumat. Disini perasaan sedih dimetaforakan dengan penda padat yang hancur lebur bahkan lumat. 9. Marsiak pangkilalaan Marsiak pangkilalan seperti terdapat di dalam kalimat berikut: Marsiak pangkilalaan ni dakdanak i hinorhon ni pambahenan ni inang paroninai Menderita perasaan anak itu karena perlakuan ibu tirinya. Kata marsiak datang dari kata siak atau pedas yang ditimbulkan oleh rasa cabe. Disini perasaan sedih digambarkan atau dimetaforakan dan dibandingkan dengan rasa panas dan pedih yang diakibatkan cabe. 10. Marsalaon ate-ate Marsalaon ate-ate seperti terdapat di dalam kalimat berikut: Marsalaon ate-atengku ditinggalhon pardijabu Sedih perasanku ditinggalkan orang rumah( istri) Marsalaon artinya lebam-lebam, seperti kondisi tubuh yang habis dipukuli. Sedangkan ate-ate adalah liver ( hati ) Disini rasa sedih di metaforakan dan digambarkan atau dibandingkan dengan hati yang lebam-lebam karena habis dipukuli.
2. Metafora emosi marah
Metafora emosi marah sepert metafora rasa sih digambarkan dengan memakai bahagian tubuh seperti:
1. Marrara bohina Marrara bohina seperti di dalam kalimat berikut: 37
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
Marrara bohina didokkon ibana panangko Dia marah dia dikatakan pencuri Marrara sebenarnya adalah gambaran warna merah, sedangkan bohi adalah wajah. Disini kita melihat metafora marah itu dipautkan dengan keadaan wajah ketika merasakan emosi marah. Disini metafora yang digunakan adalah metafora keterpautan. 2. Mohop ate-atena Mohop ate-atena seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Mohop ate-atena ala ni hatangkangon ni anakna i Panas hatinya karena kenakalan anaknya Mohop adalah kondisi dari sesuatu benda yang diakibatkan oleh suhu sedangkan ate-ate adalah liver (hati). Disini rasa marah digambarkan atau dimetaforakan dengan hati yang suhunya panas seperti akan meledak. 3. Piri-pirion Piri-pirion seperti digunakan di dalam kalimat berikut; Piri-pirion ibana didongkon mambunu. Marah dia dikatakan membunuh. Piri-piri artinya gemetaran Disini rasa marah digambarkan dengan keadaan ketika marah yakni gemetar. Metafora seperti ini adalah metafora keterpautan. 4. Porhas di tonga ari Porhas di tonga ari seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Murukna i songon porhas di tonga ari Marahnya seperti petir di tengah hari Disini marah dimetaforakan dengan petir di tengah hari. Namun disini dibantu kata songon atau seperti. Metafora sepert ini disebut metafora perbandingan yang merupakan perumpamaan. 5. Mohop simanjujung Mohop simanjujung seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Gabe mohop simanjujungku, dang jolo dipangido di pangke ibana pangguku Jadi marah aku, tidak permisi dulu dipakainya cangkulku Mohop artinya panas Disini rasa marah dimetaforakan dengan suhu yaitu yaitu kepala yang panas. 6. Masar-sar mudar Masar-sar mudar seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Masar-sar mudar na direhei ibana songon na rintik Marah dia diejek seperti orang gila Masar-sar artinya hancur dan menyembur, sedangkan mudar artinya darah. Disini emosi marah dimetaforakan dengan darah yang menyembur.
3. Metafora emosi gembira
Metafora emosi gembira mirip dengan metafora rasa sedih dan marah yaitu dihubungkan dengan bahagian tubuh. Tetapi metafora emosigembira juga dihubungkandengan tumbuhan.
1. Las roha Las roha seperti digunakan di dalam kalimat berikut;
38
Martha Pardede
Ndang tarhatahon las ni rohana di parsorang ni anakna i Tak terkatakan kegembiraannya atas kelahiran anaknya Las artinya hangat, yakni gambaran keadaan sesuat yang diakibatkan suhu.
Dari sini dapat dilihat emosi gembira dihubungknan dengan suhu.
2. Marria-ria Marria-ria seperti digunakn di dalamkalimat berikut: Marria-ria do nasida di pesta i Bergembira mereka di pesta itu. Maria berasal dari kata ria yakni jenis tumbuhan yang menjalar dan buahnya berumpuk-tumpuk. Disini perasaan gembira dimetaforakan dengan tumbuhan yang buahnya banyak dan bertumpuk-tumpuk.
3. Hiras panailina Hiras panailina seperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Nungnga hiras panailina dung mulak anakna i sian pangarantoan Dia sudah senang setelah anaknya pulang dari perantauan Hiras di dalm bahasa Indonesia berarti lincah atau dinamis sedangkan panaili artinya mata. Disini didapati bahwa emosi gembira diputkan dengan kedaan mata ketika merasa gembira.
4. Metafora emosi rasa sayang
Sama dengan metafora rasa sedih, marah dan gembira, metafora rasa sayang dalam bahasa Batak Toba diungkapkan dengan menghubungkan dengan bahagian bada.
1. Urat ni pusu-pusu Urat ni pusu-pususeperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Ho do anak hasianku, urat ni pusu-pusuku Kaulah anak kesayanganku Urat artinya bisa akar, pangkal atau pembuluh darah dan pusu adalah jantung. Sehingga urat ni pusu-pusu artinya pangkal jantung. Disini dapat dilihat bahwa rasa sayang dimetaforakan dengan pangkal jantung yakni bahagian badan yang sangat vital atau penting untu kehidupan yang kalau dia putus akan mengakibatkan kematian.
2. Tampuk ni ate-ate Tampuk ni ate-ate seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Ho do borungku, tampuk ni ate-ateku Kau adalah putri kesayanganku Tampuk artinya tangkai sedangkan ate-ate adalah liver atau hati,yakni bahagian badan yang sangat penting. Disini dapat dilihat emosi rasa sayang itu dimetaforakan dengan bahagian tubuh yang sangat penting, yakni tangkai atau pangkal hati (liver).
3. Nalom ni roha Nalom ni roha sepert digunakan di dalam kalimat berikut: Hamu anangkonku, hamu do nalom ni rohangku Kalian anak-anakku, kalianlah kesayanganku Nalom di dalam bahasa Indonesia berarti harapan Di sini rasa sayang dimetaforakan dengan harapan
4. Impol ni mata Ho do ito impol ni matangku Impol ni mata seperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Kaulah dek kesayanganku Impol berarti keinginan Rasa sayang disini dimetaforakan dengan keinginan atau sesuatu yang
39
Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
sangat diinginkan. 5. Hasoloan ni roha
Hasoloan ni roha seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Si Boru Deak Parujar, boru hasoloan ni roha ni amana Si Boru Deak Parujar, putri kesayangn ayahnya Hasoloan berarti disukai
Disini rasa sayang dimetaforakan dengan rasa suka. a. Metafora Emosi sabar Dari sekian metafora emosi, jumlah metafora emosi di dalam Bahasa Batak Toba yang menggambarkan kesabaran hanya dua. Satu masih dhubungkan dengan bahagian atau organ tubuh. 1. Mangapus ate-ate Mangapus ate-ate seperti digunakan di dalam kalimat berikut Diapus ibana ate-atena mamereng na masa i Dia bersabar melihat kejadian itu Diapus artinya diusap. Sedangkan ate-ate adalah hati (liver) Disini dapat dilihat kesabaran di metaforakan dengan mengusap hati (liver) 2. Mombun Mombun seperti di gunakan di dalam kalimat berikut: Dipaombun ibna do rohana mamereng pangalaho ni anakna i Disabarkannya hatinya melihat kelakuan anaknya Mombun datang dari kata embun. Dipaombun artinya diembunkan. Diembunkan artinya kita meletakkan sesuatu di malam hari sehingga ditimpa embun dan menjadi dingin atau sejuk. Disini dapat dilihat emosi sabar itu dimetaforakan atau dibandingkan dengan sesuatu yang diembunkan agar menjadi dingin atau sejuk b. Metafora Emosi Takut 1. Marsisir imbuluna Marsisir imbuluna seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Marsisir imbuluna mambege soara ni harimo i. Berdiri bulu kuduknya mendengar suara harimau itu Marsisir artinya mengeluarkan bunyi sir. Disini dapat dilihat rasa takut yang dimetaforakan dan dipautkan dengan bunyi bulu kuduk yang mengeluarkan bunyi sir, yakni keadaan ketika muncul rasa takut dimana bulu kuduk berdiri. 2. Hitir-hitir Hitir-hitir seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Hitir-hitir ibana di adu harimo i Ketakutan dia dikejar harimau itu Hitir-hitir artinya gemetar Disini juga dapat dilhat rasa takut dimetaforakan dan dipautkan dengan keadaan tubuh ketika mengalami rasa takut. 3. Angka dotdot Angka dot-dot seperti digunakan di dalam kalimat berikut: Angka dot-dot ibana mambege soara ni ronggur Ketakutan dia mendengar suara guruh Angka digunakan untuk mengatakan banyak, sedangkan dot-dot berarti gemetar.
40
Martha Pardede
Disini dapat dilihat rasa takut di metaforakan dengan menautkannya dengan keadaan tubuh ketika mengalami ketakutan 4. Langan-langan Langan-langan sepert digunakan di dalam kalimat berikut Langan-langan bohina tingki hadapotan ibana manangko Ketakutan dia ketika kedapatan mencuri. Langan dalam bahasa Batak Toba berarti sunyi, tidak ada apa-apa bahkan tidak ada suara. Disini kelihatan emosi takut dimetaforakan dengan memautkanya dengan keadan wajah yang tidak ada ekspresi, bahkan wajah seperti tidak dialiri darah atau sepert mati yakni wajah yang pucat.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diatas beberapa kesimpulan dapat diambil yakni: 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metafora emosi di dalam Bahasa Batak Toba
selalu dihubungkan dengan bahagian atau organ tubuhyakni roha atau hati (liver) dan pusu-pusu atau jantung,ulu atau kepala, simalolong atau mata, bohi atau wajah,dan mudar atau darahyang dikaitkan dengan suhu dan warna. 2. Metafora emosi di dalam bahasa Natak Toba dihungkan dengan tempat atau wadah. 3. Metafora emosi di dalam Bahas Batak Toba dihubungkan dengan tanaman. 4. Metafora emosi ada yang dihubungkan dengan keadaan penyakit yakni hansit dan bernit. 5. Metafora emosi juga duhubungkan dengan tali dan fenomena alam. 6. Metafora emosi di dalam bahasa Batak secara umum adalah metafora atau majas perbandingan yakni sebanyak 24, dan keterpautan hanya sebagian kecil yakni 6 (enam). 7. Teori Mooji sangat membantu untuk dapat mengeri fenomena yang terdapat di dalam kesimpulan diatas yakni emosi yang sifatnya abstrak dijelaskan dengan membentuk metafora dengan benda konkrit. 8. Pemilihan organ tubuh untuk menjelaskan kondisi emosi dapat dimengerti. Hal ini terjadi karena emosi dikenal setelah proses pengenalan bahagian tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pembentukan metafora adalah cara menerangkan hal yang baru dengan menggunakan benda atau hal-hal yang sudah dikenal.
DAFTAR PUSTAKA
Hermon, William et all. (2000). A Hand Book to Literatur. London: Printice Hall Intl.
Moeliono, AM. (1988). Diksi dan Pilihan Kata Dan Kembara Bahasa. Kumpulan Karangan Tersebar, Jakarta: Gramedia
Moooji, JJA. (1976). A Study of Metaphor. Amsterdam: Word Holland Publishing Company.
Siagian, LD. (1966). Turi-turian ni Halak Batak. Medan: UD Linggom.
Siregar, Bahren Umar. Emosi dan Kebudayaan dalam Metafora (Makalah) Jakarta: Satiwacana.
41