Metafora Dalam Bahasa Batak Toba

❏ Roswita Silalahi

Halaman 96 Metafora dalam Bahasa Batak Toba

METAFORA DALAM BAHASA BATAK TOBA

Roswita Silalahi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Abstract Metaphor is widely used in everyday life: in conversations, newspapers, magazines, songs, pamphlets advertisements, so that some people say that language are metaphoric. In semantic cognitive approach, the meaning of language is associated with mental issue, metaphor considered to be an important matter in categorizing world and human thinking process, as a tool to conceptualize abstract experience domain to concrete one. In Batak Toba language, found various metaphors with X is Y, or X as Y structure/pattern; conceptual metaphor covers orientation, ontological, metaphor, and inference.
Key words: metaphor, cognitive approach, inference

1. PENDAHULUAN
Secara klasik, metafora hanya dilihat sebagai persoalan bahasa semata-mata, yang berfungsi untuk memperindah atau memperhalus bahasa sehari-hari, sebagai alat retorika untuk memperoleh pengaruh yang diinginkan yang merupakan bagian dari bahasa figuratif. Pembicara akan menggunakan suatu ekspresi figuratif ketika dirasakannya tidak ada bahasa literal yang mampu menghasilkan efek yang sama atau tidak ada bahasa literal yang sepadan dengan bahasa figuratif untuk menyampaikan makna yang diinginkannya sehingga memperoleh respons yang sama; dalam hal ini pembicara akan menggunakan metafora. Konsep ini dianut dan dilanjutkan oleh teori semantik literal yang memandang metafora dan metonimi sebagai suatu pelarian dari penggunaan bahasa literal, sebagai bentuk yang anomali, yang akhirnya membedakan jenis makna ke dalam makna bahasa dan makna penutur.
Pada tulisan ini, metafora dipandang berbeda dengan paradigma klasik. Pendekatan yang dianut adalah pendekatan semantik kognitif, yang menganggap bahwa makna bahasa merupakan bagian dari persoalan mental. Metafora dianggap unsur penting dalam pengkategorisasian duniawi dan proses berpikir manusia, yaitu sebagai gejala yang merembesi bahasa dan pikiran. Metafora dianggap sebagai jenis konseptualisasi pengalaman manusia, yang tidak pernah luput dari setiap penggunaan bahasa alamiah. Metafora tidak dipahami sebagai pelanggaran penutur terhadap kaidah kompetensi bahasa, Sebaliknya, paradigma kognitif melihat metafora sebagai alat untuk mengkonseptualisasikan ranah-ranah pengalaman yang abstrak dan tidak teraba ke dalam ranah yang kongkret dan akrab. Selain itu metafora merupakan jenis konseptualisasi pengalamanan manusia, yang

tidak pernah luput dari setiap penggunaan bahasa alamiah (Taylor 1989 dalam Siregar 2004:164).
Menentukan hubungan makna harfiah dan tak-harfiah menjadi pokok bahasan utama dalam pengkajian metafora. Kajian tentang metafora yang telah dilakukan secara intensif belum banyak dilakukan dalam bahasa daerah. Kajian yang telah dilakukan tentang bahasa daerah biasanya masih terbatas pada aspek-aspek yang lebih umum seperti tipe-tipe makna, sinonim, antonim, ketaksaan makna, dan lain-lain, sedangkan elaborasi tentang satu aspek tertentu masih langka. Itulah sebabnya penelitian tentang hubungan makna literal dan makna konteks perlu terus dilakukan dan pada kesempatan ini tulisan terfokus pada bahasa Batak Toba.
Pembinaan dan pengembangan bahasabahasa daerah sangat penting karena di samping sebagai pemerkaya kebudayaan nasional, nilainilai kebudayaan tradisional juga diungkapkan di dalam bahasa-bahasa daerah. Konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah masyarakatnya (Sibarani 2003:1). Karenanya, bahasa daerah harus tetap dipelihara, dibina agar tetap dapat berkembang. Tambahan pula, Pasal 36 Bab XV, UndangUndang Dasar 1945 jelas mengatakan bahwa bahasa-bahasa daerah itu akan tetap dihormati dan dipelihara. Salah satu upaya melestarikan eksistensi bahasa-bahasa daerah itu adalah dengan cara melakukan kajian tentang bahasa-bahasa tersebut. Kajian yang simultan tentang bahasabahasa daerah itu dapat menyebarluaskan informasi tentang bahasa-bahasa daerah tersebut ke berbagai komunitas di dunia. Dengan berkembangnya bahasa-bahasa daerah, maka budaya etnis penutur tersebut akan dikenal dan kemungkinan pengkajian serta pengembangan

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA


Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005

Halaman 97 ❏ Roswita Silalahi

Metafora dalam Bahasa Batak Toba

budaya masyarakat penutur bahasa tersebut akan lebih cepat dilakukan.
Bahasa Batak Toba (selanjutnya disingkat BBT) dalam tulisan ini adalah bahasa yang digunakan masyarakat terutama yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara dan sesama suku Batak Toba yang tinggal di daerah lain. Tidak dapat disangkal bahwa sering terjadi kendalakendala makna di dalam penggunaan bahasa ini sebagai alat komunikasi, terutama ketika bahasa tersebut digunakan oleh generasi muda. Oleh karena itu, perlu terus diadakan penelitian semantik dan pragmatik BBT, terutama masalah metafora. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori dari para pakar semantik, yaitu Lakoff, Johnson, Eynon, Croft, Beardsley, dan Siregar.
2. METAFORA KONSEPTUAL
Teori konstruksi Lakoff (1987) memperkenalkan metafora konseptual yang berpandangan bahwa kognisi merupakan hasil dari konstruksi mental, dan metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas ranah konseptual di dalam sistem konseptual yang memiliki hakikat dan struktur metafora. Metafora bukanlah perilaku bahasa saja tetapi juga persoalan pikiran karena pada prinsipnya penalaran abstrak merupakan kasus khusus penalaran berdasarkan atas citra. Penalaran berdasarkan atas citra bersifat asasi dan penalaran metaforis abstrak.
Mengikuti pandangan semantik kognitif, metaforisasi dilihat sebagai prinsip analogikal dan melibatkan konseptualisasi satu unsur struktur konseptual melalui struktur konseptual yang lain yang terjadi antar-ranah konseptual yang sama, yang menata sistem konseptual sehari-hari penutur bahasa, termasuk konsep yang paling abstrak yang terdapat di balik penggunaan bahasa sehari-hari. Metafora memasilitasi pikiran dengan menyediakan satu kerangka eksperiensial tempat konsep-konsep abstrak yang baru diperoleh yang dapat diakomodasi. Jaringan metafora yang mendasari pikiran dengan cara ini membentuk peta kognitif, satu jaringan konsep yang disusun dari segi konsep mana yang kemudian berfungsi untuk menjadi dasar konsep-konsep abstrak dalam pengalaman-pengalaman fisik pelaku kognitif dan di dalam hubungan pelaku dengan dunia luar. Fokus pembahasan adalah perilaku bahasa, bukan perubahan kemasyarakatan. Perilaku bahasa yang menjadi objek pembahasan adalah ungkapan metafora konseptual, yang melambangkan berbagai jenis pemetaan konsep. Biasanya metafora dari peribahasa cenderung mengalami leksikalisasi sehingga sulit dibedakan seperti “Belanda minta tanah”; metafora ini cenderung mengalami leksikalisasi dengan makna ‘tamak, rakus’; disebut metafora mati.

Lakoff dan kawan-kawan (dalam Croft dan Cruse 2004:194) membuktikan bahwa ekspresi linguistik yang lazim digunakan sehari-hari mempunyai hubungan metaforis atau pemetaan ranah konseptual yang ada dalam pikiran manusia sama halnya dengan teori metaforis dalam kesusasteraan (Lakoff dan Turner 1989), filosofi (Johnson 1987; Lakoff dan Johnson 1999), matematika (Lakoff dan Nunez 2000) dan politik (Lakoff 1996 dalam Croft dan Cruse 2004:194). Pada prinsipnya, setiap konsep dari ranah sumber mengacu pada makna ekspresi literal dan dapat dipakai untuk mendeskripsikan konsep pada ranah sasaran tentang kalimat tersebut. Maka, metafora konseptual adalah pemetaan konseptual di antara dua ranah. Pemetaan bersifat asimetris, yaitu struktur konseptual tertuju pada ranah sasaran, bukan pada ranah sumber. Metafora dianggap sebagai bagian terpadu dari bahasa dan pikiran dalam dunia nyata.
Barcelona (2000:3 dalam Siregar 2004:164) mengatakan bahwa metafora adalah mekanisme kognitif di mana satu ranah pengalaman (sumber) sebagian dipetakan, yaitu ditayangkan kepada ranah pengalaman yang lain (sasaran) sehingga ranah yang kedua sebagian dipahami dari segi ranah yang pertama. Model metafora konseptual memiliki ciri-ciri berikut:
(a) Terdapat konsep “sasaran” A perlu dipahami untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu;
(b) Terdapat struktur konseptual yang mengandung A dan konsep lainnya B;
(c) B berhubungan dengan A atau berbeda dengan A dalam struktur konseptual itu;
(d) Dibandingkan dengan A, B dapat lebih mudah dipahami, lebih mudah diingat, lebih mudah dikenali, atau lebih langsung bermanfaat untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu.
Model metafora merupakan model bagaimana B dipetakan kepada A dalam struktur konseptual; hubungan ini ditegaskan oleh fungsi B sebagai A, dengan pola X adalah Y; X sebagai Y. Metafora dan metonimi ‘semesta’ pada tingkat struktur dan sistemnya.

Lakoff (1988 dalam Siregar 2005:3) mengajukan hipotesis bahwa metafora-metafora menayangkan peta kognitif dari satu ranah sumber (yaitu wahana) kepada satu ranah sasaran (tenor) sehingga menyebabkan sasaran terikat dalam pengalaman fisik spasial melalui ranah sumber. Lalu, skema-skema di antara tingkat konseptual dan indrawi dalam ranah sumber menjadi aktif, begitu juga dalam ranah sasaran. Satu skema metaforis merupakan satu representasi mental yang mengikat struktur konseptual (intelektual) dari satu

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005

❏ Roswita Silalahi

Halaman 98 Metafora dalam Bahasa Batak Toba

ranah abstrak ke dalam basis indrawi (kebijaksanaan) ranah lain yang lebih fisikal. Semakin banyak metafora dipakai, semakin terbebani petutur menafsirkan apa yang disebut penutur.
Metafora konseptual bahasa Batak Toba dijumpai dalam bentuk kata, misalnya, metafora konseptual kata sebagai benda, cairan, hewan, makanan, manusia, perjalanan, senjata, tumbuhan, dan lain-lain. Misalnya,
1. Kata sebagai benda
(1) Barita na niombushon nasida, ndang siat tu roha berita yang dihembuskan mereka tidak diterima ke pikiran ‘Berita yang mereka tiupkan tidak dapat diterima akal sehat’ Konsep barita ‘berita’ dipetakan sebagai benda sehingga dapat niombushon ‘ditiupkan’.
(2) Godang hata-hata maramburan taringot tu ibana banyak kata-kata berhamburan tentang ke dia ‘Banyak kasus berhamburan tentang dia.’ Konsep hata-hata ‘kasus’ dipetakan sebagai benda sehingga dapat maramburan ‘berhamburan’
2. Kata sebagai cairan
(3) Songon aek mabaor do uangna di pesta i seperti air mengalir nya uangnya di pesta itu ‘Uangnya bagaikan air mengalir di pesta itu’ Konsep uang ‘uang’ dipetakan sebagai aek’air’ sehingga dapat mabaor ‘mengalir’
(4) Sai songon mual do uangna, marbullakbullak ndang olo suda selalu seperti mata air nya uangnya, muncrat tidak mau habis ‘Uangnya bagaikan mata air yang mengalir terus’ Konsep uang ‘uang’ dipetakan sebagai mual ‘mata air’ sehingga dapat marbullakbullak ‘banyak mengalir’
3. Kata sebagai hewan

(5) Habang do pangkilalaanku terbang nya perasaan ku ‘Terbang perasaanku’ Konsep pangkilalaan ‘perasaan’ dipetakan sebagai hewan sehingga dapat habang ‘terbang’
(6) Sai songon bias na manggagat tu holi-holi do pangalahona Selalu sepertibiasyangmenggigitketulangbelulangnya perangainya ‘Perangainya selalu menyusahkan bagaikan kanker tulang’’ Konsep bisa ‘bisa/virus’ dipetakan sebagai hewan sehingga dapat manggagat ‘makan rumput’
4. Kata sebagai makanan
(7) Songon na mosok bohina na mangula di las ni ari i seperti yang hangus mukanya yang bekerja di panas nya hari itu ‘Mukanya menghitam seperti hangus kena sinar matahari’ Konsep bohi ‘muka’ dipetakan sebagai makanan sehingga dapat mosok ‘hangus terbakar’
(8) Malala ateatengku mamereng pangalahona i hancur hatiku melihat perangainya itu ‘Hancur hatiku melihat perangainya’ Konsep ateate ‘hati’ dipetakan sebagai makanan sehingga dapat malala ‘seperti nasi yang terlalu lembek tetapi belum menjadi bubur’
5. Kata sebagai manusia
(9) Marlojong do barita i sahat tu sude pangisi ni luat i berlarinya berita itu sampai ke semua penduduk nya desa itu ‘Kabar itu cepat sampai ke seluruh desa itu’

Konsep barita ‘berita’ dipetakan sebagai manusia sehingga dapat marlojong ‘berlari’ (10) Songon na mengkel idaon bulan i, ala tiur ari Seperti yang tertawa kelihatan bulan itu, karena terang bulan ‘Bulan bagaikan tertawa – suasana terang bulan’ Konsep bulan ‘bulan’ dipetakan sebagai manusia sehingga dapat mengkel ‘tertawa’
6. Kata sebagai perjalanan
(11) Laos maor do panghataion nasida i sian utara tu dangsina terus ngawur nya pembicaraan mereka itu dari utara ke selatan
‘Topik pembicaraan mereka ngawur dari utara ke selatan’ Konsep panghataion ‘pembicaraan’ dipetakan sebagai perjalanan sehingga dapat maor ‘melantur’
(12) Marhalianghaliang do panghataion i berputar-putar nya pembicaraan itu liat-liat pangurupion tu Tsunami i sekitar bantuan ke Tsunami itu ‘Pembicaraan yang berputar-putar sekitar bantuan terhadap korban Tsunami’ Konsep panghataion ‘pembicaran’ dipetakan sebagai perjalanan sehingga dapat marhalianghaliang ‘berkeliling-keliling’
7. Kata sebagai senjata
(13) Leleng do ibana pasingothon anakna i, alai ndang lama nya dia menasihati anaknya itu, tetapi tidak tajom sipaingotna i tajam nasihatnya itu ‘Lama dia menasihati anaknya, tetapi kurang mempan’ Konsep sipaingot ‘nasihat’ dipetakan sebagai senjata yang kurang tajom ‘tajam’
(14) Songon sior do alusna i na manorusi ateate ni na seperti panah nya jawabnya itu yang memasuki hati nya umbegesa yang mendengar ‘Jawaban yang bagaikan anak panah yang menghujam hati’ Konsep alus ‘jawaban’ dipetakan sebagai anak panah senjata sehingga dapat manorusi ‘menembus’ hati
8. Kata sebagai tumbuhan
(15) Malo do ibana mananom budi asa dipillit pangisi Pandai nya dia menanam budi supaya dipilih penduduk ni luat i ibana nya desa itu dia ‘Seseorang yang pandai menanam budi agar dipilih penghuni daerah itu’ Konsep budi ‘kebaikan’ dipetakan sebagai tumbuhan sehingga dapat ditanom ‘ditanam’
(16) Suan do tu pangkilalaanna sipaingot ni amongna i Tanam nya ke perasaannya nasihat nya ayahnya itu ‘Menggambarkan nasihat ayah yang tertanam dalam hati anaknya’ Konsep sipaingot ‘nasihat’ dipetakan sebagai tumbuhan sehingga dapat disuan ‘ditanam’
Metafora konseptual mencakup metafora orientasional, metafora ontologikal, serta metafora dan inferensi.

2.1 Metafora Orientasional Metafora orientasional adalah metafora yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk ini menggambarkan organisasi spasial dan berorientasi secara “up-down” (naik-turun), atas – bawah, muka – belakang. Misalnya Dia jatuh miskin ; Dia lagi naik daun. Beberapa contoh orientasi ‘naik-turun’ digambarkan dalam Lakoff dan Johnson (1980 dalam Saeed 2000:304), yaitu

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005

Halaman 99 ❏ Roswita Silalahi

Metafora dalam Bahasa Batak Toba

a. gembira

: naik;

sedih: turun

b. sadar

: naik; tak sadar: turun


c. sehat dan hidup : naik; sakit dan mati: turun

d. dibawah control : naik; dikontrol: turun

e. baik

: naik; buruk: turun

f. kebajikan

: naik; kebejatan: turun

Berikut ini contoh-contoh metafora

orientasional dalam bahasa Batak Toba

1. Metafora orientasional “naik”

(17) Timbo do semangat ni anak buha bajuna i


tinggi nya semangat nya anak tertuanya itu

‘Semangat anak tertuanya tinggi’

(18) Mansai denggan do

ngolu

nasida

sangat

bagusnya

kehidupan

mereka

nuaeng dung gabe bupati


sekarang setelah jadi bupati

‘Bagus benar kehidupan mereka sekarang setelah

menjadi bupati’

2. Metafora orientasional ”turun”
(19) Dabu do ate-ate mangida partinaonan nasida jatuh nya hati melihat penderitaan mereka ‘Jatuh hati/ merasa kasihan atas penderitaan mereka’
(20) Marsingkor do gellengna ala parjujion ni among nasida menderita nya anaknya karena perjudian nya ayah mereka ’Anaknya menderita karena ayah mereka suka berjudi’
(21) Suda do tano maraek dohot tano mahiang habis nya tanah basah dan tanah kering mangubati sahitna mengobati sakitnya ‘Habis semua harta benda untuk biaya pengobatannya.

2.2 Metafora Ontologikal Metafora ontologikal adalah metafora yang berhubungan dengan struktural. Bentuk ini menggambarkan bentuk abstrak menjadi konkret. Pemetaan antara ranah sumber dan sasaran melibatkan dua jenis hubungan, epistemik, dan ontologikal. Hubungan ontologikal adalah hubungan yang terjadi antara elemen satu ranah dengan ranah lainnya; hubungan epistemik adalah hubungan yang terjadi di antara elemen-elemen dalam satu ranah dengan ranah lain.

Contoh:
(22) Penjelasan langka metafora untuk pemetaan konseptual metafora POLITIK sebagai API

Metafora politik sebagai api, hubungan – hubungan atau persamaan – persamaan ontologis yang membentuk metafora POLITIK sebagai API memetakan ontologi api kepada ontologi politik. Dalam melakukan hal yang demikian, dipetakan skenario tentang api kepada skenario politik yang berupa tempat pilihan yang terkait untuk dilakukan (Siregar 2004 : 24). Berikut diberikan contoh metafora ontologikal dalam BBT yang dikutip dari koran (Siregar 2004 :170).

(23) Bola panas di tangan Akbar (Republika, 12-12-2001) bola mohop di tangan ni si Akbar Di si Akbar do saonari batu/gara na mohop i

(24) Sidang Amandemen UUD 1945 sempat panas (Republika, 05-11-2001)

sidang amandemen UUD 1945 sanga mohop

Sanga do mohop panghataionnasida taringot tu UUD

1945 i

(25) Pada tahun 2004 suhu politik di Indonesia meningkat

semakin panas (Waspada, 31-03-2002)

di taon 2004 panas politik di Indonesia

naek

martamba mohop

Di taon 2004 lam tu mohopna do politik


(26) Hal ini membuat suhu politik kian memuncak (Republika,

29-05-2002)

on mambaen panas politk lam manaek

Alani i lam tu timbona do hamohopon ni parngoluan

politik

Hubungan ontologis di antara metafora kekuasaan dan metafora-metafora melalui kekuasaan diamati untuk membentuk klasifikasi metafora dan sistem metafora. Selanjutnya, secara sintektik hubungan antara metafora kekuasaan dan metafora melalui kekuasaan dengan perubahan kemasyarakatan dan konseptualisasi, rasionalisasi dan cara pandang terhadap perubahan tersebut.

2.4 Metafora dan Inferensi Yang dimaksud dengan inferensi ialah kesimpulan yang dapat digambarkan dari satu kalimat atau ujaran (Kridalaksana 1987). Adakalanya penganalisis wacana, seperti pendengar, tidak dapat langsung memahami arti yang dimaksudkan penutur ketika mengucapkan ujaran, sering ia harus mengandalkan usaha menarik kesimpulan untuk dapat menafsirkan ujaran-ujaran atau hubungan antarujaran. Inferensi-inferensi seperti itu ternyata bermacam-macam. Mungkin kita dapat menarik kesimpulan tertentu melalui inferensi deduktif atau bentuk inferensi yang agak longgar. Inferensi ditentukan oleh unsur konteks, diambil dengan mempertimbangkan fisik, ontologis dan psikologis. Jadi, metafora inferensi dapat disebutkan sebagai ungkapan sesuatu yang merupakan kesimpulan dari objeek lain terhadap sesuatu yang lain, dengan maksud yang sama.
Metafora melibatkan konseptualisasi pengalaman, pengetahuan abstrak, sedangkan inferensi diperlukan untuk mengetahui penggunan konsep itu. Metafora cenderung mengisyaratkan kata atau ungkapan, tetapi dapat juga terjadi metafora yang sama ditafsirkan berbeda. Makna inferensi metafora harus ditentukan oleh unsur konteks dengan mempertimbangkan unsur fisik, ontologis, psikologis, dan lain-lain.

Contoh:
(27) Waktu adalah uang Salah satu inferensi yang dapat diambil dengan mempertimbangkan unsur-unsur ini adalah gunakan waktu sebaik-baiknya. Dalam BBT terdapat contohcontoh metafora dan inferensi NEGARA dan MANUSIA sebagai berikut:
(28) Mabiar do iba sotung marpuntaran bangso on takut nya aku jangan berpecahan bangsa ini ’Aku takut bangsa ini akan terpecah belah’
(29) Di tingki hamamasa ni G-30-S, nungnga nirimpu marokso di waktu kejadian nya G-30-S, sudah dipikir roboh Indonesia on


LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005

❏ Roswita Silalahi

Halaman 100 Metafora dalam Bahasa Batak Toba

Indonesia ini ’Sewaktu pemberontakan G-30-S, kita pikir Indonesia ini sudah roboh’ (30) Di na masa krisis multi-dimensi, mansai renge do sahit ketika terjadi krisis multi-dimensi, sangat keras nya sakit ni bangso on nya bangsa ini ’Sewaktu krisis multi-dimensi, bangsa ini sakit keras’ (31) Godang do na sala mangantusi OTDA. Gabe dibahen do banyak nya yang salah mengerti OTDA. Jadi dibuat nya i mangaribahi hasadaon ni bangso on itu merobeki kesatuan nya bangsa ini ‘Banyak orang yang salah mengerti OTDA. Banyak yang menggunakannya merobek kesatuan bangsa ini’ (32) Hansit do diae bangso on nuaeng Sakit nya dirasakan bangsa ini sekarang ‘Bangsa ini saat ini merasa sakit’ (33) Molo ndang marsitutu pamarenta mangagohon KKN, kalau tidak sungguh-sungguh pemerintah memberantas KKN, lam posa do sahit ni bangso on makin parah nya sakit nya bangsa ini ‘Apabila pemerintah tidak sungguh-sungguh memberantas KKN, penyakit bangsa ini akan semakin parah’

Contoh lain dari metafora, yang artinya

diambil sebagai inferensi adalah sebagai berikut:

(34) Ndang adong gunana pasingkolahononmu ibana. Na

tidak ada gunanya sekolahkan engkau dia. Yang

manuan batu do ho di si


menanam batu nya kau di situ

’Tidak ada gunanya engkau menyekolahkan dia Sama saja

engkau menanam batu’

Inferensinya : a. Pekerjaan sia-sia

b. Anak yang disekolahkan itu bodoh

(35) Boasa porsea ho di

bagabagana i. Ai

mengapa percaya kau tentang janjinya itu. Karena

na manahui alogo do ho di si

yang menimba angin nya kau di situ

‘Mengapa engkau mempercayai janjinya. Sama saja kamu

menimba angin

Inferensinya : a. Dia tidak dapat dipercaya

b. Bisa kecewa dibuatnya.

3. SIMPULAN
Dalam bahasa Batak Toba metafora banyak dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Terbukti didapatkannya berbagai jenis metafora dalam kajian ini. Struktur/pola metafora BBT dapat diformulasikan sebagai berikut: X adalah Y, atau X sebagai Y. Jenis metafora kata yang diamati adalah metafora kata sebagai benda, kata sebagai cairan, kata sebagai hewan, kata sebagai makanan, kata sebagai manusia, kata sebagai perjalanan, kata sebagai senjata, dan kata sebagai tumbuhan. Metafora konseptual mencakup metafora orientasional, ontologikal, metafora, dan inferensi.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rhineka Cipta.
Chaer, Abdul 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.

Crof, William dan Alan Cruse. 2004. Cognivite Linguistics. United Kingdom: Cambridge University Press.

Eynon, Terry, 2002. “Cognitive Linguistics.” Advances in Psychiatric Treatment, Vol. VIII: 399 - 407

Kearns, Kate 2003. Semantics. USA: ST. Martin’s Press.

Kridalaksana, Harimurti 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Palmer, F.R. 1976. Semantics. London: Cambridge University Press.

Richards, Jack, et.al. 1985. Dictionary of Applied Linguistics. Great Britain: Richard Clay

Saeed, John I. 2000. Semantics. Oxford: Blackwell

Sibarani,Robert. 2003. Semantik Bahasa Batak Toba. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas

Sinaga, Richard. 1994. Kamus Batak Toba-Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Utama

Siregar, Bahren Umar. 2000. “Indonesia Baru sebagai Metafora Politik: Suatu Tinjauan Semantik Kognitif.” Makalah yang dipresentasikan pada Seminar BKS-PTN Barat. Medan 24-25 Mei.

Siregar, Bahren Umar. 2004. “Metafora

Kekuasaan dan Metafora Melalui

Kekuasaan:

Melacak

Perubahan

Kemasyarakatan Melalui Perilaku Bahasa.”

Dalam Bambang Kaswanti Purwo (ed.).

2004. PELBBA 17. Jakarta: UNIKA

Atmajaya

Siregar, Bahren Umar. 2004. “Metaphors of Governance in the Language of the Indonesian Pers.” Dalam Language, Linguistics, and the Real World, Vol. II.

Siregar, Bahren Umar. 2004. “Semantik-Pragmatik Metonimi dan Metafora.” Dalam Katharina E. Sukamto (peny.). 2004. Menabur Benih Menuai Kasih. Jakarta: Obor Indonesia

Siregar, Bahren Umar. 2005. “Jeruk Kok Minum Jeruk: Gejala Metafonisasi dan Metonimisasi dalam Bahasa Indonesia.” Linguistik Indonesia, Tahun ke-23, 2: 181192.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Warneck J. 2001. Kamus Batak Toba Indonesia. Medan: Bina Media.

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005