Suplementasi Tepung Azolla Pinnata Terhadap Kualitas Telur Pada Ayam Petelur Fase Akhir Produksi

SUPLEMENTASI TEPUNG Azolla pinnata TERHADAP
KUALITAS TELUR PADA AYAM PETELUR
FASE AKHIR PRODUKSI

FERIAN AMRI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Suplementasi Tepung
Azolla pinnata Terhadap Kualitas Telur Pada Ayam Petelur Fase Akhir Produksi
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Ferian Amri
NIM D24110085

ABSTRAK
FERIAN AMRI. Suplementasi Tepung Azolla pinnata Terhadap Kualitas Telur
pada Ayam Petelur Fase Akhir Produksi. Dibimbing oleh WIDYA HERMANA dan
IWAN PRIHANTORO
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas dan kadar Malondialdehyda
(MDA) pada telur ayam petelur fase akhir produksi yang disuplementasi Azolla
pinnata. Penelitian dilaksanakan di Rena Farm, Kediri Jawa Timur. Penelitinan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan.
Masing-masing ulangan terdiri atas 3 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan adalah
P0 = pakan kontrol dengan premix kuning, P1 = pakan kontrol dengan premix putih,

dan P2 = pakan kontrol dengan premix putih + 1% Azolla pinnata. Peubah yang
diamati adalah kadar MDA dan kualitas telur yang terdiri atas bobot telur, bobot
putih telur, bobot kuning, bobot kerabang, tebal kerabang, tinggi albumin, haugh
unit (HU), dan skor warna kuning telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tepung Azolla dengan level 1% pada ransum dapat meningkatkan bobot putih telur,
nilai Haugh Unit, dan menurunkan nilai MDA.
Kata kunci : ayam petelur, Azolla pinnata, kualitas telur, MDA

ABSTRACT
FERIAN AMRI. Suplementation of Azolla pinnata Meal on Egg Quality of Laying
Hens in Final Phase of Production. Supervised by WIDYA HERMANA and IWAN
PRIHANTORO.
This study was aimed to evaluating egg quality and Malondialdehyde which
supplemented with Azolla pinnata meal in laying hens final phase of production.
This research was taken at Rena Farm Kediri District, East Java Province. The
experimental design used was completely randomized design (CRD) with 3
treatments and 4 replications consisted of 3 chickens. The treatments were P0 =
control diet with yellow premix, P1 = control diet with white premix, and P2 =
control diet with white premix + 1% Azolla pinnata. Parameters in this research
were quality of eggs, egg weights, weight of egg, weights of albumine, eggshell

weight, eggshell thickness, yolk colour score, Haugh Unit, MDA
(Malondialdehyde). Using Azolla meal in 1% could increase albumin weight,
Haugh unit, and decreased malondialdehyde.
Key words : Azolla pinnata, egg quality, laying hens, MDA

SUPLEMENTASI TEPUNG Azolla pinnata TERHADAP
KUALITAS TELUR PADA AYAM PETELUR
FASE AKHIR PRODUKSI

FERIAN AMRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2016

Judul Skripsi : Suplementasi Tepung Azolla pinata Terhadap Kualitas Telur pada
Ayam Petelur Fase Akhir Produksi
Nama
: Ferian Amri
NIM
: D24110085

Disetujui oleh

Dr Ir Widya Hermana, M,Si
Pembimbing I

Dr Iwan Prihantoro, S.Pt. M,Si
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, M Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Suplementasi Tepung Azolla pinnata terhadap Kualitas Telur
pada Ayam Petelur Fase Akhir Produksi”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Malondialdehyde (MDA) merupakan hasil sampingan dari radikal bebas
yang dadapat membahayakan tubuh manusia. Tepung Azolla pinnata mengandung
β-karotin yang cukup tinggi sehingga berpotensi dapat mengurangi kandungan
Malondialdehyde (MDA) dan meningkatkan kualitas pada telur ayam. Selanjutnya
sebagai acuan dalam pengujian kandungan Malondialdehyde (MDA) dan kualitas
pada telur ayam.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

Ferian Amri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

METODE
Materi
Ternak
Kandang dan Peralatan
Pakan
Lokasi dan Waktu
Prosedur
Penyediaan Tepung Azolla pinnata
Pemeliharaan Ayam
Uji Kualitas telur
Analisis Nilai Malondialdehyde (MDA)
Rancangan Percobaan dan Analisis data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Analisis Data
Peubah yang Diamati


2
2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Telur
Putih Telur
Kuning Telur
Kerabang Telur
Haugh Unit
Nilai Malondialdehyde (MDA)

2
2
2
4
5

5
5

5
6
6

6
6
6
6
7
7

7
8
8
8
9

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


10
10
10

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP

15

UCAPAN TERIMA KASIH

15

DAFTAR TABEL
1. Kebutuhan nutrien ayam petelur fase akhir produksi
2. Kandungan nutrien konsentrat, jagung, dan bekatul

3. Kandungan nutrien premix kuning, premix putih, dan mineral
4. Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan
5. Rataan kualitas telur ayam petelur umur 78-82 minggu.

2
3
3
4
7

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil analisis ragam bobot telur
2. Hasil analisis ragam bobot putih telur
3. Uji Duncan bobot putih telur
4. Hasil analisis ragam persentase bobot putih telur
5. Hasil analisis ragam bobot kerabang telur
6. Uji Duncan bobot kerabang telur
7. Hasil analisis ragam bobot kuning telur
8. Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur
9. Hasil analisis ragam bobot kerabang telur
10. Hasil analisis ragam tinggi putih telur
11. Uji Duncan tinggi putih telur
12. Hasil analisis HU
13. Uji Duncan tinggi putih telur
14. Hasil analisis ragam skor warna kuning telur

12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
13
13
14
14

1

PENDAHULUAN
Kualitas telur yang baik menurut SNI (2008) yaitu memiliki kulit telur yang
bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya normal. Selain itu bagian putih telur
harus bersih, kental, stabil, dengan konsistensi seperti gelatin. Kuning telur ketika
teropong tidak bergerak-gerak, berbentuk bulat, terletak di tengah telur. Kuning telur
juga bersih dari bercak darah atau noda apapun. Kualitas telur dapat dibagi menjadi
dua yaitu kualitas bagian dalam dan kualitas bagian luar. Kualitas bagian luar meliputi
warna, bentuk, tekstur, keutuhan, kebersihan kerabang, sedangkan kualitas bagian
dalam meliputi kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur, dan
keberadaan noda–noda berupa binti–bintik darah pada kuning telur maupun putih
telur.
Kualitas bagian dalam telur dapat dilihat pula dari skor warna kuning telur, yang
dipengaruhi oleh kandungan beta-karoten pada pakan. Zahera (2012) menyatakan
bahwa beta-karoten dipengaruhi oleh kandungan provitamin A yang akan diubah
menjadi vitamin A di mukosa usus halus dan diserap dalam bentuk vitamin A,
sehingga peningkatan konsumsi beta-karoten juga dapat menghasilkan produk yang
tinggi vitamin A. Beta-karoten juga dapat berfungsi sebagai antioksidan sehingga
mencegah oksidasi asam lemak tidak jenuh dan menghasilkan produk dengan
komposisi asam lemak yang baik. Antioksidan dari telur dapat dilihat dari kadar
Malondialdehida (MDA) atau radikal bebas akibat adanya zat antioksidan.
Penggunaan azolla pinnata dapat menurunkan kadar MDA hal ini seperti
penelitian Ulfah (2014) karena azolla pinnata mengandung betakaroten sebesar 1188
mg kg-1 dan protein kasar sebesar 20.81%. Pemberian tepung Azolla dalam tingkatan
yang rendah dapat menjadi sumber pigmentasi kuning telur dan sebagai sumber
protein. Hal inilah yang menjadikan tanaman Azolla cukup menarik untuk dijadikan
sumber protein dan asam amino untuk beberapa formulator (Singh dan Subudhi 2002)
Azolla merupakan tanaman paku yang dapat tumbuh di air atau rendaman
lumpur dengan beberapa penyesuaian. Azolla dapat bertahan dalam air dengan pH 3.510 namun dapat tumbuh optimum pada air dengan pH 4.5-7. Suhu optimum untuk
tumbuh Azolla antara 64-82oF (18-28oC). Azolla dapat tumbuh di bawah sinar
matahari langsung maupun pada naungan (hingga 50% cahaya matahari) dengan
pertumbuhan akan semakin meningkat ketika di bawah naungan (Ferentinos et al
2002). Tepung Azolla yang diberikan dalam ransum unggas pada level kurang dari 5%
memberikan pengaruh baik, tidak hanya sebagai sumber protein tetapi juga sumber
pigmentasi kuning telur (Alalade dan Iyayi, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas suplementasi tepung Azolla
pinnata terhadap kualitas dan nilai Malondialdehyde (MDA) telur pada ayam petelur
fase akhir produksi.

2

METODE

Materi
Ternak
Penelitian menggunakan 36 ekor ayam petelur strain ISA-brown fase akhir
produksi dengan umur 78 minggu. Pemeliharaan ayam dialokasikan ke dalam 3
perlakuan dengan 4 ulangan secara acak, dan setiap ulangan terdiri dari 3 ekor ayam.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang baterai sebanyak 12 petak masingmasing petak berisi 3 ekor ayam yang terbuat dari kawat dan dilengkapi dengan tempat
pakan dan tempat air minum. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 92 cm,
lebar 47 cm dan tinggi 44 cm. Peralatan yang digunakan adalah lampu sebagai alat
penerangan, timbangan, plastik ransum, termometer ruang, egg-tray dan ember
plastik.
Peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas fisik telur diantaranya
adalah alat pengukur tebal kerabang, Yolk Colour Fan, meja kaca, timbangan digital
AND HL-100 kapasitas 100 gram x 0.01 gram, jangka sorong, dan kantong plastik.
Pakan
Pakan dalam bentuk mash. Bahan yang digunakan sebagai penyusun pakan
terdiri atas konsentrat komersial, jagung, bekatul, methionin, lysin, premix (kuning),
premix (putih), mineral dan tepung azolla. Kebutuhan nutrien ayam petelur fase akhir
produksi diperlihatkan pada Tabel 1. Kandungan nutrien konsenstrat komersil, jagung,
dan bekatul dicantumakan pada Tabel 2. Kandungan nutrein premix kuning, premix
putih, dan mineral disajikan pada Tabel 3. Pakan disusun berdasarkan rekomendasi
Leeson dan Summers (2005). Susunan pakan yang digunakan untuk penelitian
disajikan pada Tabel 4. Harga pakan sendiri untuk tiap perlakuan yaitu P0 sebesar
Rp. 9.525, P1 sebesar Rp. 9.503 dan P2 sebesar Rp. 9.246 setiap harinya.
Tabel 1. Kebutuhan nutrien ayam petelur fase akhir produksi
Konsumsi 115 gram ekor-1 hari-1
Nutrien
Jumlah
Protein Kasar (%)
15
-1
Energi Metabolis (kkal kg )
2800
Ca (%)
4.4
P tersedia (%)
0.31
Na (%)
0.15
Asam Linoleat (%)
1.1
Metionin (%)
0.32
Lisin (%)
0.69
Sumber : Lesson dan Summers (2005)

3

Tabel 2. Kandungan nutrien konsentrat, jagung, dan bekatul
Nutrien
Konsentrat
Jagung
Bekatul
Air (%)
7.89
13.10
9.67
Abu (%)
33.61
1.59
10.49
Protein Kasar (%)
33.96
9.43
7.22
5.19
3.2
16.72
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
1.39
1.07
9.66
*) berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium PAU
Tabel 3. Kandungan nutrien premix kuning, premix putih, dan mineral
Kandungan
Premix Kuning
Premix Putih
Mineral
Vitamin A
80.000.000 IU
1.500.000 IU
Vitamin D3
16.000.000 IU
100.000 IU
Vitamin E
50.000 mg
800 mg
Vitamin K3
10.000 mg
200 mg
Vitamin B1
25.000 mg
200 mg
Vitamin B2
50.000 mg
500 mg
Vitamin B6
15.000 mg
50 mg
Vitamin B12
12.000 mg
1.200 mg
Ca-d-panthotenate
50.000 mg
600 mg
Niacine
200.000 mg
4.000 mg
DL-Methionin
3.000 mg
Folic Acid
50.000 mg
Biotin
1.000 mg
Manganse
180.000 mg
Magnesium
13.000 mg
50.000 mg
Iron
160.000 mg
Zinc
10.000 mg
175.000 mg
Copper
400 mg
12.000 mg
Iodine
980 mg
20 mg
Cobalt
360 mg
20 mg
Selenium
300 mg
Calcium Carbonat
1.000.000 mg
*) berdasarkan label premix kuning, premix putih dan mineral tiap 1 kg.

4

Tabel 4. Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan
Bahan Pakan
Konsentrat
Jagung
Bekatul
Methionin
Lysin
Premix (kuning)
Premix (putih)
Mineral
Azolla pinnata
Total

P0
36
50
13.88
0.04
0.02
0.02
0.04
0
100

P1
36
50
13.88
0.04
0.02
0.02
0.04
0
100

P2
34.53
40
24.35
0.04
0.02
0.02
0.04
1
100

Harga (Rp kg-1)
Konsentrat
5356.8
5356,8
5138.06
Jagung
3255
3255
2604
Bekatul
774.5
774.5
1358.73
Methionin
59.52
59.5
59.52
Lysin
29.76
29.76
29.76
Premix (kuning)
29.76
0
0
Premix (putih)
0
7.44
7.44
Mineral
20.09
20.09
20.09
Azolla pinnata
0
0
27.9
Total
9525.43
9503.11
9245.5
Kandungan Nutrien*
Bahan Kering %
89
89
89
Abu %
14.35
14.35
14.46
Lemak %
5.79
5.79
6.58
Protein %
17.99
17.99
17.51
Serat Kasar %
2.38
2.38
2.96
Kalsium %
3.97
3.97
3.80
Fosfor %
0.51
0.51
0.49
β-karoten Azolla pinnata (mg kg1188
1
pakan)**
β-karoten jagung (mg kg-1 pakan) 5.65
5.65
4.27
*)Kandungan nutrien hasil perhitungan berdasarkan hasil analisis proksimat dari konsentrat,
jagung, bekatul di Laboratorium PAU IPB (2015)
**)Sumber : Ulfah (2014)

Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 hingga bulan Februari 2015
di Laboratorium Agrostologi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut
Pertanian Bogor, Peternakan “Rena Farm” Jawa Timur dan di Laboratorium Fisiologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

5

Prosedur
Penyediaan Tepung Azolla pinnata
Perbanyakan tanaman azolla dilakukan pada kolam terpal dengan ukuran 4x2
meter. Kolam yang telah siap diisi dengan air hingga setinggi kurang lebih 20 cm dan
diberi pupuk kompos sebanyak 1 kg, lalu ketika pupuk kompok telah mengendap pada
dasar kolam dilakukan penanaman bibit azolla. Bibit azolla yang ditanam sekitar 10
gram, bibit azolla diperoleh dari tambak di daerah Ciamis. Setiap seminggu sekali
selama 2 bulan dilakukan pemanenan tanaman azolla secara berkala. Azolla yang telah
dipanen diangin – anginkan dan dijemur hingga kering. Azolla yang telah kering
digiling hingga menjadi tepung azolla. Pemberian tepung azolla dicampur dengan
pakan kontrol sesuai dengan perlakuan.

Pemeliharaan Ayam
Persiapan kandang dimulai dengan memasang kandang baterai yang terbuat
dari kawat, kandang yang digunakan sebanyak 12 buah, setiap kandang berisi 3 ekor
ayam. Sebelum kandang dan peralatan lainnya seperti tempat pakan dan air minum
yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengapuran
pada kandang dan diberi desinfektan. Ayam sebanyak 36 ekor akan dibagi dalam 3
perlakuan dengan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 3 ekor. 36 ekor ayam
tersebut ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal dilakukan pengacakan sesuai
perlakuan.
Perlakuan dilaksanakan selama 5 minggu dengan masa adaptasi pakan selama
satu minggu. Selama penelitian air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan
dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada saat pagi pukul 06.00 dan sore hari
pukul 17.00. Telur yang diproduksi dihitng tiap harinya. Jumlah pakan dan sisa pakan
yang diberikan dihitung setiap hari. Pengukuran nilai Malondialdehyda (MDA)
dilakukan pada akhir minggu pemeliharaan yang diambil melalui kuning telur dari
masing-masing perlakuan.

Uji Kualitas telur
Uji kualitas telur mulai dilakukan saat ayam berumur 78 minggu hingga 82
minggu. Setiap akhir minggu dilakukan uji analisis telur satu butir telur tiap ulangan.
Pengujian kualitas telur dilakukan dengan cara mangambil sampel telur setiap
perlakuan yang diuji. Sampel tiap perlakuan ditimbang untuk mengukur berat telur,
setelah itu telur dipecah dan diukur ketinggian putih telurnya. Setelah itu putih dan
kuning telurnya dipisah. Putih telur dan kuning telur yang telah dipisah masing-masing
ditimbang untuk mengetahui berat putih telur dan berat kuning telur. Kerabang telur
kemudian dipisahkan dari kulit ari nya. Kerabang telur dan kulit ari yang telah
dipisahkan masing-masing ditimbang untuk mengetahui berat kerabang telur dan kulit
ari nya. Kerabang telur kemudian dilakukan pengukuran ketebalan di tiga titik yaitu
ujung lancip, ujung tumpul, dan bagian tengah telur.

6

Analisis Malondialdehyde (MDA)
Nilai MDA dianalisis dengan mengambil secara acak satu butir telur setiap
perlakuan. Metode pengukuran MDA mengacu pada metode Capeyron et al. (2002).
Kuning telur disentrifugasi 4.000 rpm selama 10 menit. Pengukuran MDA dilakukan
dengan cara, 1 ml supernatan jernih ditambah HCl dingin yang mengandung 15% TCA
(thricloroacetic), 0.38% TBA (thio barbituric acid) dan 0.5% BHT (butylated
hydroxytoluene). Campuran dipanaskan pada suhu 800C selama 1 jam, kemudian
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit. Absorbansi
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm.

Rancangan Percobaan dan Analisis data
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 4 ulangan, perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
P0 = ransum kontrol + premix (kuning)
P1 = ransum kontrol + premix (putih)
P2 = ransum kontrol + premix (putih) + 1% tepung azolla
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri atas
3 ekor ayam. Model matematis yang digunakan menurut Steel dan Torie (1991)
sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ε ij
Keterangan :
Yij
: nilai pengamatan untuk perlakuan pakan yang diberikan (P0, P1, dan P2) keI dan ulangan ke-j
µ
: rataan umum
τi
: pengaruh perlakuan (P0, P1, dan P2) ke-i
ε ij
: Error perlakuan (P0, P1, dan P2) ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Perbedaan
nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Data persentase bobot
kuning telur, persentase bobot kerabang, persentase bobot shell membrane sebelum di
ANOVA dilakukan tranformasi arcsin terlebih dahulu.
Peubah yang Diamati
a. Kualitas Telur : Bobot Telur (gram butir-1), bobot kuning telur (gram), bobot putih
telur (gram), bobot kerabang telur (gram), tebal kerabang telur (mm), Haugh Unit.
b. MDA (Malondialdehyde).

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Telur
Menurut Rasyaf (1990) telur terususun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur
(kerabang), cairan bening (albumin), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk).
Kualitas telur yang diamati pada penelitian ini adalah Haugh Unit, skor warna kuning
telur, bobot kuning telur, bobot putih telur, bobot membran shell, dan bobot kerabang
telur. Pengamatan dilakukan setiap minggu, dimulai dari minggu pertama setelah
adapatsi hingga minggu kelima. Rataan kualitas telur dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan kualitas telur ayam petelur umur 78-82 minggu.
Perlakuan
Peubah
P0
P1
P2
Bobot telur (g)
61.63±6.78
64.25±5.52
65.5±6.58
Bobot putih telur (g)
37.11±5.29b
39.78±4.28ab 41.45±5.09a
Persentase bobot putih telur (%)
60.48±7.44
61.84±2.83
63.24±3.3
Bobot kuning telur (g)
18.70±6.53
18.24±2.16
17.91±2.64
Persentase bobot kuning telur (%)
29.31±7.59
27.78±2.68
26.54±3.20
Bobot kerabang (g)
5.82±0.63b
6.24±0.55a
6.14±0.88a
Persentase bobot kerabang telur
9.48±0.79
9.75±0.80
9.39±1.11
(%)
Tebal kerabang (mm)
0.41±0.04
0.43±0.04
0.43±0.04
Tinggi albumin (mm)
7.00±1.68ab
6.42±1.76b
7.47±1.72a
Haugh Unit (HU)
81.62±11.40a 76.50±12.64b 83.80±9.95a
Skor warna kuning telur
9.75±0.44
9.4±0.68
9.6±0.60
P0 (ransum kontrol + premix (kuning)), P1 (ransum kontrol + premix (putih) + 0% tepung azolla), P2
(ransum konrol + premix (putih) + 1% tepung azolla). Huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukan perbedaan yang nyata (P