PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBELI RUMAH YANG TIDAK MENDAPATKAN SERTIFIKAT SETELAH PELUNASAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
ABSTRAK
Developer melakukan pemasaran atas rumah yang siap huni maupun
yang sedang dalam tahap pembangunan, dan tak jarang pembeli banyak
menjatuhkan pilihannya atas kedua hal tersebut. Jual beli yang dilakukan
secara pesan terlebih dahulu atas unit yang dalam tahap pembangunan,
menyebabkan adanya perjanjian jual beli pendahuluan (preliminary purchase)
yang mewajibkan pembeli untuk membayar sejumlah uang muka (down
payment) sebagai tanda jadi yang kemudian dicantumkan dalam akta
perjanjian pengikatan jual beli (PPJB). Demi kepraktisan dari segi hubungan
hukum antara developer dengan pembeli, maka developer sebagai pihak
yang lebih kuat kedudukannya menciptakan formulir-formulir standar atau
kontrak standar. Akan tetapi, dalam praktiknya ditemukan masalah yang
timbul dari fenomena tersebut yaitu bagaimana kewajiban Developer untuk
menyerahkan sertifikat kepada pembeli rumah yang telah melakukan
pelunasan dan bagaimana tindakan hukum bagi pembeli apabila tidak
menerima sertifikat dari Developer setelah melakukan pelunasan.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu
melalui pendekatan yuridis normatif serta menggunakan data berupa bahan
hukum primer yaitu UUPK dan UU PKP, dianalisis secara yuridis kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa Developer mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan sertifikat kepada pembeli rumah yang sudah melakukan
pelunasan demi mencapai kepastian hukum sesuai dengan Pasal 3 UU PKP
dan Pasal 7 UUPK berkaitan dengan kewajiban pelaku usaha. Berdasarkan
kedua peraturan tersebut juga, pembeli rumah yang tidak menerima sertifikat
dapat melakukan suatu tindakan hukum yang efektif yakni melalui jalur luar
pengadilan.
iv
Developer melakukan pemasaran atas rumah yang siap huni maupun
yang sedang dalam tahap pembangunan, dan tak jarang pembeli banyak
menjatuhkan pilihannya atas kedua hal tersebut. Jual beli yang dilakukan
secara pesan terlebih dahulu atas unit yang dalam tahap pembangunan,
menyebabkan adanya perjanjian jual beli pendahuluan (preliminary purchase)
yang mewajibkan pembeli untuk membayar sejumlah uang muka (down
payment) sebagai tanda jadi yang kemudian dicantumkan dalam akta
perjanjian pengikatan jual beli (PPJB). Demi kepraktisan dari segi hubungan
hukum antara developer dengan pembeli, maka developer sebagai pihak
yang lebih kuat kedudukannya menciptakan formulir-formulir standar atau
kontrak standar. Akan tetapi, dalam praktiknya ditemukan masalah yang
timbul dari fenomena tersebut yaitu bagaimana kewajiban Developer untuk
menyerahkan sertifikat kepada pembeli rumah yang telah melakukan
pelunasan dan bagaimana tindakan hukum bagi pembeli apabila tidak
menerima sertifikat dari Developer setelah melakukan pelunasan.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu
melalui pendekatan yuridis normatif serta menggunakan data berupa bahan
hukum primer yaitu UUPK dan UU PKP, dianalisis secara yuridis kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa Developer mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan sertifikat kepada pembeli rumah yang sudah melakukan
pelunasan demi mencapai kepastian hukum sesuai dengan Pasal 3 UU PKP
dan Pasal 7 UUPK berkaitan dengan kewajiban pelaku usaha. Berdasarkan
kedua peraturan tersebut juga, pembeli rumah yang tidak menerima sertifikat
dapat melakukan suatu tindakan hukum yang efektif yakni melalui jalur luar
pengadilan.
iv