Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Pemasungan Penderita Gangguan Jiwa Di Jawa Barat Berdasarkan Tinjauan Kriminologi.
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PEMASUNGAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DI JAWA BARAT BERDASARKAN
TINJAUAN KRIMINOLOGI
Kahya Ashad Aulia
110110100214
ABSTRAK
Kasus pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa di Indonesia
masih sering terjadi terutama dilingkungan masyarakat pedesaan seperti
yang terjadi di Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. Tindakan pemasungan
terhadap penderita gangguan jiwa jelas merampas hak kemerdekaan
seseorang karena ruang geraknya yang dibatasi dan hak-hak lainnya
akibat pemasungan akan ikut hilang . Reaksi masyarakat sekitar daerah
pemasungan justru mendukung tindakan tersebut. Oleh karena itu, timbul
beberapa permasalahan yang akan diteliti oleh penulis diantaranya faktor
dan reaksi masyarakat apa yang menyebabkan tindakan pemasungan
terhadap penderita gangguan jiwa terjadi dan kebijakan hukum pidana
seperti apa yang cocok diberikan kepada pelaku pemasungan terhadap
penderita gangguan jiwa.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang
menitikberatkan pada data sekunder dan data kepustakaan sebagai
sumber utama serta hukum positif yang belaku. Selain itu juga
menghubungkan data sekunder dengan objek penelitian dilapangan dan
dibantu dengan teori-teori kriminologi. Teori-teori kriminologi tersebut
digunakan untuk meneliti faktor penyebab dan reaksi masyarakat terhadap
fenomena pemasungan kepada penderita gangguan jiwa
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, reaksi masyarakat
terhadap kasus pelaku pemasungan yakni bahwa pemasungan bukanlah
tindakan tercela karena tindakan tersebut dianggap untuk menjaga
ketertiban dimasyarakat. Untuk mencegah dan menanggulangi tindakan
pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa, diperlukan kebijakan
hukum pidana yang bersifat non-penal yang lebih mengedepankan
pendekatan pencegahan (preventive) dari aparat penegak hukum dan
peran aktif pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang kurang mampu.
Kata kunci : pemasungan, gangguan jiwa, pidana
v
CRIMINAL LAW POLICY ON ACTORS OF DEPRIVATION OF MENTAL
DISORDERS PATIENTS IN WEST JAVA BASED ON CRIMINOLOGY
Kahya Ashad Aulia
110110100214
ABSTRACT
Deprivation cases against people with mental disorders in
Indonesia are still common, especially within the rural communities as
happened in Garut and Tasikmalaya. The deprivation of the people with
mental disorders deprived of liberty is unclear because the motion is
restricted and other rights as a result of the deprivation would go missing.
Social reaction from society supported that deprivation.Therefore, it raises
some issues to be examined by the authors of which factors and what the
public reaction that led to the deprivation of the people with mental
disorders occur and criminal law policy as to what is suitable given to the
deprivation of the people with mental disorders.
This research uses normative juridical method that focuses on
secondary data and literature data as well as the main source of positive
law. It also connects with the secondary data object in the field of research
and assisted with the theories of criminology. Criminological theories were
used to investigate the causes and the public reaction to the phenomenon
of deprivation of the people with mental disorders
From the results of research by the author , the public reaction to
the case of deprivation of the perpetrator that the deprivation is not a
reprehensible act because such action is deemed to maintain order in
society. To prevent and combat acts of deprivation against people with
mental disorders, criminal law policy required non-penal approach that
emphasizes prevention (preventive) of law enforcement officers and
government's active role in improving the quality of health services for the
poor.
Keywords : Deprivation, mental disorders, criminal
PENDERITA GANGGUAN JIWA DI JAWA BARAT BERDASARKAN
TINJAUAN KRIMINOLOGI
Kahya Ashad Aulia
110110100214
ABSTRAK
Kasus pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa di Indonesia
masih sering terjadi terutama dilingkungan masyarakat pedesaan seperti
yang terjadi di Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. Tindakan pemasungan
terhadap penderita gangguan jiwa jelas merampas hak kemerdekaan
seseorang karena ruang geraknya yang dibatasi dan hak-hak lainnya
akibat pemasungan akan ikut hilang . Reaksi masyarakat sekitar daerah
pemasungan justru mendukung tindakan tersebut. Oleh karena itu, timbul
beberapa permasalahan yang akan diteliti oleh penulis diantaranya faktor
dan reaksi masyarakat apa yang menyebabkan tindakan pemasungan
terhadap penderita gangguan jiwa terjadi dan kebijakan hukum pidana
seperti apa yang cocok diberikan kepada pelaku pemasungan terhadap
penderita gangguan jiwa.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang
menitikberatkan pada data sekunder dan data kepustakaan sebagai
sumber utama serta hukum positif yang belaku. Selain itu juga
menghubungkan data sekunder dengan objek penelitian dilapangan dan
dibantu dengan teori-teori kriminologi. Teori-teori kriminologi tersebut
digunakan untuk meneliti faktor penyebab dan reaksi masyarakat terhadap
fenomena pemasungan kepada penderita gangguan jiwa
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, reaksi masyarakat
terhadap kasus pelaku pemasungan yakni bahwa pemasungan bukanlah
tindakan tercela karena tindakan tersebut dianggap untuk menjaga
ketertiban dimasyarakat. Untuk mencegah dan menanggulangi tindakan
pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa, diperlukan kebijakan
hukum pidana yang bersifat non-penal yang lebih mengedepankan
pendekatan pencegahan (preventive) dari aparat penegak hukum dan
peran aktif pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang kurang mampu.
Kata kunci : pemasungan, gangguan jiwa, pidana
v
CRIMINAL LAW POLICY ON ACTORS OF DEPRIVATION OF MENTAL
DISORDERS PATIENTS IN WEST JAVA BASED ON CRIMINOLOGY
Kahya Ashad Aulia
110110100214
ABSTRACT
Deprivation cases against people with mental disorders in
Indonesia are still common, especially within the rural communities as
happened in Garut and Tasikmalaya. The deprivation of the people with
mental disorders deprived of liberty is unclear because the motion is
restricted and other rights as a result of the deprivation would go missing.
Social reaction from society supported that deprivation.Therefore, it raises
some issues to be examined by the authors of which factors and what the
public reaction that led to the deprivation of the people with mental
disorders occur and criminal law policy as to what is suitable given to the
deprivation of the people with mental disorders.
This research uses normative juridical method that focuses on
secondary data and literature data as well as the main source of positive
law. It also connects with the secondary data object in the field of research
and assisted with the theories of criminology. Criminological theories were
used to investigate the causes and the public reaction to the phenomenon
of deprivation of the people with mental disorders
From the results of research by the author , the public reaction to
the case of deprivation of the perpetrator that the deprivation is not a
reprehensible act because such action is deemed to maintain order in
society. To prevent and combat acts of deprivation against people with
mental disorders, criminal law policy required non-penal approach that
emphasizes prevention (preventive) of law enforcement officers and
government's active role in improving the quality of health services for the
poor.
Keywords : Deprivation, mental disorders, criminal