HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung.

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia DIni

Oleh

Vimala Devi Pavapathi 0805376

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK” ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Januari 2014, Yang Membuat Pernyataan,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

VIMALA DEVI PAVAPATHI 0805376

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung.)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING, Dosen Pembimbing Skripsi 1,

Rudiyanto. S. Pd., M. Si. NIP: 19740617 199903 1 003

Dosen Pembimbing Skripsi 2,

Rita Mariyana M. Pd. NIP: 19780308 200112 2 001

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd. NIP: 19600707 198601 2 001


(4)

(Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung)

Vimala Devi Pavapathi Rudiyanto* Rita Mariyana*

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

vimdp@yahoo.com

Abstrak

Mengacu pada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, penelitian ini menggali potensi kolaborasi aktif kedua pihak baik kepala sekolah maupun guru di Taman Kanak-kanak (TK). Analisis dalam penelitian ini mengungkapkan tiga demensi kepemimpinan kepala sekolah TK yaitu sebagai leader, supervisor dan manajer dalam membimbing para guru di TK menuju pencapaian performa kerja yang optimal, alhasil dapat memenuhi tujuan pendidikan di TK. Sampel penelitian terdiri dari 133 respon dari 31 TK di Kecamatan Sukasari, Bandung. Penelitian ini berhasil memperoleh lebih dari 60% populasi TK di Kecamatan Sukasari, Bandung untuk berpartisipasi sebagai responden, penelitian menemukan hasil sangat obyektif. Dengan menggunakan metode Random Sampling hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan. Hasil temuan membuktikan bahwa jika tingkat kepemimpinan kepala sekolah tinggi maka hal tersebut dapat menyemangati serta menghasil kinerja guru yang tinggi. Dan sebaliknya jika tingkat kepemimpinan kepala sekolah hanya biasa-biasa atau rendah, maka sedikit sekali ditemukan guru yang termotivasi untuk memberi yang terbaik bagi dalam pekerjaannya walaupun itu sudah tuntutan profesi guru. Maka tidak dapat dipungkuri bahwa seorang kepala sekolah TK merupakan jangkar yang kokoh dalam mempengaruhi para bawahannya serta menjadi motivator guru, baik dalam hal relasi sumber daya manusia, dukungan tekhnik, maupun sebagai konseptor dalam mencapai tujuan pendidikan di TK. Walaupun kepemipinan kepala sekolah bukanlah satu-satunya elemen yang menpengaruhi kinerja guru tapi hasil dari pengaruh kepemimpinan kepala sekolah sangat substansial.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah TK, Kinerja Guru TK, Kinerja TK Bandung, Anak Usia Dini

* Penanggung jawab 1 dan penanggung jawab 2

RELATIONSHIP BETWEEN PRINCIPAL’S LEADERSHIP WITH


(5)

Vimala Devi Pavapathi, Rudiyanto, Rita Mariyana

Early Childhood Teacher Education Program Department of Pedagogy

Indonesia University of Education

vimdp@yahoo.com

Abstract

Focusing on the relationship between principal’s leadership with kindergarten teachers’ work performance, this study examines the potential of active collaboration between the principal and teachers of kindergarten. The analysis is grounded on the three dimension of a kindergarten principal which is as a leader, supervisor and as a manager to guide the kindergarten teachers in reaching the optimal work performance, thus fulfilling the kindergarten’s educational goals. The sample comprises 31 kindergartens in the Sukasari District, Bandung – with a total of 133 respondents. This study was successful in obtaining more than 60% of the kindergarten population in the Sukasari District to participate as respondents, thus enable the study to find very objective information. By using the Random Sampling method, the study presents significant correlations. The findings proves that when the level of principal leadership is high therefore it is able to motivate plus successfully heightens teachers’ work performance. And also vice versa if principal’s leadership is at a low or mediocre level, thus resulting in unmotivated teachers and low level work performances even though they know very well of their professional expectations. Consequently it is undeniable that a kindergarten principal is definitely an anchor and a great influencer to his or her subordinates also being a motivator to the teachers, whether in the matter of human relations, technical support, or even as the “conceptor” in guiding the staff to reach the educational goals of the kindergarten. Although principal’s leadership is not the only element that influences teachers’ work performance nevertheless its carries substantial weight.

Keywords: Kindergarten principal’s leadership, kindergarten teacher’s work


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GRAFIK... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 19

C. Tujuan Penelitian... 19

D. Manfaat Penelitian... 20

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 22

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah... 22

1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin... 24

2. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor... 29

3. Kepala Sekolah Sebagai Manajer... 31

B. Profesi Guru Dan Kinerja... 33

1. Profesi Guru... 33

2. Kompetensi Guru... 36

3. Pengertian Kinerja... 38


(7)

A. Tujuan Penelitian... 41

B. Hipotesis Penelitian... 41

C. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu Dan Tempat Penelitian 42 D. Metode Penelitian ... 42

E. Populasi Dan Sampling... 43

F. Instrumen Penelitian... 45

G. Uji Coba Instrumen... 47

1. Uji Validitas... 47

2. Proses Pengambilan Keputusan... 48

3. Teknik Analisis Data... 51

H. Definisi Operasional Variabel... 56

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK... 56

2. Kinerja Guru TK... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian... 62

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 62

2. Kinerja Guru TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 68

3. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru TK DI Kecamatan Sukasari, Bandung... 75

B. Pembahasan... 78


(8)

2. Dimensi Keahlian Teknik (Supervisor)... 80

3. Dimensi Keahlian Konseptual (Manager)... 81

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 84

A. Simpulan... 84

Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 84

1. Kinerja Guru TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung.... 86

2. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru TK DI Kecamatan Sukasari, Bandung... 88

B. Rekomendasi... 89

DAFTAR PUSTAKA... xiv DAFTAR LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel.

3.1 Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 44 3.2 Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Lembang Untuk Uji

Validasi Terbatas Instrumen Penelitian... 46 3.3 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kepemimpinan Kepala

TK... 48 3.4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kinerja Guru Taman

Kanak-Kanak... 49 3.5 Kriteria Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kinerja

Guru... 53 3.6 Operasionalisasi Variabel Kepemimpinan Kepala

Sekolah... 57 3.7 Tabel Indikator Soal Kuesioner Kepemimpinan Kepala Sekolah TK

Setelah Validasi Terbatas Di Lapangan... 58 3.8 Operasionalisasi Variabel Kinerja... 60 3.9 Tabel Indikator Soal Kuesioner Kinerja Guru TK Setelah Validasi

Terbatas Di Lapangan... 61 4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

Bandung... 63 4.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,


(10)

(Leader)... 64 4.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

Bandung Pada Dimensi Keahlian Teknik (Supervisor)... 65 4.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

Bandung Pada Dimensi Keahlian Konseptual (Manager)... 67 4.5 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung 68 4.6 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kualitas Pekerjaan... 69 4.7 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kuantitas Pekerjaan... 70 4.8 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kehadiran... 72 4.9 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kerjasama... 73 4.10 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru

TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 74 4.11 Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Kinerja Guru... 76


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik.

4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 63 4.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Keahlian Kemanusiaan (Leader)... 65 4.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Keahlian Teknik (Supervisor)... 66 4.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Keahlian Konseptual (Manager)... 68 4.5 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung 69 4.6 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kualitas Pekerjaan... 70

4.7 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung Pada Dimensi Kuantitas Pekerjaan... 71 4.8 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kehadiran... 72 4.9 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tingginya kesadaran terhadap pendidikan anak usia dini, merupakan salah satu harapan bahwa bangsa ini memiliki semakin banyak orang yang berkualitas. Taman Kanak-Kanak (TK), bukan hal yang asing lagi di mata masyarakat Indonesia. Bahkan dengan sangat mudah di dapati sampai ke pelosok desa sekalipun. Dengan harapan TK sebagai organisasi pendidikan setidaknya mampu menciptakan suasana kekeluargaan yang penuh kasih dan kepercayaan pada tumbuh kembang anak serta kreatifitas yang bernilai tinggi.

Layaknya sebuah organisasi tidak terlepas dari hubungan pemimpin dan karyawan yang bekerja dengan profesional. Dalam kamus besar bahasa Indonesia organisasi berarti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan untuk satu tujuan. Juga berarti kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan yang sama. Demikian juga sekolah sebagai lembaga pendidikan. Dalam hal ini organisasi TK tidak terlepas dari hubungan kerjasama antara kepala sekolah dan guru.

Kepala sekolah sebagai pemimipin bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas sekolah. Daryanto (2006:80-82) menjelaskan 3 fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator pendididkan:


(13)

1. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah.

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah bertugas merumuskan tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan sekolah dan mengorganisasi sekolah. 3. Kepala sekolah sebagai supervisor.

Meirawan (2010:112) menegaskan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang seyogianya dapat mengambil keputusan yang tepat, mengkomunikasikan dan menginformasikan serta menggerakkan berbagai kekuatan sumber daya supaya mau dan mampu melaksanakan manajemen atau administrasi pendidikan untuk mencapai produktivitas pendidikan di sekolah yang tinggi.

Kedua pendapat ini merupakan perwakilan dari pernyataan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin yang tidak hanya bertanggung jawab untuk sebuah visi tetapi juga merumuskan bagaimana mencapai visi tersebut.

Tidak hanya kepala sekolah tetapi guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang penting dalam seluruh proses belajar mengajar menjadi kreatif dan menyenangkan. Mulyasa (2005:36) juga mensahkan pendirian tersebut yakni guru harus kreatif, menyenangkan dan ditambahkan ia harus bersikap profesional. Selain itu guru dituntut untuk menjadi penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru harus kreatif dalam memilah, serta mengembangkan materi standar sebagi bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru harus professional dalam membentuk kompetensi peserta dididk sesuai dengan karakteristik individual masing-masing. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya. Yang berarti belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, harus


(14)

dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik.

Ketika seorang guru menghayati benar citra profesinya maka ia juga akan sadar bahwa kinerja guru merupakan faktor yang paling menentukan kualitas pembelajaran di TK. Dengan demikian, peningkatan mutu pendidikan kualitas kerja guru perlu mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan. Kualitas kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang amat kompleks dan menunjukkan apakah pembinaan dan pengembangan profesional dalam satu pekerjaan berhasil atau gagal. Oleh karena itu, para kepala sekolah harus memperhatikan tiga komponen yang dapat menjadi indikator kinerja, yaitu (Colquitt dalam Suprihatiningrum, 2013:39):

1. kinerja dalam tugas, baik rutin maupun nonrutin yang disebut tugas adaptif;

2. kinerja yang disebut dengan perilaku kewarganegaraan (citizenship behavior), termasuk tugasnya, tetapi mempunyai sumbangan terhadap pencapaian organisasi, dengan menunjukkan kerja yang melampaui tugas normal tanpa mengharapkan imbalan karena kecintaannya terhadap organisasi; dan

3. perilaku negatif yang mengganggu ketercapaian tujuan organisasi, seperti sabotase, korupsi, menghamburkan sumber daya, gosip, pelecehan, dan penyalahgunaan kewenangan.

Kepala sekolah maupun guru memiliki peran yang sama pentingnya dalam TK. Kedua-duanya ada untuk satu tujuan yang sama. Dalam TK yaitu untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa. Selain itu para pendidik di TK juga memiliki tanggung jawab yang dijabarkan dengan lebih


(15)

spesifik yaitu untuk meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak)

Oleh karena demikian TK yang ideal pada abad ini melihat betapa urgen untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak (meeting needs of the whole child) dalam konteks ekologi yakni hubungan kerjasama antara para orang tua, anak, komunitas dan sekolah (Decker dan Decker, 1992: 18-35).

1. Pondasi Program (Program Base)

Dalam dua dekade terakhir ini, para pendidik serta masyarakat secara luas setuju bahwa pentingnya perkembangan usia dini anak dan TK menjamur dengan pesat. Namun menurut Decker dan Decker (1992:18) hanya segelintir instansi Pendidikan Anak Usia Dini atau TK memiliki sebuah program yang sistematis yang dapat menjadi acuan serta panduan bagi para guru ketika sedang praktek.

Tanpa adanya pondasi demikian maka masalah dan kebingungan akan timbul. Dan sering sekali ketika terjadi praktek yang berbeda dari yang seharusnya maka para pendidik akan coba membela cara prakteknya dengan teori-teori dan pernyataan nilai (value statements) yang mereka ketahui.

Dengan demikian para kepala sekolah harus mengemban tanggung jawab untuk memilih program serta mengorganisir program pendidikan


(16)

yang sesuai dan sah dengan kebutuhan masa kini. Decker dan Decker (1992: 24) menegaskan dalam perencanaan program harus mencakup lima langkah tersebut:

a. Mengidentifikasi tujuan-tujuan yang penting dalam program anak usia dini;

b. Mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada mereka yaitu guru yang akan membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan program; c. Memastikan proses pelaksaan mencapai tujuan program yang

dipilih;

d. Mengoperasikan program demi pencapaian peserta didik; dan e. Menyediakan umpan balik (feedback) dan evaluasi.

Maka langkah pertama dalam perencanaan program pendidikan anak usia dini adalah membangun sebuah pondasi filosofi dan psikologis dan menyematkan tujuan-tujuannya dalam kurikulum. Justru pada tahap ini semua aspek pembelajaran dipertimbangkan secara seksama karena semua aspek saling mempengaruhi. Tugas ini juga merupakan tugas utama kepala sekolah bersama tim intinya yakni para guru senior atau guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

2. Aspek Operasional (Komponen Administratif sebuah program)

Dalam aspek operasional, kualitas staf terutama para guru yang menjadi pejuang garis depan sangat menentukan tingkat kecemerlangan sebuah program pendidikan anak usia dini di sebuah TK. Bagi sejumlah besar orang, pekerjaan bukan sekedar mencari nafkah tetapi merupakan situasi pekerjaan di mana seseorang merasa aman dan teraktualisasi.


(17)

Para guru TK kini harus memiliki kualifikasi yang sah yakni minimal lulusan S1. Ini dikarenakan program pendidikan anak usia dini saat ini makin komprehensif sehingga memiliki tuntutan penyediaan kualitas yang lebih tinggi dalam aspek pendidikan atau pembelajaran, nutrisi, kesehatan, pelayanan sosial kepada orang tua serta anak dan yang terakhir ratio yang seimbang antara jumlah guru dan jumlah peserta didik (Decker, 1992).

Untuk merealisasikan program yang berkualitas dengan operasi yang berkualitas para kepala sekolah selaku pemimpin administrasi TK harus memobilisasi dan mengkoordinasi ide, sarana dan prasarana (cth: perlengkapan) dan personil untuk mencapai tujuan program secara efektif dan serta efisien. Selain itu kepala sekolah juga harus memastikan bahwa para guru dihargai dengan gaji yang sesuai kapasitas kerja dan tidak hanya mengecap dengan label “pahlawan tanpa tanda jasa. Karena kini status guru TK dikenal sebagai sebuah profesi yang sah.

3. Model Kurikulum (Komponen Pedagogik dalam sebuah program)

Walaupun saat ini terdapat banyak sekali pilihan model kurikulum, namun dalam memilih model kurikulum yang sesuai dengan instansi pendidikan anda inginkan harus dipertimbangkan dua orientasi tersebut (Decker dan Decker,1992): (a) apakah untuk mengasah perkembangan anak seutuhnya (nurture total development); atau (b) untuk membantu anak menguasai huruf dan angka sesuai tuntutan budaya (cultural literacy


(18)

demand). Unggulnya sebuah TK sering berpaut kepada isu kurikulumnya. Namun semua sangat tergantung bagaimana kepala sekolah serta guru mengartikannya dan memperagakan kurikulum yang dipilih TK secara kompak. Jika tidak akan timbul tolak belakang ide atau persepsi maka akan muncul ketidak seragaman standar (standards/benchmarks).

Setelah mempertimbangkan semua faktor yang diperlukan dalam sebuah program, seorang kepala sekolah bersama dengan gurunya harus menimbulkan sebuah pemikiran apa TK tersebut akan dibangun dengan sebuah pendirian psikologis atau dengan pendirian filosofis. Maka dari situlah sebuah program yang “ideal” dapat dipilih untuk menyesuaikan kebutuhan anak di instansi TK masing-masing agar program TK tidak berkembang dengan konsep main asal comot karena program tertentu sedang ngetrend atau lebih menguntungkan.

4. Evaluasi Program

Langkah terkhir adalah bagi semua personil baik kepala sekolah maupun guru TK mengevalusi efektivitas program Tknya. Evaluasi pada dasarnya akan mengubah mandat melalui perintah external dan / atau menstimulasi visi atau masalah secara internal. Evaluasi yang paling bermakna adalah evaluasi yang lebih menstimulasi faktor internal (hati atau nilai) daripada evaluasi yang mengutarakan mandat external karena data ini hanya lebih sering digunakan untuk tujuan internal TK saja dan tidak melihat


(19)

gambar keseluruhan. Flaherty dalam Decker (1992:34) memberikan perbandingan efek-efek perubahan program dengan cara yang berbeda, seperti berikut: (a) perubahan lebih sulit jika merubah struktur program dibanding keperluan untuk memperkaya program; (b) perubahan lebih sulit ketika jika semua staf terlibat memikirkan dibandingkan hanya dengan beberapa guru yang ahli; (c) perubahan yang cepat sama sulitnya dengan perubahan yang lambat jika terjadi banyak pergantian staf; dan (d) perubahan sangat sulit jika para guru menolak gagasan tersebut.

Justru jika kepala sekolah dan guru terbuka kepada persepsi bahwa evaluasi merupakan cara untuk memperbaiki program dan bukan sekedar mempermasalahkan sebuah metodologi, maka evaluasi akan menjadi sebuah proses yang berkelanjutan, dan alhasil dapat menjadi sebuah titik awal bagi perencanaan program masa depan.

Program dan materi pendidikan serta model pendidikan yang digunakan TK haruslah menumbuhkan rasa senang dan rasa betahnya anak, guru serta orang tua/wali. Juga mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan semua potensi yang dimilikinya anak. TK yang ideal adalah TK yang memiliki manajemen yang baik dalam mendukung program kegiatan taman kanak-kanak. Dengan kata lain, baik program, materi, model pendidikan serta aspek operasional haruslah sinkron.

Anak pada usia dini pada umumnya akan memberikan rasa percaya kepada siapapun ketika anak merasa aman dan nyaman. Keluarga adalah tempat pertama kepercayaan anak itu tumbuh.


(20)

TK, dimulai dari kepala sekolah, guru, sampai kepada sekolah, bangunan, kurikulum, program dan lain sebagainya dalam keadaan apapun adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan agar dapat menjadi alat yang berguna dalam mengembangkan pribadi anak didik menjadi pribadi yang berkualitas. Bekerjasama menciptakan suasana kondusif dimana tidak ada satu hal pun yang terlalu mudah, untuk diabaikan, dan tidak ada satu halpun yang terlalu sulit sehingga tidak dapat dikerjakan.

Namun pada kenyataannya penulis menemukan beberapa masalah antara kepala sekolah dengan guru. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru serta koordinator kurikulum (di Indonesia dan Malaysia) dan sebagai kepala sekolah (di Malaysia). Serta keterlibahatan penulis secara langsung dalam membangun program sekolah di salah satu provinsi di Indonesia, penulis menyaksikan di berbagai instansi TK sering mengalami tantangan berikut:

1. Baik kepala sekolah maupun guru bekerja sendiri-sendiri Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala Sekolah

Memiliki visi, berwibawa namun tidak terampil memimpin, serta tidak memiliki

Tidak mampu

mengkomunikasikan visi kepada guru, cenderung bersifat memaksakan

Kepala sekolah tidak perlu mengambil resiko dengan perkembangan dunia. Guru tertekan dan


(21)

wawasan yang luas, tidak mengayomi.

kehendak, dominan atau kebalikkan bersifat pasif.

lelah karena harus berjuang sendiri. Atau dia akan merasa tidak ada kesempatan untuk perkembangan jenjang karir dengan keadaan cuek kepala sekolah dan keadaan sekolah yang biasa-biasa. Sekolah dengan standar lama yang penting tetap jalan, tidak ada suasana kekeluargaan.

Guru Memiliki keterampilan mengajar yang baik dan kreatif.

Semangat, inovatif, cenderung bekerja dari pada hanya bicara. Berani mengambil resiko.

Sesungguhnya sekilas kedua orang penting ini terlihat sebagai contoh yang baik dalam sekolah. Kenyataannya antara kepala sekolah dengan kemampuan memimpin, namun tidak mimiliki keterampilan untuk merumuskan visi. Dengan guru yang memiliki kemampuan mengajar, kreatif, dan lain sebagainya. Menimbulkan dua masalah, pertama, kepala sekolah cenderung menekan guru, lantaran guru lebih terlihat dominan dari kepala sekolah. Sehingga kepala sekolah terlihat sangat tegas alias otoriter, sedang guru terlihat sangat taat alias takut. Namun


(22)

jika kepala sekolah bersifat pasif dan tidak banyak berkomentar, guru yang berpengalaman juga akan merasa hambar karena tidak ada tantangan untuk dia mengaktualisasikan diri dan kemungkinan besar tidak ada kesempatan untuk kenaikkan jenjang karir. Kedua sekolah semakin terbelakang dengan prinsip lama yang tidak terlalu relevan lagi di masa sekarang, di tambah guru yang kelelahan berjuang sendiri. Kemungkinan besar terjadinya gonta ganti guru.

Wahjosumidjo (2003:95) mengemukakan bahwa kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselengarakannya proses belajar-mengajar atau terjadinya interaksi antar guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran. Sementara itu, kepala sekolah sebagai educator turut berperan dalam pembentukan karakter yang didasari nilai-nilai pendidik. Dalam hal ini, kepala sekolah harus memiliki (Asrori dalam Asmani 2012:33):

a. kemampuan mengajar/membimbing siswa, b. kemampuan membimbing guru,

c. kemampuan mengembangkan guru, dan kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan.

2. Baik kepala sekolah maupun guru kebingungan. Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala Sekolah

Memiliki visi, namun tidak

Tidak mampu

mengkomunikasikan

Kepala sekolah, tetap tenang, selagi tidak


(23)

berwibawa tidak terampil

memimpin, tidak memiliki wawasan yang luas, tetapi mengayomi.

visi kepada guru, cenderung

melemparkan

masalah kepada guru. Menginginkan sekolah dengan standar yang lebih baik.

terusik.

Guru bekerja

seadanya, tidak perlu harus berfikir keras Sekolah tetap berjalan seperti biasa, selagi belum ada orang yang mampu menaikkan standar yang ada. Terjalin suasana kekeluargaan.

Guru Mampu mengajar, namun tidak terampil dan tidak kreatif, tidak memiliki wawasan yang luas

Tidak mampu

mengkomunikasikan ide, cenderung melakukan hal-hal yang telah ada. Tidak berani mengambil resiko.

Sebenarnya kedua orang penting ini merasa tidak terlalu penting, karena keduanya sadar bahwa mereka tidak memenuhi standar pendidik. Namun tetap menjadi penting, karena sekolah tetap harus berjalan, meski tetap seperti biasa. Ditambah dengan rasa bangga yang tinggi untuk tidak terlalu perduli dengan persaingan, dengan menurunkan harga jual sesuai dengan kualitas sekolah. Sekolah ini tetap bertahan dengan suasana kekeluargaan dan harga murah yang ditawarkan.


(24)

Tantangan kompetisi yang sangat tinggi pada era globalisasi saat ini mengharuskan TK untuk memanfaatkan sekuruh sumber dayanya agar mampu bersaing dan memenangkan persaingan itu. Tidak boleh ada apatisme, pasivisme, dan fatalisme. Asmani (2012:51) menegaskan bahawa kreativitas, daya inovasi, dan produktivitas harus menjadi ruh organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai sosok manajer dan leader mempunyai tanggung jawab besar untuk menggerakkan perubahan yang sesuai dengan semangat besar ini sehingga guru turut termotivasi.

3. Kepala sekolah bekerja sedang guru belajar. Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala Sekolah

Memiliki visi, berwibawa

terampil

memimpin, serta memiliki wawasan

yang luas,

mengayomi

Mampu

mengkomunikasikan visi kepada guru, memecahkan

masalah, Menginginkan sekolah dengan standar yang tinggi.

Kepala sekolah bekerja keras dalam waktu yang bersamaan untuk meningkatkan standar sekolah juga meningkatkan

keterampilan guru. Guru bekerja keras untuk belajar, takut dipecat, atau mundur sebelum berjuang. Guru Mampu mengajar,

namun tidak terampil dan tidak

Tidak mampu

mengkomunikasikan ide, cenderung


(25)

kreatif, tidak memiliki wawasan yang luas

melakukan hal-hal yang telah ada. Tidak berani mengambil resiko.

Sekolah tidak berjalan sesuai standar,

suasana kekeluargaan yang menegangkan karena guru merasa sesak dan khawatir tidak kekejar tuntutan kepala sekolah.

Tentu saja kondisi ini tidak seimbang. Meskipun tujuan dari sekolah ini jelas, yaitu sekolah yang berkualitas nantinya, guru-guru yang berbekalkan mampu mengajar dan terus ingin belajar, akan terus berjuang. Namun pada titik awal ini, bagi beberapa guru menjadi sebuah ancaman, karena guru tersebut tidak memiliki mental sebagai guru, dimana guru tidak pernah lelah belajar. Sehingga guru tersebut memilih untuk mundur sebelum berjuang. Menambah tugas bagi kepala sekolah untuk mencari sumber daya lagi.

Kepala Sekolah dan guru adalah dua senjata utama yang diandalkan untuk mewujudkan target TK. Maka kedua elemen ini harus diberdayakan secara profesional supaya melahirkan kinerja yang memuaskan dan tidak terlihat pincang karena kelemahan dari salah satu elemen.

Menurut Asmani (2012:93) dalam kondisi demikian, kemampuan guru perlu ditingkat dengan berbagai program, seperti pelatihan, seminar, simposium, dan


(26)

lain-lain. Kompensasi guru juga harus sepadan dengan beban pekerjaan mereka. Selain itu karir guru harus terus diangkat, sehingga motivasi mereka untuk berprestasi semakin menyala dan berkobar-kobar di dada.

4. Baik kepala sekolah maupun guru bekerja keras dalam ketegangan. Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala Sekolah

Memiliki visi, berwibawa terampil memimpin, serta memiliki wawasan yang luas, tidak mengayomi.

Mampu

mengkomunikasikan visi kepada guru, memecahkan

masalah, Menginginkan sekolah dengan standar yang tinggi.

Kepala sekolah bekerja keras untuk standar yang tinggi. Guru bekerja keras dengan standar yang tinggi, namun tertekan.

Sekolah mencapai target, tetapi tidak memiliki suasana kekeluargaan.

Guru Mampu mengajar, terampil kreatif, memiliki wawasan yang luas

Semangat, inovatif, mampu

mengkomunikasikan

ide. Berani

mengambil resiko.

Dapat dibayangkan kondisi ini adalah kondisi yang diimpikan semua sekolah, memiliki kepala sekolah yang hebat, dan guru yang hebat pula. Baik kepala sekolah


(27)

maupun guru, tidak henti-hentinya bekerja keras. Tidak diragukan lagi, ini adalah sekolah yang bertumbuh dengan pesat, namun sangat disayangkan, tidak adanya suasana kekeluargaan membuat guru tidak merasa nyaman dan aman.

Ketika manajemen dan guru sudah berdaya secara profesional, maka perlu dibentuk teamwork yang benar-benar solid dan profesional, sehingga bisa mencapai produktivitas kerja yang diharapkan. Membentuk teamwork itu membutuhkan seleksi yang objektif dengan tiga pertimbangan utama, yakni integritas moral, kapabilitas, dan akseptabilitas. Kepala sekolah harus bisa bekerja sama dengan tim ini, sehingga terjalin sinergi yang saling menguntungkan untuk kemajuan sekolah (Asmani, 2012:133-134).

5. Baik kepala sekolah maupun guru adalah keluarga Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala Sekolah

Memiliki visi, berwibawa,

terampil memimpin,

mengayomi, namun tidak memiliki wawasan yang luas,

Mampu

mengkomunikasikan visi, memecahkan masalah,

Menginginkan

sekolah dengan standar yang tinggi.

Kepala sekolah stress sendiri, berjuang

mempertahankan nama baik sekolah, dengan menutupi segala kekurangan,


(28)

hanya memandang TK sebagai peluang bisnis, dan karena objeknya hanyalah anak-anak, usia dini pula.

Cenderung memiliki

standar yang

tumpang tindih.

demi keuntungan.

Guru bekerja

seadanya, meskipun tuntutan yang tinggi, guru tidak mengenal otoritas, yang penting dapat gaji. Sekolah dengan tuntutan yang tinggi.

tetapi yang

terpenting sekolah terus berjalan, meski seadanya selagi menguntungkan. Guru Yang penting

mampu mengajar, selagi keluarga.

Cenderung bekerja karena uang.

Secara prinsip, sebagaimana yang ditetapkan Kemendiknas (2010), fungsi dan tugas kepala sekolah dapat diakronimkan menjadi emanslime (edukator, manager, administrator, supervisor, leader, dan entrepreneur.) Maka tidak salah jika kepala sekolah mengutarakan sisi bisnis dalam cara pengelolaan Tknya dia mana beliau harus sering mencari kesempatan pengembangan sekolah dan berkemampuan menciptakan inovasi yang berguna buat sekolah dan bukan hanya mengejar untung semata-mata. Jika terdapat kualitas maka sekolah akan makin berkembang and


(29)

keuntungan makin besar. Namun beliau harus juga seimbang dalam peran-perannya yang lain seperti dikemukan Kemendiknas. Kepala sekolah harus berhati-hati dengan tindakan dan motivasi yang salah menghalalkan segala cara, tindakan yang egois, merugikan masyarakat, bahkan Negara. Karena hal tersebut tidak hanya mencoreng nama TK saja tetapi profesi pendidik TK juga dapat dipandang remeh dari standar yang kepala sekolah tetapkan. Jika memang anggota keluarga yang harus menjadi guru maka guru tersebut juga harus berkualifikasi dan siap bekerja secara profesional. Kelima masalah di atas adalah kombinasi antara kepala sekolah dan guru yang terjadi sekarang. Penulis menggunakan kata kombinasi karena demikianlah selayaknya antara kepala sekolah dan guru dalam perannya masing-masing. Struktur adalah pernyataan akan kesinambungan antara pemimpin dan karyawan. Kedua-duanya memiliki nilai yang sama pentingnya. Meskipun pemimpin dan karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Oleh sebab itu dalam membangun organisasi yang bekualitas dibutuhkan kerjasama dari kedua pihak.

Pemimpin tidak dapat bekerja sendiri, demikian sebaliknya. Sepintar apapun kepala sekolah atau guru, keduanya wajib untuk jalan bersama-sama. Sekolah bagaikan tombak untuk menembus lingkar target yang ingin dicapai. Kepala sekolah adalah orang yang memimpin para guru, karena dengan demikian kepala sekolah sedang meruncingkan guru yang adalah ujung tombak tersebut.


(30)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah Hubungan Kepemimipinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak?”

Adapun secara lebih khusus rumusan masalah di atas dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung?

2. Bagaimana kinerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung?

3. Bagaimana hubungan kepemimpinan kepala sekolah TK dengan kinerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung ?

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Oleh karena TK adalah lembaga pendidikan yang wajib mendapatkan perhatian khusus dari semua orang yang terkait di dalamnya, penulis merasa penting untuk memperoleh data empiris mengenai variabel yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru TK.


(31)

2. Tujuan Khusus

Yang pertama, untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung. Kedua, untuk mengetahui kenerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penemuan-penemuan tersebut diharapkan dapat membantu calon kepala sekolah TK dalam aspek performa administrasi sekolah. Dimana informasi yang dipaparkan dapat menjadi bahan introspeksi serta menjadi formula untuk menciptakan hubungan yang ideal antara kepala sekolah dan guru-gurunya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian tersebut dapat menjadi bahan materi yang kongkrit bagi pembenahan pribadi. Menyimpulkan kolaborasi sikap, cara dan “team-work” yang paling pantas sebagai pemimpin TK. Selain itu juga dapat menjadi bahan tafsiran kepribadian seraya mengasah kecerdasan interpersonal serta intrapersonal kepala sekolah yang akan membentuknya menjadi seorang pemimpin yang memiliki daya saing yang positif dan membangun (cutting-edge leader).


(32)

b. Bagi Guru

Penelitian tersebut dapat menjadi pegangan bagi para guru TK untuk memahami perannya sebagai guru agar dapat terus belajar untuk dapat mengajar. Serta dapat belajar tentang peran kepemimpinan, kelak dirinya menjadi pemimpin.

c. Bagi Anak Didik

Sosok kepala sekolah dan guru adalah dua pribadi yang merupakan penggerak (motor) dalam sebuah instansi pendidikan. Jika kolaborasi 2 pribadi tersebut berlangsung secara sinergis maka anak didik akan menikmati suasana serta pengalaman yang optimal. Sehingga secara bersamaan mutu pendidikan di TK akan meningkat karena baik kepala sekolah maupun guru akan berusaha dengan inovatif dan kreatif untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak didik mereka.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan penelitian ini, tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai variabel yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru. Secara khusus tujuan penelitan adalah:

1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung.

2. Untuk mengetahui kenerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung.

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa seorang pemipin yaitu kepala sekolah merupakan katalisitor (catalyst) salam sebuah instansi maka perilaku serta sikap mereka dapat menjadi pemicu utama efek manajemen, disiplin kinerja dan terutama motivasi guru terhadap performa mereka di TK, Jadi asumsi dasar adalah seperti berikut:

1. Kempemimpinan yang trampil dan bertanggung jawab = kinerja guru positif;

2. Kepemimpinan yang tidak trampil dan tidak berkewajiban = kinerja guru negatif;


(34)

Maka dari itu penulis ingin menguji serta mengukur apa benar kondisi nyata peran kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci utam pengaruh kinerja guru di TK.

Ho: Tidak dapat hubungan yang signifikan antara pola kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru.

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antar pola kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru.

C. LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL, WAKTU DAN TEMPAT

PENELITIAN

Lokasi sampel penelitian bertempat di Kecamatan Sukasari, Bandung. Daerah tersebut mencakup empat kelurahan yaitu Isola, Sukarasa, Gegerkalong dan Sarijadi. Penelitian dilakukan selama seminggu pada bulan Desember 2013.

D. METODE PENELITIAN

Oleh karena penelitian ini tidak melakukan sebuah intervensi dan justru lebih fokus pada meneliti kaitan atau hubungan antara dua variabel yakni kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja/produktivitas guru-guru TK. Dengan demikian penelitian ini bersifat korelasi dengan menggunakan metode survei. Menurut Creswell (2008: 60), desain penelitian korelasi spearman merupakan prosedur dalam penelitian kuantitatif yang membutuhkan para peneliti untuk mengukur derajat asosiasi/hubungan (degree of association) antara dua atau lebih variabel dengan menggunakan prosedur statistik yang sudah ditentukan sebagai


(35)

sebuah analisi korelasi. Derajat asosiasi tersebut, diekspresikan sebagai nomer yang akan mengindikasikan apakah kedua variabel tersebut berkaitan atau apakah satu variabel dapat memprediksi variabel yang lainnya.

E. POPULASI DAN SAMPLING

Populasi dalam penelitian ini adalah guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung sebanyak 133 orang dari 31 TK.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Menurut Arikunto (1983) menyatakan: “Apabila subyeknya

kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau

lebih”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel sejumlah 133 orang tersebut menggunakan teknik random sampling. Tujuan utamanya adalah agar semua populasi terwakili. Jika pengambilan contoh tidak secara acak, maka tidak dapat dijamin bahwa keseluruhan populasi dapat terwakili.


(36)

Tabel 3.1

Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung. 1. TK DR. Setiabudhi

2. TK Al Mu’Min 3. TK Kuncup Melati 4. TK Darul Walad

5. TK Kasih Sayang Bunda 6. TK Baiti Kids

7. TK Miana V 8. TK Al Azhar 30 9. TK Yaspimi

10. Taman Pendidikan Firdaus Percikan Iman 11. TK Ar-Raudlah

12. TK Q Miftahulhidayah 13. TK Al Amanah

14. TK Nurul Huda 15. TK Puspa Mekar 16. TK Al Ikhlas 17. TK Al Akhlaq 18. TK Kuncup Harapan 19. TK Al Murabi 20. TK Permatasari 21. TK Al Hidayah


(37)

22. TK Aisyiyah 7 23. TK Saadaturroqhman 24. TK Al Miftah

25. TK Antofik

26. TK Al Baiturrohman 27. TK Labschool UPI 28. TK Nurul Hudha 29. TK Sarijadi

30. TK Al Mukarromah 31. TK Nurul Bayan

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian berbentuk kuesioner penilaian kinerja guru serta efek dari kepemimpinan kepala sekolah oleh pimpinan (kepala sekolah). Kuesioner berikut diberikan kepada guru untuk menilai ketrampilan diri dan efek kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Sebelum kuesioner-kuesioner guru dan kepala sekolah disajikan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi untuk setiap variabel. Dalam kuesioner tersebut, masing-masing pengisi dikehendaki memiliki skala tingkat hubungan selalu atau tidak pernah.

Guna mewujudkan penelitian ini, sampel akan dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk kedua-dua variabel. Penulis menggunakan instrumen sikap lima skala dari Likert (five point scale of the Likert’s type) untuk mengevaluasi respon guru-guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Sebelum


(38)

digunakan dalam penilaian, instrumen tersebut diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya dengan ujian terbatas di 10 buah TK yang berada di desa/kelurahan Lembang. Butir-butir instrumen yang valid digunakan untuk alat pengukuran dalam penilaian, sedangkan butir instrumen yang tidak valid dibuang.

Setelah uji validasi dan reliabilitas 10 soal (nomer 4, 5, 7, 10, 12, 15, 16, 29, 38, dan 40) dari kuesioner kepala sekolah DARI tidak valid. Manakala dalam kuesioner guru terdapat 7 soal (nomer 1, 11, 12, 15, 17, 29, 50) yang tidak valid.

Tabel 3.2

Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Lembang Untuk Uji Validasi Terbatas Instrumen Penelitian

1. TKIT Gita 2. TK Anggrek 3. TK Eagle

4. TK Benih Harapan 5. TK Bayangkari 6. TK Bayangkari 7. TK Nurani 8. TK Al Amanah 9. TK Ar-Roqman 10. TKIT Al-Syifa


(39)

G. UJI COBA INSTRUMEN

Didalam sebuah penelitian, uji coba instrument dilakukan untuk mengukur sejauh mana validitas dan reliabilitas dari instrument yang digunakan.

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2008:121) Validitas merupakan ketetapan, kesesuaian atau keccokan penilaian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Validnya suatu instrument mengandung artian bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur serta memiliki dukungan yang besar terhadap skor dari item total.

Metode yang digunakan dalam perhitungan hasil uji validitas adalah metode analisis item per item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan skor tiap butir. Langkah-langkah pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Menghitung koefisien korelasi product moment / r hitung (rxy), dengan menggunakan rumus seperti berikut:

 



2 2 2 2

XY Y) ( Y N X) ( X N Y) X)( ( XY N r (Arikunto, 2002:72) Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Item soal yang dicari validitasnya


(40)

2. Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika r hitung positif dan r hitung ≥ 0,3 maka butir soal valid

 Jika r hitung negatif dan r hitung < 0,3 maka butir soal tidak valid. Menurut Masrun dalam (Sugiyono 2010:188) menyatakan bahwa

item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3, jadi

semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Untuk lebih jelas tentang uji validitas item data, berikut disajikan hasil rekapituasi uji validitas kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan program Ms. Excel 2007 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kepemimpinan Kepala TK No

r

Hitung r Tabel Kriteria No

r

Hitung r Tabel Kriteria 1 0.82 0.30 Valid 29 0.28 0.30 Invalid

2 0.34 0.30 Valid 30 0.52 0.30 Valid

3 0.61 0.30 Valid 31 0.64 0.30 Valid

4 0.18 0.30 Invalid 32 0.41 0.30 Valid 5 -0.07 0.30 Invalid 33 0.47 0.30 Valid

6 0.71 0.30 Valid 34 0.37 0.30 Valid

7 0.28 0.30 Invalid 35 0.64 0.30 Valid

8 0.71 0.30 Valid 36 0.71 0.30 Valid

9 0.71 0.30 Valid 37 0.77 0.30 Valid

10 0.17 0.30 Invalid 38 0.28 0.30 Invalid

11 0.75 0.30 Valid 39 0.46 0.30 Valid

12 0.09 0.30 Invalid 40 0.16 0.30 Invalid

13 0.71 0.30 Valid 41 0.72 0.30 Valid

14 0.71 0.30 Valid 42 0.40 0.30 Valid

15 0.01 0.30 Invalid 43 0.67 0.30 Valid 16 0.00 0.30 Invalid 44 0.55 0.30 Valid


(41)

No

r

Hitung r Tabel Kriteria No

r

Hitung r Tabel Kriteria

17 0.78 0.30 Valid 45 0.67 0.30 Valid

18 0.76 0.30 Valid 46 0.46 0.30 Valid

19 0.76 0.30 Valid 47 0.72 0.30 Valid

20 0.76 0.30 Valid 48 0.79 0.30 Valid

21 0.60 0.30 Valid 49 0.61 0.30 Valid

22 0.72 0.30 Valid 50 0.53 0.30 Valid

23 0.52 0.30 Valid 51 0.55 0.30 Valid

24 0.59 0.30 Valid 52 0.54 0.30 Valid

25 0.40 0.30 Valid 53 0.51 0.30 Valid

26 0.72 0.30 Valid 54 0.37 0.30 Valid

27 0.69 0.30 Valid 55 0.43 0.30 Valid

28 0.32 0.30 Valid

Tabel 3.4

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas

Pernyataan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak No

r

Hitung r Tabel Kriteria No

r

Hitung r Tabel Kriteria 1 0.25 0.30 Invalid 30 0.52 0.30 Valid

2 0.37 0.30 Valid 31 0.55 0.30 Valid

3 0.44 0.30 Valid 32 0.70 0.30 Valid

4 0.62 0.30 Valid 33 0.74 0.30 Valid

5 0.66 0.30 Valid 34 0.67 0.30 Valid

6 0.67 0.30 Valid 35 0.73 0.30 Valid

7 0.39 0.30 Valid 36 0.62 0.30 Valid

8 0.62 0.30 Valid 37 0.72 0.30 Valid

9 0.68 0.30 Valid 38 0.65 0.30 Valid

10 0.39 0.30 Valid 39 0.54 0.30 Valid

11 0.26 0.30 Invalid 40 0.65 0.30 Valid 12 -0.03 0.30 Invalid 41 0.64 0.30 Valid

13 0.45 0.30 Valid 42 0.80 0.30 Valid

14 0.66 0.30 Valid 43 0.77 0.30 Valid

15 0.30 0.30 Invalid 44 0.77 0.30 Valid

16 0.70 0.30 Valid 45 0.79 0.30 Valid

17 0.30 0.30 Invalid 46 0.77 0.30 Valid

18 0.74 0.30 Valid 47 0.67 0.30 Valid

19 0.53 0.30 Valid 48 0.71 0.30 Valid

20 0.69 0.30 Valid 49 0.76 0.30 Valid


(42)

No

r

Hitung r Tabel Kriteria No

r

Hitung r Tabel Kriteria

22 0.71 0.30 Valid 51 0.69 0.30 Valid

23 0.80 0.30 Valid 52 0.70 0.30 Valid

24 0.66 0.30 Valid 53 0.72 0.30 Valid

25 0.74 0.30 Valid 54 0.80 0.30 Valid

26 0.58 0.30 Valid 55 0.49 0.30 Valid

27 0.75 0.30 Valid 56 0.64 0.30 Valid

28 0.69 0.30 Valid

Setelah diuji validitas setiap item selanjutnya alat pengumpul data tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Realibilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapakalipun diambil, tetap akan sama.

Dalam pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan bantuan perhitungan program Ms. Excel 2007 dengan rumus statistika Cronbach Alpa dan tahapannya sebagai berikut:

a. Menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11) dengan menggunakan rumus Cronbach Alpa sebagai berikut:

2

11 1 2

1 i t n r n          

Keterangan : 11

r = Reliabilitas tes yang dicari 

2

i

 Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

t

 = Varians total n = banyaknya soal


(43)

 

N N

X X

2 2

2

X

= Jumlah Skor 2

X

= jumlah kuadrat skor N = banyaknya sampel

Setelah diuji validitas, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah butir soal tersebut reliabel, untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program Ms Excel 2007 dan diperoleh sebagai berikut:

a. Reliabilitas Data kepemimpinan kepala sekolah (Variabel X) Jumlah varian (i ) = 37,44

Varian Total (t ) = 429,04 Reliabilitas = 0,93 (Sangat Kuat)

b. Reliabilitas Data kinerja Guru TK (Variabel Y) Jumlah varian (i ) = 55,88

Varian Total (t ) = 1016,32,80 Reliabilitas = 0,96 (Sangat Kuat)


(44)

3. Teknik Analisis Data

a. Analisis profil kepemimpinan kepala TK dan kinerja guru i. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

No Variabel Dimensi Skor Maksimal Ideal

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keseluruhan 46 x 5 = 230 Dimensi 1 14 x 5 = 70 Dimensi 2 13 x 5 = 65 Dimensi 3 19 x 5 = 95

2 Kinerja Guru

Keseluruhan 49 x 5 = 245 Dimensi 1 15 x 5 = 75 Dimensi 2 20 x 5 = 100 Dimensi 3 4 x 5 = 20 Dimensi 4 10 x 5 = 50

ii. Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

No Variabel Dimensi Skor Minimal Ideal

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keseluruhan 46 x 1 = 46 Dimensi 1 14 x 1 = 14 Dimensi 2 13 x 1 = 13 Dimensi 3 19 x 1 = 19

2 Kinerja Guru

Keseluruhan 49 x 1 = 49 Dimensi 1 15 x 1 = 15 Dimensi 2 20 x 1 = 20 Dimensi 3 4 x 1 = 4 Dimensi 4 10 x 1 = 10


(45)

iii. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal

No Variabel Dimensi Rentang Skor

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keseluruhan 230 - 46 = 184 Dimensi 1 70 – 14 = 56 Dimensi 2 65 – 13 = 52 Dimensi 3 95 – 19 = 76

2 Kinerja Guru

Keseluruhan 245 – 49 = 196 Dimensi 1 75 – 15 = 60 Dimensi 2 100 – 20 = 80 Dimensi 3 20 – 4 = 16 Dimensi 4 50 – 10 = 40

iv. Mencari interval skor:

Interval skor = Rentang skor / 5

No Variabel Dimensi Interval Skor

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keseluruhan 184/5 = 36,8 Dimensi 1 56/5 = 11,2 Dimensi 2 52/5 =10,4 Dimensi 3 76/5 = 15,2

2 Kinerja Guru

Keseluruhan 196/5 = 39,2 Dimensi 1 60/5 = 12 Dimensi 2 80/5 = 16 Dimensi 3 16/5 = 3,2 Dimensi 4 40/5 = 8

dari langkah langkah diatas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut: Tabel 3.5

Kriteria Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru

No Variabel Dimensi Interval Skor

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keseluruhan

Sangat Tinggi 194 - 230

Tinggi 157 - 193

Sedang 121 - 156

Rendah 84 - 120

Sangat Rendah 46 - 83 Dimensi 1 Sangat Tinggi 60 - 70


(46)

Tinggi 49 - 59

Sedang 37 - 48

Rendah 26 - 36

Sangat Rendah 14 - 25

Dimensi 2

Sangat Tinggi 56 - 65

Tinggi 45 - 55

Sedang 25 - 44

Rendah 24 - 34

Sangat Rendah 13 - 23

Dimensi 3

Sangat Tinggi 81 - 95

Tinggi 66 - 80

Sedang 50 - 65

Rendah 35 - 49

Sangat Rendah 19 - 34

2 Kinerja Guru

Keseluruhan

Sangat Tinggi 207 - 245

Tinggi 168 - 206

Sedang 128 - 167

Rendah 89 - 127

Sangat Rendah 49 - 88

Dimensi 1

Sangat Tinggi 64 - 75

Tinggi 52 - 63

Sedang 40 - 51

Rendah 28 - 39

Sangat Rendah 15 - 27

Dimensi 2

Sangat Tinggi 85 - 100

Tinggi 69 - 84

Sedang 53 - 68

Rendah 37 - 52

Sangat Rendah 20 - 36

Dimensi 3

Sangat Tinggi 18 - 20

Tinggi 15 - 17

Sedang 11 - 14

Rendah 8 - 10

Sangat Rendah 4 - 7

Dimensi 4

Sangat Tinggi 43 - 50

Tinggi 35 - 42

Sedang 27 - 34

Rendah 19 - 26


(47)

b. Analisis Hubungan antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK Tahapan uji korelasi antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK adalah sebagai berikut:

i) iMenghitung korelasi antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK dengan rumus sebagai berikut.

 



2 2 2 2

XY Y) ( Y N X) ( X N Y) X)( ( XY N r (Arikunto, 2002:72) Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Item soal yang dicari validitasnya

Y = Skor total yang diperoleh sampel ii) Menguji Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK

H1 : Ada hubungan (korelasi) antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK

iii) Dasar Pengambilan Keputusan  Jika nilai sig > 0.05 maka H0 diterima  Jika nilai sig < 0.05 maka H0 ditolak iv) Pengambilan keputusan


(48)

c. Analisis Koefisien Determinasi antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK

KD = r² x 100% Keterangan:

KD = Koefisien determinasi yang dicari r² = Kuadrat koefisien korelasi

H. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK

Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah total skor penilaian guru terhadap kualitas pola kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan potensi guru dan kualitas lingkungan di TK. Mengenai indikator-indikator untuk mengukur kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai berikut :

a. Cara pimpinan mendorong guru berprestasi b. Cara pimpinan memberi perintah, petunjuk

c. Cara pimpinan memberikan dorongan dan semangat d. Cara pimpinan ikut berpartisipasi dengan bawahan

Secara rinci operasionalisasi variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(49)

Tabel 3.6

Operasionalisasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dimensi Indikator Skala

Kepemimpinan Kepala

Sekolah

Keahlian kemanusian (Leader)

 Kecakapan berkomunikasi interpersonal

 Kemampuan interaksi  Kemampuan koordinasi

Ordinal

Keahlian Teknik (Supervisor)

Kecakapan proses Kecakapan prosedur  Kecakapan teknik

Ordinal

Keahlian Konseptual (Manager)

 Kemampuan berorganisasi  Kemampuan membuat konsep  Kemampuan menyampaikan ide

Ordinal

Sumber : Robert L. Kazt (http://syair79.files.wordpress.com/2009/11/pengaruh-keterampilan-manajerial-kepala-sekolah.doc)


(50)

Tabel berikut adalah untuk memperjelas hubungan antara indikator di atas dengan soal kuesioner untuk kepala sekolah (lampiran 1):

Tabel 3.7

Tabel Indikator Soal Kuesioner Kepimpinan Kepala Sekolah TK Setelah Validasi Terbatas di Lapangan

Dimensi Indikator Nomer Soal

Keahlian kemanusian (Leader)

 Kecakapan berkomunikasi interpersonal

4, 17, 21, 22, 23, 27, 36

 Kemampuan interaksi 5, 6, 7, 25.  Kemampuan koordinasi 10, 13, 41 Keahlian

Teknik (Supervisor)

 Kecakapan proses 1, 11, 28, 29,

 Kecakapan prosedur 12, 26, 44.

 Kecakapan teknik 2, 3, 15, 16, 39, 43. Keahlian

Konseptual (Manager)

 Kemampuan berorganisasi 8, 9, 14, 18,19, 30, 31,37, 38, 40, 45, 46

 Kemampuan membuat konsep 24, 32, 33, 34, 35, 42.  Kemampuan menyampaikan

ide


(51)

2. Kinerja Guru TK

Kinerja guru adalah total skor yang diperoleh dari hasil penilaian pimpinan (kepala sekolah) kepada guru tentang hasil yang telah dicapai guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Mengenai indikator-indikator untuk mengukur kinerja guru adalah:

a. Loyalitas yang tinggi pada tugas mengajar, b. Menguasai dan mengembangkan metode,

c. Menguasai bahan pelajaran dan menggunakan sumber belajar, d. Bertanggung jawab memantau hasil belajar mengajar,

e. Kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, f. Kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran,

g. Melakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan motivasi, h. Kepribadian yang baik jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, i. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, j. Pemahaman dalam administrasi pengajaran.

Secara rinci operasionalisasi variabel Kinerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(52)

Tabel 3.8

Operasionalisasi Variabel Kinerja

Variabel Dimensi Indikator Skala

Kinerja Kualitas Pekerjaan  Ketelitian dan kerapihan kerja,

 Ketepatan waktu dan kecakapan

Ordinal

Kuantitas Kerja  Kemampuan menyusun rencana,

 Kemampuan melaksanakan perintah/instruksi

Ordinal

Kehadiran  Aktivitas para guru di dalam kegiatan rutin Kerjasama  Kemampuan guru dalam

melakukan kerjasama  Kemampuan guru dalam

berkomunikasi

Ordinal

Sumber : Robert L Mathis (http://syair79.files.wordpress.com/2009/11/pengaruh-keterampilan-manajerial-kepala-sekolah.doc)


(53)

Tabel berikut adalah untuk memperjelas hubungan antara indikator di atas dengan soal kuesioner kinerja guru (lampiran 2):

Tabel 3.9

Tabel Indikator Soal Kuesioner Kinerja Guru TK Setelah Validasi Terbatas di Lapangan

Dimensi Indikator Nomer

Kualitas Pekerjaan

 Ketelitian dan kerapihan kerja, 2, 21, 36, 37, 38, 39, 47.  Ketepatan waktu dan kecakapan 9, 13, 18, 32, 33, 34, 46,

49. Kuantitas

Kerja

 Kemampuan menyusun rencana, 1, 11, 14, 20, 31, 44.  Kemampuan melaksanakan

perintah/instruksi

3, 6, 7, 8, 12, 15, 16, 17, 19, 30, 35, 41, 43, 45. Kehadiran  Aktivitas para guru di dalam

kegiatan rutin

10, 26, 27, 48.

Kerjasama  Kemampuan guru dalam melakukan kerjasama

4, 5, 22, 28, 40, 42.

 Kemampuan guru dalam berkomunikasi


(54)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, kesimpulan dipaparkan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung Penelitian ini memaparkan hasil yang cukup menarik tentang kepemimpinan kepala sekolah TK secara umum di Kecamatan Sukasari, Bandung dimana di kategori sangat tinggi dan tinggi, masing-masing dengan persentase 42,86% dan 46,62%. Manakala di kategori sedang terdapat 10,53%. Dan harus disyukuri adalah tidak ada sama sekali tingkat kepemimpinan kepala sekolah yang termasuk dalam kategori rendah maupun sangat rendah dari 133 responden.

Selain itu ketika diperhatikan hasil penelitian profil kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung pada dimensi keahlian kemanusiaan (leader), cukup menyakinkan penulis betapa pentingnya faktor relasi kemanusiaan terutama pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya untuk memberi yang terbaik dalam mencapai tujuan pendidikan serta memupuk rasa memiliki pada organisasi TK. Dalam hal ini kategori sangat tinggi mencatat hasil tertinggi dengan persentase 60,90 yakni hasil yang tertinggi dari semua dimensi yang diteliti. Pada kategori tinggi pula tercatat 32,33%, dan sisanya 6,77% termasuk di kategori sedang.


(55)

Berikutnya pada dimensi keahlian teknik (supervisor) 40,60% tingkat kepemimpinan kepala sekolah TK berada pada kategori sangat tinggi, 48,87% berada pada kategori tinggi, 9,77% berada pada kategori sedang dan dimensi ini mulai terlihat hasil pada kategori rendah sebesar 0,75. Perwakilan pesentase tersebut mulai menimbulkan pertanyaan yang genting pada ketrampilan kepala sekolah TK dalam mensupervisi serta mengasah para guru untuk terus memperbaiki serta memajukan teknik-teknik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) serta teknik pengelolaan kelas yang efektif. Dimensi supervisi bersifat teknis dan harus dikuasai oleh kepala sekolah secara berkelanjutan serta mutakhir karena sistem pendidikan, kurikulum dan kebijakkan pendidikan akan terus berubah sesuai perkembangan jaman.

Yang terakhir adalah dimensi keahlian konseptual (manager) yang memaparkan 45,86% pada kategori sangat tinggi, 42,86% pada kategori tinggi, 6,77% pada kategori sedang dan yang berada pada kategori rendah sebesar 4,51%. Persentase-persentase tesebut cukup mencengangkan karena pada hakikatnya seorang manajer adalah perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Hasil penelitian masih memaparkan 6,77% di kategori sedang dan 4,51% di kategori rendah, dimana secara kolektif berjumlah 11,28%. Persentase ini mencerminkan bahwa masih banyak kepala sekolah yang bersifat biasa-biasa (mediocracy) atau asal dalam mengelola sumber daya dan hal ini sangat berdampak pada hasil peserta didik serta mutu kinerja guru.

Dari tiga dimensi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah tidak boleh hanya unggul di satu dimensi tetapi harus terampil serta menguasai


(56)

ketiga-tiga dimensi guna menjadi teladan bagi bawahannya atau para guru agar sukses mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Jadi tidak cukup jika seorang kepala sekolah hanya pintar menyemangati orang tetapi ia juga harus diperlengkapi dengan kejelian dalam mengawasi KBM serta tangkas mengelolaan segala sumber daya untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti pepatah yang sering kita dengarkan tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin tidak sekedar pintar berbicara tetapi ia juga harus menghidupi apa yang ia ucapkan.

“A leader can not only talk the talk but must also walk the walk!” ~Unknown~

2. Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung Secara keseluruhan profil tingkat kinerja guru masih memerlukan banyak perbaikkan atau dorongan. Hasil penelitian menemukan bahwa 50,38% pada kategori sangat tinggi, 35,34% kategori tinggi, 11,28% tingkat kinerja guru TK berada pada kategori sedang dan pada kategori rendah sebesar 3,01%. Hal ini harus sangat diperhatikan karena mereka adalah pejuang garis depan bagi masa depan sistem pendidikan bangsa Indonesia. Kinerja guru yang cemerlang juga akan mencerminkan kualitas TK yang unggul. Namun dengan persentase yang terpapar masih terdapat jumlah yang cukup signifikan besar mencoreng nama baik profesi keguruan TK.

Selanjutnya dalam dimensi kualitas kerja guru pula ditemukan bahwa 38,35% berada pada kategori sangat tinggi, 37,59% berada pada kategori tinggi, 17,29% berada pada kategori sedang, 5,26% berada pada kategori rendah dan


(57)

1,5% berada pada kategori sangat rendah. Temuan ini membuktikan observasi penulis selama bertahun-tahun bukan sebuah persepsi yang subyektik tetapi merupakan sebuah kenyataan pahit. Dari kategori sedang sampai dengan kategori rendah jumlah persentasenya adalah 24,05%. Dapat disimpulkan bahwa seperempat dari jumlah responden berkerja asal dapat gaji atau sifat yang penting sudah mengajar dan tidak memiliki motivasi untuk menampilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan inisiatif pribadi. Temuan ini sangat mengkhawatirkan penulis karena seorang guru/pendidik mengemban tanggung jawab yang besar untuk mengarahkan atau memfasilitasi peserta didik dengan benar agar mereka dapat menjadi para penerus bangsa yang cemerlang, namun sikap ini masih harus terus dipupuk pada jiwa para guru-guru ini.

Dalam hal dimensi kuantitas kerja dapat disimpulkan mayoritas guru mengaku bahwa tuntutan pekerjaan di TK sangat tinggi karena rata-rata seorang guru kelas bertanggung jawab untuk hampir semua bidang pelajaran/perkembangan anak termasuk persiapan untuk acara-acara lain di TK. Berikut hasil temuan tingkat kuantitas kerja guru TK, 58,65% berada pada kategori sangat tinggi, 30,83% berada pada kategori tinggi, 7,52% berada pada kategori sedang, 3,01% berada pada kategori rendah.

Hasil temuan pada dimensi kehadiran pula menunjuk bahwa peringatan yang khusus harus diberikan kepada para guru soal kehadiran yang baik. Kehadiran guru amatlah vital dalam proses KBM dan hal ini juga berkesinambungan dengan kualitas kerja guru. Jika ketidak hadiran guru makin tinggi maka sulit diharapkan pendidikan yang berkualitas tinggi dari TK tersebut.


(58)

Jika dijumlahkan tingkat kehadiran guru dari kategori sedang sampai kategori sangat rendah adalah 21,81%. Ini merupakan persentase yang cukup tinggi bagi ketidak hadiran guru.

Ketika menelusuri dimensi terakhir dari profil tingkat kinerja yakni dimensi kerjasama, dimensi tersebut memaparkan persentase yang paling tinggi dari semua dimensi yang di teliti. Pada pada kategori sangat tinggi saja terdapat 59,40%, kemudian diikuti dengan 25,56% pada kategori tinggi. Ketika dijumlahkan kedua kategori tersebut persentasenya adalah 84,96%. Ini merupakan hasil yang cukup fenomenal. Dengan hasil tersebut seharusnya rata-rata TK mencapai tingkat kinerja guru yang bukan sekedar memuaskan justru kinerja guru harus unggul. Di sini dapat diperhatikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kinerja guru selain motivasi guru secara pribadi. Demikian kita akan lanjut memperhatikan korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah TK dengan kinerja guru TK.

3. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung. Ini berarti bahwa semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin baik pula kinerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung. Korelasi yang dipaparkan adalah sebesar 0,554.


(59)

Besarnya koefisen determinasi turut menjelaskan bahwa kinerja guru 30,69% nya ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.

Korelasi yang begitu erat serta koefisien determinasinya tampak dalam pengaruh kepala sekolah yang tegas, jeli mengambil keputusan dan sangat cerdas baik dalam dimensi leader, supervisor maupun manajer dengan mendongkrak kapasitas guru untuk turut bangkit menjadi “co-leader” dalam membangun TK. Vroom (1964) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kinerja serta kepuasan kerja guru menurut lima belas penelitian. Banyak sekali penelitian yang menelusuri hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan peningkatan kinerja serta kepuasan kerja guru. Namun apa pun kategori kepemimpinan yang di sorot dalam instrumen penelitian, hampir semua menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah lah memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja guru.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis regresi dan pengujian hipotesis dalam penelitian tersebut diatas, memang sudah terbukti bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap sifat kerja serta motivasi guru dalam pekerjaannya. Oleh karena demikian untuk memastikan guru TK tetap memiliki tingkat kinerja yang positif, maka diutarakan beberapa saran seperti berikut:


(60)

1. Departemen Pendidikan Nasional harus membuat kebijakkan untuk memastikan semua kepala sekolah TK menjalani pelatihan induksi tentang manajemen kependidikan. Ketika itu para kepala sekolah TK akan diajar tentang gaya kepemimpinan dan gaya apa yang pantas digunakan pada situasi tertentu dalam mengelola sekolah terutama sumber daya manusianya yaitu para guru.

2. Dinas Pendidikan ataupun pihak yayasan harus coba memberi wewenang kepada para kepala sekolah TK alokasi insentif periodik (periodical incetives allocation) untuk memotivasi kinerja para guru yang unggul atau memenuhi standar performa bagus. Insentif hadiah dapat diberikan pada akhir setiap catur wulan (every term) kepada guru-guru yang berdedikasi tinggi dan efisien.

3. Amatlah penting untuk kita mengenal bahwa kepala sekolah TK harus menghadiri seminar-seminar yang berkaitan dengan administrasi dan relasi sumber daya manusia (human relation). Dari waktu ke waktu program-program yang dapat mengasah ketrampilan kepemimpinan kepala sekolah harus diselenggarakan.

4. Dinas Pendidikan Anak Usia Dini serta pihak yayasan TK harus membuat persyaratan mutlak (compulsory) bagi semua kepala sekolah untuk mengevaluasi kinerja setiap guru TK per catur wulan (every term). Kepala sekolah harus mempertanggung jawabkan kinerja dan sikap kerja setiap guru dan staf.


(61)

5. Secara umum para kepala sekolah, tidak boleh memandang dirinya sebagai sosok yang serba tahu. Mereka harus senantiasa siap untuk minta masukkan dari bawahannya dan melibatkan mereka dalam pengelolaan TK. Para kepala sekolah harus memberi kebebasan berekspresi kepada guru untuk mempermudah arus komunikasi.

6. Akhirnya dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada peneliti yang lain, yang akan meneliti kinerja guru di Kecamatan Sukasari, Bandung untuk memasukkan variabel yang lain seperti kualifikasi guru dan kepala sekolah, motivasi, kompensasi, tingkat pendidikan yang secara teoritis dapat mempengaruhi kinerja guru.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J. M. (2012). Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta: Diva Press.

Creswell, J. W. (2008). Educational Research Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. University of Nebraska-Lincoln. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Crowther, F. Ferguson, M. & Hann, L. (2009). Developing Teacher Leaders. USA: Corwin Press.

Daryanto. (2011). Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. (2006). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.

Decker, C. A. & Decker, J. R. (1992). Planning and Administering Early Childood Programs. USA: Macmillan Publishing Company.

Heifitz, R. (1998). Leadership Without Easy Answers. USA: Harvard University Press.

Hersey, P. & Blanchard, K. (1982). Management Of Organizational Behaviour

Utilizing Human Resources, 4th Edition. USA: Prentice Hall Inc.

Gordon, R. Alston, J. A. & Snowden, P. (2007). School Leadership Administration

Important Consepts, Case Studies, & Simulations. New York: The

McGraw-Hill Companies.

Imron, A. (1995). Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005). Jakarta: Balai Pustaka.


(1)

Vimala Devi Pavapathi, 2014

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

89

Besarnya koefisen determinasi turut menjelaskan bahwa kinerja guru 30,69% nya ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.

Korelasi yang begitu erat serta koefisien determinasinya tampak dalam pengaruh kepala sekolah yang tegas, jeli mengambil keputusan dan sangat cerdas baik dalam dimensi leader, supervisor maupun manajer dengan mendongkrak kapasitas guru untuk turut bangkit menjadi “co-leader” dalam membangun TK. Vroom (1964) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kinerja serta kepuasan kerja guru menurut lima belas penelitian. Banyak sekali penelitian yang menelusuri hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan peningkatan kinerja serta kepuasan kerja guru. Namun apa pun kategori kepemimpinan yang di sorot dalam instrumen penelitian, hampir semua menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah lah memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja guru.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis regresi dan pengujian hipotesis dalam penelitian tersebut diatas, memang sudah terbukti bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap sifat kerja serta motivasi guru dalam pekerjaannya. Oleh karena demikian untuk memastikan guru TK tetap memiliki tingkat kinerja yang positif, maka diutarakan beberapa saran seperti berikut:


(2)

Vimala Devi Pavapathi, 2014

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90

1. Departemen Pendidikan Nasional harus membuat kebijakkan untuk memastikan semua kepala sekolah TK menjalani pelatihan induksi tentang manajemen kependidikan. Ketika itu para kepala sekolah TK akan diajar tentang gaya kepemimpinan dan gaya apa yang pantas digunakan pada situasi tertentu dalam mengelola sekolah terutama sumber daya manusianya yaitu para guru.

2. Dinas Pendidikan ataupun pihak yayasan harus coba memberi wewenang kepada para kepala sekolah TK alokasi insentif periodik (periodical incetives allocation) untuk memotivasi kinerja para guru yang unggul atau memenuhi standar performa bagus. Insentif hadiah dapat diberikan pada akhir setiap catur wulan (every term) kepada guru-guru yang berdedikasi tinggi dan efisien.

3. Amatlah penting untuk kita mengenal bahwa kepala sekolah TK harus menghadiri seminar-seminar yang berkaitan dengan administrasi dan relasi sumber daya manusia (human relation). Dari waktu ke waktu program-program yang dapat mengasah ketrampilan kepemimpinan kepala sekolah harus diselenggarakan.

4. Dinas Pendidikan Anak Usia Dini serta pihak yayasan TK harus membuat persyaratan mutlak (compulsory) bagi semua kepala sekolah untuk mengevaluasi kinerja setiap guru TK per catur wulan (every term). Kepala sekolah harus mempertanggung jawabkan kinerja dan sikap kerja setiap guru dan staf.


(3)

Vimala Devi Pavapathi, 2014

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

91

5. Secara umum para kepala sekolah, tidak boleh memandang dirinya sebagai sosok yang serba tahu. Mereka harus senantiasa siap untuk minta masukkan dari bawahannya dan melibatkan mereka dalam pengelolaan TK. Para kepala sekolah harus memberi kebebasan berekspresi kepada guru untuk mempermudah arus komunikasi.

6. Akhirnya dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada peneliti yang lain, yang akan meneliti kinerja guru di Kecamatan Sukasari, Bandung untuk memasukkan variabel yang lain seperti kualifikasi guru dan kepala sekolah, motivasi, kompensasi, tingkat pendidikan yang secara teoritis dapat mempengaruhi kinerja guru.


(4)

Vimala Devi Pavapathi, 2014

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J. M. (2012). Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta: Diva Press.

Creswell, J. W. (2008). Educational Research Planning, Conducting and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition.

University of Nebraska-Lincoln. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Crowther, F. Ferguson, M. & Hann, L. (2009). Developing Teacher Leaders. USA: Corwin Press.

Daryanto. (2011). Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. (2006). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.

Decker, C. A. & Decker, J. R. (1992). Planning and Administering Early Childood Programs. USA: Macmillan Publishing Company.

Heifitz, R. (1998). Leadership Without Easy Answers. USA: Harvard University Press.

Hersey, P. & Blanchard, K. (1982). Management Of Organizational Behaviour

Utilizing Human Resources, 4th Edition. USA: Prentice Hall Inc.

Gordon, R. Alston, J. A. & Snowden, P. (2007). School Leadership Administration Important Consepts, Case Studies, & Simulations. New York: The McGraw-Hill Companies.

Imron, A. (1995). Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005). Jakarta: Balai Pustaka.


(5)

Vimala Devi Pavapathi, 2014

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lunenburg, F. C. & Irby, B. J. (2006). The Principalship Vision to Action. Wadsworth: Cengage Learning.

Masaong. H. A. K. (20100. Supervisi Pendidikan Untuk Pendidikan yang Lebih Tinggi. Bandung: MQS Publishing.

Maxwell, J. C. (2003). Equipping 101 What Every Leader Needs To Know. Tennessee: Thomas Nelson, Inc.

Maya, H. (2012). Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan. Jogjakarta: Buku Biru.

Meirawan, H. D. (2010). Kepemimpinan & Manajemen Pendidikan Masa Depan. Bogor: IPB Press.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nakpodia. E. D. (Update: Desember 7, 2009 - 2:43:30 PM) The Influence Of

Principals’ Leadership Styles On Teachers And Students In Nigerian

Secondary Schools. Volume 7 - Issue 3 Dec 7, 2009 - 12:29:09 PM.

EMPIRICAL RESEARCH. [Online]. Tersedia: www.academic

leadership.org:the online journal. [Diakses: September 2009]. Nurfuadi. (2012). Profesionalisme Guru. Purwakerto: Penerbit STAIN Press,

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Schein, E. (2004) Organizational Culture and Leadership. USA:Jossey Bass.

Sergiovanni, T.J. & Starratt, R.J. (1979). Supervision: Human Perspectives. Second Edition. USA: McGraw Hill Inc.


(6)

Vimala Devi Pavapathi, 2014

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suprihatiningrum, J. (2013). Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Maguwoharjo: Ar-Ruzz Media.

Syafaruddin. (2010). Kepemimpinan Pendidikan Akuntabilitas Pimpinan Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: PT Ciputat press.

Uno, H. B. & Lametenggo, N. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumu Aksara.

Wahjosumidjo, (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Pemasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wikipedia Indonesia. (Update: 13 April 2013). Taman Kanak-Kanak.

http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak. [Diakses: Juli, 2013]. Yukl, G. (1998). Leadership In Organizations. New Jersey: Prentice-Hall, In