Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru di MTs. N 8 Jakarta

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh SAIPULLOH 106018200782

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasah pada tanggalfu; Feb - ZOt+ dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam Program Sudi Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 28 Februari 2014

Panitia Ujian Munaqasah Tanggal (Ketua Program Studi)

Dr. Hasyim Asy'ari. M.Pd. NrP. 19661009 199303 I 004

Tanda Tangan

W

+

3"'

18l /o

o'Y

Penguji I

Dr. Hasyim Asy'ari" M.Pd. NIP. 19661009 199303 1 004

Penguji II

Drs. H. Masirhuri AM. M.Pd NiP. r 9s00s1 81 98700302

Jsl

../o.y

9at9

tl

Mengetahui,

Dekan Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah

Dra. Nu{ena Rifa'I, MA..Ph.D 19s91020 198603 2 001


(3)

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Saipulloh 106018200782

PROGRAM

STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN

ISLAM

JURUSAN

KEPENDIDIKAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN

KEGTJRUAN

UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

i bawah Bimbingan

II. Mu'arif SAM. M.


(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama

Tempat/Tgl Lahir

NIM

Jurusan/Prodi Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

Saipulloh

Tangerang,25 Marct 1987 10601 8200782

KI- Manaj emen Pendidikan

"Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru (Studi di MTs.N 8 Jakarta)"

Drs. Mua'arif SAM, M. Pd

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (s1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku

di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika

kemudian hari saya terbukti bahwa karya

ini

bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

' -

'Jakarta,27 Januari2}l4 METERAI Ma-/

TEMPEI, ..,a",.,-i.";,:

W

w

I

n

k-|

ili"if![li"is-ffinfvp

ffiWww,ffi;;J;;["


(5)

ii

Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis permasalahan pokok yaitu adakah hubungan/ keterkaitan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs N 8 Jakarta. Lokasi penelitian di MTs N 8 Jakarta, karena belum ada penelitian dengan menganggakat permasalahan di atas.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen angket sebagai metode utama, dan didukung dengan metode observasi. Sedangkan responden penelitian adalah 30 guru di MTs N 8 Jakarta, dengan kolerasi kuantitatif.

Selanjutnya, berdasarkan analisa yang lelah dilakukan dan dan hasil perhitungan sebelumnya dapat dijelaskan bahwa angka korelasi yang didapatkan antara variabel X yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan variabel Y yaitu kinerja guru, hasilnya tidak bertanda negatif, berarti terdapat korelasi yang positif di antara variabel-variabel tersebut.

Dalam hal ini, kepemimpinan kepala sekolah memiliki hubungan atau korelasi, yang bersifat positif terhadap kinerja guru. Dari hasil yang didapat besarnya korelasi antara variabel tersebut adalah sebesar 0.4269, menunjukkan adanya korelasi yang bersilat positif. Namun, walaupun korelasinya bersifat positif tapi termasuk korelasi, yang sedang atau cukup dikarenakan dengan melihat harga r hitung 0,4269 maka interpretasinya ke dalam kelompok-kelompok antara 0.400 - 0.700 kategori mi termasuk korelasi, yang sedang alau cukup. Maka disarankan agar kepala sekolah hendaknya melaksanakan komitmen peningkatan kerja sama yang harmonis sehingga perkembangan sumber daya manusia (guru) dapat berjalan secara efektif dan berhasil.

Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru


(6)

iii

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karuninya, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Islam di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disamping itu, penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah banyak menerima bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama terhormat:

1. Dra. Nurlena, MA, Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah meluangkan waktu untuk kelancaran proses akademis ini. 3. Drs. Mua’rif SAM, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. 4. Para dosen dan staf UIN Jakarta yang telah mengajar di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, khususnya yang mengajar di Jurusan KI-Manajemen Pendidikan, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama penulis kuliah di kampus ini.

5. Kepala sekolah serta bapak/ibu guru MTs. Negeri 8 Jakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.


(7)

iv

7. Kepada seluruh keluarga besarku (Kedua Orang tuaku, Abah dan Umi),

yang telah memberikan dukungan moril dan materil, dan khususnya kepada Istriku Tercinta Ismarti Ningsih dan anakku M. Giaz Al-Fawwaz yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis baik sempit atau lapang waktu, dengan hadirnya buah hati anak kami tercinta menjadi pacuan untuk kami agar mendapatkan kehidupan yang mumpuni kelak.

Jakarta, 27 Januari 2014


(8)

v

ABSTRAK ...………... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI .………... ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 6

A. Hakikat kinerja guru ... 6

1. Pengertian Guru ... 6

2. Peran dan tugas guru ... 9

3. Pengertian Kinerja Guru ... 12

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru ... 14

5. Manfaat Penilaian Kinerja Guru ... 17

B. Hakikat Kepemimpinan ... 18

1. Pengertian kepemimpinan kepala sekolah ... 18

2. Sifat-sifat kepemimpinan Kepala Sekolah ... 21

3. Fungsi kepimpinan kepala sekolah ... 23

4. Tipe kepemimpinan kepala sekolah ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 31

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian... .. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian………. ... 33


(9)

vi

1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (Variabel X) ... 35

2. Kisi-kisi Instrument Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 36

3. Variabel Kinerja Guru (Variabel Y) ... 36

4. Kisi-kisi Instrument Kinerja Guru (Variabel Y) ... 37

F. Populasi dan Sampel ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 40

H. Teknik Analisa Data ... 41

I. Teknik Interpretasi Data……….... .... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Gambaran Umum MTs.N 8 Jakarta ………... ... 45

1. Sejarah MTs. Negeri 8 Jakarta ………... ... 45

2. Biodata Kepala Sekolah MTs N 8 Jakarta………... ... 47

3. Visi dan Misi ………. .. 48

4. Struktur Organisasi………. ... 49

5. Jumlah Guru ……… ... 55

6. Jumlah Siswa ……… ... 56

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ………. ... 57

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……… .. 58

C. Analisis Data ……….. . 61

D. Interpretasi Hasil Penelitian ……… .... 65

E. Keterbatasan Penelitian ………... .... 65

BAB V PENUTUP ……… .. 66

A. Kesimpulan ……….. ... 66

B. Saran ………. .. 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu institusi yang berperan menyiapkan sumber daya manusia, agar sejalan dengan perkembangan zaman. Tantangan yang dihadapi sistem pendidikan semakin meningkat baik kualitas, kuantitas maupun relevansinya. Perkembangan masyarakat yang diikuti dengan perkembangan kebutuhannya memunculkan jenis-jenis dan bentuk-bentuk pekerjaan baru yang memerlukan penyesuaian spesifikasi kemampuan dan persyaratan dari tenaga kerjanya.

Arus globalisasi menimbulkan tantangan daya saing terhadap produk barang dan jasa. Sistem pendidikan yang bermutu akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada akhirnya kualitas produk barang dan jasa menjadi meningkat sehingga diharapkan mampu menjadi tuan rumah di negerinya dan dapat bersaing di pasar global.

Guru merupakan pendidikan utama dalam pembentukan kualitas siswa dan juga upaya pencapaian tujuan pendidikan. Dalam proses pendidikan efektif di sekolah diperlukan kinerja guru yang tinggi, proses pembelajaran yang menyenangkan, semangat yang tinggi dalam melakukan perkejaan serta berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara penyesuaian diri


(11)

dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis.

Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.1

Dengan demikian kinerja yang dilaksanakan oleh guru akan membawa dampak yang berarti dalam pembelajaran dan akhirnya akan mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan oleh senua pihak. Kinerja guru tampak pada pengelolaan kelas, baik secara administrative maupun fungsional.

Kinerja guru yang tinggi diwujudkan manakala kepala sekolah memahami hakikat tentang pendekatan kepemimpinan. Karena dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari berfungsi sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

Sebagai organisator dan koordinator, selain tanggung jawab terhadap atasan juga bertanggung jawab terhadap kelompok guru yang dipimpinya.

Adapun pendekatan kepemimpinan yang perlu dipahami oleh kepala sekolah antara lain (1) pendekatan sifat, (2) pendekatan prilaku, dan (3) pendekatan situsional. Pendidikan sifat adalah pendekatan yang mengandung arti bahwa seorang menjadi pemimpin karna sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir dan bukan menjadi pemimpin karena di buat atau di latih , lain halnya dengan pendekatan prilaku yang mengandung bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkahlaku dan bukan dari sifat-sifat pemimpin.

Sedangkan pendekatan situsional berpandangan bahwa keefektifan

kepemimpinan tergantung kepada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.

1


(12)

Dalam hubungan dengan kepemimpinan pendidikan , ketiga macam pendekatan tersebut merupakan variabel-variabel pokok yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pendidikan. Tetapi tidak hanya ketiga pendekatan tersebut yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah namun kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah juga sangat mempengaruhi kinerja guru.2

Namun banyak faktor penghambat tercapainya kualitas

keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses

pengangkatannya tidak transparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, serta banyak faktok penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output).

Selain itu juga gaya kepemimpinan kepala sekolah juga sangat mempengaruhi kinerja guru. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali

dan penentu arah yang hendak ditempuh untuk mencapai tujuannya.3

Kepala sekolah yang efektif harus menggunakan gaya kepemimpinan berbeda dalam situasi yang berbeda, tidak tergantung pada satu gaya untuk semua situasi. Sehingga seorang pemimpin mampu menentukan gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi tertentu, serta mampu menggunakan gaya kepemimpinan secara benar.

Kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang pemimpin menerjemahkan fungsinya dengan perilaku. Efektifitasnya bukan seruan yang membuat telinga tuli, atau teriakan yang memekakan dan menggema

2

Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervisi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya2004,hal31-38

3


(13)

mana, menerjemahkan tugas kepemimpinan dalam suasana penuh kehati-hatian dan ketenagan. Selanjutnya sehingga target dapat dicapai4

Kinerja guru yang diharapkan dapat mendongkrak kualitas pendidikan, dalam hal implementasinya di lapangan tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya dan saling berkaitan, misalnya faktor kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja.

Fenomena kurang optimalnya kinerja guru seperti di atas sangat menarik, mengingat guru adalah faktor kunci didalam proses pembelajaran yang sangat menentukan kulitas sumber daya manusia.

Tinggi rendah kinerja guru sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari guru itu sendiri maupun dari luar. Motivasi, kecintaan terhadap profesi, memandang kinerja sebagai ibadah, merupakan berasal dari guru itu sendiri. Sedangkan factor dari luar adalah Kepemimpinan kepala sekolah, relasi teman sejawat.

Faktor-faktor utama penyebab rendahnya kinerja guru harus diungkap dan diatasi. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Maka dipilihnya sekolah MTs N 8 JAKARTA sebagai objek

penelitian yang berjudul “Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dengan Kinerja Guru (Studi Di MTs N 8 JAKARTA).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari hal-hal yang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut;

1. Masih terdapat kepala sekolah yang belum mengerti tentang

kepemimpinan

2. Kepala sekolah belum mampu menggunakan gaya kepemimpinan dengan

maksimal

3. Kinerja guru belum optimal

4

Mahdhi, Jamal,Menjadi Pemimpin Yang Efektif dan Berpengaruh,Bandung:2001.PT.Syaamil Cipta Media.Hal.3


(14)

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi di atas, dalam penelitian

ini permasalahan dibatasi pada “hubungan kepemimpinan kepala sekolah

dengan kinerja guru (studi di MTs N 8 JAKARTA).

D. Perumusan Masalah

Setelah melakukan pembatasan masalah tersebut, penulis berusaha

merumuskan masalah penelitian yaitu „Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai pembatasan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

1. Mendeskripsikan tujuan kinerja guru di MTs N 8 Jakarta

2. Mendeskripsikan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah di MTs N 8

Jakarta

3. Mendeskripsikan hubungan antara kepala sekolah dengan guru

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi kepala sekolah: sebagai bahan masukan dalam memenej bawahan agar mau bekerja tanpa ada paksaan serta meningkatkan kinerjanya.

2. Bagi guru: diharapkan dapat memahami berbagai gaya kepemimpinan dan dapat bekerja sama dengan kepala sekolah.

3. Bagi penulis: menambah wawasan serta kemampuan dalam memahami tentang pemimpin dan kepemimpinan kepala sekolah, serta kinerja guru.


(15)

6

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Hakikat Kinerja Guru

1. Pengertian Guru

Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat.

Guru menurut UU.No 20/2003 tentang SPN

-Tenaga kependidikan

-Anggota masyarakat

-Mengabdikan diri

-Di angkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan

Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran ya-itu


(16)

interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain,

terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.

Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan mengemukakan bahwa Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan1.

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh siapapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri2.

1

Gunawan, 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

2

Wijaya, C. Dan Rusyan A.T, 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(17)

Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Menurut UU. No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen: mendidik, mengajar, membibing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan

yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut

menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Menurut Pidarta bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan


(18)

kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara

menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya3.

Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya. Disisi lain kinerja guru pun dipersoalkan ketika memperbicangkan masalah peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu.

2. Peran dan Tugas Guru

Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak

3


(19)

tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang

multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk

menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam

implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian4.

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.

Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:

a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan

baik jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang

memadai.

c. Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan

penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi

kebutuhan dan menciptakan tujuan.5

4

Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas

5

Slemato. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta


(20)

Begitu pentingya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.

Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.

Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.

Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus:

a. Mengumpulkan data tentang siswa.

b. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari.


(21)

d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.

e. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk

membantu memecahkan masalah siswa.

f. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.

g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.

h. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu

memecahkan masalah siswa.

i. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas

bimbingan lainnya.

j. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembing memiliki keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan merupakan keterpaduan antara keduanya

3. Pengertian Kinerja Guru

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan6. Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya: Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan

6 Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1) 62-70


(22)

atau fungsi: Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud7.

Mengenai definisi kinerja banyak para ahli mendefinisikan, seperti dikemukakan oleh W .J. S Poerwodarminto dalam kamus bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.8

Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada juga yang memberi pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Menurut Amstrong dan Barron, Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang memiliki hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi

kepada ekonomi.9

Menurut Muh. Uzer Usman “Guru adalah jabatan atau profesi yang

memiliki keahlian mendidik, mengajar dan melatih siswa dimana dalam

mengembangkan dirinya ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.10

Syaiful Bakhri Djamrah mengatakan guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bias juga dimasjid, mushola, rumah dan lain-lain.11

Kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengelola pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar/media, sistem pengajaran dan pelaksanaan evaluasi dalam mengajar dan mendidik siswa disekolah.

Sehubungan dengan profesinya sebagai guru, mereka dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan dan menjalankan tugasya, hal ini senada dengan

pendapat Hermawan yang mengatakan bahwa “ sebuah profesi dalam pengertian

umum adalah bidang pengajaran dan pengabdian tertentu yang karena hakekat dan

7 Tempe, A. Dale., 1992. Kinerja.Jakarta : PT. Gramedia Asri Media’

8 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993) ed. Kedua, h.503

9 Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, ed, 2, hal. 17

10 Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990, hal. 4

11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaks Edukatif, Jakarta: rineka cipta, 2005, hal, 31


(23)

sifatnya membutuhkan persyaratan dasar”. Bagi seorang guru, persyaratan dasar

ini adalah kemampuan dalam menyusun program pengajaran, pengelolaan program pengajaran dan melaksanakan penilaian terhadap program yang telah terlaksana.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengelola pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar, media pengajaran, dan pelaksaan evaluasi dalam mengajar dan mendidik siswa untuk sekolah.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan percerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dapat diungkap tersebut antara lain:

a) Tingkat Pendidikan Guru

Kinerja guru akan sangat dipengaruhi baik tidaknya tingkat pendidikan guru, kemampuan sering sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Melalui pendidikan inilah seorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi biasa, selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima manyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berpikir dalam prilakunya ini. Berarti jika tingkat pendidikan seseorang lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan serta keterampilan yang diajukan kepadanya, sehingga besar kemungkinan kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh.

b) Supervisi Pengajaran.

Supervisi pengajaran adalah serangkaian kegiatan yang membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberi bimbingan, bantuan, pengawasan dan pelatihan pada masalah-masalah yang berhubungan


(24)

dengan pengembangan pengajaran, berupa perbaikan program dan kegiatan belajar mengajar yang meningkatkan terjadinya tujuan pendidikan yang optimal. c) Program Penataan

Untuk memiliki kinerja guru yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai dan dapat mengaplikasiakn ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk itu guru perlu mengikuti program penataan.

d) Iklim yang kondusif disekolah

Ini juga akan mempengaruhi pada kinerja guru diantaranya: pengelolaan kelas yang baik yang menunjukan pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan pasilitas (vertilasi, penerangan, tempat duduk dan media pengajaran), selain itu hubungan antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan sekolah, akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah satu sumber semangat guru dalam melaksanakan tugasnya. e) Kondisi Fisik dan Mental Guru

Agar guru memiliki kenerja yang baik maka harus didukung oleh kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, oleh karenanya factor kesetahan harus benar-benar diperhatikan, begitu pula kondisi mental guru, bila kondisi mentyalnya baiok dia akan mengajar dengan baik pula.

f) Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar berkonsentrasi mengajar disuatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan jaminan kesejahtraan lainnya, seperti pemberian insentif, kenaikan pangkat atau gaji, asuransi kesehatan dan lain-lain.12

g) Disiplin Kerja Yang Keras

12 Suhani, Pengaruh Supervisi Pendidikan Terhadap Guru di LABSCHOOL. Jakarta, Skripsi FIP UNJ, Tahun 2007, hal 33-35


(25)

Kita sebagai manusia biasanya mempunyai sifat ego yang tinggi, antara lain tidak ingin dikekang oleh suatu peraturan atau tata tertib yang ketat. Demikian pula para pekerja biasanya merekamerasa enggan akan disiplinkerka yang keras dari sekolah ataupun perusahaan diman dia bekerja (guru) yang akan

mengakibatkan rasa tudak nyaman dalam melaksankan suatu pekerjaan.13

h) Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi, suasana kerja yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah yaitu cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan disekolahnya.

i) Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peran dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu pola kerasama antara manusia yang saling melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan), dalam proses mencapai tujuan pendidikan, tidak bias terlepas dari kegiatan administrasi. Kegiatan administrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar mengajar, kesiswaan, personalia, peralatan pengajaran, gedung dan perlengkapan, keuangan serta humas. Dalam proses administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Bila kepala sekolah memiliki kemampuan dan sumber daya pendidikan disekolah akan baik. Ini akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan meningkatkan kinerjanya.

Diriwatkan, Busra Lember dan Sukarno membagi factor-faktor yang

mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: faktor eksternal dan internal.14

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaanya. Sedangkan factor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya.

13

Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 60 14

Durawat, Bursa Lembar dan Sukarto. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Badan Penerbit Alda, 1984


(26)

Kinerja guru akan menjadin optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, keryawan, maupun anak didik.

Berdasarkan pendapat ahli diatas jelaskan bahwa faktor kemampuan dapat mempengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka kinerja pegawaipun akan tercapai, sebaliknya bila kemampuan pegawai rendah atau tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerjapun tidak akan tercapai. Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.

5. Manfaat Penilaian Kinerja Guru

Menurut Sondang P. Sinaga manfaat penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:

a. mendorong peningkatan prestasi kerja

b. sebagai bahan pengambilan keputusan

c. untuk kepentingan mutasi pegawai

d. guna menyusun program pendidikan dan pelatihan

e. membantu para pegawai menentukan rencana karir15

Hani Handoko mengemukakan manfaat atau kegunaan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan prestasi kerja

b. Penyesuaian kompensasi

c. Keputusan-keputusan penempatan

d. Kebutuhan latihan dan pengambangan

e. Perencanaa dan pengembangan karir

f. Kesempatan kerja yang adil

g. Tantangan eksternal16

15 Sondang P. Sinaga, Manajemen Personalia Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet 15, hal. 227-228

16 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2001, cet, 15 hal, 135-137


(27)

Demikian pentingnya penilaian kinerja, terlihat jelas bahwa penilaian kinerja tidak sekedar menilai yaitu mencari aspek apakah guru kurang atau lebih dalam bekerja tetapi lebih halus lagi membantu pegawai untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh organisasi maupun sekolah dan berorientasi pada pengembangan pegawai/organisasi.

Yang mendasari penilaian kinerja adalah

a. Tingkat kepatuhan guru

b. Kelancaran mekanisme kerja

c. Pelaksanaan dan dampak manfaat terhadap tujuan program umum

B. Hakikat Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pemimpin yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang humoris, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana yang menyenangkan dan perkembangan mutu professional diantara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah, berkembanng atau tidaknya suatu sekolah sangat ditentukan oleh peranan kepala sekolah.

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebenarnya sangat berat. Walaupun telah membagi-bagikan tugas dan tanggung jawab kepada para staff dan bagian lain sebagai sejumlah komponen kegiatan yang ada di sekolahnya, ia akan menjadi orang pertama dalam memikul tanggung jawab untuk menyelamatkan anak didiknya sampai pada tujuan.

Boardman menyatakan bahwa tugas utama kepala sekolah dan guru adalah mensukseskan pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi, kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah hendaknya memimpin guru, para pegawai, dan orang tua murid. Oleh karena itu, ia harus memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dan membantu para guru dalam merumuskan program agar pengajaran disekolahnya maju.Di samping itu, ia harus menciptakan iklim saling mempercayai dalam


(28)

kalangan guru dan perasaan aman dalam melakukan kerja sama untuk mengembangkan program supervisi serta mendorong mereka berpartisipasi aktif dalam pencapain tujuan pendidikan di sekolah17 .

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus dapat memimpin suatu sekolah secara efektif , artinya kepala sekolah tidak hanya beorientasi pada tugas saja tanpa memperhatikan bawahan. Sebab, kepemimpinan kepala yang efektif adalah berorientasi kepada keduanya, tentunya hal ini juga harus disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang ada di sekolah tersebut. Sehingga, kepala sekolah dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan para guru dapat menjalankan tugasnya di sekolah dengan senang hati karena iklim kerja yang menyenangkan.

Agar tujuan pendidikan di suatu sekolah dapat cepat terwujud dengan baik, hal ini membutuhkan figure seorang pemimpin pendidikan yang memahami dengan baik apa fungsi kepemimpinan dalam suatu sekolah, tugas, serta tanggung jawab dari seorang pemimpin pendidikan.

Ada beberapa mengenai pengertian kepemimpinan diantaranya:

1. Charles W, marriedfield berpendapat bahwa: kepemimpinan adalah

menyangkut koordinasi motof-motif dan kesetiaan serta menstimulasi, memobilisasi dan mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam suatu usaha bersama secara sukarela.

2. George R. Terry mengatakan kepemimpinan adalah kegiatan untuk

mempengaruhi orang agar bekerja secara sukarelawan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Menururt Sarwono Prawiraharjo yang dikutif oleh sri wahyuni kepemimpinan

adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan kerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang menurut pertimbangan mereka adalah perlu dan bermanfaat.18

17

Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif,(jakarta:Ghalia Indonesia,2006), Cet.2 hal. 65

18

Sri wahyuni, pemimpin dan kepemimpinan (makalah), Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Nasional 2003, hal 88


(29)

4. Menurut Ordway Tead dalam bukunya “The Art Leadership” menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mau

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.19

5. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu

kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan.20

6. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau

seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.21

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan kerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Kemampuan yang dimaksud terdiri dari kemampuan merencanakan dan menyusun program, memberi bimbingan dan pengarah kepada guru, kemampuan mengambil keputusan, memberi dorongan motivasi dan kemampuan menjalin

komunikasi.22 Dalam rangka memberikan motivasi, kepala sekolah hendaknya

mampu menerapkan pemberian reward and punishment bagi yang membutuhkan.

Pemberian motivasi kerja, berupa reward, berdasarkan kepada kemampuan

sekolah, jenis tugas dan hasil kerja, serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Serta pemberian punishment disesuaikan dengan bentuk norma-norma yang

dilanggar.

Cara dalam mengimplementasikan kemampuannya terhadap bawahan mencerminkan gayanya dalam memimpin yang kemudian menjadi penilaian gaya kepemimpinan seperti apa yang dipakai untuk seorang kepala sekolah.

19

Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta:Rajawali,1991, hal,49 20

Ngalim purwanto, Administrasi Dan Supervise pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004,hal.27

21 Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep dan Aplikasinya, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal,262

22 E. Mulyasa, MenjadiKepala Sekolah Profesional, Bandung: Rosda Karya, 2004, hal,101,107,115


(30)

Sedangkan menurut Subagio Admodiwiro menuliskan kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural disekolah yang bertugas untuk mengelola sekolah.23

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dapat timbul kapan dan di manapun ada unsur-unsur tertentu:

a. ada orang yang dipengaruhi atau anggota bawahan, pengikut, kelompok orang

yang diperintah, dikomandokan.

b. ada orang yang mempengaruhi atau pemimpin, pemberi komando,

pembimbing.

c. ada pengarahan dengan suatu tujuan oleh orang yang mempengaruhi atau

pemimpin.

Jadi, kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam memimpin para bawahannya (guru, staf, siswa dan komponen sekolah lainnya) untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Sifat-Sifat Kepemimpinan Kepala Sekolah

Banyak pendapat mengenai sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin. A. Abduracman mengelompokan sifat-sifat kepemimpinan menjadi

lima yaitu:

a. Adil

b. Suka melindungi

c. Penuh inisiatif

d. Penuh daya tarik

e. Penuh kepercayaan pada diri sendiri24

Menurut Ordway Tead mengemukakan 10 sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu:

23 Subagio Admodiwiro, Mnajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT Ardadizya Jaya, 2000, cet, pertama hal.161

24Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal,53


(31)

1. Berbadan sehat, kuat dan penuh energy

Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa, mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan seakan tidak pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah.

Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan keteguhan dari semua prilaku yang dikerjakan. Dia tau persis kemana arah yang akan dituju, serta memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri maupun kelompok yang dipimpinnya. Tujuan tersebut harus disadari benar, menarik, dan sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidup bersama.

3. Antusiasme

Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai harus sehat, berarti, bernilai, memberi harapan yang menyenangkan, memeberikan sukses. Semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme dan semangat pada pribadi pemimpin maupun para anaggota kelompok.

4. Keramahan dan kecintaan

Adanya ramah seorang pemimpin terhadap kelompoknya maka akan membuat kelompoknya tidak merasa kaku dalam menjalankan suatu pekerjaan. Rasa cinta, sayang, simpatik terhadap kelompoknya akan membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Sikap pemimpin bias menjadi tenaga gerak positif untuk melakukan perbuatan yang menyenagkan bagi semua pihak

5. Integritas (kejujuran/ketulusan hati)

Pemimpin harus bersifat terbuka terhadap kelompok atau pengikutnya, karena akan membuat pengikut merasa percaya dengan kepemimpinannya. Dan ketulusan

Menurut Wahjosumijo cirri-ciri atau karakter yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu:


(32)

1. Kepribadian

2. Keahlian dasar

3. Pengalaman dan pengetahuan professional diklat dan keterampilan

professional

4. Pengetahuan administrasi dan pengawasan kompetensi kepala sekolah

5. Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik-teknik mengajar.25

Dapat disimpulkan bahwa pendapat yang talah dikemukakan oleh para ahli mengenai sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin pada dasarnya ada kesamaan, bahwa kepemimpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi lebih-lebih lagi kemauan dan kesedian dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang baik.

3. Fungsi Kepimpinan Kepala Sekolah

Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi social dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan sebuah gejala social, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi social suatu kelompok/organisasi. Secara oprasional menurut Veitzal Rivai fungsi kepemimpinan kepala sekolah dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

a. Fungsi Instruksi; Fungsi ini bersifat komunikasi suatu arah, Pemimpin sebgai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilaman dan dimana perintah itudikerjakan agar keputusan dapat dilaksankan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk mengarahkan kemampuan untuk menggerakan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.

b. Konsultasi; Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama

menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan

pertimbagan , yang mengharuskannya berkomunikasi dengan orang-orang yang

25 Wahjosumijo, Kepemimpinan kepala, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal, 110


(33)

dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pemimpin dari orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (fead back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan pimpinan.

c. Fungsi Partisipasi; Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha

mengaktifkan orang- orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksanaan

d. Fungsi Delegasi; Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan

wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamman prinsip, persepsi, dan aspirasi.

e. Fungsi Pengendalian; Fungsi pendalian bermaksud bahwa kepemimpinanyang

sukses/efektif maupun mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehinggamemungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan

bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. 26

Menurut Gross (1961) yang dikutip oleh Burhanuddin didalam bukunya mengajukan beberapa fungsi kepemimpinan yaitu:

1. Menenetukan tujuan

2. Menjelaskan

3. Melaksanakan

4. Memilih cara yang tepat

26 Veitzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Jakarta:PT Raja Grafindo persada hal. 53-55


(34)

5. Mmeberikan dan mengkoordinasikan tugas

6. Memotivasi

7. Menciptakan kepuasan

8. Mewakili kelompok

9. Merangsanga para anggota untuk bekerja

Menurut Schuetz, pemimpin memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Menetapkan dan memantapakan tingkatan tujuan dan nilai-nilai kelompok

2. Menetapkan dan menintegrasikan bermacam –macam corak pikiran (kognisi)

yang ada didalam kelompok

3. Mengoptimasikan penggunaan/pemanfaatan kemampuan anggota kelompok

4. Membantu para anggota memecahkan masalah yang berhubungan dengan

penyesuaian diri dengan kebutuhan interpersonal.27

Dari fungsi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 3 fungsi pokok kepemimpinan pendidikan yakni:

a. Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan setiap kegiatan, dalam

rangka mencapai tujuan kelompok.

c. Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan suasana kerja yang mendukung

proses kegietan administrasi berjalan dengan lancer, penuh semangat, sehat dan kreativitas yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa semua usaha dalam merealisasikan fungsi kepemimpinan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi, mendorong mengarahkan kelompok agar mereka agar mau bekerja, penuh semangat, dan kepercayaan diri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Dalam hal ini, Kepala Sekolah mendapat tanggung jawab kepemimpinan dengan fungsi EMASLIM sebagai pengelola dan penyelenggaraan organisasi di sekolah.

27

Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hal, 66-67


(35)

1. Sebagai Pendidik (Educator)

Sebagai Pendidik, Kepala Sekolah mempunyai kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap Guru dan Tata Usaha agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara professional.

Berbagai aspek yang harus dikuasai oleh Kepala Sekolah dalam rangka menilai kinerja sekolah perlu diperhatikan beberapa aspek penilaian beserta scoring penilaiannyam yaitu menyangkut :

a. Aspek prestasi sebagai Guru

b. Aspek kemampuan bimbingan guru

c. Aspek kemampuan membimbing karyawan (TU, Laboratorium, dan

sebagainya)

d. Aspek kemampuan membimbing siswa

e. Aspek kemampuan mengembangkan staf.

Aspek kemampuan belajar mengikuti perkembangan Iptek.

2. Sebagai Pengelola (Manager)

Sebagai Pengelola/manajer, Kepala Sekolah dapat mengamankan pelaksanaan rencana kerja yang telah disusun sebelumnya, menggerakkan semua guru dan Tata Usaha, untuk dapat bekerja optimal. Kepala Sekolah juga berkewajiban melakukan pemantauan apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku. Berbagai aspek yang harus dikuasai oleh Kepala Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :

a. Aspek Kemampuan Menyusun Program

b. Aspek kemampuan menyusun organisasi/ kepegawaian di sekolah

c. Aspek kemampuan menggerakan staf

d. Aspek kemampuan mengoftimalkan sumber daya sekolah

3. Sebagai Administrator (Pengurus)

Sebagai seorang administrator, kepala sekolah melakukan Fungsi-fungsi merancang perencanaan kegiatan sekolah, menggerakkan kegiatan melalui pemberian dorongan kepada Guru dan staf, melakukan komunikasi kepada


(36)

instansi lain demi tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Berbagai aspek yang harus dikuasai Kepala SD adalah sebagai berikut :

a. Aspek kemampuan mengelola administrasi KBM dan BK

b. Aspek kemampuan mengelola administrasi Kesiswaan

c. Aspek kemampuan mengelola administrasi Ketenagaan

d. Aspek kemampuan mengelola administrasi Keuangan

e. Aspek kemampuan mengelola administrasi Sarana/ Prasarana

f. Aspek kemampuan mengelola administrasi Persuratan

4. Penyelia (Supervisor)

Sebagai supervisor, seorang Kepala Sekolah harus melakukan pengawasan dan pembinaan kepada guru, khususnya berkaitan dengan kegiatan belajar dan mengajar di kelas, agar berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan serta dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Berbagai aspek yang harus dikuasai Kepala Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :

a. Aspek kemampuan menyusun program supervisi pendidikan

b. Aspek kemampuan melaksanakan supervisi pendidikan

c. Aspek kemampuan memanfaatkan hasil Supervisi.

5. Pemimpin (Leader)

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan semua personil sekolah agar dapat melakukan tugas secara efektif. Sebagai pemimpin Kepala Sekolah juga harus berfikir menerobos batas, artinya melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif untuk membawa Sekolah kepada kondisi yang lebih maju. Pemikiran seorang pemimpin tidak sebatas pada rencana dan aturan-aturan yang telah ada, tetapi melompat kepada perubahan – perubahan ke depan, yang kadang-kadang belum dipikirkan oleh personil sekolah lainnya. Berbagai aspek yang harus dikuasai Kepala Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :


(37)

a. Aspek Kepribadian Yang Kuat

b. Aspek Kemampuan Mengenal Anak Buah

c. Aspek Pemahaman terhadap Visi dan Misi Sekolah

d. Aspek Kemampuan mengambil keputusan

e. Aspek Kemampuan Komunikasi

6. Pembaharu (Inovator)

Sebagai pembaharu, Kepala Sekolah harus berfikir dinamis, Peka terhadap segala perubahan yang terjadi di masyarakat yang terjadi di masyarakat, Kepala Sekolah harus adaptif terhadap perubahan yang terjadi, sehingga mampu menyesuaikan

dengan perubahan – perubahan tersebut. Dimungkinkan Kepala Sekolah menjadi

pemimpin dalam Pembaharuan tersebut berbagai aspek yang harus dikuasai Kepala Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :

a. Aspek kemampuan mencari/menemukan gagasan baru.

b. Aspek kemampuan melakukan pembaharuan di Sekolah

7. Pengerak (Motivator)

Sebagai penggerak, Kepala Sekolah memiliki teknik yang cukup untuk dapat menggerakan dan memberikan motivasi kepada guru dan staf, agar mereka dapat dan mampu melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Berbagai aspek yang harus dikuasai Kepala SD adalah sebagai berikut :

a. Aspek kemampuan mengatur lingkungan kerja (Fisik)

b. Aspek kemampuan mengatur suasana kerja (non fisik)

c. Aspek kemampuan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman

4. Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, akan berlanghsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilih, akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan


(38)

tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar:, yaitu:

▪ Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan tugas.

▪ Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja

▪ Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai

Berdasarkan tiga pola dasar tersebut terbentuk prilaku kepemimpinan yang berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan menurut Veitzal Rival , yaitu:

1. Tipe Kepemimpinan Otoriter

Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pemimpin. Pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahanya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintahkan.

2. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas

Tipe kepemimpinan ini merupakan kelebihan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai symbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secra perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasehat.

3. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti: dirinya juga, kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar.

Tipe pemimpin ini berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis,


(39)

dan terarah. Kepemimpinan tipe ini adalah mengammbil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.28

Sementara Kartini Kartono menambahkan tipe-tipe kepemimpinan antara lain:

1. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pegawai-pegawai yang bias dipercaya. Tipe ini banyak memiliki inspirasi, keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin ini memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.

2. Tipe Peternalistic

Tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

a. menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau

anak sendiri yang perlu dikembangkan

b. bersikap terlalu melindungi

c. jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

keputusan sendiri.

d. tidak pernah memberikankesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

e. tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan imajinasinya dan daya kreatifitas mereka sendiri.

Dari berbagai uraian dapat disimpulkan bahwa dari berbagai macam tipe ataupun gaya kepemimpina yang akan dipimpin, tipe ataupun gaya kepemimpina yang akan digunakan oleh seorang pemimpin harus disesuaikan dengan situasinya sehingga akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif.


(40)

C. Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan belajar mengajar kinerja guru sangatlah penting guna menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari para guru agar kinerja mereka maksimal dalam mendidik siswa.

Kinerja guru disekolah ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berkaitan dengan individu guru itu sendiri, seperti kemampuan mengajar, pengetahuan yang luas, kemampuan memotivasi diri dan siswa. Sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan kondisi lingkungan tempat guru mengajar, seperti hubungan dengan teman seprofesi, suasana yang kondusif, kebijakan dari pimpinan dalam lembaga pendidikan yaitu kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakan bawahan dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan guna mencapai kegiatan sekolah. Seorang pemimpin mengelola dan menjalankan proses kegiatan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ini sangat membutuhikan keahlian yang tinggi. Tuntutan lain dari seorang kepala sekolah sebagai pemimpin selain harus memiliki kualifikasi pribadi yang baik, memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional seperti mampu membuat rencana yang rasional dan matang, mampu memberikan pengarahan dan motivasi kepada guru. Mampu mengambil keputusan dan menjalin komunikasi yang baik, juga mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif yang memungkinkan setiap guru dan pegawai dapat menjalankan tugas dan fingsinya dari pelayanan siswa.

Pemimpin yang dapat menciptakan suasana nyaman dalam organisasi disekolah akan mendorong kinerja yang baik bagi para anggotanya, yaitu para guru. Dengan demikian kepemimpinan dari kepala sekolah sangat menentukan kinerja guru disekolah.

Dengan kata lain kepemimpinan yang baik dari kepala sekolah akan mendorong guru untuk meningkatkan kinerjanya. Sehingga, akan meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga


(41)

didik. Begitu juga sebaliknya, jika kepemimpinan kepala sekolah buruk, maka kinerja guru akan rendah. Peran kepala sekolah dalam mewujudkan kinerja guru sangatlah besar, mengingat dengan kepemimpinan yang baik. Kepala sekolah diharapkan mampu mempengruhi dan menggerakan para guru guna meningkatkan kinerjanya.

D. Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu gambaran awal dari masalah yang diperoleh atau jawaban sementara dari permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Dari pokok yang penulis uraikan sebelumnya, maka penulis

membuat hipotesis sebagai berikut: “Terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru”. Maka hasil

uji hipotesis dapat diperoleh sebagai berikut:

Ho = tidak ada hubungan antara variable X (kepemimpinan kepala sekolah) dengan variable Y (kinerja guru).

Ha = ada hubungan antara variable X (kepemimpinan kepala sekolah) dengan variable Y (kinerja guru).


(42)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang penulis jadikan objek dalam penelitian ini berlokasi di MTs Negri 8 JAKARTA sedangkan waktu penelitian direncanakan mulai pada bulan Juni s/d bulan agustus 2013

Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyelesaian

No Kegiatan Waktu

1 2 3

Persiapan

a. Menentukan objek penelitian

b. Menyusun perangkat / instrumen penelitian

Pelaksanaan

a. Penyebaran perangkat /

instrumen penelitian

b. Pengumpulan perangkat /

instrumen penelitian (data

01 Juni 2013 26 Juni 2013

1 Juli 2013

25 Agustus 2013 27 Agustus 2013


(43)

penelitian)

c. Pengolahan data

Penyelesaian

a. Pengolahan laporan b. Penyelesaian akhir

Pengambilan bukti surat penelitian dari sekolah

5 September 2013

15 Oktober 2013

28 Oktober 2013 12 Februari 2014

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di jabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, kepemimpinan kepala sekolah

dengan kinerja guru di MTs N 8 Jakarta.

2. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam memberikan

motivasi kinerja guru

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dihadapi sekarang. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang, maka dengan metode ini konsekuensi penulis harus mampu menganalisa data yang terhimpun sehingga pada kesimpulan yang logis dan realitas, di samping itu penggunaan metode ini pun diarahkan pada usaha usaha mengambarkan atau menuliskan serta menjelaskan besar kecilnya korelasi kepemimpinan kepala sekolah (variabel X) dengan kinerja guru (variabel Y).


(44)

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel kepemimpinan kepala sekolah di simbolkan dengan huruf X.

2. Variabel kinerja guru disimbolkan dengan huruf Y.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berbentuk kuisioner. Untuk memberikan balasan yang jelas dalam penyusunan instrumen berikut ini dikemukakan definsi konspetual dan definisi operasional setiap variabel yang digunakan.

1. Variabel kepemimpinan kepala sekolah (Variabel X)

a. Definisi konsep

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan segi atau proses mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan untuk bekerja dalam rangka perumusan tujuan atau pencapaian tujuan sekolah dalam satu rumpun yang sama.

b. Definisi operasional

Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki kepala sekolah untuk dapat melaksanakan manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan di sekolah. Adapun indikator dari variabel ini meliputi:

(1) merencanakan. (2) mengorganisasikan. (3) memimpin, dan (4) mengendalikan.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-10, h. 99


(45)

2.Kisi-kisi Instrument Kepemimpinan Kepala Sekolah

Sebelum membuat angket pada variabel kepemimpinan kepala sekolah ini dan menyebarkannya, maka terlebih dahulu dibuatkan kisi-kisi berdasarkan pada indikator yang ada.

Konsep akhir untuk variabel iklim kerja sekolah meliputi 30 butir dan rincian seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel Indikator Butir Soal

Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Mempengaruhi terhadap

bawahan

2. menggerakkan bawahan. 3. Memberikan pujian dan

hukuman (rewards and

punishment).

4. Merumuskan dan menjalankan visi-misi organisasi.

5. Mendorong semangat kerja bawahan

6.Berkepribadian yang dapat

diteladani

1,2, 3, 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12,13

14, 15, 16, 17

18, 19, 20, 21,22

23,24,25, 26


(46)

Skala yang digunakan dalam variabel kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan skala Likert. Kuisioner pendapatan menyediakan empat alternatif jawaban yakni:

1) Selalu

2) Sering

3) Kadang-kadang

4) Pernah

5) Tidak pernah

Karena datanya bersifat kuantitatif, untuk menganalisanya jawaban kuisioner diberi skor 5,4,3,2,1 untuk pertanyaan positif, sedangkan 1,2,3,4,5 untuk pernyataan yang bersifat negatif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Table.3.2 Skala Penilaian

No. Alternatif Jawaban Bobot Skor(+) Bobot Skor(-)

1. Selalu 5 1

2. Sering 4 2

3. Kadang-kadang 3 3

4. Pernah 2 4

5. Tidak pernah 1 5

3. Variabel kinerja guru (Variabel Y)

a. Definisi konsep

Kinerja guru merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi: Kejelasan waktu yang


(47)

diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud.

b. Definisi operasional

kinerja guru secara oprasional adalah hasil kerja guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengelola pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar, media pengajaran, dan pelaksaan evaluasi dalam mengajar dan mendidik siswa untuk sekolah.

4.Kisi-kisi Instrument Kinerja Guru (Variabel Y)

Sebelum membuat angket pada variabel kepuasan kerja guru ini dan menyebarkannya, maka terlebih dahulu dibuatkan kisi-kisi berdasarkan pada indicator yang ada.

Konsep akhir untuk variabel kepuasan kerja guru meliputi 30 butir dan rincian seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru

Variabel Indikator Butir Soal

Kinerja Guru 1. Kemampuan membuat

administrasi pelaksanaan pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5, 6

2. Kemampuan melaksanakan proses

pembelajaran.

7, 8 9, 10, 11, 12, 13

3. Kemampuan mengelola kelas. 14, 15, 16, 17,

4. Kemampuan melakukan evaluasi

5. Kemampuan bekerja sama dengan

rekan kerja.

18, 19, 20, 21, 22 23, 24, 25

6. Kemampuan mengembangkan

profesi.


(48)

Skala yang digunakan dalam variabel kinerja guru yaitu dengan skala likert. Kuisioner pendapatan menyediakan empat alternatif jawaban yakni:

1) Selalu

2) Sering

3) Kadang-kadang

4) Pernah

5) Tidak pernah

Karena datanya yang diperoleh bersifat kuantitatif, untuk menganalisanya jawaban kuisioner diberi skor 5,4,3,2,1 untuk pertanyaan positif, sedangkan 1,2,3,4,5 untuk pernyataan yang bersifat negatif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel.3.4 Skala Penilaian

No. Alternatif Jawaban Bobot Skor(+) Bobot Skor(-)

1. Selalu 5 1

2. Sering 4 2

3. Kadang-kadang 3 3

4. Pernah 2 4

5. Tidak pernah 1 5

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi di dalam penelitian ini adalah semua guru yang ada di MTs N 8 Jakarta yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel


(49)

Penelitian korelasi tidak memerlukan sampel yang besar. Diasumsikan jika ada pertama, maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang digunakan adalah mewakili populasi yang kita selidiki dan instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan sahih.

Adapun pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara sampel bertujuan atau purposive sample. Sampel bertujuan ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Adapun tujuan yang

dimaksud adalah untuk mengetahui secara langsung korelasi

kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi kerja guru di MTs N 8 Jakarta.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa fakta ataupun angka. Didalam pengumpulan data sangat dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan jenis data yang ingin dicari. Adapun diperlukan dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi, adalah suatu tekhnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan pada objek yang diteliti secara seksama serta melakukan

pencatatan secara sistematis. Dalam melakukan obervasi, penulis

melakukannya dengan cara mengamati lingkungan sekolah dan mencatat apabila ada hal-hal yang dianggap penting dalam melakukan penelitian ini.

2. Angket

Metode angket dalam penelitian ini, penulis lakukan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah sekaligus untuk mengetahui kinerja para guru tersebut.

Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan menggunakan Skala Liker.


(50)

H. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan suatu cara yang di gunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami, bukan saja oleh orang sang mengumpulkan data. akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil dari penelitian itu.

Regresi sederhana (hubungan konsep antara satu variable dengan variable lainnya.

r =

[ ( )– ] – Keterangan:

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product moment

N : Number of Cases

x1x : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

x1 : Jumlah seluruh skor x

x : Jumlah skor x

Kegiatan selanjutnya adalah langkah perhitungan terhadap data- data yang

sudah diberikan skor. dengan menggunakan rumus “r” product moment untuk

mencari titik nilai korelasi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan variabel kinerja guru.

Adapun rumus “r” product moment tersebut ad alah sebagai berikut:

rxy =

Keterangan:

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product moment

N : Number of Cases


(51)

x : Jumlah keseluruhan skor x

y : Jumlah keseluruhan skor y

I. Teknik interpretasi data

Untuk menginterpretasikan hasil analisa data langkah-langkahnya ialah sebagai berikut:

a. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" product moment. Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dan perhitungan dapat diberikan penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada 2 macam cara yang penulis tempuh yaitu: (1) interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" product moment yang lelah dilakukan dengan cara kasar atau sederhana, dan (2) interpretasi dengan terlebih dahulu berkonsultasi pada nilai "r" product moment.

1) Memberikan inierpretasi angka indeks korelasi “r" product moment, secara

kasar (sederhana). Dalam memberikan interpretasi dengan cara ini. penulis mempergunakan pedoman atau ancar- ancar sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Data

Besar "r"product moment (rxy)

Interpretasi

0.00 - 0.20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi

akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi di antara variabel X dan variabel Y)

0.20 - 0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang

lemah atau rendah

0.40 - 0.70 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi

yang sedang atau cukupan


(52)

kuat atau tinggi

0.90- 1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang

sangat kuat atau sangat tinggi

2) Interpretasi dengan terlebih dahulu berkonsultasi pada nilai "r'" product moment.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesa allernatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Hc)

b) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang lelah

diajukan dengan jalan membandingkan besarnya "r" yang telah diperoleh dalam perhitungan atau "r" observisi (ro) dengan besarnya "r" yang tercantum dalam tabel nilai "r", dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degree of freedomnya (df) yang rumusnya sebagai berikut:

df=N-nr

Dimana:

df : degrees of freedom (derajat bebas) N : Number of cases (responden)

nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan (2) df =N-nr

= 30 - 2 = 28

Dengan diperoleh (db) alau (df) maka dapal dicari besarnya '”r" yang

tercantum dalam tabel nilai "r" product moment, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikan 1%.


(1)

(2)

(3)

:, .a%

iwze

%

KEMENTERIAN AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No.

Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1

Maret

2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor

: Un.0 1/F. 1

/I(M

.Al 3 / ...12011

Lamp"

:

-Hal

:

Bimbingan

Skripsi

Tembusan:

1.

Dekan

FITK

2.

Mahasiswa ybs.

Saipulloh

1060 r 8200782

KI-Manaj

ernen Pendidikan

Xru

..HU B

UNG,{N

KEPEM

IMPINAN

KEPALA SEKOLAH DENGAN

Jakarta,l 9 Desernber 2012

Kepada

Yth.

Drs.

H.

Mua'rif

SAM.

M.Pd

Pembirnbing

Skripsi

Fakultas

Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan U

IN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' alaikwm

wtw

b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

menjadi

pembimbing

llll

(materi/teknis) penulisan

skipsi

mahasiswa:

Nama

NIM

Jurusan Semestel

Judul Skripsi

KTNER.TA

GURU (STUDI

DI

MTS. NEGERI

B

JAKARTA)".

Judrrl tersebut

telah disetujui

oleh Jurusan yang bersangkutan pada

tanggal

23

November2012

,

abstraksiloatline terlampir.

Saudara dapat melakukan perubahan

redaksional

pada

judul tersebut.

Apabila

perubahan substansial dianggap

perlu, mohon

pernbimbing menghubungi

Jurusan

terlebih

dahulu,

Birnbingan skripsi

ini

diharapkan

selesai dalam

waktu 6 (enam) bulan,

dan dapat diperpanjang

selama 6 (enam)

bulan berikutnya

tanpa surat perpanjangan.

Atas

perhatian dan

kerja santa Saudara,

kami

ucapkan

terima kasili.

ll/as s al amu' al ai ku m w r. w b.

I-Manaj emen Pendi

dikan

;,;; ,;

w"*-' t

fif

SAN4


(4)

ffi

KEMENTERIAN

AGAMA

MADRASAH

TSANAWIYAH

NEGERI

B

IAKARTA

(MTs.

N B)

Jl. SeruniKomp. BTN Kresek Indah Kel. Duri Kosambi Kec. Cengkareng fakarta Barat 11750 E-M@IL : mtsn.0Bjkt@yahoo.co.id

Telp. (021) 545 1883

NSM. 121.131.730.001

Faks. [021) 545 1883

NPSN.20178153

Nomor Sifat Lamp. Hal

MTs. 09.4.8ff L.00 t

0,

(

t201 4 Penting

Pelaksanaan Penelitian

Kepada

Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Kependidikan

Univenitas lslam Negeri Jakarta

Assalamu'alaikumWr. Wb

Yang bertandatangan dibawah ini:

Jakarta, 12 F ebruari 2014

Nama NIP.

PangkaU Gol Jabatan Unit Kerja

Dengan ini menerangkan bahwa:

Nama NIM Jurusan Semestcir

: Drs. H.

A. MAWARDI,

MM :19631001 198803 1 005 : Pembina Tk. 1/ lV.B ; Kepala Madrasah

: MTs NegeriS Cengkareng Jakarta Barat

:SAIPULLOH

:16018200782

: K1-Manajemen Pendidikan : lV (empat belas )

Telah melakukan penelitian pada Madrasah Tsanawiyah Negeri 8 Cengkareng Jakarta

Baratdengan

Judul"Hubungan

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Knerja

Guru

Studi

di

Madrasah Tsanawiyah Negeri

I

Cengkarcng

JakartaBaraf.sejak

tanggal,20

Agustus s.d. 28 Oktober 2013.

Demikian, Keterangan ini dibuat dengan sebenamya untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.


(5)

'6

(! ll

t

rl)

a

Jl

o

il(o

\tr

F{

m

t-{

c)

N

2

&

hl

rEt

n<

z

*

F

lc' o-U)

o

,

-

--f--*-7'

-1

z

(5

tll

F

(n

frl

Fi

z

lrl

.1 LJ lraLl

4&

es

93.

So

a4

?ff

=Fl

/4

z9

<tr

Gz,

ca

E

HI

n.

a

F

s

z

\

-t


(6)

cr)

O c{

:f -? tr)

cg

c

$

(!

-)

ro

o

O

co c)

@

@

O)

O O r co

(o .o)

/.: I.

iol\i

)i

:1i;jl

+';:.:l .e.l

!

q

a

ci

(! E

3

o

\l

(0

E