KOMIK LEGENDA POHON MAJA SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA RAKYAT DAERAH MAJALENGKA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh

CECEP SURIAWIJAYA 0900172

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

KOMIK LEGENDA POHON MAJA SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA RAKYAT DAERAH MAJALENGKA

Oleh

Cecep Suriawijaya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Cecep Suriawijaya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


(3)

Oleh

Cecep Suriawijaya 0900172

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing I

Drs. Harry Sulastianto, M.Sn. 196605251992021001

Dosen Pembimbing II

Suryadi, S.Pd.M.Sn. 197307142003121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI

Bandi Sobandi, M.Pd. 197206131999031001

Lembar Persetujuan Skripsi


(4)

0900172

KOMIK LEGENDA POHON MAJA SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA RAKYAT DAERAH MAJALENGKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Penguji I

Dra. Tity Soegiarty, M.Pd. 195509131985032001

Penguji II

Drs. Untung Supriyanto, M.Pd. 195210161986011001

Penguji III

Yulia Puspita, M.Pd. 198107012005012004


(5)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KOMIK SEBAGAI MEDIA

PENYAMPAIAN CERITA RAKYAT DAERAH MAJALENGKA ini

sepenuhnya merupakan karya saya. Tidak ada didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014


(6)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Masalah Penciptaan... 4

C. Tujuan Penciptaan... 4

D. Manfaat Penciptaan... 5

E. Metode Penciptaan... 5

F. Sistematika Penulisan... 6

BAB II LANDASAN PENCIPTAAN... 8

A. Kajian Teoretik... 8

1. Cerita Rakyat... 8

a. Ciri-Ciri Cerita Rakyat... 8

b. Macam-macam Cerita Rakyat... 9

2. Media... 9

3. Komik... 10

a. Definisi Komik... 10

b. Sejarah Komik... 11

c. Sejarah Komik Indonesia... 11

d. Unsur-unsur Komik... 15


(7)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Membuat Sinopsis... 30

b. Membuat Storyline... 31

c. Membuat Storyboard... 31

d. Membuat Karakter Tokoh Verbal... 32

e. Mendesain Karakter Tokoh... 32

f. Visualisasi Komik... 32

g. Pencetakan dan Penjilidan... 32

5. Warna... 33

a. Teori Brewster... 34

b. Warna dan Kepribadian...35

6. Kota Majalengka dan Cerita Rakyatnya... 35

BAB III METODE PENCIPTAAN... 38

A. Ide Berkarya... 38

B. Analisis Kebutuhan...40

C. Kontemplasi... 30

D. Stimulasi Berkarya... 41

E. Pengolahan Ide... 44

F. Persiapan Alat dan Bahan... 45

G. Proses Pembuatan Komik... 48

1. Membuat sinopsis... 48

a. Tema Komik... 48

b. Plot... 49

c. Seting Cerita... 49

d. Data Komik... 50

e. Sinopsis... 50

2. Membuat Storyline... 51

3. Membuat Storyboard... 52

4. Membuat Karakter Tokoh Verbal... 53

5. Mendesain Karakter Tokoh... 54


(8)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Review... 56

b. Layout Panel... 56

c. Perspektif... 59

d. Sketsa... 60

e. Bidang Kompleks... 61

f. Pewarnaan... 61

g. Gelap Terang (Pencahayaan)...63

h. Garis Gerak... 64

i. Efek Cat Air... 66

j. Balon Kata... 67

k. Bunyi Huruf (Efek Suara)... 68

7. Pencetakan dan Penjilidan... 70

BAB IV DESKRIPSI KARYA... 74

A. Mengembangkan Ide... 74

1. Munculnya Ide... 74

2. Pengembangan Ide... 75

3. Study dan Pengolahan Ide... 77

B. Deskripsi Komik... 80

1. Unsur-Unsur Komik... 80

a. Cerita... 80

b. Ilustrasi... 81

c. Panel... 89

d. Balon Kata... 94

e. Bunyi Huruf... 95

f. Garis Gerak... 96

2. Pewarnaan... 97

a. Siang Hari... 97

b. Malam Hari... 99

c. Negeri Nirwana... 100


(9)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Hasan... 101

b. Nyai Rambut Kasih... 102

c. Nisa... 103

d. Dodo... 103

e. Budi... 104

f. Kidang Emas... 105

g. Kidang Emas Raksasa... 105

h. Serigala... 106

i. Ibu Hasan... 108

j. Sesepuh di Kaki Kunung Margatapa...108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 109

A. Kesimpulan... 109

B. Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA... 108 LAMPIRAN

SK SKRIPSI

DAFTAR ISTILAH RIWAYAT HIDUP STORYBOARD


(10)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KOMIK LEGENDA POHON MAJA SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA RAKYAT DAERAH MAJALENGKA

Cecep Suriawijaya¹. Harry Sulastianto². Suryadi³. Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Pendidikan Indonesia,

Email: [email protected]¹ ABSTRACT

Folklore is now being replaced by fictional stories from abroad easily understood and has its own charm. Coupled with the rapid technological developments, can erode or mengilangkan a masterpiece of the ancestors. This is exactly what encourages writers to create stories with lift Majalengka folklore in the form of comics media, because the comic has a good approach to the community, especially children and adolescents. The problem of this thesis is how the description of the elements of comics, illustration, and coloring concept. The method in this creation, the idea of working through the process, analyzing needs, stimulation, processing of ideas, tools and material preparation, only then to the process of making comics. The author uses digital techniques in the making, the stages that make synopsis, storyline, storyboard, character verbal character, the character design, comic visualization, printing and binding. Discuss the contents of the comic elements of the story as folklore-themed background and then connected with a new story that is written by the author himself. Illustration using the manga style, panels and various forms and its transition, word balloons with various kinds, sound effects that resemble / represent the sound source, and the line of march in the comic dibuatuntuk motion effect. As for the coloring authors analyzed based lighting. Comic legend Maja Trees are so short this will be hard to capture the nature that exists within each of the characters, therefore the author gives color to each character as a symbol, not only a good comic has an interesting story, but it must be supported with a good technique to create comic quality. With the comic legend Trees Maja, is expected to be an alternative media to convey folklore Majalengka and be efforts for the preservation of local cultural traditions.


(11)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keyword: Comics, Majalengka Folklore

ABSTRAK

Cerita rakyat kini mulai tergantikan oleh kisah-kisah fiksi dari luar negeri yang mudah difahami dan memiliki daya tarik tersendiri. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, dapat mengikis atau mengilangkan sebuah mahakarya para leluhur. Hal tersebutlah yang mendorong penulis untuk menciptakan cerita dengan mengangkat cerita rakyat Majalengka ke dalam bentuk media komik, karena komik memiliki pendekatan yang baik untuk masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah deskripsi unsur-unsur komik, ilustrasi, dan konsep pewarnaannya.

Metode dalam penciptaan ini, melalui proses ide berkarya, menganalisa kebutuhan, stimulasi, pengolahan ide, persiapan alat dan bahan, setelah itu barulah ke proses pembuatan komik. Penulis menggunakan teknik digital dalam pembuatannya, tahap-tahap tersebut yaitu membuat sinopsis, storyline, storyboard, karakter tokoh verbal, mendesain karakter tokoh, visualisasi komik, pencetakan dan penjilidan.

Unsur komik membahas isi cerita yang bertemakan cerita rakyat sebagai latar belakang kemudian disambung dengan cerita baru yang dikarang oleh penulis sendiri. Ilustrasi menggunakan gaya manga, panel dan macam-macam bentuk dan peralihannya, balon kata dengan berbagai jenisnya, efek suara yang dibuat menyerupai/mewakili sumber suaranya, dan garis gerak dalam komik yang dibuatuntuk memberikan efek gerak. Sedangkan untuk pewarnaan penulis menganalisis berdasarkan pencahayaan. Komik Legenda Pohon Maja yang begitu singkat ini akan susah menangkap sifat yang ada dalam diri setiap tokohnya, oleh karena itu penulis memberi warna pada setiap karakter sebagai simbol, Komik yang baik tidak hanya memiliki cerita yang menarik, namun harus ditunjang dengan teknik yang bagus agar menciptakan komik yang berkualitas. Dengan adanya komik Legenda Pohon Maja, diharapkan dapat menjadi media alternatif dalam menyampaikan cerita rakyat Majalengka dan menjadi upaya untuk pelestarian tradisi budaya lokal.


(12)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(13)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup berkembang dan berperan, jika berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi. Komunikasi dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (2008:798), memiliki pengertian “pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dngcara yg tepat sehingga dipahami apa yg dimaksud”. Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia membutuhkan alat bantu sebagai perantaranya, yaitu media. Sebagai mahluk sosial, manusia terus mengembangkan bentuk media komunikasi yang dapat dipahami dan mudah dimengerti baik golongan tertentu maupun universal. Media komunikasi sudah berkembang sejak zaman prasejarah, terutama berbentuk media visual.

Visual atau gambar seringkali manusia terapkan sebagai suatu kegiatan spiritual, pada saat itu gambar menjadi media penyampaian informasi yang sangat efektif. Banyaknya gambar yang ditemukan pada dinding gua zaman prasejarah menjadi bukti. Sebagian besar dari gambar itu memberikan informasi mengenai cara hidup mereka di masanya.


(14)

2

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di era informasi sekarang ini, media visual atau gambar kemudian banyak berkembang dari mulai media cetak sampai elektronik. Media visual menjadi menjadi media yang pesannya mudah diterima oleh masyarakat, karena gambar lebih menunjukkan hal yang nampak dan dapat dirasakan oleh panca indera kita yang paling vital, yaitu indera penglihatan. Oleh sebab itu peranan gambar dalam kehidupan sehari-hari semakin meluas dari mulai media ekspresi, publikasi, pendidikan, sampai komersial dan lain sebagainya. Dalam bentuk media cetak gambar sering kali kita temui dalam bentuk media brosur, poster, cergam, komik, majalah, koran, dan lain-lain. Dalam media elektronik salah satu bentuknya adalah iklan elektronik dan film. Dari perkembangan tersebutlah media visual memudahkan masyarakat mendapatkan informasi.

Dalam buku “Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya” yang disusun oleh Sadiman Arief dkk (2009:29), disebutkan salah satu kelebihan dari gambar adalah “sifatnya yang konkret; gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata”. Di dunia pendidikan, pembelajaran memakai media visual lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Hal ini dapat kita lihat banyak terdapat gambar-gambar pada buku-buku mata pelajaran di semua jenjang pendidikan. Dapat kita rumuskan bahwa media pembelajaran visual (seperti gambar diam, gambar bergerak, televisi, objek tiga dimensi, dan lain lain) mempunyai hubungan positif yang cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual merupakan media pembelajaran yang cukup baik dan efisien. Meskipun demikian, banyak dalam pelaksanaannya belum mengoptimalkan media visual tersebut, terutama dalam upaya pelestarian cerita rakyat di daerah daerah tertentu. Padahal cerita rakyat bukan hanya sekadar isapan jempol belaka, melainkan cerita yang memiliki nilai-nilai moral dan makna filosofis di dalamnya. Kurang tertariknya masyarakat terhadap cerita rakyat yang menjadi salah satu budaya dan tradisi Indonesia sendiri menjadi kekhawatiran bagi penulis.


(15)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam buku “Ceritera Rakyat Daerah Jawa Barat” yang disusun oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984: 5) dipaparkan: “sejak tahun 1970 telah ada usaha mengumpulkan data dan menerbitkan cerita rakyat daerah Jawa

Barat”. Namun jika melihat sekarang ini para generasi muda justru kurang begitu mengetahui cerita rakyat di daerahnya masing-masing. Mereka malah lebih tertarik dengan cerita fiksi heroik yang datang dari luar negeri. Ditambah orang tua yang menyibukkan diri dalam pekerjaannya, dan kurang memberikan dongeng atau cerita rakyat kepada anaknya . Hal tersebut tentu saja akan berakibat buruk bagi hilangnya cerita rakyat, ketika orang tua yang mengetahui cerita rakyat daerah tertentu meninggal dunia. Padahal cerita rakyat memiliki nilai-nilai budaya yang baik dan memiliki pesan yang jelas dan luhur.

Suatu kenyataan yang miris, bahwa di zaman sekarang ini cerita rakyat hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, terutama oleh kalangan orang tua di kampung-kampung. Mereka yang biasa menceritakan dongeng, di daerah Jawa Barat dipanggil juru pantun. Tetapi saat ini mereka kurang dalam menuturkan cerita yang diketahuinya kepada orang lain terutama anak-anak. Bukan karena mereka enggan untuk menceritakan, tetapi dengan adanya media massa dan juga elektronik yang yang mengambil alih peran mereka dalam dunia hiburan. Oleh karena itu penulis memanfaatkan media sebagai sarana informasi cerita rakyat dalam bentuk komik ini menjadi daya tarik masyarakat yang membacanya.

Nyai Rambut Kasih yang menjadi legenda masyarakat Majalengka yang konon menghilang bersama semua pohon maja. Kenyataannya, sekarang ini pohon maja bisa kita temui di daerah Majalengka, salah satunya di depan Pendopo Kabupaten Majalengka. Hal ini yang mendasari sebagai pengembangan gagasan dalam berkarya seni rupa, sehingga mendorong rasa ingin mewujudkan gagasan tersebut dalam bentuk komik dengan cerita baru yang dilatarbelakangi oleh cerita rakyat Majalengka tanpa mengubah esensi cerita, agar lebih mudah diminati, dipahami dan dimengerti.

Komik adalah cerita yang diwakili oleh gambar, dengan teks sebagai penjelasnya, misalnya menjelaskan latar belakang ataupun dialog antar tokoh


(16)

4

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komik, dan sebagainya. Berdasarkan “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (2008:794), komik diartikan sebagai “cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yg umumnya mudah dicerna dan lucu”.

Ada banyak sekali buku-buku legenda yang beredar di masyarakat, seperti legenda Sangkuriang, Malin Kundang, Roro Jongrang dan lain-lain dalam bentuk komik maupun cergam. Keberadaan komik legenda di masyarakat cukup memberi pengetahuan dalam melestarikan cerita rakyat. Di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia sendiri, karya yang menceritakan tentang legenda cukup banyak, hanya saja lebih banyak dalam bentuk cergam. Dari hal itu, penulis ingin menyuguhkan karya ilustrasi dengan mengangkat cerita rakyat lokal yang belum banyak diketahui oleh orang dalam bentuk komik. Dengan teknik digital ilustrasi penulis ingin menyuguhkan nuansa berbeda dalam ilustrasi tanpa outline yang penuh warna serta pencahayaan yang lembut (soft).

Kelebihan dibuatnya komik ini yaitu akan menjadi media yang menyegarkan untuk penyampaian cerita rakyat, dan menarik minat baca masyarakat. Sedangkan kekurangan dari komik ini dikhawatirkan akan menimbulkan perspektif baru di mata pembaca.

Ketertarikan penulis terhadap komik sudah lama, sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Bagi penulis komik merupakan media yang memiliki daya tarik tersendiri. Dalam pembuatannya, komik memiliki kompleksitas yang tinggi, sehingga tidak boleh asal-asalan ketika membuatnya. Dalam membuat komik harus dimulai dengan perancangan yang sangat matang sehingga menghasilkan cerita yang bagus dan menarik. Penulis berkeinginan keras untuk pengetahuan dan kemampuan dalam membuat komik direalisasikan, sehingga memberikan pengalaman, manfaat, dan berbagi dengan orang lain, baik dalam cerita rakyat maupun dalam hal membuat komik.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengaplikasikan idenya melalui karya komik yang berjudul: “KOMIK LEGENDA POHON MAJA

SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA RAKYAT DAERAH


(17)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Masalah Penciptaan

Informasi dan teknologi kian melesat hingga mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat dalam aspek kehidupan sehari-hari. Akibatnya masyarakat lupa akan tradisi dan budaya cerita rakyat daerahnya sendiri. saat ini, para pelajar khususnya anak-anak lebih tertarik dengan cerita fiksi heroik dari luar negeri seperti cerita

“Spongebob”, “Naruto”, “Spiderman”, dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskanlah masalah penciptaan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan ide berkarya pada komik legenda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka?

2. Bagaimana deskripsi unsur-unsur komik dan konsep pewarnaan ilustrasi dan tokoh dalam komik legenda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka?

C. Tujuan Penciptaan

Melalui skripsi ini, penulis ingin mengetahui cerita rakyat yang menjadi asal-usul penamaan daerah Majalengka, memberikan nilai-nilai pendidikan, serta memberikan nuansa baru dalam media penyampaian ceritanya. Meski dengan cerita yang baru penulis memiliki misi tersendiri, yaitu untuk menyampaikan cerita rakyat Majalengka.

Adapun tujuan dari skripsi ini, adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara mengembangkan ide berkarya pada komik legenda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka.

2. Mengetahui deskripsi unsur-unsur komik dan konsep pewarnaan ilustrasi dan tokoh dalam komik legenda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka.


(18)

6

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penciptaan

Diharapkan komik legeda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka ini dapat memberikan manfaat, yakni:

1. Manfaat bagi diri sendiri:

a. Menambah wawasan mengenai teknik pembuatan dalam komik legeda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka.

b. Meningkatkan kreativitas berimajinasi dalam berkarya komik. 2. Manfaat bagi dunia pendidikan:

a. Dapat digunakan media dan strategi baru dalam penyampaian materi cerita rakyat Majalengka.

b. Dapat dijadikan referensi untuk pembuatan komik atau ilustrasi 3. Manfaat bagi masyarakat:

a. Sebagai suatu pengenalan cerita rakyat Majalengka kepada pembaca.

b. Meningkatan minat baca masyarakat mengenai cerita rakyat khususnya masyarakat Majalengka.

c. Sebagai media dakwah kepada masyarakat melalui komik.

E. Metode Penciptaan

Dengan mengacu pada cerita Nyi Rambut Kasih, diperlukan kajian yang lebih mendalam terhadap cerita yang lebih relevan. Selain sumber bacaan yang relevan dibutuhkan juga observasi sebagai sumber sekunder. Observasi dilakukan untuk mencari sumber pustaka dengan melakukan wawancara.

Komik legenda pohon maja sebagai media penyampaian cerita rakyat daerah Majalengka memiliki tahapan yang lazim dalam proses pembuatannya. Diantaranya adalah, penyusunan naskah cerita, pembuatan karakter, pembuatan sketsa, penintaan, pewarnaan, pemberian teks dan layout, sebagian besar tahapan tersebut penulis lakukan secara digital.


(19)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap manual dilakukan di awal, yaitu dengan pembuatan naskah dan sketsa untuk storyboard dalam kertas kecil berukuran A5. Kemudian pembuatan komik dilakukan secara digital dengan teknik digital ilustrasi dengan mengacu pada storyboard. Adobe Photoshop CS6, adalah perangkat lunak utama yang digunakan dalam proses pembuatan ilustrasi temasuk layout halaman.

F. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan skripsi ini terdiri atas lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, bagian ini merupakan sebuah pengantar yang akan

menuntun penulis dalam menyusun skripsi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, masalah penciptaan, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, metode penciptaan, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Penciptaan, bagian ini memaparkan penjelasan tentang

media pembelajaran, komik, warna, cerita rakyat, kota Majalengka.

Bab III Metode Penciptaan, pada bagian ini menjelaskan metode dan

tahap-tahap yang dilakukan dalam proses penciptaan karya komik ini. Diantaranya, ide berkarya, kontemplasi, stimulasi berkarya, pengolahan ide, dan proses penciptaan.

Bab IV Analisis Visual Karya, bagian ini memaparkan analisis komik

berdasarkan bab 2 yaitu analisis unsur-unsur komik, konsep pewarnaan, dan warna tokoh dalam komik.

Bab V Penutup, bagian terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penciptaan


(20)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A. Ide Berkarya

Cerita rakyat merupakan hasil kebudayaan suatu masyarakat. Suatu kenyataan yang miris, bahwa di zaman sekarang ini cerita rakyat hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, terutama oleh kalangan orang tua di kampung-kampung. Para generasi muda justru kurang begitu mengetahui cerita rakyat di daerahnya masing-masing. Mereka malah lebih tertarik dengan cerita fiksi heroik yang datang dari luar negeri.

Di Majalengka sendiri, banyak cerita rakyat yang diriwayatkan pada tiap-tiap daerahnya, hanya saja kurangnya suatu usaha pelestarian, baik dari pemerintah, maupun dari masyarakatnya sendiri. Meski demikian, sejauh ini cerita rakyat asal-usul Majalengka masih diketahui oleh sebagian masyarakatnya, terutama di kalangan orang tua.

Nyai Rambut Kasih adalah sosok yang menjadi legenda masyarakat Majalengka yang konon menghilang bersama semua pohon maja. Kenyataannya, sekarang ini pohon maja bisa kita temui di daerah Majalengka, salah satunya di depan Pendopo Majalengka.

Hal ini yang mendasari sebagai pengembangan gagasan dalam berkarya seni rupa, sehingga mendorong rasa ingin mewujudkan gagasan tersebut dalam bentuk komik dengan cerita baru yang dilatarbelakangi oleh cerita rakyat Majalengka tanpa merubah esensi cerita, agar lebih mudah diminati, dipahami dan dimengerti.

Untuk mempermudah pola kerja yang akan dilakukan, penulis membuat kerangka alur kerja dalam proses peembuatan karya, seperti pada bagan berikut ini:


(21)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1

Alur Kerja Proses Pembuatan Karya (Sumber: dokumentasi pribadi)


(22)

40

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Analisis Kebutuhan

Suatu media (khususnya cetak) dapat dikatakan baik pabila informasi yang disampaikannya bisa difahami oleh pembacanya. Oleh karena itu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu perencanaan untuk memulai pembuatan suatu karya.

Segmentasi komik ini ditujukan bagi anak dengan rentang usia 12-16 tahun sebagai perioritas, dengan pertimbangan bahwa anak tersebut sudah memiliki kemampuan membaca dan berfikir yang baik. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dibacakan oleh orang tua kepada anak dibahwah umur 12 tahun karena dalam komik banyak nilai-nilai moral dan religius. Bisa juga dibaca untuk kalangan dewasa, karena didalamnya terdapat dialog yang tidak terlalu kekanak-kanakan.

Dalam dunia pendidikan, cerita rakyat “Asal-usul Majalengka” ini digunakan dalam muatan lokal Bahasa Sunda di SMP di daerah Majalengka (berdasarkan pengalaman penulis dahulu). Keberadaan Komik Legenda Pohon Maja dapat digunakan untuk media visual, karena biasanya gambar banyak disukai oleh siswa-siswi SMP, apalagi dengan gaya gambar manga yang full colour.

Keberadaan komik ini juga diharapkan dapat menjadi angin segar dalam upaya pelestarian budaya lokal cerita rakyat yang selama ini belum ada dalam bentuk visual khususnya komik.

C. Kontemplasi

Sadar atau tidak, kontemplasi sering kali dilakukan dalam proses berkarya seni. Dalam proses penciptaan karya gagasan yang muncul kerap kali direnungkan dan dikaji, misalnya memikirkan alur cerita, bahan, teknik, dan gaya yang akan digunakan dalam komik. Pengertian kontemplasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran

atau perhatian penuh”.

Sedangkan menurut Mustopo dalam Sugandi (2012:58), “Kontemplasi ide merupakan kegiatan perenungan dengan sepenuh hati atau preses bermeditasi


(23)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk merenungkan dan berfikir penuh secara mendalam untuk mencari nilai-nilai, karena manfaat dan tujuan atau niat seuatu hasil penciptaan”

Dalam berkontemplasi penulis tidak hanya berfokus tentang bagaimana karya ini akan dihasilkan. Namun dalam kontemplasi, penulis berusaha mencari dan mempertimbangkan nilai-nilai baik yang diharapkan dari karya komik ini. Melihat bahwa karya yang akan dibuat adalah cerita karangan penulis sendiri dilatarbelakangi oleh cerita rakyat daerah Majalengka, penulis ingin membawa nilai-nilai edukasi berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan menampilkan atmosfir yang religius dan toleransi antar umat beragama.

D. Stimulasi Berkarya

Hal yang mendorong manusia dalam berkarya seni atau mengasah kreatifitas adalah stimulus. Terkadang untuk memunculkan hasrat dalam berkarya dibutuhkan stimulasi yang sangat besar. Selain mencari sumber tertulis, penulis juga melakukan kegiatan seperti perbincangan dengan sesepuh di daerah-daerah tertentu dan mencari beberapa sumber tertulis mengenai riwayat Majalengka. Kemudian penulis mendokumentasikan hal-hal yang bisa diangkat sebagai studi bentuk.

Gambar 3.1


(24)

42

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.2 Buah Maja

(Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/ce/Bael_%28Aegle_marmelos

%29_fruit_at_Narendrapur_W_IMG_4099.jpg/220px-Bael_%28Aegle_marmelos%29_fruit_at_Narendrapur_W_IMG_4099.jpg)


(25)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pintu Gerbang Taman Makam Pangeran Muhammad (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.4

Pintu Gerbang Patilasan Nyi Rambut Kasih (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.5

Makam Siti Armilah atau Mbah Badori (Istri Pangeran Muhammad) (Sumber: dokumentasi pribadi)


(26)

44

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.6

Pendopo Majalengka yang Konon Merupakan Pusat Pemerintahan Nyai Rambut Kasih Dahulu (Sumber: dokumentasi pribadi)

E. Pengolahan Ide

Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah pengolahan Ide. Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap perencanaan, dimana penulis mengolah stimulus menjadi gagasan yang dapat dibuat menjadi sebuah karya. Sebagian besar pengolahan ide (pembuatan karya) penulis sempurnakan dengan menggunakan bantuan software komputer program Adobe Photoshop CS6, dan sedikit bantuan Corel Draw X4 untuk layout halaman agar siap naik cetak.

Gambar 3.7


(27)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: http://www.techsmart.co.za/data/articles/Photoshop%20CS6%20Beta%20debuts/adobe-photoshop-cs6-.jpg)

Gambar 3.8

Kemasan Software Corel Draw X4

(Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-63XSXC_PkeA/UPfNQDY-2_I/AAAAAAAAAME/f3b4FCCyBSI/s1600/Corel+Draw+X4+Portable.jpg)

F. Persiapan Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses berkarya komik ini, yakni:

1. Kertas

Gambar 3.9

Kertas Multiguna atau HVS Ukuran A4 (Sumber: dokumentasi penulis)


(28)

46

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pensil 2 B

Gambar 3.10

Pensil dan Pensil Mekanik 2B Faber Castel (Sumber: dokumentasi penulis)

3. Penghapus

Gambar 3.11 Penghapus Pensil Hitam (Sumber: dokumentasi penulis)


(29)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Printer

Gambar 3.12 Printer TX111 (Sumber: dokumentasi penulis)


(30)

48

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.13

Pen Tablet Wacom Bamboo Model CTL-470 (Sumber: dokumentasi penulis)

6. Perangkat Komputer

Gambar 3.14

Perangkat Komputer dengan Spesifikasi yang Cukup untuk Desain (Sumber: dokumentasi penulis)


(31)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pembuatan Sinopsis

Dalam merumuskan sinopsis, penulis mengambil cerita rakyat asal-usul Majalengka sebagai latar belakang. Kemudian penulis mengarang sendiri (saduran) cerita legenda pohon maja.

a. Tema komik

Komik ini merupakan komik cerita rakyat yang diadaptasi dari buku cerita rakyat daerah Jawa Barat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan oleh penerbit Balai Pustaka tahun 1984. Cerita rakyat Majalengka ini penulis jadikan sebagai latar belakang. Untuk cerita intinya sendiri penulis mengarang (menyadur) sendiri, bagaimana asal muasal pohon maja yang dahulunya tidak ada, kini bisa ada di daerah Majalengka.

b. Plot

Penulis menjabarkan bagian-bagian dalam cerita ini, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.

Bagian Pertama, diceritakan secara naratif bahwa rakyat Cirebon terkena wabah demam berdarah. Sunan Gunung Jati mengutus Pangeran Muhammad untuk mencari pohon maja yang ada di daerah Kerajaan Sindangkasih. Namun Semua pohon maja itu menghilang bersama moksanya Nyi Rambut Kasih Sang Ratu Sindangkasih. Pangeran Muhammad tak dapat menemukan satu batang pun dari pohon maja tersebut. Akhirnya pohon itu hanya menjadi legenda. Sekitar satu abad kemudian seorang anak yatim bernama Hasan bertekad mencari tahu keberadaan pohon legenda tersebut untuk dijadikan obat ibunya yang sedang demam.

Bagian Tengah, dilanjutkan dengan perjalanan Hasan mencari pohon maja. Hari demi hari ia lewati sendiri menghadapi berbagai medan yang tidak biasa. Suatu ketika ia dikejar oleh kawanan serigala sampai akhirnya ia terpojok. Tiba-tiba sesosok hewan raksasa menyerupai rusa datang menyelamatkan Hasan dengan memukul mundur kawanan serigala tersebut. Melihat sosok tersebut hasan ketakutan dan ia pun lari hingga terjatuh dan terperosok ke jurang. Ketika sadar ia


(32)

50

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berada di suatu tempat yang indah ditemani oleh Nyai Rambut kasih dan kidang emas.

Bagian Akhir, Hasan diajak oleh Nyai Rambut Kasih untuk pergi ke tempat di mana terdapat pohon maja. Hasan diberi satu buah maja untuk dijadikan obat dan sisa bijinya untuk ditanam di daerah Kerajaan Sindangkasih yang sekarang berganti nama menjadi Majalengka.

c. Setting Cerita

Seting cerita dalam komik ini menampilkan sebuah kehidupan di daerah pegunungan dan hutan di Jawa Barat sekitar abad ke 15 Masehi. Pada zaman ini sudah banyak yang memeluk agama Islam di Majalengka, hal ini merupakan jasa dari Pangeran Muhammad dan Siti Armilah seratus tahun yang lalu.

d. Data Komik

Komik ini berjudul Legenda Pohon Maja, isinya merupakan karangan penulis sendiri yang dilatarbelakangi oleh cerita rakyat asal usul daerah Majalengka. Jenis komik yang diusung adalah cetita rakyat.

Karakter tokoh: 1) Hasan (Tokoh Protagonis)

2) Nyai Rambut Kasih (Tokoh Protagonis) 3) Nisa (Tokoh Protagonis)

4) Dodo (Tokoh Protagonis) 5) Budi (Tokoh Protagonis)

6) Kidang Emas (Tokoh Protagonis)

7) Kidang Emas Raksasa (Tokoh Protagonis) 8) Kawanan Serigala (Tokoh Antagonis) 9) Ibu Hasan (Tokoh Figuran)

10)Sesepuh di kaki gunung Margatapa (Tokoh Figuran)


(33)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rakyat cirebon terkena wabah demam berdarah, Sunan Gunung Jati mengutus Pangeran Muhammad untuk mencari pohon maja yang ada di daerah kerajaan Sindangkasih untuk dijadikan obat. Namun semua pohon maja itu menghilang bersama dengan moksanya Nyi Rambut Kasih sang ratu Sindangkasih. Pangeran muhammad tak dapat menemukan satu batang pun dari pohon maja tersebut hingga akhir hayatnya. Sampai sekarang ini, pohon itu hanya menjadi legenda.

Sekitar satu abad kemudian seorang anak yatim yang bernama Hasan bertekad mencari tahu keberadaan pohon legenda tersebut untuk dijadikan obat ibunya yang sedang sakit demam. Ia mulai mencari dari kaki gunung Margatapa kepada seorang kakek-kakek sepuh yang menjadi juru kunci makam Pangeran Muahammad, kemudian ia melanjutkan perjalanan ke tempat yang ditunjukkan. Berhari-hari ia lewati sendiri dengan menempuh berbagai medan.

Saat ia memasuki hutan belantara yang dulu dikatakan sebagai hutan maja, segerombolan serigala mengintainya. Di saat Hasan sedang lengah serigala itu menyergapnya, namun Hasan berlari sekuat tenaga. Akhirnya ia terpojok setelah melakukan perlawanan, namun sesosok raksasa yakni Kidang Emas mampu memukul mundur kawanan serigala. Saat Hasan tidak sadarkan diri muncul lagi satu sosok wanita yang akan membawanya ke suatu tempat.

Hasan mulai sadar, ia tengah berada di suatu tempat yang indah, sosok wanita itu menampakkan diri. Ternyata wanita itu tak lain adalah Nyi Rambut Kasih dengan didampingi oleh Kidang Emas. Di tempai yang indah itu ia diajak untuk melihat pohon maja kemudian ia diberi satu buah maja, di samping itu Hasan juga menanyakan beberapa pertanyaan mengenai alasan kepergian Nyai Rambut Kasih. Setelah Nyai Rambut Kasih memberi jawaban, ia menepuk bahu Hasan dan tiba tiba ia terbangun dari tidurnya tepat dimana ia jatuh saat dikerjar serigala. Hasan pun mengira bahwa yang dialaminya hanyalah mimpi, namun ia menemukan buah maja di tasnya, dan ia pulang dengan gembira. Buah maja yang dibawa hasan itulah yang menjadi bibit pohon maja yang ada di Majalengka sekarang (fiksi).


(34)

52

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Membuat Storyline

Tahap selanjutnya adalah storyline akan menjabarkan lebih detail mengenai cerita, seting tempat, juga dialog yang terjadi antar tokoh. Berikut adalah bentuk storyline dari komik Legenda Pohon Maja.

Tabel 3.1

Storyline Komik Halaman 1 dan 2

Halaman 1 dan 2

Caption: Dahulu kala, tersebutlah sebuah kerajaan di daerah Cirebon di bawah kepemimpinan guru besar bernama Fatahillah atau Sunan Gunung Jati. Saat itu Cirebon sedang terkena wabah penyakit demam berdarah yang banyak merenggut korban jiwa. Sunan Gunung Jati mengetahui ada obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut, yaitu pohon maja. Sunan Gunung Jati yang bijaksana kemudian mengutus Pangeran Muhammad untuk mencari pohon Maja, yang banyak terdapat di daerah kerajaan hindu , yaitu kerajaan Sindangkasih. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang ratu bijaksana, sakti dan mencintai rakyatnya, yaitu Nyai Ambet Kasih atau Nyi Rambut Kasih, Putri dari Ki Gedeng Sindangkasih.

Nyi Rambut Kasih yang sakti sudah mengetahui akan kedatangan tamu dari Kerajaan Islam Cirebon, ia mau saja membantu rakyat Cirebon dengan memberikan pohon maja sebanyak-banyaknya, namun ia mengetahui maksud lain dari kedatangan Pangeran Muhammad adalah untuk menyebarkan Agama Islam. Nyi Rambut Ksaih yang memegang teguh agamanya tidak mau kalau harus memeluk agama Islam, lalu dengan kesaktiannya ia melenyapkah pohon maja dan mengubah hutan maja menjadi hutan belantara dan tidak lama kemudian Nyi Rambut Kasih ngahiang (moksa) menghilang beserta kerajaannya. Pangeran Muhammad pergi mencari pohon maja didampingi oleh istri dan beberapa pengawal kerajaan merasa kesulitan untuk menemukan pohon maja. Ia pun mengatakan

“maja-ne langka” (majanya tidak ada)

Bentuk panel berganda sampai ke tepi.

Eye level, memperlihatkan sebuah relief mengenai cerita rakyat Majalengka sebagai latar belakang komik.


(35)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: dokumentasi penulis)

3. Pembuatan Storyboard

Tahapan selanjutnya adalah storyboard, tahap ini akan memberikan sedikit gambaran isi komik, karena berupa komik namun masih dalam bentuk gambar sketsa.

Gambar 3.15

Salah Satu Halaman Dalam Storyboard Komik (Sumber: dokumentasi penulis)

4. Membuat Karakter Tokoh Verbal

Untuk cerita inti tahapan ini dilakukan setelah penulis mengetahui jalan isi cerita secara keseluruhan. Sedangkan untuk cerita rakyat perumusan karakter tokoh verbal berdasarkan informasi yang didapat penulis dari berbagai sumber. Sehingga dapat memberikan penjelasan mengenai sifat atau watak dari suatu tokoh dalam komik, sekaligus membantu dalam pembuatan desain karakter.

Berikut adalah gambaran tokoh secara verbal;

a. Nama: Hasan (Tokoh Protagonis), Usia: 12 tahun, Jenis Kelamin: Laki-laki, Agama: Islam, Status: Belum menikah, Ciri Fisik: tinggi ±130cm tidak kurus tidak gemuk, Karakter: ia adalah anak yatim dari keluarga muslim sederhana, baik hati, mencintai keluarganya, berkemauan keras.


(36)

54

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Nama: Nyai Rambut Kasih (Tokoh Protagonis), Usia: Tidak diketahui, Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Hindu, Status: Sudah menikah, Ciri Fisik: berperawakan tinggi ideal ±180cm berambut sangat sangat panjang, Karakter: ia merupakan seorang Hindu yang taat dan fanatik, anak dari Ki Gedeng Sindangkasih, seorang ratu dan istri kedua dari Prabu Siliwangi, baik hati, bijaksana, mencintai rakyatnya.

c. Nama: Nisa (Tokoh Protagonis), Usia: 11 tahun, Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Status: Belum menikah, Ciri Fisik: tinggi ±120cm tidak kurus tidak gemuk, Karakter: ia adalah adik kandung Hasan, anak yatim dari keluarga muslim sederhana, mencintai keluarganya, baik hati tapi penakut. d. Nama: Dodo (Tokoh Protagonis), Usia: 11 tahun, Jenis Kelamin: Laki-laki,

Agama: Islam, Status: Belum menikah, Ciri Fisik: tinggi ±130cm berbadan agak kurus, Karakter: ia adalah sahabat Hasan, baik, setia kawan.

e. Nama: Budi (Tokoh Protagonis), Usia: 11 tahun, Jenis Kelamin: Laki-laki, Agama: Islam, Status: Belum menikah, Ciri Fisik: tinggi ±135cm berbadan gemuk, Karakter: ia adalah sahabat Hasan, baik, setia kawan, namun kurang pandai.

f. Nama: Kidang Emas (Tokoh Protagonis), Karakter: merupakan seekor hewan kijang (sejenis rusa) yang setia, jelmaan dri salah satu dayang Nyai Rambut Kasih, berbulu emas dan bertanduk rusa.

g. Nama: Kidang Emas Raksasa (Tokoh Protagonis), Karakter: merupakan perubahan wujud dari kidang emas, bertubuh raksasa dan menyeramkan. h. Nama: Kawanan Serigala (Tokoh Antagonis), Karakter: hewan liar dan buas

yang kelaparan, mereka menjadikan hutan sebagai tempat mereka sejak hutan maja berubah menjadi hutan belantara.

i. Nama: Ibu Hasan (Tokoh Figuran), Usia: ±38 tahun, Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Status: Janda, Ciri Fisik: tinggi ±165cm tidak kurus tidak gemuk, Karakter: ia adalah ibu kandung Hasan, seorang istri solehah yang ditinggal mati oleh suaminya, mencintai anak-anaknya, baik hati dan penyabar.


(37)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

j. Nama: Sesepuh (Tokoh Figuran), Usia: ±70 tahun, Jenis Kelamin: Laki-laki, Agama: Islam, Status: sudah menikah, Ciri Fisik: tinggi ±165cm berbadan kurus, Karakter: baik dan dihormati dan dituakan oleh masyarakat setempat.

5. Mendesain Karakter Tokoh

Setelah perumusan karakter tokoh secara verbal, tahap selanjutnya adalah pembuatan visuslisasi tokoh berdasarkan karakter tokoh pada komik. Dalam mendesain karakter ini ada sebagian tokoh dibuat berganda dengan baju dan gaya rambut yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk pemilihan karakter yang tepat dan disepakati bersama dengan pembimbing.


(38)

56

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.16

Desain Karakter dalam Komik bagian 2 (Sumber: dokumentasi penulis)

6. Visualisasi Komik a. Review


(39)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal pertama yang dilakukan dalam memasuki visualisasi komik adalah melakukan sinkronisasi antara storyline dengan storyboard. Dalam sinkronisasi ini akan mengkaji ulang dari segi visual seperti panel, sudut pandang, anatomi, posisi karakter dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar karya yang dihasilkan sesuai yang diharapkan oleh penulis. Setelah ini barulah masuk ke tahap komputerisasi secara menyeluruh.

b. Layout Panel

Dari hasil mengkaji ulang tersebut disalurkan dalam layout panel yang dilakukan secara komputerisasi. Pengaturan panel dilakukan dengan membuat lembar kerja baru dalam Adobe Photoshop CS6. Berikut adalah tahap-tahap dalam pembuatannya

1) Tekan tombol Ctrl+N, kemudian lakukan penggaturan ukuran (size A4), resolusi (resolution 300) dan mode warna yang digunakan (colour mode CMYK).

Gambar 3. 17

Jendela pada Adobe Photoshop CS6 untuk Memulai Lembar Kerja Baru (Sumber: dokumentasi penulis)

2) Setelah tampil halaman kerja baru, pada layer background diberi warna abu-abu agar tidak terlalu terang. Beri garis pinggir dengan jarak ±1cm dari tepi lembar kerja dengan menarik (drag) garis dari Rulers.


(40)

58

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.18 Membuat Garis Tepi (Sumber: dokumentasi penulis)

3) Buat layer baru, pilih menu layer pada menu, lalu pilih new kemudian klik layer. Bisa juga dengan langsung menekan tombol Shift+Ctrl+N pada keyboard. Maka akan langsung muncul keterangan layer dan pengaturannya. Ganti nama layer sesuai yang kita inginkan, agar kita tidak lupa area kerja.

Gambar 3.19

Jendela Keterangan untuk Membuat Layer Baru (Sumber: dokumentasi penulis)


(41)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Beri seleksi pada daerah yang akan dibuat panel dengan rectangular marquee tool. Beri warna dasar dengan brush tool. Pada layer baru inilah yang nantinya akan menjadi pola dasar panel pada seluruh halaman komik.

Gambar 3.20 Pola Dasar Panel (Sumber: dokumentasi penulis)

5) Lakukan langkah di atas untuk membuat bentuk panel sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 3.21 Panel Komik Halaman 44 (Sumber: dokumentasi penulis)


(42)

60

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Buat outline panel dengan membuka layer pada menu, pilih layer style klik stroke. Atur ukuran stroke sampai 8px, opacity 100% dengan warna hitam.

Gambar 3.22

Jendela Pada Layer Style untuk Membuat Outline (Sumber: dokumentasi penulis)

c. Perspektif

Pembuatan perspektif dilakukan agar latar, objek, dan subjek lebih menyatu serta gambar lebih memberikan kesan kedalaman.

1) Beri garis vertical dan horizontal (sebagai garis cakrawala), kemudian gunakan pen tool untuk membuat garis khayal dengan titik hilang.

Gambar 3.23


(43)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: dokumentasi penulis)

2) Buat layer baru, gunakan mode brush tool pilih warna yang diinginkan kemudian tekan enter.

Gambar 3.24

Garis Perspektif dengan Brush Tool (Sumber: dokumentasi penulis)

d. Sketsa

Sketsa dilakukan pada layer baru di atas layer perspektif untuk memberikan gambaran ilustrasi secara menyeluruh. Setelah itu sketsa kasar ini akan digunakan sebagai patokan ilustrasi untuk pewarnaan dan lain-lain. Jika penciler membuat sketsa dengan pensil HB, dalam Photoshop bisa menggunakan brush tool.


(44)

62

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sketsa pada Layer Baru (Sumber: dokumentasi penulis)

e. Bidang kompleks

Kita mengenal bidang sederhana seperti segitiga, lingkaran, bujur sangkar dan lain-lain. Maksud dari bidang kompleks di sini adalah membuat bidang yang lebih rumit dari bidang sederhana yang akan diberi warna di atasnya. Seperti halnya kita memotong kertas membentuk suatu pohon (siluet) kemudian pohon tersebut kita beri warna dan warna tersebut tidak akan keluar dari bidangnya. Buat layer baru kemudian bentuk gambar siluet berdasarkan sketsa dengan brush tool yang ber-opacity dan flow 100% tanpa keluar dari panel. Brush yang digunakan adalah jenis hard round.

Gambar 3.26

Bidang Kompleks atau Siluet (Sumber: dokumentasi penulis)

f. Pewarnaan

1) Tahap pewarnaan dilakukan pada layer bidang komlpleks, dengan memberikan warna dasar pada tiap elemen seperti rambut, kulit, pakaian dan lain-lain.


(45)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.27

Gambar yang Telah Diberi Warna (Sumber: dokumentasi penulis)

2) Berikan warna kedua dan ketiga sebagai pemisah daerah terang dan gelap dan juga untuk gradasi. Lakukan hal sama yang telah dilakukan sebelumnya untuk membuat latar pada layer baru, dengan posisi berada di bawah layer sebelumnya.

Gambar 3.28

Gambar yang Telah Diberi Kedua dan Ketiga (Sumber: dokumentasi penulis)


(46)

64

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Lengkapi gambar dengan memperkaya detail dari tiap elemen.

Gambar 3.29

Gambar yang Telah Diberi Detail (Sumber: dokumentasi penulis)

g. Gelap terang (Pencahayaan)

Bagian pencahayaan dilakukan dengan menggunakan brush tool jenis soft round. Dengan memilih warna yang lebih menyala/terang, dan opacity yang disesuaikan (penulis memilih ±35%), kemudian dengan mode brush screen beri sentuhan brush pada tiap layer.

Gambar 3.30

Gambar yang Telah Diberi Pencahayaan (Sumber: dokumentasi penulis)


(47)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lakukan langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas pada panel lain. Ubah layer background menjadi warna putih.

Gambar 3.31

Komik Halaman 44 Secara Utuh yang Telah Diberi Pencahayaan (Sumber: dokumentasi penulis)

h. Garis Gerak

Ada beberapa halaman komik yang menggunakan efek gerak. Berhubung komik ini tidak memakai outline atau garis maka pembuatan garis gerak dilakukan dengan memakai efek khusus dari Adobe Photoshop CS6.


(48)

66

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3. 32

Menyeleksi Bagian yang Akan Diberikan Efek Gerak pada Halaman 27 (Sumber: dokumentasi penulis)

2) Klik filter pada menu, pilih blur, kemudian klik radial blur. Maka akan keluar jendela pengaturan. Tentukan besar amount (disesuaikan), pilih zoom pada blur method dengan kualitas terbaik.

Gambar 3.33

Jendela Pengaturan Efek Gerak (Sumber: dokumentasi penulis)


(49)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Klik ok, maka gambar akan memperlihatkan efek kejut atau seperti gerakan ke depan.

Gambar 3.34

Hasil Gambar yang Telah Diberi Efek Gerak (Sumber: dokumentasi penulis)

i. Efek Cat Air

Karena dalam teknik ini tidak menggunakan outline maka penulis menyiasatinya dengan menggunakan fitur di Adobe Phtoshop CS6 agar muncul kesan cat air dalam gambar.

1) Gabungkan semua layer yang ada manjadi satu, tekan Ctrl klik sema layer kemudian tekan Ctrl+E. Setelah semua menjadi satu layer gandakan layer tersebut.

Gambar 3.35

Penggandaan Layer pada Jendela Panel (Sumber: dokumentasi penulis)


(50)

68

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Klik filter pada menu, pilih stylize, kemudian klik find edges. Setelah itu ubah mode layer menjadi multiplay.

Gambar 3.36

Layer yang Telah Diberi Efek Find Edges

(Sumber: dokumentasi penulis)

j. Balon Kata

1) Balon kata dilakukan pada layer baru dan posisinya berada paling atas, dengan brush tool opacity 100%. buat balon kata atau caption sesuai bentuk yang kita inginkan.

2) Berilah ekor sebagai tanda arahnya orang yang berbicara. Berilah warna yang berbeda antara warna balon kata dengan caption agar pembaca bisa membedakan antara dialog dan narasi.

Gambar 3.37

Pembuatan Balon Suara dan Kotak Narasi (Sumber: dokumentasi penulis)


(51)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Pilih panel layer pada menu, pilih layer style klik stroke. Atur ukuran stroke sampai 5px, opacity 100% dengan warna hitam.

Gambar 3.38 Jendela Layer Style

(Sumber: dokumentasi penulis)

4) Masukan teks dialog dengan menggunakan horizontal type tool di dalam balon kata ataupun caption, font yang digunakan adalah Comic Sans MS.

.

Gambar 3.39

Balon Kata yang Dapat Dimasukkan Teks (Sumber: dokumentasi penulis)

k. Bunyi Huruf (Efek Suara)

Pembuatan bunyi huruf dilakukan di layer yang sama dengan layer balon kata yang sudah memiliki stroke atau outline. Gunakan brush tool untuk membuat


(52)

70

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

efek suara dengan tulisan sendiri tanpa menggunakan font, kemudian buat gradasi dengan gradien tool.

Gambar 3.40 Hasil Pembuatan Bunyi Huruf (Sumber: dokumentasi penulis)


(53)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.41

Gambar Komik Halaman 44 yang Sudah Selesai (Sumber: dokumentasi penulis)

Pada dasarnya setiap komikus atau ilustrator mempunyai teknik masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat terletak dari media, bahan ataupun tahap pembuatan yang tidak selalu berurutan.

Gambar 3.42

Proses Pembuatan Ilustrasi dengan Adobe Photoshop CS6. (Sumber: dokumentasi penulis)

7. Pencetakan dan Penjilidan

Setelah semua halaman komik selesai dibuat, file disusun berdasarkan halaman yang berurutan. Cetak semua halaman pada kedua sisi di kertas HVS ukuran A5 dengan printer biasa sehingga menjadi sebuah komik setengah jadi atau disebut juga dummy. Dummy merupakan sebuah prototype atau komik tiruan sebelum naik cetak. Tujuan dibuatnya dummy adalah untuk merevisi komik jika ada dialog atau narasi yang salah. Sebelumnya dummy dikoreksi oleh pembimbing, dalam hal ini pembimbing berperan sebagai editor.


(54)

72

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.43

Dummy Komik

(Sumber: dokumentasi penulis)

Selain untuk merefisi, pemuatan dummy juga dapat membantu proses layout halaman agar komik siap naik cetak. Layout halaman dilakukan dalam program di komputer bernama Corel Draw X4. File komik pada ukuran A3 di mana setiap page diatur berdasarkan halaman cetak. Misal jika suatu buku atau komik terdiri dari 6 halaman maka halaman yang diatur dalam lembar kerja Corel Draw adalah halaman 1 dengan 6, 2 dengan 5, 3 dengan 4, seperti ilustrasi berikut.

Gambar 3.44 Ilustrasi Layout Halaman (Sumber: dokumentasi penulis)


(55)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.45

Proses Proses Layout Halaman dengan Corel Draw x4. (Sumber: dokumentasi penulis)

Setelah file diatur sesuai dengan halaman yang diinginkan, maka komik siap naik cetak. Pencetakan komik Legenda Pohon Maja dilakukan dengan menggunakan mesin cetak Develop Ineo+ 654, (di dunia percetakan lebih dikenal dengan nama print A3+) pada kertas jenis art paper 150 g ukuran A3, sedangkan untuk kover art paper 250 g.

Gambar 3.46


(56)

74

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: dokumentasi penulis)

Jumlah halaman dalam komik ini tidak terlalu banyak yaitu 51 halaman, oleh karena itu karya dijilid dengan soft cover yang disteples di bagian tengah (batas antara halaman satu dengan yang lain).

Gambar 3.47

Hasil Komik yang Telah Dibukukan (Sumber: dokumentasi penulis)


(57)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Komik Legenda Pohon Maja merupakan karya ilustrasi bertema cerita rakyat bermuatan nilai moral dan religius. Cerita rakyat digunakan sebagai latar belakang, sedangkan cerita inti merupakan cerita fiksi petualangan yang dikarang penulis sendiri. Komik ini ditujukan bagi anak dengan rentang usia 12-16 tahun, dengan pertimbangan bahwa anak tersebut sudah memiliki kemampuan membaca dan berfikir yang baik.

Dalam proses visualisasi komik, penulis sepenuhnya menggunakan teknik digital ilustrasi, dengan bantuan program Adobe Photoshop CS6. Meski dilakukan secara komputerisasi, proses pembuatan komik tidak lepas dari tahap-tahap yang lazim dalam pembuatan komik. Tahap-tahap tersebut yaitu membuat sinopsis, storyline, storyboard, karakter tokoh verbal, mendesain karakter tokoh, visualisasi komik, pencetakan dan penjilidan.

Dalam proses pembuatan komik, sinopsis dibuat untuk memberikan cerita secara garis besar, karena penjabaran lebih detail akan dijelaskan oleh storyline, soryboard akan lebih memberikan gambaran visual komik yang lebih lengkap, setelah mengetahui inti cerita barulah bisa terlihat karakter tokoh dan barulah mendesain karakter tokoh komik. Visuslisasi komik yang dilakukan secara komputerisasi penulis jabarkan sedetail mungkin, pencetakan di cetak dengan print A3+, dan penjilidan dengan soft cover.

Selain proses pembuatan komik, penulis juga menyajikan deskripsi berdasarkan unsur-unsur komik, pewarnaan, dan warna tokoh pada karakternya. Deskripsi unsur-unsur komik membahas isi cerita yang bertemakan cerita rakyat, ilustrasi yang menggunakan gaya manga, panel dengan macam-macam bentuk dan peralihannya, balon kata dengan berbagai jenisnya, efek suara yang dibuat


(58)

110

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyerupai/mewakili sumber suaranya, dan garis gerak dalam komik yang dibuatuntuk memberikan efek gerak. Sedangkan untuk pewarnaan penulis menganalisis berdasarkan pencahayaan. Komik Legenda Pohon Maja yang ceritanya begitu singkat ini akan susah menangkap sifat yang ada dalam diri setiap tokohnya, oleh karena itu penulis memberi warna pada setiap karakter sebagai simbol, agar pembaca mampu memahami sifat tokoh dalam komik ini dari warnanya. Warna pada tokoh dapat memberikan sedikit gambaran mengenai latar belakang dari setiap karakter yang tidak bisa penulis ungkapkan lewat kata-kata. Jadi untuk membuat komik yang baik harus diimbangi dengan kemampuan dan pengetahuan yang cukup.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun pembuatan komik ini tidak lepas dari kekurangan, penulis rumuskan beberapa saran setelah melewati serangkaian proses penciptaan.

Mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa harus lebih peduli akan kebudayaan lokal untuk lebih diangkat dalam media yang inovatif. Bagi mahasiswa yang ingin meneliti tentang cerita rakyat (khususnya daerah Majalengka) masih banyak peuang untuk digali lebih dalam, misalnya tentang kerajaan Talaga Manggung dan Rajagaluh, atau bisa juga meneliti cerita asal-usul Majalengka dari sisi aslinya. Karena cerita rakyat di daerah ini masih simpang siur dan belum diketahui oleh banyak orang. Kita wajib mengikuti perkembangan teknologi, namun harus tetap mempertahankan budaya lokal maupun nasional Indonesia agar jati diri bangsa tidak hilang.

Jurusan Pendidikan Seni Rupa diharapkan agar terus menggali potensi dan mengembangkan diri mahasiswa juga memberikan wawasan serta berbagi pengalaman sehingga mahasiswa termotivasi agar lebih produktif khususnya untuk berkarya komik.

Komik Indonesia pernah menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dengan inovasi dan gagasan yang baru sangat diperlukan dalam membuat sebuah


(59)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahakarya, sehingga komik indonesia bisa kembali ke zaman keemasannya, dan dapat memunculkan legenda komikus seperti R.A. Kosasih di masa mendatang.


(60)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1


(61)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1


(62)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Perbandingan Manusia Secara Proporsional oleh Andrew Loowis... 18 Gambar 2.2

Karakter Astro Boy dalam Komik Jepang... 19 Gambar 2.3

Komik TINTIN... 19 Gambar 2.4

Karakter Superman... 20 Gambar 2.5

Gambar Perspektif, dengan Titik Hilang... 21 Gambar 2.6

Contoh Bentuk Gambar dengan Sudut Pandang Eye Level... 22 Gambar 2.7

Contoh Bentuk Gambar dengan Sudut Pandang High Angel... 22 Gambar 2.8

Contoh Bentuk Gambar dengan Sudut Pandang Low Level... 23 Gambar 2.9

Contoh Bentuk Gambar dengan Sudut Pandang Frog Eye... 23 Gambar 2.10

Contoh Bentuk Gambar dengan Sudut Pandang Bird Eye View... 24 Gambar 2.11

Macam-Macam Jarak pandang... 25 Gambar 2.12

Alur Antar Panel... 26 Gambar 2.13

Contoh Bentuk Peralihan Panel... 27 Gambar 2.14


(63)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contoh Bentuk Balon Kata... 28 Gambar 2.15

Contoh Bentuk Bunyi Huruf... 29 Gambar 2.16

Contoh Bentuk Garis Gerak dalam Komik... 30 Gambar 2.17

Lingkaran Warna Brewster... 34

Gambar 3.1

Pohon Maja yang Berada di Depan Pendopo Majalengka... 41 Gambar 3.2

Buah Maja... 42 Gambar 3.3

Pintu Gerbang Taman Makam Pangeran Muhammad... 42 Gambar 3.4

Pintu Gerbang Patilasan Nyi Rambut Kasih... 43 Gambar 3.5

Makam Siti Armilah atau Mbah Badori (Istri Pangeran Muhammad)... 43 Gambar 3.6

Pendopo Majalengka yang Konon Merupakan Pusat Pemerintahan

Nyai Rambut Kasih Dahulu ... 44 Gambar 3.7

Adobe Photoshop CS6... 44 Gambar 3.8

Corel Draw X4... 45 Gambar 3.9

Kertas Multiguna atau HVS ukuran A... 45 Gambar 3.10

Pensil dan pensil mekanik 2B Faber Castel... 46 Gambar 3.11


(64)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penghapus Pensil Hitam... 46 Gambar 3.12

Printer TX111... 47 Gambar 3.13

Pen Tablet Wacom Bamboo Model CTL-470... 47 Gambar 3.14

Perangkat Komputer dengan Spesifikasi Yang Cukup Untuk Desain... 48 Gambar 3.15

Salah Satu Halaman Dalam Storyboard Komik ... 53 Gambar 3.16

Desain Semua Karakter dalam Komik ... 55 Gambar 3. 17

Jendela pada Adobe Photoshop CS6 untuk Memulai Lembar Kerja Baru .. 56 Gambar 3.18

Membuat Garis Tepi ... 57 Gambar 3.19

Jendela Keterangan untuk Membuat Layer Baru ... 57 Gambar 3.20

Pola Dasar Panel ... 58 Gambar 3.21

Panel Komik Halaman 44 ... 58 Gambar 3.22

Jendela Pada Layer Style untuk Membuat Outline... 59 Gambar 3.23

Garis Maya untuk Membuat Perspektif dengan Pen Tool ... 59 Gambar 3.24

Garis Perspektif dengan Brush Tool ... 60 Gambar 3.25

Sketsa pada Layer Baru... 60 Gambar 3.26


(65)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bidang Kompleks atau Siluet ... 61 Gambar 3.27

Gambar yang Telah Diberi Warna ... 62

Gambar 3.28

Gambar yang Telah Diberi Kedua dan Ketiga ... 62 Gambar 3.29

Gambar yang Telah Diberi Detail ... 63 Gambar 3.30

Gambar yang Telah Diberi Pencahayaan... 63 Gambar 3.31

Komik Halaman 44 Secara Utuh yang Telah Diberi Pencahayaan... 64 Gambar 3. 32

Menyeleksi Bagian yang Akan Diberikan Efek Gerak pada Halaman 27 .... 65 Gambar 3.33

Jendela Pengaturan Efek Gerak ... 65 Gambar 3.34

Hasil Gambar yang Telah Diberi Efek Gerak... 66 Gambar 3.35

Penggandaan Layer pada Jendela Panel ... 66 Gambar 3.36

Layer yang Telah Diberi Efek Find Edges ... 67 Gambar 3.37

Pembuatan Balon Suara dan Kotak Narasi... 67 Gambar 3.38

Jendela Layer Style... 68 Gambar 3.39

Balon Kata yang Dapat Dimasukkan Teks... 68 Gambar 3.40


(66)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.41

Gambar Komik Halaman 44 yang Sudah Selesai... 69 Gambar 3.42

Proses Pembuatan Ilustrasi dengan Adobe Photoshop CS6... 70

Gambar 3.43

Dummy Komik... 71 Gambar 3.44

Ilustrasi Layout Halaman... 71 Gambar 3.45

Proses Proses Layout Halaman dengan Corel Draw x4... 72 Gambar 3.46

Mesin Cetak Deveop Ineo+ 65... 72 Gambar 3.47

Hasil Komik yang Telah Dibukukan... 73

Gambar 4.1

Cerita Rakyat Majalengka Secara Singkat pada Halaman 1 dan 2... 75 Gambar 4.2

Dokumentasi dan Artikel Penulis Halaman 5 Patilasan Pangeran

Muhammad dan Siti Armilah, Halaman 13 Buah Maja... 75 Gambar 4.3

Dokumentasi dan Artikel Penulis Halaman 25 Kidang Emas,

Halaman 35 Nyai Rambut Kasih... 76 Gambar 4.4

Cover Komik Legenda Pohon Maja... 77 Gambar 4.5

Perbandingan Antar Tokoh... 78 Gambar 4.6


(67)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sketsa Perspektif Pola Satu Titik Hilang Pada Komik Halaman 7... 78 Gambar 4.7

Hasil akhir Komik Halaman 7... 79 Gambar 4.8

Sketsa Perspektif dan Hasil Akhir Komik Halaman 10 Panel ke Tiga... 79 Gambar 4.9

Sketsa Perspektif dan Hasil Akhir Komik Halaman 44 Panel ke Dua... 80 Gambar 4.10

Penggunaan Sudut Pandang Eye Level denga Jarak Pandang Close Up (Panel Atas), Medium Shot (Panel Tengah),

dan Long Shot (Panel Bawah) ... 81 Gambar 4.11

Penggunaan Sudut Pandang High Angel Pada Komik

Halaman 50 Panel ke Lima... 82 Gambar 4.12

Penggunaan Sudut Pandang Low Angel Pada Komik

Halaman 43 Panel ke Tiga... 82 Gambar 4.13

Penggunaan Sudut Pandang Frog Eye Pada Komik

Halaman 21 Panel ke Dua... 83 Gambar 4.14

Penggunaan Sudut Pandang Bird Eye Pada Komik Halaman 39-40... 83 Gambar 4.15

Contoh Bentuk Panel Oval dalam Komik... 84 Gambar 4.16

Contoh Bentuk Panel Kotak, Trapesium, dan Jajar Genjang ... 84 Gambar 4.17

Panel Tertutup Sebelah Kiri dan Panel Terbuka Sebelah Kanan... 85 Gambar 4.18


(68)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.19

Bentuk Peralihan Panel dari Momen ke Momen... 86 Gambar 4.20

Bentuk Peralihan Panel dari Aksi ke Aksi... 86 Gambar 4.21

Bentuk Peralihan Panel dari Subjek ke Subjek... 87 Gambar 4.22

Bentuk Peralihan Panel dari Lokasi ke Lokasi... 87 Gambar 4.23

Panel Tunggal... 88 Gambar 4.24

Panel Jamak/Majelmuk 2-10 Panel... 88 Gambar 4.25

Splash... 89 Gambar 4.26

Contoh Bentuk Balon Kata dan Caption dalam Komik... 90 Gambar 4.27

Bentuk Efek Suara dalam Komik... 91 Gambar 4.28

Garis Gerak denga efek Radial Blur... 91 Gambar 4.29

Garis Gerak denga efek Motion Blur... 92 Gambar 4.30

Suasana dan Pencahayaan di Siang Hari... 93 Gambar 4.31

Suasana dan Pencahayaan di Pagi Hari... 93 Gambar 4.32

Suasana dan Pencahayaan di Sore Hari... 94 Gambar 4.33


(69)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suasana dan Pencahayaan di Malam Hari... 94 Gambar 4.34

Suasana dan Pencahayaan di Negeri Nirwana... 95 Gambar 4.35

Komik SI DODOL Karya Cep Dolfo... 96 Gambar 4.36

Gambar Tokoh pada Komik Legenda Pohon Maja yang Diambil

dari Karakter Komik Si Dodol... 96 Gambar 4.37

Tokoh Hasan dan Kode Warna dalam Colour Picker ... 97 Gambar 4.38

Tokoh Nyi Rambut Kasih dan Kode Warna dalam Colour Picker... 98 Gambar 4.39

Tokoh Nisa dan Kode Warna dalam Colour Picker... 99 Gambar 4.40

Tokoh Dodo dan Kode Warna dalam Colour Picker... 100 Gambar 4.41

Gambar Karakter dalam Game Angery Bird... 100 Gambar 4.42

Tokoh Budi dan Kode Warna dalam Colour Picker... 101 Gambar 4.43

Tokoh Kidang Emas dan 6 Cahaya Biru Beserta Kode Warna

dalam Colour Picker... 102 Gambar 4.44

Tokoh Kidang Emas Raksasa dan Kode Warna dalam Colour Picker... 103 Gambar 4.45

Tokoh Serigala dan Kode Warna dalam Colour Picker... 103 Gambar 4.46

Tokoh Ibu Hasan dan Kode Warna dalam Colour Picker... 104 Gambar 4.47


(70)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tokoh Sesepuh di Gunung Margatapa dan Kode Warna


(1)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bidang Kompleks atau Siluet ... 61 Gambar 3.27

Gambar yang Telah Diberi Warna ... 62

Gambar 3.28

Gambar yang Telah Diberi Kedua dan Ketiga ... 62 Gambar 3.29

Gambar yang Telah Diberi Detail ... 63 Gambar 3.30

Gambar yang Telah Diberi Pencahayaan... 63 Gambar 3.31

Komik Halaman 44 Secara Utuh yang Telah Diberi Pencahayaan... 64 Gambar 3. 32

Menyeleksi Bagian yang Akan Diberikan Efek Gerak pada Halaman 27 .... 65 Gambar 3.33

Jendela Pengaturan Efek Gerak ... 65 Gambar 3.34

Hasil Gambar yang Telah Diberi Efek Gerak... 66 Gambar 3.35

Penggandaan Layer pada Jendela Panel ... 66 Gambar 3.36

Layer yang Telah Diberi Efek Find Edges ... 67 Gambar 3.37

Pembuatan Balon Suara dan Kotak Narasi... 67 Gambar 3.38

Jendela Layer Style... 68 Gambar 3.39

Balon Kata yang Dapat Dimasukkan Teks... 68 Gambar 3.40


(2)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.41

Gambar Komik Halaman 44 yang Sudah Selesai... 69 Gambar 3.42

Proses Pembuatan Ilustrasi dengan Adobe Photoshop CS6... 70

Gambar 3.43

Dummy Komik... 71 Gambar 3.44

Ilustrasi Layout Halaman... 71 Gambar 3.45

Proses Proses Layout Halaman dengan Corel Draw x4... 72 Gambar 3.46

Mesin Cetak Deveop Ineo+ 65... 72 Gambar 3.47

Hasil Komik yang Telah Dibukukan... 73

Gambar 4.1

Cerita Rakyat Majalengka Secara Singkat pada Halaman 1 dan 2... 75 Gambar 4.2

Dokumentasi dan Artikel Penulis Halaman 5 Patilasan Pangeran

Muhammad dan Siti Armilah, Halaman 13 Buah Maja... 75 Gambar 4.3

Dokumentasi dan Artikel Penulis Halaman 25 Kidang Emas,

Halaman 35 Nyai Rambut Kasih... 76 Gambar 4.4

Cover Komik Legenda Pohon Maja... 77 Gambar 4.5

Perbandingan Antar Tokoh... 78 Gambar 4.6


(3)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sketsa Perspektif Pola Satu Titik Hilang Pada Komik Halaman 7... 78 Gambar 4.7

Hasil akhir Komik Halaman 7... 79 Gambar 4.8

Sketsa Perspektif dan Hasil Akhir Komik Halaman 10 Panel ke Tiga... 79 Gambar 4.9

Sketsa Perspektif dan Hasil Akhir Komik Halaman 44 Panel ke Dua... 80 Gambar 4.10

Penggunaan Sudut Pandang Eye Level denga Jarak Pandang Close Up (Panel Atas), Medium Shot (Panel Tengah),

dan Long Shot (Panel Bawah) ... 81 Gambar 4.11

Penggunaan Sudut Pandang High Angel Pada Komik

Halaman 50 Panel ke Lima... 82 Gambar 4.12

Penggunaan Sudut Pandang Low Angel Pada Komik

Halaman 43 Panel ke Tiga... 82 Gambar 4.13

Penggunaan Sudut Pandang Frog Eye Pada Komik

Halaman 21 Panel ke Dua... 83 Gambar 4.14

Penggunaan Sudut Pandang Bird Eye Pada Komik Halaman 39-40... 83 Gambar 4.15

Contoh Bentuk Panel Oval dalam Komik... 84 Gambar 4.16

Contoh Bentuk Panel Kotak, Trapesium, dan Jajar Genjang ... 84 Gambar 4.17

Panel Tertutup Sebelah Kiri dan Panel Terbuka Sebelah Kanan... 85 Gambar 4.18


(4)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.19

Bentuk Peralihan Panel dari Momen ke Momen... 86 Gambar 4.20

Bentuk Peralihan Panel dari Aksi ke Aksi... 86 Gambar 4.21

Bentuk Peralihan Panel dari Subjek ke Subjek... 87 Gambar 4.22

Bentuk Peralihan Panel dari Lokasi ke Lokasi... 87 Gambar 4.23

Panel Tunggal... 88 Gambar 4.24

Panel Jamak/Majelmuk 2-10 Panel... 88 Gambar 4.25

Splash... 89 Gambar 4.26

Contoh Bentuk Balon Kata dan Caption dalam Komik... 90 Gambar 4.27

Bentuk Efek Suara dalam Komik... 91 Gambar 4.28

Garis Gerak denga efek Radial Blur... 91 Gambar 4.29

Garis Gerak denga efek Motion Blur... 92 Gambar 4.30

Suasana dan Pencahayaan di Siang Hari... 93 Gambar 4.31

Suasana dan Pencahayaan di Pagi Hari... 93 Gambar 4.32

Suasana dan Pencahayaan di Sore Hari... 94 Gambar 4.33


(5)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suasana dan Pencahayaan di Malam Hari... 94 Gambar 4.34

Suasana dan Pencahayaan di Negeri Nirwana... 95 Gambar 4.35

Komik SI DODOL Karya Cep Dolfo... 96 Gambar 4.36

Gambar Tokoh pada Komik Legenda Pohon Maja yang Diambil

dari Karakter Komik Si Dodol... 96 Gambar 4.37

Tokoh Hasan dan Kode Warna dalam Colour Picker ... 97 Gambar 4.38

Tokoh Nyi Rambut Kasih dan Kode Warna dalam Colour Picker... 98 Gambar 4.39

Tokoh Nisa dan Kode Warna dalam Colour Picker... 99 Gambar 4.40

Tokoh Dodo dan Kode Warna dalam Colour Picker... 100 Gambar 4.41

Gambar Karakter dalam Game Angery Bird... 100 Gambar 4.42

Tokoh Budi dan Kode Warna dalam Colour Picker... 101 Gambar 4.43

Tokoh Kidang Emas dan 6 Cahaya Biru Beserta Kode Warna

dalam Colour Picker... 102 Gambar 4.44

Tokoh Kidang Emas Raksasa dan Kode Warna dalam Colour Picker... 103 Gambar 4.45

Tokoh Serigala dan Kode Warna dalam Colour Picker... 103 Gambar 4.46

Tokoh Ibu Hasan dan Kode Warna dalam Colour Picker... 104 Gambar 4.47


(6)

Cecep Suriawijaya, 2014

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tokoh Sesepuh di Gunung Margatapa dan Kode Warna