Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di Kota Bogor

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:

Awliya Nurmayasari

NIM: 109070000116

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

AWLIYA NURMAYASARI NIM: 109070000116

Pembimbing I Pembimbing II

Mulia Sari Dewi, M.si., Psi Nia Tresniasari,M.Si NIP.197805022008012026 NIP.198410262009122004

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015. Skirpsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, Maret 2015

Sidang Munaqasyah

Dekan / Ketua Wakil Dekan

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh,M.Si NIP. 196806141997041001 NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota :

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi Miftahuddin, M.Si NIDN.0315054701 NIP.197303172006041001

Mulia Sari Dewi, M.si., Psi Nia Tresniasari, M.Si NIP.197805022008012026 NIP.198410262009122004


(4)

NIM : 109070000116

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Maret 2015

Awliya Nurmayasari NIM. 109070000116


(5)

Janganlah kamu

menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu

adalah saudara setan.

(QS. Al-Isra [17] : 26-27)

PERSEMBAHAN

Karya ini sebagai sebuah bukti kasih

bahwa saya mampu untuk membuat

keluarga dan orang-orang yang selalu

mensupport saya bangga dan tersenyum.


(6)

(D) Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor

(E) xii + 74 halaman + 18 lampiran

(F) Fenomena berbelanja saat ini sudah berkembang menjadi gaya hidup. Banyak konsumen melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan terlebih dahulu atau disebut dengan impulsive buying. Impulsive buying

adalah pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personality trait , konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor. Adapun variabel personality trait dalam penelitian ini terdiri atas tiga dimensi (control, stress reaction, absorption), konformitas dua dimensi (compliance dan acceptance), faktor demografi (jenis kelamin dan usia). Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dan jumlah sampel penelitian ini mencangkup 210 orang dari pengunjung mall di kota Bogor. Adapun uji validitas penelitian menggunakan CFA (Comfirmatory Factor Analysis) dan analisis data menggunakan uji regresi berganda.

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas (compliance dan acceptance) dan faktor demografi terhadap impulsive buying dengan signifikansi sebesar 0.0000 atau P<0.05. Adapun nilai R Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0.251 artinya tujuh independent variable yang diteliti memiliki konstribusi sebesar 25.1 % terhadap impulsive buying sedangkan 74.9 % sisanya dipengaruhi variabel lain diluar penelitian. Dari 7 variabel independen, hanya variabel control dan stress reaction yang berpengaruh signifikan terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor. Kata kunci : Impulsive buying, personality trait, konformitas. (G) Bahan Bacaan : 12 buku + 10 jurnal +1 skripsi+ 3 website


(7)

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di Kota Bogor”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Si.. Wakil Dekan Bidang akademik Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Ikhwan Luthfi, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Dosen pembimbing skripsi Mulia Sari Dewi, M.Si.,Psi dan Nia Tresniasari, M.Si. Penulis sangat berterimakasih dan merasa sangat beruntung dibimbing oleh keduanya. Bimbingan beliau telah membuka wawasan serta menambah pengetahuan penulis mengenai banyak hal. Bekerja keras dan jujur dalam bekerja merupakan semangat yang beliau berikan untuk penulis. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik serta koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing Akademik Dra Zahrotun Nihayah, M.Si yang telah memberikan dukungan kepada penulis.


(8)

5. Keluarga penulis, ibu Een Nuraini dan ayah Sirodjuddin. Kakak Doddy dan Sholikah, Debby dan Willita serta keponakan-keponakan Aurelia, Euginia, Nabilla, Nara, Hilmi beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan. Terima kasih atas do’a pada setiap ibadahnya, masukan, semangat, cinta, kasih sayang yang tulus kepada penulis. Kalianlah yang telah membuat penulis bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan penelitian ini.

6. Motivator M. Bowo yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, semangat, do’a dan dukungan agar tidak mudah menyerah dalam mengerjakan penulisan ini. Terimakasih segala yang sudah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Sahabat-sahabat penulis : Eva, Rani, Dana, Putria, Nilam, Syifa, Dewi, Fikri,

Erla terimakasih untuk kebahagiaan dan semangat yang sudah kalian ciptakan untuk penulis.

8. Mentor skripsi Farhanah Murniasih dan Wiwi Euismawati yang selalu memberi masukan dan arahan dalam penulisan ini, terima kasih atas segala waktu yang telah diberikan.

9. Psikologi UIN C 2009 yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang telah memberikan banyak cerita selama ini.

10. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh pihak terkait.


(9)

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ……….….……. 1-13 1.1.Latar Belakang Masalah ………..……. . . 1

1.2.Batasan dan Perumusan Masalah ………..……. . . 9

1.2.1. Batasan Masalah ………..……. 9

1.2.2. Perumusan Masalah ………..……. 10

1.3. Tujuan Penelitian ………..……. . . .. 11

1.4.Manfaat Penelitian ………..……. 11

1.4.1. Manfaat Teoritis ……….…….. 11

1.4.2. Manfaat Praktis ………...…… 11

1.5.Sistematika Penulisan ………...…… . . . . . . 12

BAB 2 LANDASAN TEORI……… 13-30 2.1. Impulsive Buying ……….…..… 13

2.1.1. Definisi Impulsive Buying …….….…. . . .. 13

2.1.2. Dimensi Impulsive Buying ……….………….. 14

2.1.3. Alat Ukur Impulsive Buying …….……..……… 17

2.1.4. Faktor-faktor yang Memicu Impulsive Buying ... 17

2.2. Personality Trait ………...……. 20

2.2.1. Definisi Personality Trait ………... 20

2.2.2. Dimensi Personality Trait ………...…………. 21

2.2.3. Alat Ukur Personality Trait ………..….. 22

2.3. Konformitas ………...….. 23

2.3.1. Definisi Konformitas ……….. 23

2.3.2. Dimensi Konformitas ………... 24

2.3.3. Alat Ukur Konformitas .….……... 25

2.4. Kerangka Berpikir ………. 25


(10)

3.3. Pengumpulan Data ………. 34

3.4. Pengujian Validitas Konstruk ……….………….…... 37

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying .... 40

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Personality Trait …….….. 41

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Konformitas ...... 47

3.5. Metode Analisis Data ………..……...… 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN ………..……... 53-66 4.1. Gambaran Subjek Penelitian ……….… 53

4.2. Hasil Analisis Deskriptif …………..……….. 54

4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian …… 56

4.3. Uji Hipotesis Penelitian …………..……….. 58

4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ……… 58

4.3.2. Pengujian Proporsi Varians Independen Variabel.. 63

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ……….…….…... 67-74 5.1. Kesimpulan ………... 67

5.2. Diskusi………..………….….….……. 67

5. 3. Saran ……….……….……….... 72

5. 3. 1. Saran Teoritis ……….……..…... 73


(11)

Tabel 3.2 Blue Print Impulsive Buying………..36

Tabel 3.3 Blue Print Personality Trait………..38

Tabel 3.4 Blue Print Konformitas……….39

Tabel 3.5 Muatan Factor Item Impulsive Buying………...44

Tabel 3.6 Muatan Factor Item Control………..46

Tabel 3.7 Muatan Factor Item Stress Reaction………..48

Tabel 3.8 Muatan Factor Item Absorption……….50

Tabel 3.9 Muatan Factor Item Compliance………...52

Tabel 3.10 Muatan Factor Item Acceptance………53

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian……….57

Tabel 4.2 Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia...58

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif...59

Tabel 4.4 Pedoman Interpretasi Skor...60

Tabel 4.5 Kategorisasi Impulsive Buying...60

Tabel 4.6 Kategorisasi Personality Trait...61

Tabel 4.7 Kategorisasi Konformitas...62

Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi...63

Tabel 4.9 Tabel Anova...64

Tabel 4.10 Koefisien Regresi...65


(12)

Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying……….43

Gambar 3.2 Uji Validitas Konstruk Control……….…45

Gambar 3.3 Uji Validitas Konstruk Stress Reaction………47

Gambar 3.4 Uji Validitas Konstruk Absorption………49

Gambar 3.5 Uji Validitas Konstruk Compliance………..51

Gambar 3.6 Uji Validitas Konstruk Acceptance………...53


(13)

Lampiran 1 : Angket Penelitian

Lampiran 2 : Syntax dan Path Diagram Lampiran 3 : Output SPSS


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab satu ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Belanja merupakan kebutuhan bagi setiap individu, masing-masing mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda. Individu merencanakan pengeluaran uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan berapa banyak uang yang akan dikeluarkan. Belanja bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi belanja juga sebagai suatu keinginan.

Fenomena berbelanja dilakukan oleh setiap orang, yang kemudian berkembang menjadi gaya hidup. Bukan hanya gaya hidup, saat ini belanja juga menjadi trend di kalangan masyarakat. Gaya hidup merupakan sebuah penyelarasan dengan era modernisasi yang tumbuh perlahan menuruti tingkatan sosial. Gaya hidup merupakan pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Engel& Blackwell, 1994).

Semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan seperti pertokoan, ruko, maupun mall memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Lokasi yang tidak terlalu berjauhan pun memudahkan konsumen untuk menjangkaunya.


(15)

Penelitian yang dilakukan marketing research (MARS) Indonesia (Indonesian Consumer Profile) menunjukkan 82,2% konsumen khususnya di Jabodetabek gemar berbelanja di mall. Dalam sebulan mereka minimal sekali sampai dua kali mengunjungi tempat tersebut. Ini artinya, demam mall semakin menggejala di masyarakat. Kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan tersebut 74,3% pada hari libur dan 25,7% pada hari kerja (Zumar,, 2009).

Long weekend merupakan puncak tertinggi peningkatan pengunjung pusat perbelanjaan. Penelitian yang dilakukan di Cibinong City Mall (CCM) pada masa

weekdays pengunjung mencapai 8.000 orang per hari sedangkan long weekend

pengunjung bisa mencapai 10.000 orang per hari atau naik 20% dari biasanya. Meningkatnya jumlah kunjungan, berimbas juga pada meningkatnya pendapatan di pusat perbelanjaan (Hidayat, 2013).

Banyak orang yang melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan terlebih dahulu. Mereka membeli karena apa yang mereka “lihat”, bukan yang mereka “butuhkan”. Keinginan membeli semakin kuat ketika melihat barang -barang yang berpenampilan menarik, warna yang indah, serta tampilan toko yang unik (Youn & Faber, 2000).

Pembelian menjadi tidak wajar ketika seseorang tidak dapat mengontrol apa yang harus dan tidak penting untuk dibeli. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang menjadi pembeli yang impulsive. Verplanken & Herabadi (2001) mendefinisikan impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, dipicu oleh


(16)

adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Pembeli yang impulsive

seringkali menjadi tidak sadar ketika melakukan pembelian, hal ini dikarenakan dorongan yang tiba-tiba ketika seseorang melakukan impusive buying sehingga tanpa sadar seseorang akan melakukannya.

Dari penjelasan di atas banyak dampak negatif dari impulsive buying bagi generasi muda penerus bangsa. Salah satunya sikap pemborosan, karena sebenarnya konsumen membeli barang tanpa perencanaan sebelumnya yang mengakibatkan tidak terpakainya barang tersebut. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan penelitian terhadap impulsive buying untuk mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan hal tersebut khususnya dari segi

personality trait dan konformitas.

Rook (1987) menguraikan impulsive buying adalah sesuatu yang hedonis dan mungkin menimbulkan konflik emosional. Impulsive buying mudah hilang tergantung konsekuensi yang didapat ketika seseorang melakukan hal tersebut.

Impulsive buying lebih ingin memiliki seluruh barang daripada memilih salah satu dari barang tersebut. Spontanitas yang lebih utama dibandingkan kehati-hatian untuk membeli suatu barang. Dalam impulsive buying berpikir emosional lebih mendominasi daripada rasional dan dipersepsikan seperti “buruk” daripada “baik”, akhirnya konsumen merasa kehilangan kontrol saat melakukannya.

Impulsive buying dapat terjadi dalam kondisi apapun, konsumen adalah subjek sehari-hari untuk melakukan itu.


(17)

Sebuah penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keputusan konsumen untuk membeli saat berada didalam toko semakin meningkat, karena adanya dorongan untuk membeli dan menyebabkan jumlah pembelian yang cukup besar. Sebagian besar diantaranya pembelian dilakukan tanpa perencanaan atau disebut dengan impulsive buying (Jalan, 2006).

Peneliti melakukan survey awal terhadap 10 pengunjung Mall pada bulan Mei 2014 di salah satu Mall yang berada di kota Bogor, dari hasil wawancara dengan pengunjung didapatkan informasi bahwa 7 dari 10 pengunjung sering melakukan pembelian tanpa perencanaan.

Konsumen cenderung melakukan impulsive buying karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah personality trait. Jalan (2006) menyebutkan dalam personality trait terdapat tiga hal yang berkaitan dengan

impulsive buying yaitu control, stress reaction, dan absorption. Control berkaitan dengan pengaruh diri sendiri terhadap emosi, kognisi,dan perilaku seseorang. Hal ini membuat konflik psikologis dalam diri konsumen saat melakukan pembelian. Tidak mudah bagi konsumen untuk menahan keinginannya dalam berbelanja, ini membuat konsumen mengatakan kepada dirinya “saya tidak akan melakukannya”. Konflik psikologis dalam pembelian seringkali terjadi apabila seseorang tidak dapat mengontrol dirinya.

Faktor selanjutnya yaitu stress reaction, hal ini mewakili perbedaan individu dalam menangkap respon yang diterimanya dengan keadaan emosi yang negatif, yaitu kecemasan, kemarahan, kesedihan dan rasa bersalah (Youn & Faber,


(18)

2000). Jalan (2006) mengatakan, bahwa emosi negatif yang dialami individu merupakan kondisi sehari-hari yang dialami setiap orang. Emosi ini melibatkan seseorang untuk melakukan impulsive buying. Gardner & Rook (1988) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen merasa bahwa dirinya lebih baik jika melakukan impulsive buying.

Youn & Faber (2000) mengatakan bahwa seseorang jika dalam keadaan stres yang tinggi melakukan impulsive buying maka seseorang tersebut mendapatkan kepuasan jangka pendek yang disertai dengan perasaan diri yang positif dan perubahan mood yang membuat dirinya jauh lebih baik. Konsumen yang merasa jenuh akan rutinitasnya setiap hari merasa lebih baik jika dirinya melakukan pembelian yang tidak direncanakan kerena menurutnya hal itu bisa mengubah suasana hati konsumen tersebut.

Faktor berikutnya yakni absorption, dalam hal ini konsumen cenderung menahan keterlibatan dirinya dalam hal yang menarik perhatiannya dari stimulus eksternal maupun imajinasi yang didapatnya. Absorption berperan penting untuk konsumen sebagai penentu pengambilan keputusan terhadap stimulus yang di dapat (Youn & Faber, 2000).

Kesimpulan penelitian yang dilakukan Jalan (2006) menunjukkan hasil yang berbeda berdasarkan faktor personality trait. Control lebih tinggi kecenderungannya dibandingkan dengan stress reaction dan absorption dalam melakukan impulsive buying. Baik secara langsung maupun tidak, control dalam


(19)

literature yang ada menegaskan bahwa konsumen bertindak impulsive karena kurangnya akan kontrol diri mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari orang terdekat sangat mempengaruhi keputusan kita dalam melakukan pembelian, bahkan tidak jarang barang yang kita beli sebenarnya tidak kita butuhkan. Pada dasarnya individu mudah terbujuk untuk mengikuti saran orang lain agar dapat mengikatkan diri pada suatu kelompok. Hal ini dikarenakan setiap kelompok mempunyai tuntutan yang harus bisa dipenuhi oleh setiap individu yang ingin bergabung. Jika individu ingin diakui eksistensinya dalam kelompok, individu harus berusaha untuk menjadi bagian dari kelompoknya dengan jalan mengikuti peraturan yang ada dalam kelompok. Usaha tersebut dapat berupa kesepahaman dalam membeli produk tertentu (Myers, 2005).

Banyak orang tidak menyadari bahwa masukan dari teman itu sebenarnya tidak baik. Tetapi apabila tidak mengikuti apa yang disarankan oleh mereka ada perasaan tidak enak atau takut tidak ditemani. Hal ini disebut dengan konformitas. Konformitas ini rentan menjadi penyebab impulsive buying. Bujukan dan rayuan dari pelayan saat berbelanja sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk membeli barang yang tidak direncanakan. Tekanan kelompok memaksa seseorang berperilaku sesuai keinginan kelompoknya. Seseorang yang tidak berniat membeli suatu barang, akhirnya menjadi membeli barang yang padahal tidak diperlukan. Pembelian juga tidak selalu berpengaruh dari luar saja, dalam diri seseorang juga terdapat dorongan untuk membeli yang diperkuat dengan suasana dari luar diri mereka (Youn&Faber, 2000).


(20)

Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa faktor demografi juga mempengaruhi impulsive buying selain dari personality trait dan konformitas. Faktor demografi merupakan faktor-faktor kependudukan yang menunjukan keadaan dan karakter penduduk. Faktor demografi yang mempengaruhi impulsive buying yaitu, jenis kelamin dan usia.

Faktor jenis kelamin juga sering digunakan untuk penelitian impulsive buying. Faktor ini digunakan sebagai bahan perbandingan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan impulsive buying. Perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas diri mereka dalam lingkungannya, sedangkan laki-laki melakukan impulsive buying lebih kepada kegunaan atau fungsi dari barang tersebut (Lee, 2002). Penelitian Abdillah (2013) menunjukkan bahwa 75% pria juga melakukan

impulsive buying yang didasari karena kecintaannya pada tim sepak bola, setiap melihat barang-barang yang bernuansa tim sepak bola yang mereka gemari pasti akan dibeli nya.

Pada faktor usia, 18 hingga 39 tahun merupakan usia yang mengalami peningkatan hasrat untuk berbelanja (Verplanken & Herabadi,2011). Hasil penelitian Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa pada usia 40 tahun individu memiliki kecenderungan untuk melakukan impulsive buying yang lebih tinggi dikarenakan mereka telah memiliki pendapatan yang tetap. Perkembangan fisik manusia yaitu ada pada masa usia dewasa, hal inilah yang semakin membuat individu untuk melakukan pembelian, sebab individu semakin memperhatikan


(21)

Penelitian dilakukan di Mall yang berada di kota Bogor, karena kota Bogor termasuk kota yang besar dan maju dalam perekonomiannya, dan banyaknya mall dan outlet di kawasan tersebut. Penelitian akan dilakukan pada tiga tempat yang berbeda, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan Cibinong City Mall karena lokasi tersebut merupakan pusat perbelanjaan yang cukup ramai dan terdapat berbagai karakter pengunjung yang bisa menjadi objek penelitian.

Dari uraian tersebut maka peneliti ingin menggunakan Personality Trait,

Konformitas dan Faktor Demografi sebagai independent variable (IV) dan

Impulsive Buying sebagai dependent variabel (DV). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Personality Trait, Konformitas dan Faktor Demografi terhadap Impulsive Buying Pengunjung Mall di kota Bogor “.

1.2Batasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Batasan masalah

Agar fokus pembahasan lebih terarah, penelitian ini dibatasi mengenai masalah pengaruh personality trait, konformitas, dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor. Didapatkan mengenai batasan masalah yang dijadikan variabel adalah sebagai berikut :

1. Impulsive buying adalah pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Adapun dimensi-dimensi impulsive buying yaitu cognitive dan affective


(22)

2. Personality trait adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan perilaku individu yang bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi tertentu. Pada penelitian ini menggunakan dimensi personality trait yang relevan untuk studi impulsive buying yaitu, control, stress reaction,

dan absorption (Tellegen, 1982).

3. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok. Dimensi-dimensi yang digunakan yaitu, compliance dan acceptance (Myers, 2005).

4. Faktor demografi adalah faktor-faktor kependudukan yang menunjukkan keadaan dan karakter penduduk. Pada penelitian ini, Faktor demografi dibatasi menjadi beberapa faktor, yaitu :

a) Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan permpuan.

b) Usia pada saat responden mengisi kuesioner dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu : 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun.

1.2.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas (compliance, acceptance) dan variabel demografi ( jenis kelamindan usia) terhadap impulsive buying?


(23)

2. Apakah ada pengaruh dimensi control pada variabel personality trait

terhadap impulsive buying?

3. Apakah ada pengaruh dimensi stress reaction pada variabel

personality trait terhadap impulsive buying?

4. Apakah ada pengaruh dimensi absorption pada variabel personality trait terhadap impulsive buying?

5. Apakah ada pengaruh dimensi compliance pada variabel konformitas terhadap impulsive buying?

6. Apakah ada pengaruh dimensi acceptance pada variabel konformitas terhadap impulsive buying?

7. Apakah variabel demografis jenis kelamin memiliki pengaruh secara signifikanterhadap impulsive buying?

8. Apakah variabel demografis usia memiliki pengaruh secara signifikan terhadap impulsive buying?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel personality trait (control, stress reaction, absorption), variabel konformitas (compliance, acceptance) dan faktor demografi (jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive buying.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut :


(24)

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Konsumen. Juga sebagai bahan pertimbangan serta pedoman untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengaruh personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas (compliance, acceptance), faktor demografis (jenis kelamin dan usia) pada individu terhadap impulsive buying.

1.4.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pembeli agar membeli sesuatu dengan memakai akal rasional dan tidak hanya membeli dengan emosi saja, sehingga barang tersebut nantinya hanya akan menjadi barang yang tidak terpakai. Juga individu agar tidak membeli suatu barang karena terpengaruh oleh faktor luar dari dirinya dan dapat membeli sesuai dengan kebutuhan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan APA (American Psychology Association) style dan penyusunan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan peneliti ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti berikut ini :


(25)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat teoritis maupun praktis, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Dalam bab kajian pustaka akan dibahas mengenai teori impulsive buying,

personality trait, konformitas, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Dalam bab metode penelitian ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrument pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

Dalam bab hasil penelitian akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

Dalam bab lima akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil penelitian.


(26)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab dua ini akan dibahas mengenai landasan teori penelitian yang berisi tentang teori impulsive buying, personality trait dan konformitas. Selanjutnya dalam bab ini juga akan dibahas mengenai kerangka berpikir dan hipotesis penelitian

2.1 Impulsive Buying

2.1.1 Definisi impulsive buying

Menurut Rook (1987) impulsive buying didefinisikan sebagai perilaku belanja tanpa perencanaan, diwarnai oleh keinginan kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan pada saat berhadapan dengan produk, dan diiringi oleh perasaan menyenangkan serta penuh gairah.

Sementara itu dari sisi psikologis perilaku impulsive buying menimbulkan perilaku yang tidak disadari dan disertai dengan respon emosi yang kuat serta konflik interpersonal (Beaty & Ferrel, 2003).

Namun berdasarkan pendapat Verplanken & Herabadi (2001) menunjukkan bahwa dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya perasaan yang intens yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi


(27)

setelah melakukan pembelian tersebut. Konsumen hanya ingin merasa puas dengan membeli barang yang konsumen inginkan.

Perilaku impulsive buying dari Verplanken & Herabadi (2001) ini melibatkan dua system inti yaitu affective (emosi) dan cognitive. Affective dan

cognitive dapat melakukan prosesnya sendiri-sendiri dan ada kalanya mereka bekerja secara bersama. Namun, dalam beberapa hal sisi emosi sering menjadi hal utama bahkan mendahulu dan mampu mempengaruhi cognitive. Emosi bisa terjadi secara otomatis tanpa peran active dari cognitive, yaitu kesadaran. Engel & Blackwell (1995), menambahkan impulsive buying atau unplanned purchase

merupakan suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih dahulu dan keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.

Dari berbagai teori diatas peneliti menggunakan teori Verplanken & Herabadi (2001), yaitu impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Teori ini dipilih karena memiliki definisi yang paling sesuai untuk menjabarkan pengertian impulsive buying.

2.1.2 Dimensi-dimensi impulsive buying

Verplanken & Herabadi (2001) membagi impulsive buying menjadi dua dimensi, yaitu :


(28)

a. Cognitive : proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan penginterpretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Cognitive deliberation, suatu keadaan dimana (calon) konsumen merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya.

2. Unplanned buying, suatu keadaan dimana (calon) konsumen tidak memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.

3. Disregard for the future, suatu keadaan dimana (calon) konsumen melakukan impulsive buying tidak menghiraukan masa depan.

b. Affective : proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada emosi, perasaan maupun suasana hati (mood). Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan dimana (calon) konsumen memiliki keinginan yang instan, terus menerus dan begitu memaksa, sehingga (calon) konsumen tidak dapat menahan dirinya.

2. Positive buying emotion, suatu keadaan dimana (calon) konsumen memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk memuaskan diri melalui impulsive buying.

3. Mood management, suatu keadaan dimana muncul keinginan (calon) konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalaui


(29)

Rook (1987) membagi impulsive buying menjadi beberapa dimensi, yaitu :

a. Spontanitas : Belanja ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang. Sering sebagai respon terhadap stimulus visual yang langsung ditempat penjualan.

b. Kekuatan, Kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

c. Kegairahan dan stimulasi: Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang diberikan sebagai “menggairahkan” , “menggetarkan”, atau “liar”.

d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit untuk ditolak sehingga akibat yang mungkin negative diabaikan.

Peneliti menggunakan dimensi dari Verplanken & Herabadi (2001) karena dimensi ini merupakan dimensi yang paling baru dan diadaptasi dari Rook (1987)

Loudon& Bitta (1993) membagi impulsive buying kedalam empat tipe, yaitu:

1. Pure Impulsive yaitu dorongan untuk membeli produk baru, mencari variasai baru, atau pembelian terhadap produk diluar kebiasaan pembeliannya.

2. Suggestion impulse yaitu dorongan yang didasarkan stimulus pada toko dan ditunjang dengan pemberian saran, baik dari sales promotion, pramuniaga maupun teman.


(30)

3. Reminder impuls yaitu dorongan yang muncul saat melihat barang pada rak toko, display atau teringat iklan dan informasi lainnya tentang suatu produk.

4. Planned impulse yaitu pembelian yang terjadi apabila kondisi penjualan tertentu diberikan. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa merencanakan produk yang akan dibelinya.

2.1.3 Alat ukur impulsive buying

Skala impulsive buying dari Rook (1987) terdiri dari sembilan item. Masing-masing item hanya satu atau dua yang mewakili tiap dimensi dari impulsive buying tersebut. Sedangkan Verplanken & Herabadi (2001) dalam alat ukurnya memiliki 20 item yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni cognitive dan affective.

Pengukuran impulsive buying dalam penelitian ini menggunakan skala baku dari Verplanken & Herabadi (2001). Skala impulsive mengukur dua dimensi yaitu dimensi cognitive dan affective. Koefisien alpha dari dua subskala ini adalah .91 untuk dimensi cognitive dan .83 untuk dimensi affective. Dimensi cognitive

melihat mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan pada dimensi affective nya mengukur perasaan menyenangkan, kegairahan, tekanan, kontrol yang rendah dan rasa penyesalan.

2.1.4 Faktor- faktor yang memicu impulsive buying


(31)

1. Variabel Situasional a) Lingkungan toko

Beberapa variable yang ada di lingkungan toko antara lain adalah penampilan fisik produk, cara menampilkannya, atau adanya tembahan seperti harumnya toko, warna yang indah atau music yang menyenangkan. Isyarat ini dapat menarik perhatian, menimbulkan motivasi untuk membeli, dan menimbulkan suasana hati yang positive. Dimana keduanya merupakan karakteristik dari

impulsive buying.

b) Ketersediaan waktu dan uang

Variabel situasional lain juga dapat mempengaruhi impulsive buying adalah tersedianya waktu dan uang, baik benar-benar tersedia (benar-benar memiliki waktu dan uang), maupun hanya perasaan saja (hanya merasa memiliki waktu dan uang).

c) Karakteristik Produk

Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi impulsive buying. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah karakteristik produk dan marketing. Karakteristik produk yang mempengaruhi impulsive buying adalah:

1. Memiliki harga yang rendah

2. Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut 3. Siklus kehidupan produk pendek


(32)

5. Mudah disimpan d) Faktor Marketing

1. Adanya distribusi massa untuk self-service outlet

2. Iklan yang besar

3. Posisi display dan lokasi yang menonjol turut mempengaruhi belanja impulsive.

2. Variabel Person-related

Impulsive buying berada dalam batas yang berhubungan dengan manusia, yaitu :

a) Emosi. Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan perilaku

impulsive buying berhubungan dengan suasana hati tertentu. Sebagai contoh adanya percampuran rasa senang, kegairahan dan kekuasaan menimbulkan kecenderungan untuk melakukan impulsive buying. Salah satu alasan konsumen melakukan impulsive buying adalah menghilangkan depressed mood .

b) Konformitas. Aronson (1992) mengemukakan bahwa konformitas merupakan faktor internal terbentuk dari lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi munculnya impulsive buying. Perilaku ini muncul akibat pembelajaran atau pengaruh dari lingkungan sosial.

c) Sex. Rook & Hoch (1985) mengatakan bahwa perempuan membeli barang dengan tingkat emosi yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Jumlah pembelian yang masi stabil, maka antara laki-laki dan


(33)

perempuan memiliki perbedaan kerentanan untuk melakukan impulsive buying.

d) Motif hedonis. Rook (1987) menyebutkan bahwa impulsive buying

berkaitan dengan kepuasan hedonis. Sifat dasar hedonis itu sendiri yaitu, kesenangan, kejutan, kepuasan, sesuatu yang baru, menyenangkan dan keakraban. Konsumen melakukan impulsive buyingpada saat mereka sedang termotivasi oleh kebutuhan hedonis nya.

e) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi impulsive buying adalah demografis (usia dan jenis kelamin).

2.2 Personality Trait

2.2.1 Definisi personality trait

Personality merupakan suatu bagian yang khas dari setiap individu. Hal tersebut yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Feist & Feist (2009) menyatakan bahwa personality adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Trait menunjukan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi.

Tokoh lain mengatakan bahwa personality trait adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan perilaku individu yang bersifat abadi, yakni


(34)

kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi tertentu (Tellegen, 1982).

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai personality maka penulis menggunakan teori Tellegen (1982) yang mengatakan bahwa personality trait

adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan perilaku individu yang bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi tertentu.

2.2.2 Dimensi-dimensi personality trait

Terdapat tiga dimensi yang membentuk personality trait pada individu yang mempengaruhi pembelian impulsive yaitu control, stress reaction, absorpstion

(Tellegen 1982).

a) Control

Control berkaitan dengan karakteristik individu ketika memonitor impuls yang berlebihan yang diterima oleh individu tersebut. Pada dimensi ini seseorang mendapatkan tekanan yang cukup dikarenakan individu tersebut mampu atau tidak untuk menahan kepuasan atau kebahagiaan. Individu yang memiliki control

cenderung berhati-hati, mempersiapkan rencana dengan matang, merenungkan kembali tindakan yang telah dilakukan, memiliki pola pemikiran yang rasional, terorganisir dan konkrit dan dapat mengantisipasi berbagai hal.


(35)

b) Stress reaction

Perbedaan individu yang sistematis dalam frekuensi dan intensitas respon terhadap isyarat yang bersifat situasional bersamaan dengan kondisi emosi negative. Reaksi stress dikarakteristikan dengan mudah marah, perubahan emosi yang tidak diprediksi, gugup, tegang, merasa bersalah, merasa cemas.

c) Absorption

Kecenderungan untuk memendam keterlibatan diri yang dipicu oleh gabungan dari stimulus external dan stimulus imaginal. Seseorang yang memiliki tingkat

absorption yang tinggi cenderung berfikir menggunakan imajinasi, dapat melepaskan masa lalu, menikmati pikiran sendiri, memiliki penglaman yang bersifat “cross-modal”.

Peneliti menggunakan dimensi dari Tellegen, (1982) karena dimensi tersebut merupakan dimensi yang berhubungan langsung dengan impulsive buying.

2.2.3 Alat ukur personality trait

Big five faktor merupakan salah satu alat ukur untuk personality trait. Alat ukur ini mengukur lima dimensi yaitu, opennese, conscientiousness, extraversion, agreeableess, neuroticism.. Dalam penelitian ini tidak menggunakan big five

dikarenakan perbedaan dimensi yang digunakan oleh peneliti.

Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti memodifikasi alat ukur MPQ dari (Tellegen,1982). Peneliti membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu


(36)

pada dimensi-dimensi yang ada di alat ukur MPQ tersebut, dikarenakan alat ukur MPQ tidak mempublikasikan item-item nya, MPQ hanya mencantumkan dimensi nya saja. Alasan lain peneliti memodifikasi MPQ dikarenakan dimensi yang ada pada MPQ sesuai dengan dimensi yang akan peneliti ukur.

2.3 Konformitas

2.3.1 Definisi konformitas

Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris, 2007). Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan sebagai suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan norma sosial yang ada. Pendapat lain dikemukakan oleh Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat norma dari orang lain.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers (2005), menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills (dalam Sarwono, 2006) dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma kelompok (standard sosial) berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya.


(37)

dibayangkan oleh mereka. Definisi konformitas lainnya bahwa konformitas adalah ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain melakukan perilaku tersebut (Freedman, dkk,1978).

Berdasarkan definisi diatas peneliti menggunakan teori Myers, (2005) menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok.

2.3.2 Dimensi-dimensi konformitas

Myers (2005) membedakan konformitas ke dalam dua tipe yaitu compliance dan

acceptance. 1. Compliance

Konformitas compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan jika mereka melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh sosial normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain.

2. Acceptance

Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima nya. Pada bentuk acceptance konformitas terjadi karena kelompok menyediakan


(38)

informasi penting yang dimiliki oleh individu (informational influence). Jadi

acceptance adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang terhadap bukti realitas yang diberikan orang lain. Dengan kata lain jika individu tidak tahu harus berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut yang benar.

2.3.3 Alat ukur konformitas

Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada dimensi-dimensi konformitas yang telah dijelaskan di teori menurut Myers (2005), yaitu compliance dan acceptance. Akan tetapi, Myers (2005), tidak mencantumkan item-item dari alat ukur konformitas tersebut. Oleh karena itu peneliti berusaha mencari alat ukur baku lainnya yang berkaitan dengan konformitas, namun sejauh ini peneliti belum menemukan alat ukur baku yang sesuai untuk mengukur konformitas.

Peneliti selanjutnya memutuskan untuk membuat alat ukur sendiri yang sesuai dengan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Myers (2005). Alat ukur tersebut terdiri atas 10 item yang berisi 5 item dari dimensi compliance dan 5 item dari dimensi acceptance.

2.4 Kerangka Berpikir

Pada umumnya belanja adalah sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat. Belanja adalah bagian dari keseharian anggota masyarakat. Hampir seluruh individu mengetahui jika perilaku impulsive buying


(39)

keseharian mereka. Secara umum tidak menyetujui jika perilaku impulsive buying

bagian dari sebuah gaya hidup. Harus diakui bahwa masyarakat memang terkadang suka melakukan belanja yang berlebih.

Wanita biasanya lebih menikmati waktu berbelanja karena saling memberi masukan tentang barang-barang yang akan dibeli. Tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki pun berusaha memenuhi kebutuhannya dengan berbelanja. Saat ini dari fenomena yang ada terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara kegemaran pria maupun wanita dalam hal berbelanja.

Faktor personality trait juga mempengaruhi konsumen untuk melakukan

impulsive buying. Tidak mampunya konsumen untuk menahan impuls membuat dirinya melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Suasana hati konsumen mendorong terjadinya impulsive buying karena konsumen merasa puas setelah berbelanja. Faktor lain yaitu pertentangan antara konsumen dengan keinginan yang mendesak dalam dirinya untuk berbelanja, yang sering dipicu oleh stimulus yang didapat konsumen tersebut. Tidak jarang konsumen mengabaikan kegunaan dari barang yang dibelinya, sehingga timbul penyesalan saat konsumen sudah membeli brang tersebut.

Saat berbelanja biasanya konsumen tidak pergi sendirian, teman maupun keluarga yang biasa menemani. Konsumen dalam berbelanja kadang meminta pendapat dari temannya. Hal demikian bisa menimbulkan impulsive buying karena konsumen yakin apa yang disarankan teman tersebut merupakan yang paling baik. Tujuan utama konsumen untuk berbelanja seringkali tidak sesuai dari tujuan


(40)

semula, bahkan apa yang sebenarnya konsumen ingin beli berubah menjadi barang yang konsumen tidak butuhkan. Ini terjadi ketika konsumen merasa percaya pada apa yang disarankan teman. Dalam kehidupan, kita tidak ingin merasa tersaingi dalam hal apapun. Maka dari itu timbullah konformitas di kehidupan. Kehidupan konsumen harus sama dengan orang lain agar eksistensi nya diakui di masyarakat.

Variabel demografi dalam penelitian Robertson, Bellenger, & Hirschman, (1978) memiliki pengaruh terhadap impulsive buying. Variabel demografi tersebut meliputi jenis kelamin dan usia. Untuk demografi usia, konsumen berusia muda yakni 19-39 tahun cenderung sering melakukan impulsive buying (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) dibandingkan dengan konsumen yang berusia lebih dari 39 tahun. Kemudian untuk demografi jenis kelamin, konsumen perempuan lebih sering melakukan impulsive buying daripada konsumen laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas sosial mereka, sedangkan laki-laki berbelanja lebih kepada fungsi atau kegunaan barang tersebut (Dittmar, 1995 dalam Lee, 2002).


(41)

Dari kerangka berpikir diatas dapat diilustrasikan kedalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Berdasarkan gambar diatas dalam penelitian ini peneliti ingin mencari pengaruh

personality trait, konformitas, usia dan jenis kelamin terhadap impulsive buying. Selanjutnya peneliti juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi personality

Control Stress Reaction

Absorption

Compliance Acceptance

Jenis Kelamin Usia Personality Trait

Konformitas

Faktor Demografi


(42)

trait yang terdiri atas control, stress reaction dan absorption terhadap impulsive buying. Kemudian juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi konformitas yang terdiri atas compliance dan acceptance terhadap impulsive buying. Selanjutnya juga ingin melihat pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap

impulsive buying pada pengunjung Mall di kota Bogor.

a. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis minor, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :

Hipotesis Mayor

Ada pengaruh yang signifikan personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas (compliance, acceptance), dan faktor demografi (jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive buying pengunjung Mall di kota Bogor.

Hipotesis Minor

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi control pada variabel

personality trait terhadap impulsive buying.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi stress reaction pada variabel personality trait terhadap impulsive buying..

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi absorption pada variabel personality trait terhadap impulsive buying.


(43)

H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi compliance pada variabel konformitas terhadap impulsive buying.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi acceptance pada variabel konformitas terhadap impulsive buying.

H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi jenis kelamin pada variabel demografi terhadap impulsive buying.

H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi usia pada variabel demografi terhadap impulsive buying.


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai populasi, sampel, variabel penelitian, instrument pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi penelitian ini adalah pengunjung mall besar di kota Bogor. Jumlah populasi tidak diketahui dikarenakan jumlah pengunjung yang tidak tetap. Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan Cibinong City Mall. Salah satu alasan mengapa peniliti mengambil lokasi tersebut, karena ke-3 Mall merupakan Mall besar yang strategis dan mudah dijangkau pengunjung. Alasan tersebut didasari oleh hasil observasi yang peneliti lakukan.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 210 responden, masing-masing lokasi terdiri dari 70 responden yang akan menjadi subjek penelitian. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan non probability sampling technique, artinya peluang terpilihnya dari setiap reponden anggota populasi tidak diketahui. Responden dipilih berdasarkan kesediaan dengan alasan tidak adanya data yang diperoleh mengenai jumlah populasi. Peneliti meminta kesediaan responden yang ditemui untuk mengisi angket, jika responden bersedia peneliti segera memberikan angket tersebut dan memberikan instruksi untuk mempermudah responden untuk mengisinya.


(45)

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi variabel penelitian

Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu :

1. Impulsive buying

2. Control

3. Stress reaction

4. Absorption

5. Compliance

6. Acceptance

7. Jenis kelamin 8. Usia

Pada penelitian ini impulsive buying adalah DV sedangkan sisanya adalah IV.

3.2.2 Definisi operasional variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Impulsive buying

Impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.


(46)

Secara operasional impulsive buying terdiri atas dua dimensi (cognitive dan

affective) sebagaimana yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001). Definisi operasional untuk setiap dimensi sebagai berikut yang akan diukur oleh peneliti :

2. Control : tinggi rendahnya kontrol diri seseorang ketika menerima impuls yang diterima.

3. Stress reaction : tingkat stress seseorang yang bersifat situasional.

4. Absorption : kecenderungan diri seseorang yang dipicu stimulus dari luar dan imajinasi individu tersebut.

5. Compliance : tingkat kesesuaian seseorang dengan orang lain yang bertujuan agar orang tersebut dapat diakui atau diterima oleh orang lain.

6. Acceptance : keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu karena

percaya kepada teman.

7. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan.


(47)

3.3Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari responden dalam suatu penelitian. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berbentuk model skala likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert ini terdiri atas pernyataan positif (favorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skor Pengukuran Skala

Pilihan Pernyataan

Favorable Sangat Setuju

Setuju

4 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga skala, yaitu: skala impulsive buying, skala personality trait dan skala konformitas.


(48)

1. Skala Impulsive buying

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala baku impulsive buying dari Verplanken & Herabadi (2001). Alat ukur terdiri dari 20 item yang terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi cognitive yang berjumlah 10 item dan dimensi

affective yang berjumlah 10 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini. Peneliti tidak mengambil keseluruhan item dari alat ukur tersebut, dikarenakan item yang diambil oleh peneliti sudah cukup mewakili dari keseluruhan item yang ada. Peneliti mengambil 4 dimensi cognitive dan 9 dimensi

affective yang bersifat favorable. Tabel 3.2.

Blue Print Impulsive buying

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Cognitive Desakan membeli tanpa ada pertimbangan mendalam

2, 3 4

Muncul keinginan membeli tanpa rencana sebelumnya 1 Melakukan pembelian tanpa memikirkan kegunaan barang 4

2 Affective Tidak mampu menahan keinginan untuk tidak membeli

5, 6, 7, 8 9

Desakan membeli barang akibat perasaan /suasana hati positif

9, 10

Membeli barang untuk mengubah/menata perasaan

11, 12, 13


(49)

2. Skala Personality Trait

Pada skala ini, peneliti memodifikasi alat ukur MPQ dari Tellegen (1982). Peneliti membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu pada dimensi-dimensi yang ada di alat ukur MPQ, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3.

Blue Print Personality trait

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Control Berhati-hati 1, 2 8

Mempersiapkan

rencana dengan matang

3, 4 Merenungkan kembali

tindakan yang telah dilakukan 5 Memiliki pola pemikiran yang rasional, terorganisir dan konkrit 6, 7 Berusaha untuk mengantisipasi berbagai hal 8

2 Stress reaction Mudah marah 9 7

Memiliki perubahan emosi yang tidak diprediksi

10

Gugup, tegang 11, 12

Mudah merasa bersalah 13 Mudah merasa cemas 14, 15 3 Absorption Dapat berimajinasi

dengan jelas

16 5

Dapat melepaskan masa lalu 17 Menikmati pikiran sendiri 18, 19 Memiliki pengalaman

yang bersifat “ cross-modal

20


(50)

3. Skala Konformitas

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi konformitas Myers (2005) yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.

Tabel 3.4.

Blue Print Konformitas

3.4 Pengujian Validitas Konstruk

Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) menggunakan program LISREL 8.7 (Linear Structural Relationship). Adapun logika dari CFA (Umar dalam Adiyo, 2010) adalah:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan chi-square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Compliance Mendapatkan reward

penerimaan kelompok.

1, 2 2

Mengikuti kemauan teman agar tidak ditolak dalam kelompok

3, 4, 5 3

2 Acceptance Melakukan suatu perbuatan karena kepercayaan terhadap teman

6, 7, 8, 9, 10 5


(51)

(p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model” diterima, yang artinya, item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item-item yang diuji mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing- masing item dengan menggunakan t-test. jika nilai t yang diperoleh pada sebuah item tidak signifikan (t>1.96) maka item tersebut akan didrop

karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.

b. Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu item memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).


(52)

c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (lebih dari tiga), maka item tersebut akan didrop. Alasannya adalah item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain (multidimensional item).

3. Menghitung faktor skor

Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian perbedaan kemampuan yang masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score).

True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score / skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach alpha) karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah:


(53)

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying

Skala impulsive buying terdiri atas 13 item. Peneliti menguji apakah 13 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur impulsive buying. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 327.57, df = 65 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.139. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 57.39 df = 47, P-value = 0.14248 RMSEA = 0.033, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaituimpulsive buying maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Uji validitas konstruk impulsive buying

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

I TEM 1 10.89

I TEM 2 7.81

I TEM 3 9.75

I TEM 4 8.40

I TEM 5 9.43

I TEM 6 7.36

I TEM 7 9.61

I TEM 8 9.94

I TEM 9 10.17

I TEM 10 10.06

I TEM 11 10.10

I TEM 12 10.21

I TEM 13 9.62

impusive 0.00

Chi-Square=57.39, df=47, P-value=0.14248, RMSEA=0.033

4.37 11.25 8.80 11.72 11.18 9.66 8.19 7.21 6.78 6.14 4.66 2.47 7.16


(54)

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Impulsive Buying

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.32 0.07 4.37 √

2 0.72 0.06 11.25 √

3 0.58 0.07 8.80 √

4 0.74 0.06 11.72 √

5 0.69 0.06 11.18 √

6 0.69 0.07 9.66 √

7 0.56 0.07 8.19 √

8 0.49 0.07 7.21 √

9 0.45 0.07 6.78 √

10 0.42 0.07 6.14 √

11 0.33 0.07 4.66 √

12 0.17 0.07 2.47 √

13 0.50 0.07 7.16 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model impulsive buying signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan (disertakan dalam analisis perhitungan faktor).

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Personality Trait 1. Control

Skala terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur control. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 68.48, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.108. Oleh karena itu, peneliti


(55)

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 22.56 df = 16, P-value = 0.12602, RMSEA = 0.044, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu control maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Uji validitas konstruk control

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6


(56)

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Control

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.61 0.07 9.11 √

2 0.71 0.06 10.97 √

3 0.78 0.07 11.73 √

4 0.63 0.07 9.74 √

5 0.42 0.07 6.05 √

6 0.57 0.07 8.54 √

7 0.67 0.07 8.54 √

8 0.53 0.07 7.38 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model control

signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan (disertakan dalam analisis perhitungan faktor).

2. Sress Reaction

Skala terdiri atas 7 item. Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur stress reaction. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 91.20, df = 14 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.162. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 17.97 df = 10, P-value = 0.05549, RMSEA = 0.062, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu


(57)

faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu stress reaction maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.3

Gambar 3.3 Uji validitas konstruk stress reaction

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7

I T EM9 9.02

I T EM10 8.79

I T EM11 9.07

I T EM12 9.28

I T EM13 8.90

I T EM14 8.44

I T EM15 6.81

stress 0.00

Chi-Square=17.97, df=10, P-value=0.05549, RMSEA=0.062

7.46 9.20 8.50 7.63 7.74 7.98 11.83


(58)

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Stress Reaction

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.54 0.07 7.46 √

2 0.63 0.07 9.20 √

3 0.59 0.07 8.50 √

4 0.54 0.07 7.63 √

5 0.56 0.07 7.74 √

6 0.59 0.07 7.98 √

7 0.77 0.06 11.83 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model stress reaction

signifikan (t >1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan (disertakan dalam analisis perhitungan faktor).

3. Absorption

Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur absorption. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 40.98, df = 5 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 7.26 df = 4, P-value = 0.12280, RMSEA = 0.062, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor


(59)

(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu absorption

maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.4

Gambar 3.4 Uji validitas konstruk absorption

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8

I T EM16 9.93

I T EM17 10.03

I T EM18 6.90

I T EM19

0.73

I T EM20 9.88

ABSORPTI 0.00

Chi-Square=7.26, df=4, P-value=0.12280, RMSEA=0.062

3.62 3.22 6.04 7.59 3.77


(60)

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Absorption

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.28 0.08 3.62 √

2 0.25 0.08 3.22 √

3 0.56 0.09 6.04 √

4 0.92 0.12 7.59 √

5 0.30 0.08 3.77 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model absorption

signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan (disertakan dalam analisis perhitungan faktor)

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Konformitas 1. Compliance

Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur compliance. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 51.23, df = 5 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.210. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3.80 df = 3, P-value = 0.28366, RMSEA = 0.036, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu compliance


(61)

Gambar 3.5 Uji validitas konstruk compliance

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Compliance

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.85 0.06 14.14 √

2 0.71 0.07 10.78 √

3 0.81 0.06 13.46 √

4 0.75 0.06 11.88 √

5 0.82 0.06 13.46 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

I T EM1 6.01

I T EM2 8.14

I T EM3 7.15

I T EM4 7.83

I T EM5 6.85

complian 0.00

Chi-Square=3.80, df=3, P-value=0.28366, RMSEA=0.036

14.14 10.78 13.46 11.88 13.46


(1)

putra, karena mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri seperti membeli busana, sepatu, kosmetik dan juga aksesoris. Peneliti memperkuat hal tersebut dengan uji beda, hasil nya menunjukkan bahwa nilai mean responden laki-laki (49.6793) sedangkan responden perempuan (50.2313) artinya, tingkat impulsive buying lebih tinggi pada responden perempuan.

Berikutnya variabel demografi (usia) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulsive buying. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yang,D.J.,Huang,K.C.&Feng,X (2011) yang menyatakan bahwa variabel usia mempengaruhi intensi impulsive buying. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa perempuan yang berusia lebih dari 41 tahun keatas lebih cenderung untuk melakukan impulsive buying karena mereka telah memiliki pendapatan yang tetap dan pendapatan mereka dihabiskan untuk menyenangkan diri mereka sendiri. Sedangkan dalam penelitian ini responden lebih banyak pada usia 20-30 tahun.

Secara keseluruhan, peneliti berpendapat bahwa perbedaan hasil penelitian terdahulu bisa diakibatkan oleh beberapa hal baik sampel, social deserebility, tempat penelitian, teknik pengambilan data, maupun alat ukur yang digunakan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah perbedaan budaya, seperti bahasa terutama dalam mengadaptasi tiap item dari skala baku yang berbahasa Inggris. Hal ini penting karena akan memudahkan responden dalam memahami dan mengisi setiap butir pertanyaan pada kuesioner yang dibuat. Maka peneliti harus menerjemahkan ke bahasa Indonesia yang baik dan mudah dimengerti, jika ada kalimat atau kata yang sulit dimengerti maka memungkinkan jawaban yang


(2)

72

diberikan oleh responden adalah jawaban tidak akurat. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu social deserebility, item yang dibuat mengandung norma. Responden akan sangat berhati-hati dalam mengisi item tersebut karena adanya kemungkinan responden menjawab secara subjektif tanpa memperhatikan objektivitas konten pernyataan pada kuesioner.

Selanjutnya dalam menggunakan teori, lebih baik menggunakan teori yang terbaru, item-item yang jelas dan lebih valid dalam mengukur konstruk-konstruk psikologisnya. Kemudian penelitian selanjutnya perlu dilakukan metode seperti accidental sampling sehingga dapat meningkatkan kemampuan generalisasi penelitian, karena dalam penelitian ini menggunakan metode non probability sampling sehingga ada kelemahan dalam teknik, yaitu hasilnya kurang objektif, jumlah responden tidak proporsional karena tidak mengetahui populasi sebenarnya yang sedang diteliti, tidak dapat digunakan bila populasi tidak dapat didefinisikan. Tetapi, penelitian ini sangat baik dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).

5.3 Saran

Peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan dan keterbatasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti membagi saran menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan meneliti variabel dependen yang sama.


(3)

5.3.1 Saran Teoritis

Mempertimbangkan hasil penelitian ini yang menemukan bahwa pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying hanya sebesar 25.1% maka bagi peneliti lain yang tertarik meneliti variabel dependent yang sama agar melibatkan variabel independent lain yang mempengaruhi tingkat impulsive buying selain personality trait, konformitas, jenis kelamin dan usia, seperti lingkungan toko, ketersediaan waktu dan uang, karakteristik produk, faktor marketing emosi dan motif hedonis. Dengan mempertimbangkan variabel-variabel tersebut, diharapkan penelitian selanjutnya akan lebih menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya.

5.3.2 Saran Praktis

1. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa control berkontribusi terhadap impulsive buying dengan arah negatif, maka hasil tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan control. Peneliti menyarankan kepada konsumen agar lebih bisa menahan diri dengan cara mencatat semua yang akan dibeli, membawa uang secukupnya dan tidak berpergian ke pusat perbelanjaan jika tidak ada sesuatu yang ingin dibeli. Peneliti juga menyarankan kepada pendidik untuk mengadakan seminar-seminar “Smart Shopping”, menulis buku maupun artikel yang berisi tentang cara berbelanja yang baik agar konsumen menjadi “smart shopper” dalam kehidupannya.


(4)

74

2. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa stress reaction juga berkontribusi terhadap tingkat impulsive buying secara positif. Peneliti menyarankan kepada konsumen jika mengalami stress reaction dapat dialihkan dengan mencari kesibukan yang bermanfaat seperti, berolahraga, membaca buku, beribadah dan melakukan hal yang positif. Semakin majunya teknologi, konsumen juga bisa untuk menggali informasi-informasi lain melalui internet dan mengikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan berbelanja. Dengan demikian impulsive buying bisa rendah.

3. Bagi lembaga pemberdaya konsumen diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih terhadap konsumen agar tidak melakukan perilaku impulsive buying dengan cara mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi impulsive buying pada konsumen, termasuk dari hasil penelitian ini.


(5)

http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/05/17/ketika-pria-hobi-berbelanja-560845.html.

Adiyo, R. (2010). Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa dibidang statistika 1 & 2. Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Aronson, E. 1992. The Social Animal. San Francisco: W. H Freeman & Co. Astasari, A.R., & Sahrah, A. (2010). Hubungan antara konformitas dengan

perilaku membeli impulsif pada remaja putri. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Social psychology (10th ed). In R. Djuwita, M. M. Parman, D. Yasmina, & L. P. Lunanta,Psikologi sosial: Edisi kesepuluh (pg 53, 57, 136, 137, 143, 153). Jakarta: Erlangga

Beatty, S., & Ferrel, M.E. (2003). Impulsive buying: Modeling its precursors. Journal of Retailing, 74,2; ProQuest Psychology Journals, 169.

Engel, J.F Blackwell, R.D., Miniard, P.W . 1995. Consumer behaviour (8th ed.). Orlando: The Dryden Press.

Engel, J.F Blackwell, R.D., Miniard, P.W. (1994). Perilaku konsumen. Tangerang : Bina Rupa Aksara.

Feist, J. & Feist, G. (2009). Theories of personality (7 th ed). New York: McGraw-Hill

Freedman, J. L., Sears, D. O., & Carlsmith, J. M. (1978). Social psychology (3th ed). United State: Prenntice-Hall, Inc.

Gardner, M.P., & Rook, D.W. (1988). Effect of impulse purchases on consumer’ affective states. Advances in Consumer Research, 15,127-130.

Hidayat,F.(2013).Gapai okupansi 85%, Cibinong City Mall kejar target pengunjung. Diunduh tangal 26 Juni 2014 dari

http://www.beritasatu.com/forum-bisnis/157028gapai-okupansi--85-cibinong-city-mall-kejar-target-pengunjung-html.

Hoch, S. J., & Rook, D.W. (1985). Consuming impulses. Advances in Consumer Research, 12, 23-37.


(6)

Jalan, N. (2000). Impulse buying, personality traits, in-store atmospherics, and their interaction. The University of Nottingham.

Kacen, Jacquelin., Lee, Julie. (2002). The influence of culture on consumer impulsive buying behavior. Journal of Consumer Psychology, 12(2), 163-176.

Loudon, D.L., & Bitta, A.J.D. (1993). Consumer behavior (4th ed).United States: McGraw-Hill.

Myers, D.G. (2005). Social psychology (8th ed.). USA: McGraw-HillCompanies, Inc.

Santrock, J.W. (2008). Adolescence (10th ed). New York: McGraw-Hill.

Sarwono, S. W.& Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Tellegen, A. (1982). Development and validation of a brief form of the multidimensional personality questionnaire. American Psychological Association,Inc, 14 (2), 150-163.

Tellegen, A. (1988). Oxford handbook of personality assesment, Oxford University Press.

Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulsive buying tendency : feeling and no thinking. European Journal of Personality,15: S71-S83.

Wiggins, J. A., Wiggins, B. B., & Zanden, J. V. (1994). Social psychology (5th ed). United State: McGraw-Hill, Inc.

Yang, D.J., Huang, K.C., & Feng, X. (2011). A study of the factor that affect the impulsive cosmetics buying of female consumers in Kaohsiung. International Journal of Business and Social Science, 2 (24) [Special Issue-December 2011].

Youn, S. & Faber, R.J. (2000). Impulse buying : Its relation to personality traits and cues. Advances in Consumer Research, 27, 179-185.

Zumar, D. (2009). 82% konsumen doyan sambangi mall. Diunduh tanggal 26 Juni 2014 dari