Hubungan antara self-regulated learning dan stres akademik pada mahasiswa - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DAN STRES

AKADEMIK PADA MAHASISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

  

Heni Martini

NIM: 079114101

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

HALAMAN MOTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

  ““““Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang

selalu memotivasi dan membuka jalanku meraih kesempatan-

kesempatan hidup.... I love you both..!”

  

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DAN STRES

AKADEMIK PADA MAHASISWA

Heni Martini

  

ABSTRAK

Mahasiswa dapat mengalami stres akademik jika ia kurang memiliki kesiapan,

kedisiplinan dan kurang mampu mengelola diri dalam aktivitas belajar. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara self-regulated learning dan stres akademik pada mahasiswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Pemilihan subjek

penelitian menggunakan teknik purposive random sampling. Subjek penelitian ini adalah

mahasiswa. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebesar 80 orang dan skala yang digunakan

adalah skala self-regulated learning dan skala stres akademik. Data penelitian dianalisis dengan

menggunakan metode korelasi product moment pearson dalam program SPSS for windows versi

16 . Hasil analisis data menunjukkan bawa terdapat hubungan negatif antara self-regulated learning

dan stres akademik pada mahasiswa dengan nilai koefisien korelasi (r ) sebesar -0,315 dan nilai p

xy sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima.

  Kata Kunci: Stres Akademik, self-regulated learning, mahasiswa

  

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-REGULATED LEARNING AND

ACADEMIC STRESS ON COLLEGE STUDENTS

Heni Martini

ABSTRACT

  Student can experience academic stress if they are lack of readiness, discipline, and

ability to control himself/herself in studying activity. This research aims to see the relationship

between self-regulated learning and academic stress on students. The research method used is

quantitative research method. The choosing of the subject of research uses purposive random

sampling technique. The subject of the research is students. The number of sample used is eighty

students and the scale used is self-regulated learning scale and academic stress scale. The

research data is analyzed with product moment pearson correlation method in SPSS for Windows

version 16 software. The result of the analysis of data shows that there is a negative relationship

between self-regulated learning and academic stress on students with correlation coefficient value

(r ) about –0,315 and p value about 0,002 (p<0,05). The result shows that the research hypothesis

xy is accepted.

  Keywords: Academic stress, self-regulated learning, college students

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah atas segala berkat sehingga saya dapat

menyelesaikan karya sederhana ini. Dengan terselesaikannya skripsi ini berarti

saya telah berhasil menyelesaikan satu tahap dari serangkaian tahapan penting

dalam kehidupan. Amat banyak bantuan dan dukungan yang saya terima selama

proses menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya dengan tulus ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

  

1. Allah yang selalu memberi kekuatan, kesehatan dan kemudahan-kemudahan

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Ibu Titik Kristiyani selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang bersedia

menyediakan waktu, perhatian, saran dan kritik yang membangun dan

bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ditengah padatnya jadwal ibu.

  

3. Bapak Y. Heri Widodo yang pernah menjadi dosen pembimbing akademik,

terima kasih atas dampingannya selama masa kuliah dan selalu mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  

4. Bapak Didik Suryo Hartoko selaku dosen pembimbing akademik, yang telah

sabar menuntun mahasiswanya ke jalan yang terbaik dan terima kasih atas kesediaannya memberikan saya waktu untuk berdiskusi.

  

5. Bapak T. Prito Widiyanto sebagai dosen penguji, atas kritik, saran dan

kemudahan dalam penyelesaian karya ini.

  

6. Ibu A. Tanti Arini, atas diskusi yang sangat menarik dan berguna dalam

perbaikan karya ini.

  

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi atas segala bantuan dan

informasi selama menjadi mahasiswa.

  

8. Mahasiswa-mahasiswa Sanata Dharma yang telah bersedia berpartisipasi

mengisi skala penelitian ini.

  

9. Orang tua tercinta yang selalu menyemangati, mendukung dan mempercayai

segala keputusan yang saya ambil.

  

10. Adik tercinta yang telah mau direpotkan, “hidupmu masih panjang dan

tanggung jawabmu masih banyak, jangan main game terus, ingat belajar”

  

11. Kekasih yang telah sabar membimbing, menyemangati dan menemaniku

dalam berbagai keadaan serta kesediaannya memberikan “telinga” untukku.

  

12. Teman-teman bimbingan yang setia berbagi suka duka dari awal hingga akhir

proses ini dan selalu memberikan saran: Ci Lin, Mbak Nana dan Dewiq Akhirnya saya menyusul kalian ” untuk Gege dan Mbak Ra “ ayo yang semangat segera menyusul ” dan untuk Silvi serta Nina “akhirnya datang juga kesempatan kita” .

  

13. Sahabat-sahabatku: Ayu, Manda, Halida, Tisa, Putri, Geovani, dan Neena,

rindu berkumpul lengkap dengan kalian, sebelum pulang kampung kita harus main bersama menghabiskan waktu yang tersisa karena entah kapan kita bisa berjumpa lagi”.

  

14. Azizah Nurul Layli, “Tutorku,,Terima kasih bantuan translateannya,, rindu

ke mall denganmu zii”

  

15. Prima, Ana, Geti, Selly, Usy, Mbak Nesya, Opik, Rinda, Linda, yang telah

banyak membantu saya menyelesaikan skripsi.

16. Teman-teman psikologi angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu“semoga kita menjadi orang yang sukses dan berguna untuk sesama”.

  Saya menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi saya berharap karya ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya pihak yang menaruh perhatian terhadap bidang yang sama dalam karya ini.

  Penulis, (Heni Martini)

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii

HALAMAN MOTO ......................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... .v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................................... vii

ABSTRACT ...................................................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xix

  

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................................... 7

A. Mahasiswa ....................................................................................................... 7

  1. Definisi Mahasiswa .................................................................................... 7

  2. Tahap Perkembangan Mahasiswa ............................................................... 7

  3. Ciri-ciri Mahasiswa ..................................................................................... 8

  B. Stres ................................................................................................................. 8

  1. Definisi Stres .............................................................................................. 8

  2. Respon Stres ............................................................................................. 11

  3. Sumber Stres ............................................................................................ 12

  C. Stres Akademik ............................................................................................. 13

  1. Definisi Stres Akademik .......................................................................... 13

  2. Sumber Stres Akademik ........................................................................... 14

  3. Faktor-faktor Stres Akademik .................................................................. 17

  D. Self-Regulated Learning ............................................................................... 19

  1. Definisi Self-Regulated Learning .............................................................. 19

  2. Aspek-aspek Self-Regulated Learning ..................................................... 20

  3. Faktor-faktor Self-Regulated Learning ..................................................... 23

  E. Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Stres Akademik ................. 25

  F. Hipotesis ........................................................................................................ 29

  

G. Bagan Dinamika Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Stres

Akademik ...................................................................................................... 30

  

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................................. 31

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 31 B. Identifikasi Variabel ..................................................................................... 31 C. Definisi Operasional ..................................................................................... 31

  1. Stres Akademik ........................................................................................ 31

  G. Metode Analisis Data .................................................................................... 43

  D. Pembahasan ................................................................................................... 48

  2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 47

  b. Uji Linearitas ....................................................................................... 46

  a. Uji Normalitas ..................................................................................... 46

  1. Uji Asumsi ............................................................................................... 46

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 44

A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 44 B. Deskripsi Sampel Penelitian ......................................................................... 45 C. Analisis Data Penelitian ................................................................................ 45

  3. Estimasi Reliabilitas ................................................................................. 43

  2. Self-Regulated Learning ........................................................................... 32

  2. Seleksi Item .............................................................................................. 38

  1. Validitas ................................................................................................... 37

  F. Kredibilitas Alat Ukur ................................................................................... 37

  2. Skala Self-Regulated Learning ................................................................. 35

  1. Skala Stres Akademik .............................................................................. 33

  E. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 32

  D. Sampel Penelitian .......................................................................................... 32

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 54

A. Kesimpulan .................................................................................................... 54 B. Saran ............................................................................................................... 54

  

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 59

  DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Item Skala Stres Akademik Sebelum Uji Coba ............................... 34

Tabel 2. Distribusi Item Skala Self-Regulated Learning Sebelum Uji Coba .................... 36

Tabel 3. Distribusi Item Skala Stres Akademik Setelah Uji Coba ................................... 39

Tabel 4. Distribusi Item Skala Self-Regulated Learning Setelah Uji Coba ...................... 41

Tabel 5. Data Sampel Penelitian ...................................................................................... 45

Tabel 6. Uji Normalitas Sebaran Data ............................................................................. 46

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas ............................................................................................ 47

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Korelasi .............................................................................. 48

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Analisis Triadik Self-Regulated Learning ....................................................... 23

  DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: TryOut ................................................................................................................. 60

  1.1. Skala Stres Akademik ............................................................................................. 64

  1.2. Skala Self-Regulated Learning ................................................................................ 68

  1.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................................... 74

Lampiran 2: Penelitian ............................................................................................................ 84

  2.1. Skala Stres Akademik ............................................................................................. 89

  2.2. Skala Self-Regulated Learning ............................................................................... 92

  2.3. Uji Asumsi dan Uji Linearitas ................................................................................ 98

  2.4. Uji Hipotesis ........................................................................................................... 99

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di perguruan tinggi menuntut para mahasiswanya untuk

  aktif belajar mencari informasi sendiri karena dosen hanya berperan sebagai fasilitator. Terfokusnya atensi mahasiswa pada kegiatan-kegiatan akademis menjadikan mahasiswa terhambat dalam mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat menimbulkan tekanan dan mengalami stres. Hal ini didukung oleh pendapat Agolla & Ongori (2009) yang menyatakan bahwa tugas yang terlalu banyak untuk diselesaikan dalam waktu singkat mengakibatkan mahasiswa tidak dapat menikmati kehidupan sosialnya. Stres yang dialami mahasiswa ataupun pelajar biasanya merupakan stres terkait akademis atau disebut dengan stres akademis.

  Berdasarkan hasil survei pendahuluan mengenai stres akademik pada 10 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 10 pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 10 mahasiswa diketahui bahwa empat pelajar dari masing-masing jenjang pendidikan merasa takut dan tidak siap menghadapi ujian meskipun telah belajar, merasa takut dengan guru/ dosen, merasa terpaksa belajar suatu pelajaran, sedih saat dibanding-bandingkan dengan pelajar/ mahasiswa lain dan sulit fokus dalam setiap kegiatan. Survei yang dilakukan David J Drum terhadap 15.010 mahasiswa S1 dan 11.441 mahasiswa S2 di Amerika sebagai sampel penelitiannya menemukan bahwa salah satu alasan pada 6 % mahasiswa S1 dan 4 % S2 tersebut memiliki pemikiran untuk bunuh diri adalah karena adanya masalah dengan sekolah atau akademis (www.netsains.com). Survei sederhana ini menunjukkan bahwa stres akademik dapat dialami oleh pelajar pada berbagai tingkat pendidikan.

  Stres akademik dapat didefinisikan sebagai stres yang berhubungan dengan pendidikan yang meliputi sekolah, kurikulum, guru, metode ulangan dan penilaian (Nanwani, 2009). Stressor pada mahasiswa tingkat awal umumnya berupa tugas-tugas perkuliahan yang harus dikerjakan dalam waktu bersamaan, masalah keuangan, manajemen waktu yang buruk dan tekanan dari keluarga atau perguruan tinggi. Sedangkan stressor pada mahasiswa tingkat akhir adalah kekhawatiran atau ketidakpastian akan pilihan karir dan prospek masa depannya (Moore, 2006).

  Sama seperti stres pada umumnya, stres akademik tidak selalu berdampak buruk. Stres dapat dijadikan sebagai pendorong kinerja mahasiswa karena jika seorang mahasiswa tidak pernah mengalami stres, maka mahasiswa tersebut akan memiliki kinerja yang rendah dan tidak termotivasi untuk bekerja atau menyelesaikan tugasnya. Sebaliknya, stres jika terlalu sering dialami akan berakibat buruk pada diri mahasiswa, yaitu dapat mengakibatkan gangguan penyesuaian diri dan gangguan kesehatan. Kecenderungan ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat korelasi antara sumber stres yang dialami remaja dengan perilaku merokok yang dapat merusak kesehatan (Kemala dan Hasnida, 2005).

  Verma (dalam Desmita, 2009) mendefinisikan stres sekolah atau stres akademik sebagai suatu tuntutan sekolah, yaitu stres yang dialami siswa yang bersumber dari tuntutan-tuntutan sekolah, seperti tuntutan tugas-tugas sekolah dan tuntutan dari guru. Stressor akademik pada mahasiswa disebabkan oleh manajemen waktu, masalah finansial, gangguan tidur dan aktivitas sosial (Womble, 2001).

  Lima sumber stres utama pada mahasiswa adalah perubahan pola tidur (89%), liburan atau istirahat (82%), perubahan pola makan (74%), tanggung jawab baru (73%) dan meningkatnya beban tugas (73%) (Ross, Niebling, dan Heckert, 1999). Menurut Siswanto (2011), disadari atau tidak, saat ini sekolah atau pendidikan tinggi menjadi salah satu tempat yang menyeramkan bagi sebagian siswa. Selain itu beban kurikulum yang berat dapat meningkatkan rasa frustrasi pada siswa sehingga dapat memicu perilaku negatif, seperti mencontek, membolos, membuat kegaduhan dan lain-lain. Oleh karena itu, kemampuan mengelola waktu, kemampuan untuk merencanakan strategi belajar dan menyeleksi perilaku yang mampu mendukung atau merusak tujuan belajar sangat diperlukan pada mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kemampuan tersebut tidak akan merasa terbebani oleh banyaknya aktivitas dan tugas akademik yang harus dikerjakan dalam waktu hampir bersamaan.

  Salah satu faktor penyebab stres akademik adalah manajemen waktu yang buruk (Womble, 2001). Mahasiswa dengan banyak aktifitas tentu saja harus dapat mengatur waktu, merencanakan kegiatan-kegiatan jika tidak ingin target belajarnya gagal dan jika tidak ingin berbagai kegiatan yang dilakukannya menjadi sumber stres akademik. Hal ini dipertegas oleh Hardjana (1994) yang menyatakan bahwa manajemen waktu yang baik mampu membebaskan seseorang dari stres. Kondisi tersebut juga dikemukakan oleh Misra dan Mc Kean (2000) yang menyatakan bahwa perilaku mahasiswa yang efektif dapat mengurangi pengaruh stres akademik. Mahasiswa yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik dapat terlihat dari bagaimana mahasiswa tersebut membuat dan menggunakan strategi perilaku belajarnya. Perancangan dan penggunaan strategi perilaku pada mahasiswa tersebut merupakan bagian dari self-regulation atau regulasi diri.

  Harapan yang terlampau tinggi dari lingkungan sosial mahasiswa seringkali menjadikan mahasiswa harus mampu menunjukkan diri ideal mereka sebagai seorang mahasiswa. Selain itu, orang tua yang kerapkali membandingkan performa dan prestasi anaknya akan menimbulkan rasa tegang, cemas, stres dan mengganggu kondisi atau kemampuan fisik maupun psikososial mahasiswa. Oleh karena itu diperlukan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk melepaskan ketegangan, berpikir kembali dan meninjau kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Zimmerman (1989) yang mengemukakan bahwa strategi belajar sangat diperlukan karena jika seseorang kehilangan strategi dalam self-regulation, maka mengakibatkan proses belajar dan performa kerja yang lebih buruk.

  Kemampuan untuk melakukan manajemen waktu, merencanakan strategi belajar dan menyeleksi perilaku yang mendukung dan merusak tujuan belajar merupakan bagian dari Self-Regulated Learning (SRL). Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa Self-Regulated Learning penting bagi semua jenjang pendidikan. Self-Regulated Learning adalah suatu proses yang aktif dan konstruktif, dimana seseorang membuat serangkaian tujuan dalam belajarnya dan kemudian berusaha memonitor, meregulasi dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilaku mereka yang diarahkan dan dibatasi oleh tujuan mereka dan konteks lingkungan (Wolter, Pintrich & Karabrnick, 2003). Mahasiswa dikatakan memiliki SRL jika dirinya mampu mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan motivasi, menyadari faktor- faktor yang mampu mempengaruhi kondisi emosional dan memiliki strategi untuk mengatur emosi agar tidak mengganggu kegiatan belajar, mampu memantau kemajuan diri secara berkala, mengevaluasi hambatan yang mungkin muncul dan mampu melakukan adaptasi yang baik (Santrock, 2007).

  Berdasarkan hasil survei dan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa stres akademik dan Self-Regulated

  Learning merupakan topik yang penting dalam dunia pendidikan karena keduanya

  dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang di masa depan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara Self-Regulated Learning dan stres akademik pada mahasiswa.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti merumuskan suatu masalah yaitu “Apakah ada hubungan antara Self-

  Regulated Learning dan stres akademik pada mahasiswa?”

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Self-Regulated Learning dan Stres Akademik pada mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi ilmiah terhadap bidang ilmu psikologi pendidikan, terkait dengan Self-

  Regulated Learning dan Stres Akademik pada mahasiswa dan hubungannya.

  2. Manfaat Praktis:

  • Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi terhadap orang tua dan pendidik untuk memperhatikan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi Stres Akademik dan juga mengembangkan suatu program untuk mereduksi munculnya stres akademik sehingga mahasiswa atau peserta didik mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara optimal.
  • Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan diri, dalam hal ini Self-Regulated

  Learning sehingga mahasiswa mampu berprestasi baik dan Stres Akademik menjadi turun.

  • Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan alternatif bahan atau literatur tambahan apabila ingin meneliti mengenai Stres Akademik ataupun mengenai Self-Regulated Learning.

BAB II LANDASAN TEORI A. Mahasiswa

  1. Definisi Mahasiswa

  Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Definisi tersebut menjelaskan bahwa mahasiswa adalah individu yang belajar dalam suatu lembaga pendidikan setingkat lebih atas dari Sekolah Menengah Atas yang mana sistem pembelajarannya menggunakan sistem Satuan Kredit Semester atau SKS dan mahasiswa harus memenuhi sejumlah SKS yang telah diterapkan atau disyaratkan suatu perguruan tinggi.

  2. Tahap Perkembangan Mahasiswa

  Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu pada rentang usia 18-21 tahun. Remaja sendiri merupakan individu dalam rentang usia 12-21 tahun (Monks, Knoers & Haditono, 2004). Dua hal yang menunjukkan peralihan dari masa remaja akhir ke masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2002).

  Berdasarkan segi kognisi, mahasiswa memasuki tahap perkembangan kognitif yang paling tinggi, yaitu tahap operasional formal (Santrock, 2002).

  Tahap operasional formal ini ditandai dengan adanya kemampuan kognitif untuk berpikir secara abstrak dan lebih logis. Mahasiswa pada tahap operasional formal diharapkan mampu menyusun rencana-rencana untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi masa depan dan mampu membuat keputusan yang tepat.

  Pada masa remaja, hubungan sosial memiliki peran penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman sebaya (peer group) sehingga sikap, minat, perilaku dan penampilan teman dapat mempengaruhi remaja.

3. Ciri-ciri Mahasiswa

  Mahasiswa dapat dikategorikan sebagai pelajar dewasa (Supratiknya, 2006). Menurut Daines, Daines & Graham (dalam Supratiknya, 2006) ciri-ciri mahasiswa adalah sebagai berikut: a. Memiliki cukup banyak pengetahuan dan pengalaman yang relevan dengan apa yang mereka pelajari sekarang dan mampu mentransfer pengetahuan dan pengalamannya itu pada proses belajar.

  b. Memiliki sikap, gaya berpikir dan cara-cara menjalankan tugas yang relatif menetap sebagai ciri khas masing-masing serta yang akan memudahkan mereka menghadapi situasi dan tuntutan baru.

  c. Mereka dapat dan senang diberi kesempatan untuk bertanggung jawab.

B. Stres

1. Definisi Stres

  Santrock (2002) mendefinisikan stres sebagai respon individu terhadap situasi atau kejadian yang memicu stres yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya. Selanjutnya Sarafino (2008) mendefinisikan stres sebagai keadaan yang membuat individu merasa adanya ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis dari situasi dan sumber seperti sistem biologis, psikologis dan sosial.

  Berdasarkan beberapa definisi stres yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan yang berasal dari tuntutan fisik dan lingkungan yang berakibat munculnya kesenjangan dalam diri karena individu tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut.

  Sarafino (dalam Smet, 1994) mengkonseptualisasikan stres dalam tiga pendekatan, yakni stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai proses.

  a. Stres sebagai stimulus Pendekatan pertama ini menitikberatkan pada lingkungan dan menggambarkan stres sebagai suatu stimulus. Peristiwa atau pengalaman yang dipersepsikan oleh seorang individu sebagai suatu ancaman akan menghasilkan ketegangan yang disebut dengan stressor. Stressor tersebut antara lain berupa peristiwa bencana alam yang besar, kejadian-kejadian di dalam kehidupan seseorang (seperti kehilangan pekerjaan atau kehilangan orang-orang yang dicintai) dan situasi-situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan (lingkungan tempat tinggal yang padat atau bising).

  b. Stres sebagai respon Pendekatan kedua memfokuskan pada reaksi individu terhadap stressor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon. Respon yang dialami tersebut mengandung dua komponen, yakni komponen psikologis meliputi pola pikir, emosi, perilaku, perasaan stres dan komponen fisiologis yang berupa rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat, seperti jantung berdebar-debar, mulut kering, perut terasa mulas dan badan berkeringat lebih.

  c. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan Pendekatan ketiga menggambarkan stres sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara manusia dengan lingkungan. Hubungan ini disebut sebagai hubungan transaksional. Pendekatan ini menyatakan stres bukan hanya suatu stimulus atau suatu respon, tetapi juga suatu proses dimana individu sebagai perantara aktif dapat mempengaruhi stressor melalui strategi-strategi perilaku, kognitif dan emosional.

  Individu saat berhadapan dengan lingkungan yang baru atau perubahan lingkungan akan melakukan proses penilaian awal (primary

  appraisal ) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian-kejadian

  tersebut dapat dirasakan sebagai hal yang positif, netral atau negatif. Setelah penilaian awal terhadap hal-hal yang mempunyai potensi untuk terjadinya stress itu dilakukan, penilaian sekunder akan muncul. Penilaian sekunder (secondary appraisal) adalah pengukuran terhadap kemmapuan coping dan sumber-sumbernya, serta apakah mereka akan bisa atau tidak dalam menghadapi kerusakan atau ancaman (azarus dalam Smet, 1994).

2. Respon Stres

  Setiap individu selalu merespon setiap stimulus yang diterimanya. Stres sendiri sering dikategorikan kedalam dua bentuk, yaitu Eustress dan Distress.

  Sarafino (2008) mengemukakan bahwa terdapat dua jenis reaksi terhadap stres, yaitu: a. Aspek Biologis

  Aspek biologis menyajikan penjelasan dasar mengenai bagaimana tubuh bereaksi dalam keadaan darurat, yang disebut respon fight-or-flight (Canon dalam Sarafino, 2008). Respon fight-or-flight adalah respon yang dipilih individu, yaitu menghindar (flight) atau menghadapi stimulus (fight).

  Pola gangguan biologis yang merupakan dampak respon terhadap stres antara lain detak jantung lebih cepat, sakit kelapa, gangguan pencernaan, nafas menjadi pendek/ ritme nafas tidak beraturan, produksi keringat yang berlebih dll.

  b. Aspek Psikososial Reaksi psikososial terhadap stres dibagi dalam tiga bagian (Sarafino,

  2008; Hardjana, 1994) yang meliputi:

  1. Kognitif Stres dapat mempengaruhi fungsi kognitif individu, seperti adanya gangguan perhatian, gangguan daya ingat, sering melakukan kesalahan dalam bekerja dan sulit membuat atau mengambil keputusan.

  2. Emosi Respon emosi yang seringkali muncul ketika individu mengalami stres adalah mudah marah, rasa takut, kecemasan yang berlebihan, perasaan sedih, depresi, membenci sekolah, merasa tidak aman, mudah menangis, gugup dan tidak bergairah.

  3. Perilaku Sosial Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain

  (Sarafino, 2008). Dalam kondisi penuh stres, individu dapat saling menolong satu sama lain untuk bertahan menghadapi stres, namun sebagian individu lainnya juga dapat menjadi kurang mampu bersosialisasi dan kurang sensitif terhadap orang lain. Stres termanifestasi dalam perilaku seperti menarik diri, merusak, mengganggu, membolos sekolah, mencari-cari kesalahan orang lain, tidak percaya dengan orang lain, mencari perhatian, gagap dan mudah membatalkan janji (Tan & Chan, 2004).

3. Sumber Stres

  Sumber stres atau yang disebut dengan stressor adalah kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres (Sarafino, 2008). Sarafino (2008) menggolongkan stressor kedalam tiga sumber, yaitu: a. Stres yang bersumber dari individu, seperti sakit yang diderita individu.

  b. Stres yang bersumber dari keluarga, meliputi perceraian, kematian, penambahan anggota keluarga. c. Stres yang bersumber dari komunitas dan sosial, meliputi lingkungan pekerjaan, sekolah dan lingkungan sekitar individu.

C. Stres Akademik

1. Definisi Stres Akademik

  Verma (dalam Desmita, 2009) mendefinisikan stres akademik sebagai

  school stres, yaitu stres siswa yang bersumber dari tuntutan sekolah. Tuntutan

  sekolah tersebut lebih difokuskan pada tuntutan tugas-tugas akademis dan tuntutan dari pengajar. Definisi lain dari stres akademik atau school stres adalah suatu ketegangan emosional yang muncul dari peristiwa-peristiwa kehidupan di sekolah dan perasaan terancamnya keselamatan atau harga diri siswa, sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik, psikologis, dan tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis dan prestasi akademis (Desmita, 2009).

  Carveth (dalam Misra & McKean, 2000) mengemukakan bahwa stres akademik meliputi persepsi siswa terhadap banyaknya pengetahuan yang harus dikuasai dan persepsi terhadap ketidakcukupan waktu untuk mengembangkan pengetahuan.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa stres akademik adalah suatu kondisi atau keadaan yang menekan individu sebagai hasil dari persepsi atau penilaian mahasiswa terhadap stressor akademik sehingga situasi tersebut mengakibatkan adanya perubahan respon biologis ataupun psikososial pada mahasiswa.

2. Sumber Stres Akademik

  Penelitian Ross, Niebling & Heckert (1999) mengenai sumber stres mahasiswa, terdapat empat sumber stres tersebut, yaitu: a. Masalah Interpersonal

  Yaitu sumber stres yang muncul dari interaksi individu dengan orang lain, misalnya adanya konflik dengan teman dan masalah dengan orang tua.

  b. Masalah Intrapersonal Yaitu stres yang disebabkan dari sumber internal individu, misalnya perubahan makan atau waktu tidur mahasiswa.

  c. Masalah Akademik Yaitu stres yang bersumber dari aktivitas belajar, misalnya meningkatnya beban tugas yang harus dikerjakan, ketinggalan materi kuliah, hubungan dengan guru, waktu pengerjaan tugas yang terbatas.

  d. Masalah Lingkungan Yaitu sumber stres yang berkaitan dengan lingkungan diluar masalah akademik, misalnya komputer rusak atau kondisi tempat belajar.

  Rice (dalam Desmita, 2009), menyatakan bahwa terdapat dua stressor pada mahasiswa, yaitu masalah individu dengan lingkungan sosial (personal

  and social stressor ) dan academic stressor.

  a. Masalah individu dengan lingkungan sosial adalah stres siswa yang meliputi masalah transisi (transicition), kesepian (loneliness) dan hubungan (relationship). Menurut Rice, hal-hal mengenai transisi, lingkungan tempat tinggal, saudara dan teman lama adalah hal yang penting. Stres yang terkait dengan transisi adalah lingkungan baru, menjalin hubungan baru, kesepian dan pengaturan hubungan romantis.

  b. Academic Stressor adalah stres yang bersumber dari aktivitas belajar-mengajar, seperti workload dan manajemen waktu. Stres dapat berasal dari ketidakmampuan mengamil keputusan. Hal ini dapat berhubungan dengan kurangnya minat terhadap tugas yang dihadapi. Pemaksaan diri untuk terus bekerja akan menyebabkan gangguan fisik dan kognitif, seperti terlalu banyak hal yang dipikirkan pada waktu yang bersamaan, kekhawatiran yang berlebih terhadap apa yang telah dikerjakan dan kehilangan fokus pada apa yang dapat dan harus dikerjakan.

  Sementara Desmita (2009) mengemukakan bahwa sumber stres akademik adalah: a. Tuntutan Fisik Lingkungan fisik sekolah dapat menjadikan sumber stres siswa.

  Misalnya pencahayaan atau penerangan, sarana dan prasarana sekolah, daftar pelajaran, kebersihan dan kesehatan sekolah, keamanan lingkungan sekolah dan temperatur ruang kelas.

  b. Tuntutan Tugas Tuntutan tugas yang dimaksud meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah, tuntutan kurikulum, menghadapi ulangan atau ujian, mematuhi disiplin sekolah, penilaian dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

  c. Tuntutan Peran Stressor ketiga berhubungan dengan peran yang dimiliki oleh siswa. Sekolah merupakan sebuah struktur organisasi yang didalamnya terdapat anggota-anggota, misalnya guru, siswa, karyawan dan penjaga sekolah. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang disesuaikan dengan posisinya dalam organisasi dan harapan dari organisasi tersebut, misalnya harapan memiliki nilai dan mempertahankan nama baik dan keunggulan sekolah.

  d. Tuntutan Interpersonal Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat mencapai prestasi akademis yang tinggi, melainkan juga harus mampu melakukan interaksi sosial atau menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Karakter tiap siswa yang berbeda-beda menjadikan tidak semua siswa mampu berelasi dengan baik. Hambatan berelasi, persaingan dengan teman, kurangnya perhatian dan dukungan dari guru, perlakuan guru yang tidak adil dan konflik dengan teman merupakan sumber stres akademik.

  Agolla & Ongori (2009) mengindentifikasikan stressor akademik adalah tugas yang banyak, kompetisi dengan siswa lain, kegagalan belajar, keterbatasan uang, relasi yang kurang baik dengan siswa lain, pengajar atau keluarga, kondisi ruang kuliah, sistem pembelajaran dan kekurangan sumber belajar.

  Murphy dan Archer (dalam Gupchup, Borrego & Konduri, 2004 ) menyatakan bahwa stressor akademik meliputi tes, kompetisi kelas, tuntutan waktu, pengajar dan lingkungan kelas, karir, dan kesuksesan masa depan.

  Berdasarkan uraian sumber stres akademik di atas, dapat disimpulkan bahwa stres akademik yang dialami mahasiswa bersumber dari Sosial, Tugas dan Pengaturan Waktu, serta Nilai Tugas dan Ujian.

3. Faktor-faktor Stres Akademik

  Oon (dalam Nanwani, 2009) mengemukakan bahwa stres akademik diakibatkan beberapa faktor, seperti: a. Pelajaran lebih padat

  Kurikulum dalam sistem pendidikan semakin ditambah bobotnya dengan standar yang lebih tinggi. Akibatnya persaingan antar pelajar menjadi semakin ketat dan waktu belajar menjadi bertambah. Beban berat pelajar yang berlipat membuat pelajar merasa tertekan atau stres.

  b. Aktivitas tinggi dengan waktu terbatas Perkembangan teknologi, produk dan permainan dapat menimbulkan keinginana pada pelajar untuk memiliki atau melakukan kegiatan yang disukai. Namun keterbatasan waktu yang dimiliki karena kegiatan akademik ataupun les sering membuat mereka tidak mampu memenuhi hobi atau keinginannya sehingga menimbulkan tekanan. c. Tekanan untuk berprestasi tinggi Individu sebagai pelajar sangat ditekan untuk berprestasi baik.

  Tekanan ini terutama muncul dari orangtua, keluarga, guru, teman sebaya ataupun diri sendiri. Secara tidak sadar, orang tua mengemukakan ungkapan atau kata-kata dan perlakuan yang mengarahkan pelajar untuk berprestasi tinggi.

  d. Dorongan meniti tangga sosial Pendidikan seringkali menjadi tolak ukur status sosial seseorang.

  Individu dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang berpendidikan rendah akan dipandang rendah. Pelajar yang berhasil dalam akademiknya akan disukai dan dipuji oleh orang lain serta menjadi kebanggaan orang tuanya. Namun bagi pelajar yang kurang berprestasi akan disebut lamban, malas, pembuat masalah dan cenderung ditolak oleh guru, dimarahi orang tua dan diabaikan oleh teman atau lingkungan. Penolakan sosial dan pemberian label ini dapat mematahkan semangat dan menghilangkan kepercayaan diri pelajar.

  e. Orang tua yang saling berlomba Dikalangan orang tua yang lebih terdidik, persaingan untuk memiliki anak-anak yang mempunyai kemampuan baik dalam berbagai aspek juga lebih keras. Oleh karena itu, orang tua berlomba-lomba mengikutsertakan anaknya dalam berbagai program keterampilan tambahan. Terfokusnya pada keterampilan anak, seringkali mengakibatkan orang tua mengabaikan perkembangan anaknya.

D. Self-Regulated Learning

1. Definisi Self-Regulated Learning

  Self-Regulated Learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan