IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI YAYASAN NURUL HAYAT SURABAYA (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul Hayat Surabaya).

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI YAYASAN NURUL HAYAT
SURABAYA
(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul Hayat Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :
Demmy Permana Pribadi
NPM. 0843010230

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI YAYASAN NURUL HAYAT
SURABAYA (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul

Hayat Surabaya)

Disusun Oleh :

Demmy Per mana Pribadi
NPM. 0843010230

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Yuli Candrasari, S.Sos, MSi
NIP. 371079400271

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati. MSi
NIP. 195507181983022001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI YAYASAN NURUL HAYAT
SURABAYA (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul
Hayat Surabaya)
Disusun Oleh :

Demmy Per mana Pribadi
NPM. 0843010230
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 13 J uni 2012
Pembimbing Utama

Tim Penguji

Yuli Candrasari, S.Sos, MSi

NIP. 371079400271

Yuli Candrasari, S.Sos, MSi
NIP. 371079400271

Drs. Kusnarto, MSi
NIP. 195808011984021001

Dra. Sumardijati. MSi
NIP.196203231993092001
Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati. MSi
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti ucapkan,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya peneliti mampu menyelesaikan skripsi
dengan judul “Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul Hayat
Surabaya” (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul
Hayat Surabaya).
Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Yuli
Candrasari, S.Sos, MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dan dengan sabarnya memberikan bimbingan dan masukkan hingga
terselesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarta MP, selaku rektor UPN “Veteran” Jatim.
2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Aulia Rahmawati, S.Sos selaku dosen wali.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan
FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

7. Kedua orang tua penulis yang sangat berjasa bagi peneliti. Terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada bapak dan ibu, tanpa doa kalian peneliti
bukan apa-apa.

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8. Kakak dan adik yang turut pula mendoakan peneliti agar segera
menyelasaikan skripsi.
9. Penyemangat beserta kekasih tersayang, Mega Conti Putri Belikha yang
selalu menemani dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan serta
terlibat adu argumen dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman beserta sahabat seperjuangan dikampus angkatan 2008.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki, maka kritik dan saran yang
bersifat

membangun


sangat

penulis

harapkan

untuk

memperoleh

kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, 15 Juni 2012

Penulis

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................

iv

LEMBAR PERSETUJ UAN .......................................................................

v

DAFTAR ISI

...................................................................................


vi

PENDAHULUAN .....................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah ...................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ..........................................................

8

1.3


Tujuan Penelitian ..............................................................

8

1.4

Kegunaan Penelitian .........................................................

8

KAJ IAN PUSTAKA ................................................................

9

2.1

Landasan Teori .................................................................

9


2.1.1 Komunikasi...............................................................

9

2.1.2 Iklim Komunikasi .....................................................

11

2.1.3 Komunikasi Organisasi .............................................

14

2.1.4 Komunikasi Informal ................................................

20

2.1.4.1 Fungsi Komunikasi Informal .........................

22


2.1.4.2 Sifat dan Karakteristik Komunikasi Informal .

23

BAB I

BAB II

2.1.4.3 Teori Komunikasi yang Mendukung
Komunikasi Informal ....................................

24

2.1.5 Proses Komunikasi....................................................

25

2.1.6 Komunikasi Interaksional..........................................

26

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.7 Konsep Hubungan dalam Suatu Organisasi/Yayasan .

29

2.1.8 Teori Hubungan Manusia ..........................................

31

Kerangka Berpikir .............................................................

34

METODE PENELITIAN ........................................................

38

3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................

38

3.1.1 Iklim Komunikasi Organisasi ....................................

38

3.1.2 Pengukuran Variabel .................................................

39

Populasi Sampel dan Teknik Penarikan Sampel .................

42

3.2.1 Populasi ....................................................................

42

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel dan Sampel.......................

42

3.3

Teknik Pengumpulan Data .................................................

43

3.4

Metode Analisis Data .......................................................

43

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

48

4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian....................................

48

4.1.1 Latar Belakang Perusahaan .......................................

48

4.1.2 Struktur Organisasi ...................................................

52

Penyajian Data dan Analisis Data ......................................

53

4.2.1 Identitas Responden ..................................................

53

2.2
BAB III

3.2

BAB IV

4.2

4.2.2 Deskripsi Indikator Ilmu Komunikasi Organisasi di
Yayasan Nurul Hayat Surabaya ..................................

57

4.2.2.1 Kepercayaan ..................................................

58

4.2.2.2 Keputusan Partisipasif ...................................

62

4.2.2.3 Kejujuran ......................................................

67

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.2.4 Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah .

72

4.2.2.5 Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas .

76

4.2.2.6 Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi......

81

4.2.2.7 Nilai Iklim Komposit....................................

85

Pembahasan .......................................................................

86

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

91

5.1

Kesimpulan ......................................................................

91

5.2

Saran ................................................................................

92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

ix

LAMPIRAN ……........................................................................................

x

4.3
BAB V

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang masalah
Komunikasi merupakan aktifitas yang sangat mendasar bagi manusia, karena

dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh berkomunikasi antar sesama manusia yaitu dalam
sebuah keluarga, perkuliahan, pasar, serta dalam masyarakat dimana pun manusia
berada. Pada dasarnya komunikasi menyentuh hampir seluruh kehidupan manusia
dimanapun dan apapun yang dilakukan manusia sejak bangun tidur sampai tidur
secara kodrati dalam komunikasi.
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bantuan agar tetap bertahan
hidup melalui pertolongan serta bekerja sama dengan dengan orang lain. Bentuk
kerjasama ini dapat melalui interaksi sosial. Interaksi ini menyangkut hubungan
antara satu individu dengan individu yang lain, antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain, maupun antara individu dengan kelompok. Disinilah makna
sebuah komunikasi sangat berperan penting demi kelangsungan hidup manusia.
Manusia dalam berinteraksi tidak sekedar untuk memenuhi kepentingan
pribadinya semata, tetapi berusaha untuk menjadi suatu bagian dalam kelompokkelompok masyarakat. Keberadaan manusia dalam suatu kelompok manusia secara
tidak langsung diakui dapat memberi bantuan kepada manusia lain dengan saling

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

hormat menghormati, saling tolong menolong dan saling menghargai hubungan
antara satu manusia dengan manusia lain sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
harmonis.
Komunikasi sangat penting bagi manusia, begitu juga halnya dengan suatu
organisasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan suatu
organisasi. Dengan pesatnya pembangunan di berbagai aspek kehidupan berdampak
langsung terhadap perkembangan aktifitas organisasi, yang terfokus pada suatu iklim
komunikasi, kerja dan organisasi. Hal ini yang menjadi perhatian seorang pimpinan
organisasi untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja seorang pimpinan organisasi
untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja sumber daya manusia agar mampu
berkompetisi dalam era globalisasi.
Organisasi dalam pelaksanaanya sebagai sistem terstruktur melibatkan
sekelompok orang yang berperan sebagai anggota organisasi untuk mencapai
tujuannya. Anggota di dalam suatu organisasi meliputi sekelompok karyawan dengan
kemampuan di bidang tertentu dan berperan sebagai komunikan yang bertindak
berdasarkan perintah atau instruksi dari atasan dan sekelompok orang atau pimpinan
yang memilik otoritas untuk memimpin dan mengatur sistem yang terdapat di dalam
organisasi. Dalam menjalankan perannya masing-masing anggota organisasi
membutuhkan komunikasi yang harmonis agar proses pencapaian tujuan dapat
berjalan dengan baik.
Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objekobjek, orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Bila
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

organisasi sehat, bagian-bagian yang interpenden bekerja dengan cara yang sistematik
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pemetahan mengenai organisasi meliputi
pengenalan akan struktur, perencanaan, kontrol, dan tujuan lalu menempatkan faktorfaktor utama ini dalam skema adaptasi organisasi. Lingkungan menentukan prinsipprinsip pengorganisasian. Kaum objektifitas mencari “bentuk terbaik” organisasi
berdasarkan kondisi-kondisi lingkungan (Pace dan Fauler, 2006 : 17).
Pendekatan ini menyebabkan pencarian kesesuaian optimal antara struktur
organisasi dan faktor-faktor tertentu dalam lingkungan, seperti teknologi, situasi, dan
ketidakpastian. Organisasi dianggap sebagai pemroses informasi terbesar dengan
input, throughput, dan output. Sistem terstruktur atas perilaku ini mengandung
jabatan-jabatan (posisi-posisi) dan peranan tersebut diiisi oleh aktor-aktor.
Menurut Pace dan Fauler, 2006 : 49, iklim komunikasi organisasi dibentuk
melalui interaksi antara anggota-anggota organisasi. Pandangan seorang objektifis
mengatakan

bahwa

interaksi-interaksi

dan

proses-proses

yang

membentuk

menciptakan kembali mengubah dan memelihara iklim adalah hal-hal yang
seharusnya menjadi pusat perhatian, bukannya respons setiap individu atau respon
total di dalam organisasi menurut perspektif subjektif. Interaksi adalah hal yang
paling penting untuk perkembangan iklim, bukanlah sifat seorang individu, tetapi
sifat yang dibentuk, dimiliki bersama dan dipelihara para anggota organisasi.
Proses-proses interaksi yang terlihat dalam perkembangan iklim komunikasi
organisasi

juga

memberi

andil

pada

beberapa

pengaruh

penting

dalam

rekstrukturisasi, reorganisasi dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dasar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

organisasi. Iklim organisasi yang kuat dan positif seringkali menghasilkan praktekpraktek pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung penggunaan
mekanisme untuk meningkatkan iklim, kenyataannya tidak sekedar mempengaruhi
iklim, melainkan menyebabkan perubahan mendasar yang membentuk bahan dan
substansi organisasi.
Dalam suatu organisasi terdapat pimpinan dan bawahan. Pimpinan dalam
kedudukannya sebagai komunikator bagi organisasi dituntut memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien. Kemampuan seorang pimpinan yaitu
dalam memberikan informasi mengenai tujuan organisasi dan memberikan penjelasan
dalam kaitan dengan tujuan masing-masing kelompok sehingga masing-masing
kelompok merasa bahwa organisasi adalah tujuan mereka bersama. Dengan cara
tersebut seorang pimpinan dapat memotivasi karyawannya untuk bekerja dengan
baik. Untuk menciptakan motivasi yang tinggi di dalam diri anggota organisasi, maka
lingkungan di tempat mereka bekerja turut mendukung. Komunikasi organisasi yang
harmonis tercipta dari iklim komunikasi yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Iklim organisasi memliki peran yang cukup penting. Upaya suatu organisasi
untuk menciptakan iklim kerja yang positif selain memerlukan dukungan dari
anggota organisasi juga memerlukan dukungan dari anggota organisasi, dan juga
memerlukan proses waktu karena setiap individu yang berada dalam organisasi
tersebut memerlukan adaptasi dan pembenahan secara bertahap untuk mencapai hasil
yang maksimal dan bermanfat bagi organisasi..

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Iklim komunikasi yang positif akan menyebabkan tujuan organisasi akan
tercapai dengan cepat sesuai dengan yang diharapkan oleh para anggotanya serta
cenderung akan meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi.
Sebaliknya, iklim komunikasi yang negatif akan menyebabkan terciptanya
lingkungan kerja organisasi yang tidak sehat, sehingga tujuan organisasi tidak dapat
tercapai. Iklim komunikasi yang negatif juga dapat mengakibatkan para anggotanya
menjadi tidak memiliki komitmen pada organisasi, tidak memiliki sense of belonging
terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Hal tersebut diatas berlaku untuk
organisasi atau lembaga atau perusahaan manapun, begitu pula dengan yayasan Nurul
Hayat Surabaya.
Yayasan Nurul Hayat berdiri pada tahun 2001, yang bergerak dalam bidang
layanan sosial dan dakwah yang memiliki kantor cabang di Tuban, Malang, Gresik,
Madiun dan Banyuwangi dengan berkantor pusat di Perum IKIP Gunung Anyar
Indah B-48 Surabaya. Yayasan Nurul Hayat sejak awal didirikan sudah dicita-citakan
untuk menjadi lembaga milik masyrakat yang mandiri. Lembaga milik masyarakat
artinya lembaga yang dipercaya oleh masyarakat karena mengedepankan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan dana-dana amanah masyarakat. Sedangkan lembaga
yang mandiri artinya semua biaya operasional (gaji karyawan) berusaha dipenuhi
secara mandiri dari hasil usaha yayasan.
Dari tahun ke tahun yayasan Nurul Hayat terus mengalami kemajuan yang
signifikan. Mulai dari jumlah donator untuk anak yatim piatu dan bantuan kepada
fakir miskin yang naik sangat pesat, serta menambahnya peminat program Aqiqoh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

dan Barbeku (barang bekas berkualitas). Ini membuktikan bahwa yayasan Nurul
Hayat merupakan yayasan yang besar dan mempunyai nama sebagai yayasan terbesar
di Jawa Timur.
Penulis tertarik menjadikan yayasan Nurul Hayat sebagai objek penelitian
dikarenakan yayasan Nurul Hayat merupakan salah satu yayasan terbesar di
Indonesia khususnya di Jawa Timur, namun ternyata tidak menjadikan yayasan
tersebut bebas dari masalah. Setiap organisasi tentu pernah dihinggapi oleh
permasalahan, baik itu kecil maupun masalah besar. Apabila permasalahan tersebut
dibiarkan berlarut-larut akan menjadikan organisasi itu jatuh. Akan sangat
disayangkan sekali jika yayasan sekelas Nurul Hayat jatuh, terutama apabila
permasalahan tersebut dari dalam organisasi atau intern dari yayasan,
Masalah atau ancaman yang muncul dari dalam organisasi jauh lebih
berbahaya bila dibandingkan masalah atau ancaman yang berasal dari luar yayasan.
Sebesar apapun permasalahan yang dihadapi, akan dapat teratasi apabila anggota
organisasi atau yayasan tesebut bersatu dan bersama-sama mengatasinya, tetapi
apabila suatu organisasi atau perusahaan tersebut sudah tidak memiliki anggota yang
tidak dapat diandalkan dan sudah tidak solid lagi, maka dapat dikatakan nasib
organisasi atau yayasan tersebut sedang berada di ujung tanduk.
Beberapa permasalahan yang sering menghampiri para karyawan yayasan
Nurul Hayat Surabaya adalah kurang tegas dalam penentuan kontrak karyawan baru
dalam tiga atau enam bulan kerja. Hal ini dapat menyebabkan karyawan baru tidak
mengetahui apa status kerjanya setelah masa kontrak, apakah sebagai karyawan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

kontrak atau karyawan tetap. Adanya rotasi karyawan juga dapat menyebabkan
karyawan merasa tidak nyaman, baik yang belum berkeluarga maupun yang sudah
berkeluarga. Rotasi tersebut dilakukan dengan alasan skills dan kemampuan
dibidangnya sudah dikuasai dan harus mempelajari bidang lain, baik itu dimutasi
dalam bidang di yayasan tersebut maupun di yayasan Nurul Hayat yang ada di luar
kota, kemudian akan digantikan dengan karyawan baru. Hal ini akan memiliki
dampak yang sangat berpengaruh bagi karyawan karena tidak adanya jenjang karir.
Selain itu, masalah yang ada di yayasan Nurul Hayat adalah pengasuh santri
yang kurang bertanggung jawab langsung kepada kepala yayasan. Tanggung jawab
yang dimaksud adalah memberikan informasi mengenai santri serta hasil dari sistem
pembelajaran yang diberikan kepada santri. Hal ini menyebabkan kepala yayasan
tidak dapat mengetahui bagaimana kondisi maupun perkembangan santri-santrinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa komukasi dalam yayasan
Nurul Hayat Surabaya belum berjalan dengan baik. Komunikasi organisasi
hakikatnya dapat menciptakan suasana yang nyaman dan saling menukar pesan dalam
suatu jaringan hubungan, akan saling tergantung satu sama yang lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.
Penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmiah
terhadap hal-hal yang menjadi faktor penghambat karyawan yayasan Nurul Hayat.
Pendekatan ilmiah yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik wawancara
langsung dan memberikan kuisioner deskriptif kepada karyawan yayasan Nurul
Hayat. Hasil dari penelitian tersebut akan menjadi topik pembahasan skripsi penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

dalam mengetahui bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul Hayat
Surabaya.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena diatas yang menjadi perumusan masalah dari pada

penulisan skripsi ini adalah bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di Yayasan
Nurul Hayat Surabaya ?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah mengetahui bagaimana Iklim

Komunikasi Organisasi di Yayasan Nurul Hayat Surabaya.

1.4

Kegunaan Penelitian
Kegunaan Teoritis :
Bagi penulis sebagai tambahan wawasan di bidang komunikasi organisasi
terutama bidang iklim organisasi.
Kegunaan Praktis :
1. Sebagai masukan dan motivasi bagi para karyawan, khususnya bagi
pemimpin Yayasan dalam menjaga dan menciptakan iklim kerja yang
kondusif dalam Yayasan.
2. Baik pihak lain yang akan melaksanakan penelitian, diharapkan hasil
penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan kajian dan sumber informasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori berdasarkan kajian

pustaka tentang komunikasi, iklim komunikasi, komunikasi organisasi, komunikasi
informal, proses komunikasi, komunikasi interaksional, konsep hubungan dalam
suatu organisasi/yayasan, serta teori hubungan manusia.

2.1.1 Komunikasi
Suatu komunikasi dalam kegiatannya berlangsung melalui suatu proses yaitu
jalan dan urutan kegiatan sehingga terjadi suatu timbal balik pengertian tentang hal
diantara unsur-unsur yang saling berkomunikasi.
Bentuk kedua prilaku yang terjadi dalam komunikasi adalah penafsiran
pertunjukan-pesan

(reading,

1972).

Menurut

Random

House

Dictionary,

menafsirakan (to interpret) berarti menguaraikan atau memahami sesuatu dengan
suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua prilaku manusia dan
organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami orang, objek, dan
peristiwa, yang kita sebut pertunjukan-pesan. Satu-satunya yang penting dalam
berkomunikasi adalah pesan yang berasal dari proses penafsiran.

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

(Reading dan Sanborn, 1964), Anda mungkin secara sadar atau sengaja
menciptakan suatu pertunjukan kata, bunyi, artifak dan tindakan untuk melukiskan
suatu makna yang dimiliki, namun satu-satunya makna yang mempunyai pengaruh
terhadap orang-orang adalah makna yang diberikan orang-orang itu pada pertunjukan
tersebut. Apa yang ada dalam pikiran anda tidaklah menjadi soal, tapi bagaimana
orang lain menafsirkan apa yang dilakukan atau katakana adalah apa yang
mempengaruhi perasaan dan tindakannya.
Didalam penelitian dalam kaitannya dengan komponen komunikasi maka
pimpinan dikatakan sebagai komunikator dan karyawannya sebagai komunikan atau
penerima pesan. Bilamana didalam sebuah perusahaan para karyawan tidak
menunjukkan adanya perubahan dalam melakukan suatu kegiatan komunikasi maka
boleh dikatakan bahwa komunikasi tersebut tidak berhasil. Untuk dapat mencapai
hasil yang diinginkan haruslah ditentukan kebijakan, metodik, dan teknik komunikasi
lain serta pendekatan lain atau strategi, (Mulyana, 2006 : 28).
Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi
kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi : pertama,
penciptaan peran atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan (display) dan yang
kedua penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan. Pertunjukan pesan berarti bahwa
anda membawa sesuatu untuk diperhatikan sesorang atau orang lain. Random House
Dictionary of the English Language (1987) menyatakan bahwa “to display” secara
harfiah berarti “menyebarkan sesuatu sehingga sesuatu dapat terlihat secara lengkap
dan menyenangkan”. Jadi “menunjukan” berarti menempatkan sesuatu sehingga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

terpandang secara jelas dan berada adalam suatu posisi menyenangkan bagi
pengamatan tertentu.
Bentuk kedua prilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi
adalah menafsirkan pertunjukan pesan (Redding, 1972) menurut Random House
Dictionary, menafsirkan (to interpret) berarti menguraikan atau memahami sesuatu
dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua prilaku
manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami orang,
objek, dan peristiwa, yang kita sebut sebagai pertunjukan pesan. Satu-satunya pesan
penting dalam berkomunikasi adalah pesan yang berasal dari proses penafsiran, (Pace
& Faules, 2005 : 27-28).

2.1.2 Iklim Komunikasi
Istilah iklim disini merupakan kiasan (metafora). Kiasan adalah bentuk
ucapan yang di dalamnya suatu istilah atau frase yang jelas artinya diterapkan pada
situasi yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan. Meskipun
perbandingannya figurative, perbandingan tersebut memberi informasi mengenai isi,
struktur dan arti situasi baru tersebut. Seperti yang dinyatakan Sackmana (1989),
“suatu kiasan dapat memberi gambaran yang gambling pada tingkat kognitif,
emosional, prilaku dan menyatakan suatu bagian tertentu pada tindakan tanpa
menetapkan sebenarnya”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Frase “iklim komunikasi organisasi” menggambarkan suatu kiasan bagi iklim
fisik. Sama seperti cuaca membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang
bereaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi.
Iklim komunikasi dipihak lain merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
suatu evolusi makro mengenai peristiwa komunikasi, prilaku manusia, respon
pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik

antar pesona, dan

kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda
dengan iklim organisasi dalam arti iklim organisasi meliputi persepsi mengenai pesan
dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalm organisasi.
Iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan
konsep konsep, perasaan perasaan dan harapan harapan anggota organisasi dan
membantu menjelaskan prilaku anggota organisasi. Dengan mengetahui sesuatu
tentang iklim suatu organisasi kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong
anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu.
Telah ditunjukkan bahwa iklim memiliki sifat-sifat yang membuatnya tampak
tumpang tindih dengan konsep budaya. Poole (1985) menjelaskan bahwa “secara
keseluruhan, tampaknya iklim lbeih merupakan sifat budaya dari pada merupakan
suatu pengganti budaya. Sebagai suatu sistem kepercayaan yang digeneralisasikan,
iklim berperan dalam keutuhan suatu budaya dan membimbing perkembangan
budaya tersebut”. Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989) cenderung setuju dengan
pandangan mengenai hubungan antara iklim dan budaya tersebut ketika mereka
menyatakan bahwa “budaya organisasi menyediakan konteks tempat iklim organisasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

menetap”. Jadi, suatu pemahaman mengenai iklim komunikasi suatu organisasi dapat
berbicara banyak kepada kita mengenai budaya organisasi tersebut.
Beberapa ahli dalam komunikasi organisasi juga berpendapat bahwa konsep
“iklim” merupakan salah satu “gagasan paling kaya dalam teori organisasi secara
umum, dan dalam komunikasi organisasi secara khusus”, (Falcione, Sussman, dan
Herden, 1987, hlm. 195). Disebut “kaya” karena iklim telah mendapat perhatian besar
dalam literatur teoritis dan empiris, iklim juga seakan-akan sederhana dan rumit pada
saat yang sama, dan memiliki daya penjelas yang cakupannya luas.
Poole (1985) menyatakan bahwa iklim muncul dari dan didukung oleh
praktik- praktik organisasi. Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989), membuat hipotesis
dan menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim komunikasi, penting
karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan
produktifitas. Mereka menerangkan bahwa “bila sebuah organisasi melaksanakan
suatu rencana intensif keuangan baru atau berperan serta dalam pembuatan
keputusan, mungkin muncul suatu perubahan dalam iklim organisasi. Perubahan
iklim ini mungkin, pada gilirannya, mempengaruhi kinerja dan produktifitas”
pegawai. Akan terlihat bahwa meskipun tidak semua konsekuensi praktik-praktik
perbaikan produktifitas mencerminkan perubahan dalam iklim, banyak yang
demikian. Iklim secara umum dan iklim komunikasi khususnya, berlaku sebagai
factor-faktor penengah antara unsure-unsur sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang
berbeda keefektifan organisasi seperti produktifitas, kualitas, kepuasaan dan vitalitas,
(Pace & Faules, 2005 : 146-148).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.1.3 Komunikasi Organisasi
Realitas komunikasi menyarankan bahwa orang menafsirkan pertunjukkan
dan makna. Makna tidak terkandung dalam pertunjukan atau peristiwa atau kata, (Lee
& Lee, 1957). Namun, sebagaimana yang dinyatakan suatu prinsip komunikasi :
“makna ada pada orang-orang, bukan pada kata-kata”, (Pace & Faules, 2006 : 29).
Menurut Pace & Faules (2006 : 32), komunikasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam
hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi
dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak-tidaknya
satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam organisasi menafsirkan
pertunjukkan. Komunikasi yang akan ditelaah adalah anggota-anggota organisasi,
analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang
terjadi secara simultan.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Makna pesan dinegosiasikan
antara para peserta. Makna muncul dan berkembang dalam interaksi yang
berlangsung. Hubungan antara para peserta, juga konteksnya, akan menentukan apa
makna kata-kata yang bersangkutan. Fokus perhatiannya adalah pada transaksi verbal
dan nonverbal yang sedang terjadi, (Pace & Faules : 33)
Definisi dan konsep kunci dari komunikasi organisasi menurut Goldhaber
1986,

memberikan

definisi

komunikasi

sebagai

berikut,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

“Organizational

15

communication is the process of creating anad exchanging messages within a
network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainly”.
Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah (Muhammad.
2001 : 67).
Seperti yang disebutkan, komunikasi organisasi Wayne (2001), didefinisikan
sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan hirarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan, (Husein, 2001 : 65-66).
Menurut Mulyana (2001 : 75), komunikasi organisasi (organizational
communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan
berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.
Komunikasi organisasi seringkali melibatkan komunikasi didik, komunikasi antar
pribadi dan ada kalanya juga komunikasi politik.
Dalam Muhammad 2001 : 67-67, dijelaskan ada tujuh konsep kunci yaitu
proses, pesan, jaringan saling bergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.
Masing-masing konsep kunci ini akan dijelaskan satu per satu secara ringkas :
1. Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka, dinamis yang menciptakan dan
saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada henti-hentinya maka
dikatakan sabagai suatu proses.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang,
objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan seseorang. Dalam
komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam
seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa
klasifikasinya :
a. Pengklasifikasikan pesan menurut bahasa yaitu pesan verbal dan non verbal.
Pesan verbal dalam organisasi misalnya seperti surat, memo, pidato,
percakapan. Sedangkan pesan non verbal dalam organisasi terutama sekali
yang tidak diucapkan atau ditulis seperti bahasa gerakan badan, sentuhan,
nada suara, ekspresi wajah dan sebagainya.
b. Klasifikasi pesan menurut penerima yang diharapkan dapat dibedakan atas
pesan internal atau pesan eksternal. Pesan internal khusus dipakai karyawan
dalam organisasi misalnya, memo, bulletin, dan rapat-rapat. Sedangkan pesan
eksternal adalah untuk memenuhi kebutuhan organisasi sebagai sistem
terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat umum. Pesan
eksternal ini misalnya iklan, usaha hubungan dengan masyarakat, serta usaha
mengenai penjualan atau pelayanan.
c. Pesan dapat pula diklasifikasikan menurut bagaimana pesan disebarluaskan
atau metode difusi, yaitu dengan menggunakan metode perangkat keras untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

dapat berfungsi dan bergantung pada alat-alat elektronik dan tenaga listrik.
Sedangkan pesan yang tergantung pada perangkat lunak, kemampuan dan
keterampilan dari individu terutama dalam berpikir, menulis, berbicara dan
mendengar agar dapat berkomunikasi satu sama lain, termasuk komunikasi
lisan secara berhadapan, percakapan dalam rapat-rapat, interview, diskusi, dan
kegiatan tulis menulis seperti surat, nota, laporan dan usulan pedoman.
d. Klasifikasi pesan yang terakhir adalah berdasarkan tujuan daripada pengirim
dan penerima pesan. Pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas yaitu
berhubungan dengan produksi organisasi, pelayanan dan kegiatan khusus
yang berkenaan dengan organisasi seperti penyempurnaan kualitas produksi,
penjualan dan pemasaran. Pesan yang berkenaan dengan pemeliharaan
organisasi seperti kebijaksanaan-kebijaksanaan, aturan-aturan yang membantu
organisasi tetap hidup.
3. Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang-orang yang masing-masingnya menduduki
posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari
orang-orang sesamanya ini terjadi. Melewati suatu set(kumpulan) jalan kecil
yang dinamakan jaringan komunikasi.
4. Keadaan saling tergantung
Keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Suatu bagian
dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian
lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

5. Hubungan
Hubungan dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi
dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan. Hubungan manusia dalam
organisasi berkisar mulai yang sederhana yaitu hubungan di antara dua orang atau
dyadic sampai kepada hubungan yang kompleks, yaitu hubungan dalam
kelompok-kelompok kecil, maupun besar dalam organisasi.
6. Lingkungan
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang
diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu
sistem. Lingkungan terdiri dari lingkungan internal, diantaranya personalia,
karyawan, staf, golongan, fungsional dari organisasi.
7. Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi
yang diharapkan. Ketidakpastian dalam organisasi juga disebabkan oleh terlalu
banyaknya informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk
menghadapi lingkungan mereka.
Komunikasi organisasi suatu perusahaan dapat dilihat dari bagaimana peran
komunikasi dalam menafsirkan setiap kebijakan, aturan, sistem dan budaya yang ada
dalam suatu organisasi. Perusahaan yang didalamnya menyangkut berbagai
kepentingan disatukan dalam satu tujuan untuk mencapai produktifitas dan kualitas
yang terbaik demi kepentingan bersama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Selanjutnya bahwa iklim komunikasi organisasi dalam prakteknya terbagi menjadi
dua, yaitu :
1. Iklim Komunikasi Organisasi Positif
Iklim komunikasi organisasi yang positif adalah cenderung meningkatkan dan
mendukung komitmen pada organisasi. Sehingga proses-proses yang terlibat
memperkirakan bahwa perubahan dalam cara pelaksaan kerja pada suatu organisasi
dan cara anggota organisasi dibimbing untuk dapat memperlancar iklim yang lebih
positif. Dimensi yang dapat dijadikan sebagai penilaian bahwa iklim komunikasi
organisasi positif dengan melihat bahwa adanya keprcayaan di masing-masing
personel dalam organisasi tersebut. Dalam setiap pembuatan keputusan bersama
semua personel diajak berkomunikasi dan berkonsultasi. Terciptanya suasana yang
penuh dengan keterusterangan, antara atasan dan bawahan adanya saling keterbukaan
dalam memperoleh informasi dan personel di setiap tingkatan mau mendengarkan
dengan pikiran yang terbuka.
Bila iklim kondisi untuk hubungan antar pesona yang baik hadir, kita juga
cenderung menemukan respons (tanggapan-tanggapan) positif terhadap penyelia,
sikap tanggap atas kebutuhan-kebtuhan pribadi dan organisasi, kepekaan terhadap
perasaan pegawai, dan kesediaan untuk berbagai informasi, semua ini adalah
prasyarat untuk komunikasi ke atas dan ke bawah yang efektif, (Pace & Faules, 2005
: 203).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2. Iklim Komunikasi Organisasi Negatif
Iklim komunikasi organisasi negatif yang dimaksud adalah iklim yang dapat
benar-benar merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana
mereka akan bekerja dan berpatisipasi untuk organisasi. Iklim komunikasi organisasi
ini sangat rentan, terlihat dalam hal kepercayaan masing-masing anggota sudah tidak
ada. Keputusan yang dibuat mewakili salah satu pihak.
Dalam organisasi, manajemen konflik lebih dari sekedar mencari kesepakatan. Jika
yang ingin dihasilkan ialah kemajuan dan minimalisasi konflik, maka agenda lebih
luas menjadi suatu keharusan kesepakatan atau perjanjian yang adil dan wajar adalah
yang terbaik. Perjanjian yang membuat satu pihak merasa dieksplotasi atau
dikalahkan cenderung akan menghasilkan kemarahan dan konflik berikutnya,
(Robert, 2005 : 156-157).

2.1.4 Komunikasi Informal
Komunikasi dalam organisasi juga dapat digolongkan menjadi komunikasi
formal dan komunikasi informal. Dasar penggolongan ini adalah gaya, tata krama dan
pola aliran informasi didalam perusahaan. Bila pesan pesan atau informasi dikirim,
ditransfer dan diterima melalui pola hierarki kewenangan organisasi yang biasanya
disebut sebagai rantai komando maka terjadilah komunikasi formal. Namun banyak
juga pertukaran informasi dalam organisasi terjadi dengan cara yang kurang
sistematik dan informasi tersebut yang disebut sebagai komunikasi informal. Proses
komunikasi informal ini juga disebut “grapevine” (selentingan gossip dan desas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

desus), karena pertumbuhan dan penyebarannya yang nampak serampangan dan
tanpa terencana terlebih dahulu. Komunikasi formal dan informal kedua-duanya sama
pentingnya bagi operasi yang efektif dari suatu perusahaan.
Pada mulanya banyak pimpinan berusaha menghindari dan bahkan
menghilangkan sistem komunikasi “grapevine” ini, sebab mereka berpendapat hanya
gossip dan desas desus yang dihasilkannya. Namun dewasa ini disadari bahwa
pimpinan yang baik harus berani mencoba komunikasi informal sebagai pendukung
rantai komando formal. Banyak penelitian telah mengungkapkan bahwa informasi
kadang-kadang bernada memerintah, meskipun sedikit menyimpang (distored).
Kecepatan cara kerja komunikasi informal yang sangat tinggi mendorong pimpinan
yang menekankan efisiensi untuk menggunakannya, bukan justru menghilangkannya.
Komunikasi informal terjadi diantara karyawan dalam suatu organisasi yang
dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi
jabatan mereka. Biasanya komunikasi informal dilakukan melalui tatap muka
langsung dan melalui pembicaraan lewat telepon. Komunikasi informal terjadi
sebagai perwujudan keinginan manusia untuk bergaul (sosialisasi) dan keinginan
untuk menyampaikan informasi yang dipunyai dan tidak dipunyai oleh rekan
sekerjanya. Meskipun hubungan yang terjadi dalam komunikasi informal ini
mengikuti pola yang bebas dari pengaruh organisasi formal, akan tetapi komunikasi
informal merupakan saluran yang penting karena menyebar keseluruh bagian dalam
organisasi tanpa memperhatikan struktur dan saluran komunikasi formal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Komunikasi informal dalam suatu organisasi memberikan petunjuk apakah
saluran komunikasi formal telah berfungsi secara efektif. Dengan mempelajari
komunikasi informal, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam organisasi
formal guna mendukung komunikasi dan pencapaian tujuan organisasi. Pendekatan
atau cara mempelajari komunikasi formal dapat dilakukan secara informal maupun
secara formal. Pendekatan informal dalam mempelajari komunikasi informal adalah
dengan mengamati prilaku karyawan sehari-hari didalam organisasi. Setelah proses
komunikasi dapat diidentifikasikan, maka cara yang paling efektif bagi manajemen
untuk mengendalikan pemimpin-pemimpin informal (informal leaders) adalah
mengakui eksistensinya, mempertimbangkan pengaruh mereka, dan kemudian
mengintegrasikan kepentingan dari pemimpin-pemimpin dan kelompok-kelompok
informal tersebut dengan organisasi formal.
Dengan menyadari adanya preferensi-preferensi dalam hubungan antar pribadi
diatas, seorang atasan dapat meningkatkan pemahaman atas sifat aliran komunikasi
diantara karyawan secara individual sehingga dapat memahami sikap mereka
terhadap pekerjaannya, kelompok karyawan dan organisasi dimana mereka bekerja.

2.1.4.1 Fungsi Komunikasi Informal
Fungsi utama dari komunikasi informal adalah memelihara hubungan sosial
dan penyebaran informasi yang bersifat pribadi, gossip, dan desas-desus. Disamping
itu, komunikasi informal dapat bersifat hubungan penugasan atau kedinasan (task
related).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Jaringan komunikasi formal jarang dapat menyebarkan informasi mengenai
penugasan dengan cukup memadai, maka biasanya terjadi saluran komunikasi
informal untuk mengambil alih fungsi komunikasi formal tersebut. Komunikasi
informal dapat digunakan oleh manajemen puncak untuk menyebarkan pesan-pesan
dan informasinya secara cepat dan tepat.

2.1.4.2 Sifat dan Karakteristik Komunikasi Infor mal
Meskipun komunikasi informal belum banyak diteliti, tetapi beberapa studi
yang dilakukan dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana cara bekerjanya
komunikasi informal. Salah satu sifat yang menonjol dari komunikasi informal adalah
kecepatan penyebarannya. Pada umumnya pesan-pesan yang dilakukan melalui
komunikasi informal lebih cepat dibandingkan melalui saluran komunikasi formal.
Disamping itu komunikasi informal juga selektif, bila terjadi keragu-raguan, maka
biasannya informasi disampaikan dengan cara membedakan siapa yang layak dan
tidak layak menerimanya.
Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan
kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi, informasi yang diperoleh adalah
yang berkenaan dengan apa yang didengarkan atau apa yang dikatakan oleh orang
lain dan bukan apa yang diumumkan oleh pemimpin. Komunikasi informal
sesungguhnya memiliki manfaat bagi organisasi karena komunikasi informal
memberikan balikan kepada pemimpin mengenai keinginan karyawan. Dengan
adanya jaringan komunikasi informa, maka dapat membantu menerjemahkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

pengarahan pemimpin ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan,
(Muhammad, 2001 : 124-127).
Efek komunikasi informal yang negatif dapat dikontrol oleh pimpinan, dengan
menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti, dan sensitif
terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan mendatar. Hubungan yang efektif antara
atasan dan bawahan kelihatannya sangat krusial untuk mengontrol informasi.
Yayasan hendaknya membiarkan karyawan mengertahui bahwa mereka menerima
dan memahami informasi komunikasi informal, khususnya yang berkenaan dengan
pernyataan karyawan, walaupun informasi itu tidak lengkap dan tidak benar.
Ciri khas dari komunikasi informal adalah kebebasan, keterbukaan serta
keakraban dalam berhubungan sehingga mampu menyampaikan pesan sekalipun
pesan tersebut bersifat pribadi (Wolford, 1987 : 390).

2.1.4.3 Teori Komunikasi yang Mendukung Komunikasi Infor mal
Komunikasi informal dalam prakteknya mengarah pada bentuk komunikasi
antar personal yang merupakan komunikasi langsung (tatap muka) dan dengan sifat
dialogisnya serta umpan balik yang terjadi secara seketika sehingga mendukung
teknik persuasif. Proses komunikasi semacam ini sesuai dengan model komunikasi
yang dikenal dengan The Osgood and Schram Circular Models (model Sirkular
Osgood dan Schram). Model ini dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi,
sebagaimana terdapat pada gambar dibawah ini :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Pesan
Penyandian

Penyandian

Interpreter

Interpreter

Penerimaan

Penerimaan

Pesan

Gambar 2.1 Model komunikasi Schramm berbentuk
sirkular(Muhammad, 2001 : 11)

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa Osgood dan Schramm menitik
beratkan komunikasi dalam pembahasannya prilaku dan prilaku utama dalam proses
komunikasi.

2.1.5 Proses Komunikasi
Persepesi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah
inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses
komunikasi. Jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan
efektif. Persepsilah yang menentukan untuk memilih suatu pesan dan mengabdikan
pesan yang lain (Mulyana, 2001 : 167-168).
Informasi merujuk pada kata-kata (dalam pesan tertulis) dan bunyi (dalam
pesan terucap) dalam pertunjukkan. Informasi akan dirujuk, seperti dalam konteks
“arus komunikasi” dan “pemrosesan informasi”. Informasi adalah suatu istilah untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

merujuk kepada apa yang kita sebut pertunjukkan pesan dan sering digunakan untuk
merujuk kepada nilai keuntungan dan kerugian, evaluasi kerja, dan pendapat pribadi
yang dinyatakan dalam surat dan memo, laporan teknis dan data (Pace & Faules,
2009 : 29).
Sebelum komunikasi berlangsung, tujuan, yang dinyatakan sebagai pesan
yang akan disampaikan, komunikasi terjadi antara sebuah sumber (pengirim berita)
dan sebuah pengirim berita. Pesan disandikan (diubah dalam bentuk simbol) dan
disalurkan kepada si penerima pesan, yang menerjemahkan (memisahkan sandi)
pesan yang disampaikan oleh pengirim berita. Hasilnya berupa sebuah pemindahan
maksud dari satu orang kepada orang lain (Robbins, 2002 : 147).
Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi yang sangat penting karena
dengan umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil
atau gagal, dengan lain perkataan apakah umpan baliknya itu positif atau negatif.
Dalam penelitian ini umpan balik yang bersifat positif adalah bila responden
memberikan jawaban “ya” atas pertanyaan yang diberikan dalam kuisoner, umpan
balik yang bersifat negatif adalah apabila responden memberikan jawaban “tidak”
terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuisoner.

2.1.6 Komunikasi Interaksional
Komunikasi pada hakekatnya adalah interaksi. Pandangan ini menyet