IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya).

(1)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada

Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh : Anton Syuhada

0543010240

YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada

Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :

Anton Syuhada 0543010240

YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(3)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada

Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

SKRIPSI

Disusun Oleh : Anton Syuhada

0543010240

YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(4)

Judul : IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

Nama : Anton Syuhada NPM : 0543010240 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Dyva Claretta, MSi NIP. 3 6601 94 00251

Mengetahui

Ketua Program Studi Komunikasi

Juwito, S.Sos, MSi NPT. 3 6704 95 00361


(5)

Judul : IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

Nama : Anton Syuhada

NPM : 0543010240

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah diuji dan diseminarkan pada tanggal 23 Agustus 2010

Pembimbing Utama 1. Penguji I

Dra. Dyva Claretta, MSi Dra. Dyva Claretta, MSi NIP. 3 6601 94 00251 NIP. 3 6601 94 00251

2. Penguji II

Dra. Herlina Suksmawati, MSi NIP. 1964 1225 1993 09 2001

3. Penguji III

Drs. Kusnarto, MSi

NIP. 1958 0801 1984 02 2001 Mengetahui

Ketua Program Studi Komunikasi

Juwito, S.Sos, MSi NPT. 3 6704 95 00361


(6)

Judul : IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

Nama : Anton Syuhada

NPM : 0543010240

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Dra. Dyva Claretta, MS NIP. 3 6601 94 00251

Mengetahui Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi NIP. 030 175 349


(7)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada

Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

Diajukan Oleh : Anton Syuhada

0543010240

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Nopember 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, MS Ir. Didiek Tranggono, MSi

NIP. 3 6601 94 00251 NIP. 1999581225199001001

2. Skretaris

Dra. Dyva Claretta, MS NIP. 3 6601 94 00251 3. Anggota

Drs. Kusnarto, MSi

NIP. 195808011984022001

Mengetahui Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi NIP. 030 175 349


(8)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada

Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

Diajukan Oleh : Anton Syuhada

0543010240

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Nopember 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, MS Ir. Didiek Tranggono, MSi

NIP. 3 6601 94 00251 NIP. 1999581225199001001

2. Skretaris

Dra. Dyva Claretta, MS NIP. 3 6601 94 00251 3. Anggota

Drs. Kusnarto, MSi


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Iklim Komunikasi Organisasi (Study Deskripti Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)” dapat terselesaikan dengan baik.

Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Dyva Claretta, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan serta motivasi kepada penulis.

Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Orang tua ku, terima kasih atas doanya serta dorongannya baik berupa moril maupun materiil.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna


(10)

ii

memperbaiki kekurangan yang ada untuk melanjutkan tahap penelitian selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk teman-teman pada Program Studi Ilmu Komunikasi.

Surabaya, November 2010

Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Komunikasi ... 8

2.1.2 Fungsi Komunikasi ... 9

2.1.3 Proses Komunikasi ... 10

2.1.4 Strategi Komunikasi ... 11

2.1.5 Pengaruh Komunikasi ... 13

2.1.6 Hambatan Komunikasi ... 14

2.1.7 Komunikasi Dalam Organisasi ... 20


(12)

2.1.7.1. Komunikasi ke Bawah ... 20

2.1.7.2. Komunikasi ke Atas ... 22

2.1.7.3. Komunikasi Horisontal ... 23

2.1.7.4. Komunikasi Diagonal ... 23

2.1.8 Komunikasi Interpersonal ... 24

2.1.9 Komunikasi Antarpersonal ... 25

2.1.10 Iklim Komunikasi Organisasi ... 27

2.2 Kerangka Berpikir ... 28

2.3 Hipotesis Pemikiran ... 28

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1 Iklim Komunikasi Organisasi ... 30

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 31

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Objek Penelitian ... 41

4.2. Penyajian Data ... 43

4.2.1.Identitas Responden ... 43


(13)

4.2.2.Pertanyaan Tentang Kepercayaan ... 45

4.2.3.Pertanyaan Tentang Pembuatan Keputusan Bersama .... 49

4.2.4.Pertanyaan Tentang Kejujuran ... 45

4.2.5.Pertanyaan Tentang Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah ... 56

4.2.6.Pertanyaan Tentang Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ... 59

4.2.7.Pertanyaan Tentang Perhatian pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi ... 61

4.3. Hasil Pengujian dan Analisis ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 73


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43

Tabel 3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 44

Tabel 4 : Pertanyaan Tentang Kepercayaan ... 45

Tabel 5 : Pertanyaan Tentang Keyakinan ... 47

Tabel 6 : Pertanyaan Tentang Kredibilitas ... 48

Tabel 7 : Pertanyaan Tentang Keikutsertaan DalamPengambilan Keputusan ... 49

Tabel 8 : Pertanyaan Tentang Perhatian Manajemen Organisasi ... 50

Tabel 9 : Pertanyaan Tentang Tanggapan Manajemen Organisasi ... 51

Tabel 10 : Pertanyaan Tentang Penyelesaian Konflik ... 53

Tabel 11 : Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Dalam Kegiatan ... 54

Tabel 12 : Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Pada Manajemen ... 55

Tabel 13 : Pertanyaan Tentang Penyebaran Informasi ... 57

Tabel 14 : Pertanyaan Tentang Mengkomunikasikan Kebijakan ... 58

Tabel 15 : Pertanyaan Tentang Tanggapan Pihak Manajemen ... 59

Tabel 16 : Pertanyaan Tentang Penerimaan Pihak Manajemen ... 60

Tabel 17 : Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Pencapaian Tujuan ... 62

Tabel 18 : Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Menghasilkan Suasana Nyaman ... 63

Tabel 19 : Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Menghasilkan Keakraban ... 64


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Iklim Organisasi Pada Mio Association

Surabaya (MAS) ... 29 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Club Motor Yamaha Mio Surabaya .... 42


(16)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 72

Lampiran 2 Data Rekapitulasi Jawaban Responden ... 79

Lampiran 3 Frekuensi Tabel ... 86


(17)

ABSTRAKSI

Anton Syuhada, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya).

Keberadaan iklim komunikasi sangatlah penting, karena iklim organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan cara kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai dan bagimana cara beradaptasi. Banyak peeliti yang berpendapat bahwa iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-matadalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Iklim komunikasi organisasi yang merupakan situasi dalam lingkungan kerja disuatu organisasi secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki iklim komuniksi organisasi yang baik dapat digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki citra yang baik.

Metode analisis data dalam penelitian ini dengan mengukur nilai-nilai indikator iklim komunikasi kerja dalam organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace. Sampel dalam penelitian ini adalah para anggota MAS (Mio Association Surabaya). Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik likert.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada beberapa variabel iklim komunikasi diatas, yang diperoleh Nilai Iklim Komposit sebesar 0,6198. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) berada pada keofisien yang nilainya kurang dari 0,79, sehingga dapat dikatakan club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) memiliki iklim organisasi yang negatif.

Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar Berdasarkan pada bab sebelumnya diperoleh hasil bahwa Nilai Iklim Komposit sebesar 0,6198. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) berada pada keofisien yang nilainya kurang dari 0,79, sehingga dapat dikatakan club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) memiliki iklim organisasi yang negatif. Yang berarti iklim komunikasi yang terjadi di club motor Yamaha Mio Surabaya kurang berjalan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang ada di dalam club motor Yamaha Mio Surabaya, terutama kurangnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara para pengurus club dengan para anggotanya.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Setiap organisasi selalu ingin terus mengembangkan organisasinya, untuk selalu dapat mengembangkan organisasi tentu harus dapat meningkatkan komunikasi di dalam organisasinya dengan cara mengeluarkan semua ide yang ada pada dirinya untuk kemajuan organisasi. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran organisasi, maka perhtaian yang cukup perlu dicurahakan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai maslah yang mempengaruhi pencapain sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah paham dan konflik.

Permasalahan itu bisa terjadi antara anggota dengan anggota dalam sebuah organisasi, bisa juga ketua dari organisasi memiliki suatu permasalahan dengan anggota organisasi. Dengan adanya masalah seperti ini akan menimbulkan kesulitan dalam kemajuan dan perkembangan organisasi. Karena suatu organisasi yang baik bisa terwujud apabila ada komunikasi yang baik. Permasalahan di dalam organisasi juga bisa terjadi dikarenakan adanya perbedaan pendapat antar anggota satu dengan yang lain. Dan apabila terjadi


(19)

2

suatu permasalahan di dalam organisasi maka peran ketua organisasi sangat dibutuhkan untuk meluruskan permasalahan yang sedang terjadi, dan para anggota organisasi pun tidak boleh egois mereka harus bersedia untuk diatur oleh ketua demi kemajuan dan perkembangan organisasi.

Dari permasalahan yang terjadi di sebuah organisasi dapat menjadi indikasi bagaimana kondisi lingkungan organisasi yang tidak harmonis melibatkan anggota dan ketua dalam organisasi yang nantinya dapat mempengaruhi kemajuan dan perkembangan dari organisasi itu sendiri. Karena memang komunikasi merupakan faktor paling penting dalam proses perkembangan dan kemajuan suatu organisasi. Komunikasi merupakan salah satu pengetahuan terpenting dalam masyarakat. Komunikasi dapat menghasilkan sebuah informasi, karena informasi ini dapat menyajikan fakta, mengembangkan perasaan, dan dengan berkomunikasi bisa terjadi tukar pikiran antar anggota dan ketua. Hendaknya ketua dan petinggi lainnya dalam suatu organisasi bisa memberikan informasi yang akurat kepada para anggota sebuah organisasi dalam mendukung kemajuan dan perkembangannya. Dan sebuah informasi bisa juga memberikan solusi jika antar anggota mengalami suatu masalah, karena memang pengetahuan yang dimiliki anggota dapat mempengaruhi sikap individu terhadap suatu permasalahan tertentu dan faktor penting dalam kehidupan organisasi.

Komunikasi memelihara komunikasi dan memberikan penjelasan kepada anggota tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada dibawah standart.


(20)

3

Diantara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah aatau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Dalam hal komunikasi yang terjadi antara anggota dalam suatu organisasi, kompensasi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehngga tingkat kinerja suatu organisasi menjadi makin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal.(Husnan, 2002:241).

Keberadaan iklim komunikasi sangatlah penting, karena iklim organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan cara kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai dan bagimana cara beradaptasi. Banyak peeliti yang berpendapat bahwa iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-matadalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Pace dan Faules, 2001:148).

Pentingnya keberadaan iklim organisasi ini membuat peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang iklim organisasi. Penelitian ini mengambil obyek Club motor Yamaha Mio yaitu sebuah organisasi yang terdiri dari para pecinta motor Yamaha yang ada ada di Jawa Timur karena pecinta motor Yamaha terutama Yamaha Mio sangatlah banyak sehingga dibuatkan wadah yaitu berupa club yang berisikan para pecinta motor Yamaha Mio. Meskipun


(21)

4

terdiri dari berbagai macam organisasi pecinta motor Yamaha Mio namun selama ini komunikasi yang terjalin antara pengurus organisasi Yamaha Mio Jawa Timur dengan ketua-ketua organisasi atau club pecinta motor Yamaha Mio di daerah-daerah cukup terjalin dengan baik hal tersebut dapat dibuktikan dengan keikutsertaan seluruh pengurus organisasi club motor Yamaha Mio di seluruh Jawa Timur. Salah satu komunikasi yang terjalin dengan baik yaitu antara pengurus club motor Yamaha Mio Jawa Timur dengan club pecinta motor Yamaha Mio yang berada di Surabaya. Club motor Yamaha Mio di Surabaya merupakan salah satu bagian dari Club Yamaha Mio Jawa Timur yang cukup maju jika dibandingkan dengan Club Yamaha Mio lainnya yang berada di Jawa Timur. Anggota club sebagai tonggak utama organisasi, dituntut memiliki pengetahuan yang cukup baik dan mampu berkomunikasi dengan baik sesama anggota. Dengan komunikasi yang lancar maka iklim komunikasi yang ada dalam organisasi tersebut juga baik, sehingga mampu mempererat hubungan antar anggota.

Namun pada kenyataanya dari hasil pengamatan peneliti diketahui bahwa iklim komunikasi yang terjadi di club motor Yamaha Mio Surabaya kurang berjalan denga baika. Hal tersebut dapat diketahui dengan berbagai permasalahan yang ada di dalam club motor Yamaha Mio Surabaya. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara ketua club dengan para anggotanya, hal tersebut dapat diketahui dari kurangnya frekuensi waktu untuk bertemu atau sekedar berkumpul dengan angggota lainnya. Sehingga dari kurangnya frekuensi komunikasi yang terjalin dari pimpinan kepada anggota club jika terjadi persoalan internal antara anggota club yang menyangkut nama baik club di masyarakat, para anggota tidak


(22)

5

dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya dan berlarut-larut karena tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antara para anggota dengan ketua dan pengurus anggota. Dampak dari masalah tersebut menyebabkan munculnya perpecahan antar anggota di dalam club motor Yamaha Mio tersebut. Dengan adanya perpecahan tersebut, berbagai informasi penting yang menyangkut kelangsungan organisasional dari club tersebut menjadi terganggu karena masing-masing anggota club cenderung individual dan tidak lagi menurut kepada petunjuk ataupun informasi dari pimpinannya sehingga tidak memberitahukan informasi yang didapat kepada rekan-rekannya sesama anggota club. Dampak paling nyata dari hal tersebut adalah banyak anggota club yang terpecah-pecah dan keluar dari club untuk membuat club baru di luar club motor Yamaha Mio yang resmi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merasa bahwa proses komunikasi serta terciptanya iklim komunikasi organisasi yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi khususnya. Iklim komunikasi harusnya diperhatikan karena, di pihak lain, iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi (suatu evaluasi makro) mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai tehadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace & Faules, 2006:147).


(23)

6

Proses-proses interaksi yang terlibat dalam perkembangan iklim komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam restrukturisasi, reorganisasi, dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dasar organisasi. Iklim komunikasi yang kuat dan positif seringkali menghasilkan praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung.

Keharmonisan hubungan dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting bagi kealncaran pelaksanaan tugas. Hubungan yang harmonis dalam suatu organisasi dapat dicapai apabila terjalin suatu komunikasi yang baik antara karyawan dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja. Komunikasi yang terjalin baik akan mempererat hubungan antara karywan dengan atasan atau dengan sesama rekan kerja.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi dalam club motor yamaha Mio tersebut serta ditunjang pentingnya penelitian tentang iklim komunikasi dalam sebuah organisasi, maka dalam penelitian ini penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul ”Iklim Komunikasi Organisasi di Club Motor Yamaha Mio Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikandi atas, maka rumusan masalah dlam penelitian ini adalah “Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi Club Motor Yamaha Mio Surabaya?”

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi di Club Motor Yamaha Mio Surabaya.


(24)

7

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori komunikasi tentang proses komunikasi dan dampaknya terhadap iklim organisasi.

2. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari peneltian ini adalah agar pihak-pihak yagn tertarik dalam kajian masalah yang sama dapt mengambil manfaat, selain itu juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak club Motor Yamaha Mio Surabaya, khususnya para anggota club agar lebih mampu berkomunikasi dengan baik sesama anggota.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi bersasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan partai komunis dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengnai suatu hal (Djamarah, 2004:11).

Jadi, komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengnai sutu hal yang dikomunikasikan. Disini pengetian diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung, sehingga hubungan mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika tidak ada pengertian, komuniksi tidak berlangsung, hubungan antara orang-orang itu kitakan tidak komunikatif.

Secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan boleh kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Komuniksi dalam konteks ini dinamakan komunikasi atau disebutkan juga kemasyarakatan. Komunikasi jenis ini hanya dapat berlangsung di tengah masyarakat. Kecuali komuniksi transedental, maka tanpa masyarakat, komuniksi tidak dapat


(26)

berlangsung. Meski dia adalah manusia, tetapi bila hidup seorang diri, tidak bermasyarakat, maka tidak ada komunikasi, karena dia tidak berbicara dengan siapapun.

Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau via media massa maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon dan sebagainya. Jadi, komunikasi dalam pengertian pragmatis bersifat intensional, mengandung tujuan tertentu, yang diawali dengan suatu perencanaan. Entah komunikasi itu dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain. Jadi, dalam perspektif pragmatis, “komunikasi adalah proses penyempaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”

2.1.2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi sebagai komuniksi sosial setidaknya mengyisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita berkerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.


(27)

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipartikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komuniksilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dn menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

2.1.3. Proses Komunikasi

Dalam menyusun suatu strategi komuniksi untuk dioperasikan dengan taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia harus menghayati proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Dalam proses komunikasi harus berlangsung secara “berputar”, tidak “melurus”; ini berarti identik sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai kepada komunikan, harus diusahakan agar efek komunikasinya dalam bentuk tanggapan harus menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator harus tahu efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannyaitu; apakah positif sesuai dengan tujuan, ajakah negatif. Jika setelah dievaluasi umpan balik


(28)

komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat dipergunakan lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila ternyata negatif, pada gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat yang menyebabkan kegagalan komunikasinya itu (Effendy, 2003:310).

2.1.4. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 2003:3).

Strategi komuniksi sangat penting dalam komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Dilain pihak, tanpa strategi komunikasi, media massa yagn semakin modern kini banyak dipergunakan, karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif (Effendy, 2003:299)

Apakah tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne Pace, et al dalam Effendy (2005:32), menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:

To secure understansing, yaitu memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapt mengeti dan


(29)

menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to estabilish acceptance), pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).

Untuk memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andarikata ia sudah mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to estabish ecceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasi (to motivate action). Strategi komunikasi sudah tentu bersifat makro yang dalam prosesnya berlangsung secara vertikal piramidal.

Akan tetapi, bagaimanapun memang ada baiknya apabila tujuan kemunikasi itu dinyatakan secara tegas-tegas sebelum komunikasi dilancarkan. Sebab ini menyangkut khalayak sasaran (target audience) yang dalam strategi komunikasi secara makro perlu dibagi-bagi menjadi kelompok saaran (target groups). Peliknya masalah target audience dan target groups ini ialah karena berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan antropologis, mungkin pula politis dan ekonomis (Effendy, 2005:33).

Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan, yaitu komunikator, ikut menentukan berhasilnya komunikasi. Dalam hubungan ini faktor soruce credibility komunikator memegang peranan yang sangat penting. Istilah kredibilitas ini adalah istilah yang menunjukkan nilai terpadu dari keahlian dan kelayakan dipercaya.


(30)

2.1.5. Pengaruh Komunikasi

Teknologi elektronik yang semakin maju telah menyebabkan dunia semin kecil. Pesan komunikasi (communication message) yang dahulu tidak mungkin disampikan pad suatu tempat, dengan radio atau televisi melalui satelit palapa sekarang dapat sampai bukan dalma ukuran hari, jam atau menit, melainkan detik.

Kita terpukau oleh produk revolusi elektronik itu; lupa bahwa ia sebagai sarana hiburan, penerangan, dan pendidikan menimbulkan pengaruh positif. Tetapi kalau kurang keterampilan, pengetahuan dan kewaspadaan pihak yang menanganinya, pengaruhnya yang negatif juga tidak kecil.

Program film seri yang disajikan TVRI tiap malam merupakan salah satu contoh. Orang kini tak perlu lagi susah-sudah keluar rumah untuk menonton film di gedung bioskop. Film dengan ceritera mulai dari yang menampilkan ciuman sampai dor-doran sekarang datang di rumah. Anak-anak yang biasanya dicegat di pintu gedung bioskop, dan orang-orang tertentu seperti umpamanya bapak-bapak Haji yang biasanya malu untuk antri karcis bioskop, kini bebas menonton dirumahnya masing-masing, mulai dari film sadir sampai erotis.

Diwasa ini trailer-trailer film dari film Indonesia yang akan dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop bulan mendatang, yang


(31)

notabene menyajikan adegan ranjang, pertengkaran suami-istri, perkelahian, kebut-kebutan, club malam, kemewahan dan sebagainya yang bertentangan dengan nilai-nilai moral Indonesia yang dianjurkan dipertunjukkan di layar televisi. Bahak oleh satelit palapa kini film-film yang mengandung kisah-kisah seperti itu diperluas sampai ke seluruh Indonesia.

Dalam hubungannya dengan modernisasi, baik komunikasi massa (mass communication), komunikasi kelompok (group communication), maupun komunikasi antarperseonal (interpersonal communication), akan merupakan sarana efektif untuk menyajikan contoh, persuasi, penerangan, dan pendidikan. Itupun kalalu dilakukan dengan planning dan programming secara integral menyeluruh berdasarkan metode-metode ilmiah, dan apabila pihak pengelolanya dilengkapi dengan knowledge dan knowhow. Jika tidak demikian, media massa bukannya functional melainkan, disfuntional. Modernisasi bukannya konstruktif, melainkan destruktif, lebih jauh lagi akibatnya akan mengancam kelestarian bangsa (Effendy, 2004:45)

2.1.6. Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mengkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebesar-besarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah


(32)

beberapa hambatan komuniksi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.

1. Gangguan

Ada dua jenis ganngguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklarifikasikan sebagi gangguan mekanik dan gangguan semantik

a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

Sebagai contoh, ialah gangguan suara ganda (interferensi) pada pesawat radio disebabkan dua pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, atau huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau berbalik, atau halaman yang sobek pada surat kabar.

Termasuk gangguna mekanik pula adalah bunyi mengaung pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi kendaraan lewat ketika seseorang berpidato dalam suatu pertemuan.

b. Gangguan semantik (semantic noise)

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengnai pengertian suatu istilah atau konsep yang


(33)

terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komuniksi menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan barbagai cara; karen itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang komunikasi mungkin menerima suatu pesan denan jelas sekai, baik secara mekanik maupun secara phonetik, secara fisik berlaku dengan keras dan jelas, tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik) komunikasi menjadi gagal.

Semantik adalah pengetahuan mengenai pengetian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata-kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata, ada yang mempunyai pengertian denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif.

Pengertian denotatif (denotatif meaning) adalah pengertian suatu perkataan yang lazim terdapat dalam kamus yang secara umum diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.


(34)

Pengertian konotatif (conotative meaning) adalah pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman seseorang.

Sebagai contoh secara denotatif semua orang akan setuju, bahawa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat, secar kontatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat, dan panjang ingatan. Tetapi untuk orang-orang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang menakutkan dan berbahaya.

Pekataan demokrasi secar konotatif untuk bangsa Amerika lain dengan bangsa Rusia, lain pula dengan bangsa Indonesia dan banyak contoh lain. Karena itu bahasa merupakan komponen penting dalam komuniksi, sebab dengan adanya faktor konotasi tersebut komunikasi bisa gagal.

2. Kepentingan

Internet atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat dimakan daripada lain-lainnya. Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka


(35)

pastilah kita akan memilih makanan. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita, merupakan sifat reaktif terhadap segala perangksang yagn tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai perburuhan, perkawinan, kurikulum baru, dan sebagainya ada juga yang merasa dirugikan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan tanggapan denga alasan yang sungguh-sungguh, tetapi seringkali mengetengahkan argumentasi dan alasan tersembunyi (disguised argumentation and reasons).

3. Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.

Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan sseorang terhadap suatu komunikasi.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semaikn besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.


(36)

Dalam pada itu sering kali pula terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusus (attentive) menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya. Tanggpan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya secara attentive, kendatipun ada yang tak disetujuinya. Hal itu mungkin sekali dilakukan karena si pegawai itu berkeinginan baik pangkat, ingin menyenangkan hati atasannya, dan lain sebagainya.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yagn rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat berpikir secara objektifpun akan dinilai negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti yang sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama,


(37)

pendirian politik, kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

2.1.7. Komunikasi Dalam Organisasi 2.1.7.1. Komunikasi Ke Bawah

Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih rendah. Atau komuniksi yang mengalir dari orang pada jenjang hirarki yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah. Bentuk yang paling umu m adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi ke bawah sering kali kurang tepat dan kurang teliti. Hal ini terihat dari pernyataan yang sering terdengar diantara para anggota organisasi, bahwa mereka kurang me mahani apa yang sebenarnya terjadi (Arifin dkk, 2003)

Menurut Katz dan Kahn dalam Arifin dkk (2003), komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:

a. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.

b. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. c. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional.


(38)

d. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan

e. Menyajikan inforamsi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Namun disatu sisi, komunikasi ke bawah juga mengandung kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Artinya, informasi yan diterima bawahan tidak seperti aslinya. Hal seperti ini seringkali menimbulkan konflik di dalam organisasi. Oleh karena adanya kemungkinan seperti itu, maka pimpinan perlu me mperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis (1985) dalam buku Arifin dkk (2003) memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut:

1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan inforamsi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai inforamsi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dn berjanji akan mencarikannya.

2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.

3) Pimpinan mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dpat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya.


(39)

4) Berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.

2.1.7.2. Komunikasi ke Atas

Kebutuhan akan komuniksi ke bawah sama banyak dengan jumlah komunikasi ke atas. Pada situasi tertentu, komunikator berada dalam jenjang yang lebih rendah dalam organisasi dari pada penerima. Komunikasi ke atas yang efektif sulit untuk tercapai, terutama dalam organisasi besar. Alat komunikasi ke atas yang sering digunakan secara luas terdiri dari kotak saran, rapat kelompok, laporan kepada penyelia, dan prosedur permohonan atau keluhan. Jika hal ini tidak ada maka orang akan mencari suatu cara apapun juga untuk menyesuaikan diri dengan saluran komunikasi ke atas yan tidak ada. Saluran komunikasi ke atas yang efektif penting karena saluran itu me mberikan kesempatan bagi pegawai untuk berbicara (Arifin dkk, 2003).

Komunikasi ke atas cenderung bergerak lamban. Bentuk komunikasi ini biasanya tersendat-sendat dan tersaing. Setiap jenjang pimpinan enggan meneruskan masalah ke atas karena hal itu dapat dipandang sebagai pengakuan kegagalan. Oleh karena itu setiap jenjang menunda komunikasi dalam upaya memutuskan cara pemecahannya. Pesan tersebut mungkin disaring agar pimpinan yang lebih tinggi hanya menerima sebgian dari informasi itu. Para pegawai biasanya cenderung hanya memberi tahu atasan tentang


(40)

hal-hal yang menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap bawahan memiliki alasan untuk me milih, manafsirkan, dan berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.

2.1.7.3. Komunikasi Horisontal

Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali dilupakan dalam sebuah design organisasi. Jika departemen pemasaran berkomunikasi dengan departemen personalia dalam suatau organisasi, maka komunikasi itu disebut komunikasi horisontal. Komunikasi horisontal sangat penting bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian, misalnya antara bagian produksi dan penjualan dalam organisasi bisnis. Komunikasi dari teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial (Arifin dkk, 2003)

2.1.7.4. Komunikasi Diagonal

Jenis komunikasi ini jarang sekali duipergunakan, namun komuniksi diagonal adalah penting dalam keadaan dimana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Misalnya, seorang pengawas keuangan dari sebuah organisasi besar mungkin ingin menyusun analisa biaya distribusi. Sebagian mungkin melibatkan tenaga penjualan yang mengirim laporan


(41)

khusus langsung kepada pengawas keuangan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran (Arifin dkk, 2003)

2.1.8. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan satu, disebut komunikasi antarpersonal (interpersonal communication). Komunikasi interpersonal adalah “interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menaggapi secara langsung pula. “Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verval disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secaara lisan. Cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya dalam bentuk me mo, surat atau catatan (Hardjana, 2003:85)

Komunikasi interpesonal dengan masing-masing orang berbeda tingkat kedalaman komunikasinya, tingkat intensifnya, dan tingkat ekstnesifnya. Komunikasi interpersonal antara dua orang kenalan tentu berbeda dari komunikasi interpersonal antar sahabat atau pacar. berkat komuniksi itu mereka yang telibat dapat semakin mengenal. Karena itu juga komunikasi interpersonal, seorang kenalan pada akhirnya dapat menjadi sahabat.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Dengan tetap me mperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri yang tetap.


(42)

2.1.9. Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi merupakan suatu alat yang sangat penting didalam manajemen. G. R. Terry mengibaratkan komunikasi dalam manajemen sebagai minyak pelumas agar proses manajemen dapat berjalan lancar. Komunikasi yang ada dalam suatu organisasi biasanya adalah komunikasi antar personal. Komunikasi antar personal itu sendiri adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa orang (Depari dan Mac Andrew, 1978). Jadi, komunikasi antar personal itu merupakan suatu proses pemberitahuan sesuatu dari satu orang kepada orang lain atau beberapa orang.

Komunikasi antar personal mempunyai arti yang sangat penting didalam suatu organisasi, karena dengan adanya komunikasi maka apa yang menjadi keinginan atau kebutuhan baik itu dari pimpinannya atau pegawainya dapat diketahui, seperti yang dikatakan oleh Susanto bahwa “seorang atasan hanya dapat memahami sedikit demi sedikit motivasi-motivasi seseorang, apabila ia banyak mengadakan komunikasi dengan orang-orang disekelilingnya”. Selain itu dengan adanya komunikasi antar personal yang baik maka jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan pihak yang lain akan terjalin dengan baik sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan. Namun apabila organisasi tidak dapat melaksanakan


(43)

komunikasi dengan baik, maka semua rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran, motivasi-motivasi dan sebagainya, hanya akan tinggal diatas kertas. Dengan kata lain pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan peruahaan kemungkinana besar tidak akan tercapai (www.papuaweb.org/unipa/)

Kegiatan komunikasi antar personal daapt dibagi menjadi 2 (dua), yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal:

1. Komuniksi Vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik, komuniksi dua arah. Dalam komnikasi vertikal tersebut pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain kepada bawahanya. Dalam hal ini bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat penting bagi manajemen, karena jika hanya satu arah saja dari atas ke bawah, maka manajemen tidak akan berlangsung dengan baik.

2. Komunikasi Hositontal, adalah komunikasi antar para karyawan dengan karyawan dan antar para karyawan dengan pemimpin-pemimpin bagian atau seksi. Jadi komunikasi horisontal ini juga


(44)

bersifat komuniksi bersilang, sebab bukan saja melebar antara para karyawan dengan karyawan, tetapi juga secara diagonal antar pimpinan kelompok dengan para karyawan secara timbal balik.

Adanya komunikasi antar personal, baik secara vertikal maupun horisontal yang berjalan dengan baik, akan memberikan motivasi bagi seorang karyawan untuk bekerja dengan baik guna mencapai tujuan organisasi. Selain itu, komunikasi antar personal yang berjalan dengan baik, juga akan memotivasi seseorang untuk ikut bergabung dalam organisasi tersebut.

2.1.10. Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan situasi dalam lingkungan kerja disuatu organisasi secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki iklim komuniksi organisasi yang baik dapat digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. Iklim ini dibentuk dari pola interaksi yang intens antar anggota organisasi (semua pegawai) dengan lingkungan yang penuh persahabatan, saling mendengarkan, menghargai dan kepercayaan yang tinggi akan menuju ke arah iklim yang baik.

Iklim komuniksi organisasi dibentuk dari interaksi karyawan dalam mempersepsi aturan, kebijakan dan nilai yang akan ada dalam organissi tersebut. Iklim organisasi yang akan dilihat dari 6 faktor, yaitu: kepercayaan, pengambilan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan


(45)

dalam komunikasike bawah dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.

2.2. Kerangka Pikir

Pada saat ini banyak sekali berdiri organisasi-organisasi, hal itu bisa dilihat dengan semakin maraknya organisasi yang bermunculan. Dengan keadaan seperti ini tentu masyarakat juga ingin bergabung dengan organisasi-organisasi tersebut baik organisasi masyarakat, organisasi keagamaan ataupun organisasi yang lain.

Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang tentu harus mempunyai komunikasi yang baik antara anggota dengan anggota, maupun antara anggota dengan ketua dari organisasi tersebut. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.

Iklim komunikasi organisasi yang terjadi pada MAS (Mio Association Surabaya) adalah kurang komunikasi antara anggota dan anggota yang lain, bahkan juga antara anggota dengan ketua, sehingga informasi yang ada kurang bisa dipahami oleh anggota, dan ketika ada acara


(46)

touring ke suatu tempat, terpecah menjadi dua grup yang mengakibatkan sering terjadi anggota tersesat dan bahkan sering terjadi juga kecelakaan kecil bahkan kecelakaan besar. Selain itu para anggota juga memangbelum bisa mengungkapkan semau ide yang ada dipikirannya, padahal ide-ide dari para anggota itu bisa membangun organisasi itu sendiri dan bisa memajukan organisasinya.

Gambar 2.1.

Kerangka Berpikir Iklim Komunikasi Organisasi Pada Mio Association Surabaya (MAS) Variabel Penelitian:

1. Kepercayaan, dengan indikator: kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas. 2. Pembuatan keputusan bersama, dengan indikator: kegiatan konsultasi,

perhatian pihak manajemen dan tanggapan pihak manajemen.

3. Kejujuran, dengan indikator: konflik antar pihak, penyampaian ide kepada karyawan dan penyampaian ide kepada pihak manajemen.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dengan indikator: penyebarluasan informasi dan kegiatan pihak manajemen dalam mengkomunikasi.

5. Keterbukaan dalam komunikasi ke atas, dengan indikator: tanggapan pihak manajemen dan penerimaan pihak manajemen.

6. Tujuan-tujuan berkinerja tinggi, dengan indikator: komitmen pada

pencapain tujuan, produktivitas kerja karyawn dan kualitas kerja karyawan.

Iklim Komposit: 1. Positif 2. Negatif


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi orgnisasi merupakan situasi dalam lingkungan kerja disuatu organisasi secara keseluruhan. Iklim komunikasi organisasi dibentuk dari interaksi anggota yang terdapat didalamnya dalam mempersepsi aturan, kebijakan dan nilai yang akan ada dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi yang akan dilihat dari 6 faktor, yaitu: kepercayaan, pengambilan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.

Menurut Petersn dan Pace (1976), dalam pengujian inventaris iklim komunikasi dalam suatu organisasi, hasil perhitungan masing-masing nilai gabungan indikator iklim komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Koefisien berkisar antar 0,8 - 0,97 dapat dikatakan memiliki iklim

organisasi yang positif.

2. Koefisien kurang dari 0,79 dapat dikatakan memiliki iklim organisasi yang negatif.


(48)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Indikator yang digunakan untuk mengukur dari keenam variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dari Peterson dan Pace (1976), sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan yang dimaksud adalah bagaimana para anggota club dapat mengembangkan dan mempertahankan hubungan.

Indikator:

a. Kepercayaan: sejauhmana bentuk kepercayaan anggota kepada

organisasi sehingga anggota tersebut memiliki loyallitas yang tinggi terhadap organisasi.

b. Keyakinan: sejauhmana tingkat keyakinan anggota terhadap

organisasi dalam membangun hubungan dengan pihak manajemen organisasi.

c. Kredibilitas: sejuahmana kredibilitas yang ditunjukkan oleh

anggota kepada organisasi.

2. Pembuatan keputusan bersama

Pembutan keputusan bersama yang dimaksud adalah bagaimana anggota berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan mencari jalan keluar. Sehingga semua anggota organisasi diberikan kesmpatan untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penetapan tujuan


(49)

Indikator:

a. Anggota ikut serta dalam pembuatan keputusan dalam mencari

suatu pemecahan masalah dalam organisasi.

b. Pihak manajemen memperhatikan setiap keluhan dari setiap

anggota.

c. Pihak menajemen menanggapai setipa keluhan dari para anggota. 3. Kejujuran

Kejujuran yangdimaksud adlah bagimana anggota dapat atau mampu mengtakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada manajemen atau sebaliknya. Sehingga tidak ada kesalahpahaman di masing-masing anggota.

a. Penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan

para anggota dalam organisasi.

b. Penyampaian ide secar aterbuka kepada anggota dalam

pelaksanaan kegiatan.

c. Penyampaian ide secara terbuka dari anggota kepada pihak

manajemen

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Keterbukaan dalam komuniksi ke bawah yang dimaksud adalah bagaimana anggota mampu secara terbuka mengkoordinasi dan suatu kegiatan atau anggota yang lainnya supaya inforamsi yang diterima dapat disebarluaskan dengan terbuka.


(50)

Indikator:

a. Penyebarluasan atau penyampaian informasi kepada seluruh

anggota mulai dari tingkat ketua sampai anggota.

b. Pihak manajemen mengkomunikasikan setiap kebijakan yang

dikeluarkan yang menyangkut organisasi..

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Mendengarkan dalam komunikasi ke atasan yang dimaksud adalah bagaimana anggota merasa bahwa inforamsi yang dimiliki dianggap penttng oleh manajemen, sehingga manajemen berkenan untuk mendengarkan masukan dari anggota dengan pikiran yang terbuka. Indikator:

a. Tanggapan dari pihak manajemen mengenai informasi yang

disampaikan oleh anggota kepada pihak manajemen.

b. Penerimaan pihak manajemen atas gagasan yang disampaikan oleh

anggota dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan. 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah bagaimana anggota menunjukkan komitmen pada organisasi untuk menciptakan suasana organisasi yang nyaman. Sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai didukung oleh semua anggota organisasi tersebut.


(51)

Indikator:

a. Komitmen anggota dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah

ditetapkan oleh pihak manajemen.

b. Komitmen anggota yang tinggi menhasilkan suasana organisasi

yang nyaman dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan organisasi.

c. Komitmen anggota yang tinggi menghasilkan keakraban yang baik

dalam pencapaian tujuan organisasi.

Skala pengukuran yang digunakan adalah Likert. Skala ini hanya mengelompokkan peristiwa dalam kategori tertentu. Angka yang digunakan tidak menunjukkan kedudukan suatu kategori terhadap ketegori lain melainkan hanya sekedar kode saja. Dalam penelitian ini pertanyaan dengan jawaban penilaian berdasrakan pengurutan angka, sehingga angka atau jawaban ”5” adalah nilai tertinggi dan pertanyaan dengan jawaban nilai kecil atau negatif diberi angka ”1”

Kode-kode berikut untuk menafsirkan simbol-simbol numerik pada kuesioner:

5 → Sangat baik, yang menunjukkan penilaian yang jujur, pernyataan

ini merupakan gambaran kondisi organisasi yang sebenarnya.

4 → Baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih

banyak benarnya daripada salahnya.

3 → Kurang baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam


(52)

2 → Tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih banyak salahnya daripasa benarnya.

1 → Sangat tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam

organisasi. (Pace & Faules, 2006:158)

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi penelitian ini adalah para anggota MAS (Mio Association Surabaya) yang berjumlah 60 orang.

3.2.2. Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk penentuan sampel berdasarkan total sampling, yaitu sampel yang diambil dar total keseluruhan. Pengambilan sampel tetap mengikuti persyaratan yang dibutuhkan dalam penelitian ini atas responden tersebut, yaitu para anggota MAS (Mio Association Surabaya). Peneliti melakukan perhitungan ukuran sampel ini didasarkan atas populasi yang ada pada MAS (Mio Association Surabaya).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden. Dalam hal ini, responden memberikan jawaban atas


(53)

pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang telah disediakan peneliti. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada tempat penelitian yang baerupa hasil jawaban dari responden atas pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung melalui organisasi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah MAS (Mio Association Surabaya).

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah berupa data internal yaitu data yang diperoleh dari dalam organisasi yaitu yang ada dalam MAS (Mio Association Surabaya)

3. Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data primer dan sekunder penulis menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, yaitu:

a. Kuesioner

Untuk memperoleh data primer penulis juga menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden dengan harapan akan dapat memperoleh data yang valid dan benar.


(54)

b. Dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder dipergunakan cara pencatatan dari dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis Data

Untuk mengukur nilai-nilai indikator iklim komunikasi kerja dalam organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace.

1. Untuk mengukura Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus:

pertanyaan individu jawaban

NIK

  

2. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus:

3 N1

NIT 

N1= pertanyaan mengenai kepercayaan

3. Untuk mengukurn Nilai Pengambilan Keputusan Partispatif (NIP)

digunakan rumus:

3 N2

NIP 

N2= pertanyaan mengenai pengambilan keputusan partisipatif

4. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NIJ) digunakan rumus:

3 N3

NIJ 


(55)

5. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah (NIB) digunakan rumus:

3 N4

NIB 

N4= pertanyaan mengenai keterbukaan komunikasi ke bawah

6. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Atas (NIA)

digunakan rumus:

3 N5

NIA 

N5= pertanyaan mengenai keterbukaan komunikasi ke atas

7. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi

(NIPBT) digunakan rumus:

3 N6

NIPBT 

N6= pertanyaan mengenai perhatian pada tujuan berkinerja tinggi

Untuk mengukur indikator-indikator yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi, pertanyaan-pertanyaan mengenai iklim komunikasi organisasi akan digabungkan serta dianalisa secara deskriptif.

Peterson dan Pace (1976) mengembangkan Inventaris Iklim Komunikasi (IIK) yang dirancang untuk mengukur enam pengaruh komunikasi, yang berasal dari analisis iklim ideal yang berhubungan dengan pengolahan yang dilengkapi oleh Riddig (1972). Dalam pengujian Inventaris Iklim Komunikasi (IIK) dalam suatu organisasi, hasil perhitungan masing-masing nilai gabungan indikator iklim komunikasi


(56)

yang koefisiennya.berkisar antara 0,8-0,97 dapat dikatakan positif, sedangkan yang berkisar 0,79 ke bawah dapat dikatakan negatif.

Penilaian dan analisis inventaris Iklim Komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Nilai Iklim Komposit. Untuk memperoleh Nilai Iklim Komposit

Individu (NIKI), jumlahkan keenam respons individu kemudian bagi dengan 16 pertanyaan yang ada. Hasil rata-rata umum memberikan Nilai Iklim Komposit (NIK) bagi setiap responden. Hasil yang didapatkan dalam Iklim Komposit Organisasi (NIKO), dibagi dengan jumlah total responden.

2. Nilai Iklim Kepercayaan. Untuk memperoleh Nilai Iklim Kepercayaan,

kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai kepercayaan gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden.

3. Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif. Untuk memperoleh Nilai

Pengambilan Keputusan Partisipatif, kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai pembuatan keputusan partisipatif gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden..

4. Nilai Iklim Kejujuran.Untuk memperoleh Nilai Iklim Kejujuran, kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai iklim


(57)

kejujuran gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden.

5. Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah. Untuk memperoleh

Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden

6. Nilai Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas. Untuk memperoleh

nilai mendengarkan dalam komunukasi ke atas, kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai mendengarkan dalam komunukasi ke atas gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden.

7. Nilai Perhatian Untuk Tujuan Berkinerja Tinggi. Untuk memperoleh

nilai perhatian untuk tujuan berkinerja tinggi, kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai perhatian untuk tujuan berkinerja tinggi gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden.


(58)

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Obyek Penelitian

Club motor Yamaha Mio yaitu sebuah organisasi yang terdiri dari para pecinta motor Yamaha yang ada ada di Jawa Timur karena pecinta motor Yamaha terutama Yamaha Mio sangatlah banyak sehingga dibuatkan wadah yaitu berupa club yang berisikan para pecinta motor Yamaha Mio.

Club motor Yamaha di Indonesia terdiri dari beberapa wilayah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Timur sendiri terdapat beberapa club antara lain MAR’S, MAC’S, MICOR, MIOS, dan FMC.

MAR’S ini didirikan dan dibentuk pada tanggal 19 Desember 2004 oleh Dieler Yamaha PT. SURYA TIMUR SAKTI JATIM (PT. STSJ), sampai pada tahun 2006 telah terkumpul anggota Mio Club Surabaya sebanyak 50 anggota. Route pelantikan yang dilaksanakan dan dilakukan oleh seluruh anggota yang dikemas dengan kegiatan touring perjalanan sejauh minimal 200 kilo meter, yang sesuai dengan AD/ART. Saat ini MAR’S memiliki susunan kepengurusan yag terdiri dari pembina, penasehat, ketua, wakil, sekertaris, bendahara, humas, perlengkapan dan divisi touring.


(59)

2

Gambar 1.


(60)

43

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia dan pekerjaan responden selengkapnya tertera pada tabel berikut :

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Laki – laki 64 64

2 Perempuan 36 36

Total 100 100

Sumber : Kuesioner I No. 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin laki – laki yakni sebanyak 64 orang atau sebesar 64% dan sisanya mempunyai jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 36 orang atau sebesar 36%. Dengan banyaknya responden yang mempunyai jenis kelamin laki – laki, hal ini dikarenakan responden yang mempunyai jenis kelamin laki – laki ini memang anggota club MAR’S lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki daripada yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase

1 17 - 25 tahun 43 43

2 26 – 34 tahun 27 27

3 35 – 43 tahun 19 19

4 > 43 tahun 11 11

Total 100 100


(61)

44

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden dalam penelitian ini, sebagian besar adalah responden yang berusia antara 17 sampai dengan 25 tahun yakni sebanyak 43 orang atau sebesar 73%, kemudian sebanyak 27 orang atau sebesar 27% adalah responden yang berusia antara 26 sampai dengan 34 tahun. Selanjutnya sebanyak 19 orang atau sebesar 19% adalah responden yang berusia antara 35 sampai dengan 43 tahun dan sisanya sebanyak 11 orang atau sebesar 11% adalah responden yang berusia lebih dari 43 tahun. Dengan banyaknya responden yang berusia antara 17 sampai dengan 25 tahun, hal ini dikarenakan banyak anggota club MAR’S yang menjadi responden adalah kalangan anak mudah yang suka dengan modifikasi kendaraan sepeda motor dan touring yang selalu diadakan oleh anggota club.

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Pelajar 8 8

2 Mahasiswa 36 36

3 Pegawai Negeri 12 21

4 Pegawai Swasta 23 23

5 Wiraswasta 21 12

Total 100 100

Sumber : Kuesioner I No. 4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai mahasiswa yakni sebanyak 36 orang atau sebesar 36%. Kemudian yakni sebanyak 23 orang atau sebesar 23% yang berprofesi sebagai pegawai swasta dan sebanyak 21 orang atau sebesar 21% yang memiliki profesi


(62)

45

sebagai wiraswasta, serta yang berprofesi sebagai pegawai negeri ada sebanyak 12 orang atau sebesar 12%. Sedangkan sisanya yakni sebanyak 8 orang atau sebesar 8% yang masih memiliki status sebagai pelajar. Dengan banyaknya responden yang berprofesi sebagai mahasiswa karena yang tertarik dengan dunia club motor adalah para mahasiswa yang ingin memperluas jaringan pertemanan dengan orang lain.

4.2.2. Kepercayaan

Pada bagian ini akan diuraikan hasil jawaban anggota club MAR’S tentang kepercayaan para anggota club dalam menjalin suatu hubungan dengan anggota yang lainnya.

1. Kepercayaan

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui bentuk kepercayaan anggota kepada organisasi sehingga anggota tersebut memiliki loyallitas yang tinggi terhadap organisasi, terangkum pada tabel berikut ini :

Tabel 4

Pertanyaan Tentang Kepercayaan

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 0 0

3 Kurang Baik 33 33

4 Baik 59 59

5 Sangat Baik 8 8

Total 100 100


(63)

46

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang rasa kepercayaan anggota MAR’S terhadap organisasi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 59 orang atau sebesar 59% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 33 orang atau sebesar 33% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 8 orang atau sebesar 8% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden, hal ini dikarenakan memang saat ini para anggota MAR’S (Mione Arek Suroboyo) dapat mempercayai anggota satu dengan yang lain dalam satu organisasi sehingga para anggota tersebut memiliki loyallitas yang tinggi terhadap organisasi. Terbukti dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh club motor MAR’S sehingga dapat menumbuhkan dan memperkuat persaudaraan antar anggota.

2. Keyakinan

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui tingkat keyakinan anggota terhadap organisasi dalam membangun hubungan dengan pihak manajemen organisasi, terangkum pada tabel berikut ini :


(64)

47

Tabel 5

Pertanyaan Tentang Keyakinan

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 2 2

3 Kurang Baik 32 32

4 Baik 56 56

5 Sangat Baik 10 10

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. A.2

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang keyakinan anggota MAR’S terhadap organisasi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 56 orang atau sebesar 56% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 32 orang atau sebesar 32% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 10 orang atau sebesar 10% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5 dan 2 orang atau sebesar 2% yang memilih jawaban tidak baik. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden, hal ini menunjukkan bahwa para anggota MAR’S (Mione Arek Suroboyo) percaya bahwa dalam organisasi MAR’S (Mione Arek Suroboyo) dapat membangun hubungan yang baik dengan pihak pengurus organisasi.

3. Kredibilitas

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota


(65)

48

club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui sejuahmana tingkat kredibilitas yang ditunjukkan oleh anggota kepada organisasi, terangkum pada tabel berikut ini :

Tabel 6

Pertanyaan Tentang Kredibilitas

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 5 5

3 Kurang Baik 33 33

4 Baik 44 44

5 Sangat Baik 18 18

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. A.3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang kredibilitas anggota MAR’S terhadap organisasi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 44 orang atau sebesar 44% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 33 orang atau sebesar 33% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 18 orang atau sebesar 18% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5 dan ada sebanyak 5 orang atau sebesar 5% yang memilih jawaban tidak baik. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden, hal ini menunjukkan bahwa para anggota MAR’S (Mione Arek Suroboyo) akan selalu menunjukkan kredibilitas yang tinggi kepada organisasi. Seperti yang terlihat pada beberpaa kegiatan yang diadakan oleh club selalu diikuti oleh para anggotanya.


(66)

49

4.2.3. Pembuatan Keputusan Bersama

Pada bagian ini akan diuraikan hasil jawaban anggota club MAR’S tentang pembuatan keputusan yang diambil secara bersama-sama oleh. Dan bagaimana anggota berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan mencari jalan keluar.

1. Keikutsertaan Dalam Pengambilan Keputusan

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu keikutsertaan anggota dalam pembuatan keputusan dalam mencari suatu pemecahan masalah dalam organisasi, terangkum pada tabel berikut ini :

Tabel 7

Pertanyaan Tentang Keikutsertaan Dalam Pengambilan Keputusan

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 0 0

3 Kurang Baik 26 26

4 Baik 63 63

5 Sangat Baik 11 11

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. B.1

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dalam mencari pemecahan masalah dalam organisasi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 63 orang atau sebesar 63% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 26 orang atau sebesar 26% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 11


(67)

50

orang atau sebesar 11% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden, hal ini menunjukkan bahwa para anggota MAR’S (Mione Arek Suroboyo) selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam mencari suatu pemecahan masalah dalam oraganisasi. Sehingga semua anggota organisasi diberikan kesmpatan untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penetapan tujuan.

2. Perhatian Manajemen Organisasi

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui perhatian dari pihak manajemen organisasi pada setiap keluhan dari setiap anggota, terangkum pada tabel berikut ini :

Tabel 8

Pertanyaan Tentang Perhatian Manajemen Organisasi

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 2 2

3 Kurang Baik 28 28

4 Baik 57 57

5 Sangat Baik 13 13

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. B.2

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang perhatian pihak manajemen pada setiap keluhan dari anggota club. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 57


(68)

51

orang atau sebesar 57% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 28 orang atau sebesar 28% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 13 orang atau sebesar 13% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5 dan ada sebanyak 2 orang atau sebesar 2% yang memilih jawaban tidak baik. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden tersebut, menunjukkan bahwa para pengurus organisasi MAR’S (Mione Arek Suroboyo) selalu memperhatikan setiap keluhan dari setiap anggotannya. Sehingga para anggota club sudah merasa ada hubungan kekeluargaan dalam organisasi tersebut.

3. Tanggapan Manajemen Organisasi

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui tanggapan dari pihak manajemen organisasi pada setiap keluhan dari setiap anggota, terangkum pada tabel berikut ini :

Tabel 9

Pertanyaan Tentang Tanggapan Manajemen Organisasi

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 4 4

3 Kurang Baik 29 29

4 Baik 59 59

5 Sangat Baik 8 8

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. B.3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang tanggapan yang diberikan


(69)

52

oleh pihak manajemen pada setiap keluhan dari anggota club. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 59 orang atau sebesar 59% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 29 orang atau sebesar 29% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 8 orang atau sebesar 8% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5 dan ada sebanyak 8 orang atau sebesar 8% yang memilih jawaban tidak baik. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden tersebut, menunjukkan bahwa para pengurus organisasi MAR’S (Mione Arek Suroboyo) selalu menanggapi setiap keluhan yang dikeluhkan oleh para anggotanya. Seperti yang terjadi pada saat touring ada peserta yang merasa keberatan dengan jalur yang ditempuh atau perlengkapan yang disiapkan ada yang kurang, maka pihak panitia penyelenggaran segera memberikan pengertian dan solusi kepada anggota tersebut.

4.2.4. Kejujuran

Pada bagian ini akan diuraikan hasil jawaban anggota club MAR’S tentang kejujuran para anggota termasuk manajemen dalam mengatakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada manajemen atau sebaliknya.


(70)

53

1. Penyelesaian Konflik

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan para anggota dalam organisasi, terangkum pada tabel berikut ini :

Tabel 10

Pertanyaan Tentang Penyelesaian Konflik

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Tidak Baik 0 0

2 Tidak Baik 1 1

3 Kurang Baik 28 28

4 Baik 64 64

5 Sangat Baik 7 7

Total 100 100

Sumber : Kuesioner No. C.1

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan baik tentang cara penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dan anggota. Hal tersebut terlihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban baik dengan skor 4 yakni sebanyak 64 orang atau sebesar 64% dari keseluruhan responden. Sedangkan sebanyak 28 orang atau sebesar 28% memilih jawaban kurang baik dengan skor 3 dan sisanya sebanyak 7 orang atau sebesar 7% memilih jawaban sangat baik dengan skor 5 dan ada sebanyak 1 orang atau sebesar 1% yang memilih jawaban tidak baik. Dengan banyaknya jawaban baik yang diberikan oleh responden tersebut, menunjukkan bahwa para pengurus organisasi MAR’S (Mione Arek Suroboyo) selalu dapat


(1)

67

a. Koefisien berkisar antar 0,8 - 0,97 dapat dikatakan memiliki iklim organisasi yang positif.

b. Koefisien kurang dari 0,79 dapat dikatakan memiliki iklim organisasi yang negatif.

Penilaian dan analisis inventaris Iklim Komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Nilai Iklim Komposit. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa rata-rata umum memberikan Nilai Iklim Komposit (NIK) bagi setiap responden menunjukkan nilai sebesar 0,6120.

2. Nilai Iklim Kepercayaan. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari mengkalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai kepercayaan gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden, diperoleh Nilai Iklim Kepercayaan sebesar 0,7025.

3. Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan mengalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai pembuatan keputusan partisipatif gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden, diperoleh Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif sebesar 0,7338.


(2)

68

4. Nilai Iklim Kejujuran. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara mengalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai iklim kejujuran gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden, diperoleh Nilai Iklim Kejujuran sebesar 0,6956.

5. Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan mengalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden, diperoleh Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah sebesar 0,4588.

6. Nilai Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara mengalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai mendengarkan dalam komunukasi ke atas gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden, diperoleh Nilai Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas sebesar 0,4544.

7. Nilai Perhatian Untuk Tujuan Berkinerja Tinggi. Berdasarakan hasil perhitungan yang diperoleh dengan acara mengalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan


(3)

69

jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai perhatian untuk tujuan berkinerja tinggi gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden, diperoleh Nilai Perhatian Untuk Tujuan Berkinerja Tinggi sebesar 0,6738.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada beberapa variabel iklim komunikasi diatas, yang diperoleh Nilai Iklim Komposit sebesar 0,6198. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) berada pada keofisien yang nilainya kurang dari 0,79, sehingga dapat dikatakan club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) memiliki iklim organisasi yang negatif.

Hal ini disebabkan karena kurangnya frekuensi komunikasi yang terjalin dari pimpinan kepada anggota club jika terjadi persoalan internal antara anggota club, para anggota tidak dapat menyelesaikan suatu masalah sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya dan berlarut-larut karena tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antara para anggota dengan ketua dan pengurus anggota. Dampak dari masalah tersebut menyebabkan munculnya perpecahan antar anggota di dalam club motor Yamaha Mio tersebut. Dengan adanya perpecahan tersebut, berbagai informasi penting yang menyangkut kelangsungan organisasional dari club tersebut menjadi terganggu.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada bab sebelumnya diperoleh hasil bahwa Nilai Iklim Komposit sebesar 0,6198. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) berada pada keofisien yang nilainya kurang dari 0,79, sehingga dapat dikatakan club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) memiliki iklim organisasi yang negatif. Yang berarti iklim komunikasi yang terjadi di club motor Yamaha Mio Surabaya kurang berjalan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang ada di dalam club motor Yamaha Mio Surabaya, terutama kurangnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara para pengurus club dengan para anggotanya.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, masukan dan saran yang dapat diberikan adalah:

a. Perbaikan iklim komunikasi pada organiasi melalui kegatan-kegiatan yang dapat menjalin hubungan antara pengurus, dan sesama anggota menjadi lebih baik.


(5)

b. Meningkatkan perhatian para pengurus terhadap para anggota organisasi sehingga para anggota dapat meningkatkan kepercayaannya kepada organisasi.

c. Penyampaian informasi yang menyeluruh kepada anggota organisasi, para anggota organisasi dapat meningkatkan komitmennya kepada organisasi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin dkk, 2003, Perilaku Organisasi, Penerbit Bayumedia, Malang, Jawa Timur. Djamarah, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak, Penerbit PT. Rineka

Cipta, Jakarta

Effendy, Onong Uchana, 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

_________, 2004, Dinamika Komunikasi, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hardjana, 2003, Komunikasi Interpersonal, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Lane, Ronald W, Russel, J. Thomas, 2000, Advertiing:A Framework, Upper Saddle River, New Jersey 07458, Prentice Hall, Inc

Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

Pace, Wayne & Fauler, Don F, 2006, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Penerbit PT. Rosdakarya, Bandung

Non buku:

http://72.14.235.132/search?q=cache:1XRN_Bo_ReA.J:www.papuaweb.org/unip

a/dlib-s123/dudung/s1.PDF+teori+komuniksi+antarpersonal&cd=29&hl= id&ct=clnk&gl=id